referat (edited).docx
TRANSCRIPT
-
7/27/2019 Referat (Edited).docx
1/40
1
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit kulit parasit menyebar di seluruh belahan dunia dan dikenal sejak
zaman kuno.1 Terdapat 6 penyakit yang penting, di antaranya adalah skabies,
pedikulosis, dan creeping eruption. Pada penyakit kulit parasit ini, interaksi host
dan parasit terbatas pada stratum korneum, bagian teratas epidermis. Di bagian
itu, ektoparasit menyelesaikan siklus hidup mereka.1
Skabies, pedikulosis kapitis dan pedikulosis pubis terdapat di seluruh
belahan dunia, tetapi pedikulosis korporis terbatas pada negara yang beriklim
dingin dan hampir tidak ada di daerah tropis. Creeping eruption sangat jarang di
negara industri, tetapi banyak terdapat di negara berkembang. Tungiasis secara
geografi terbatas di caribbean, sub sahara afrika, dan amerika selatan. 2
Distribusi penyakit kulit ini tidak teratur, insidensi dan prevalensinya sangat
beragam. Sebagai contoh suatu penelitian di bangladesh, menunjukkan bahwa
pada anak-anak yang berusia kurang dari 6 tahun mengalami skabies dalam
periode 12 bulan. Di Tanzania, prevalensinya 6 %, di Brazil 8-10 %, dan di India
sebesar 13 %. Pada anak-anak di Mesir, prevalensinya diperkirakan sebesar 5 %,
tetapi di suatu komunitas aborigin Australia, prevalensinya mencapat 50%. Pada
anak-anak yang berusia 5-9 tahun yang tinggal di sebuah kamp penampungan di
Sierra Leone, 86% dari anak-anak tersebut diinfestasi oleh S. Scabiei.3
Faktor yang berpengaruh terhadap tingginya angka kejadian penyakit parasit
pada komunitas yang cenderung miskin ini sangat kompleks. Kepadatan, tidur
dalam kasur yang sama, mobilitas populasi yang tinggi, higiene yang rendah,
kurangnya akses terhadap pelayanan kesehatan, pengobatan yang tidak adekuat,
dan malnutrisi, berkontribusi terhadap tingginya angka kejadian penyakit parasit
kulit ini. 4
Dalam populasi yang miskin, beberapa kelompok mempunyai risiko tinggi
untuk menderita penyakit tersebut. Perempuan lebih cenderung mengalami
infestasiPediculus humanus var. capitis, anak-anak (infestasiPediculus humanus
var. capitis, skabies, creeping eruption), orang dewasa (skabies), dan pada orang
-
7/27/2019 Referat (Edited).docx
2/40
2
yang tidak punya rumah lebih cenderung menderita skabies, pedikulosis korporis,
dan pedikulosis pubis. 4
-
7/27/2019 Referat (Edited).docx
3/40
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PEDIKULOSISPedikulosis adalah gangguan yang disebabkan infestasi tuma, termasuk
famili Pediculidae. Pediculus ini merupakan parasit obligat yakni menghisap
darah manusia untuk mempertahankan hidup. Pediculus menghisap darah
setelah memasukkan saliva ke dalam tubuh. Saliva ini menyebabkan keluhan
gatal. Pediculus bisa bertahan hidup jauh dari host-nya, yaitu manusia.
Bagaimanapun juga, pediculus akan mati dalam 10 hari setelah dipisahkan
dari tubuh manusia.5 Tempat timbulnya kelainan tergantung tuma
penyebabnya, dikenal pediculosis capitis, pediculosis corporis, dan pediculosis
pubis (Phthiriasis). 6,7
Distribusi pedikulosis tersebar di seluruh belahan dunia, baik pada
negara berkembang ataupun negara maju. Ratusan juta kasus telah dilaporkan
dan cenderung meningkat dalam beberapa dekade terakhir. Suatu penelitian
pada 6.169 anak-anak sekolah di Belgia dengan usia 2,5-12 tahun disebutkan
bahwa prevalensi pedikulosis capitis 8,9%. P. Capitis ditemukan sebanyak
9,6% pada remaja usia sekolah di Saudi Arabia. P. Corporis sekarang jarang
ditemukan di negara maju keciali pada mereka yang tidak mempunyai rumah.5
Pada manusia sendiri, terdapat klasifikasi pedikulosis berdasarkan
spesies pediculus yang menyerang beserta tempat predileksinya yaitu:
1. Pediculus humanus capitis yang menyebabkan pedikulosis kapitis2. Pediculus humanus corporis yang menyebabkan pedikulosis korporis3. Pthirus pubis yang menyebabkan pedikulosis pubis
1. Pedikulosis Capitisa. Definisi
Infeksi kulit rambut kepala yang disebabkan oleh Pediculus
humanus var.capitis yang termasuk famili Pediculidae. Pedikulosis telah
ditemukan sejak zaman dahulu dan ditemukan kosmopolit.6,7
-
7/27/2019 Referat (Edited).docx
4/40
4
b. EpidemiologiPenyakit ini terutama menyerang anak-anak dan cepat meluas di
lingkungan hidup yang padat, misalnya seperti asrama dan panti asuhan.
Kondisi higiene yang tidak baik seperti jarang membersihkan
rambut juga dapat menyebabkan seseorang terkena penyakit ini.
Penduduk di negara dengan pendapatan yang kurang lebih cenderung
menderita penyakit ini daripada negara maju. 2 Cara penularannya
melalui perantara (benda), misalnya sisir, bantal, topi, dan kasur. 6
Pada infeksi berat denganP. humanus capitis, helaian rambut akan
sering melekat satu dengan yang lain dan mengeras, dapat ditemukan
banyak tuma dewasa, telur, dan eksudat nanah yang berasal dari luka
gigitan yang meradang. Keadaan ini disebut "plica palonica" yang dapat
ditumbuhi jamur. Infestasi mudah terjadi melalui kontak langsung. 7
Gambar 1. MorfologiPediculus humanus capitis: A. Jantan; B. Betina;
C. Larva; dan D. Telur.
Dikutip dari : 7
c. EtiologiKutu ini mempunyai 2 mata dan 3 pasang kaki berwana abu-abu
yang kemudian berubah menjadi kemerahan setelah menghisap darah.
Siklus hidupnya melalui stadium telur, larva, nimfa, dan dewasa. Telur
yanglebih matang akan berada di bagian ujung rambut.6
d. PatogenesisKelainan kulit yang timbul disebabkan oleh garukan untuk
menghilangkan rasa gatal. Gatal tersebut timbul karena pengaruh liur
dan ekskresi dari kutu yang dimasukkan ke dalam kulit ketika kutu
-
7/27/2019 Referat (Edited).docx
5/40
5
menghisap darah. Selain gatal, air liur ini juga dapat menimbulkan
papula eritematosa.7
e. Manifestasi KlinisRasa gatal merupakan gejala utama. Telur-telur cenderung lebih
banyak ditemukan pada daerah oksipital kulit dan di atas telinga.
Kadang-kadang serpihan ketombe atau lapisan keratin yang melekat
pada batang-batang rambut bisa dikelirukan dengan telur-telur tersebut,
sedangkan untuk membedakannya dengan jelas adalah dengan
pemeriksaan mikroskopik. Kemudian arena garukan akan timbul erosi,
ekskoriasi dan infeksi sekunder berupa pus dan krusta. Bila infeksi
sekunder berat maka rambut akan menggumpal yang disebabkan oleh
banyaknya pus dan disertai pembesarankelenjar getah bening regional.
Pada keadaan tersebut akan memberikan bau yang busuk.6,8
f. Penegakkan DiagnosisDiagnosis ditegakkan dengan menemukan P. humanus capitis
dewasa, nimfa atau telur dari rambut kepala. Telur berwarna abu-abu
dan berkilat. 6,7
g. Diagnosis BandingTinea capitis, pioderma (impetigo krustosa), dan dermatitis
seboroika. 6
h. PengobatanPengobatan bertujuan untuk memusnahkan semua kutu dan telur
serta mengobati infeksi sekunder. Pengobatan secara topikal di
antaranya dengan pemberian malathion yang memberikan efek
pedikulosid dengan cara pemberian topical sebanyak 0,5% atau 1%
dalam bentuk losio atau sray. Cara penggunaannya :malam sebelum
tidur rambut dicuci dengan sabun kemudian dipakaikan losio malathion,
lalu kepala ditutup dengan kain. Kemudian keesokan harinya rambut
dicuci lagi dengan sabun dan disisir menggunakan sisir rapat atau serit.
Pengobatan dapat diulangi satu minggu kemudian jika masih terdapat
telur.
6
-
7/27/2019 Referat (Edited).docx
6/40
6
Selain malathion, bisa juga digunakan gama benzene heksaklorida.
Obat ini memberikan efek pedikulosid dan skabisid dengan cara
pemberian topical sebanyak 1%. Cara penggunaannya : setelah obat
dioleskan di rambut diamkan kurang lebih 12 jam lalu dicuci dan disisir
dengan serit. Pengobatan dapat diulang satu minggu kemudian. Pada
infeksi sekunder yang berat sebaiknya rambut dicukur, infeksi sekunter
diobati dulu dengan antibiotik sistemik dan topikal lalu disusul dengan
obat di atas dalam bentuk sampo. 6
2. Pedikulosis Corporisa. Definisi
Pedikulosis korporis merupakan infeksi kulit yang disebabkan oleh
Pediculus humanus var. corporis. 6
b. EpidemiologiPenyakit ini biasa menyerang orang dewasa dengan higiene yang
buruk, misalnya penggembala. Hal ini disebabkan karena mereka jarang
mandi, jarang mengganti dan mencuci pakaian,. Penyebaran penyakit
ini bersifat kosmopolit, lebih sering pada daerah beriklim dingin karena
orang memakai baju yang tebal dan jarang dicuci. 6 Selain itu juga,
faktor risiko lain adalah situasi yang padat (misalnya bus atau kereta api
yang padat). 5
c. EtiologiPediculus humanus var. corporis mempunyai ukuran yang lebih
besar daripada Pediculus humanus var. capitis. Tubuhnya berukuran
antara 2-4 mm dengan ukuran betina yang lebih besar daripada jantan.
Tidak seperti P. humanus var. corporis dan P. pubis, P. humanus
corporis tidak hidup pada tubuh manusia. Pediculus ini lebih suka
temperatur yang lebih dingin, hidup di pakaian manusia dan hanya
menginfestasi manusia ketika malam hari untuk makan. Betina bisa
bertelur 10-15 telur setiap hari pada serat pakaian. Rata-rata, 20 betina
dewasa bisa ditemukan pada orang yang terinfestasi pediculus ini.5
-
7/27/2019 Referat (Edited).docx
7/40
7
Gambar 2. MorfologiPediculus humanus corporis: A. Jantan dan B. Betina
Dikutip dari: 7
d. PatogenesisKelainan yang timbul disebabkan oleh garukan untuk
menghilangkan rasa gatal. Rasa gatal ini disebabkan oleh pengaruh liur
dan ekskreta dari kutu ketika menghisap darah. 6
e. Manifestasi KlinisUmumnya hanya ditemukan kelainan berupa bekas-bekas garukan
pada badan, karena gatal baru berkurang dengan garukan yang lebih
intensif. Kadang-kadang timbul infeksi sekunder dengan pembesaran
kelenjar getah bening regional. 6 Gatal biasanya dirasakan pada malam
hari terutama di daerah ketiak dan badan ketika kutu pindah dari
pakaian ke tubuh untuk makan. 5
Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya lesi yang multipel yang
disebabkan oleh gigitan kutu. Gigitan ini dapat dilihat sebagai papula
eritematosa dengan diameter 2-4 mm. Penemuan makula seruleadipecaya merupakan tanda patognomonik. Enzim pada kutu ketahui
menyebabkan konversi bilirubin menjadi biliverdin dan menyebabkan
perubahan pada warna kulit yang disebut makula serulea. 5
f. Pembantu DiagnosisMenemukan kutu dan telur pada serat kapas. 6
g. Diagnosis BandingNeurotic excoriation. 6
-
7/27/2019 Referat (Edited).docx
8/40
8
h. PengobatanPengobatannya ialah dengan krim gameksan 1% yang dioleskan
tipis di seluruh tubuh dan didiamkan 24 jam, setelah itu penderita
disuruh mandi. Jika masih belum sembuh, diulangi 4 hari kemudian.
Obat lain ialah emulsi benzil benzoat 25% dan bubuk malathion 2%.
Pakaian agar direbus dan disetrika untuk membunuh kutu. Jika terdapat
infeksi sekunder, dapat diobati dengan antibiotik secara sistemik dan
topikal. 6
3. Pthiriasisa. Definisi
Phthiriasis adalah gangguan pada daerah pubis yang disebabkan
oleh infestasi tuma Phthirus pubis. 7
b. EpidemiologiPenyakit ini menyerang orang dewasa dan dapat digolongkan
dalam penyakit akibat hubungan seksual serta dapat pula menyerang
jenggot dan kumis. Infeksi ini juga dapat terjadi pada anak-anak, yaitu
di alis atau bulu mata dan pada tepi batas rambut kepala. 6
c. EtiologiP. pubis mempunyai ukuran 0,8-1,2 mm dengan bentuk oval dan
mempunyai abdomen yang lebih kecil dibandingkanP. humanus capitis
dan P. humanus corporis. Rata-rata siklus hidup P. pubis sekitar 35
hari. P. pubis betina mengeluarkan telur sebanyak 1-2 telur per hari.
Infestasi yang berat dari P. pubis bisa juga meliputu alis, bulu mata,
rambut wajah, dan rambut ketiak. P. pubis lebih mobile daripada P.
humanus dan P. corporis. Mereka tidak bisa bertahan hidup lebih dari
sehari jika dipisahkan dari tubuh manusia. 5
-
7/27/2019 Referat (Edited).docx
9/40
9
Gambar 2. MorfologiPhthirus pubis: A. Dewasa dan B. Larva
Dikutip dari: 7
d. PatogenesisRasa gatal terjadi pada tempat tusukan dan kadang-kadang kulit di
sekitar tusukan tampak pucat. gangguan utama disebabkan perasaan
gatal pada kulit daerah pubis. 1
e. Manifestasi KlinisGejala yang terutama adalah gatal di daerah pubis dan sekitarnya.
Gatal ini dapat meluas sampai ke daerah abdomen dan dada, disitu
dijumpai bercak yang berwarna abu-abu atau kebiruan yang disebut
sebagai makula serulae. Kutu ini dapat dilihat dengan mata biasa dan
susah untuk dilepaskan karena kepalanya dimasukkan ke dalam muara
folikel rambut. 6
Gejala patognomonik lainnya adalah black dot, yaitu adanya
bercak-bercak hitam yang tampak jelas pada celana dalam berwarna
putih yang dilihat oleh penderita pada waktu bangun tidur. Bercak
hitam ini merupakan krusta berasal dari darah yang sering
diinterpretasikan salah sebagai hematuria. Kadang-kadang terjadi
infeksi sekunder dengan pembesaran kelenjar getah bening regional. 6
f. Penegakkan DiagnosisDiagnosis ditegakkan dengan menemukanP. pubis dewasa, nimfa
atau telurnya dari rambut pubis atau dari rambut lainnya. 7
g. Diagnosis BandingDiagnosis banding dari pthiriasis adalah dermatitis seboroika dan
dermatomikosis.6
-
7/27/2019 Referat (Edited).docx
10/40
10
h. PengobatanPengobatannya yakni dengan gameksan 1% atau benzil benzoat
25% yang dioleskan dan didiamkan selama 24 jam. Pengobatan
diulangi 4 hari kemudiian jika belum sembuh. 6
B. SKABIESa. Definisi Skabies
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi terhadap tungau Sarcoptes scabiei varietas hominis. Skabies
disebut juga dengan the itch, pamaan itch, seven year itch (diistilahkan
dengan penyakit yang terjadi tujuh tahunan). Di Indonesia skabies lebih
dikenal dengan nama gudik, kudis, buduk, kerak, penyakit ampere, dan
gatal agogo. 6
b. EpidemiologiSkabies telah menyebar ke seluruh dunia, terutama pada daerah
beriklim tropis dan subtropis. Penyakit ini dapat mempengaruhi semua
jenis ras di dunia, meskipun demikian gambaran akurat insidensinya sulit
ditentukan dengan pasti oleh karena berbagai laporan yang ada hanya
berdasarkan catatan kunjungan pasien rawat jalan di rumah sakit. 10
Di beberapa negara berkembang, penyakit ini dapat menjadi
endemik secara kronik pada beberapa kelompok. Sebagai contoh, survey
di sepanjang sungai Ucayali, Peru tahun 1983 menemukan bahwa di
beberapa desa semua anak penduduk asli telah mengidap skabies.
Penelitian lain di India tahun 1985 menemukan bahwa prevalensi skabies
pada anak-anak di banyak desa sebesar 100%. Hasil survey di Kuna tahun
1986 menemukan 61% dari 756 penderita skabies berusia 1-10 tahun dan
84% pada bayi kurang 1 tahun. Di daerah Malawi, suatu penelitian
memperlihatkan bahwa insidens tertinggi terdapat pada usia 0-9 tahun.
c. EtiologiSarcoptes scabiei var.hominis termasuk filum Arthropoda, kelas
Arachnida, ordo Ackarima, super famili Sarcoptes. Pada manusia disebut
-
7/27/2019 Referat (Edited).docx
11/40
11
Sarcoptes scabiei var. hominis. Secara morfologik merupakan tungau
kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung, dan bagian perutnya rata.
Tungau ini translusen, berwarna putih kotor, dan tidak bermata.
Ukurannya, yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350
mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-
200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di
depan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina
berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga
berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat. 6
Gambar. 3 Sarcoptes scabiei
Dikutip dari 11
Perkembangan penyakit ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain keadaan sosial-ekonomi yang rendah, kondisi perang,
kepadatan penghuni yang tinggi, tingkat hygiene yang buruk, kurangnya
pengetahuan, dan kesalahan dalam diagnosis serta penatalaksanaan
skabies.10
Transmisi atau perpindahan skabies antara penderita dapat
berlangsung melalui kontak langsung (kontak kulit), misalnya berjabat
tangan, tidur bersama, dan hubungan seksual. Selain itu juga dapat melalui
kontak tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei,
bantal, dan lain-lain.6
-
7/27/2019 Referat (Edited).docx
12/40
12
d. PatogenesisSetelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang
jantan akan mati, kadang-kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari
dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah
dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan
2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari
sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat
hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5
hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat
tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-4 hari larva
akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan
4 pasang kaki.6
Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa
memerlukan waktu antara 8-12 hari.6 Pada suhu kamar (21oC dengan
kelembaban relatif 40-80%) tungau masih dapat hidup di luar pejamu
selama 24-36 jam. 11
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies,
tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi
disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekreta dan ekskreta tungau yang
memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu
kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel,
urtika, dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi,
krusta, dan infeksi sekunder. 12
e. Gejala klinisCiri-ciri seseorang terkena skabies adalah kulit penderita penuh
bintik-bintik kecil sampai besar. Berwarna kemerahan yang disebabkan
garukan keras. Bintik-bintik itu akan menjadi bernanah jika terinfeksi. 6
Terdapat 4 tanda kardinal:
1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkankarena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab
dan panas.
-
7/27/2019 Referat (Edited).docx
13/40
13
2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalamsebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi.
Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya,
sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau
tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota
keluarganya terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi
tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa
(carrier).
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yangberwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok,
rata-rata panjang 1 cm pada ujung terowongan itu ditemukan papul
atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi
polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya
biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu:
sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar,
lipat ketiak bagian depan, areola mamae (wanita), umbilikus, bokong,
genitalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat
menyerang telapak tangan dan telapak kaki.
4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapatditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.
Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal
tersebut.
Gambar 4. Gejala Kardinal
Dikutip dari 13
-
7/27/2019 Referat (Edited).docx
14/40
14
f. Bentuk-bentuk skabiesTerdapat bentuk-bentuk khusus antara lain:6
1. Skabies pada orang bersihBentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan
yang sedikit jumlahnya hingga sangat sukar ditemukan. Dalam
penelitian dari 1000 orang penderita skabies menemukan hanya 7%
terowongan.
2. Skabies in cognitoBentuk ini timbul pada skabies yang diobati dengan
kortikosteroid sehingga gejala dan tanda klinis membaik. Tetapi
tungau tetap ada dan penularan masih bias terjadi.
3. Skabies yang ditularkan melalui hewanSumber utama dari skabies ini adalah anjing. Kelainan ini
berbeda dengan skabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan.
Tidak menyerang sela-sela jari dan genitalia eksterna. Lesi biasanya
terdapat pada daerah dimana orang sering kontak atau memeluk
binatang kesayangannya yaitu paha, lengan, dan dada. Masa inkubasi
lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat
sementara (4-8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena skabies
varietas binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada
manusia.
g. Diagnosis Skabies1. Anamnesis
Beberapa hal yang perlu ditanyakan dalam anamnesis antara
lain: 12
a) Biodata.Perlu dikaji secara lengkap untuk umur, penyakit skabies
bisa menyerang semua kelompok umur, baik anak-anak maupun
dewasa bisa terkena penyakit ini, tempat, paling sering di
lingkungan yang kebersihannya kurang dan padat penduduknya
seperti asrama dan penjara.
-
7/27/2019 Referat (Edited).docx
15/40
15
b) Keluhan utama.Biasanya penderita datang dengan keluhan gatal dan ada
lesi pada kulit.
c) Riwayat penyakit sekarang.Biasanya penderita mengeluh gatal terutama malam hari
dan timbul lesi berbentuk pustul pada sela-sela jari tangan,
telapak tangan, ketiak, areola mammae, bokong, atau perut bagian
bawah. Untuk menghilangkan gatal, biasanya penderita
menggaruk lesi tersebut sehingga ditemukan adanya lesi
tambahan akibat garukan.
d) Riwayat penyakit terdahulu.Tidak ada penyakit lain yang dapat menimbulkan skabies
kecuali kontak langsung atau tidak langsung dengan penderita.
e) Riwayat penyakit keluargaPada penyakit skabies, biasanya ditemukan anggota
keluarga lain, tetangga atau juga teman yang menderita, atau
mempunyai keluhan dan gejala yang sama.
f) Psikososial.Penderita skabies biasanya merasa malu, jijik, dan cemas
dengan adanya lesi yang berbentuk pustul. Mereka biasanya
menyembunyikan daerah-daerah yang terkena lesi pada saat
interaksi sosial.
g) Pola kehidupan sehari-hari.Penyakit skabies terjadi karena hygiene pribadi yang
buruk atau kurang (kebiasaan mandi, cuci tangan, dan ganti baju
yang tidak baik). Pada saat anamnesis, perlu ditanya secara jelas
tentang pola kebersihan diri penderita maupun keluarga. Dengan
adanya rasa gatal di malam hari, tidur penderita sering kali
terganggu. Lesi dan bau yang tidak sedap, yang tercium dari sela-
sela jari atau telapak tangan akan menimbulkan gangguan
aktivitas dan interaksi sosial.
-
7/27/2019 Referat (Edited).docx
16/40
16
2. Pemeriksaan fisikDari pemeriksaan fisik didapatkan kelainan berupa: 14
a) Terowongan berupa garis hitam, lurus, berkelok, atau terputus-putus, berbentuk benang.
b) Papula, urtika, ekskoriasi dalam perubahan eksematous ialah lesi-lesi sekunder yang disebabkan sensitisasi terhadap parasit, serta
ditemukan eksantem.
c) Terlihat infeksi bakteri sekunder dengan impetiginasi danfurunkulosis.
Lokasi biasanya pada tempat dengan stratum korneum yang tipis
seperti: sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku
bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae (wanita),
umbilikus, bokong, genitalia eksterna (pria) dan perut bagian bawah.
Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan kaki bahkan diseluruh
permukaan kulit, sedangkan pada remaja dan dewasa dapat timbul pada
kulit kepala dan wajah. 15
Sifat-sifat lesi kulit berupa papula dan vesikel milier sampai
lentrikuler disertai ekskoriasi. Bila terjadi infeksi sekunder tampak
pustul lentrikuler. Lesi yang khas adalah terowongan (kanalikulus)
milier, tampak berasal dari salah satu papula atau vesikel, panjang kira-
kira 1 cm, berwarna putih abu-abu. Ujung kanalikuli adalah tempat
persembunyian dan bertelur Sarcoptes scabiei.15
3. Pemeriksaan mikroskopisDiagnosis pasti ditegakkan dengan ditemukannya tungau pada
pemeriksaan mikroskopis yang dapat dilakukan dengan berbagai cara,
yaitu: 6,10,12
a) Kerokan kulit.Minyak mineral diteteskan di atas papul atau terowongan
baru yang masih utuh, kemudian dikerok dengan menggunakan
scalpel steril untuk mengangkat atap papul atau terowongan, lalu
diletakkan di atas gelas objek, di tutup dengan gelas penutup, dan
-
7/27/2019 Referat (Edited).docx
17/40
17
diperiksa di bawah mikroskop. Hasil positif apabila tampak tungau,
telur, larva, nimfa, atau skibala. Pemeriksaan harus dilakukan
dengan hati-hati pada bayi dan anak-anak atau pasien yang tidak
kooperatif.
b) Mengambil tungau dengan jarum.Jarum dimasukkan ke dalam terowongan pada bagian yang
gelap, lalu digerakkan secara tangensial. Tungau akan memegang
ujung jarum dan dapat diangkat keluar.
c) Epidermal shave biopsi.Mencari terowongan atau papul yang dicurigai pada sela jari
antara ibu jari dan jari telunjuk, lalu dengan hati-hati diiris pada
puncak lesi dengan scalpel no.16 yang dilakukan sejajar dengan
permukaan kulit. Biopsi dilakukan sangat superficial sehingga tidak
terjadi perdarahan dan tidak memerlukan anestesi. Spesimen
kemudian diletakkan pada gelas objek, lalu ditetesi minyak mineral
dan periksa di bawah mikroskop.
d) Tes tinta Burrow.Papul skabies dilapisi dengan tinta pena, kemudian segera
dihapus dengan alkohol. Jejak terowongan akan tampak sebagai
garis yang karakteristik berbelok-belok karena adanya tinta yang
masuk. Tes ini mudah sehingga dapat dikerjakan pada bayi/anak
dan pasien nonkooperatif.
e) Kuretasi terowongan.Kuretasi superficial sepanjang sumbu terowongan atau pada
puncak papul, lalu kerokan diperiksa dibawah mikroskop setelah
ditetesi minyak mineral. Cara ini dilakukan pada bayi, anak-anak
dan pasien nonkooperatif.
h. Diagnosis BandingAda pendapat yang mengatakan penyakit skabies ini merupakan
the great immitator karena dapat menyerupai banyak penyakit kulit dengan
-
7/27/2019 Referat (Edited).docx
18/40
18
keluhan gatal. Sebagai diagnosis banding ialah: prurigo, pedikulosis
korporis, dermatitis, dan lain-lain. 6
i. PenatalaksanaanPenatalaksanaan skabies dibagi menjadi 2 bagian : 6,10,12
1. Penatalaksanaan secara umum.Pada pasien dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan mandi teratur
setiap hari. Semua pakaian, sprei, dan handuk yang telah digunakan
harus dicuci secara teratur dan bila perlu direndam dengan air panas.
Demikian pula halnya dengan anggota keluarga yang beresiko tinggi
untuk tertular, terutama bayi dan anak-anak, juga harus dijaga
kebersihannya dan untuk sementara waktu menghindari terjadinya
kontak langsung. Secara umum tingkatkan kebersihan lingkungan
maupun perorangan dan tingkatkan status gizinya. Beberapa syarat
pengobatan yang harus diperhatikan :
a) Semua anggota keluarga harus diperiksa dan mungkin semua harusdiberi pengobatan secara serentak.
b) Hygiene perorangan : penderita harus mandi bersih, bila perlumenggunakan sikat untuk menyikat badan. Sesudah mandi pakaian
yang akan dipakai harus disetrika.
c) Semua perlengkapan rumah tangga seperti bangku, sofa, sprei,bantal, kasur, selimut harus dibersihkan dan dijemur dibawah sinar
matahari selama beberapa jam.
2. Penatalaksanaan secara khusus.Obat-obat anti skabies yang tersedia dalam bentuk topikal antara
lain: 6
a) Belerang endap (sulfur presipitatum), dengan kadar 4-20% dalambentuk salap atau krim. Kekurangannya ialah berbau dan
mengotori pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi. Dapat
dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun.
b) Emulsi benzil-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium,diberikan setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh,
-
7/27/2019 Referat (Edited).docx
19/40
19
sering memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah
dipakai.
c) Gama benzena heksa klorida (gameksan=gammexane) kadarnya1% dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif
terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi
iritasi. Pemberiannya cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala
diulangi seminggu kemudian.
d) Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obatpilihan, mempunyai dua efek sebagai anti skabies dan anti gatal.
Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra.
e) Permetrin dengan kadar 5% dalam krim, kurang toksikdibandingkan gameksan, efektifitasnya sama, aplikasi hanya sekali
dan dihapus setelah 10jam. Bila belum sembuh diulangi setelah
seminggu. Tidak dilanjutkan pada bayi di bawah umur 12 bulan.
j. PrognosisDengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakain obat, serta
syarat pengobatan dapat menghilangkan faktor predisposisi, maka
penyakit ini memberikan prognosis yang baik. 6
C.CREEPING ERUPTIONa. Pendahuluan
Creeping eruption disebut juga cutaneous larva migrans (CLM)
disebabkan oleh penetrasi dan migrasi larva nemato da di dalam epidermis.
Istilah creeping eruption digunakan pada kelainan kulit yang merupakan
peradangan berbentuk linear atau berkelok-kelok, menimbul dan progresif,
disebabkan oleh invasi larva cacing tambang yang berasal dari anjing dan
kucing. 16
Creeping eruption termasuk dalam penyakit parasit hewani.
Maksudnya parasit berupa hewan. Beberapabuku menyebutkan sebagai
zoonosis, namun istilah ini kurang tepat karena zoonosis berarti penyakit
-
7/27/2019 Referat (Edited).docx
20/40
20
pada hewan yang dapat ditularkan pada manusia, sedangkan penyakit ini
bukan panyakit hewan. Jadi istilah penyakit parasit hewani lebih tepat. 6,16
Infestasi biasanya terjadi melalui kontak dengan tanah atau pasir
yang terkontaminasi dengan kotoran binatang. Invasi ini sering terjadi
pada anak-anak terutama yang sering berjalan tanpa alas kaki, atau yang
sering berhubungan dengan tanah dan pasir. Demikian pula para petani
atau tentara sering mengalami hal yang sama.
b. EpidemiologiCreeping eruption ditemukan di seluruh dunia tapi paling sering
terjadi di daerah dengan iklim tropis atau subtropis yang hangat dan
lembab, misalnya di Afrika, Amerika Selatan dan Barat, terutama Amerika
Serikat bagian tenggara, Karibia, Afrika, Amerika Selatan, Amerika Pusat,
India, dan Asia Tenggara, di Indonesia pun banyak dijumpai.
Infestasi lebih sering ditemukan saat ini karena tingginya mobilitas
dan tamasya. Dilaporkan adanya outbreak insiden CLM di perkemahan
anak-anak di Miami, Florida pada tahun 2006. Dilaporkan 22 orang
(33,7%) terdiri dari anak-anak dan dewasa, menderita CLM setelah 2,5
minggu berada di perkemahan. Dari analisa didapatkan 22 orang tersebut
berain di kotak pasir selama minimal 1 jam per hari, berjemur matahari 1
jam per hari, 17 dari 22 orang yag terkena ternyata tidak mengenakan
sandal pada saat bermain pasir. Banyak yang mengakui adanya kucing
yang bekeliaran dalam jumlah cukup banyak di sekitar perkemahan. 16
Cara infeksi melalui kontak kulit dengan larva infektif pada tanah.
Orang dari berbagai jenis umur, seksa dan ras bisaterinfeksi jika terpajan
larva. Grup yang beresiko adalah mereka yang pekerjaan atau hobinya
berkontak dengan tanah berpasir yang lembab dan hangat antara lain
sebagai berikut: 6,17,18
1. Orang yang tidak memakai alas kaki di pantai2. Anak-anak yang bermain pasir3. Petani4. Tukang kebun
-
7/27/2019 Referat (Edited).docx
21/40
21
5. Pembersih septic tank6. Pemburu7. Tukang kayu8. Penyemprot serangga
c. EtiologiSreeping eruption biasanya ditujukan untuk lesi yang diakibatkan
cacing tambang dengan hospes non manusia. Penyebab utama adalah larva
yang berasal dari cacing tambang binatang anjing dan kucing, yaitu
ancylostoma braziliense dan ancylostoma caninum. Ancylostoma
braziliense adalah penyebab tersering. Di Asia Timur umumnya
disebabkan oleh Gnathostoma babi dan kucing. Pada beberapa kasus
ditemukan Echinococcus, Strongyloides stercoralis, Dermatobia maziales
dan Lucilia caesar. Selain itu dapat pula disebabkan oleh larva dari
beberapa jenis lalat, misalnya Castrophilus (the horse bot fly) dan cattle
fly. 6,16,17
Penyebab yang umum:
1. Ancylostoma braziliense2. Ancylostoma caninum3. Uncinaria phlebotonum
Penyebab yang jarang:
1. Ancylostoma ceylonicum2. Ancylostoma tubaeforme3. Necator amricanus4. Strongyloides papillosus5. Strongyloides westeri6. Ancylostoma duondenale
b. Siklus HidupSiklus hidup ancylostoma braziliense terjadi pada binatang dan
serupa dengan ancylostoma duodenale pada manusia. Siklus hidup parasit
dimulai saat telur keluar bersama kotoran binatang ke tanah berpasir yang
hangat dan lembab. Pada kondisi kelembaban dan temperatur yang
-
7/27/2019 Referat (Edited).docx
22/40
22
menguntungkan, telur bisa menetas dan tumbuh cepat menjadi larva
rhabditiform. Awalnya larva makan bakteri yang ada di tanah dan berganti
buluh dua kali sebelum menjadi bentuk infektif (larva stadium tiga). Pada
hospes alami binatang, larva mampu penetrasi sampai ke dermis dan
ditranspor melalui sistem limfatik dan vena sampai ke paru-paru.
Kemudian menembus samai ke alveoli dan trakea dimana kemudian
tertelan. Di usus terjadi pematangan secara seksual, dan siklus baru
dimulai saat telur diekskresikan. Larva yang infektif dapat tetap hidup
pada tanah selama beberapa minggu. 6
c. PatogenesisCreeping eruption disebabkan oleh berbagai spesies cacing
tambang binatang yang didapat dari kontak kulit langsung dengan tanah
yang terkontaminasi feses anjing atau kucing. Hospes normal cacing
tambang ini adalah kucing dan anjing. Telur cacing diekskresikan ke
dalam feses, kemudian menetas pada tanah berpasiryang hangat dan
lembab. Kemudian terjadi pergantian bulu dua kali sehingga menjadi
bentuk infektif (larva stdaium tiga). Manusia yang berjalan tanpa alas kaki
terinfeksi secara tidak sengaja oleh larva dimana larva menggunakan
enzim protease untuk menembus melalui folikel, fisura atau kulit intak.
Setelah penetrasi stratum korneum, larva melepas kutikelnya. Biasanya
migrasi dimulai dalam waktu beberapa hari. 6
Larva stadium tiga menembus kulit manusia dan bermigrasi
beberapa cm per hari, biasanya antara stratum germinativum dan stratum
korneum. Larva ini tinggal di kulit berjalan-jalan tanpa tujuan sepanjang
dermoepidermal.hal ini menginduksi reaksi inflamasi eosinofilik setempat.
Setelah beberapa jam atau hari akan timbul gejala di kulit.
Larva bemigrasi pada epidermis tepat di atas membran basalis dan
jarang menembus ke dermis. Manusia merupakan hospes aksidental dan
larva tidak mempunyai enzim kolagenase yang cukup untuk penetrasi
membran basalis sampai ke dermis. Sehingga penyakit ini menetap di kulit
saja. Enzim proteolitik yang disekresi larva menyababkan inflamasi
-
7/27/2019 Referat (Edited).docx
23/40
23
sehingga terjadi rasa gatal dan progresi lesi. Meskipun larva tidak bisa
mencapai intestinum untuk melengkapi siklus hidup, larva seringkali
migrasi ke paru-paru sehingga terjadi infiltrat paru. Pada pasien dengan
keterlibatan paru-paru didapat larva dan eosinofil pada sputumnya. 6
Kebanyakan larva tidak mampu menembus lebih dalam dan mati
setelah beberapa hari sampai beberapa bulan.
d. Manifestasi KlinikMasuknya larva ke kulit biasanya disertai rasa gatal dan panas.
Mula-mula akan timbul papul, kemudian diikuti bentuk yang khas, yakni
lesi berbentuk linear atau berkelok-kelok, menimbul dengan diameter 2-3
mm, dan berwarna kemerahan. Adanya lesi papul yang eritematosa ini
menunjukkan bahwa larva tersebut telah ada di kulit selama beberapa jam
atau hari. 6,17,18
Perkembangan selanjutnya papul merah ini menjalar seperti benang
berkelok-kelok, polisiklik, sepriginosa, menimbul dan membentuk
terowongan (burrow), mencapai panjang beberapa cm. Rasa gatal biasanya
lebih hebat pada malam hari. Terjadi rasa gatal pada ujung lesi yang
bertambah panjang karena terdapat larva. Lebar lesi berkisar antara 3 mm
dan panjang bervariasi mencapai 15-20 cm. Lesi bisa tunggal atau
multipel, sangat gatal dan bisa juga nyeri.
Tempat predileksi adalah di tungkai, plantar, tangan, anus, bokong,
paha, juga di bagian tubuh di mana saja yang sering berkontak dengan
tempat larve berada. Sering terjadi ekskoriasi dan infeksi sekunder oleh
bakteri. Larva terbatas hanya pada lapisan epidermis. Penyakit ini self
limited dengan kematian larva dalam waktu sebulan atau dua bulan.
Infeksi bakteri sekunder bisa terjadi akibat garukan pada lesi. 6,17-19
Tanda dan gejala sistemik (mengi, batuk kering, urtikaria) pernah
dilaporkan pada pasien dengan infeksi ekstensif. Tanda sistemik termasuk
eosinofilia perifer dan peningkatang kadar IgE. Pada kasus creeping
eruption bisaterjadi sindrom loeffler dan mtositis namun jarang dijumpai.
-
7/27/2019 Referat (Edited).docx
24/40
24
Larva bisa bermigrasi ke usus halus dan menyebabkan enteritis eosinofilik.
6
e. DiagnosisDiagnosis creeping eruption ditegakkan berdasarkan riwayat
pajanan epidemiologi dan penemuan lesi karakteristik. Bentuk khas, yakni
terdapatnya kelainan seperti benang yang lurus atau berkelok-kelok,
menimbul, dan terdapat papul atau vesikel di atasnya. Biopsi spesimen
diambil pada ujung jalur yang mungkin mengandung larva. 6
Bila infeksi ekstensif bisa dijumpai tanda sistemik berupa
eosinofilia perifer, sindrom loeffler (infiltrat paru yang berpindah-pindah),
peningkatan IgE. Hanya sedikit pasien yang menunjukkan eosinofilia
perifer dan peningkatan IgE.
Untuk menunjang diagnosa bisa dilakukan biopsi kulit. Biopsi kulit
yang diambil tepat di atas lesi menunjukkan larva (tes periodik asam schiff
positif) di terowongan suprabsalar, terowongan pada membran basalis,
spongiosis dengan vesikel intraepidermal, nekrosis keratinosit dan infiltrat
kronis oleh eosinofil pada lapisan epidermis dan dermis bagian atas. 17,19
f. Diagnosis BandingDengan melihat adanya terowongan harus dibedakan dengan
skabies. Pada skabies terowongan yang terbentuk tidak akan sepanjang
seperti pada penyakit ini. bila melihat bentuk yang polisiklis sering
dikacaukan dengan dermatofitosis. Pada permulaan lesi berupa papul,
marena itu sering diduga insect bite. Bila invasi larvayang multipel timbul
serentak, papul-papul lesi dini sering menyerupai herpes zoster stadium
permulaan. Diagnosis banding mencakup serkaria atau dermatitis kontak,
infeksi bakteri atau jamur, skabies, myiasis, loiasis dan beberapa parasit
migran lainnya. 6
g. PenatalaksanaanInfeksi cacing tambang binatang dicegah dengan menghindari
kontak kulit langsung dengan tanah yang tercemar kotoran binatang.
Pengobatan cacing tambang untuk kucing dan anjing merupakan hal yang
-
7/27/2019 Referat (Edited).docx
25/40
25
utama untuk mencegah creeping eruption. Kotoran binatang harus
dipindahkan secara benar dari area aktivitas manusia. Creeping eruption
bisa dicegah dengan mudah dengan memakai alas kaki yang memadai
setiap saat. 6
Jika dibiarkan saja tanpa pengobatan, larva akan mati dan
diabsorbsi. Meskipun penyakit ini self limited, rasa gatal yang hebat dan
resiko infeksi sekunder memaksa seseorang untuk berobat. Untuk kasus
yang ringan biasanya tidak memerlukan pengobatan. Jika perlu dapat
diberikan secara topikal. Pengobatan topikal ditujukan untuk lesi awal
yang terlokalisasi. Untuk kasus yang lebih berat dapat diberikan obat
peroral. Pengobatan oral untuk lesi yang luas atau gagal dengan topikal.
Antihistamin membantu mengurangi rasa gatal. Jika terjadi infeksi
sekunder oleh bakteri dapat diberikan antibiotik. 6
Sejak tahun 1963 telah diketahui bahwa antihelminthes
berspektrum luas, misalnya tiabendazol ternyata efektif. Dosisnya 50
mg/kgBB/hari, dua kali sehari, diberikan berturut-turut selama dua hari.
Dosis maksimum 3 gr sehari. Jika belum sembuh dapat diulangi setalah
beberapa hari. Obat ini sukar didapat. Efek sampingnya mual,pusing dan
muntah. Eyster mencoba pengobatan topikal solusio tiabendazol dalam
DMSO dan ternyata efektif. Demikian pula pengobatan secara oklusi
selama 34-48 jam telah dicoba oleh Davis. Obat lain ialah albendazol,
dosis sehari 400 mg sebagai obat dosis tunggal, oral atau thiabendazole
topikal merupakan terapi yang direkomendasikan. Namun pengobatan ini
mempunyai efek samping seperti nausea, diare, anoreksia, pusing, sakit
kepala, pembesaran KBG dan reaksi alergi. Keamanan pengobatan ini
selama kehamilan masih belum diketahui. 6,18
Cara terapi ialah dengan cryotherapy yakni menggunakan CO2
snow (dr ice) dengan b.penakanan 45 detik sampai 1 menit, 2 hari
berturut-turut. Penggunaan N2 cair juga pernah dicoba. Cara beku dengan
menyemprotkan kloretil sepanjang lesi. Cara tersebut di atas agak sulit
karena kita tidak mengetahui secara oasti di mana larva berada, dan bila
-
7/27/2019 Referat (Edited).docx
26/40
26
terlalu lama dapat merusak jaringan di sekitarnya. Pengobatan cara lama
dan sudah ditinggalkan adalah dengan preparat antimony. Penggunaan
topikal spray etil klorida, nirtogen cair, fenl, Co2 beku, piperazin sitrat,
elektrokauter dan radiasi tidak behasil karena larva bisa lolos. Kemoterapi
dengan klorokuin, antimony, dan dietilkarbamazin juga tidak berhasil.
1. TiabendazolMerupakan drog of choice. Menghambat enzim fumarat reduktase
sehingga menginhibisi pembentukan mikrotubuli. Akan terjadi
gangguan ambilan glukosa dan inhibisi malat dehidrogenase.
Merupakan anihelminthes heterosiklik generasi ketiga. 6
a) Dewasa1. Topikal berupa supensi 10-15% (kadang dicampur dengan
krim kortikosteroid) secara oklusi, 2 kali sehari, selama
minimal 1 minggu
2. Oral 25-50 mg/kgBB/hari, tiap 12 jam, selama 2-5 harib) Anak-anak
1. Dengan dosis 25-50 mg/kgBB/hari setiap 12 jam. Tidak lebihdari 3 gr/hari
2. Tiabendazol lebih toksik daripada benzimidazol lainnya danivermectin sehingga lebih dipilih agen yang lain. Efek sampign
yang sering berupa pusing, anoreksia, nausea dan muntah.
Permasalahan yang lebih jarang seperti nyeri epigastrium,
kram abdomen, diare, pruritus, nyeri kepala, mengantuk, dan
simtom neuroleptik. Pernah dilaporkan kerusakan hati yang
ireversibel dan sindrom steven johnson. Tiabendazol pada anak
di bawah 15 kg masih terbatas penggunaaannya. Obat ini tidak
boleh digunakan untuk ibu hamil atau yang menderita penyakit
hati maupun ginjal.
2. IvermectinAntiparasit semisintetik makrosiklik yang berspektrum luas
terhadap nematoda. Cara kerjanya dengan menghasilkan paralisis
-
7/27/2019 Referat (Edited).docx
27/40
27
flaksid melalui pengikatan kanal klorida yang diperantarai glutamat.
Mungkin merupakan drug of choice karena keamanan, toksisitas
rendah dan dosis tunggal. 6
a) Dewasa1. 12 mg atau 200 ug/kgBB dosis tunggal
b) Anak-anak1. 5 tahun: sama dengan dewasa
Efek samping mencakup kelelahan, pusing, nausea, muntah,
nyeri perut dan bercak kemerahan. Hindari penggunaan bersama obat
yang meningkatkan aktivitas GABA seperti barbiturat, benzodiazepin
dan asam valproat. Ivermectin tidak boleh diberikan pada ibu hamil.
3. AlbendazolAntihelmintas bersepektrum luas yang mengganggu ambilan
glukosa dan agregasi mikrotubuli. Sebagai alternatif pengganti
tiabendazol. 6
a) Dewasa400 mg per oral, sekali sehari, selama 3 hari atau 2 x 200 mg
sehari selama 5 hari
b) Anak-anak1) 2 tahun: sama seperti dewasaBila digunakan 1-3 hari, albendazol hampir bebas efek
samping. Bisa terjadi gejala ringan distres epigastrium, diare, sakit
kepala, nausea, pusing, lesu dan insomnia. Pada pemakaian jangka
panjang harus dicek darah dan fungsi hati. Tidak bileh diberikan pada
orang yang hipersensitif terhadap benzimidazol lainnya atau orang
dengan sirosis. Kemanan pada ibu hamil dan anak kurang dari 2 tahun
masih belum diketahui.
-
7/27/2019 Referat (Edited).docx
28/40
28
4. MebendazolAntihelmintes spektrum luas yang menginhibisi perakitan
mikrotubuli dan memblok ambilan glukosa sehingga terjdai deplesi
cadangan glikogen parasit. 6
a) Dewasa200 mg per oral, 2 kali sehari selama 4 hari
b) Anak-anak1)2 tahun: seperti dewasa
Bisa terjadi nausea, muntah, diare dan nyeri abdominal. Efek
samping yang jarang berupa reaksi hipersensitivitas, agranulositosis,
alopesia dan peningkatan enzim hati. Mebandazol teratogenik pada
binatang sehingga tidak disarankan untuk ibu hamil. Pada anak kurang
dari 2 tahun harus berhati-hati karena masih kurangnya penelitian.
Kadar plasma bisa berkurang pada penggunaan bersama karbamazepin
atau fenitoin. Meningkat ada penggunaan bersama simetidin. Harus
berhati-hati pada orang dengan sirosis.
Hasil studi yang dilakukan Tae Hyeung Kim, Byeung Song
Lee, dan Wook Mok Sohn mendapatkan bahwa ivermectin dosis
tunggal 12 mg pada studi acak 21 pasien didapat hasil lebih efektif
daripada albendazol 400 mg dosis tunggal. Tiabendazol juga
merupakan pengobatan yang efektif untuk CLM. Namun ivermectin
dan tiabendazol sukar didapat sehingga disarankan pengobatan dengan
albendazol dosis tunggal.
h. KomplikasiKomplikasi yang sering terjadi adalah ekskoriasi dan infeksi
sekunder oleh bakteri akibat garukan. Infeksi umumnya disebabkan oleh
streptokokkus pyogenes. Bisa juga terjadi selulitis dan reaksi alergi.
i. PrognosisPrognosis bisanyan baik. Ini merupakan penyakit yang self limited.
Manusia merupakan hospes aksidental yang dead end di mana larva akan
-
7/27/2019 Referat (Edited).docx
29/40
29
mati dan lesi membaik dalam waktu 4-8 minggu. Dengan pengobatan
progresi lesi danrasa gatal akan hilang dalam waktu 48 jam.
Bisa terjadi reaksi hipersensitivitas. Sering terjadi eosinofilia
perifer. Tidak terjadi imunitas protektif sehingga bisa terjadi infeksi
berulang pada pajanan berikutnya.
D. AMEBIASIS KUTISa. Definisi
Amebiasis kulit adalah infeksi amuba ke dalam kulit dengan gejala
gejala khas. 15
b. EpidemiologiAmebiasis kutis dapat mengenai semua umur, walaupoun lebih
sering terjadi pada usia dewasa. Penyebaran dari amebiasis kutis dapat
terjadi di seluruh dunia dan paling sering adalah di daerah tropis. 6
c. EtiologiPenyebab dari amebiasis kutis adalah Entamoeba Histolytica,
berbentuk bulat dengan diameter 2040 mikron. 6
d. Faktor PredisposisiFaktor faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit ini
umumnya didahului oleh infeksi amuba di tempat lain terutama di saluran
cerna dan abses hati. Orang orang yang kurang mengerti kebersihan
lebih mudah terkena penyakit ini.
e. Perjalanan PenyakitLesi dimulai sebagai abses di sekitar anus, selanjutnya memecah
dan mengeluarkan amuba. Kemudian menjadi daerah yang merah dan
menebal. Biasanya penderita mengeluh gatal dan sakit. 6
f. Pemeriksaan KulitDari pemeriksaan kulit biasanya berlokasi di genitalia eksterna,
sekitar anus, perineum dan bokong dengan efflorensi makula eritematosa
dengan permukaan kasar tak rata, jika sudah lama akan menjadi granuloma
merah di sekitar anus.
-
7/27/2019 Referat (Edited).docx
30/40
30
Gambar 5. Gambaran Klinis Amebiasis Kutis
Dikutip dari 21
g. Gambaran HisopatologiPada epidermis terjadi hiperkeratosis, terdapat pula sebukan
jaringan nekrosis dengan sel plasma, limfosit dan sel sel polinuklear.
E.histolytica dapat ditemukan dalam jaringan kulit.
Gambar 6. Gambaran Histopatologi Amebiasis Kutis
Dikutip dari 22
h. Pemeriksaan Penunjang1. Mencari E.Histolytica dalam tinja2. Pemeriksaan Serologi.
-
7/27/2019 Referat (Edited).docx
31/40
31
i. Diagnosis BandingGranuloma Inguinale, limfogranuloma venereum atau tuberkulosis
mukokutan bahkan karsinoma rektum harus dipikirkan sebagai diagnosis
banding.
j. Penatalaksanaan6o Emetin 1 mg/kgBB selama 1014 hario Diiodohidroksikuinolin atau tetrasiklin juga berkhasiat baik, jika tidak
berhasil dengan emetin
k. PrognosisPrognosis pada penyakit ini baik.
E. INSECT BITEa. Definisi
Insect bite adalah kelainan akibat gigitan atau tusukan serangga
yang disebabkan reaksi terhadap toksin atau alergen yang dikeluarkan
artropoda. 6,15
b. EpidemiologiGigitan serangga dapat mengenai semua umur dengan frekuensi
yang sama pada pria dan wanita.
c. EtiologiToksin atau alergen dalam cairan gigitan serangga tersebut. 6
d. Faktor PredisposisiLingkungan yang banyak serangga, seperti perkebunan,
persawahan dll
e. Perjalanan PenyakitSetelah digigit serangga timbul edema pada kulit, disusul jaringan
nekrosis setempat. Penderita mengeluh gatal dan nyeri pada tempat
gigitan. Gejala sistemik berupa rasa tak enak, muntah muntah, pusing
sampai syok dapat menyertai gigitan dengan toksin yang berat. 6
-
7/27/2019 Referat (Edited).docx
32/40
32
f. Pemeriksaan KulitLokasi yang terkena dapat hampir di seluruh tubuh dengan
effloresensi dapat berupa eritema morbiliformis atau bula yang dikelilingi
eritema dan iskemia, kemudian terjadi nekrosis luas dan gangren. Kadang
kadang berupa pustul miliar sampai lentikular menyeluruh atau pada
sebagian tubuh. 6,15
g. Gambaran HistopatologiEdema antara sel sel epidermis, spongiosis, serta sebukan sel
polimorfonuklear. Pada dermis ditemukan pelebaran ujung pembuluh
darah dan sebukan sel radang akut. 15
h. Pemeriksaan Penunjang1. Pemeriksaan darah melihat eosinofil2. Tes tusuk dan goresan dengan alergen tersangka
i. Diagnosis Banding1. Prurigo : biasanya kronik, berbentuk papula/nodula kronik yang gatal.2. Urtikaria : tidak jelas ada gigitan/tusukan serangga3. Dermatitis kontak : biasanya jelas ada bahan bahan kontaktan, lesi
sesuai dengan tempat kontak.
j. Penatalaksanaan1. Topikal : jika reaksi lokal ringan, dikompres dengan larutan asam borat
3% atau kortikosteroid topikal seperti krim hidrokortison 1 2%. Jika
reaksi berat dengan gejala sistemik, lakukan pemasangan torniket
proksimal dari tempat gigitan, dan diberi obat sistemik.
2. Sistemik : injeksi antihistamin seperti klorfeniramin 10 mg ataudifenhidramin 50 mg. Adrenalin 1% 0,3 0,5 ml subkutan.
Kortikosteroid sistemik diberikan pada penderita yang tak tertolong
dengan antihistamin atau adrenalin. 6,15
k. PrognosisPrognosis pada penyakit kulit akibat gigitan serangga umumnya
baik.
-
7/27/2019 Referat (Edited).docx
33/40
33
F. TRIKOMONIASISa. Definisi
Trikomoniasis merupakan infeksi saluran urogenital bagian bawah
pada wanita maupun pria dapat bersifat akut atau kronik disebabkan oleh
Trichomonas Vaginalis dan peniularannya biasanya melalui hubungan
seksual. 6
b. EtiologiPenyebab trikomoniasis adalah Trichomonas Vaginalis yang
pertama kali ditemukan oleh Donne tahun 1836. T.Vaginalis merupakan
flagellata berbentuk filiformis, berukuran 15 18 mikron, mempunyai 4
flagela dan bergerak seperti gelombang. Parasit ini berkembang biak
secara belah pasang memanjang dan dapat hidup dalam suasana PH 5
7,5. Pada suhu 50 derajat celcius akan mati dalam beberapa menit, tetapi
pada suhu 0 derajat celcius dapat bertahan sampai 5 hari. 6
c. InsidensPenularan umumnya melalui hubungan kelamin, tetapi dapat juga
melalui pakaian, handuk atau karena berenang. Oleh karena itu
trikomoniasis terutama ditemukan pada orang dengan aktivitas seksual
tinggi, tetapi dapat juga ditemukan pada bayi dan penderita setelah
menopause. Penderita wanita lebih banyak dibandingkan pria. 6
d. PatogenesisT. Vaginalis mampu menimbulkan peradangan pada dinding
saluran urogenital dengan cara invasi sampai mencapai jaringan epitel dan
sub epitel. Masa Tunas rata rata 4 hari sampai 3 minggu. Pada kasus
yang lanjut terdapat bagianbagian dengan jaringan granulasi yang jelas.
Nekrosis dapat ditemukan di lapisan sub epitel yang menjalar sampai di
permukaan epitel. Di dalam vagina dan uretra parasit hidup dari sisasisa
sel, kumankuman dan benda lain yang terdapat di dalam sekret. 6
-
7/27/2019 Referat (Edited).docx
34/40
34
e. Gejala Klinis1. Trikomoniasis pada wanita
Pada kasus akut terlihat sekret vagina seropurulen berwarna
kekuning kuningan, kuning hijau, berbau tidak enak, dan berbusa.
Dinding vagina tampak kemerahan dan sembab. Kadang kadang
terbentuk abses kecil pada dinding vagina dan serviks, yang tampak
sebagai granulasi berwarna merah dan dikenal sebagai strawberry
appearance dan disertai gejala dispareunia, perdarahan pasca koitus
dan perdarahan inttermenstrual. Bila sekret banyak yang keluar dapat
timbul iritasi pada lipat paha atau di sekitar genitalia eksterna. Selain
vaginitis dapat pula terjadi uretritis, bartholinitis, skenitis dan sistitis
yang pada umumnya tanpa keluhan. Pada kasus yang kronik gejala
lebih ringan dan sekret vagina biasanya tidak berbusa. 6,15
2. Trikomoniasis pada lakilakiPada lakilaki yang diserang terutama uretra, kelenjar prostat,
kadang kadang preputium, vesikula seminalis dan epididimis. Pada
umumnya gambaran klinis lenih ringan dibandingkan dengan wanita.
Bentuk akut gejalanya mirip uretritis non gonore, misalnya disuria,
poliuria dan sekret uretra mukoid atau mukopurulen. Urin biasanya
jernih, tetapi kadangkadang ada benangbenang halus. Pada bentuk
kronik gejala tidak khas, gatal pada uretra, disuria dan urin keruh pada
pagi hari. 6,15
f. DiagnosisSelain pemeriksaan langsung dengan mikroskopik sediaan basah
dapat juga dilakukan pemeriksaan dengan pewarnaan giemsa, akridin
oranye, leishman, gram dan papanicolau. Akan tetapi pengecatan tersebut
dianggap sulit karena proses fiksasi dan pengecatan diduga dapat
mebgubah morfologi kuman. 6
Pada pembiakan pemilihan media merupakan hal penting,
mengingat banyak jenis media yang digunakan. Media modifikasi
-
7/27/2019 Referat (Edited).docx
35/40
35
diamond, misalnya in pouch tv digunakan secara luas dan menurut
penelitian yang dilakukan media ini yang paling baik dan mudah didapat.
g. PengobatanPengobatan dapat diberikan secara topikal atau sistemik. 6,15
1. Secara topikal, dapat berupa :a) Bahan cairan berupa irigasi, misalnya hidrogen peroksida 1 2%
dan larutan asam laktat 4%.
b) Bahan berupa suppositoria, bubuk yang bersifat trikomoniasidal.c) Jel dan krim yang bersifat zat trikomoniasidal
2. Secara sistemik (oral)\Obat yang sering digunakan tergolong derivat nitromidazol
seperti :
a)Metronidazol : dosis tunggal 2 gram atau 3 x 500 mg per hari selama7 hari
b)Nimorazol : dosis tunggal 2 gramc)Tinidazol : dosis tunggal 2 gramd)Omidazol : dosis tunggal 1,5 gram
Pada waktu pengobatan perlu beberapa anjuran pada penderita :
1. Pemeriksaan dan pengobatan terhadap pasangan seksual untukmencegah jangan terjadi infeksi ping pong
2. Jangan melakukan hubungan seksual selama pengobatan dan sebelumdinyatakan sembuh.
3. Hindari pemakaian barang barang yang mudah menimbulkantransmisi.
-
7/27/2019 Referat (Edited).docx
36/40
36
BAB III
KESIMPULAN
Penyakit kulit parasit menyebar di seluruh belahan dunia dan dikenal sejak
zaman kuno. Terdapat 6 penyakit yang penting, di antaranya adalah skabies,
pedikulosis, tungiasis, dan creeping eruption. Pedikulosis merupakan gangguan
yang disebabkan infestasi tuma yang menghisap darah manusia untuk
mempertahankan hidup. Pada manusia terdapat 4 klasifikasi pedikulosis yaitu;
Pediculus humanus capitis, Pediculus humanus corporis, dan Pthirus pubis.
Pedikulosis Capitis merupakan infeksi kulit rambut kepala yang disebabkan oleh
Pediculus humanus var.capitis. Rasa gatal merupakan gejala utama. Telur-telur
cenderung lebih banyak ditemukan pada daerah oksipital kulit dan di atas telinga.
Kemudian arena garukan akan timbul erosi, ekskoriasi dan infeksi sekunder
berupa pus dan krusta. Pengobatan secara topikal di antaranya dengan pemberian
malathion yang memberikan efek pedikulosid dengan cara pemberian topical
sebanyak 0,5% atau 1% dalam bentuk losio atau sray.
Pedikulosis Corporis merupakan infeksi kulit yang disebabkan oleh
Pediculus humanus var. corporis. Umumnya hanya ditemukan kelainan berupa
bekas-bekas garukan pada badan, karena gatal baru berkurang dengan garukan
yang lebih intensif. Gatal biasanya dirasakan pada malam hari terutama di daerah
ketiak dan badan. Pengobatannya ialah dengan krim gameksan 1% yang dioleskan
tipis di seluruh tubuh dan didiamkan 24 jam, setelah itu penderita disuruh mandi.
Phthiriasis adalah gangguan pada daerah pubis yang disebabkan oleh
infestasi tuma Phthirus pubis. Gejala yang terutama adalah gatal di daerah pubis
dan sekitarnya. Disitu dijumpai bercak yang berwarna abu-abu atau kebiruan yang
disebut sebagai makula serulae. Gejala patognomonik lainnya adalah black dot,
yaitu adanya bercak-bercak hitam yang tampak jelas pada celana dalam berwarna
putih yang dilihat oleh penderita pada waktu bangun tidur. Pengobatannya yakni
dengan gameksan 1% atau benzil benzoat 25% yang dioleskan dan didiamkan
selama 24 jam.
-
7/27/2019 Referat (Edited).docx
37/40
37
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi terhadap tungau sarcoptes scabiei varietas hominis. Terdapat 4 tanda
kardinal yang merupakan tanda khas pada pasien skabies, diantaranya: Pruritus
nokturna, penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, adanya terowongan
(kunikulus) pada tempat-tempat predileksi, dan menemukan tungau.
Penatalaksanaan skabies dibagi menjadi 2 bagian, yaitu penatalaksanaan secara
umum berupa anjuran untuk menjaga kebersihan dan mandi teratur setiap hari.
Semua pakaian, sprei, dan handuk yang telah digunakan harus dicuci secara
teratur dan bila perlu direndam dengan air panas. Dan penatalaksanaan secara
khusus dengan pemberian belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20% dalam
bentuk salap atau krim, emulsi benzil-benzoas (20-25%), gama benzena heksa
klorida 1%, krotamiton 10%, dan permetrin dengan kadar 5%.
Creeping eruption disebut juga cutaneous larva migrans (CLM)
disebabkan oleh penetrasi dan migrasi larva nemato da di dalam epidermis.
Masuknya larva ke kulit biasanya disertai rasa gatal dan panas. Mula-mula akan
timbul papul, kemudian diikuti bentuk yang khas, yakni lesi berbentuk linear atau
berkelok-kelok, menimbul dengan diameter 2-3 mm, dan berwarna kemerahan.
Tempat predileksi adalah di tungkai, plantar, tangan, anus, bokong, paha, juga di
bagian tubuh di mana saja yang sering berkontak dengan tempat larve berada.
Infeksi cacing tambang binatang dicegah dengan menghindari kontak kulit
langsung dengan tanah yang tercemar kotoran binatang. Untuk kasus yang ringan
biasanya tidak memerlukan pengobatan. Jika perlu dapat diberikan secara topikal.
Untuk kasus yang lebih berat dapat diberikan obat peroral. Antihistamin
membantu mengurangi rasa gatal. Obat-obatan yang dapat digunakan antyara lain:
tiabendazol, ivermectin, albendazol, dan mebendazol.
Amebiasis kulit adalah infeksi amuba ke dalam kulit dengan gejala
gejala khas. Dari pemeriksaan kulit biasanya berlokasi di genitalia eksterna,
sekitar anus, perineum dan bokong dengan efflorensi makula eritematosa dengan
permukaan kasar tak rata, jika sudah lama akan menjadi granuloma merah di
sekitar anus. Penatalaksanaan dengan pemberian emetin 1 mg/kgBB selama 10
-
7/27/2019 Referat (Edited).docx
38/40
38
14 hari, diiodohidroksikuinolin atau tetrasiklin juga berkhasiat baik, jika tidak
berhasil dengan emetin.
Insect bite adalah kelainan akibat gigitan atau tusukan serangga yang
disebabkan reaksi terhadap toksin atau alergen yang dikeluarkan artropoda.
Penderita mengeluh gatal dan nyeri pada tempat gigitan. Penatalaksanaan dengan
pemberian secara topikal : jika reaksi lokal ringan, dikompres dengan larutan
asam borat 3% atau kortikosteroid topikal seperti krim hidrokortison 12%. Dan
sistemik : injeksi antihistamin seperti klorfeniramin 10 mg atau difenhidramin 50
mg. Adrenalin 1% 0,30,5 ml subkutan.
Trikomoniasis merupakan infeksi saluran urogenital bagian bawah pada
wanita maupun pria dapat bersifat akut atau kronik disebabkan oleh Trichomonas
Vaginalis dan peniularannya biasanya melalui hubungan seksual. Pengobatan
dapat diberikan secara topikal atau sistemik. Secara topikal, dapat berupa bahan
cairan berupa irigasi, bahan berupa suppositoria (bubuk yang bersifat
trikomoniasidal), dan jel dan krim yang bersifat zat trikomoniasidal. Secara
sistemik obat yang sering digunakan tergolong derivat nitromidazo: metronidazol,
nimorazol, tinidazol, dan omidazol.
-
7/27/2019 Referat (Edited).docx
39/40
39
DAFTAR PUSTAKA
1. Hawker, J. et al., 2006. Communicable Disease Control Handbook.Blackwell: Oxford.
2. Heukelbach, J. & Feldmieier, H., 2008. Epidemiological And ClinicalCharacteristics Of Hookworm-Related Cutaneous Larva Migrans. Lancet
Infect Dis, 8, pp.302-9.
3. Terry, B. et al., 2001. Sarcoptes Scabiei Infestation Among Children In ADisplacement Camp In Sierra Leone.Public Health, 115, pp.208-11.
4. Feldmeier, H. & Heukelbach, J., 2008.Epidermal Parasitic Skin Diseases: ANeglected Category Of Poverty-Associated Plagues. WHO.
5. Guenther, L., 2012. Pediculosis (Lice). [Online] Available at:http://emedicine.medscape.com/article/225013-overview [Accessed 2 April
2012].
6. Djuanda, A. et al., 2007. Ilmu penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta:FKUI.
7. Natadisastra, D. & Ridad, A., 2009. Parasitologi Kedokteran: Ditinjau dariOrgan Tubuh yang Diserang. Jakarta: EGC.
8. Graham, R. & Burns, T., 2005. Lecture Notes Dermatologi. 8th ed. Jakarta:Erlangga.
9. Heukelbach, J., Walton, S. & Feldmeier, H., 2005. Ectoparasitic Infestations.Curr Infect Dis Rep, 7, pp.373-80.
10. Burns DA. Diseases Caused by Arthropods and Other Noxious Animals, in:Burns T,Breathnach S, Cox N, Griffiths C. Rooks Textbook of Dermatology.
Vol.2. USA:Blackwell publishing; 2004. 37-47
11. Http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/c/c0/Sarcoptes_scabei_2.jpg/230px-Sarcoptes_scabei_ 2.jpg
12. Amiruddin MD. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed.1. Makassar: FakultasKedokteran Universitas Hasanuddin ; 2003. 5-10.
13. : http://en.wikipedia.org/wiki/File:ScabiesD08.JPG14. Harahap M. Ilmu Penyakit Kulit.Ed.1. Jakarta: Hipokrates; 2000. 109-13
http://emedicine.medscape.com/article/225013-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/225013-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/225013-overview -
7/27/2019 Referat (Edited).docx
40/40
15. Siregar RS, Wijaya C, Anugerah P. Saripati Penyakit Kulit dan Kelamin.Ed.3. Jakarta: EGC; 1996. 191-5.
16. Peris,M. Pruritic, serpiginous eruption in a returning traveller. CMAJ2008;179:51-52.diunduh dari: http//:www.cmaj.ca/cgi/content/full/179/1/51
17. Tierney,M, Papadakis.Cutaneous Larva Migran. Terdapat dalam: Currentmedical diagnosis & treatment 45th ed[ebook]. San Francisco:Mc Graw
Hill.2003.pg 1520.
18. Gerd P,Thomas J.Cutaneous Larva Migran. Terdapat dalam: Fitzpatrick`sdermatology in general medicine 6th ed[ebook]. New York:Mc Graw
Hill;2003.ch 236.
19.Ngan,V. Cutaneous larva migran. DermNetNZ:New Zealand.2007. diunduhdari:http://www.dermnetnz.org/arthropods/larva-migrans.html
20. Carlson,Amy Olivia. Cutaneous larva migran. 2005. Diunduh dari:http://www.stanford.edu/group/parasites/ParaSites2005/CLM
21. (http://dermatology.cdlib.org/DOJvol2num1/path/clinical.jpeg)22. (http://dermatology.cdlib.org/DOJvol2num1/path/histo2.jpeg)
http://www.dermnetnz.org/arthropods/larva-migrans.htmlhttp://www.dermnetnz.org/arthropods/larva-migrans.htmlhttp://www.dermnetnz.org/arthropods/larva-migrans.htmlhttp://www.stanford.edu/group/parasites/ParaSites2005/CLMhttp://www.stanford.edu/group/parasites/ParaSites2005/CLMhttp://dermatology.cdlib.org/DOJvol2num1/path/clinical.jpeghttp://dermatology.cdlib.org/DOJvol2num1/path/clinical.jpeghttp://dermatology.cdlib.org/DOJvol2num1/path/clinical.jpeghttp://dermatology.cdlib.org/DOJvol2num1/path/histo2.jpeghttp://dermatology.cdlib.org/DOJvol2num1/path/histo2.jpeghttp://dermatology.cdlib.org/DOJvol2num1/path/histo2.jpeghttp://dermatology.cdlib.org/DOJvol2num1/path/histo2.jpeghttp://dermatology.cdlib.org/DOJvol2num1/path/clinical.jpeghttp://www.stanford.edu/group/parasites/ParaSites2005/CLMhttp://www.dermnetnz.org/arthropods/larva-migrans.html