e-commerce dalam tinjauan fiqh edited

Upload: sensemoon

Post on 05-Apr-2018

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/2/2019 E-Commerce Dalam Tinjauan Fiqh Edited

    1/27

    E-COMMERCE DALAM TINJAUAN FIQH

    Oleh Syafruddin,S.Ag.,MSI.

    Hakim Pengadilan Agama Pangkalan Kerinci

    A. Pendahuluan

    Merupakan kehendak Allah, bahwa manusia diciptakan dalam bingkisan sosial, dimana

    manusia dituntut untuk berinteraksi (bermasyarakat, tolong menolong, dll). Oleh karenanya,

    manusia harus menyadari akan keterlibatan orang lain dalam suatu kehidupan ini, yaitu saling

    berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama-sama, dan mencapai tujuan hidup yang

    lebih maju.1

    Ajaran Islam yang dibawa Muhammad ini memiliki sisi keunikan tersendiri, dimana

    didalam ajaran tersebut tidak hanya bersifat komprehensif, tapi juga bersifat universal.

    Komprehensip berarti mencakup seluruh aspek kehidupan, baik ritual, ataupun sosial (hubungan

    antara sesama makhluk). Sedangkan Universal bisa diterapkan kapan saja, hingga hari akhir.

    Landasan ajaran islam Al-Quran dan Al-Hadits memiliki daya jangkau dan daya atur,

    yang secara universal dapat dilihat dari sisi teksnya yang selalu pas untuk diimplementasikan

    dalam wacana kehidupan actual, misalnya daya jangkau dan daya atur dalam masalah

    perekonomian. Dalam hal ini ekonomi maupun bidang-bidang ilmu lainnya tidak luput dalam

    kajian Islam, yang bertujuan untuk menuntun manusia agar selalu tetap berada dijalan Allah,

    jalan kebenaran dan keselamatan.

    Salah satu aspek yang menjadi perhatian Islam adalah aspek ekonomi. Allah telah

    memberikan perintah kepada umat manusia agar dalam memperoleh harta dilakukan dengan cara

    yang benar , bukan dengan cara yang batil. Bahkan Islam mencegah setiap bentuk perekonomian

    yang mengandung unsur paksaan, mafsadah dan gharar.

    Secara umum dapat dilihat bahwa dalam perdagangan Islam menjelaskan adanya

    transaksi yang bersifat fisik, dengan menghadirkan benda tersebut ketika terjadi akad atau tanpa

    menghadirkan benda yang dipesan, dengan ketentuan harus dinyatakan sifat dan kriterianya

    sampai penyerahannya dalam tempo waktu yang telah ditentukan seperti dalam transaksi salam

    dan istisna.

  • 8/2/2019 E-Commerce Dalam Tinjauan Fiqh Edited

    2/27

    2

    Aspek perekonomian merupakan suatu hal yang sangat penting, dimana posisi ini

    menentukan akan kesejahteraan manusia semuanya. Seiring dengan perjalanan sang waktu dan

    pertumbuhan masyarakat, serta kemajuan IPTEK (ilmu penegetahuan dan tekhnologi), maka

    dalam hal ini mengarah pada suatu titik, yaitu membentuk dan mewujudkan perubahan terhadap

    pola kehidupan bermasyarakat, tidak terkecuali dalam bidang ekonomi, yaitu tentang suatu

    perdagangan, di mana dalam ajaran Islam diperbolehkannya jual beli yang saling

    menguntungkan, dan dilarang merampas harta orang lain dengan cara menipu atau berbuat

    kecurangan.

    Transaksi salam, sebagaimana model transaksi jual beli lainnya telah ada, bahkan

    sebelum kedatangan Nabi Muhammad, sebagai bentuk transaksi yang ada sejak lama,dan

    dipraktekkan dalam masyarakat luas. Dalam transaksi ini terlampir seperangkat aturan yang

    tercantum dalam Al-Quran, Al-Hadits, dan Ijma para Ulama. Akan tetapi dengan adanya

    berkembangnya kemajuan zaman, yang ditandai dengan majunya ilmu pengetahuan dan

    teknologi, membawa manusia pada perubahan secara signifikan

    Menurut Alvin Toffler dalam bukunya The Third Wave (1980) bahwa di era millenium

    ketiga, teknologi akan memegang peranan yang signifikan dalam kehidupan manusia.

    Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern ini akan mengimplikasikan berbagai

    perubahan dalam kinerja manusia. Salah satu produk inovasi teknologi telekomunikasi adalah

    internet (interconection networking) yaitu suatu koneksi antar jaringan komputer. Aplikasi

    internet saat ini telah memasuki berbagai segmen aktivitas manusia, baik dalam sektor politik,

    sosial, budaya, maupun ekonomi dan bisnis.2

    Dalam bidang perdagangan, internet mulai banyak dimanfaatkan sebagai media aktivitas

    bisnis terutama karena kontribusinya terhadap efisiensi. Aktivitas perdagangan melalui media

    internet ini populer disebut dengan electroniccommerce (e-commerce). E-commerce tersebut

    terbagi atas dua segmen yaitu business to business e-commerce (perdagangan antar pelaku

    usaha) dan business to consumer e-commerce (perdagangan antar pelaku usaha dengan

    konsumen).

    1 Hamzah Yakub, Kode Etik dagang menurut Islam (Pola Pembinaan Hidup dalam Berekonomi ),cet. I

    (Bandung:Diponegoro,1984, hal. 13-14..2

    Esther Dwi Magfirah, Perlindungan Konsumen Dalam E-

    Commerce, http://www.solusihukum.com/artikel/artikel31.phpArsip Artikel, accessed tanggal 25 November 2008.

  • 8/2/2019 E-Commerce Dalam Tinjauan Fiqh Edited

    3/27

    3

    Di Indonesia, fenomena e-commerce ini sudah dikenal sejak tahun 1996 dengan

    munculmya situs http:// www.sanur.com sebagai toko buku on-line pertama. Meski belum

    terlalu populer, pada tahun 1996 tersebut mulai bermunculan berbagai situs yang

    melakukan e-commerce. Sepanjang tahun 1997-1998 eksistensi e-commerce di Indonesia sedikit

    terabaikan karena krisis ekonomi namun di tahun 1999 hingga saat ini kembali menjadi

    fenomena yang menarik perhatian meski tetap terbatas pada minoritas masyarakat Indonesia

    yang mengenal teknologi.

    Era globalisasi yang ditandai dengan padatnya arus informasi telah menyebabkan

    semakin dekatnya hubungan antar bangsa di dunia. Hubungan internasional memberikan

    berbagai pengaruh terhadap negara-negara yang berinteraksi di dalam berbagai bidang

    kehidupan; ideologi, politik, budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi serta agama.

    Perkembangan pesat bidang teknologi dan informasi mempengaruhi perkembangan pola

    dan irama kehidupan umat manusia di seluruh belahan dunia. Kemajuan teknologi yang dalam

    satu sisi menimbulkan dampak negatif yang luar biasa hebatnya, ternyata juga memberikan akses

    kemudahan pada sisi yang lain. Satu hal yang sangat dominan dalam era informasi adalah

    teknologi komputer yang menelorkan komunikasi dunia virtual yang biasa disebut internetyang

    telah merambah pada hampir semua sektor kehidupan.

    Dari internet ini lahir bermacam teknologi terapan lainnya. Dia antaranya adalah sistem

    perdagangan dengan media virtual yang dikenal dengan sebutan e-commerce.

    Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa perkembangan tehnologi informasi, telah

    membawa dampak terhadap perkembangan hukum, ekonomi, sosial , budaya dan politik. Hal itu

    justru menjadi tantangan bagi dunia hukum, di mana perkembangan tersebut telah melahirkan

    model transaksi baru dalam dunia perdagangan.3

    B. Rumusan Masalah

    1. Bagaimana mekanisme dan proses transaksi bisnis e-Commerce ?2. Bagaimana hukum transaksi bisnis e-Commerce dalam tinjauan Fiqh ?

    C. PEMBAHASAN

    1. Pengertian e-commerce

    3Ibid

    .

    http://www.sanur.com/http://www.sanur.com/
  • 8/2/2019 E-Commerce Dalam Tinjauan Fiqh Edited

    4/27

    4

    E-Commerce berasal dari dua suku kata yaitu e adalah singkatan dari electronic dan

    commerce. Secara bahasa, electronic berarti ilmu elektronika, alat-alat elektronik, atau semua hal

    yang berhubungan dengan dunia elektronika dan teknologi. Sedangkan commerce berarti

    perdagangan atau perniagaan.4

    Menurut Association for Electronic Commerce secara sederhana mendefinisikan e-

    commerce sebagai mekanisme bisnis secara elektronis. Commerce Net, sebuah konsorsium

    industri memberikan definisi yang lebih lengkap yaitu penggunaan jaringan komputer sebagai

    sarana penciptaan relasi bisnis sehingga terjadi proses pembelian dan penjualan jasa/pertukaran

    dan distribusi informasi antara dua pihak di dalam satu perusahaan dengan menggunakan

    internet.5

    Sedangkan Onno W. Purbo dan Aang Arif Wahyudi mendefinisikan e-commerce sebagai

    satu set dinamis teknologi, aplikasi, dan proses bisnis yang menghubungkan perusahaan,

    konsumen, komunitas tertentu melalui transaksi elektronik dan perdagangan barang, pelayanan,

    dan informasi yang dilakukan secara elektronik.

    Dari berbagai definisi yang ditawarkan dan dipergunakan oleh berbagai kalangan, dapat

    disimpulkan bahwa e-commerce merupakan bisnis online yang menggunakan media elektronik

    yang keseluruhan baik pemasaran, pemesanan, pengiriman, serta transaksi jual beli kesemuanya

    dilakukan dalam ruang maya yaitu melalui internet.6

    Ringkasnya e-commerce adalah transaksi atau aktifitas perdagangan/jual-beli dengan

    menggunakan media elektronik (jaringan internet) atas barang dan jasa dengan sistem

    pembayaran elektronik pula. E-commerce menggambarkan cakupan yang sangat luas karena

    berhubungan dengan teknologi, proses transaksi dan praktek perdagangan tanpa tatap muka

    langsung antara penjual dan pembeli.

    Dari berbagai definisi yang disebutkan di atas, terdapat kesamaan yang menjelaskan

    bahwa e-commerce memiliki karakteristik sebagai berikut:

    1. Adanya transaksi antara dua pihak.2. Adanya pertukaran barang maupun jasa atau informasi.

    4http://ananganggarjito.blogspot.com/2008/07/e-commerce-dalam-perspektif-islam.html ,

    accesed tanggal 5 Desember 2008.

    5Ibid.

    http://ananganggarjito.blogspot.com/2008/07/e-commerce-dalam-perspektif-islam.htmlhttp://ananganggarjito.blogspot.com/2008/07/e-commerce-dalam-perspektif-islam.htmlhttp://ananganggarjito.blogspot.com/2008/07/e-commerce-dalam-perspektif-islam.htmlhttp://ananganggarjito.blogspot.com/2008/07/e-commerce-dalam-perspektif-islam.html
  • 8/2/2019 E-Commerce Dalam Tinjauan Fiqh Edited

    5/27

    5

    3. Internet merupakan medium utama dalam perdagangan tersebut.Dengan demikian, transaksi e-commerce merupakan dampak dari adanya perkembangan

    teknologi informasi yang mempengaruhi manusia dalam berinteraksi dengan yang lainnya

    khususnya dalam aspek perdagangan.

    Teknologi merubah banyak aspek bisnis dan aktivitas pasar. Dalam bisnis perdagangan

    misalnya, kemajuan teknologi telah melahirkan metode transaksi yang dikenal dengan istilah e-

    commerce (electronic commerce). Kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi ini jelas

    dirasakan manfaatnya oleh kalangan pelaku bisnis. Manfaat diartikan sebagai akumulasi dari

    kemudahan yang didapat dari internet, khususnya dalam berbisnis. Keuntungan bisnis di internet

    antara lain memudahkan komunikasi intern dan ekstern, globalisasi bisnis dan keunggulan

    kompetitif, mengurangi biaya komunikasi dan mendapat feedback, memperluas jaringan kerja

    sama, marketing, dan sales, memudahkan pencarian informasi yang cepat dan murah, dapat

    mempelajari perilaku visitor, menambah image atau performance perusahaan dan website adalah

    showroom termurah dan paling praktis

    Secara sederhana, proses e-commerce dapat dilakukan dengan cara konsumen berkunjung

    ke website merchant untuk melihat memilih produk yang diinginkan. Lalu, konsumen setuju

    untuk membeli di merchant dan memberi instruksi pembelian online ke merchant. Setalah itu,

    prinsip pembayarannya tidak jauh berbeda dengan dunia nyata, hanya saja semua metode yang

    ditawarkan menggunakan teknologi canggih. Cara pembayaran yang digunakan antara lain

    melalui transfer ATM (automatic teller machine), pembayaran tanpa perantara, pembayaran

    dengan pihak ketiga (kartu kredit/cek), micropayment(uang receh), electronic money (e-money)

    atauAnonymous digital cash.

    Perkembangan e-commerce selangkah di belakang perkembangan jaringan internet yang

    dimulai dari proyek Amerika Serikat ketika membuka penelitian jaringan komunikasi antara

    beberapa universitas dan lembaga penelitian pada tahun 1969 yang disebut Arpa Net. Dalam

    perkembangannya program ini diperluas dengan munculnya jaringan khusus militer yang

    dinamakan dengan Milnet dan Arpa Net sendiri digunakan untuk komunikasi internet non-

    militer. Perkembangan internet yang demikian cepat memberikan pengaruh yang signifikan bagi

    kehidupan hingga kepada aspek transaksi jual-beli dan memunculkan istilah e-commerce itu.

    Perkembangan internet yang sangat cepat ini disebabkan apa yang ditawarkan oleh internet

    6Ibid.

  • 8/2/2019 E-Commerce Dalam Tinjauan Fiqh Edited

    6/27

    6

    mampu menjawab keinginan tidak harus bertemu secara fisik antar satu orang dan lainnya ketika

    hendak memenuhi suatu keperluan.

    Transaksi dalam e-commerce Jika digambarkan, transaksi di internet hampir sama

    gambarannya dengan transaksi jual-beli secara fisik pada pasar swalayan. Pada pasar swalayan

    pembeli dapat memilih dan mengambil sendiri kebutuhannya dengan meletakkannya pada kereta

    barang. Selama barang yang akan dibeli tersebut belum dibayar pada kasir, maka barang yang

    telah diletakkan pada kereta baranag dapat saja dibatalkan atau ditukarkan dengan barang lain.

    Demikian halnya berbelanja dengan e-commerce. Untuk memilih barang yang akan dibeli

    ada kereta barang pada pasar swalayan yang diwakili dengan formulir pembelian (shopping

    card) yang harus diisi. Ketika item barang yang sudah dipilih dituliskan dalam shopping card,

    maka statusnya sama dengan memasukkan barang ke kereta barang di mana dapat dibatalkan

    atau ditukar dengan barang lainnya. Ketika shopping card telah terisi maka langkah selanjutnya

    adalah mengisikan data ke formulir transaksi berupa identitas pembeli dan nomor kartu kredit

    sebagai alat pembayaran. Setelah transaksi selesai dengan pembayaran lewat credit card maka

    pihak pihak pengelola akan mengirimkan barang melalui paket pos ke alamat yang ditunjuk oleh

    pembeli.

    Alat pembayaran yang berlaku dalam transaksi e-commerce adalah virtual money atau

    uang maya dalam artian hanya melalui perpindahan nominal dana yang dibutuhkan dari pembeli

    kepada pihak pengelola bukan dengan menggunakan uang cash.

    Secara umum transaksi dalam e-commerce dapat dilihat melalui skema Find it adalah

    mode untuk pencarian barang. Selain find it bahasa yang biasa ditemukan adalah search atau

    browse. Explore it adalah keterangan atau spesifikasi barang yang ingin diinginkan, termasuk di

    dalamnya product review dari barang dimaksud. Select it merupakan kereta barang yang ada

    dalam transaksi e-commerce. Buy it merupakan proses transaksi pembayaran. Sedangkan ship it

    adalah proses yang terjadi setelah transaksi pembayaran disetujui oleh pihak pengelola dan pihak

    pengelola mengirimkan barang kepada alamat yang ditunjuk oleh pembeli.

    2. Ruang lingkup e-Commerce7

    Salah satu produk inovasi teknologi telekomunikasi adalah internet (interconection

    7 Esther Dwi Magfirah, Perlindungan Konsumen Dalam E-

    Commerce, http://www.solusihukum.com/artikel/artikel31.phpArsip Artikel, accessed tanggal 25 November 2008.

  • 8/2/2019 E-Commerce Dalam Tinjauan Fiqh Edited

    7/27

    7

    networking) yaitu suatu koneksi antar jaringan komputer. Aplikasi internet saat ini telah

    memasuki berbagai segmen aktivitas manusia, baik dalam sektor politik, sosial, budaya, maupun

    ekonomi dan bisnis.

    Dalam bidang perdagangan, internet mulai banyak dimanfaatkan sebagai media aktivitas

    bisnis terutama karena kontribusinya terhadap efisiensi. Aktivitas perdagangan melalui media

    internet ini populer disebut dengan electronic commerce (e-commerce). E-commerce tersebut

    terbagi atas dua segmen yaitu business to business e-commerce (perdagangan antar pelaku

    usaha) dan business to consumer e-commerce (perdagangan antar pelaku usaha dengan

    konsumen).

    E-commerce terdiri dari dua kategori business to business e-commerce dan business to

    consumer e-commerce.8

    1. Business to consumer e-commerce berhubungan dengan customer life cycle dari awarenesssebuah produk pada prospek costumer sampai dengan order dan pembayaran atau juga

    sampai dengan pelayanan dan dukungan kepada customer. Alat yang digunakan dalam cycle

    ini adalah business to customer web site.

    2. Business to business e-commerce melibatkan cycle dari awareness, riset produk,pembandingan, pemilihan supplier sourching, transaksi fulfillment, post sales support. Alat

    yang berperan adalah EDI, dan business to business web site .

    Implementasi e-commerce secara efektif adalah mentransformasikan paradigma

    perdagangan fisik ke perdaganga virtual, yang memangkas middle man dan lebih menekankan

    kepada nilai kolaborasi melalui networking antara supplier, retailler, konsumen, bank,

    transportasi, asuransi, dan pihak terkait lainnya. Segmen business to business e-commerce

    memang lebih mendominasi pasar karena nilai transaksinya yang tinggi, namun level business to

    consumer e-commerce juga memiliki pangsa pasar tersendiri yang potensial.

    Dalam business to consumer e-commerce, konsumen memiliki bargaining position yang

    lebih baik dibanding dengan perdagangan konvensional karena konsumen memperoleh informasi

    yang beragam dan mendetail. Melalui internet konsumen dapat memperoleh aneka informasi

    barang dan jasa dari berbagai toko dalam berbagai variasi merek lengkap dengan spesifikasi

    harga, cara pembayaran, cara pengiriman, bahkan beberapa toko juga memberikan fasilitas

    pelayanan track and trace yang memungkinkan konsumen untuk melacak tahap pengiriman

    8Ibid.

  • 8/2/2019 E-Commerce Dalam Tinjauan Fiqh Edited

    8/27

    8

    barang yang dipesannya.

    Kondisi tersebut memberi banyak manfaat bagi konsumen karena kebutuhan akan barang

    dan jasa yang diinginkan dapat terpenuhi. Selain itu juga terbuka kesempatan untuk memilih

    aneka jenis dan kualitas barang dan jasa sesuai dengan keinginan dan kemampuan finansial

    konsumen dalam waktu yang relatif efisien.

    3. Proses bisnis e-Commerce

    Ada beberapa tahapan dalam transaksi e- Commerce, yaitu:

    1. information sharing. Dalam proses ini prinsip penjual adalah mencari dan menjaring calonpembeli sebanyak-banyaknya. Sementara pembeli berusaha sedapat mungkin mencari

    informasi produk atau jasa yang dibutuhkan.

    2. Pemesanan produk atau jasa secara elektronik. Kedua belah pihak yang melakukan transaksiakan membuat perjanjian. Aktivitas pembelian antara penjual dan pembeli ini biasanya

    dilakukan melalui jaringan tertentu seperti EDI (Eletctronik data Interchange) atau ekstranet.

    3. Setelah transaksi dilakukan, langkah berikutnya adalah aktivitas purna jual. Aktivitas yangdilakukan dalam tahapan ini antara lain, keluahan terhadap kualitas produk, permintaan

    informasi baru, cara penggunaan dan lain sebagainya. Seorang yang tertarik dengan suatu

    barang, ia dapat melakukan transaksi dengan cara melakukan pemesanan secara elektronik

    (online order) yaitu dengan menggunakan perangkat komputer dan jaringan internet.

    4.. Proses transaksi online orders

    Dalam transaski e-Commerce, biasanya telah didahului oleh penawaran jual beli.

    Sebelum itu mungkin terjadi penawaran secara online melalui website, situs di internet atau

    posting di mailing listatau news group dengan model busines to busines.

    Menurut Cavanilas dan Nadal, transaksi online memilik banyak cara dan tipe, yaitu:9

    1. Transaksi melalui chattingatau video conference.2. Transaksi melalui email3. Transaksi melalui web atau situs

    Transaksi melalui chatting atau video Conference adalah seseorang dalam menawarkan

    sesuatu dengan model dialog interaktif melalui internet seperti melalui telepon, chatting

    9Sanusi Arsyad, transaksi bisnis electronik Commerce (e-commerce):Studi tentang permasalahan-

    permasalahan Hukum dan solusinya, tesis Magister, Yogyakarta:Universitas Islam Indonesia, 2000, hal 53 dst.

  • 8/2/2019 E-Commerce Dalam Tinjauan Fiqh Edited

    9/27

    9

    dilakukan melalui tulisan sednagan video conference dilakukan melalui media elektronik, di

    mana orang dpat melihat gambar dan mendengar suara pihak lain yang melakukan penawaran.

    Seseorang yang melakukan transaksi dengan e-mail, sebelumnya sudah harus memiliki e-

    mail address . Selanjutnya sebelum melakukan transaksi, customer sudah mengetahuin e-mail

    yang akan dituju dan jenis barang serta jumlah yang akan dibeli. Kemudian customer menulis

    spesifikasi produk alamat pengiriman dan cara pembayaran. Selanjutnya customer akan

    menerima konfirmasi dari merchanttentang order tersebut.10

    Model transaksi melalui web atau situs yaitu dengan cara ini merchant menyediakan

    daftar atau katalaog barang yang dijual dengan disertai deskripsi produk yang dijual. Pada model

    transaksi ini dikenal isitilah order form dan shopping cart. Order form adalah format pemesanan

    yang berisi tentang spesifikasi barang yang dipesan, cara pembayaran dan informasi lain yang

    berkaitan proses jual beli yang dilakukan. Sedangkan Shopping cartadalah sebuah software di

    dalam web yang memberikan keleluasaan bagi customeruntuk melihat toko yang dibuka dan

    memilih item-item untuk diletakkan dalam kereta belanja yang kemudian membelinya setelah

    check out. Secara ringkas dalan online orders ada beberapa tahapan yang dilakukan yaitu find it,

    explore it, select it, buy it dan ship it.11

    Adapun Skema dari transaksi e-commerce adalah sebagai berikut:

    D. Tinjauan Fiqh terhadap transaksi e-Commerce

    1. Prinsip Islam dalam perdagangan

    Menurut Ibnu Khaldun, sebagaimana dikutip oleh Setiawan Budi Utomo, bahwa manusia

    10. Haris Faulidi Asnawi, Transaksi bisnis E-Commerce Persfektif Islam (Yogyakarta::Magistra Insania

    Press,2004),Hal. 29.

    11Ibid. hal. 32-33.

    Find it,search &

    browse

    Explore

    it

    Select

    it

    Buy it Ship it

  • 8/2/2019 E-Commerce Dalam Tinjauan Fiqh Edited

    10/27

    10

    berkarakter dasar12

    sebagai makhluk sosial dan berperadaban yang membutuhkan pergaulan

    sosial yang tentunya membawa konsekuensi adanya transaksi muamalah serta pertukaran barang

    dan jasa. Hal ini memerlukan prinsip-prinsip yuridis samawi yang mengatur semuanya agar

    sesuai dengan sunnatullah, keharmonisan dan keadilan sosial.

    Prinsip-prinsip syariah dalam pertukaran dan kontrak muamalah yang dapat digunakan

    untuk melakukan tinjauan hukum atas setiap transaksi sepanjang zaman, termasuk era modern

    untuk kemaslahatan semua pihak

    Ada beberapa prinsip dalam Islam yang berkaitan dengan kontrak muamalah yaitu:13

    Pertama, asas kerelaan dari semua pihak yang terkait (an-taradin).Oleh karena itu setiap

    transaksi yang dilakukan karena unsur paksaan dan tekanan tidak sah. Kecuali dalam hal publik

    atau negara membutuhkan adanya transaksi jual beli barang atau jasa dengan harga standard

    terutama karena adanya faktor pelanggaran etika bisnis seperti penimbunan sembako.

    Kedua, Larangan praktek penipuan dan pemalsuan, temasuk dalam hal ini memakan harta orang

    lain secara batil. Termasuk dalam hal ini sumpah, janji iklan, penawaran dan promosi dengan

    barang atau jasa ataupun harga palsu.

    Ketiga, tradisi, prosedur, sistem, konvensi ,norma, kelaziman dan kebiasaan bisnis yang belaku

    tidak betentangan dengan prinsip syariah seperti praktek riba dan spekulasi yang merupakan asas

    pengikat dan komitmen dalam bisnis. Hal ini berdasarkan kaidah uuhul fiqh almaruuf bainat

    tujjari kalmasyruti bainahum yang artinya Tradisi yang berlaku di kalangan pebisnis diakui

    sebagai komitmen lazim yang mengikat.14

    Keempat, transaksi didasari atas dasar niat dan iktikad baik serta menghindari kelicikan dan akal-

    akalan (moral hazard) dengan mencari celah hukum dan ketentuan seharusnya. Ini pernah

    dilakukan oleh kaum Yahudi, ketika Allah melarang lemak bagi mereka. Kemudian mereka

    menjadikan lemak tersebut minyak dan dijual serta memakan hasil penjualannya, maka Allah

    melaknat mereka atas sikap culas mereka tersebut.

    Kelima, deal atau kesepakatan dilangsungkan secara serius, konsekuen, komit dan konsisten.

    Keenam, transaksi didasarkan atas dasar prinsip keadilan dan toleransi.

    12Setiawan Budi Utomo, Fiqh Aktual, Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer, (Jakarta:Gema

    insani,2003),hal. 63.

    13Ibid. hal 63 -65.

    14Musthafa Ahmad Zarqa, Syarh al-Qawaid al-Fiqhiyyah, (Damaskus: Dar al-Qalam,1987),hal. 239.

  • 8/2/2019 E-Commerce Dalam Tinjauan Fiqh Edited

    11/27

    11

    Ketujuh, tidak boleh melakukan transaksi dengan cara, media dan obyek tranasksi yang

    diharamkan baik barang maupun jasa seperti riba, menimbun, ketidakpastian obyek transaksi

    (gharar), makan dan minuman yang haram dan segala hal yang menjurus pelanggaran moral.

    Selain itu, selama transaksi tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah, maka

    ketentuan Islam tersebut belaku fleksibel, dinamis dan inovatif dalam hal muamalah. Oleh

    karena itu kaitannya dengan transaksi e-Commerce ini, maka dalam makalah ini akan dicoba

    membandingkan antara transksi e-commerce dengan model transaksi as-salam dalam hukum

    muamalah.

    2. Transaksi as-salam

    a. Landasan SyariahSalam atau salaf secara bahasa berarti penyerahan

    15. Salam adalah bahasa yang

    digunakan oleh penduduk Hijaz, sedangkan Salaf digunakan oleh penduduk Irak. Menurut

    Wahbah Zuhaily salam adalah jual beli benda masih berada dalam tanggungan yang hanya

    disebutkan sifatnya atau jual beli di mana penyerahan modal dilakukan terlebih dahulu,

    sedangkan barang diserahkan kemudian. Dengan kata lain salam adalah penyerahan modal

    secara cash terhadap benda yang dibeli dalam jangka waktu tertentu.16

    Menurut al-Bahuti, salam adalah transaksi atas sesuatu yang berada daalm tanggungan

    dengan kriteria tertentu dan diserahkan kemudian dengan pembayaran harga di tempat kontrak.17

    Sedangkan menurut Sayyid Sabiq salam didefinisikan sebagai jual beli benda yang masih

    berada dalam tanggungan ,yang hanya disebutkan sifat-sifatnya dengan menyerahkan harga

    terlebih dahulu.18

    Sedangkan Fuqaha Malikiyah mendefinisikannya dengan: Jual-beli yang modalnya

    dibayar terlebih dahulu, sedangkan barangnya diserahkan sesuai dengan waktu yang telah

    disepakati.19

    15Ahmad Warson Munawir, Kamus Bahasa Arab Indonesia, (Yogyakarta: Ponpes Munawir,1998) hal. 205.

    16Wahbah Zuhaily, al-Fiqh Islami wa adillatuhu,( Beirut:Dar fikr, 1989 )hal. 598

    17 Dikutip oleh al_bahuti, Kasyf al-Qina (beirut:Dar Fikr, 1402)hal. 288-289. definisi ini juga menjadi

    pendapat ulama Syafiiyah dan Malikiyah.

    18 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Jilid III,( Beirut:Dar Fikr,1983)hal.171.

    19Ibnu Rusyd,Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtasid, Vol. 2 (Beirut:Dar Fikr,1978) hal. 199.

  • 8/2/2019 E-Commerce Dalam Tinjauan Fiqh Edited

    12/27

    12

    Dari berbagai definisi yang disebutkan di atas, nampaknya ada beberapa poin yang

    disepakati. Pertama, disebutkan bahwa salam merupakan suatu transaksi dan sebagian lain

    menyebutnya sebagai transaksi jual beli, Kedua adanya keharusan menyebutkan kriteria-kriteria

    untuk obyek transaksi/muslam fih. Dan Ketiga obyek transaksi/muslam fih harus berada dalam

    tanggungan.

    As-salam dibolehkan berdasarkan al-Quran dan Sunnah serta ijma. Dasar hukum Salam

    dalam al-Quran adalah firman Allah: :Wahai orang-orang yang beriman apabila kamu

    bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.

    (QS. Al-Baqarah (2) : 282)

    Berkenaan dengan ayat ini, Ibnu Abbas berkata aku bersaksi bahwa salafyang dijamin

    untuk waktu tertentu dibolehkan oleh Allah dan diizinkan.20

    Kemudian beliau membaca firman

    Allah tersebut di atas.

    Dasar hukum lainnya adalah hadis yang berkaitan dengan tradisi penduduk Madinah yang

    didapati oleh Rasulullah pada awal hijrah beliau ke sana, yaitu tradisi akad Salaf (Salam) dalam

    buah-buahan untuk jangka waktu satu tahun atau dua tahun. Beliau bersabda;

    Barangsiapa melakukan jual beli Salaf (Salam) pada kurma, hendaknya ia melakukannya

    dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waku yang diketahui.

    (HR. al-sittah)

    Pada hadits lainnya Rasulullah bersabda: Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkatan:

    jual-beli secara tanggung, muqarradah (nama lain mudharabah), dan mencampur gandum

    dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual (HR. Ibn Majah)

    Ibnu Munzir berpendapat para ulama sepakat atas bolehnya transaksi salam dengan

    alasan bahwa hal tersebut menjadi kebutuhan umat manusia. Para pemilik tanaman, buah dan

    pedagang membutuhkan biaya untuk diri dan tanaman mereka sampai masa panen tiba. Dan

    biaya tersebut hanya akan didapat dari pihak yang membeli secara salam barang mereka. Akad

    salam ini merupakan istisna atau pengecualian dari larangan jual beli yang tidak ada barangnya

    ketika terjadi transaksi atau bai madum.

    Para Fuqaha menyebutkan jual beli salam dengan bai mahawij yaitu jual beli benda

    20Wahbah Zuhaily, al-Fiqh, hal. 598. lihat juga M.SyafiI Antonio,Bank Syariah Dari Teori ke

    Praktek, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h. 108

  • 8/2/2019 E-Commerce Dalam Tinjauan Fiqh Edited

    13/27

    13

    yang tidak ada ketika terjadinya akad dengan alasan baik penjual maupun pembeli memilik

    kepentingan masing-masing. Pembeli/muslam memiliki kepentingan untuk membeli barang

    sedangkan penjual atau muslam fih membutuhkan uang untuk membiayai keluarga dan juga

    membiayai lahan pertanian mereka sampai tiba waktu panen.21

    Dari sudut Usul Fiqh, akad Salam ini dipandang menyalahi kaidah umum dalam jual-beli,

    yaitu bahwa barang dan harga harus ada pada saat akad. Sedangkan pada akad Salam barang

    yang dijual tidak ada. Atas dasar itu, Salam dipandang menyalahi qiyas. Namun karena ada nash,

    maka qiyas ditinggalkan. Di dalam Ushul Fiqih, berpaling dari kaidah umum kepada nas disebut

    Istihsan bi al-nash. Demikian menurut pandangan fuqaha Hanafiyah dan Malikiyah yang

    menjadikanIstihsan sebagai salah satu metode istinbathukumnya.22

    Terlepas dari perbedaan pendapat di atas transaksi as-salam boleh sesuai dengan al-

    Quran dan as-sunnah dan berlandaskan atas dasar bahwa:

    1. Di dalam transaksi salam terdapat unsur yang sejalan dengan upaya merealisasikankemaslahatan perekonomian (maslahah iqtisadiyah)

    2. Transaksi salam merupakan rukhsyah (dispensasi atau keringanan) bagi umat manusia.3. Transaksi salam memberikan kemudahan kepada manusia.

    b. Ketentuan transaksi as-salamPada dasarnya, transaksi salam sama dengan transaksi jual beli biasa. Hanya dalam as-

    salam validitas barang yang menjadi obyek transaksi lebih diperhatikan. Hal itu disebabkan

    karena ketika terjadi transaksi, obyek transaksi tidak dihadirkan dalam majelis akad, hanya

    menyebutkan kriteria-kriteria tertentu.

    Menurut fuqaha Hanafiyah, rukun Salam itu hanya ijab dan qabul. Sedangkan menurut

    fuqaha lainnya, rukun Salam itu ada empat, yaitu:

    1. Pihak-pihak yang berakad, yaitu muslam (pembeli/pemesan) dan muslam ilayhi

    (penjual/pemasok)

    2. Barang yang dipesan (muslam fihi)3. Modal atau uang

    21Sayyid Sabiq,Fiqh , hal. 171.

    22Nasrun Haroen, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Gama Media Pratama, 200), hal. 148.

  • 8/2/2019 E-Commerce Dalam Tinjauan Fiqh Edited

    14/27

    14

    4. Sighatakad (ijab dan qabul)

    Syarat sahnya akad salam adalah sebagai berikut:

    1. Pihak-pihak yang berakad disyaratkan dewasa, berakal, dan baligh.

    2. Barang yang dijadikan obyek akad disyaratkan jelas jenis, ciri-ciri, dan ukurannya.

    3. Modal atau uang disyaratkan harus jelas dan terukur serta dibayarkan seluruhnya ketika

    berlangsungnya akad. Menurut kebanyakan fuqaha, pembayaran tersebut harus dilakukan di

    tempat akad supaya tidak menjadi piutang penjual. Untuk menghindari praktek riba melalui

    mekanisme Salam, pembayarannya tidak bisa dalam bentuk pembebasan utang penjual.23

    Dalam pembahasan ini, akan diuraikan unsur-unsur yang harus ada dalam transaksi as-

    salam yaitu pertama tentang sighattransaksi, kedua tentang pelaku transaksi dan ketiga tentang

    obyek transaksi.

    1. Sighattransaksi.Sighat merupakan pernyataan ijab kabul. Ijab merupakan pernyataan yang keluar terlebih

    dahulu dari salah seorang yang melakukan transaksi yang menunjukkan atas keinginan untuk

    melakukan transaksi. Sedangkan kabul pernyataan dari pihak kedua yang menunjukkan atas

    kerelaan nya menerima pernyataan pertama.24

    Ijab kabul merupakan unsur penting dalam as-salam, karena ijab kabul merupakan

    manifestasi kerelaan dari pihak-pihak yang bertransaksi. Adapun tujuan yang terkandung dalam

    ijab kabul adalah adanya kesesuaian antara keinginan pihak pertama dengan pihak kedua. Oleh

    karena itu ijab kabul harus dinyatakan oleh orang yang sekurang-kurangnya telah mencapai umur

    mumayyiz yaitu umur 7 tahun. Sehingga menyadari akan apa yang dinyatakan dalam bentuk

    transaksi tersebut. Ijab kabul juga harus tertuju pada suatu obyek yang merupakan obyek akad

    dalam hal ini adalah komoditi atau yang disebut dengan muslam fih. Di samping itu untuk

    menciptakan kepastian dalam akad, ijab kabul juga dilakukan dalam satu majelis. Apabila kedua

    belah pihak hadir dan saling bertemu dalam satu tempat, maka tempat transaksi tersebut adalah

    majelis akad. Adapun jika pihak-pihak saling berjauhan, maka majelis akad tempat terjadinya

    pernyataan kabul.25

    23M. SyafiI Antonio, Bank Syariah. Hal. 109.

    24. Muhammad Taufiq Ramadhan al-Buthi, al-Buyu asy-syaiah, cet.1(Beirut:Dar fikr,1998),hal. 34. lihat

    juga Sayyid Sabiq, fiqh assunnah, hal. 127.

    25. Ahmad Azhar Basyir,Asas-asas , hal. 44-45.

  • 8/2/2019 E-Commerce Dalam Tinjauan Fiqh Edited

    15/27

    15

    Pernyataan ijab kabul ini dapat dilakukan dengan cara lisan, tulisan atau isyarat yang

    memberi pengertian dengan jelas tentang adanya ijab kabul dan dapat juga berupa perbuatan

    yang telah menjadi kebiasaan dalam ijab kabul.. al-kasani berpendapat bahwa tulisan sama

    dengan ungkapan bagi orang yang tidak hadir dan seakan-akan dia sendiri yang hadir.26

    Dengan demikian transaksi assalam dapat dilakukan dengan segala macam pernyataan

    yang dapat dipahami oleh kedua belah pihak yang melakukan transaksi baik dalam bentuk

    perkataan, perbuatan, isyarat maupun dalam bentuk tulisan.

    Menurut Fazlurrahman bahwa umat Islam diingatkan untuk menuliskan semua kegiatan

    yang bersangkutan dengan pekerjaan merek baik kecil maupun besar atau dengan jumlah banyak

    maupun sedikit atau untuk jangka panjang atau pendek, selain itu juga mengadakan saksi-saksi

    agar dapat menghindari terjadinya perselisihan dan menjaga serta melindungi hak milik

    individu.27

    2. Pelaku transaksi

    Pelaku transaksi atau pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi salam sama dengan jual

    beli pada umumnya yaitu pembeli/pemesan atau juga disebut dengan rab assalam atau muslim

    dan penjual yang disebut dengan muslam ilaihi

    Ulama fiqih sepakat bahwa orang yang mengadakan transaksi jual beli harus orang yang

    memiliki kecakapan melakukan tindakan-tindakan hukum. Oleh karena itu tidak sah jual beli

    yang dilakukan oleh anak kecil yang belum berakal, orang gila, rusak akalnya , mabuk, orang

    sedang tidur, pingsan , pemboros dan dungu.28

    Pelaku perbuatan termasuk dalam hal ini transaksi dalam ushul fiqh disebut dengan

    mahkum alaihi yaitu subyek hukum yang melakukan perbuatan atau khitob, disebut juga dengan

    mukallaf. Seorang mukallafdisyaratkan mampu memahami ketentuan syara. Untuk memahami

    taklif diperlukan kekuatan akal. Para ulama membuat standar bagi orang yang berakal yaitu

    26Ala ad-Din al-Kasani,BadaI ash-shanaI, cet. 2 (Beirut:Dar fikr,1982) V, hal 138.

    27Afzalur Rahman, Economic doctrines of Islam (Doktrin Ekonomi Islam), alih bahasa Soeroyo dan

    Nastangin,(Yogyakarta:Dana Bakti Wakaf,1995),Iihal 301.

    28Ahmad Azhar Basyir, asas-asas, hal. 20.

  • 8/2/2019 E-Commerce Dalam Tinjauan Fiqh Edited

    16/27

    16

    balig. Di samping itu disyaratkan pula kecakapan atau ahliyah atau sholahiyah. Kecakapan ini

    berkaitan dengan pemahaman.29

    Kecakapan yang sempurna menurut Azhar basyir30

    adalah dititikberatkan pada

    pertimbangan akal yang sempurna, bukan pada bilangan umur yang dilaluinya. Maka dapat

    dipertimbangkan kembali ketentuan kecakapan ini sebab ada kemungkinan dalam lingkungan

    tertentu, banyak orang telah mencapai usia balig, tetapi belum cukup sempurna dalam

    pertimbangan akalnya. Karena itu akan lebih tepat disyaratkan dalam melakukan transaksi yang

    mengandung resiko tinggi dan memerlukan tanggungjawab yang besar adalah rasyid (dewasa)

    yang dititikberatkan pada kematangan pertimbangan akal. Kualitas kekuatan akal pikiran

    mempengaruhi kecakapan seseorang dalam melakukan perbuatan hukum.

    Ketentuan lain adalah bahwa para pihak yang melakukan transaksi merupakan ahli wilayah

    atau memiliki wewenang atau kekuasaan untuk melakukan transaksi. Bagi seseorang yang

    melakukan transaksi atau tindakan hukum untuk dirinya seperti orang yang sudah akil balig, ia

    dapat melakukan transaksi sendiri karena ia memiliki kecakapan sempurna. Kecakapan seperti

    ini disebut wilayah ashliyyah. Namun apabila ia melakukan untuk orang lain seperti wakil yang

    mendapat kuasa dari orang yang mempunyai kecakapan sempurna melakukan transaksi, maka

    disebut wilayah niyabiyyah.31

    Dengan demikian kedudukan subyek hukum dalam transaksi salam sangat menetukan

    aspek keabsahan sebuah transaksi. Di samping harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai

    subyek hukum, juga melakukan tindakan hukum secara sukarela tanpa adanya unsur paksaan,

    yang diikuti oleh kejujuran dan ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas. Sehingga diharapkan

    dari tindakan hukum tersebut dapat melahirkan keinginan yang sesuai dengan aturan hukum.

    2. Obyek transaksiObyek transaksi dalam salam sama dengan transaksi jual beli yaitu sesuatu yang

    diperjualbelikan yang dalam transaksi salam disebut ras mal dan muslam fih.Ras maladalah

    harga yang harus dibayar oleh rab salam, sedangkan muslam fih adalah produk yang harusdiserahkan oleh muslam fih kepada rab salam.

    29Wahbah Zuhaily, Ushul al-Fiqh al-Islamy, (Beirut:Dar Fikr, 1986) Jilid I, hal.158.150

    30Ahmad Azhar Basyir, asas-asas. hal. 35.

    31Ibnu Rusyd, al-Bidayah, II,129-130.

  • 8/2/2019 E-Commerce Dalam Tinjauan Fiqh Edited

    17/27

    17

    Para ahli fiqh menentukan bahwa obyek transaksi harus merupakan harta yang memiliki

    nilai dan manfaat menurut syara bagi pihak-pihk yang melakukan transaksi. Termasuk dalam

    kategori harta dalam pandangan jumhur ulama adalah jasa atau manfaat. Di samping nilai

    manfaat juga, benda tersebut memiliki kesucian zat. oleh karena itu dilarang melakukan transaksi

    terhadap barang najis seperti khamar, babi bangkai dan berhala-berhala.32

    Namun mazhab

    Hanafy mengecualikan barang-barang yang dipandang kotor dan najis, selama masih dapat

    dimanfaatkan, maka boleh untuk diperjualbelikan. Seperti menjual kotoran binatang untuk pupuk

    tanaman

    Dengan demikian secara tegas dapat dikatakan bahwa pada dasarnya semua benda

    dianggap ada manfaatnya, dan oleh karena itu dapat diperjuabelikan. Kemudian terhadap benda

    yang dianggap tidak ada manfaatnya dan tidak boleh diperjualbelikan, jika nyata-nyata merusak

    atau ada ada keterangan nash yang menjelaskannya.

    Di samping ketentuan-ketentuan yang diatur dalam jual beli, dalam transaksi salam juga

    diatur tentang pembayaran atau harga (ras mal). Para ulama sepakat ras mal harus diketahui

    oleh para pihak dalam transaksi baik jenis maupun kadarnya.

    Ketentuan tersebut dimaksudkan untuk menghilangkan ketidakjelasan dalam transaksi

    yang pada akhirnya akan menimbulkan perselisihan. Karena itu itu pembayaran harga dengan

    kriteria yang telah ditentukan seperti pembayaran dilakukan dengan uang, harus dijelaskan

    jumlah dan mata uang yang digunakan serta harus dijelaskan jenis, kualitas dan sifatnya.33

    Pembayaran atau penyerahan harga dalam transaksi salam harus dilakukan dalam majelis

    akad atau tempat kontrak atau dengan kata lain harus disegerakan atau tunai. Namun menurut

    mazhab Mailiki penyerahan ras malboleh ditangguhkan sampai dua atau tiga hari.34

    Dalam transaksi salam juga ada persyaratan tertentu tentang muslam fih. Sesuatu yang

    dijadikan muslam fih dalam transaksi salam harus berada dalam tanggungan dan diakui sebagai

    utang. Karena maksud dari transaksi salam adalah pembelian sesuatu barang yang berada dalam

    tanggungan yang diserahkan kemudian, sedangkan pembayaran dilakukan di muka.

    32Sayyid Sabiq, Fiqh, hal 129

    33Ibid, hal. 172, lihat pula Wahbah Zuhaily, al-Fiqh islami, Juz. IV. hal 600.

    34Wahbah Zuhaily, al_Fiqh Islami , Juz IV, hal 605.

  • 8/2/2019 E-Commerce Dalam Tinjauan Fiqh Edited

    18/27

    18

    Oleh karena itu muslam fih harus diketahui dan dapat diidentifikasi secara jelas selain

    untuk menghindari ketidakjelasan dalam transaksi juga dimaksudkan untuk mengurangi

    kesalahan akibat kurangnya pengetahuan terhadap barang tersebut, misalnya beras atau kain,

    tentang kualifikasi kualitas serta kuantitasnya Hal dimaksudkan agar tidak terjadi perselisihan

    antara para pihak yang disebabkan adanya juhalah atau ketidaktahuan tentang komoditi yang

    akan ditransaksikan.

    Majelis Ulama Indonesia35

    dalam fatwanya NO: 05/DSN-MUI/IV/2000

    Tentang jual beli salam tanggal Tanggal : 29 Dzulhijjah 1420 H / 4 April 2000 M menjelaskan

    beberapa ketentuan tentang jual beli salam. Dalam penyerahan harga atau ras mal, Alat bayar

    harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang, barang, atau manfaat. Selain itu harus

    dilakukan pada saat kontrak disepakati serta Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan

    hutang.

    Adapun komoditi atau barang yang menjadi obyek transaksi harus jelas ciri-cirinya dan

    dapat diakui sebagai hutang, spesifikasinya jelas dan rinci. Adapun waktu Penyerahannya

    dilakukan kemudian dengan Waktu dan tempat berdasarkan kesepakatan. Selain itu Pembeli

    tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya. Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan

    barang sejenis sesuai kesepakatan.

    Mengenai Penyerahan Barang Sebelum atau pada Waktunya berlaku ketentuan sebagai

    berikut:

    1. Penjual harus menyerahkan barang tepat pada waktunya dengan kualitas dan jumlah yangtelah disepakati.

    2. Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih tinggi, penjual tidak bolehmeminta tambahan harga.

    3. Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih rendah, dan pembeli relamenerimanya, maka ia tidak boleh menuntut pengurangan harga (diskon).

    4. Penjual dapat menyerahkan barang lebih cepat dari waktu yang disepakati dengan syaratkualitas dan jumlah barang sesuai dengan kesepakatan, dan ia tidak boleh menuntut

    tambahan harga.

    35Ahmad Kamil dan Fauzan Anshori, Kitab Undang-Undang Hukum Perbankan dan Ekonomi

    Syariah,(Jakarta:Kencana,2007) hal. 315-319.

  • 8/2/2019 E-Commerce Dalam Tinjauan Fiqh Edited

    19/27

    19

    5. Jika semua atau sebagian barang tidak tersedia pada waktu penyerahan, atau kualitasnyalebih rendah dan pembeli tidak rela menerimanya, maka ia memiliki dua pilihan:

    a. membatalkan kontrak dan meminta kembali uangnya,

    b. menunggu sampai barang tersedia.

    E. Persamaan dan perbedaan antara transaksi e-Commerce dengan salam

    Mempersamakan transaksi e-commerce dengan salam tidak sepenuhnya dapat dilakukan.

    Dalam hal ini yang sama hanyalah ketiadaan barang semata, belum kepada sistem

    pembayarannya. Perbedaan mencolok mengenai sistem pembayarannya dalam salam dan e-

    commerce adalah pembayaran pada yang disebut pertama dilakukan dalam serah terima oleh

    kedua pihak yang bertransaksi. Sedang yang disebut terakhir pembayaran terjadi dengan

    perantaraan wakil. Aplikasi wakil dalam pembayaran ini mengambil peran pihak bank sebagai

    penyedia jasa inkaso atau transfer uang.

    Penggunaan wakil dalam pembayaran dalam transaski e-commerce dianggap sah karena telah

    memenuhi: ada sesuatu yang diwakilkan sesuatu yang diwakilkan mungkin untuk diwakilkan ada

    pihak yang mewakili akad perwakilan. Dalam hal ini pihak wakil dan yang diwakili serta sesuatu

    yang diwakilkan juga harus memenuhi syarat sahnya perwakilan.

    Pelaksanaan transaksi bisnis dalam ecommerce, secara sekilas hampir sama dengan

    transaksi salam dalam hal pembayaran dan penyerahan komoditi yang dijadikan sebagai obyek

    transaksi. Oleh karena itu untuk mengetahui dengan jelas apakah transaksi ecommerce sejajar

    dengan prinsip-prinsip transaksi dalam transaksi salam, maka dapat dapat dicermati melalui

    pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi, proses pernyataan kesepakatan dalam transaksi dan

    obyek transaksi.

    1. Pihak-pihak yang terlibat dalam transaksiDalam aktifitas bisnis melalui internet yang transaksinya dilakukan secara online order,

    para pihak yang terlibat terdiri dari beberapa unsur, yaitu consumer atau buyer, yaitu pembeli

    yang melakukan transaksi dan merchant yaitu pedagang yang menjual dagangannya melaluiinternet.

    36Sedangkan dalam transaksi salam pihak-pihak yang terlibat adalah penjual yang

    disebut dengan muslam ilaihi, sedangkan pembeli disebut dengan rabb salam atau muslam.

    Dalam transaksi ecommerce melalui internet, perintah pembayaran (payment instruction)

    36Haris Faulidi Asnawi, Transaksi, hal. 116.

  • 8/2/2019 E-Commerce Dalam Tinjauan Fiqh Edited

    20/27

    20

    selain pembeli (cardholder) dan penjual (merchant) juga melibatkan pihak lain. Pihat-pihak

    tersebut adalah payment ghatway, acquirer dan issuer. Pihak-pihak tersebut berfungsi untuk

    menjamin adanya keamanan, kerahasiaan dan validitas transaksi di antara penjual dan pembeli.

    Hal itu disebabkan , oleh karena transaksi melalui internet pihak penjual dan pembeli dalam

    melakukan transaksi tidak saling bertemu.

    Dalalm hal ini payment ghateway dapat dianggap sebagai saksi dalam transaksi yang

    melakukan otorisasi terhadap instruksi pembayaran dan melakukan proses monitering terhadap

    transaksi online. Payment ghateway diperlukan oleh acquireruntuk mendukung proses otorisasi

    dan memonitor proses transaksi yang berlangsung. Payment ghatway biasanya dioperasikan oleh

    acquirer atau pihak ketiga yang berfungsi memproses instruksi pembayaran. Paymen ghateway

    ini telah memiliki sertifikat digital yang dikellola oleh pihak ketiga yang terpercaya. Sertifikat

    digital ini merupakan tanda bukti bahwa dia memiliki hak atau izin atas pelayanan transaksi

    elektronik.

    Dalam transaksi salam, saksi merupakan hal yang sangat dianjurkan karena salam

    merupakan transaksi yang dilakukan tidak secara tunai untuk menghindari terjadinya

    kemungkinan yang tidak diinginkan di kemudian hari. Oleh karena itu al-Quran memberikan

    dorongan yang kuat agar setiap transaksi dilakukan administrasi dan saksi.37

    Selain payment ghateway, dalam transaksi e-commerce juga dihauskan adanya acquirer

    dan issuer. Acquireradalah sebuah lembaga finansial yaitu bank yang dipercaya oleh merchant

    untuk memperoses dan menerima pembayaran secara online dari pihak cunsumer. Sedangkan

    issuer adalah institusi finansial atau bank yang mengeluarkan kartu bank yang dipercaya oleh

    consumer untuk melakukan pembayaran dalam transaksi online. Dengan demikian masing-

    masing dari acquirer dan issuer adalah wakil dari merchant dan consumer dalam melakukan

    transaksi secara online.

    Dalam transaksi salam, perwakilan bukan merupakan sautu keharusan, Hal itu sangat

    tergantung pada keadaan dari pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi tersebut. Namun apabila

    karena suatu halangan atau kondisi tertentu, mewakilkan transaksi salam dengan akad wakalah

    37Lihat al-Quran Surat al-Baqarah 283.

  • 8/2/2019 E-Commerce Dalam Tinjauan Fiqh Edited

    21/27

    21

    kepada pihak lain tidak merusak atau membatalkan transaksi salam tersebut.38

    Dalam hal

    mewakilkan harus memenuhi syarat dan ketentuan yang diperlukan dalam akad wakalah seperti

    pihak pemberi kuasa, pihak penerima kuasa, perkara yang dikuasakan dan sighat.39

    Selanjutnya dalam transaksi salam, pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi harus

    memenuhi syarat validitas transaksi itu sendiri. Penjual dan pembeli haruslah orang yang

    memiliki kecakapan yang sempurna dan wewenang untuk melakukan transaksi. Dalam transaksi

    ecommerce melalui internet, terlihat bahwa pembeli dan penjual harus memenuhi ketentuan yang

    ada dalam transaksi salam. Consumer diminta untuk mengisi informasi pembayaran (biasanya

    disertai dengan kode rahasia) pada formulir yang telah disediakan website merchant yang

    kemudian dilakukan otorisasi melalui payment ghateway. Dari otorisasi tersebut dapat diketahui

    bahwa consumer tersebut adalah pemilik sah dan berhak menggunakannya. Sedangkan pihak

    penjual, merchant memiliki sertifikat digital dari lembaga terpercaya yaitu CA yang memberikan

    jaminan bahwa ia benar-benar ada dan berwenang melakukan transaksi online. Selain itu dalam

    transaksi online adalah yang penting bahwa setaip pihak baik penjual maupun pembeli harus

    mampu mengoperasikan komputer atau paham terhadap tehnologi dan hal ini tidak mungkin

    dilakukan oleh orang yang tidak memiliki kecakapan secara sempurna seperti anak atau orang

    yang lemah ingatan atau gila.

    Demikian dari segi pihak-pihak yang terloibat dalam transaksi ecommerce dan salam

    adalah sama yaitu keharusan adanya penjual dan pembeli. Namun karena dalam transaksi

    ecommerce tidak melibatkan penjual dan pembeli secara face to face atau bahkan tidak saling

    mengenal satu sama lain , karena mereka bertransaksi dalam dunia maya atau virtual, maka

    diperlukan pihak lain sebagai wakil. Sedangkan dalam transaksi salam, keterlibatan penjual dan

    pembeli bisa dilakukan secara langsung atau melalui wakil-wakilnya.

    2. Pernyataan kesepakatan dalam transaksiKesepakatan dalam transaksi salam dinyatakan dengan ijab dan kabul. Ijab dan kabul

    merupakan pernyataan penjual dan pembeli yang merupakan manifestasi dari kerelaan keduabelah pihak. Pernyataan ijab dan kabul dapat dilakukan baik secara lisan, tulisan isyarat maupun

    38Memberikan amanat kepada pihak lain dalam al-Quran banyak digambarkan seperti dalan surat Kahfi ayat

    19 dan surat Yusuf ayat 55.

    39Sayyid Sabiq, Fiqh sunnah tentang bab wakalah

  • 8/2/2019 E-Commerce Dalam Tinjauan Fiqh Edited

    22/27

    22

    perbuatan yang menjadi kebiasaan dalam ijab kabul.40

    Tujuan yang terkandung dalam pernyataan ijab kabul harus jelas dan ada kesesuaian,

    sehingga dapat dipahami oleh kedua belah pihak. Selain itu pelaksaan ijab dan kabul juga harus

    berhubungan langsung dalam satu majelis. Adapun jika kedua belah pihak saling berjauhan,

    maka majelis akada adalah tempat terjadinya pernyataan kabul.41

    Dalam transaksi e-commerce, consumer dan merchant bertemu dalam dunia maya yaitu

    internet melalui server yang disewa dari ISP. Pada awalnya, biasanya pihak merchant

    mengajukan penawaran, kemudian melalui website milik merchant, consumer dapat melihat

    daftar atau katalog barang yang dijual yang dilengkapi dengan deskripsi barang. Pernyataan

    kesepakatan dapat dilakukan melalui chatting, video conference,e-mail atau langsung melalui

    website merchant.42

    Pernyataan kesepakatan melalui chatting atau video conference adalah seorang dalam

    menawarkan produk dengan model dialaog interaktif seperti halnya melalui telepon. Chatting

    dilakukan melalui tulisan, sedangkan video conference dilakukan dengan media eletronik, di

    mana masing-masing pihak dapat bertetap muka satu sama lain. Sedangkan pernyataan melalui

    email adalah dengan menulis spesifikasi produk dan tata cara pembayaran, kemudian dikrim ke

    email merchant. Sedangkan melalui website merchant adalah dengan menclik tombol accept

    sebagai tanada persetujuan atau cancel sebagai tanda tidak setuju. Setelah menclik tombol accep,

    kemudian dilanjutkan dengan pembayaran.

    Dengan demikian pernyataan kesepakatan melalui email, chatting, video conference

    merupakan bentuk kesepakatan dalam bentuk tulisan. Sedangkan melalui website merchant

    merupakan kesepakatan dalam bentuk tulisan dan isyarat.

    3. Obyek transaksi (harga dan komoditi).Obyek transaksi dalam hal ini dapat dibagi menjadi dua yaitu pembayaran atau harga dan

    komoditi atau produk. Dalam transaksi Salam, obyek transaksi harus merupakan harta yang

    bernilai dan manfaat. Pembayaran atau penyerahan harga harus dilakukan di tempat akad atau

    harus disegerakan. Kemudian para pihak harus mengetahui obyek secara jelas seperti

    40Ahmad Azhar basyir, Asas-asas Hukum Muamalat (Hukum Perdata Islam), (Yogyakarta:Perpustakaan

    Hukum UII,1993)hal.44-45.

    41Muhammad Taufiq ramadhan al_buthi, al-Buyu asy-syaiah, (Beirut_Dar Fikr, 1998)hal. 36.

  • 8/2/2019 E-Commerce Dalam Tinjauan Fiqh Edited

    23/27

    23

    pembayaran dilakukan dengan mata uang apa, kualitas barang seperti tinggi sedang atau rendah.

    Dalam transaksi ecommerce melalaui internet, sebelum terjadi proses pembayaran, maka

    para pihak terlebih dahulu menyepakati terhadap barang yang dibeli dan cara pembayaran sepreti

    kartu kredit atau kartu debit. Setelah ada kesepakatan kemudian diikuti dengan pembayaran yang

    melibatkan wakil dari masing-masing pihak yaitu issuer dan acquier. Consumer memerintahkan

    kepada issuer untuk dan atas nama consumer melakukan pembayaran atas sejumlah barang

    kepada acquier yang ditujukan kepada acquier. Setelah pembayaran, kemudian pihak merchan

    mengirimkan barang kepada consumer ssuai dengan kesepakatan.

    Pembayaran dalam transaksi ecommerce dilakukan dengan uang yang telah diketahui

    jumlah dan mata uangnya. Uang tersebut diserahkan oleh perwakilan masing-masing yaitu issuer

    dan acquier. Adapun bukti penyerahan harga atau pembayaran dapat dilakukan dengan

    komunikasi via telepon, email atau bukti pembayaran dikirim via faximile dan lain sebagainya.

    Dengan demikian pembayaran atau harga dalam ecommerce pada prinsipnya sama dengan

    pembayaran dalam salam. Dalam salam pembayaran harus merupakan harta yang bernilai dan

    bermanfaat menruut syara. Dan pembayaran hrus diserahkan terlebih dahulu. Dalam transaksi

    ecommerce merupakan sesuatu yang bernilai dan berharga. Uang yang dirkim telah diketahui

    jumlah dan jenisnya.

    Sedangkan mengenai komoditi, dalam transaksi ecommerce dapat dilakukan transaksi

    terhadap semua komoditi baik legal maupun illegal. Hal itu tergantung kepada consumer yang

    melakukan pembelian. Sedangkan dalam salam, komoditi harus merupakan hal yang dibolehkan

    oleh agama yaitu suci zatnya. Oleh karena itu tidak boleh melakukakan transaksi terhadap

    komoditi yang diharankan seperti khamar, babi dan lain-lain yang ditetapkan oleh syara atas

    ketidak bolehannya..

    Selanjutnya komoditi yang dilakukan dalam salam diserahkan pada waktu kemudian,

    sesuai dengan prinsip salam. Sedangkan dalam transaksi ecommerce, komoditinya dapat dibagi

    dua yaitu digital dan non digital. Terhadap komoditi digital dapat diserahkan langsung kepada

    pembeli dengan melakukan download terhadap produk tersebut. Sedangkan komoditi non digital

    diserahkan dengan cara perngiriman melalui kurir.

    Dalam transaksi salam obyek atau komoditi harus dapat diketahui dan diidentifikasi secara

    42Sanusi Arsyad, transaksi bisnis electronik Commerce (e-commerce):Studi tentang permaslahan-

    permasalahan Hukum dan solusinya, tesis Magister, Yogyakarta:Universitas Islam Indonesia, 2000, hal 53 dst.

  • 8/2/2019 E-Commerce Dalam Tinjauan Fiqh Edited

    24/27

    24

    jelas. Hal ini dimaksud agar unsurjahalah terhadap komoditi hilang. Sedangkan dalam transaksi

    ecommerce, pembeli sebelummelakukan transaksi, terlebih dahulu melakukan browsing dan

    search sesuai dengan komoditi yang diinginkan. Informasi yang jelas tentang barang tersebut

    dapat diketahui melalui website merchant dan lain sebagainya. Dengan demikian dalam transaksi

    salam dan ecommerce memiliki kesamaan dalam kejelasan spesifikasi atau kriteria komoditi

    yang diperjualbelikan.

    Dalam transaksi salam, komoditi yang menjadi obyek transaksi harus berada dalam

    tanggungan dan dapat diakui sebagai utang. Dalam transaksi ecommerce, meskipun tidak dapat

    diketahui secara pasti, namun paling tidak sertifikat digital yang diberikan oleh CA kepada

    merchant website dapat dijadikan jaminan bahwa ia telah diakui sebagai pedagang di dunia

    maya. Selain itu merchant juga menyediakan fasilitas pelayanan konsumen yang terbuka bagi

    consumer untuk menyampaikan keluhan. Untuk lebih jelasnya berikut daftar persamaan dan

    perbedaan antara transaksi salam dan transaksi ecommerce.

    F. Kesimpulan dan Penutup

    Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

    1. Transaksi e-commerce adalah transaksi atau aktifitas perdagangan/jual-beli denganmenggunakan media elektronik (jaringan internet) atas barang dan jasa dengan sistem

    pembayaran elektronik pula. E-commerce menggambarkan cakupan yang sangat luas karena

    berhubungan dengan teknologi, proses transaksi dan praktek perdagangan tanpa tatap muka

    langsung antara penjual dan pembeli.

    2. Bahwa transaksi ecommerce tidak berbeda dengan transaksi salam dalam Islam, kecualitentang komoditi yang dijadikan obyek transaksi. Transaksi ecommerce melaluin internet

    dibolehkan dalam Islam berdasarkan prinsip-prinsip yang ada dalam perdagangan Islam

    khususnya apabilan dianalogikan dengan salam, kecuali pada komoditas tertentu yang

    dilarang oleh Islam seperti minuman keras, bangka dan babi . Sedangkan dalam transaksi

    salam memberlakukan ketentuan bahwa komoditi yang diperjualbelikan harus komoditi

    yang bolehkan oleh ajaran Islam. Oleh karena itu komoditi illegal menurt Islam tidak sesuai

    dengan ketentuan transaksi salam. Selanjutnya komoditi dalam transaksi ecommerce dapat

    berupa komoditi digital dan non digital. Untuk komoditi Digital yang diperdagangkan dalam

    transaksi ecommerce tidak termasuk dalam transaksi salam, karena penyerahannya langsung

  • 8/2/2019 E-Commerce Dalam Tinjauan Fiqh Edited

    25/27

    25

    diserahkan melalui internet. Untuk komoditi digital ini disamakan dengan jual beli biasa.

    3. Perkembangan teknologi banyak mempengaruhi perkembangan fatwa hukum yangmendesak untuk dikeluarkan. Akan tetapi, pada banyak sisi, dengan kaidah-kaidah hukum

    yang telah dirangkum oleh para ulama terdahulu dengan melihat pada kesamaan illat hukum

    dapat diketemukan jawaban hukum yang cepat dan tepat untuk menetapkan hokum pada

    setiap peristiwa hukum yang belum ada ketentuan hukum yang jelas dalam al-Quran dan

    as-Sunnah.

  • 8/2/2019 E-Commerce Dalam Tinjauan Fiqh Edited

    26/27

    26

    DAFTAR PUSTAKA

    Al-bahuti, Kasyf al-Qina.1402.Beirut:Dar Fikr

    Ananganggarjito,makalah e-commerce dalam perspektif islam dalam

    http://ananganggarjito.blogspot.com/2008/07/.html.

    Antonio, M.SyafiI..2000.Bank Syariah Dari Teori ke Praktek.Jakarta: Gema Insani Press.

    Asnawi, Haris Faulidi. 2004. Transaksi bisnis E-Commerce Persfektif Islam.Yogyakarta::Magistra Insania Press.

    Budi Utomo, Setiawan. 2003. Fiqh Aktual, Jawaban Tuntas Masalah

    Kontemporer.Jakarta:Gema insani.

    Basyir, Ahmad Azhar.1993. Asas-asas Hukum Muamalat (Hukum Perdata Islam),Yogyakarta:Perpustakaan Hukum UII.

    Buthi, Muhammad Taufiq ramadhan.1998. al-Buyu asy-syaiah.Beirut_Dar Fikr.

    Haroen, Nasrun. 2000. Fiqih Muamalah.Jakarta: Gama Media Pratama.

    Kamil, Ahmad dan Fauzan Anshori.2007. Kitab Undang-Undang Hukum Perbankan dan

    Ekonomi Syariah.Jakarta:Kencana.

    Magfirah ,Esther Dwi, Perlindungan Konsumen Dalam E-commerce, dalamhttp://www.solusihukum.com/artikel/artikel31.phpArsip

    Munawir , Ahmad Warson .1998. Kamus Bahasa Arab Indonesia.Yogyakarta: Ponpes Munawir.

    Rahman, Afzalur.1995. Economic Doctrines of Islam (Doktrin Ekonomi Islam), alih bahasa

    Soeroyo dan Nastangin.Yogyakarta:Dana Bakti Wakaf.

    Rusyd , Ibnu. 1978.Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtasid, Vol. 2 .Beirut:Dar Fikr

    Sabiq, Sayyid.1983 Fiqh Sunnah, Jilid III. Beirut:Dar Fikr.

    Sanusi Arsyad, transaksi bisnis electronik Commerce (e-commerce):Studi tentang permaslahan-permasalahan Hukum dan solusinya, tesis Magister, Yogyakarta:Universitas Islam

    Indonesia, 2000, hal 53 dst.

    Yakub, Hamzah. 1984. Kode Etik dagang menurut Islam (Pola Pembinaan Hidup dalamBerekonomi),.Bandung:Diponegoro.

    Zarqa, Musthafa Ahmad.1987. Syarh al-Qawaid al-Fiqhiyyah.Damaskus: Dar al-Qalam.

    Zuhaily, Wahbah.1989. al-Fiqh Islami wa adillatuhu. Beirut:Dar fikr.

    http://ananganggarjito.blogspot.com/2008/07/e-commerce-dalam-perspektif-islam.htmlhttp://ananganggarjito.blogspot.com/2008/07/e-commerce-dalam-perspektif-islam.html
  • 8/2/2019 E-Commerce Dalam Tinjauan Fiqh Edited

    27/27

    27

    Zuhaily, Wahbah.1986, Ushul al-Fiqh al-Islamy. Beirut:Dar Fikr.