shinaatul mujam edited

147
Shinaatul Mu’jam “ Penyusunan Kamus Arab ” Modul Mata Kuliah Leksikologi & Leksikografi Arab Dosen : Prof. Dr. Syamsul Hadi, S.U., M.A JURUSAN SASTRA ARAB PRODI SASTRA ASIA BARAT Page 1

Upload: gueszmann-von-guso

Post on 25-Oct-2015

233 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

mmmm

TRANSCRIPT

Shinaatul Mu’jam“ Penyusunan Kamus Arab ”

Modul Mata Kuliah

Leksikologi & Leksikografi Arab

Dosen :

Prof. Dr. Syamsul Hadi, S.U., M.A

JURUSAN SASTRA ARAB

PRODI SASTRA ASIA BARAT

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2013

Page 1

KATA PENGANTAR

Perhatian saya terhadap perkamusan Bahasa Arab berawal sejak beberapa tahun ketika saya mempelajari buku “diwan Adab” karya Al Farabi sebagai judul tesis untuk memperoleh gelar magister. Dalam menelaah buku ini saya memfokuskan pada satu masalah dalam memaparkan kemungkinan mengambil kesimpulan dari metode “diwan Arab” dalam meletakkan aturan penyusunan materi perkamusan Arab secara tertib tidak terdapat penyampuran, ketidak teraturan dan kesesatan.

Selanjutnya, saya memiliki beberapa kesempatan dalam memberikan perhatian saya dibidang ini, dan merambat ke permasalahan yang terdapat didalamnya. Diantara kesempatan yang penting yaitu:

1. Keikut sertaan saya dalam penyusunan dan penerbitan beberapa kamus penting Bahasa Arab, diantaranya yaitu: a. Kamus Bahasa Arab dasar yang saya kumpulkan besera beberapa ahli leksikologi.

Selanjutnya saya menerbitkan kamus tersebut `(percetakan Dar Arus tahun 1989)b. Leksikologi modern metode dan langkah pengerjaan.

2. Kehadiran saya dalam berbagai seminar yang membahas pentingnya Leksikologi Bahasa Arab dan tantangannya. Dan saya turut ikut serta dalam kajian dan diskusi . Diantaranya:a. Dauroh pertama penyusunan kamus Bahasa Arab ( Rabat 1981)b. Loka karya perkamusan Bahasa Arab Dasar ( Tunisia 1984)c. Loka karya perkumpulan ahli perkamusan Bahasa Arab se-Tunisia ( Tuniasi 1986)d. seminar internasional sejarah, pembuatan mu’jam dan kamus bahasa Arab

( Budabast 1993)e. Debat terbuka dalam Bahasa dan Sastra (Tunisia 1996) dan waktu itu saya ikut

membahas makalah dengan judul “ kamus Bahasa Arab antara kenyataan dan ambisi)f. pertemuan Bahasa arab modern di Mesir (cairo 1997) dan waktu itu saya ikut

membahasa makalah dengan judul “ kamus bahasa arab modern dan keluar dari ensiklopedi tertutup”

g. pertemuan dasar-dasar teoritis perkamusan (Tunisia 1997) dan waktu itu saya ikut membahas makalah dengan judul “perkamusan dan petunjuk: teori dalam metode menjelaskan makna”

3. keaktifan saya sebagai pengajar tentang matakuliah “perkamusan Bahasa Arab” di seluruh universitas libia, universitas kuwait dan unversitas cairo.

4. Pembuatan buku yang berjudul “pembahasan Bahasa dalam dunia Arab” dan setengah dari pembahasannya di khususkan dalam membahas tentang masalah-masalah perkamusan bahasa Arab dan buku lain yg saya buat adalah “kamus anak”

Sejak waktu lama saya yakin bahwa kegiatan ilmiyah tidak hanya bersifat regionl, diskusi tentang kebahasaan tidak akan berkembang tanpa membuka caklawala untuk memberi perhatian terhadap bahasa lain selain Arab. Para ahli leksikograf arab harus belajar banyak terhadap kegiatan perkamusan bahasa Asing serta terhadap metode-metode yang di gunakan dan juga teknik modern yg digunakan dalam pembuatan kamus.

Pada tahun-tahun terakhir perhatian saya lebih terfokuskan pada linguistik terapan dari pada linguistik teoritis. Saya melakukan berbagai macam telaah tentang istilah yang saat ini disebut dengan “ilmu linguistik terapan” adapun cabang-cabang ilmu linguistik terapan yaitu:

1. Leksikografi2. Penerbitan dan bahasa politik3. Terjemah 4. Pembelajaran bahasa arab termasuk didalamnya pembuatan evaluasi bahasa, metode

bahasa, penghapusan buta huruf dan pembelajaran orang dewasa5. Bahasa sebagai perangkat penerangan 6. Aturan penulisan, perbaikan abjad dan cara imlak

Page 2

Dan buku inilah Buah dari kepedulian ini saya selama ini, yang merupakan buku bahasa arab yang pertama kali yang ditulis dengan cara kerja para leksikograf. Sehingga membuka pemikiran dan perkembangan khususnya bagi pada penggiat kamus. Perkamusan bukan menjadi sebuah perkejaan sampingan melainkan menjadi perkejaan yang luar biasa. Pembuatan kamus yang dulu menjadikan sebuah beban bagi pembuatnya, dengan adanya buku ini pembuatan kamus menjadi hal yang menguntungkan yang menjadi persaingan yang berat yag disebut dengan perang kamus.

pengarang

Page 3

BAB ILEKSIKOLOGI MODERN

1. 1. Pendahuluan1. 1. 1 Makna Mu‘jam dan Etimologinya

Secara etimologis ‘isytiqaq’ kata م�ع�ج�م berasal dari verba ع�ج�م� berartiه�ام� ب �ال ’tidak jelas‘ اdan غ�م�و�ض� �ع�ج�ام samar-samar’. Dari kata itu kemudian muncul kata atau istilah‘ ال �أل atau ا

ج�ل �ع�ج�م ى ر� �ع�ج�ام أ و�أ apabila ada orang yang ucapan dan perkataanya tidak fasih dan tidak jelas. Seekor hewan juga dinamakanع�ج�م�اء karena dia tidak bisa berbicara. Demikian pula orang Arab menyebut negara Persia sebagai ع�ج�م� �د�ال ال karena orang Arab menganggap bahasa بorang Persia tidak jelas dan tidak bisa mereka pahami.

Verba ع�ج�م� akan mempunyai makna baru apabila ditambahkan hamzah di depannya menjadi ع�ج�م�� :yaitu berfungsi menegasikan, meniadakan, dan penghapusan, seperti contoh ,أ

�ت� �ي ك �ش� $ا ا �ن ف�ال berarti ت�� ل �ز� �ه� أ �ت �اي ك ش� ‘saya telah menghapus pengaduannnya’,

�ت� ذ�ي �ق,,� �ن� ا ي/ ع�ي ب الص,,2 berarti ذ�ي �ت� ق,,� ل �ز� ا أ ا م,,� ه,,� م ن� ب ’saya telah menghapus debu dari matanya’. Contoh lainnya ada verba �ق�س�ط� dan ق�س�ط� �م� Verba pertama bermakna .أ ’berbuat zalim‘ ظ�لdan yang kedua bermakna ,’menghilangkan kezaliman‘ ع�د�ل� seperti firman Allah dalam al-Qur’an:

�ق�اس ط�و�ن� م2اال� 2م� و�أ ه�ن ج� �و�ال �ان $ا ف�ك ح�ط�ب

‘Allah mencela orang-orang yang berbuat zalim’ (QS. Al Jin: 15)

ن2 �ح بB الله� ا �ن� ي �لم�ق�س ط ي ا ‘Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat adil’ (QS. Al Maidah: 14) Makna �ع�ج�م� menghilangkan‘ أ ketidakfasihan, kesamaran, dan ketidakjelasan’ ini dapat dijelaskan pula, yaitu adanya titik pada kata ع�ج�ام� �ال hanya bisa ب Contoh lain adalah fonem .اdibaca ‘ba’ karena adanya satu titik di bawahnya, ‘ta’ karena adanya dua titik di atasnya atau ‘ţa’ karena adanya tiga titik di atasnya. Adanya titik itulah kemudian menjadi hilang kesamaran pembaca dan bisa membedakan fonem-fonem yang seharusnya ada titiknya atau tidak ada titiknya.

Makna mu‘jam berarti pula �اب �ك ت ,’buku‘ ال yaitu buku yang berisi kata-kata bahasa, menerangkan serta menjelaskan maknanya dan disusun menggunakan formasi tertentu. Buku semacam ini dinamakan mu’jam karena buku tersebut disusun secara alphabetis atau hijaiyah sehingga menjadi jelas bagi pembacanya. Kata sendiri dalam bahasa Arab merupakan م�ع�ج�م ism maf’ûl (nomina objek) dari fi‘l (verba) ع�ج�م�� ’juga maşdar mimy ‘nomina awal fonem mim أdari verba tersebut dan maknanya menjadi ketaksaan.

1. 1. 2 Leksikologi dan Leksikografi

Dalam konteks tertentu dua istilah ini tersebar dalam bahasa Inggris modern, yaitu pada wacana leksikal dan konstruksinya. Di samping itu, digunakan pula istilah dictionary dan sedikit sekali penggunaan istilah leksikon. Apabila kedua istilah tersebut terbatas pada tingkatan yang lebih besar, maka istilah tersebut dapat disejajarkan dengan istilah mu’jam dalam bahasa Arab. Akan tetapi, hal ini menimbulkan perdebatan di kalangan linguis Arab sendiri karena ada yang berpandangan bahwa ada ketidakjelasan dari aspek semantisnya.

Jika merujuk pada ensiklopedia linguistik, kamus istilah, dan wacana-wacana perkamusan, dapat dikemukakan beberapa pandangan atau teori sebagai berikut.

1. Hartmann berpendapat bahwa leksikografi terdiri atas:a. aspek teoretis atau kumpulan teori dasar yang berisi kaidah kerja

Page 4

kamus,b. aspek praktis atau proses penyusunan kamus.

2. Ensiklopedia bahasa dan linguistik membatasi konsep leksikografi, yaitu suatu keterampilan praktis dan bukan ilmu karena leksikografi dikenal sebagai seni penulisan kamus. Berbeda dengan leksikologi, yaitu berkaitan dengan leksikal, baik ditinjau dari segi etimologinya maupun semantisnya. Akan tetapi, ensiklopedia umum linguistik memperluas konsep leksikografi yang mencakup proses penulisan dan penyusunan untuk kerja referensi yang dibangun berdasarkan entri, seperti dictionaries, thesauruses (ensklopedia), glosassaries (glosarium), concordances (indeks), dan petunjuk-petunjuk pemakaian yang memberikan informasi kosakata dan koleksi bahasa.

3. Bo Svensen dalam bukunya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, yaitu Practical Lexicography menambahkan pengertian leksikografi adalah mengklasifikasikan konsep leksikografi kepada penyusunan kamus dan produktifitasnya. Pendapatnya ialah:a. penulisan tentang berbagai kamus (bukan penulisan isinya),b. wacana tentang berbagai teori dan metode yang menyebutkan dasar kegiatan penulisan ini.

Svensen membandingkan bahwa istilah leksikologi merupakan cabang ilmu linguistik yang berkaitan dengan leksikal, bentuk, serta semantiknya. Sementara dalam padanannya dengan bahasa Arab, kedua istilah tersebut tetap menjadi perbedaan pendapat seperti berikut.

المصطلح العايد بعلكى المعجمالموحد

المسدى

Leksikografi المعاجمية ع,,,,ة ص,,,,نا المعجم

ص,,,,,,,,ناعة المع,,,,,,اجممعجميات

قاموسية

Leksikologi المعجمية علمالمفردات

دراس,,,,,,,,ة المف,,,,ردات

متن علم اللغة

معجمية

المصطلح الخولى معجممص,,,طلحا

علم ت اللغ,,,,,,,,,ةالحديث

خليل حلمى الودغيرى

Leksikografi صناعةالمعاجم

صناعةالمعاجم

المعاجم علمالمعاجم علم

التطبيقىص,,,,ناعة فن

المعاجم

الصناعة علم القاموسية

Leksikologi علمالمفردات

دراسةالمفردات

علمالمفردات

المعجم علمدراس,,,ة علم

األلفاظ

Penulis buku ini juga bependapat bahwa untuk menghindari tumpang tindih penggunaan, maka istilah leksikografi dipadankan dengan kata لمعجميةا dan istilah leksokologi dipadankan dengan المفرداتية. Hal ini lebih baik daripada membedakan keduanya dengan bentuk tunggal

Page 5

atau jamak (المعجمية-المعاجمية) atau justru memisahkan keduanya dan menggunakan satu istilah saja untuk menghindari perbedaan satu dan lainnya, yaitu kamus.

1. 1. 3 Kamus dan Ensiklopedi

Kamus merupakan kerja referensi seperti ensiklopedia, tetapi memiliki 3 ciri yang berbeda sebagaimana berikut.

1. Ensiklopedia merupakan kamus besar mencakup berbagai kumpulan (isi) buku, sedangkan kamus kapasitasnya lebih disesuaikan dengan tujuan dan penggunaannya.

2. Kamus tidak berisi atau memfokuskan pada materi non-bahasa, seperti nama-nama bendera, geografi, distrik, kota, sungai, gunung, laut, teluk, peristiwa, tahun sejarah, peraturan pemerintahan dan non pemerintahan serta lembaga-lembaga lainnya. Kalaupun disebutkan, maka gambarannya sangat singkat karena detilnya merupakan bagian dari ensiklopedia.

3. Kamus tidak memperhatikan kesatuan kamus bahasa dan pengetahuan bahasa khusus. Sementara ensiklopedia memperhatikan makna-makna dasar untuk kesatuan kamus. Ensklopedia juga memberikan informasi tentang dunia luar yang non-bahasa. Kamus bahasa menerangkan kata-kata, sedangkan ensklopedia menerangkan sesuatu. Misalnya, kata bridge ‘jembatan’, pembaca kemudian dapat melihat dua rujukan atau referensi, yaitu kamus Oxford Inggris (segi bahasa) dan Ensiklopedi Inggris (segi ensiklopedinya). Kamus Oxford menyebutkan makna ‘jembatan’ adalah ‘jalan tinggi di atas sungai’ atau ‘suatu tempat untuk melintas yang menghubungkan dua tempat tinggi di atas permukaan tanah. Di dalam kamus disebutkan pula terjadinya perbedaan bentuk jembatan dan material bangunan serta mengambil beberapa contoh bentuk ‘jembatan’ dari tahun-tahun yang berbeda, sedangkan Ensiklopedia Inggris setelah mendefinisikan arti kata ‘jembatan’ tersebut disebutkan (dijelaskan) pula hal-hal yang berkaitan dengan bentuk-bentuk jembatan dan macam-macam contohnya, seperti jembatan gantung, jembatan yang dapat diangkat/bergerak, dan sebagainya). Di samping itu, dijelaskan pula berkaitan dengan pembangunaan jembatan dari tinjauan historisnya, menyebutkan macam-macamnya, rencana pembangunannya, sketsa konstruksinya yang berhubungan dengan anak sungai dan seterusnya.

Contoh lain, kata ‘kepercayaan’ dalam entri ensklopedia tidak berkaitan dengan pengucapan dan semantisnya, tapi langsung dijelaskan tentang kepercayaan-kepercayaan yang ada di dunia, sejarah, permulaan, dan pelaksanaan ritualnya. Dalam ensiklopedi, kata-kata tersebut tidak jelas maknanya melainkan hanya diikuti dengan benda-benda yang menunjukkan arti kata-kata tersebut.

1. 1. 4 Perluasan Penggunaan Istilah Mu’jam

Meskipun telah dijelaskan perbedaan antara mu’jam dan ensiklopedia di atas, tetapi di kalangan linguis Arab tetap ada penggunaan istilah mu’jam. Istilah ini dalam beberapa praktiknya memiliki karakter yang digunakan dalam penyusunan ensiklopedia, yaitu diawali dengan bentuk entri atau bagian-bagiannya tersusun dengan urutan alphabetis hijaiyah.

Perluasan makna kata mu’jam ini diperkirakan mulai dikenal dan digunakan sejak para ulama hadiţ nabi. Merekalah yang terlebih dahulu menggunakan kata mu’jam daripada ahli bahasa. Mereka menggunakan kata mu’jam ketika menyusun kitab-kitab hadiţ ataupun mengumpulkan nama-nama sahabat yang meriwayatkan hadiţ tersebut dan mereka mengurutkannya secara alphabetis. Diceritakan Al Bukhari (194-256H) sebagai orang yang pertama kali menggunakan kata mu’jam ini untuk mendeskripsikan salah satu bukunya yang tersusun secara alphabetis. Langkah ini diikuti Abu Ya’la Ahmad ibnu Ali ibnu al-Muţanna (210H-307H) pengarang Mu’jam aş-Şabāḥ; Abu Qasim al-Baghawiy (meninggal 317H) pengarang Mu’jam al-Hadiţ (kamus modern). Selain itu, ada pula Mu’jam al-Udabā’ dan

Page 6

Mu’jam Buldān oleh Yaqūt Al-Humawiy dan Mu’jam asy-Syu’arā oleh al-Marzubaniy dan pada masa modern muncul Mu’jam al-Bābitīn oleh penyair-penyair Arab modern.

Berkaitan dengan hal tersebut Landau berusaha memperluas penggunaan istilah mu’jam. Dia berpendapat bahwa istilah mu’jam ini jika dikaitkan dengan kerja ensiklopedia sangat menarik perhatian kalangan penulis dan penyair serta memberikan pengaruh positif terhadap strategi perdagangan karena kata tersebut memiliki arti ‘ikatan, budaya, dan cermat’. Dengan demikian banyak sekali dijumpai buku-buku berlabel mu’jam, seperti mu’jam-mu’jam syair, tekstil, jalan, profesi, detasemen, dan sebagainya.

1. 1. 5 Mu’ jam dan QāmūsPada masa modern, kata qāmūs ‘kamus’ digunakan untuk berbagai jenis mu’jam, baik

bahasa Arab, bahasa asing, maupun bilingual. Kata qāmūs sendiri dari segi bahasa berarti ‘kedalaman laut, tengahnya, atau pun permukaannya’ atau ‘letaknya lebih dalam dari pada laut’, kata Abu Ubaid. Dengan referensi makna tersebut al-Fairuzzabadi, seorang ilmuwan abad ke-8, menyusun sebuah kamus al-Qāmūs al-Muḥīṭ yang kemudian menjadi sangat populer dan tersebar hingga menjadi referensi para peneliti. Dia mendefinisikan kata mu’jam sebagai ‘samudra yang luas dan dalam’. Jadi jika kata qāmūs ini berdiri sendiri dengan awalan ‘al’, maka yang dimaksud adalah al-Qāmūs al-Muḥīṭ karya Fairuzzabadi. Dari situlah para peneliti pun akhirnya menganggap bahwa kata qāmūs dan mu’jam adalah sinonim dan mereka seterusnya menggunakan istilah qāmūs untuk menyebut mu’jam. Namun, istilah ini tetap menjadi bahan perdebatan di kalangan ilmuwan, maka Lembaga Bahasa Arab kemudian menetapkan bahwa istilah Qāmūs digunakan juga di dalam Mu’jam al-Wasīṭ. Lembaga ini menganggap bahwa kata qāmūs untuk menyebut berbagai mu’jam tersebut sebagai bentuk perluasan pemakaian.

1. 1. 6 Wihdah al-Mu‘jamiyah (leksem)Leksem ialah satuan leksikal dasar yang membentuk daftar entri kamus. Entri biasanya

mengisyaratkan adanya suatu kesatuan yang utuh antara bentuk dan makna atau setidaknya mendekati. Entri kamus juga mencakup kesatuan bentuk yang sesuai dengan akar atau asal-usul bahasanya.

Pemahaman kata

1. 2 Perspektif Historis Awal mula pembuatan kamus dilakukan oleh orang-orang India, Yunani, Mesir Kuno,

dan Cina. Pada abad pertengahan, ini kemudian berkembang di kalangan orang-orang Arab dan sebagian Ibrani. Ide pembuatan kamus lengkap muncul dalam pemikiran linguis Arab sejak pertengahan abad ke-2 H, yaitu saat al-Khalil ibnu Ahmad al-Farāhidiy (100-175H) menulis kamusnya yang populer ‘al-Ain’. Al-Khalil menyusun kamusnya menggunakan metode statistik dan mempertimbangkan segi fonetis atau makhārij al-hurūfnya. Penyusunan ini lalu diikuti penyusunan kamus-kamus lainnya pada abad ke-3 dan dengan berbagai macam formasinya serta diurutkan secara kata ‘morfemis’ dan makna. Untuk kamus morfem diurutan dari segi fonetis, abjad, dan wazn ‘pola’nya. Sementara Kamus Abjad disesuaikan dari segi prefiks dan suffiksnya.

Apabila peneliti ingin mengadakan penelitian khusus tentang kumpulan fonetis, gambar pembentuk kalimat, gabungan fonetis yang diperbolehkan atau tidak, maka referensinya adalah kamus yang berdasarkan urutan fonetis. Dengan demikian jika menginginkan penelitian tentang:

1. kamus lengkap dan terperinci, referensinya adalah Tahżību al-Lughah atau al- Lisān atau Tāju al-‘Arūsy,

2. keistimewaan pola wazn, referensinya adalah al-Mu’jam al-Abniyā, 3. korelasi makna partikuler (khusus) dengan makna umum, referensinya adalah al-

Maqāyis, 4. membedakan antara makna hakiki dengan makna majaz, referensinya adalah al-Asās al-

Balāghah yang ditulis oleh az-Zamakhsyariy,

Page 7

5. mengetahui morfem dan istilahnya, referensinya adalah Mu’ jam al-Mandu’āt, 6. mencari istilah fiqh, referensinya adalah al-Misbāh al-Munīr yang ditulis oleh al-

Fayumiy, 7. menguatkan kebakuan kata baru atau kata yang baru dilahirkan, referensinya adalah al-

Mu’ jam al-Wasīṭ.

Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila banyak orang barat yang terpesona dengan keunggulan bidang perkamusan di dunia Arab ini. Haywood mengatakan bahwasanya orang Arab menempati posisi utama dalam bidang perkamusan, baik dari segi waktu maupun tempat. Begitu pula dari segi ilmuwan lama dan modern, baik dari timur maupun barat. Munculnya masa kebangkitan perkembangn pembuatan kamus secara universal menggunakan alat-alat modern dalam menyusun kaidah, materi, analisis, dan sebagainya. Zagusta mengatakan meskipun perkamusan ini terbagi menjadi beberapa golongan sekitar bahasa, tetapi mempunyai standar umum yang mencakup teori, metode, dan prosedur.

1. 3 Perhatian dan Kerja Perkamusan pada Masa Modern

Meskipun dari perspektif sejarah kerja kamus maju dan berkembang, tetapi belum mendapatkan keunggulan dari segi perhatian dan sistematisnya. Baru pada abad ke-18 muncul 2 indeks bebas yang tertuang dalam bidang perkamusan, yaitu dari Barat dan Arab. Metode indeks barat sangat sulit sebagaimana Bailey dan Johnson ketika menulis kamusnya, yaitu adanya asas-asas yang harus ada dalam pembuatan kamus. Di Arab, ada Ibnu Tayyib al-Fasy (1697-1756M/1110-1170H) membuat sejumlah kamus, antara lain: Syarh Kifāyah al-Mutaḥaffiȥ dan Idlā’ah al-Rumūz. Kebangkitan perkamusan di Arab ini dimulai lagi sekitar abad ke-19, ketika orang-orang Persia datang dari berbagai penjuru, antara lain: Ahmad Faris as-Sidyaq, Ibrahim al-Yazijiy dan Anastas al-Karmaliy, dan sebagainya.

Pada Abad ke-20 perhatian terhadap kerja kamus menunjukkan gairah yang lebih baik lagi, misalnya pembentukan teori, struktur, dan sebagainya. Perhatian pada masa itu berupa:

1. konsistensi terhadap materi bahasa yang masih hidup, kumpulan kutipan berhubungan dengan materi kamus tradisional yang memindahkan (entri) dari satu kamus ke kamus lainnya,

2. munculnya penulis atau pembuat kamus atau ensiklopedi kamus yang memasukkan daftar bibliografi untuk kerja kamus,

3. membuat kaidah perkamusan, baik dengan metode kolektif manual maupun dengan komputer,

4. munculnya revolusi (pembaharuan) yang memberikan perhatian terhadap perkamusan sebagai berikut.a. Dictionaries yang bersumber dari lembaga kamus Amerika Utara, mulai muncul

tahun 1979,b. The Bulletin of Europen Association for Lexicography, mulai muncul tahun 1984,c. The Internasional Journal of Lexicography, mulai muncul tahun 1988,d. Majalah kamus yang bersumber dari Lembaga Kamus Arab di Tunisia dan

diterbitkan pertama kali pada pertengahan tahun 80-an,e. Majalah Kamus yang berasal dari Cina,f. Majalah kumpulan bahasa Arab di Cairo, g. Pendirikan pusat penelitian kamus di Universitas Indiana,h. Persaingan dalam penerbitan kamus pada era ekspansi Amerika sejak tahun 60-an.

Tokoh-tokohnya pada masa ini antara lain Funk & Wagnalls, Random House, Merriem Webster. Sekitar tahun 70-an, perhatian ini berpindah ke Inggris, yaitu saat penerjemahan terbesar kamus Inggris dan penerbitan kamus pertama: The Longman Dictionary of Contemporary English tahun 1978 diikuti cetakan kedua (1987),

Page 8

disusul cetakan ketiga (1995). Hal ini diikuti pula bentuk terobosan baru dalam pembuatan kamus yaitu: The Collins Cobuild Dictionary of the English Language.

i. Diadakan konferensi komunitas penelitian Amerika dan negara– negara Eropa pada awal tahun 60-an untuk mendiskusikan berbagai masalah yang

berkaitan dengan pembuatan kamus (Indian, 1960; Hawai, 1970 serta New York, 1972).

1. 4 Perkamusan dan LinguistikAbad ke-20 merupakan abad perubahan bagi penyusunan perkamusan di Amerika. Para

penulis mulai mengarahkan perhatiannya kepada cabang linguistik yang lainnya, seperti fonologi dan naḥw ‘gramatika’. Sebagian besar mereka berpendapat bahwa kamus digabungkan ke dalam gramatika (dalam artian kamus memperhatikan makna kosakata dan tidak mungkin menjadikannya dalam satu kaidah dengan naḥw). Para ilmuwan berpendapat bahwasanya perkamusan itu muncul belakangan dan merupakan cabang linguistik terapan.

Dalam hal ini Hartmann menjelaskan: ‘Apabila penafsiran linguistik terapan mengedepankan kerangka penyelesaian permasalahan bahasa, maka linguistik sesuai dengan perkamusan dan ahli kamus menjadi satu dengan linguis terapan karena linguistik terapan lebih dulu ada daripada linguistik teoretis. Para linguis berpendapat bahwa leksikologi lebih dulu ada secara teoretis dalam kaitannya dengan kamus dan linguistik terapan, maka kamus membutuhkan linguistik teoretis.

Page 9

BAB IIMACAM-MACAM KAMUS

2.1 Kamus Leksikon dan Kamus Semantik ( المعانى ومعاجم األلفاظ معاجم )Di dalam kalimat terdapat dua sisi. Pertama adalah leksikon dan yang kedua adalah

makna. Batasan jenis kamus ini merujuk pada pengertian umum untuk mencapai sesuatu yang belum diketahui. Pada saat seorang peneliti telah memahami dan ingin mencari sesuatu yang belum diketahui, baik yang berhubungan dengan makna ataupun etimologi dan tentang aplikasi leksikon tersebut, maka jalan masuk yang bisa ditempuh adalah melalui lafal atau leksikon. Berikutnya, merujuk kepada kamus-kamus yang mempunyai metode pengurutannya. Jika peneliti mengetahui makna umum atau tema dan ingin mencari leksikon atau frase-frase dan istilah-istilah yang bervariasi di bawahnya, maka bisa merujuk pada salah satu kamus abstraksi atau bisa mencarinya melalui kamus tematik dan kamus terkait sesuai bidan atau leksikon yang dicarinya.

2.2 Metode Pengurutan Leksikal ( المعجمي الترتيب طرق )Metode pengurutan leksikal tidak akan keluar dari skema berikut.

Di bawah adalah berbagai contoh kamus menurut tipe masing-masing:

له نماذج المعجم نوع القاس,,م عبي,,د ألبي المصنف . الغريب1

( 157-224) سالم بن 395) ف,,ارس بن ال ظ األلفا متخير . 2

329 ) ( 398-458) سيده البن . المخصص3

المعاني . معاجم1

( 100- 170) أحمد بن للخيل العين .1 ( 282-370) هرى لألز اللغة . تهذيب2 ( 398-458) سيده البن . المحكم3

ال,,,ترتيب مع,,,اجم .2 الصوتى

( 350)...- للفارابى األدب ديوان .1 س,,عيد بن لنش,,وان العل,,وم . ش,,مس2

( 467-538) الحميرى-538) للزمخش,,,رى األدب . مقدم,,,ة3

467 )

األبنية . معاجم3

-538) للزمخش,,رى البالغ,,ة أس,,اس .1 ال,,ترتيب مع,,اجم .4

Page 10

أشكالالترتيب

األلفاظ معاجممعاجمالمعانى

الترتيب معاجمالهجائ

األبنية معاجم

الفبائىالصوتىالكلمات أواخر بحسب الكلمات أوائل بحسب

التجريد تجريد بعد التجريد بدون تجريد بعد بدون

467 )( 770)...- للفيومى المنير . المصباح2 العربية اللغة )مجمع الوسيط المعجم .3

بالقاهرة( )المنظم,ة األساسي العربى المعجم .4

والعلوم( الثقافة و للتربية العربية

األفباءى أوائ,,ل حس,,ب الكلمات

التجريد( )بعد

( 393)...- للجوهرى الصحاح . 1 -711) منظ,,ور البن الع,,رب . لس,,ان2

630 )) اب,,ادى للف,,يروز المحي,,ط الق,,اموس .3

817-729 ) (1145-1205) للزبيدى العروس . تاج4

ال,,,ترتيب . مع,,,اجم5 األلفباءى أواخ,,ر حس,,ب الكلمات

التجريد( )بعد

Dalam bahasa Inggris juga terdapat kamus serupa, di antaranya adalah:a. Kamus menggunakan urutan awal kata secara alphabetis. Jenis ini banyak dijumpai

pada kamus-kamus klasik maupun modern.b. Kamus menggunakan urutan akhir kata. Jenis ini disebut kamus sajak (rhyming

dictionary) atau kamus kebalikan (reverse dictionary). Jenis kamus ini identik dengan seseorang yang bernama John Wolker, seorang penulis kamus pertengahan abad ke-18 (1778). Karyanya berjudul "Dictionary of the English Language". Kamus ini telah mengurutkan leksikon di dalamnya dengan cara yang belum pernah dilakukan sebelumnya, yaitu dengan cara mengurutkan penggalan akhir kalimat. Pada cetakan kedua (1806), ia menulis kamus lagi dengan judul "A Rhyming Dictionary". Tahun 1865 dan 1888 terbit kamus sejenis. Baru pada tahun 1924 L.H. Dawson melakukan penambahan-penambahan pada kamus yang dicetak sebelumnya.

Untuk lebih memahami tentang metode akhir kalimat ini, misalnya pada penggalan kata -ice- di sana ada kata chalice, malice, lice; huruf y pada akhir kata-kata: family, irony, July, my.

Manfaat dasar memahami jenis kamus bahasa Inggris ini adalah bisa menganalisis tambahan-tambahan kata (termasuk di dalamnya bentuk akhir konjugasinya) dan mengetahuinya secara lebih variatif macamnya. Kajian etimologi dalam bahasa Inggris bersumber pada tatanan abjad yang juga bisa jadi menghasilkan bentuk akhiran yang sama dalam kajian tulisan pada kalimat-kalimat, tetapi diucapkan dengan cara yang berbeda. Demikian pula dalam pembuatan kalimat yang sama bentuk akhirnya dan dalam pencarian akhir dari bait-bait syair bisa memanfaatkan kamus ini.

c. Kamus yang urut berdasarkan abstraksi atau tematik, dari sejak awal diterbitkannya oleh P.M. Roget (1852), dikenal dengan istilah ‘Thesaurus’. Bukunya berjudul "Thesaurus of English Words and Phrases". Yang lebih mendekati model kamus abstraksi adalah kamus-kamus sinonim, seperti:1. Longman Synonym Dictionary,2. Webster's New Dictionary of Synonyms,Di samping itu, ditemukan pula kamus kata-kata yang mirip atau berdekatan maknanya

atau bahkan kadang mungkin bercampur (dictionaries of similar words).

2.3 Kamus Umum dan Kamus Khusus ( الخاصة المعاجم و العامة المعاجم )

Page 11

Kamus umum berkonsentrasi pada leksikon-leksikon umum atau bahasa negara yang normatif dan banyak digunakan masyarakat umum. Kamus ini menampung seluruh bidang keilmuan yang beraneka ragam, tetapi pada kondisi tertentu memuat leksikon-leksikon khusus atau kamus khusus atau terbatas memuat istilah-istilah tertentu.

Yang termasuk kamus-kamus khusus adalah kamus sinonim, antonim, leksikon asing atau Arabisasi, kamus konjugasi etimologi, kamus konteks ekspresif, kamus pelafalan, ejaan, kamus-kamus yang berhubungan dengan tokoh atau naskah tertentu, kamus kumpulan tokoh-tokoh atau naskah-naskah, kamus dialek atau kamus istilah ilmu dan seni.

Membuat kamus khusus yang lengkap dan mencakup banyak entri memang sulit, tetapi itu bukanlah hal yang mustahil untuk dilakukan sehingga menjadi kamus yang menyeluruh, khususnya yang berkaitan dengan bahasa-bahasa moderen yang terus berkembang dan berubah. Kamus umum ini akan menjadi lebih sempurna apabila dikaitkan dengan salah satu bahasa-bahasa yang telah mati, seperti: bahasa Latin, bahasa Qibti Mesir atau dengan kamus-kamus kuno yang bisa menghubungkan dengan masa lalu.

2.4 Kamus Monolingual, Billingual dan Multilingual

Kamus monolingual merupakan kamus yang penyusunannya antara bahasa penjelas dengan bahasa sumber di dalamnya harus sama. Sebagaimana yang terdapat pada kamus-kamus yang dimaksud pada nomer dua di atas. Biasanya jenis kamus ini banyak digunakan oleh penduduk penutur bahasa itu meskipun tidak menutup kemungkinan akan dipakai juga oleh orang asing juga.

Kamus bilingual atau kamus multibahasa tidak sama dengan kamus monolingual karena kamus bilingual dan multibahasa di dalamnya tidaklah selaras antara bahasa penjelas dengan bahasa sumber dan cenderung untuk lebih memperhatikan terhadap bahasa yang ingin dijelaskan dibandingkan bahasa penjelas dengan menggali informasi secukupnya. Maka, intinya jika kamus itu menggunakan penjelas dengan satu bahasa yang berbeda, maka disebut kamus bilingual. Sementara jika menggunakan bahasa penjelasnya lebih dari satu bahasa disebut kamus multilingual.Contoh kamus bilingual:

a. Kamus Sa'ādah (Inggris-Arab), karangan Khalil Sa'ādah.b. Al-Mughni Al-Akbar (Inggris-Arab), karangan Hasan Al-Karamiy.c. Al-Kamil li aṭ-Ṭullāb (Perancis-Arab), karangan Yusuf Muhammad Ridha.d. Kamus Italia-Arab oleh Khalifah Muhammad at-Talisiy.

Contoh kamus multilingual :a. Kamus Italia-Perancis-Arab oleh 'Ala Abdulhamid Sulaiman.b. Kamus ringkas yang menggunakan metode ilmiah (Latin-Yunani-Inggris-Arab) oleh

Chamid Abdu ar-Rahman.

Kendala dasar penyusunan kamus bilingual dan multilingual adalah terkait dengnan penggabungan antara kata dan pemaknaannya secara leksikal dalam satu bahasa atau lebih. Itu merupakan pekerjaan sulit, khususya pada bahasa-bahasa yang mempunyai potret kebudayaan yang sangat berbeda. Sementara mau tidak mau harus mencari padanan katanya dalam bahasa penjelas yang baik.

Kebanyakan kamus-kamus multilingual mempunyai dua tipe, yaitu:1. Kamus Istilah

Kamus istilah ini mempunyai peranan sangat penting dalam dunia profesionalisme karena memilik cakupan yang luas dan sangat membantu memperjelas aplikasi istilah-istilah secara mendetail dalam berbagai bahasa, tetapi kamus ini mempunyai banyak kesulitannya, di antaranya yang paling menonjol adalah tidak adanya

Page 12

arti yang satu untuk pemahaman tertentu dan munculnya banyak tafsiran lebih dari satu sesuai dengan dasar keilmuan yang dipakai.

2. Kamus saku (yang biasanya) untuk para pesiar Mempunyai karakteristik entri kata-kata yang terbatas dari kalimat-kalimat yang

berhubungan dengan pekerjaan dan praktis untuk keperluan wisata ke tempat-tempat tertentu. Dengan demikian informasi yang ada di dalamnya sangatlah ringkas dan sederhana.

2.5 Kamus Berdasarkan Usia :( السنية المراحل معاجم )

Pemakai kamus akan dibedakan menurut usia masing-masing. Ada beberapa tingkatan yang bisa digunakan menurut usia ataupun jenjang pendidikannya. Namun, hal ini membutuhkan banyak jenjang dan tidak jarang terjadi kerancuan dalam praktiknya. Untuk itu, para leksikon biasanya meringkas tahapan-tahapan ini dengan lima tingkatan:

a. Kamus untuk usia pra sekolah / المدرسة سن قبل ما معاجمb. Kamus usia sekolah dasar / االبتدائية المرحلة معاجمc. Kamus remaja pra kuliah (setingkat SMP-SMU) / الجامعية قبل المرحلة معاجمd. Kamus mahasiswa / الجامعية المرحلة معاجمe. Kamus Dewasa / Ahli : الكبار معاجم

Untuk jenjang pertama, kedua, dan pertengahan pertama dari jenjang ketiga dapat digabung dengan menggunakan istilah 'Kamus Kecil'. Jenjang pertengahan kedua dari tahapan ketiga dapat digabungkan dengan jenjang yang keempat dan kelima dengan nama 'Kamus Besar'.Pembagian tersebut dapat juga dibagi menjadi empat:

a. Kamus Anak (point a)b. Kamus Murid (point b,c)c. Kamus Pelajar/Mahasiswa (point d)d. Kamus Dewasa (point e)

Kamus pelajar memungkinkan digabungkan dengan kamus dewasa, khususnya kamus yang sering dipakai dengan istilah kamus kuliah. Jenis ini telah menjadi contoh yang bagus dari kamus dewasa dan mempunyai kelengkapan bahasa yang memadai. Kamus pelajar mempunyai target dasar pengajaran lebih awal keberadaannya pada masa sekarang. Hal ini terus berkembang umurnya di Eropa sampai pada era kamus modern. Yang menjadi karakteristik utamanya adalah sederhana dan mengikuti terus perkembangan bahasa pada pemakai kamus. Kemudian ditambahkan pula unsur-unsur yang terseleksi dan kerapian menyusun entri serta menggunakan huruf-huruf cetak yang besar, bahkan memakai gambar dan foto-foto.

Untuk lebih terperinci lagi uraian kamus yang berdasarkan usia penggunanya yang berbeda-beda, maka dapat diperhatikan pembagian berikut.

1. Kamus Anak atau usia pra sekolah : المدرسة سن قبل أو الصغار معاجمJenis kamus ini sering disebut dengan istilah kamus gambar picture dictionary. Oleh

karena kamus ini lebih banyak menggunakan gambar daripada kalimat, maka arget pembacanya adalah para pemula yang baru mulai mengenal bahasa sehingga tidak diperlukan keahlian khusus untuk memakai kamus ini dan dalam membaca keterangan-keterangan di dalamnya. Makanya kamus ini disebut dengan kamus pengantar.

2. Kamus Anak atau murid usia Sekolah Dasar : المرحل,ة تالميد أو الصغار معاجم االبتدائية

Kamus ini bukanlah ringkasan dari kamus dewasa, tetapi memang merupakan tipe tersendiri dan mempunyai karakteristik yang khas. Adapun karakteristik utamanya adalah :

a. Sangat sederhana dalam penjelasannya, mengingat kemampuan usia anak kecil yang sulit untuk bisa memahami ungkapan-ungkapan yang berat.

b. Informasi yang diberikan sudah disesuaikan dengan kebutuhan usia anak-anak.

Page 13

c. Menggunakan bahasa anak-anak agar bisa mendapatkan kelanjutan abstraksi kalimat-kalimatnya.

d. Memakai kamus bahasa anak, baik entri ataupun penjelasan kalimat-kalimatnya, serta menghindari keterangan-keterangan tentang tata bahasa dan konjugasi kata kerja serta semua hal yang sekiranya tidak terpikirkan oleh anak kecil.

3. Kamus Pra kuliah : الجامعية قبل المرحلة معاجم

Kamus ini untuk usia antara sepuluh sampai delapan belas tahun. Tipe kamus ini memerlukan bahasa yang variatif dan lebih banyak lagi dalam abstraksi kalimat-kalimatnya sehingga mampu meningkatkan daya pikir dan sangat sesuai dengan usia pra kuliah yang sudah mulai mampu untuk memahami uraian-uraian yang berat. Untuk itu, tidak ada salahnya kamus ini memberikan keterangan-keterangan khusus tetang pemaparan defenisi-defenisi yang bervariatif. Seyogyanya kamus pra kuliah ini menggunakan landasan-landasan berikut.

a. Membatasi jumlah entri dan menggunakan abstraksi kalimat yang ringkas.b. Mengikuti standar dalam pengulangan aplikatif untuk setiap pemilihan entri dan

pendukungnya.c. Lebih menggunakan sisi fungsional dalam memberikan keterangan pada benda-

beda dibandingkan sisi perasaan.d. Menghindari penyebutan asal arti yang sama dan perkembangannya cukup

mengambil arti yang sekarang (up to date).e. Perapian abstraksi pada satu entri dan keterangan-keterangan minornya.

Para ahli pendidikan telah melakukan kajian penting atas kamus-kamus pelajar (mencakup usia anak kelas dua dan tiga). Mereka telah mengkaji defenisi anak-anak dimulai dari usia lima tahun hingga sampai pada pengertian remaja. Mereka mencapai keputusan terpenting:

1. Klasifikasi bermacam jenis defenisi, yaitu:a. Defenisi fungsional, digunakan untuk mengetahui sesuatu atau dengan melihat fungsi

aplikasinya. Contohnya: defenisi kitab yaitu sesuatu yang anda baca. Kotak adalah tempat anda meletakkan barang-barang mainan dan yang lainnya. Topi adalah sesuatu yang anda pakai di atas kepala anda.

b. Defenisi formal atau kongkrit. Defenisi ini menunjukkan pada sifat-sifat tentang sesuatu atau karakteristiknya yang bisa diketahui secara inderawi. Contoh: kotak adalah bentuk barang persegi empat atau memanjang seperti persegi panjang dan terbuat dari kertas.

c. Defenisi relasi. Defenisi ini menggunakan analogi atau bandingan dalam mendapatkan hasil defenisi. Maka sendok berelasi dengan garpu dan pisau.

2. Terdapat kemajuan dan perkembangan pada kemampuan anak membuktikan adanya transfer pengetahuan individu kepada khalayak.

3. Kecendrungan anak yang lebih banyak menggunakan karakteristik fungsional daripada memakai karakteristik panca indera.

4. Pengetahuan-pengetahuan yang dihasilkan berdasarkan panca indera lebih sedikit dibandingkan dengan yang dicapai oleh karakteristik fungsional.

5. Anak-anak pada usia akhir SD baru memulai mempelajari pengetahuan-pengetahuan secara nalar pada defenisi-defenisi yang diberikan. Oleh karena itu, para ahli pedagogi mengoreksi barbagai pandangan yang salah dan tumbuh berkembang ramai hingga abad permulaan ke-20. Volume kamus anak pun sudah sesuai untuk para murid tanpa melihat pada bagaimana mengajarkannya dalam memaparkan materi dan penggunaan kosakatanya.Mungkin yang bisa disebut pelopor dalam kamus anak adalah Edward L. Thordike dan

telah menggunakan dasar-dasar kejiwaan serta sisi-sisi pendidikan pada proses belajar mengajar. Dia telah menyusun kamus pada tahun 1930-an dan telah menghasilkan tiga tingkatan kamus yang disesuaikan dengan jenjang pendidikan anak. Thorndike adalah ahli jiwa sebelum terkenal

Page 14

menjadi leksikon sehingga dalam kamus anak yang disusunnya itu telah diletakkan juga dasar-dasar pandangannya yang tersusun berdasarkan statistik dan nilai-nilai umum, bukan atas dasar seleksi yang tidak beraturan (ngawur). Kemudian pada tahun 1921 Thorndike menulis "The Teacher's Word Book". Pada tahun 1931 dia menambah volumenya menjadi dua puluh ribu kalimat dan tahun 1944 dia menambah lagi jumlah volume menjadi tiga puluh ribu kalimat serta dicetak dengan nama "The Teacher's Word Book of 30,000 words".

Dalam perkembangannya kemudian muncul dua cara penggabungan materi dasar yang pas untuk kamus para pendidik, yaitu:

a. Meringkas kosakata yang ada dalam buku-buku pelajaran sekolah. Kelemahan cara ini adalah buku-buku pelajaran sekolah tidak ada batasan yang jelas terhadap tahapan-tahapan pendidikannya dan tidak satu tingkat. Ditambah lagi buku-buku itu tidak berlandaskan dasar-dasar ilmiah, pengajaran ataupun kejiwaan.

b. Metode pengumpulan semua materi pada buku-buku pelajaran sekolah dan dijadikan target penguasaan siswa dari tahun ke tahun. Cara ini telah dipraktikkan dengan baik di dunia pendidikan dan pengajaran oleh lembaga Al-Istisyariah di Marocco. Mereka telah menerbitkan buku 'Ar-Rasyd al-Lughawiy al-Waȥīfiy', buku untuk tingkat Sekolah Dasar kelas pertama. Buku ini mengalokasikan kosakata-kosakata bahasa Arab yang bisa dipahami anak-anak Marocco menurut usianya masing-masing. Yang bagus untuk cara pegelompokan ini adalah murid-murid kelas satu sampai tiga dari sekolah dasar. Dan di bawah ini beberapa rujukan penting untuk metode ini:

1. Buku-buku kurikulum Sekolah Dasar untuk kelas satu sampai kelas tiga yang telah dipakai di Marocco.

2. Temu bicara dengan anak-anak usia antara lima sampai sembilan tahun dengan jumlah yang banyak.

3. Respon dari beberapa pertanyaan-pertanyaan tertentu.4. Menambah entri dengan menelusuri sumber-sumber dulu seperti 'Lisānu al-Aṭfāl'.

Namun, cara ini tidak bisa sempurna dan biasanya akan terjadi pengulangan yang tumpang tindih karena keterbatasan jumlah contohya.

4. Kamus Mahasiswa dan Kamus DewasaKedua jenis kamus ini memungkinkan untuk digabung dan sering menggunakan

istilah 'Kamus Universitas'. Kemudian akhirnya jenis ini telah menjadi contoh untuk kamus dewasa yang mempunyai volume sedang atau bahkan keduanya telah menjadi satu kesatuan.

2.6 Volume Kamus : المعجم حجمApabila kamus anak dan remaja itu bertingkat-tingkat dalam jumlah volumenya menurut

ukuran usia dan jenjang pendidikan serta pertumbuhan bahasa yang didapat oleh pelajar. Maka untuk volume kamus dewasa tidak melihat faktor usia lagi melainkan disesuaikan dengan tujuan pemakaian dan jenis penggunaannya. Meski terasa sulit karena ada banyak perbedaan tujuan dan bentuk tipe penggunaan kamus yang menurut keinginan masing-masing. Dilihat dari jumlah volume, suatu kamus bisa dibagi menjadi empat tingkatan:

a. Kamus besarb. Kamus sedangc. Kamus kecil/ringkasd. Kamus sakuUntuk ketiga jenis dari atas telah banyak ditemukan dari yang klasik sampai yang

modern, seperti contoh jenis kamus besar: Tahżīu al-Lughah oleh `Azhariy; Lisānu al-'Arab oleh Ibnu Manȥūr; Tāju al-'Arûsy oleh Zubaidiy. Kamus sedang, seperti Al-'Ain oleh Khalil bin Ahmad; Jamharah oleh Ibnu Duraid; aş-Şaḥāch oleh Jauhariy. Kamus kecil, adalah Asāsu al-Balāghah oleh Zamakhsyariy, Misbāīul-Munīr oleh Fayumiy, Mukhtāru`ş-Şaḥāch oleh Ar-Roziy. Untuk jenis kamus saku yang bisa dijadikan standar sampai sekarang belum ditemukan,

Page 15

sedangkan di dalam bahasa-bahasa Eropa telah ada jenis keempat ini. Setelah mereka menyusun keterangan tentang seluk beluk tatabahasa dan berkreasi meletakkan materi-materi dalam sistem kamus saku serta membuat penerbitan yang diatur secara alfabetis, runtut, dan teratur sehingga bisa pula membatasi jumlah volumenya secara statistik ilmiah dan bukan sembarangan. Biasanya kamus besar terdiri atas beberapa jilid dan kamus sedang mempunyai satu atau dua jilid. Sementara kamus kecil dan saku cukup satu jilid, tetapi kamus saku mempunyai kekhasan tersendiri dari segi jumlah halaman dan bentuknya yang mungil.

Sebagaimana telah dibicarakan di atas tentang volume kamus dan jumlah jilid atau halamannya, maka dibicarakan pula di sini tentang jumlah entri. Bo Svenson membagi jumlah entri menurut empat tipe di atas:

1. kamus saku: mencakup antara lima ribu sampai lima belas ribu entri.2. kamus kecil: mencapai sekitar tiga puluh ribu entri.3. kamus sedang: mempunyai antara tiga puluh lima ribu sampai enam puluh ribu entri.4. kamus besar: memiliki enam puluh ribu entri lebih.

Di sini yang menjadi standar ketiga dari volume kamus adalah jumlah informasi-informasi yang disajikan dalam satu jilid atau menjadi satu materi tersediri. Saat ini hampir bisa dibilang mencetak kamus besar dengan kertas biasa telah berhenti. Hal ini karena muncul teknologi cetak elektronik yang lebih canggih melalui cd-cd. Saat ini waktunya mengejar tren untuk mencetak besar-besaran kamus sedang dengan satu jilid, yang kadang halamannya mencapai sampai seribu sehingga berada di tengah antara kamus sedang dan kamus besar.

Kamus besar seharusnya, minimal dari sisi teori, mencakup seluruh leksikon bahasa dan setiap makna dapat diberikan contohnya. Dengan adanya ukuran contoh yang lengkap, kamus itu bisa dikatakan mendekati sempurna atau tidak. Untuk jenis kamus ini adalah contoh yang termudah dari segi pengumpulan kata-katanya dan membuatnya karena seleksi pengambilan dan penolakan entri tidaklah terlalu ketat. Namun, yang sulit adalah menyusun banyaknya informasi yang harus dimasukkan di dalamnya. Misalnya: 1. menampung kosakata-kosakata spesialis dalam jumlah yang besar. 2. banyak tumpang tindih dalam menentukan definisi. 3. memperhatikan konteks penjelas. 4. menyebutkan macam-macam aplikasi dan tingkatan-tingkatan ekspresi serta karakteristik dialeknya. 5. menyebutkan tokoh-tokoh yang terkenal. 6. memperhatikan dasar etimologi. 7. menyebutkan sinonim dan antonim. 8. menyebutkan lafal-lafal yang sudah tidak dipakai dan mati. 9. menyertakan keterangan-keterangan tentang konjugasi dan gramatikanya. 10. membetulkan pengucapan dan ejaan. 11. memberikan kumpulan maklumat yang memadai. 12. menerangkan tempat penekanan (accent) dan macamnya.

Contoh terbaik untuk kamus modern ini adalah :1. Kamus Besar yang telah dibuat para ahli bahasa atau linguis di Kairo mulai tahun 1946.

Kemudian menghasilkan karya pada tahun 1956 dan tahun 1971 jilid pertama mulai diterbitkan. Setelah itu berturut-turut jilid-jilid yang lain menyusul diterbitkan. Keistimewaan kamus ini antara lain:a. tim penyusun direkrut dari para ahli dan penulis sangat serius menggarap.b. mengumpulkan kalimat-kalimat Arab yang tersebar di kamus-kamus induk.c. tidak berhenti begitu saja pada jaman bahasa itu dikenal melainkan mengikuti juga

perkembangan jaman setelahnya.

Page 16

d. memperhatikan asal setiap materi bahasa dengan menyebutkannya, bahkan tidak jarang merujuk pada bahasa-bahasa mulia dan yang lainnya.

e. pengaturan entri pada materi kamus.f. menghadirkan teks-teks syair Arab untuk memperkuat leksikon dan memaparkan

perbedaan sesuai perkembangan jamannya dengan berusaha mengurutkan menurut sejarahnya .

g. menyertakan tokoh-tokoh terkenal yang patut diketahui ataupun tempat-tempat penting.h. memasukkan kumpulan materi-materi dari istilah-istilah ilmiah serta kata-kata sejarah dan

yang lainnya.2. Kamus Inggris (Oxford) juga termasuk salah satu kamus yang memiliki volume yang besar. 3. Kamus Webster (Amerika) juga mempunyai volume besar dan memiliki beberapa nama

di setiap terbitannya, seperti: Webster's International Dictionary, Webster's New International Dictionary, Webster's Third New International Dictionary. Kamus ini mampu memuat sekitar empat ratus lima puluh ribu materi dan memiliki jumlah halaman sampai dua ribu enam ratus lebih. Kamus ini menghabiskan waktu dalam pembuatannya selama dua puluh tujuh tahun.

Kamus Medium merupakan yang terpopuler untuk sekarang ini. Karena target pembacanya adalah orang-orang berpendidikan dan para mahasiswa atau sederajatnya sehingga kamus ini sering disebut dengan istilah kamus Kampus Universitas. Contoh kamus Medium yang berbahasa Arab saat ini adalah kamus Medium terbitan komunitas ahli bahasa di Kairo. Cetakan pertama tahun 1960, cetakan kedua tahun 1972, dan ketiga tahun 1985.

Yang menjadi karakteristik utama karya ini adalah diterbitkan oleh para ahli terpercaya dan mampu menyerap kalimat-kalimat baru yang kemudian dimasukkan ke dalam bahasa Arab. Mereka juga tidak berhenti kepada satu masa tertentu. Dari segi pengaturan entri juga menjadi nilai tambah dan kemudahan berinteraksi dengan kamus yang mencakup leksikon-leksikon hidup keseharian secara umum serta adanya istilah-istilah dari berbagai disiplin ilmu dan seni, membuat kamus ini lebih unggul dibanding yang lainnya.

Tidaklah adil jika ingin membuat proyek kamus Arab modern dalam satu paket sekaligus. Semua itu akan diidentikkan dengan 'sumbangsih yang sia-sia dan tidak berarti apa-apa'. Nantinya kamus medium akan dianggap kurang memadai dan tidak bermanfaat bagi pemakai Arab jaman sekarang, lalu mereka berhenti berkarya membuat kamus karena telah merasa asing dan gagap dalam memahami bahasanya sendiri. Kemudian peneliti mulai malas/bosan untuk membacanya, padahal sungguh hebat dan ajaib.

Yang terjadi justru kamus medium menjadi kamus yang sangat pesat dan luas perkembangan cetaknya dibanding dengan jenis kamus lain. Terlihat dengan beberapa kali cetak dalam waktu yang tidak terlalu lama, bahkan pembajakan juga banyak terjadi di berbagai negara Arab dan non-Arab. Begitu pula terasa tidak adil jika peneliti yang lain mengatakan tentang leksikologi sekarang dengan istilah 'kerangka besar dengan tanpa ruh', sebab menurutnya miskin saksi-saksi bahasa dan hanya sekedar melakukan usaha inventarisasi entri dengan defenisi-defenisi yang melekat tanpa mempunyai misi yang jelas.

Kamus berbahasa Inggris yang terbit pada seperempat abad terakhir ini dan telah menjadi best seller, di antaranya adalah :

1. Penerbit Maryam Webster yang telah melakukan sepuluh kali cetak ulang kamusnya yang bernama 'Webster's Collegiate Dictionary'.

2. Perusahaan Longman yang telah membentuk tim pembuat kamus yang banyak untuk menghasilkan cetakan yang ketiga kamus modernnya yang bernama 'Longman Dictionary of Contempory English'. Cetakan pertama tahun 1978 dan kedua tahun 1987. Kemudian direvisi besar-besaran sehingga sangat berbeda dengan hasil sebelumnya pada tahun 1995.

3. Perusahaan Collin yang bekerjasama dengan Universitas Birmingham dan telah menerbitkan kamus medium yang bernama 'Collins Cobuild English Language

Page 17

Dictionary'. Pertama kali cetak pada tahun 1987 kemudian mengalami cetakan-cetakan selanjutnya setelah itu.

Kamus ringkas atau kecil sangat cocok untuk murid-murid sekolah dan orang biasa dan bukan profesional atau untuk orang yang sedang mencari informasi secara cepat atau sesuatu yang ringan-ringan. Hal ini juga pasti ada di hampir semua kamus meski volumenya yang kecil. Kedua jenis kamus ini memiliki karakteristiknya sendiri-sendiri, yaitu:

1. dengan volumenya yang sedikit mempermudah dalam pencarian.2. mudah dibawa kemana-mana sehingga dijuluki 'Desk Dictionary'.3. selain kalimatnya yang lebih sedikit dibandingkan dengan kamus medium maka

defenisinya pun juga lebih ringkas dan lebih sedikit keterangan lanjutannya. 4. sangat sedikit memuat informasi yang berhubungan dengan dasar etimologi. 5. perhatian ditujukan pada keterangan tentang pengucapan.6. jarang menampilkan bahasa-bahasa berat beserta pendukungnya. Namun, cukup hanya

menyebutkan contoh-contoh yang sudah terkenal dan ungkapan-ungkapan yang sering dipakai.

7. sering tidak mengenalkan dan menampilkan bahasa-bahasa yang sudah mati dan tidak dipakai lagi.

8. kamus ini sepi kalimat-kalimat yang mengandung keraguan dan abstraksi yang tidak jelas.

Contoh jenis kamus ini dalam bahasa Arab, adalah:1. Kamus Dasar Bahasa Arab yang diterbitkan oleh lembaga Pendidikan dan Kebudayaan serta

Keilmuan Arab pada tahun 1989. Timnya dibentuk beranggotakan para ilmuwan dan ahli leksikon dari berbagai negara Arab. Kamus ini memiliki sekitar dua puluh lima ribu entri yang diurutkan secara alpabetis sesuai akar kalimatnya. Dilengkapi dengan contoh-contoh serta pendukungnya serta menggunakan konteks keterangan yang melebihi dari kamus lain. Di dalam kamus ini juga memuat istilah-istilah baru, sejarah, ilmiah, dan teknik. Dipaparkan dengan ringkas dan mengangkat perjalanan para tokoh-tokoh besar sepanjang sejarah. Kemudian yang menjadi nilai tambah lain dari kamus ini adalah metode penjelasan dan penafsirannya memakai sistem yang komprehensif. Kamus ini juga menampilkan leksikon-leksikon untuk mengiringi konteks pembahasan dengan keterangan-keterangan yang bisa dipahami oleh murid-murid, pelajar, dan orang dewasa, baik itu untuk orang Arab ataupun non-Arab yang sudah belajar bahasa Arab dan telah mencapai jenjang kemampuan medium atau tingkat lanjutan.

2. Kamus Ringkas yang dibuat oleh para ahli bahasa Arab di Cairo pada tahun 1980 untuk cetakan pertamanya untuk kebutuhan para murid dan pelajar. Namun, dalam perkembangannya ada penambahan materinya sehingga mencapai sekitar lima ribu entri dan memuat enam ratus gambar. Untuk kamus bahasa Inggris yang paling terkenal adalah: Collins Cobuild Essential English Dictionary dan Webster's Study Dictionary. Kamus ini telah banyak membantu para pelajar muda dan memuat sekitar enam puluh lima ribu lebih entri. Di sampintg itu, kamus ini juga memiliki kalimat-kalimat yang banyak bertebaran di jurnal-jurnal, buku diktat, dan koran-koran sehari-hari. The New Merriam Webster Dictionary juga termasuk kamus terkenal. Kamus ini lebih banyak memiliki kosakata-kosakata bahasa Inggris modern dan memuat sekitar enam puluh ribu entri dengan definisi-definisi yang mudah dan ringkas.

Kamus Saku dan disebut juga kamus sampul kertas, yaitu kamus yang bervolume kecil, sedikit halamannya, harganya murah, dan bersampul kertas. Memiliki entri antara lima sampai lima belas ribu. Sangat berguna untuk mengetahui ejaan atau pengucapan. Untuk keterangan makna biasanya menggunakan kalimat-kalimat sinonim. Kamus ini juga memuat kumpulan-kumpulan maklumat yang berguna, seperti; peta kecil dan sensus penduduk. Di sana ada yang lebih kecil lagi volumenya, yaitu di buku catatan saku oleh karena itu disebut kamus saku rompi

Page 18

‘Vest Pocket Dictionary’. Biasanya dibuat untuk membantu para wisatawan. Maka kebanyakan menggunakan dua atau banyak bahasa. Untuk kamus bahasa Arab klasik belum ada model seperti ini. Adapun untuk sekarang yang ada, seperti:

1. Al-Misbāch Al-Munīr li al-Jaib (Arab-Arab) karya Fayumiy.2. Qāmūs al-Jaib al-Aşghar (Inggris-Arab dan Arab-Inggris) oleh Wajdi Rizqi Ghaliy. 3. Al-Kaml li al-Jaib (Arab-Perancis) oleh Yusuf Muhammad Ridla.

Untuk kamus bahasa Inggris, misalnya: Pocket Guide to English Usage dan Longman Pocket Thesaurus.

2. 7 Jeda Waktu Kamus : للمعجم الزمنبة الفترة

Ada dua macam kamus untuk jeda waktu ini : Kamus Singkronis atau Kamus Periode yang identik dengan bahasa pada masa tertentu. Kamus Sejarah atau Diakronik yang identik dengan perubahan-perubahan bahasa.

Tipe yang pertama mencakup kamus-kamus yang satu waktu. Para peneliti sering memisahkannya dengan sejarah. Semua bahasa yang serupa tidak perlu dijelaskan dalam menyebutkannya dan tidak ada perubahan pada karakteristiknya. Bisa jadi jeda masa ini sudah lama dan meliputi masa-masa dahulu seperti masa Jahiliyah, Islam, atau Umaiyyah, dan seterusnya, dan hal ini bisa juga menjadi baru, maka disebut kamus kontemporer.

Yang menjadi karakteristik dari kontemporer ini adalah menampilkan materi yang hidup, sering didengar ataupun ditulis di berbagai kamus-kamus pada periode yang lain dan biasanya diambil dari rekaman-rekaman tertulis dalam bentuk penggalian-penggalian, ukiran-ukiran, dokumen-dokumen, buku-buku atau koran-koran serta majalah-majalah.

Contoh dari kamus-kamus ini adalah:1. Kamus medium bahasa Belanda yang makan waktu lama dari abad ke-13 sampai ke-16

yang kemudian menerbitkan sembilan jilid dari tahun 1885-1929. 2. Kamus medium bahasa Inggris (The Middle English Dictionary).3. Kamus awal modern bahasa Inggris (The Early Modern Dictionary).

Adapun kamus-kamus kontemporer yang paling terkenal di antaranya adalah kamus The Longman Dictionary of Contemporary English dan Collins Cobuild English Language Dictionary. Dalam bahasa Arab sampai sekarang belum pernah ada bentuk kamus yang sempurna dari model satu masa. Mungkin yang bisa dikatakan paling mendekati adalah Mu‘jam Lughah Dawāwin Syu’arā al-Mu'allaqāt al-'Aşriy yang diterbitkan oleh banyak lembaga.

Adapun kamus sejarah yang mengarah pada dua bentuk, yaitu:a. kamus sejarah umum yang senantiasa mengikuti perkembangan kalimat sesuai jamannya,

baik dari sisi leksikon, abstraksi, dan metode penulisannya. Kemudian menuliskan awal entri bahasa dan akar etimologinya diikuti perkembangannya sampai akhir masa belajar atau akhir adanya kalimat.

b. Kamus etimologis التأثيلى أو االشتقاقى المعجم )) yang mempunyai konsentrasi perhatiannya pada asal kalimat-kalimat atau pra-sejarahnya dan pada asal kalimat yang baru, sehingga dapat meringkas bentuk kalimatnya bukan pada abstraksi.

Kamus sejarah umum dalam bahasa Inggris yang dapat dijadikan contoh adalah karya Charles Richardson sebanyak 2 jilid. Terbit pada tahun 1836 dan 1837 dan memberi arti penting dalam bidang sejarah dengan mengadopsi timbal balik dari perkembangan aplikasi bahasa dan abstraksi dengan berjalannya waktu. Pada setiap entri memiliki abstraksi sekitar serapan-serapan yang menunjukkan pada model perubahan dalam aplikasi yang dimulai dari tahun 1300M.

Page 19

Adapun contoh kamus model ini yang terbaik dari bahasa Inggris adalah Kamus Oxford yang melahirkan komunitas Filologi Inggris dan menghabiskan waktu lebih dari setegah abad. Kamus cetakan pertama pada tahun 1928 dengan 10 jilid dengan judul ‘kamus Inggris berdasarkan sejarah’ dan kembali dicetak ulang pada tahun 1961 dengan 12 jilid dengan nama ‘kamus Oxford untuk bahasa Inggris’. Pada bahasa-bahasa selain Inggris seperti Belanda, Denmark, Swedia, Jerman, dan yang lain juga memiliki kamus sejarah. Contohnya:

a. Kamus Jacob Grimm yang mulai ditulis pada tahun 1838 dan mulai terbit jilid pertama pada tahun 1852.

b. Kamus Belanda yang terbit untuk bagian awalnya pada tahun 1864 dan disempurnakan hingga mencapai 25 jilid.

c. Pada abad ke-20 muncul kamus sejarah di Denmark (1918-1956) dengan 28 jilid; di Amerika Serikat (1936-1944) terbit 4 jilid; di Uni Soviet (1948-1965) aterbit 17 jilid dan dikembangkan oleh akademi keilmuwan di Moskow-Leningrad. Selain itu, juga terbit kamus semacam di Idanbarah, Williz, Glasgow, Quds, Australia, dan tempat-tempat lain.

Adapun kamus etimologi dimulai pada tahun 1808 ketika John Jamieson, seorang menteri di Skotlandia, menerbitkan kamus etimologi untuk bahasa Skotlandia. Muncul kalimat-kalimat di dalam aplikasi-aplikasinya setelah itu bersama contoh-contoh serapannya menurut urutan sejarah dari kitab klasik dan modern. Dalam hal ini sekali lagi bahasa Arab ketinggalan karena belum ditemukan kamus sejarah, baik berbentuk umum ataupun yang etimologi. Yang ditemukan baru penelitian yang diusahakan oleh seorang orientalis Jerman (Pfizer) yang telah menjadi petunjuk bagi bahasa-bahasa timur (dari Arab), 'Ibrani, Suryani, Habsyi, Parsi, dan lainnya. Namun, usaha itu belum sempurna karena adanya Perang Dunia II. Bahan-bahan kamus itu tercecer antara Mesir dan Jerman, kemudian ada usaha lanjutan yang dilakukan secara kerjasama antara Universitas Cambridge dan Kuwait, tetapi baru tahap masalah pendanaan awal dan belum ada kerja konkret yang sesuai dengan rencana semula. Akan tetapi, hal tersebut masih ada secercah harapan setelah para ahli bahasa Arab di Kairo menutup salah satu babnya dengan mengatakan: "para tim penyusun telah mengukir pikiran untuk terwujudnya kamus sejarah”. Ini memerlukan eksplorasi yang njlimet pada teks-teks syair dan prosa dari masa Jahiliyah sampai masa Abbasiyah, bahkan sampai pada masa modern. Disamping itu, di dalmnya juga ditampilkan ilustrasi-ilustrasi dari berbagai kitab peninggalan kesusastraan setiap jaman serta beraneka ragam iklim yang berbeda.

Komunitas ilmuwan dan peneliti tidak mampu bangkit memenuhi kebutuhan di atas dan itu yang ditantang oleh Pfizer, dalam kamusnya, bahwa dia telah meringkas limit kalimat-kalimat hingga akhir abad ke-3H. Dengan begitu, maka bagaimana dengan tim penyusun ini seandainya mencoba untuk menambahkan hal itu dalam kamus tersebut untuk periode selanjutnya.

2. 8 Kamus Preskriptif ( المعيارى المعجم ) dan Kamus Deskriptif ( الوصفى المعجم )

Metode preskriptif menjadi acuan leksikograf hingga era modern sekarang ini. Linguis Arab menentukan beberapa syarat dasar untuk mengucapkan bahasa Arab secara fasih berdasarkan keadaan waktunya, yaitu terjadi pada abad ke-2 bagi suku-suku Arab modern dan abad ke-4 bagi suku-suku Arab Badui. Di samping itu, juga berdasarkan keadaan tempatnya, yaitu menyepi dari kelamnya padang pasir dengan tidak melakukan komunikasi dengan orang asing. Teks-teks sastra yang ada sekarang merupakan hasil kutipan dari Al Qur'an, Hadiţ, Puisi (sampai akhir era dinasti Umayah) dan prosa-prosa karya sastra.

Metode preskriptif ini juga dipakai oleh leksikograf barat sampai abad 12, dan memilih bahan-bahan pembuatan kamus dari beberapa buku referensi sastra, kemudian metode ini direduksi setelah mereka mengambil referensi dari buku non-sastra serta memasukkan unsur bahasa komunikatif ke dalam kamus seperti bahasa koran, majalah, dan cerita-cerita rakyat.

Page 20

Model kerja prescriptif mengalami penurunan dan penggantian dengan model deskriptif. Hal ini juga dilakukan oleh leksikograf Arab, khususnya setelah lembaga bahasa Arab di Kairo menghilangkan perbedaan antara ism zamān ‘nomina hubungan waktu’ dan ism makān ‘nomina hubungan tempat’, dan menerapkannya ke dalam kamus الوسيط (Al-Wasīt). Ada masukan pula perlunya memasukkan beberapa istilah atau kosakata kontemporer, unsur serapan dari kosakata asing ke dalam bahasa Arab. Di samping itu, lembaga bahasa Arab juga membuka kajian tentang pembahasan letak atau posisi suatu huruf bagi orang yang sedang berbicara atau bercakap-cakap dengan melakukan studi komparatif dan menyamakan arti kosakata baru atau kontemporer dengan kata-kata serapan atau kutipan dari nenek moyang.

Para linguist berpendapat bahwa proses atau cara kerja penyusunan kamus dalam posisi seimbang antara menggunakan metode deskriptif atau preskriptif dengan mendeskripsikan kenyataan, melimitasi pemakaian metode prescriptif dan menganalisis sesuatu yang dilakukan oleh pembicara dan penulis atau merespon situasi yang mempengaruhi proses komunikasi.

2. 9 Kamus Kedaerahan ( المواطنين المعاجم ) dan Kamus Asing ( األجانب المعاجم )

Sebagian besar kamus monolingual selain kompatibel bagi pribumi dan penutur bahasa tersebut juga kompatibel bagi orang asing. Akhir-akhir ini kajian tentang bahasa asing sudah sangat maju dan rasional. Namun demikian, masih juga ada beberapa kamus satu bahasa, dari segi kosakata asingnya, yang menyulitkan para linguis untuk memahaminya sehingga perlu dideskripsikan secara khusus dan perlu diketahui beberapa syarat tertentu untuk melakukan proses penelitian ulang.

Para pencetus penyusunan kamus dan pekerja kamus bahasa Inggris untuk orang asing, karena terbukti bahasa Inggris ini sudah sangat universal, perlu mempersiapkan dana besar untuk mempublikasikan hasil kerjanya sehingga setiap orang mudah mempelajarinya. Semua ini akan menimbulkan persaingan ketat pada masalah pempublikasian sehingga persaingan harus dimenangkan. Ini yang dinamakan ‘persaingan leksikografi’ ( المعاجم حرب ).

Berkaitan dengan hal itu, banyak bermunculan kamus sekolah atau kamus ilmiah dan kamus monolingual dalam bahasa Inggris untuk pelajar. Kamus itu adalah School Dictionary atau Llearner’s Dictionary, kadang juga disebut ‘kamus partikular’ ( تف,صيل معجم ) yang disusun dengan menggunakan metode komparatif tertentu. Termasuk di antara jenis kamus bahasa Inggeris yang paling terkenal adalah.

1. Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English. Diterbitkan pertama kali pada tahun 1948 M.

2. Longman Dictionary of Contemporary English. Diterbitkan pertama kali pada tahun 1978 M.

3. Collins Cobuild Essential English Dictionary. Diterbitkan pertama kali pada tahun 1988 M.

4. Webster’s Study Dictionary.5. Webster’s Student Dictionary.

Dalam bahasa Arab, tidak ditemukan kamus jenis ini, kecuali hanya satu kamus yaitu األساس,,ى الع,,ربى المعجم (Al-Mu‘jamu al-‘Arabiy al-Asāsiy) yang telah dibicarakan

sebelumnya. Dalam prolog kamus tersebut disebutkan: “Kita menginginkan referensi yang mudah

sehingga dapat memfungsikan bahasa Arab secara komunikatif dan meminimalisasi kesulitan-kesulitan bagi orang non-Arab ketika mereka berusaha mempelajarinya”. Disebutkan juga tujuan penyusunannya adalah: “Kamus ini ditujukan khusus bagi pengajar ataupun mahasiswa non-Arab, khususnya di departemen studi Islam dan bahasa Arab di universitas-universitas asing, sehingga mereka mampu mempelajarinya sampai pada level intermediate atau advance.

Yang membedakan kedua jenis kamus ini dengan kamus lainnya adalah:

Page 21

a. Menghilangkan pengetahuan sejarah keaslian kata.b. memasukkan sistem pronoun kosakata yang mudah dipelajari (termasuk di antaranya

pronoun kata dalam suatu bahasa, seperti bahasa Inggris, dengan membatasi tempat penekanan suara dan sejenisnya khususnya pada susunan kalimat).

c. Adanya informasi penting yang diperlukan bagi pelajar asing (seperti bentuk plural bukan komparatif, kata kerja transitif dan intransitif, bentuk superlatif, dan sebagian kalimat-kalimat serapan).

d. Tidak mencantumkan bentuk kalimat yang tidak pernah dan jarang dipakai.e. Tidak mencantumkan karakteristik dialek tertentu dan bersifat kedaerahan.f. Penggunaan kosakata yang mudah sehingga dapat dijelaskan dan dapat disederhanakan

definisi-definisinya.g. Banyak menyebutkan contoh-contoh kalimat yang akrab atau familiar, ungkapan-

ungkapan yang sesuai dengan konteks pembicaraan dan sarana-sarana atau cara-cara yang mudah dalam proses komunikasi.

h. Fokus pada metode penulisan secara singkat pada poin yang penting saja.i. Menyebutkan kosakata yang terbatas pada bahasa yang perlu penjelasan mendalam. j. Dalam prolog kamus disebutkan sebagian informasi atau pengetahuan tentang aspek

historis, sintaksis, dan konjugasi suatu bahasa dan hal-hal lain yang dapat membantu pelajar asing untuk mempelajarinya.

k. Menyebutkan aspek budaya, terminologi-terminologi baru yang berkaitan dengan peradaban, ilmu pengetahuan, dan teknologi.

l. Yang paling umum terjadi adalah mengetahui kosakata bahasa komunikatif yang lagi tenar sekarang ini dari para intelektual/ilmuwan, sastrawan, budayawan, wartawan dari segi pronoun-nya dan penulisannya.

m. Cakupannya meliputi bentuk kata dasar yang dapat dianalisis secara statistik sehingga dapat diketahui banyaknya kata pengulangan yang terdapat dalam bentuk kosakata tersebut. Hal ini digunakan sebagai dasar pertimbangan pentingnya kata tersebut disebutkan atau dibuang.

n. Semua itu dirangkum dalam satu pokok pembahasan sehingga bentuknya seperti kamus kecil supaya mudah dibawa dan dapat dijilid dengan mudah.

2. 10 Jenis-jenis Kamus

Tampilan jenis kamus ada dua bentuk.a. Ditampilkan dalam bentuk cetakan tradisional, yaitu bentuk kamus kertas.b. Ditampilkan dalam gambar elektronik, berisi tentang beberapa informasi yang dapat

ditayangkan melalui layar monitor komputer/laptop dengan menggunakan modem atau faks ketika mencari data yang ingin diketahui penjelasannya. Hal ini bermanfaat untuk membantu penelitian sehingga data-data tersebut dapat dimanfaatkan oleh seluruh lapisan masyarakat yang berbeda-beda level dan tujuannya.

c. Disimpan dalam bentuk CD-Room yang dapat memuat memory sangat banyak, seperti kamus Webster dan kamus Oxford. Demikian juga untuk kamus-kamus Arab seperti kamus المحيط (Al-Muhīt) karya Fairuzzabadiy.

d. Dapat mencakup lebih banyak lagi daripada bentuk-bentuk kamus sebelumnya.

Hal yang paling urgen di samping menerbitkan kamus sistematis tersebut adalah menggabungkan beberapa kamus dalam satu kamus dengan cara memberikan kesempatan kepada para pengguna kamus untuk mendapatkan informasi tentang beberapa hal yang berkaitan dengan kamus, baik dari segi semantik, asal/akar kosakata, deriviasi kata, bentuk tulisan, pola, sinonim, maupun prefik dan sufiksnya. Pada kamus bahasa Arab juga dapat diurutkan berdasarkan urutan suara, urutan alphabetik dari prefik ataupun sufiksnya, apakah kosakata mujarrad ‘kata asli’ atau bukan mujarrad dan urutan berdasarkan wazn ‘pola’. Di samping itu,

Page 22

juga memberikan kesempatan bagi para pengguna kamus untuk mengakses informasi yang diinginkannya melalui beberapa macam entri tadi.

Menampilkan kamus tidak membutuhkan tenaga ekstra, data-data yang ditampilkan sama. Hanya metode atau cara mengaksesnya saja yang bermacam-macam. Ini akan membutuhkan tenaga dan waktu ekstra. Demikian juga dapat menampilkan kamus dalam bentuk audio dari program komputer serta mengubah bentuk tulisan ke dalam bentuk audio yang dapat didengar secara otomatis dapat dibaca dan didengarkan secara bersamaan. Selain itu, dapat juga diakses informasi dalam bentuk kosakata yang diucapkan sehingga meminimalisir kesulitan atau kendala bagi para peneliti, dan bermanfaat bagi penyandang tuna netra.

BAB IIILANGKAH-LANGKAH KERJA PENYUSUNAN KAMUS

Beberapa langkah kerja penyusunan kamus sebelum diluncurkan ke pasar adalah sebagai berikut:1. Langkah pertama, berkaitan dengan tingginya beban finansial untuk penyusunan kamus dan

publikasi ke khalayak publik, khususnya biaya finansial tim atau komunitas kerja dan peralatan elektronik yang dapat membantu dalam penyusunan kamus. Beberapa penerbit menetapkan empat langkah awal sebelum mulai menyusun kamus, diantaranya:a. Menentukan bentuk, jenis kamus, dan deskripsinya yang sesuai dengan pengguna atau

konsumen.b. Menghitung besarnya finansial dan melakukan studi kelayakan.c. Merencanakan proses kerja dan menjadwalkannya sesuai dengan skedul.d. Mempersiapkan tim atau komunitas kerja sesuai dengan keahliannya masing-masing dan

sesuai kebutuhan. 2. Langkah kedua, mempersiapkan kamus yang akan disusun dengan mengumpulkan bahan-

bahan/data atau materi serta menentukan daftar pustaka yang akan digunakan.3. Langkah ketiga, memilih satuan-satuan kamus atau sub-sub pokok kosa inti sebagai entri

kamus.4. Langkah keempat, menyusun pendahuluan, menempatkan materi-materi tersebut dalam

posisi yang berbeda-beda. Ini akan dibicarakan pada bagian keempat buku ini dengan judul fungsi-fungsi kamus.

5. Mengurutkan entri-entri tersebut secara berurutan menurut standar urutan kamus.6. Acuan paling penting dalam penyusunan kamus modern sekarang ini adalah menambah 2

bab pembahasan tentang materi kamus secara detail. Pertama, ada prolog atau muqaddimah. Yang kedua, di akhir kamus melampirkan beberapa catatan atau lampiran-lampiran dan keterangan-keterangan tambahan tentang pentingnya kamus bagi pengguna.

3.1 Proses Pelaksanaan3.1.1 Gambaran Dasar Kerja

Sidney Landau mengatakan: “Proyek kerja penyusunan kamus merupakan proses kerja individual yang menuntut adanya ketentuan dan aturan kerja yang spesifik. Gambaran tradisional yang sudah menjadi image adalah banyaknya penyusunan kamus berdasarkan kaidah definisi kosakata-kosakata. Gambaran sederhananya adalah seperti halnya mendirikan bangunan diawali dengan membeli bahan-bahan bangunan. Seandainya dianalogikan, ini seperti jika ada seseorang membeli bahan-bahan bangunan mulai dari semen, besi pancang, batu pondasi, pintu, jendela, dan saluran listrik, tanpa melakukan kajian pendahuluan atau kelayakan terhadap kebutuhan-kebutuhan yang dipersiapkan untuk membuat suatu bangunan. Inilah analogi orang yang ingin membuat kamus diawali dengan definisi-definisi. Seorang insinyur projek atau planner perlu mengetahui tujuan awal ketika ingin mendirikan bangunan. Perlu ada perencanaan yang sesuai

Page 23

untuk tujuan ini, sebagaimana seorang pekerja kamus juga perlu membuat perencanaan yang matang ketika ingin menyusun sebuah kamus berdasarkan tujuan atas tema yang dikaji, fungsi kamus, dan pangsa pasar yang nantinya kamus akan dipublikasikan”.

Terkait segi karakter da sifatnya kamus-kamus besar suatu bahasa berbeda dengan kamus-kamus kecil atau kamus-kamus asing dan kamus-kamus khusus ada beberapa perbedaan. Kamus besar juga berbeda dengan kamus sederhana dan kamus kecil, seperti ketika merencanakan suatu bangunan maka perlu mengacu pada kerangka dasar yang telah ditetapkan. Demikian pula ketika menyusun kamus juga perlu mengacu pada kerangka teori yang sesuai sehingga menghasilkan bentuk kamus yang diinginkan. Seorang leksikograf perlu bertanya pada dirinya sendiri: apa yang dibutuhkan ketika menyusun sebuah kamus? Metode apa yang dipakai?

Langkah-langkah awal yang diperlukan untuk menyusun sebuah kamus adalah sebagai berikut.

1. Pengetahuan awal (arti, sinonim, pronoun, orthographi, penyusunan kosakata, asal kata, ism ‘ alam (nama diri), hakikat.

2. Obyek kamus (baligh/orang yang sudah dewasa, anak-anak, siswa, mahasiswa, guru, kritikus, intelektual, sekretaris).

3. Tujuan kamus (untuk mempelajari bahasa asing, penulisan laporan, pembacaan teks, pengetahuan arti kata, terjemah, petunjuk perjalanan, penelusuran kosakata yang sesuai, penyusunan kosakata yang terputus-putus dan pengetahuan tentang wawasan).

3.1.2 Beban Finansial dan Memperbanyak Aset-aset FinansialKebanyakan kamus besar diterbitkan oleh penerbit-penerbit yang bertujuan untuk

mendapatkan untung ketika memproduksinya, setelah dilakukan proses studi kelayakan, menghitung beban finansial, dan besarnya modal atau keuntungan yang akan diraih. Buku-buku biasa beban finansialnya terletak pada kertas, pencetakan, dan penjilidan. Akan tetapi beban finansial kamus terletak pada proses penyiapan bahan, ongkos produksi, waktu yang diperlukan untuk proses penerbitan, dan gaji tim penyusun. Di era komputerisasi sekarang ini, ketika menyusun sebuah kamus diperlukan perangkat atau sistem analisis, program accounting, dan pelacakan informasi. Seorang produser ini perlu tenaga ekstra. Dengan demikian, dibutuhkan tenaga publikator yang banyak. Di antaranya ada yang mengatakan: ketika seseorang berpikir ingin mendapatkan omset lebih dari 1 juta dollar dalam 5 tahun atau 6 tahun, maka banyak orang ingin berinvestasi dalam proyek tersebut pada jangka waktu itu. Dengan omset sebanyak itu tentu perlu keberanian atau nyali untuk ikut dalam projek seperti ini.

Dari sisi yang lain, banyak ditemukan pula publikator besar memandang bahwa penerbitan kamus sekarang ini benar-benar merupakan bentuk “investasi material”. pernyataan ini menimbulkan banyak penafsiran. Kamus Oxford membutuhkan waktu yang sangat lama dalam proses penyusunannya dan ini merupakan usaha yang sangat luar biasa, demikian juga Webster, dan Laros. Keberhasilan kamus ini di masa lalu merupakan bentuk pengorbanan publikator dan sangat membantu bagi para peneliti.

Ada sebagian kecil kamus yang tidak memperhitungkan beban finansial dalam penyusunannya, di antaranya: 1. Kamus yang diterbitkan oleh institusi kebudayaan milik pemerintah atau milik universitas,

seperti kamus bahasa Arab: الوسيط (al-wasīth), الكبير (al-kabīr), dan الوجيز (al-wajīz) yang diterbitkan oleh Lembaga Bahasa Arab di Kairo dan kamus Bahasa Inggeris: Middle English Dictionary diterbitkan oleh Universitas Michigan dan The Dictionary of American Regional English diterbitkan oleh Universitas Westconsin.

2. Kamus yang disusun oleh tim kerja yang terdiri dari beberapa peneliti akademik yang memiliki tujuan untuk upaya penelitian ilmiah, hasil karya sastra, atau promosi jabatan. Kamus universitas Birmingham merupakan kamus yang menggunakan metode seperti ini. Disusun oleh para dosen Universitas Birmingham dibantu oleh tim akademik universitas dan beban finansialnya dibiayai oleh Yayasan Colins.

Ciri yang membedakan kamus untuk tujuan komersial adalah cepat dalam penyajiannya. Sementara kamus akademik dilakukan dengan sangat teliti dalam penyusunan kerjanya. Prof.

Page 24

James Sledd, seorang leksikograf yang menulis tentang hilangnya kepercayaan terhadap kamus komersial. Dia menulis: Hal yang paling urgen adalah pemerintah dan institusi budaya perlu membuat manajemen dan mempersiapkan proses penerbitan kamus sehingga semuanya dapat mengambil manfaat semaksimal mungkin, baik publikator ataupun distributor.

Dalam proses penyusunan kamus perlu diterjunkan tim ahli yang bekerja secara profesional di bawah pengawasan kantor redaktur khusus. Adapun finansialnya dibebankan kepada mereka serta tidak ada tuntutan kerja agar cepat selesai penyajiannya dan tidak adanya kekhawatiran untuk mengembalikan modal yang telah dipakai.3.1.3 Proses Perencanaan Awal dan Penjadwalan Waktu

Zagusta mengatakan: “Seperti yang saya ketahui, proses penyusunan kamus tidak ada yang sempurna dan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Ini disebabkan karena lemahnya sumber daya manusia pada umumnya dan sulitnya membentuk tim kerja yang handal dan valid atau karena berdasarkan asumsi yang salah bahwa projek penyusunan kamus tersebut merupakan proses yang mudah atau karena banyaknya bahan yang ada sehingga dapat diaplikasikan sesuai dengan yang diinginkan. Skema berikut menjelaskan tentang prosentase akhir dari realisasi penyusunan kamus:

Nama Kamus Waktu yang ditentukan

Waktu yang dikerjakan

Prosentase Akhir

Oxford English Dictionary 13 tahun 39 tahun 200 %The Dutch Dictionary 25 tahun 65 tahun 160 %The Swedish Dictionary 12 tahun 65 tahun 442 %The Danish Dictionary 12 tahun 49 tahun 308 %Sidney Landau menentukan bahwa waktu yang diperlukan untuk perencanaan

penyusunan kamus sekitar 30 % dari waktu maksimal projek. Dia berpendapat bahwa mekanisme perencanaan harus mencakup beberapa hal, di antaranya:1. Pengetahuan tentang pasar distribusi.2. Pembatasan tentang besarnya kamus dan jumlah entri.3. Penentuan dalam keseimbangan kerja (dengan membagi beban biaya ketika mempersiapkan

bahan dan beban biaya untuk percetakan dan penerbitan).4. Menjadwal proses kerja yang meliputi penulis bahan, redakturnya, dan menempatkan definisi-

definisi secara khusus pada bagian-bagian tertentu. Demikian juga ketika mengambil keputusan yang berkaitan dengan tim kerja, apakah mereka menggunakan waktunya untuk bekerja atau tidak, dan yang berkaitan dengan para pakar asing (pakar yang tidak masuk pada tim kerja-pen) atau lain-lainnya. Seorang pekamus harus mengetahui perubahan-perubahan yang dapat mengganggu rencana kerja seperti proses kecepatan peangaksesan informasi, atau penelusuran asal kata, atau penentuan tim kerja berdasarkan kemampuannya.

Di era komputerisasi sekarang ini, ketika mempersiapkan program dan menentukan proses kerja kadang juga tidak terealisasikan. Hal ini karena adanya beberapa gangguan yang dapat mempengaruhi peralatan komputer karena perkembangan teknologi yang semakin modern dengan adanya generasi baru peralatan komputer dan sebagian peralatan elektronik bantu lainnya, atau adanya keperluan untuk melakukan penulisan ulang atau penelitian ulang melalui sarana media tersebut. Semua faktor ini menjadikan waktu yang telah ditetapkan menjadi sulit terealisasi. Dengan demikian, penentuan batas waktu yang diperlukan dalam proses penyusunan kamus perlu dipisahkan antara langkah-langkah kerja dan schedule waktu yang telah ditetapkan.3.1.4 Mempersiapkan Tim Kerja

Jika beban finansial merupakan salah satu kesulitan yang dapat mengganggu proses kerja penyusunan kamus, maka mempersiapkan tim kerja dan melatihnya merupakan bentuk kesulitan yang lain. Dapat dikatakan kendala pertama yang dihadapi sebelumnya akan mempengaruhi setelahnya. Waktu yang diperlukan untuk mempersiapkan tim kerja masih sekedar proses upaya saja dan hanya mengadopsi anggota tim yang terdiri atas para leksikograf senior yang sifatnya membantu saja, sementara mempersiapkan tim kerja memerlukan waktu yang sangat lama dan

Page 25

beban finansial yang tidak sedikit sehingga institusi sebagai pelaksana lapangan dalam hal penerbitan kamus akan terbebani secara financial.

Era kini, kurang lebih sudah setengah abad, telah terjadi perubahan, khususnya terkait dengan program khusus untuk mencetak para leksikograf yang diinginkan, yaitu:

1. menetapkan batas waktu yang ditentukan untuk mencetak leksikograf junior, mulai awal hingga selesai pendidikan, oleh para leksikograf senior karena jumlahnya di seluruh penjuru dunia jumlah mereka sangat sedikit.

2. mempersiapkan program pendidikan bagi pemula atau junior yang sifatnya pendidikan akademik tentang dasar-dasar keahlian, masalah teori, dan tujuan kerja penyusunan kamus.

3. Di Amerika Serikat dalam kurun waktu 20 tahun terakhir, yaitu pada tahun 1980-an ada kajian leksikologi Bahasa Inggeris pada program magister di universitas Indiana; dan pada tahun 1984 dibuka pusat studi leksikologi di universitas Ikstar; sejak tahun 1991 telah dibuka bagi para peneliti untuk menempuh pendidikan S2 leksikologi. Ini terbagi menjadi 3 kelas, yaitu kajian leksikologi Bahasa Inggeris program diploma. Di kelas 1 mahasiswa diajarkan dasar-dasar leksikologi dan aplikasinya, di kelas 2 mahasiswa ikut dalam projek penyusunan kamus, dan di kelas 3 mahasiswa diberikan beberapa pilihan oleh dosen untuk menyusun sebuah kamus yaitu: kamus double atau 2 bahasa, kamus bagi pelajar asing, kamus lokal atau bagi penduduk pribumi, kamus ilmiah dan kamus untuk anak-anak. Setelah mengikuti program diploma maka berhak meneruskan ke program magister tentang leksikologi dengan cara menulis tesis tentang proyek penelitian leksikologi.

4. Beberapa universitas di Jerman, seperti fakultas Bahasa Jerman di universitas Heidelberg, fakultas Bahasa Jerman aplikatif di universitas Erlangen-Nuremberg, dan fakultas Bahasa Jerman sebagai Bahasa asing di universitas Munich, terdapat program beasiswa magister atau diploma dalam leksikologi, yang mengkaji tentang: leksikologi sejarah, teori-teori dasar leksikologi, kritik leksikologi dalam (Bahasa Prancis, Spanyol, Italia, German, dan Inggeris) apakah dengan satu bahasa atau dua bahasa dan leksikologi elektronik.Tim kerja merupakan individu yang bertanggungjawab penuh atas pekerjaan sesuai

dengan kapabilitasnya, mengikuti acuan dasar kerja daalm melakukan proses kerja penyusunan kamus, baik secara manual ataupun elektronis. Proses kerja penyusunan kamus besar di Amerika Serikat dan negara-negara Eropa berdasarkan saran-saran dan ide-ide dari para pakar perkamusan. Berikut beberapa syarat khusus dalam proses penyusunan kamus berdasarkan usulan atau ide para leksikograf:

a. Ada kantor untuk melakukan kerja dan dikepalai oleh Pemimpin Umum Redaksib. Ada planning yang sistematis dan menerapkan schedule waktuc. Pengumpulan data berikut aturan penjelasannyad. Mempersiapkan beberapa definisi yang berkaitan dengan leksikologie. Penulisan data dan mengarsipkannya. Ini mencakup segi: fonetik, ortografi, konjugasi,

asal kata. Kerja ini di bawah tanggung jawab pimpinan redaksi, pemimpin umum redaksi, redaktur, dan asisten redaktur

f. Menganalisis susunan kalimat dan teks-teksnyag. Memilih beberapa contoh dan keterangannyah. Mempersiapkan program dasar leksikologii. Memasukan beberapa keterangan yang berkaitan dengan leksikologij. Pemolesan unsur artistick. Mempersiapkan data dan mengeditnyal. Melakukan cetak ulang.

Setiap syarat tersebut di atas mencakup beberapa karakteristik dan hal-hal yang harus dipenuhi, misalnya:1. Seorang leksikograf harus mempunyai beberapa keahlian, di antaranya:

Page 26

a. Kemampuan menulis dan mengungkapkan gaya bahasa secara runut dan fasih.b. Berwawasan luas tentang bahasanya.c. Mempunyai dasar insting linguistik yang tinggi.d. Mempunyai daya analisis yang tajam sehingga mampu melakukan proses penyusunan dan

pengaturan kamus.e. Memiliki wawasan luas dari segala hal: wawasan sangat luas walaupun tidak mendalam,

tetapi seorang leksikograf dalam suatu disiplin ilmu tertentu harus mempunyai wawasan yang mendalam tentang ilmu leksikologi.

2. Pemimpin Redaksi bertanggung jawab akhir untuk menerbitkan sebuah kamus dalam waktu yang telah ditentukan, dan menurut standarisasi yang telah ditentukan. Dialah yang bertugas memilih penasehat dalam bidang politik, berperan penting dalam proses setiap diskusi sebagai upaya untuk memastikan tujuan-tujuan yang akan dicapai. Bertanggung jawab juga dalam proses kerja, mengedit data-data menurut kemampuannya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Proses kerja ini dibawah koordinasi tim pengawas luar dan dalam secara bersama-sama.

3. Pemimpin Umum Redaksi bertugas membagi shift kerja, melakukan pengawasan dengan teliti, melatih instruktur baru, melakukan proses statistik. Jika proses kerjanya secara elektronik maka dia harus piawai ketika mempersiapkan program analisis data. Di samping juga bertugas selalu mengawasi faktor intern pekerja setiap hari, dan secara kontinyu mengikuti proses kerja dari awal sampai akhir.

4. Redaktur bertugas bertanggung-jawab membuat bentuk awal data, kemudian setelah selesai redaktur khusus mengedit bentuk awal data tersebut yang dianggap sesuai dengan definisi pertama secara mendetail. Bagi redaktur disyaratkan mampu untuk menganalisa arti kata sebuah kosakata, dan menarik kesimpulan arti kata yang tidak terdapat dalam kamus, mengetahui tentang arti kata asli, dan gambaran dasar.

5. Adapun direktur artistik bertanggung jawab membantu para penasehat ahli yang berasal dari luar tim dengan memoles secara artistik lembar demi lembar, seperti memoles sampul buku, memilih skets ilustrasi, kertas cetak, letak atau posisi huruf, dan bentuk penjilidan.

6. Adapun redaktur etimologis berperan melakukan publikasi dengan syarat harus sudah magister dan mengikuti training akademik tentang leksikologi, menguasai dengan baik bahasa sejarah dan perbandingannya, bahasa klasik, bahasa dunia dengan sumber-sumber asli bahasanya.

7. Adapun perancang kamus bertanggungjawab dalam pengambilan keputusan dan mempunyai ilmu dasar leksikologi secara khusus. Memliki pengetahuan yang berkaitan dengan masalah yang diselesaikannya, apa pilihan solusi terbaik dan bagaimana mempertimbangkannya, wajib memiliki kemampuan dasar leksikologi yang memadai, baik segi aplikasi, teori, ataupun metodologinya.

Agar supaya proses penyusunan kamus dapat terealisasi dengan baik dan teliti, maka seorang leksikograf perlu mempunyai kecerdasan dan pengalaman yang lebih banyak dan mendalam, maka akan banyak leksikograf dan linguis yang menyelesaikan karyanya tidak sampai memakan waktu sampai 25 tahun. Dengan demikian dalam beberapa kamus tidak terdapat hal-hal berikut. a. analisis kosakata atau pengungkapan kosakata dalam beberapa segmen yang lebih kecil atau

satuan-satuan kata dalam kamus lebih cermatb. penulisan definisi lebih baikc. pilihan contoh yang sesuai dari data yang ada.

Negara-negara barat, sekarang berlomba-lomba untuk mencetak leksikograf dan memberikan pengetahuan yang memadai. Untuk merealisasikan tujuan tersebut memerlukan waktu sampai 10 tahun. Penjelasannya sebagai berikut.a. Di Amerika Serikat ada sekitar 300 leksikograf, 150 di antaranya bekerja secara serabutan,

seperti redaktur di lembaga pers atau di proyek-proyek penyusunan kamus di kampus-kampus, dan 30 lebih kadang-kadang bekerja sebagai publikator. Sekitar 100 orang bekerja

Page 27

menerbitkan daftar istilah-istilah khusus industri dan perkantoran. Ada juga yang bekerja sebagai pengawas saluran komunikasi langsung pada perusahaan komputer dan tim penterjemah. Sekitar 10 orang melakukan kajian tentang pengetahuan leksikologi dan bekerja di bidang akademis sesuai dengan bakatnya masing-masing. Jika jumlah pekerja bidang leksikologi bertambah rata-rata 150 orang setiap tahunnya, maka diperkirakan di Amerika Serikat mencapai sekitar 500 orang leksikograf.

b. Di Inggeris ada sekitar 70 atau 80 orang yang bekerja pada bidang leksikologi, dan diperkirakan sekarang sudah meningkat sekitar 120 orang, mungkin lebih banyak lagi karena bertambahnya kajian-kajian leksikologi di universitas-universitas di tahun-tahun terakhir. Di Inggeris sampai sekarang masih terdapat perdebatan berkaitan dengan tim kerja penyusunan kamus, apakah mereka menganggur karena banyaknya beban finansial ketika menyusun sebuah kamus atau bekerja paroh waktu karena lambannya kesuksesan yang akan diraih dan faktor pembagian kerja. Mungkin ada kecenderungan dengan mengkombinasikan antara dua hal tersebut, dan ini terbatas hanya pada komunitas kecil yang menganggur dengan dibantu oleh 2 pekerja luar.

3.2 Pengumpulan Bahan atau Data dan Pembatasan ReferensiUntuk mengumpulkan bahan atau data leksikograf Arab kuno menggunakan 3 metode,

yaitu:1. Metode statistik. Ini dilakukan oleh Khalil bin Ahmad dalam kamusnya ,(al-‘Ain) العين

mengumpulkan data atau bahan lingusitik dengan cara statistik, melalui proses penyetaraan dan interaksi.

2. Metode percakapan, metode ini dipakai oleh al-Azhari dalam kamusnya اللغة تهذيب Tahżību al-Lughah, pengumpulan bahannya dengan cara riset lapangan kemudian dituangkan kembali ke dalam kamusnya.

3. Metode mengumpulkan data dari data kamus sebelumnya, metode ini yang sering dipakai sampai era modern sekarang ini, tanpa berusaha mengumpulkan data dari kehidupan sehari-hari kemudian merangkumnya dalam bentuk teks.

Leksikograf Arab kontemporer tidak menggunakan metode pengumpulan data lapangan dengan alasan karena selain sangat sulit, banyaknya data, interaksi dengan jutaan kosakata, dan catatan-catatan. Hal ini dianggap sebagai suatu hal yang mustahil. Alasan ini tidak dapat diterima sekarang ini, apalagi setelah adanya peralatan elektronik dan kaca pembesar yang memungkinkan dapat berinteraksi sehari-hari dengan jutaan kosakata dan kutipan-kutipan kalimat. Hal ini akan dibahas pada bab 5 buku ini.

Kembali ke proses pengumpulan bahan dan mempersiapkannya, dapat dikatakan bahwa kamus barat kontemporer yang telah terbit akhir-akhir ini dasar kerjanya berpijak pada metode yang berdasarkan pada sistem keterangan data secara elektronik, diambil dari teks-teks kekinian yang tertulis ataupun terucap dengan membuat catatan-catatan kutipan elektronik yang diambil dari sumber-sumber tertulis dan terucap. Metode ini diambil karena contoh-contohnya jelas, pengetahuan tentang bentuk kalimat dan bentuk ortografinya, juga pengetahuan tentang pemakaian susunan kalimat bila kalimat tersebut merupakan kalimat pasaran, biasa dipakai, kalimat larangan atau biasa digunakan di suatu daerah tertentu.

Yang membedakan kamus tradisional atau klasik (dari segi metode tradisional dalam pengumpulan data kamus) adalah mengandung pemakaian kata yang tidak hidup atau tidak komunikatif dengan hanya mentransfer dari satu kamus ke kamus yang lain, kalau kamus kontemporer (menggunakan metode modern dalam pengumpulan data) mengandung pemakaian kata yang hidup atau komunikatif, istilah-istilah yang dipakai banyak berasal dari luar kamus dan menggunakan teks-teks realitas. Dalam pengumpulan data, diambil dari beberapa sumber berikut:1. Sumber bahan dasar atau pokok, pengumpulan data hidup diambil dari teks-teks masa kini.2. Sumber bahan sekunder, dari kamus-kamus sebelumnya.

Page 28

3. Sumber bahan tersier, dari beberapa kumpulan referensi yang telah didokumentasikan, ungkapan-ungkapan kosakata yang telah dicetak, istilah-istilah kontemporer dan istilah-istilah yang telah disempurnakan.

Ketika mengumpulkan data hidup perlu mengkonsultasikan kepada informan agar mendapatkan data yang sesuai dengan kondisi lapangan. Biasanya informan tersebut bukanlah seorang linguis, ketika mengkonsultasikan ke informan bukan berarti informan tersebut spesialisasinya sebagai seorang linguis melainkan bahwa dia adalah pengguna bahasa. Kelemahan menggunakan metode ini adalah data yang diambil hanya melalui perantara bahasa saja dan tidak secara alami seperti halnya data yang diambil dari teks-teks kontemporer.

Dari sisi lain, ada beberapa pengetahuan khusus leksikologi yang tidak dapat dipenuhi kecuali dengan cara pengumpulan data lapangan, di antaranya:1. Ketika sebagian kata tidak ditemukan pada data yang telah terkumpul, biasanya berkaitan

dengan kosakata yang sering diucapkan, kosakata larangan, kosakata kontemporer seperti al-khaşkhaşah berarti ‘swasta’, dan الخصخصة ,’al-istinsākh berarti ‘kloning اإلستنساخ .’al-‘aulamah berarti ‘globalisasi العولمة

2. Ketika penggunaan kosakata yang dipakai tidak jelas pada data yang telah terkumpul, seperti kata ,’al-kinbah berarti ‘lalim serta jahat الكنبة ,aṭ-Ṭāsah yang berarti ‘mangkok الطاسة dan pola kehidupan yang terdapat pada dialek Arab modern.

3. Ketika leksikograf ingin menjelaskan timbal balik penggunaan kosakata yang digunakan, biasanya ini tidak terdapat pada data bahasa yang telah terkumpul dan memerlukan penciptaan kondisi buatan untuk mengikuti timbal balik penggunaan kosakata, seperti penggunaan kata حبلى ḥabalī yang berarti ‘tempat hamil’, dan ة� marrah berarti ‘tempat م�ر�perempuan’.

4. Ketika tujuan penyusunan kamus dialek atau menyiapkan data dialektika terdapat pada kamus umum.

Zgusta menjelaskan pentingnya konsultasi kepada para informan dengan mengatakan: ”kadang-kadang terjadi, bahwa seorang leksikograf tidak mendapatkan sesuatu apapun yang terdapat pada data teks yang mencapai ribuan lembar setelah menyimpulkannya. Tidak adanya data yang menunjukan tidak adanya kenyataan, maka sebagai gantinya ada dan tidak adanya suatu data ketika dilakukan riset dengan cara memberikan beberapa pertanyaan kepada informan yang berkaitan dengan problem yang terjadi pada tema riset”. Beralih ke kaidah keterangan khusus tentang proses kerja penyusunan kamus Arab secara elektronik, dapat dikatakan proses tersebut membutuhkan gambaran yang luas berdasarkan waktu yang diinginkan ketika berinteraksi terhadap teks. Barangkali dicukupkan sekarang dengan mengambil manhaj atau metodologi sebagai upaya menerbitkan sebuah kamus Arab kontemporer. Setelahnya menerapkan konsep pemikiran tersebut berdasarkan waktu sebelumnya. Metodenya adalah dengan cara pengumpulan data/bahan dari sumber-sumber yang variatif, di antaranya adalah: 1. Buku anak-anak dan remaja

Penyusunnya adalah Ya’kub Saruni, Abd Ṭawwab Yūsuf, Ahmad Bahjat, Kamil Kailaniy, Ahmad Najib, Abdul Hamid Jūdah Sahar, Said Aryan, Ahmad Suwailim, Muhammad Aṭiyyah Ibrasiy, Sulaiman Isa, Sulaiman Fayad, Abdul Alim Qubbaniy, Adil Ghadban, Ibrahim Abyariy (sebagian pengarang yang menspesialisasikan diri pada kamus anak-anak dan remaja).

2. Tokoh-tokoh penyair kontemporer.Kurang lebih ada sekitar 100 tokoh besar penyair kontemporer. Yang paling dikenal adalah: Ahmad Sauqiy, Hafiȥ Ibrahim, Ahmad Zakiy Abu Sadiy, Ibrahim Najiy, Khalil Matran, Gibran Khalil Gibran, Abu al-Qaşim Şabi, Badr Sakir Siyab, Şalah Abd Şabur, Jamil Şidqy Zahawi, Ma’ruf Rasofi, Ali Mahmud Ṭoha, Bisarah Khuriy, Elia Abu Madliy, Mahmud Kamil Sairafiy, Ali al-Jarim, Ali al-Jundiy, Hasim Rifa’i, Ahmad Masari al-Adwaniy, Abbas Mahmud al-Aqqad, Amr Abu Risah, Şalih Judat, Amin Rihaniy, Muhammad Faiz, Fuad Badawiy, Kamil Sanawiy, Ibrahim Tuqan, Ibrahim Arid, Ahmad Abdul Mu'ṭi Hijaziy,

Page 29

Ahmad Abdul Maksud Haikal, Ahmad Muhammad Saqaf, Nazik Malaikat, Tijani Yusuf Başir, Anas Dawud, Balanda Haidariy, Muhammad Banis, Anas al-Haj, Tajusir al-Hasaniy, Junah al-Qariniy, Hasan al-Qirsy, Hasan Fath Bab, Hasan Talab, Khalid Sakit, Hayat Abu Naşr, Khalid Saud Zaid, Khalid Barada’iy, Khalifah al-Waqyan, Khalifah Talisi, Zakiyah Malullah, Saad Şabah, Sulaiman al-Khalifiy, Samih Qasim, Sihab Muhammad Abduh Ghanim, Şalih Kharfi, Saqr ibn Sulthan Qasimi, Abdurrahman Rafi, Abdul Aziz al-Maqalih, Abdul Aziz Saraf, Abdul Alim al-Kabbaniy, Abdullah Barduniy, Abdullah Faişal, Abdullah Utaibiy, Abdullah Basrahil, Abdul Wahid Ahrif, Abdul Wahab Bayati, Abduh Muhammad Badawi, Izzuddin Munasarah, Alawi Hisyam Hasyimi, Ali Sayyid Baz, Ali Sabti, Ali Sidqi Abdul Qadir, Faruq Juwaidah, Faruq Sausah, Fadil Khalaf, Fatimah Badyawi, Fadwi Tuqan, Kamal Nasaat, Mubarak ibn Saif ali Tsani, Muhammad Faituri, Muhammad Husain Ali Yasin, Muhammad Abduh Ghanim, Muhammad Afifi Matar, Muhammad Mundir Lutfi, Mahid Mahdi Jawahiri, Mahmud Darwis, Muhyiddin Ladqani, Muhyiddin Kharif, Buul Saul, Malik Abdul Aziz, Nizar Qabbani, Hasim Sabty, Hiyam Ramzi Dardanji, Yusuf Izzuddin, Yasin Qutb Fiil, Ya’qub Rasyid, Ya’kub Sabi’i, Muhammad Mas’ud, Faişal Sa’ad, Amal Danqal, Muhammad Ibrahim Abu Sanah, dan Ahmad Suwailim.

3. Para pujangga dan penulis besar Kurang lebih ada sekitar 100 pujangga besar, para penulis skenario, teater, cerita, pemikir, yang terdiri dari filosof, psikolog, alim ulama, sejarawan, kaum moralis, dan ekonom. Berikut daftar dari nama-namanya: Muhammad Taufik Dliyab, Zaki Mubarak, Ahmad Amin, Taufik Hakim, Yahya Haki, Abdul Hamid Judah Sahar, Muhammad Kamil Husain, Muhammad Husain Haikal, Mikail Na’imah, Thaha Husain, Abbas Mahmud al-Aqqad, Mi Ziyadah, Sati al-Hasriy, Ibrahim Abdul Qadir Maziniy, Muhammad Manżur, Ihsan Abdul Quddus, Muhammad Tabi’i, Muhammad Abdul Halim Abdullah, Muhammad Aaid Aryan, Jamal Hamdan, Husain Mu'nis, Ahmad Bahauddin, Yusuf Siba’i, Musa Şabri, Mahmud Taimur, Amin Yusuf Ghurab, Ahmad Hasan Ziyat, Ahmad Zaki, Hamid Jauhar, Sulaiman Hazin, Abdul Halim Muntasir, Muhammad Iwadh Muhammad, Zaki Najib Mahmud, Fuad Zakaria, Abdul Aȥīm Ramadlan, Najib Mahfud, Yusuf Idris, Jamal al-Ghitani, Ni’mat Fuad, Bintus Sati, Mustofa Amin, Şarwat ‘Ubadah, Faruq Khurasid, Majid Tubiya, Fathi Ghanim, Aminah Said, Muhammad Husain Haikal, Said Sumbul, Ibrahim Sa’dah, Şalah Muntasir, Ibrahim Nafi, Alfred Farj, Muhammad Mutawalli Sa’rawi, Muhammad Ghazali, Sayyid Sabik, Muhammad Imarah, Ahmad Bahjat, Fahmi Huwaidi, Ahmad Hasan Baquri, Farj Fudah, Faṭḥi Ibariy, Ali Salsa, Abdul Wahhab Mutawi, Ahmad Rajab, Halah Sarḥan, Aisyah Abu Nur, Nahad Şalihah, Laela Ustman, Faṭḥiyah ‘Asal, Ghadah Saman, Anis Mansur, Muhsin Muhammad, Mustofa Mahmud, Mahmud Sa’dani, Wajih Abu Ẓikriy, Muhammad Rasyad Ṭubi, Ghali Sukri, Ahmad Abdul Mu’ti Hijazi, Adil Khalaf, Abdullah Khalaf, Mustofa Faqi, Walid Abu Bakar, Ghassan Kinfani, Lenin Ramli, Abdul Aziz Aari’, Ali Aqlah ‘Arsan, Abdul Aziz Hamudah, Aliyah Suaib, Jadzibiyah Sidqi, Ibrahim Sinullah, Yusuf Qa’id, Ṭayyib Şalih, Iqbal Barokah, Muhammad Annaniy, sebagai penerjemah karya-karya sastra, Sina Ba’isiy, Latifah Ziyat, Abdul Hakim Qasim, Abdullah Zakaria Anşari, Adil Şadik, Fakhir Aql, Thalat Manşur, Hamid Zahran, Izzat Sayyid Ismail, Muhammad Najati, Muhammad Imaduddin Ismail, Muhammad Abid Jabiry, Abdurrahman Badawi, Muhammad Abdul Hadi Abu Ridah, Muhammad Jalal Kiski, Muhammad Atif Ghaits, Samiyah Saaty, Muhammad Aziz Sukri, Thariq Haja, Sa’duddin Ibrahim, Khaldun Naqib, Alauddin Hilal, Sayyid Abu Naja, Muhammad Ramihi.

4. Koran dan Majalah Beberapa koran dan majalah Arab yang tirasnya sudah meluas dalam 10 tahun belakangan ini, di antaranya :1. Koran األهرام (Al-Ahrām) di Kairo.2. Koran األوسط الشرق (Asy-Syarq al- Ausaṭ) di Saudi.3. Koran الحياة (al-Hayāt) di Libanon.4. Koran اإلقتصادى األهرام (Al-Ahram al- Iqtişādīy).

Page 30

5. Majalah العربى (Al-‘ Araby) di Kuwait.6. Majalah الفيصل (al-Faişal) di Saudi.7. Majalah الدوحة (Ad-Dūḥah) di Qatar.8. Majalah الهالل (Al- Hilāl) di Kairo.9. Majalah الدولية السياسة (As-Siyāsah ad-Dauliyah)

Contoh majalah wanita: الدنيا نصف .1 (Nişfu ad-Dunyā) di Kairo..di Kairo (Ḥawwā) حواء .2

Majalah anak-anak: الدين عالء .1 (‘Alāu ad-Dīn) terbit bersama koran al Ahram di Kairo..terbit bersama dengan koran Darul Hilal di Mesir (Samīr) سمير .2 .di Kuwait (Sa’d) سعد .3 .di Uni Emirat Arab (Mājid) ماجد .4

5. Bahan atau data yang dapat didengarkanDi antaranya adalah CD berisi data yang dapat didengarkan dalam bahasa Arab standar, contohnya:a. Siaran berita dan komentarnya, sekilas info, dan berita-berita koran.b. Siaran tentang hadīţ-hadīţ nabi di pagi hari (sebagian isi materinya sangat klasik maka perlu dibedakan dengan lainnya).c. Khutbah jumat dan 2 hari raya (sebagian isi materinya sangat klasik, maka perlu

dibedakan dengan lainnya).d. Program-program khusus yang berkaitan dengan Bahasa fuşah seperti program لغتنا

yang dipandu oleh Faruk Sausah dan disiarkan oleh radio (lughatunal-jamīlah) الجميلةKairo, dan ثقافية أمسية (amsiyyah ţaqāfiyyah) yang dipandu oleh Faruk Sausah dan disiarkan oleh televisi Kairo (Akhirnya Faruk Sausah mengurangi siarannya karena kekurangan tamu-tamu dalam program tersebut ketika praktik bahasa).

6. Buku-buku sekolahMengumpulkan CD yang berisi data-data linguistik yang terdapat pada buku-buku

sekolah dari jenjang pendidikan yang berbeda-beda (Dasar-Menengah-Atas) di beberapa negara Arab, seperti Mesir, Saudi, dan Suriah. Hanya terfokus pada buku-buku nuşus, qira’ah, dan mata pelajaran sosial (geografi, sejarah, filsafat, dan sosiologi).

7. Aktivitas Lembaga-lembaga BahasaAktivitas lembaga-lembaga bahasa dibagi menjadi dua. Pertama, melakukan pembetulan

dan pemilihan. Kedua hal ini terkait dengan kamus-kamus istilah yang ditetapkan oleh lembaga-lembaga bahasa tersebut. Aktivitas ini melibatkan para spesialis sesuai dengan spesialiasinya. Aktivitas koreksian dapat diselesaikan dengan bantuan prinsip-prinsip dasar dari para orientalis dari disiplin ilmu lingusitik umum, bukan hanya dari bahasa spesialis. Secara tematis, karya-karya pada bidang ini dapat diuraikan sebagai berikut:a. Karya-karya mengenai ilmu humaniora.b. Karya-karya mengenai ilmu pertanian dan biologi.c. Karya-karya mengenai ilmu teknik.d. Karya-karya mengenai ilmu kedokteran dan kesehatan.

Dalam melakukan pemilihan terhadap karya-karya ini, para spesialis merujuk pada ensklopedi dan juga karya-karya yang memuat isi karya-karya tersebut. Dalam bidang ini, ada dua lembaga bahasa yang terkenal, yaitu:1. Maktab Tansqit-Ta’rb fi al-‘Alami al-‘Araby di Rabat 2. Majma’ al-Lughah al-‘Arabiyyah di Kairo.

Page 31

Kedua, melakukan pendalaman secara menyeluruh. Aktivitas ini dilakukan pada leksikon, ungkapan, dan bentuk. Di antara lembaga-lembaga bahasa yang terkenal di bidang ini adalah Majma’ al-Lughah al-‘Arabiyyah di Kairo yang secara terus menerus menerbitkan penelitian-penelitiannya. Pada kesempatan ini cukup dikemukakan dua karya, yaitu: 1. Kitābu al-Alfāȥ wa al-Asālib (dalam beberapa jilid) 2. Kitāb fi Usuli al-Lughah (dalam beberapa jilid)

8. Pengetahuan yang membantu dalam penelitian bahasaSetelah menyinggung beberapa hal di atas, sebaiknya disinggung pula beberapa rujukan

yang layak dipakai dalam penelitian bahasa. Dalam hal ini, ada beberapa rujukan yang dapat disebutkan, yaitu:Pertama; buku-buku ungkapan-ungkapan bentukan, seperti:a.. At-Ta’birul-Maskûkah fil-Lugatil-‘Arabiyyah karya Muhammad al-Hannasyb. At-Ta’br al-Işthilāchy karya Karim Zaki Hisamuddinc. Mu‘jammut-Tarākib wal-’Ibarāt al-Işthilāchiyyah karya Ahmad Abu Sa’d.d. Mu‘jamul-Alfāzh wat-Ta’birāt as-Siyāqiyyah karya Nayif Kharma dan kawan-kawan. e. Mu‘jamuth-Thullāb: Mu‘jam Siyāqiy lil-Kalimāt asy-Syā‘ i’ ah karya Mahmud Siniy dan

Haimur Hasan Yusuf.Kedua; buku-buku untuk mengoreksi bahasa, misalnya:a. Mu‘jamul-Aglāth al-Lughawiyyah al-Ma’āşirah karya Muhammad al-’Adnaniyb. Asrārul-Lughah karya Jaurij Garibc. Al-Kitābah as-Şachichach karya Zuhdi Jadullahd. Azhāhirul-Fuscha fi Daqā’’qil-Lughah karya ’Abbas Abu Sa’ude. Akhthāul-Lughatil-’Arabiyyatil-Ma’āsirah ’indal-Kitāb wal-Idzā’iyyin karya Ahmad

Mukhtar Umarf. Al-’Arabiyyah as-Şachichach karya Ahmad Mukhtar Umar. Ketiga; buku-buku mengenai pengawasan bahasa. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa sempurnanya aktivitas penelitian dilakukan dalam rangka pengawasan bahasa dalam semua tingkatan pembahasan. Banyak aktivitas pengawasan ini tidak saja menjadi latar belakang kemajuan penelitian bahasa, tetapi juga memberikan manfaat dalam mengatasi kekurangan. Di antara buku-buku mengenai adalah:a. Al-Tunggalāt asy-Sya’i’ah fil-Lugatil-’Arabiyyah karya Daud Abduhb. Ar-Rasidul-Lugawiy al-Wazifiy lil-Marhalah al-Ula min at-Ta’lim al-Ibtidāiy fil-Magrib

al-’Arabiy Keempat; kamus-kamus penelitian yaitu kamus-kamus yang terkait dengan aktivitas penelitian baik secara umum maupun khusus. Di antara buku-buku yang terkenal adalah:a. Mu‘jamul-Lughatil-Arabiyyah al-Ma’āşirah karya Hans Feirb. Mu‘jamus-Sabl (Arabiy-Faransy-Arabiy) karya Daniel Righc. Al-Mu‘jam al-Arabiy al-Asāsy karya Isdar Aloksod. Mu‘jamut-Ta’lm al-Asāsy karya Abdul Gani Abul Azm

10. Rujukan-rujukan Penunjang Beberapa rujukan penunjang yang sering dipakai adalah:

a. Kamus-kamus kuno, seperti: Lisānul-’Arab karya Ibn Manzur, Asāsul-Balāghah karya az-Zamahsyariy, Maqāyisul-Lughah karya Ibn Faris, al-Misbāchul-Munr karya Foyum, Tahdzbul-Lughah karya al-Azhariy, dan Tājul-’Arûsy karya az-Zabidiy.

b. Kamus-kamus baru, seperti: al-Wasth dari Lembaga Bahasa Arab, Muchthul-Muchth karya Bustaniy, Mathnul-Lughah karya Ahmad Rida, al-Mu‘jamul-’Arabiyul-Hadts karya Khalil Jarr, Lughatul-’Arab karya Jurij Maitri Abdul Masih, al-Mu‘jamul-’Arabiy al-Asāsiy karya Lembaga Pendidikan, Budaya, dan Keilmuan Arab. `

c. Kamus-kamus khusus, seperti: Gharībul-Qur’ān karya as-Sijistaniy, al-Tunggalāt fi Gharībil-Qur’ān karya Ar-Raghib al-Asfihani, Mu‘jam Gharībil-Qur’ān karya

Page 32

Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Işlāchul-Wujuh wan-Nazhāir karya ad-Damiganiy, an-Nihāyah fi Gharībil-Hadīţ wal-Asar karya Ibnul-Asir, al-Mu’arrab karya al-Jawaliqiy, Syifāul-Ghalīl karya al-Khafajiy, al-Fā’iq karya az-Zamakhsyariy, al-Mu‘jamul-Mufaşşal bi Asmā’il-Malābis karya Dauzi, az-Zinah fil-Kalimāt al-Islamiyyah karya ar-Razi, Mu‘jam Alfāzhil-Chadharah karya Lembaga Bahasa Arab Kairo, Mu‘jamul-Chadhārah karya Mahmud Taymur, dan Mu‘jamul-Af’al al-’Arabiyyah as-Tsulātsiyyah al-Ma’āşirah karya Sulaiman Fayad.

d. Buku-buku yang berhubungan dengan bahasa, seperti: at-Tanbih wal-Idhāch karya Ibn Bariy, at-Takmilah waz-Zail waş-Şilah karya as-Saghaniy, at-Takmilah waz-Zail waş-Şilah karya az-Zabidiy, al-Jasūs ’alal-Qamūs karya Ahmad Faris Asysyadyaqiy, al-Mu‘jam al-’Arabiy wa Nazharāt fil-Mu‘jam al-Wasit karya Adnan al-Khatib, Takmilatul-Ma’ājim al-’Arabiyyah karya ad-Dauziy, dan at-Takmilah lil-Ma’ājim al-’Arabiyyah minal-Alfāzh al-’Abbāsiyyah karya Ibrahim As-Samiraiy.

3.3 Menentukan Sebuah KamusMenentukan urutan kata dalam sebuah kamus membutuhkan penentuan kalimat sebelum

menyusun kamus yang final. Beberapa langkah penting yang dilakukan adalah:a. Menentukan materi-materi yang ada dalam satu huruf

Hal ini perlu dilakukan untuk:1. Membantu menentukan arah dari kamus yang akan disusun dengan menyajikan batasan

cangkupan setiap huruf sehingga bisa diperbandingkan materi apa saja yang dicakup selama proses pengumpulan kosakata. Hal ini juga memungkinkan adanya perbandingan dengan kamus-kamus berikutnya.

2. Membantu menentukan batas cakupan materi yang diperluas dan materi yang dibahas secara terminologis dalam kamus.

Banyak sekali kamus yang disusun menggunakan metode seperti ini, misalnya kamus yang disusun oleh Ahmad Syafiq al-Khatib, Hilmi Musa, dan lain-lain. Demikian juga kamus-kamus dengan materi yang diperluas dan materi yang dibahas secara terminologis.

b. Menentukan kaidah terkait dengan kata-kata bermakna ganda.Tidak ditemukan kamus-kamus Arab lama yang membahas kata-kata bermakna ganda. Jika ditemukan, maka kamus itu hanya membahas makna ganda dari satu akar kata, baik yang ada kaitannya dengan arti kata ataupun tidak. Sedangkan dalam kamus-kamus Eropa atau kamus-kamus Arab modern, makna ganda ini dibahas dengan dua cara, yaitu:1. Kata-kata yang memiliki kaitan antara beberapa makna, yang biasa disebut polisemi (satu

kata dengan banyak arti). Kata-kata seperti ini diletakkan dalam satu komunitas, misalnya kata ة ر� �ش� .yang mengandung arti kulit binatang dan tumbuhanب

2. Kata-kata yang tidak memiliki kaitan antara beberapa makna, yang biasa disebut homonimi (beberapa kata dengan satu arti). Kata-kata seperti ini diletakkan dalam banyak akar kata sesuai dengan arti yang dikandungnya, misalnya kata paman yang diartikan dengan kata خال atau األم أخو .

Untuk hal ini, leksikolog perlu menyelesaikan terlebih dulu persoalan hubungan antara kata-kata bermakna ganda. Persoalan yang dihadapi oleh leksikolog bukan kegandaan makna itu sendiri, tetapi hubungan polisemi dan homonimi. Jika hubungan ini sudah ditemukan, maka leksikolog meletakkan polisemi dalam satu akar sedangkan homonimi dalam beberapa banyak akar kata. Jadi, persoalan leksikolog sebenarnya adalah menentukan kriteria dalam pembahasan kegandaan kata ini. Kemudian, bagaimana kriteria ini ditentukan? Berikut ini kami ringkaskan beberapa pendapat terkait dengan kriteria ini:1. Pendapat yang cenderung mengutamakan pembahasan polisemi dan pembahasan

mengenai hubungan antara arti-arti yang berjauhan. a. Misalnya kata hot yang berarti ’panas’. Bagaimana jika dalam ungkapan seperti hot news, hot line, dan hot sauce, apakah masih dalam arti yang pertama?

Page 33

b. Kata /جن dalam bahasa Arab memiliki banyak turunan, seperti الجنة,الجنون , الجنان , المجن, الجن , dan الجنين. Ibn Faris telah membahas kata-kata seperti

ini. 2. Oleman mengusulkan penggunaan kriteria asal pembentukan dan urutan huruf secara

alfabetis. Jika secara alfabetis atau dari segi sejarah berbeda, maka kata-kata tersebut dianggap homonimi.

3. Sebagian leksikolog mengusulkan penggunaan teori semantik untuk membedakan dua kata. Kata seperti ‘orange’ menunjuk dua arti, yaitu warna dan buah.

4. Kriteria umum yang dipakai dalam kamus-kamus bahasa Inggris, sesuai pendapat Lyonz, adalah penggunaan dalam percakapan. Kata seperti ’hammer’ memiliki dua arti, sebagai kata benda dan kata kerja. Demikian juga kata ’devision’ yang juga memiliki dua arti, bagian dalam bidang matematika dan divisi dalam bidang ketentaraan. Dengan kriteria ini, kedua kata tersebut dimasukkan dalam satu komunitas karena keduanya adalah dua kata benda.

5. Kriteria kelima yang dipakai adalah kriteria frase yang mengandung arti berbeda dengan kata tunggal, misalnya kata yang حس,,ن bila disambungkan dengan kata mengandung artiالرجل ’akhlak yang baik’. Demikian juga kata yang berarti طبيب ‘dokter’, bila disambungkan dengan kata المقادير mengandung arti ‘bersih lagi suci’.

6. Chapin menganjurkan untuk merujuk dan membandingkan dengan bahasa-bahasa yang lain untuk menentukan polisemi dan homonimi. Jika metode ini disetujui, maka kata ‘uncle’ dalam bahasa Inggris termasuk homonimi, karena kata itu digunakan untuk mengungkapkan sesuatu dengan dua kata yang berbeda. Misalnya dalam bahasa Arab, kata ‘uncle’ diungkapkan dengan kata عم dan خال . Demikian juga misalnya kata إصبع dalam bahasa Arab termasuk homonimi karena dalam bahasa Inggris disebut dengan dua kata yaitu ‘finger’ untuk jari tangan dan ‘toe’ untuk jari kaki.

7. Katz memberikan pendapat dengan merujuk pada beberapa struktur semantik pada dua kata yang sama sehingga dapat ditentukan apakah dua kata itu benar-benar sama atau tidak. Sebagai contoh adalah sebagai berikut:No Kata dengan dua arti Persamaan dalam ungkapan

Peng-ucapan

Grup kata

Etimo-logi

Asal pemben-tukan

Arti dasar

1 crown تاج أعلىالشيئ

+ + + + +

2 bar مك,,,,,,,انللشرب قض,,,,,يب

حديد من

+ + + + -

3 ball كرة حفل,,,,,,,ةراقصة

+ + + - -

4 bear يحملدب

+ - - - -

5 lead رصاصيقود

- - - - -

Nomor (1) memiliki satu arti dengan perluasan arti, nomor (2) dan (3) termasuk polisemi, sedangkan nomor (4) dan (5) termasuk homonimi. Katz juga berpendapat

Page 34

bahwa tidak ada garis yang tegas antara homonimi dan polisemi. Kedua hal itu hanya berkaitan dengan bertambah dan berkurangnya kemiripan. Dengan demikian, hal ini bisa dipakai dalam ungkapan. Untuk menguji ketepatan metode ini, dilakukan percobaan terhadap sekomunitas orang yang berbicara bahasa Inggris dan sekomunitas orang yang berbicara bahasa Perancis dengan memberikan arahan berupa lima tingkatan bahasa. Orang-orang tersebut kemudian diminta menentukan kecocokan antara dua arti dengan memberi tanda pada nomor yang sesuai.

Katz juga berpendapat bahwa tidak ada garis pemisah yang jelas antara homonimi dan polisemi. Garis pemisah itu hanyalah kemiripan yang kadang lebih dan kadang kurang. Oleh karena itu, perbedaan ini patut dijelaskan sebagai perbandingan. Perbedaan itu diketahui melalui dua percobaan terhadap dua orang yang bercakap-cakap, yang satu menggunakan bahasa Inggris sedangkan yang lain menggunakan bahasa Perancis.

Dalam percobaan tersebut, dipergunakan lima tingkatan analogi dan kedua pembicara diminta menentukan tingkatan kesesuaian antara dua arti dengan memberi tanda pada tingkatan analogi yang sesuai. Hasil percobaan ini sering menunjukkan hasil yang berbeda, bahkan perbedaan ini timbul dari satu responden pada satu kata ketika percobaan itu dilakukan misalnya dalam jarak satu bulan. Perbedaan juga timbul ketika dua kata yang sama ucapan dan tulisannya, tetapi dari segi semantik tetap saja terasa berbeda seperti yang dirasakan pertama kali oleh penutur bahasa tersebut.

Metode Katz dikritik karena menyamakan semua kemungkinan semantik dan menjadikannya satu komunitas, padahal kenyataanya tidak demikian. Misalnya kata ‘bank’ yang mengandung tempat transaksi uang dan juga berarti sungai termasuk homonimi karena mengandung tiga kesamaan: fisik, mengalir, dan bukan hewan. Sebaliknya kata ‘mouth’ untuk manusia dan sungai, mengandung dua arti yang tampak dekat atau serupa, padahal yang membuat keduanya sama adalah satu sifat keduanya yang penting, yaitu sebagai pembuka, dan dua sifat yang tidak penting, yaitu mengalir dan melingkar.

8. Ada juga pendapat yang menggunakan metode pragmatik. Metode ini dasarkan pada konteks penggunaan suatu kata. Sebagai contoh adalah kata yang mengandung قاعدة beberapa arti sesuai konteks, yaitu:

a. Tempat pembekalan dan perlindungan (bidang militer), misalnya عشكرية قاعدة ‘perlindungan darat’, بحرية قاعدة ‘perlindungan laut’, جوية قاعدة ‘perlindungan udara’.

b. Konsep umum yang mencakup semua bagian, misalnya قانونية قاعدة ‘kaidah hukum’ (bidang hukum), صرفية قاعدة ‘kaidah şarf’ (bidang nahwu).

c. Pondasi (bidang teknik sipil) misalnya للبناء قاعدة ‘pondasi bangunan’. Demikian juga kata جذر‘akar’ yang mengandung arti sesuai bidang ilmu yang dibahas, baik ilmu biologi, olahraga, maupun linguistik.

9. Ada juga yang berdasarkan pada ada tidaknya kemiripan antara dua makna. Jika ada kemiripan maka dinamakan polisemi, jika tidak maka dinamakan homonimi. Metode ini didasarkan pada pendapat penutur asli bahasa yang menentukan hakekat kemiripan dua makna tersebut. Para pengguna metode ini menyatakan bahwa kata yang memiliki makna yang berlawanan dinamakan polisemi karena bagi penutur asli dianggap memiliki keterkaitan, misalnya kata yang berarti السدف terang’ dan‘ الضوء ,’gelap‘الظلم kata الرجاءyang berarti األمل ‘harapan’ dan الخوف‘katakutan’. Kata-kata tersebut tidak dianggap sebagai homonimi kecuali jika sangat berlainan artinya.

10. Metode lain yang bisa dipergunakan terkait dengan kata yang bermacam-macam adalah metode pembentukan. Ada kata-kata yang diperkirakan sama, tetapi sebenarnya berbeda karena membentuk kata-kata yang berbeda. Sebagai contoh dalam bahasa Arab adalah:

Page 35

a. Kata peradaban’ dan‘ مدن kota’ yang kemungkinan bersumber dari kata‘ مدينة .’agama‘ دين

b. Kata kerja قال ‘berkata’ yang kemungkinan bersumber dari kata قيل dan قول .c. Kata kerja ’hilang‘ ضاع yang kemungkinan memiliki bentuk mudlari’ dan يضيع

. يضوعKarena banyaknya perbedaan pendapat mengenai metode untuk membedakan

polisemi dan hominimi, maka bisa kita temukan dalam kamus-kamus bahasa Inggris usaha untuk mencari titik temu metode-metode tersebut di satu sisi dan kesulitan menentukan garis pemisah antara polisemi dan homonimi di sisi lain. Kamus-kamus bahasa Inggris tidak hanya berbeda dalam penentuan polisemi dan homonimi, tetapi juga dalam pengurutan arti-arti yang ditemukan dalam homonimi. Malakhovski telah menemukan kesulitan ini dalam 38 kamus bahasa Inggris yang diterbitkan di Inggris dan Amerika serta sembilan kamus dari Rusia. Kamus-kamus tersebut juga dikategorikan menjadi tiga, yaitu besar, kecil, dan saku dan beberapa bagian dalam yang merupakan kelanjutan. Malakhovski telah memberikan rincian tentang ketiga macam kamus ini, dengan menjelaskan kelebihan dan kekurangannya.

Terkait dengan kamus-kamus kecil yang walaupun berbeda dalam hal polisemi dan homonimi, para ahli kamus memberikan anjuran agar mengelompokkan keduanya dalam satu komunitas untuk lebih memudahkan. Perlu juga diingat bahwa konsep homonimi bagi anak-anak kecil masih sulit untuk dipahami. Walaupun begitu, ahli kamus harus menentukan standar yang akan dipakai dalam memperlakukan kata-kata yang memiliki banyak arti. Ada baiknya juga jika menjadikan kriteria semantik sebagai kriteria utama.

c. Kata-kata yang tidak menunjuk pada sesuatu di luar dirinya. Pembahasan ini terkait dengan kata-kata tugas yang tidak menunjukkan sesuatu di luar dirinya, misalnya kata ال ‘tidak’, لكن‘tetapi’, أو‘atau’, harful-jarr, dan lain-lain. Kata-kata ini memiliki arti yang bisa dipahami baik oleh pembicara maupun pendengar, tetapi sesuatu yang bisa menunjukkan arti kata tersebut tidak ada dalam alam nyata. Kata-kata semacam ini sulit jika dijelaskan menggunakan definisi, oleh karena itu ahli kamus perlu memikirkan cara yang lain. Sangat banyak kamus yang mencoba menyelesaikan masalah ini dengan menjelaskan fungsi kata sandang tersebut dan memberikan contoh, misalnya adalah kamus Cobuild yang pada bagian awal sudah memberikan penjelasan bahwa kata seperti the, and, dan of tidak dijelaskan dari segi semantik tetapi dari segi penggunaan.

d. Kata-kata majemuk dan pemajemukan kataKata-kata majemuk dalam bahasa Arab tidaklah dianggap sebagai masalah karena jumlahnya hanya sedikit sehingga dikomunitaskan sesuai bentuk akhirnya. Adapun dalam bahasa Inggris, kata-kata ini menjadi permasalahan sehingga bermacam-macam perlakuan yang diterapkan kepada kata-kata ini, misalnya:1. Ada yang meletakkannya sesuai dengan urutan huruf. Cara ini paling mudah tetapi

dikritik karena memisahkan kata-kata yang berhubungan dan mencerai-beraikan keumuman kata tersebut.

2. Ada yang menggunakan metode piramida. Kata-kata tersebut diletakan sesuai intensitas kata yang asli. Kamus Oxford misalnya meletakkan kata bottle-brush di komunitas brush, sedangkan bottle beer di komunitas bottle. Akan tetapi kamus Longman melakukan yang sebaliknya. Kata bottlefull dikomunitaskan dalam bottle sedangkan kata bottle green diletakkan dalam komunitas green. Walaupun begitu, metode piramida telah memungkinkan berbagai macam kata majemuk berada dalam satu komunitas.

Komposisi kata-kata ini biasanya disebut dengan komposisi organik. Ada juga kata-kata yang disebut komposisi non-organik. Pada bentuk yang kedua ini ada banyak kata, sebagai contoh adalah kata radar yang sekarang hampir dipakai oleh semua bahasa. Kata ini sebenarnya

Page 36

adalah kumpulan dari radio detection and ranging. Kata seperti tidak menimbulkan masalah karena pengelompok-annya sesuai urutan huruf.

Adapun kata-kata mejemuk yang merupakan satu ungkapan, permasalahan dalam perkamusan adalah tidak adanya kesepakatan mengenai letak kata itu, apakah akan dikomunitaskan satu per satu, dikomunitaskan pada salah satu kata penyusunnya, lalu kata yang mana yang paling baik? Kamus-kamus Arab lama dan baru, umumunya, mengelompokkan kata-kata seperti ini dengan memberikan contoh. Sementara sebagian kecil kamus Arab yang lain mengikuti model kamus Eropa dan Amerika. Kata-kata ini dikomunitaskan dengan menggunakan tanda pembeda. Tanda ini kadang berupa garis atau lingkaran hitam pada akhir pengelompokkan. Sebagai contoh adalah kata .’tangan‘ يد Setelah pengarang menjelaskan berbagai macam arti kata يد dalam satu komunitas, kemudian pengarang menjelaskan berbagai macam ungkapan dengan kata dalam komunitas lain dan dipisahkan dari arti يد dengan يد menggunakan tanda ‘I’.

Setelah perbedaan ini, kamus-kamus itu berbeda dalam menentukan kata yang dipakai sebagai sebagai patokan. Perbedaan ini tercermin dalam empat cara: mengelompokkan kata itu pada komunitas kata yang pertama, mengelompokkan pada kata yang paling dulu dalam urutan kamus, mengelompokan pada kata yang paling konkret, atau mengelompokkan pada kedua-duanya dengan memberi rujukan kata yang berhubungan. Cara terakhir adalah cara terbaik karena paling bisa mengakomodir semua kelebihan cara-cara yang lain. Sebagai contoh adalah kamus Cobuild yang menjadikan kata get sebagai patokan dengan memberi rujukan pada kata yang berhubungan, misalnya: get no change; look change, get cracking; look crack, get the message; look message, dan get used to; look used.

3.4 Penyusunan KriteriaSetelah memilih komunitas-komunitas kata dalam kamus dan membahas berbagai

persoalan yang terkait dengan itu, langkah berikutnya adalah menyusun kriteria yang akan dipakai, baik itu semantik, artikulasi, morfologi, dan lain-lain yang akan didiskusikan secara khusus terkait dengan fungsi kamus. Berdasarkan kenyataan bahwa tidak ada kesepakatan antara para ahli kamus dalam penyusunan informasi kata, ada beberapa prinsip perkamusan yang perlu diperhatikan, yaitu:1. Memperhatikan bahwa setiap kriteria adalah kesatuan perkamusan yang berdiri sendiri dan

mengandung berbagai informasi yang dibutuhkan sambil memungkinkan perpindahan ke kriteria lain seandainya dibutuhkan.

2. Merumuskan semua kriteria dalam suatu kesatuan.3. Menempatkan semua informasi fonologis, morfologis, dan sintaksis sebagai kriteria pokok

dengan bertumpu pada beberapa hal:a. Menunjukkan macam-macam perkataan yang disebutkan dalam kamus dan cara

penyebutannya pada bagian pertama kamus.b. Ahli kamus, terutama kamus menengah dan besar, harus menyebutkan kata-kata yang

perubahannya tidak teratur dan ciri-ciri semantik yang dimiliki kata-kata tersebut. 4. Setelah informasi-informasi permulaan, bagian berikutnya adalah bagian pokok kamus yang

berisi artian kesatuan kamus dari segala sisi dan kemungkinan penafsirannya.5. Selanjutnya adalah bagian akhir atau ungkapan-ungkapan analogi, hasil-hasil kerja

perkamusan, atau satuan dengan berbagai kata. 6. Kadang-kadang tidak ada point-point berbeda sesuai dengan jenis informasi.7. Diharuskan adanya tanda penomoran, rumus, analogi, dan ringkasan pada bagian pembukaan

dengan tidak berlebihan sebagai penjelas untuk menghindari ambiguitas.8. Arti-arti yanga ada diberi nomor, sebagian untuk menjelaskan arti pokok, sebagian yang jelas

untuk menjelaskan arti turunan dengan menggunakan lebih dari sekedar urutan angka (angka Arab, Romawi, dan lain-lain).

Page 37

9. Penyusun kamus perlu berpegang pada prinsip bahwa rumusan-rumusan yang dipakai mungkin memiliki mutu sebagai patokan. Cara yang paling baik bagi penyusun kamus terhadap rumusan-rumusan selain rumusannya adalah diam dan tidak membicarakannya.

10. Hal palin penting yang perlu diperhatikan penyusun kamus yaitu kamus yang disusun harus jelas, mudah dipahami, dan dia menjauhi penekanan yang berlebihan sehingga menghalangi pemahaman.

Akhirnya, penting bagi penyusun kamus untuk meletakkan pengguna kamus seperti di depan matanya dan mereka membuat kesepakatan. Bahkan beberapa penyusun kamus sebelum menyusun kamusnya, mengumpulkan pendapat dari para pengguna kamus unutk mengetahui jenis informasi yang diperlukan, informasi apa yang paling penting untuk diurutkan, dan apa harapan pengguna kamus dalam memanfaatkan kamus yang akan disusun. Adalah sebuah kesalahan bagi penyusun kamus jika dia berpikir untuk membuat kamus bagi semua orang, bagi penutur asli dan bukan penutur asli, murid sekolah dan mahasiswa perguruan tinggi, bagi pelajar dan pengajar, buruh, insonyur, dan wisatawan. Ini adalah hal yang mustahil, bahkan suatu mukjizat, padahal masa mukjizat telah berakhir.

3.5 Urutan PenulisanAda dua metode dalam penulisan yang perlu diperhatikan oleh penyusun kamus:

1. Urutan penulisan dengan melihat aspek-aspek luar yang biasa disebut makrostruktur. Metode ini telah dibahas pada bagian dua. Metode menuntut adanya kamus. Tanpa kamus, metode ini tak bisa dijalankan karena tidak ada referensi. Tidak ada kamus arab maupun selain Arab yang mengsampingkan metode pengurutan seperti ini.

2. Urutan penulisan dengan melihat aspek-aspek dalam yang biasa disebut mikrostruktur. Metode ini dilakukan dengan melihat informasi-informasi yang terdapat pada urutan penulisan.

Metode kedua tidak lazim digunakan pada kamus-kamus Arab lama, tetapi banyak digunakan dalam kamus-kamus Arab modern. Ahmad Faris asy-Syidyaqi mengatakan bahwa kritik yang banyak dilontarkan terhadap kamus-kamus Arab lama adalah tidak adanya urutan penulisan sesuai unsur-unsur dalam. Di dalamnya bercampur-aduk kata benda dengan kata kerja, sulasi dengan ruba’i, mujarrad dan mazid, musytaqqat dalam berbagai jenis. Mungkin saja anda melihat bentuk khumasi dan sudasi sebelum sulasi dan ruba’i, atau anda melihat arti-arti kata kerja pada awal kalimat sedangkan arti-arti yang lain sesudahnya. Karena itu, bagi siapa saja yang ingin mengetahui arti kata dalam kamus lama harus membaca penjelasan mengenai kata itu dari awal sampai akhir. Bercampur-aduknya kata-kata ini menghabiskan kesabaran pembaca sehingga dalam mencari apa yang dia inginkan, dia malah bingung dan gagal. Ada beberapa aturan yang ditetapkan sejak tahun 1989 oleh Lembaga Kamus Arab Modern untuk mengembangkan perdagangan dan sosial. Aturan-aturan ini mulai diterapkan walaupun ada hambatan akibat invasi Iraq ke Kuwait. Prinsip-prinsip penting dalam aturan itu adalah sebagai berikut:1. Aturan Pemenggalan

a. Pertama kali akar kata ditulis dengan huruf-huruf yang terpisah pada bagian tengah atas pemenggalan sebelum penyusunan. Di bawah akar kata, dilanjutkan dengan daftar semua susunan kata sesuai urutan yang telah ditetapkan.

b. Susunan pertama ditulis dengan tinta merah tebal atau diberi garis bawah. c. Informasi-informasi morfologis dituliskan setelah susunan pertama.d. Informasi-informasi morfologis diikuti oleh informasi semantis. e. Akhir penulisan ini berbentuk tiga kumpulan yang berurutan: arti umum-arti khusus

(terminologis)-arti ungkapan turunan.f. Arti umum diberi angka mulai angka (1), demikian juga arti khusus. Adapun arti

ungkapan turunan tidak diberi angka, hanya diberi tanda lingkaran tebal sejak awal. Jika arti ungkapan turunan lebih dari satu, maka diurutkan sesuai urutan abjad.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

Page 38

a. Arti umum dimulai dengan arti yang paling dikenal, kemudian yang kurang dikenal, baik itu fi‘l maupun ism.

b. Untuk fi‘l, dimulai dengan bentuk lāzim, kemudian muta‘addi, kemudian muta‘addi dengan charful-jarr.

Tidak ada patokan khusus untuk arti umum yang paling dikenal, hal itu dikembalikan kepada kemampuan penyusun kamus.

2. Urutan materi kamusa. Materi kamus disusun secara eksternal dengan urutan sesuai abjad dengan dengan

melihat akar kata. b. Susunan materi secara internal sesuai dengan urutan sebagai berikut:

b.1 Setiap materi dimulai dengan kata kerja kemudian kata benda. b.2 Urutan kerja adalah sebagai berikut:

1. Fi‘l tsulatsi mujarrad sesuai dengan ‘ain fi‘l pada fi‘l mudari‘ (,ل فع ل-يفع( فع ل-يفع�ل, فع�ل-يفع�ل, فع�ل-يفع ل, فع�ل-يفع�ل, فع�ل-يفع�ل

2. Fi‘l tsulatsi mazīd durutkan sesuai dengan banyaknya huruf tambahan (tambahan satu huruf, dua huruf, atau tiga huruf), kemudian diurutkan sesuai dengan abjad: komunitas فعل, فاعل, فع/لأ , komunitas , انفع,,ل, تفاع,,ل,ا فتعل, افعل/ , افعوعل, افعو/ل komunitas , تفع/ل استفعل, افعال/

3. Fi‘l rubā‘i mujarrad (termasuk mudha‘af dan mulchaq).4 Fi‘l ruba‘i mazīd (termasuk muda‘af dan mulchaq).

c. Beberapa hal yang perlu diperhatikan:c.1 Muda‘af tsulatsi dan muda‘af ruba‘i harus dipisahkan. Muda‘af tsulatsi masuk dalam

komunitas tsulatsi, sedangkan muda‘af ruba‘i masuk dalam komunitas ruba‘i. Oleh karena itu, kata /لب , .adalah dua akar kata yang berbeda زلزل, لبلب dan زل/

c.2 Wazn تفاعل dan تفعل kadang-kadang membingungkan, sehingga misalnya اد/ارك adalah ganti dari ,تدارك sedangkan adalah ganti اط/ه/ر dari .تطه/ر Untuk kasus seperti ini, kedua fi‘l diletakkan pada tsulatsi mazīd dengan tambahan tiga huruf setelah dengan افع,,و/ل urutan: ل – )اد/ارك( اف/اع,,ل )اط/ه,ر( اف/ع,,/ , dan diberi petunjuk mengenai wazn yang asli yaitu sehingga menjadi ,تفاعل lihat اد/ارك āīū .تطه/ر lihat اط/ه/ر sedangkan ,تدارك

d. Kata-kata benda disusun sesuai abjad, baik kata benda asli maupun dengan tambahan. Jika ternyata ada dua kata atau lebih yang memiliki huruf ber-sukun yang sama, maka harus mengikuti aturan berikut ini:d.1 Dilihat dari charakāt huruf yang pertama, dimulai dengan fatchach, dhammah, dan kasrah. d.2 Jika charakāt huruf pertama itu sama, maka dilihat charakāt huruf yang kedua,

dimulai dengan sukun, fatchach, dhammah, dan kasrah. Sebagai contoh adalah urutan kata-kata (1) اب� �ب �اب ,(2, ) ل �ب �ب( 4, ) ل�ب/( 3) ل �ب , ) ل

)ل�ب/ ( 5 /ة( 6, �ب ) ل �ة( 7, �ب ي �ب ) ل .1) dan (2) bersesuaian, yang berbeda adalah fatchach pada (1). (3), (4), dan (5) bersesuaian, yang berbeda adalah (3) dan (4) dimulai dengan fatchach, sedangkan (5) dimulai dengan dhammah, huruf yang kedua pada (3) ber-sukun, sedangkan (4) ber-fatchach. (6) dan (7) diakhirkan karena mengikuti kaedah bahwa yang tidak bertambahan diletakkan lebih dulu.

e. Kaedah perubahan berlaku pada kata menyerupai aslinya dengan menyebutkan informasi pada awal penyusunan. Sebagai contoh adalah kata سوف) مسافة(, ونى ) ميناء

(, س,,نو سنة) سنة(, سمو) اسم (, dan ( وقى) اتقى , sebagaimana aturan perubahan itu diberlakukan pada kata yang muclhaq bir-rubā‘i, misalnya kata بيطر diletakkan dalam komunitas kata بطر dan kemudian ditunjukkan perubahannya menjadi , بيط,,ر kata diletakkan ج,,وهر dalam komunitas kata dan جه,,ر ditunjukkan

Page 39

perubahannya menjadi .جوهر Kaedah ini juga berlaku untuk kata yang memiliki beberapa bentuk, misalnya موسيقا/ موسيقى dan مائة/ مئة . Kaedah ini juga berlaku pada kata-kata yang di-Arab-kan dan kata-kata asing dengan perkiraan bahwa kata-kata itu mengandung huruf tambahan, misalnya kata diletakkan إنجي,,ل pada komunitas kata dan نجل berubah menjadi ; إنجيل kata diletakkan استبرق pada komunitas kata برق dan berubah menjadi استبرق .

f. Dalam urutan abjad, alif diletakkan setelah hamzah. g. Hamzah dianggap sebagai huruf yang berdiri sendiri walaupun dalam penulisannya

sendiri, di atas alif, waw, atau ya’. h. Huruf yang mudhā‘af dianggap sebagai dua huruf, dan pengurutannya sesuai dengan

prinsip ini. i. Kata-kata yang di-Arab-kan dan bahasa asing ditulis sesuai dengan huruf depannya tanpa

pertimbangan huruf asli atau tambahan, misalnya رادار, تلفاز, إنجيل , dan إسفنج . Jika kata-kata itu diperkirakan berasal dari bahasa Arab, maka diperlakukan kaedah perubahan.

j. Kata-kata asing yang tidak memungkinkan ditulis dengan huruf Arab kadang ditulis dengan tulisan Latin setelah ditulis dengan bahasa Arab sampai ada kesepakatan mengenai penulisan kata tersebut.

k. Kata-kata yang di-Arab-kan dan memenuhi syarat-syarat morfologi Arab dianggap sebagai akar kata tersendiri, misalnya ف�ز�� �ل تلفاز / تلفزة yang diambil dari kata ت .

l. Jika ada kata benda dengan beberapa bentuk jamak dan masing-masing bentuk memiliki arti sendiri, maka setaiap bentuk harus dituliskan dengan memberi nomor di bagian kiri. Hal ini juga berlaku pada fi‘l yang memiliki beberapa bentuk masdar, contohnya:

- السروال2 وغيره اإلنسان - قدم1: أرج�ل ج1 الر جلمن )) أرج,,ال من,,ه العظيم,,ة / القطع,,ة الش,,يئ من : الطائف,,ة أرج,,ال ج2 الر ج,,ل

الجراد(($ �ل, مثال �ل, يمث - فالن: زال3وس,,واه, ب,,ه بفالن: ش,,بهه - ه,2نحته, ك - التمثال1: مث

مثل(( ثم عندنا ))كان وذهب موضعه عن$ ل, مث,,وال ل, يمث,,� أم,,ام المتهم ))مث,,ل كالتمث,,ال أمام,,ه منتص,,با يدي,,ه: ق,,ام : - بين مث,,�

.القاضى((�ل, مثلة �ل, يمث أطرافه بعض ويقطع وجهه يسود بأن : نكل : - به مث .

Contoh-contohث – د – ح

17. الحدثان�18. الحدثان19. الح د�ثان20. الح�داث21. الحديث22. المتحدث23. المحادثةالخ .....

9. األحاديث10. األح�داثاألحدوثة .1112. الحادث13. الحادثة14. الحداثة15. الحدث16. / الح,,,,د ث

الح دث

1. د�ث� – ح,,,,,,,,� �ح�د�ث� ي

2. د�ث� – ح,,,,,,,,� �ح�د�ث� ي

3. �ح�د�ث� أ4. ح�اد�ث�5. حد2ث6. اد�ث� �ح� ت7. �ح�د2ث ت8. �ح�د�ث� ت س� ا

Contoh kata kerja

(1)

Page 40

د�ث�1 ح�د�ث� �ح,� د�و�ث – – ي لم أن بع,د : - األم,ر: ج,رى, وق,ع ح,� (( األمرالصغير من الكبير األمر )) يحدث يكن

�ح�د�ث�2 ح�د�ث� �ة – - ي فد�م جد, ضد : - الشيئو ح�د�اث(2)

د�ث� د�ث� – ح,,� �ح,,� ة – ي -2ح,,ديث: ج,,د. - الش,,يئ, فه,,و1: - ح�د�اث,,� حد�ث وما قد�م ما السن. ? أخذني صغير حدث: كان المرء, فهو

وحديثه قديمه الهم : ملكني .(5)

�ح�د�ث� – ح�د2ث� $ا – ي �ث �ح�د ي : / بك,,ذا ك,,ذا / عن كذا / فى كذا - ه,1: ت ره ح,,ديث : روى / بالح,,ديث في,,ه. الح,,ديث إلي,,ه تكلم ب,,ه، خب,,2

فى كتاب,,ا المقري,,زى ))ألف در2سه : قرأه، - بالشيئ3الرسول. : جعل,ه - الش,يئ4مك,ة((. فى ب,ه وح,دث الرس,ول ت,اريخ عليه,ا وش,,كر : أش,,اعها - بالنعم,,ة5مص,,انعه((. ))ح,,دث ح,,ديثا ش,,عور عنده : تولد بكذا قلبه فحدث{ ? حدثه ربك بنعمة }وأما

يحتمل لما يضرب أن مثل وهو بحرية، : تكلم حرج وال به. حد�ث� وتشعب كثر مهما التحدث .

(7)�ح�د2ث� �ح�د2ث� – ت �ت $ا – ي �ح�دBث فى إلي,,ه ))تح,,دث : تكلم : - الش,,خص ت عنه ))تحدث كذا((، موضوع فى ))تحدث معه((، ))تحدث كذا((،

.بخير((

Contoh kata benda

(12) سيارة )) حادث المصيبة العارض، - األمر1: حوادث ج الحادث

ض,,ده ح,,دث، - فامن2تزوير((. ))حادث مفاجئ((، ))حادث ((، لجمي,,ع ص,,فاته فى : مغايرت,,ه الح,,وادث الل,,ه ق,,ديم. ? مخالف,,ة

.المخلوقات(13)

))ح,,وادث س,,يارة((، ))حادث,,ة : الح,,ادث ح,,وادث - ج1الحادثة: / ))حادثات والنائبة : المصيبة حادثات و حوادث - ج2المرور((.

الدهر(( حوادث .(15)

مؤنثت,,ه الس,,ن، الص,,غير : الف,,تى وحدثان أحداث - ج1: الحدث محكم,,ة أم,,ام الس,,ارق مث,,ل ح,,دثا((، فالن زال ))م,,ا حدث,,ة

))األح,داث م,ألوف غ,ير مهم، أحداث: ح,ادث - ج2األحداث((. والنائب,,ة : المص,,يبة أحداث - ج3الساعة((. الجارية(( ))أحداث

ك,,انت واح,,دة ام,,رأة إال قريظ,,ة بنى نساء من يقتل ))لم والشر علي,,ه الل,,ه ص,لى النبي تسم أن وحدثها حدثا(( )حديث(، أحدثت بالطه,ارة. ت,زول ال,تى الحكمية - )الفقه( - : النجاسة4وسلم.

ت,,زول حكمي,,ة : نجاس,,ة أص,,غر - )النحو( : المص,,در. ? ح,,دث5 بالغسل تزول حكمية : نجاسة أكبر بالوضوء. حدث

(21)

Page 41

أو كالم من وينق,,ل به يتحدث ما - كل1: أحاديث ج1 الحديث علي,,ه الل,,ه ص,,لى محم,,د الن,,بي الح,,ديث( : ق,,ول - )علم2خبر.

كالم على ك,,ذلك يطل,,ق وق,,د تقريره، أو فعله، حكاية أم وسلم، الح,,ديث((. ? ))رج,,ال نب,,وي((، والت,,بيعي: ))ح,,ديث الص,,حابي

األح,اديث. من ل,ه أص,ل ال م,ا أم يص,دق ال : م,ا خراف,ة ح,ديث غ,,يره. ب,,ه يس,,تذكر ح,,تى وش,,عب، طرق : ذو شجون ذو حديث

شر أو خير من نفسه اإلنسان به يحدث ما النفس: كل حديث .والعه,,د, ض,,ده الم,,دة ق,,ريب حدثاء: - : الجديد، : ج2 الحديث

الس,,ن((، ))حديث التخرج((، ))حديث به((، العهد ))حديث قديم البناء(( ))حديث .

3.6 Pendahuluan dan ApendixPara pembuat kamus sejak zaman dahulu selalu menyajikan kamus mereka dengan

sebuah pendahuluan/muqaddimah. Hal ini sudah dilakukan oleh para pembuat kamus Arab sejak periode kamus Ain karya Khalil bin Ahmad (100-175 H) hingga saat sekarang. Hal yang perlu dipelajarai dalam pendahuluan untuk konteks sekarang adalah sebagai berikut:

1. sebagian informasi khusus dari perspektif fungsi, dan yang berpartisipasi dalam pembuatan persiapan tema kamus.

2. metode pekamusan baik dalam pemilihan entyr maupun penulisannya, penjelasan pengucapan, spelling, metode eksplanasi semantik dan penggunaan, penyebutan, muşāhabatul lafzhiyyah, ekspresi-ekspresi kontekstualnya serta istilah-istilah ilmiyah,dan lain sebagainya.

3. metode penyusunan kamus baik bagian eksternal maupun internal.4. kekhasan kamus, bagian-bagian yang paling penting dan jenis pemakaiannya.5. petunjuk penggunaan,dan cara pengambilan nilai guna dari kamus.6. nilai fonetis untuk simbol pengucapan.7. penjelasan simbol dan ringkasan-ringkasan yang disebutkan dalam kamus.8. referensi dan rujukan yang dianggap paling penting.Ada kecenderungan sebagian kamus berisi informasi-informasi lain sebagaimana yang

terdapat dalam mu‘jmaul Arab al-Asāsi yang memuat lebih dari sekedar pendahuluan, tetapi juga mengandung informasi berikut:

1. tentang skema kerja kamus, informasi konten dan keistimewaannya.2. tentang bahasa Arab dan proses perkembangannya.3. tentang aturan morfologis bahasa Arab.4. tentang sebagian kaidah semantis seperti i’rab dan bina, sifat dan mausuf, ciri-ciri i‘rāb

dan hal-hal yang tidak dibolehkan dalam morfologi.5. tentang kaidah imlā’. Selain dari yang telah disebutkan diatas seperti volume umum diantara kamus-kamus kontemporer yang terkait dengan metode, penyusunan, penggunaan dan simbol-simbolnya.

Adapun pendahuluan (mu‘jam Arab kontemporer) berisi informas-informasi berikut:1. nama-nama partisipan dalam penyiapan kamus.2. tujuan penyusunan kamus dan jenis penggunannya.3. gaya bahasa yang disertakan dalam penyusunan tema, metode yang menjelaskan cara

penghapusan atau pengambilan metode baru untuk tema-tema kebahasaan yang dipakai sekarang.

4. daftar rujukan kamus.5. daftar rumus dan ringkasan yang digunakan dalam kamus.6. metode penyusunan tema baik penyusunan secara eksternal maupun internal.7. informasi yang mempertalikan penyebutannya ketika menjelaskan suatu kata tertentu.8. sarana-sarana yang aneka ragam yang diikutkan dalam penjelasan makna kata.

Page 42

9. ringkasan kaidah-kaidah dan hukum-hukum morfologi.10. ringkasan mengenai kaidah alfabetis utamanya yang berkaitan dengan penulisan hamzah

dan alif maqşurah.11. prinsip-prinsip pemakaian tanda baca.12. asas-asas yang digunkan yang sesuai dengan prosedur pemilihan bahasa dan prosedur

penjauhan lingustik (istib‘adul-lughawy).13. keserasian interpretatif yang dikhususkan dalam kamus untuk istilah-istilah ilmu, dan

ungkapan-ungkapan yang di-Arab-kan.14. index kata jadian berupa isim yang manthiqy (logis) yang kadang terabaikan

penyebutannya kecuali dalam hal tertentu.15. aspek kemoderenan dalam kamus, seperti pemakaian komputer dalam preparasi nya,

memorisasi tema, penyusunan dan maraji’nya, juga kandungan kata-kata Arab yamg memiliki makna peradaban dan sains, rujukannya pada referensi asing dalam membatasi pemahaman istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan asing yang diarabkan.

Pendahuluan juga berisi simbol-simbol dan ringkasan yang digunakan dalam kamus, yaitu : subjek/pelaku = فا مف = objeknomina مص = فطحل جمع فطاحل أقدام ج القدم .jamak (berbeda dengan jama’a. Mis = ج جج = jamaknya jama’ث القدم .feminin = ث , akan tetapi: األعظم العظمى :

ث ذ = feminin muzakkar ( ذ الطريق: ث ) _ = sebagai ganti atas pengulangan kata sekali lagi)lihatlah (referensi = نظ = ه,,, terletak sesudah garis atas -- untuk menunjukan kata kerja transitif yang membutuhkan objek.,ت = terletak sesudah garis atas -- untuk menunjukan kefemininan subjek (bentuknya feminine tunggal/jamak salin suara/jamak feminine salim, seperti -- المسلمات البالد, -- ,ت ,ت

((…)) = tanda pengutipan untuk contoh dan pengutipan yang diletakkan diantara keduanya. (…) = dua tanda kurung untuk sisipan dan interpretasi yang diletakkan di antara keduanya. «…» = dua tanda kurung yang dihias, bersisi kutipan al-Qur’an.

= setelahnya berupa contoh dalam konteks.مج مجمعى = = ia menetapkan salah satu lembaga bahasa.

adalah kata arab yang yang digunakan pada masa klasik = مولد= مو محدث= محد = kata yang digunakan masa modern

معرب= مع = yaitu kata asing yang di-Arab-kan (Arabisasi) yaitu kata serapan = دخيل = دخ ’menjelaskan sesuatu yang dijamakan menjadi jama = ونص = muȥakkar sālim atau muannaţ sālim sesuai keperluan, tanpa digunakan simbol tertentu untuk kedua jamak tersebut.

Pendahuluan juga berisi sejumlah asas-asas umum kamus:1. korelasi dengan ungkapan-ungkapan sinonimitas yang hanya cukup dijelaskan maknanya

yang paling terkenal dan paling dekat

Page 43

2. korelasi antar informasi yang terbagi dalam kamus. Sebagai contoh kata dīk دي,,ك femininnnya adalahدجاجة dajjājah dan untuk kata قربىqurbā umpamannya dijelaskan bahwa kata tersebut adalah mua’annaţ dari أقرب aqrab.

3. diberikan informasi tentang ungkapan-ungkapan yang dijelaskan - melalui kadar tempat - dan tingkatannya dalam penggunaan: dalam bahasa sastra, puisi, bahasa standar, resmi, asing, tak senonoh, mubtadzīl (banyak digunakan)…

4. ungkapan-ungkapan dan struktur-struktur baru yang terdiri dari kata-kata Arab Fasih disebutkan tanpa sempit seperti : الجاللة, الشورى, صاحب االقتراع, مجلس صناديق

السمو , صاحب السعادة صاحب , ......5. diletakkan di antara dua kurung, sebelum disebutkan maknanya, nama ilmu dalam bentuk

istilahnya, seperti: hukum, tumubuh-tumbuhan, dan ilmu ekonomi.6. apabila terdapat sejumlah bab verba dengan makna yang berbeda maka setiap bab diletakkan

dalam entri yang terpisah. Adapun yang mempunyai kesatuan makna juga digabungkan dalam satu entri dan dipisahkan di antara yang multi dengan garis miring serta diawali dengan yang paling banyak pemakaiannya.

7. kosakata adalah entri asli untuk kata-kata. Entri tidak dipisahkan dari jamaknya kecuali jika tunggalnya memiliki banyak ketenaran ( ( فطاحل, أساطين atau terikat dengan bentuk tunggalnya yang menciptakan kesulitan sendiri, atau tidak memiliki bentuk tunggal atau menggunakan nama diri

- أنبار أنصار ) ). 8. ayat-ayat al-Qur’an cukup diletakkan dalam dua kurung yang dihias. Adapun hadīţ

diletakkan setelahnya: ( حديث ) sedangkan peribahasa atau hikmah diletakkan setelah keduanya; ( ( مثال

9. hadīţ meliputi perkataan sahabat dan tabiin, juga mencakup riwayat yang bermacam-macam ( -- اخشوشبوا اخشوشنوا )

Dalam hal ini kita mengambil metode para pekamus yang tidak memisahkan antara sabda rasul dengan ucapan sahabat atau tābi’īn ( ( نش,,,,ل – مح,,,,ل ungkapan contoh riwayat-riawayat hadīţ intinya sebagai hujjah saja.

10. entri untuk musytaq qiyāsy dan yang tersebar (syāi’ah) maka tidak berdiri sendiri (seperti maşdar ism fāi‘l dan ism maf‘ūl juga bentuk mubālaghah qiyāsiah yaitu: – فعول – فعال

فعل – مفعال – فعيل .. esungguhnya diikutkan dengan verbanya masing-masing.11. kata entri berupa nomina disebutkan dalam bentuk tertentu ma‘rifah. Selamanya seperti itu

dan diberi garis atas --, yaitu bila posisi kata entri yang digunakan dalam bentuk mudhaf. Tidak benar jika di bawah entri ((الرجل )) untuk mengatakan : والغراب الجراد tetapi harus menyebutkan kata entri dalam bentuk taktentu nakirah, maka dikatakan : رجل

والغراب االجراد12. kata-kata entri dan etimologinya dikoreksi secara cermat. Begitu juga fakta-fakta warisan

terutama yang berkaitan dengan al-Qur’an dan setiap contoh yang samar serta ungkapan penjelasannya.

13. ketika mengutip teks naskah dipilih yang paling singkat dan paling jelas. Demikian juga dengan penjelasannya maupun peletakannya.

14. menyederhanakan dalam meminta persaksian dengan bentuk puisi dan tetap menjaga kejelasannya.

15. contoh-contoh menggunakan kata-kata yang masih digunakan secara nyata atau hidup, maka tidak cukup dengan mengatakan ‘bepergian dengan menunggang hewan, akan tetapi: dengan sepeda motor atau mobil…dan seterusnya.

16. menghindari contoh-contoh yang tidak sopan, hina, dan dibuat-buat. Sebaliknya tetap menjaga contoh-contoh yang memiliki makna akhlak atau berbudaya juga yang terkait dengan pemeliharaan tempat atau tradisi.

Page 44

17. menyatukan kaidah penulisan hamzah di semua tempat. 18. huruf-huruf dan adawāt diletakkan dalam tempatnya masing-masing sesuai urutan alfabetis

dan terpisah dalam entri tersendiri.19. memasukkan kata sisipan dalam tempatnya yang alfabetis, akan tetapi memindahkan pada

padanannya yang berbahasa Arab-jika ditemukan dan diberikan dalam entri Arab, seperti .konfederasi كونفدرالى

20. menjaga tanda baca dengan meletakkan titik di setiap akhir makna, dua titik ketika permulaan setiap tafsir, contoh-contoh dan kutipan diletakkan di antara tanda kutip.

Namun, pendahuluan ini juga tetap ada sisi negatifnya, sebagaimana yang diungkapkan Hartman (1983) bahwa dia merasa asing ketika membaca instruksi pendahuluan sebelum membaca sebuah kamus (meskipun mencakup penjelasan kode-kode dan simbol-simbol juga ringksan-ringkasan dan seterusnya) dan seperti yang ditemukan Béjoint (1981) bahwa dari sekitar 89 % dari mereka yang melakukan pengujian, baik membaca pendahuluan sepintas lalu maupun yang melakukan pembacaan secara komprehensif. Terkait dengan itu lebih baik bagi para pembuat kamus untuk meletakkan hal-hal dalam bentuk yang praktis yang memudahkan pemakaian kamus tanpa kebutuhan yang mendesak atas pembacaan pendahuluan.

Adapun apendix dalam kamus bahasa Arab klasik belumlah terbiasa dengan pengecualian jumlah yang sedikit di dalamnya seperti kamus al-Mişbāḥul Munir karya Fayumi yang mengiringi kamusnya dengan penutup yang mendiskusikan sejumlah ketetapan-ketetapan morfologis yang spesifik. Hal yang dilakukan Fayumi ini tidak lebih dari sekedar memindahkan informasi-informasi wajib yang disebutkan dalam pendahuluan- dipindahkan ke penutup, maka sesungguhnya ia hanya memindahkan pendahuluan di akhir kamusnya.

Para pekamus Eropa kontemporer dan sebagian pekamus Arab mengupas apendix yang memuat informasi tambahan yang urgen seperti :

1. index kata-kata tanpa aturan2. index dengan numeral dan numeral deskriptif3. index term-term yang berdekatan4. index nama-nama sebagian orang dan tempat-tempat tertentu yang dianggap paling

urgen5. index singkatan-singkatan yang paling masyhur6. informasi ensiklopedik seperti tentang ukuran dan timbangan, susunan nama

pepohonan, nama-nama hari, nama-nama bulan, karya-karya, dan sebagian informasi geografi.

Kamus Webster dalam cetakannya yang ke sembilam menghimpun apendix yang ditambahkan menjadi delapan puluh apendix yang diantaranya:

1. outline dan simbol-simbol kimia2. akademi-akademi dan universitas-universitas di Amerika3. penggunaan tanda baca4. kata-kata dan diksi-diksi asing5. nama-nama tempat6. bentuk plural7. perangnko dan hobi mengoleksinya8. ukuran dan timbangan

Adapun kamus Munjid yang berganti namanya menjadi (al-munjid fil-lughah wal-a’lam) dan memuat apendix dan daftar gambar dan peta yang menyerupai volume aslinya, dan diantara apendix itu ialah :

1. apendix dengan peribahasa-peribahasa dan qoul-qoul yang beredar di orang Arab2. apendix dengan tanda-tanda yang memuat 17920 tema dan ilmu3. peristiwa-peristiwa penting internasional

Page 45

BAB IVFUNGSI KAMUS

Hal-hal yang membatasi fungsi kamus sebenarnya sifatnya eksternal, yaitu tujuan pengguna kamus atau ((pelanggan)) dengan bahasa pasaran, di samping juga jenis informasi yang diinginkan.Para pekamus membatasi fungsi-fungsi yang paling urgen dalam kamus, yaitu:

1. menyebutkan makna2. penjelasan titik ( termasuk di dalamnya pembagian tempat pemotongan dan letak

aksentuasi)3. limitasi pengaturan imla’ atau spelling.4. asal-usul etimologi5. informasi-informasi berkenaan dengan morfologi dan sintaksis6. informasi penggunaan7. informasi ensiklopedik

Sebagaimana terdapat perbedaan dalam memilih di antara fungsi kamus seperti tersebut di atas, juga terdapat perbedaan penyusunan dari perspektif prioritasnya. Sejumlah studi lapangan memeperlihatkan perbedaan ini seperti yang diperlihatkan dalam tabel berikut:

Level Kamus monolingual untuk penutur asli

Kamus monolingual untuk penutur Asing

Kamus bilingual yang diawali dari bahasa Asing

123

4567

MaknaSpellingPelafalan

SinonimCatatan penggunaanAkar etimologi-----

MaknaSintaksisSinonim

SpellingPelafalanVariasi bahasaAkar etimologi

MaknaSintaksisPenggunaannya dalam konteksSpellingSinonimPelafanAkar etimologi

Pembahasan paling utama dari studi lapangan ini adalah:1. makna terletak paling awal untuk setiap jenisnya.2. akar etimologi teletak diakhir dalam setiap jenisnya.3. informasi sintaksis tidak terdapat dalam kamus untuk penutur asli, padahal bagi kamus

lainya sangat urgen sekali yang susunannya terletak pada nomor dua setelah makna.Studi ini dengan sendirinya memperlihatkan sejumlah hasil yang mungkin dapat diambil

manfaatnya. Pertama, mengenai pembagian jenis kata-kata pada entri. Kedua, perhatian mengenai sebagian informasi tanpa harus di akhir entri dan secara terpisah.

Dapat dijelsakan dari beberapa studi lapangan bahwa dari perspektif mereka yang menggunakan kamus monolingual, yaitu :

1. bahwa 68% dari mereka biasanya membahas ungkapan-ungkapan terminologis kontekstual.

2. bahwa 55% dari mereka kadang-kadang membahas kata-kata yang memiliki makna ensiklopedik.

3. bahwa 53% dari mereka kadang-kadang membahas kata-kata yang memiliki makna kebudayaan tertentu.

4. bahwa 49% dari mereka kadang-kadang membahas ringkasan kata-kata abbreviations5. bahwa 40% dari mereka kadang-kadang membahas kata-kata umum.6. bahwa kata-kata yang tersebar, kata-kata yang fungsional, kata-kata yang terlarang,

dan nama diri tidaklah menjadi perhatian serius bagi jenis kamus ini.

Page 46

Sebagaimana halnya dijelaskan melalui studi lapangan dari perspektif mereka yang menggunakan kamus bilingual yaitu :

1. bahwa 70% dari mereka membahas kata-kata fungsional.2. bahwa 62% dari mereka membahas kata-kata yang berkaitan dengan kebudayaan

tertentu.3. bahwa 54% dari mereka membahas kata-kata yang memiliki kecenderungan

ensiklopedik.4. bahwa 50% dari mereka membahas kata-kata masyhur.5. bahwa 47% dari mereka membahas kata-kata dialektis.6. bahwa 23% dari mereka membahas kata-kata terlarang.7. bahwa 9% dari mereka membahas sebagian nama diri dan nama-nama pengetahuan.Sekarang kita akan memulai mendiskusikan fungsi kamus berdasar pada susunannya sebagaimana yang telah kita sebutkan terlebuh dahulu:

4.1 Makna dan Metode Eksplanasi

Makna menjadi fokus utama kamus. Ini dianggap sebagai hal yang paling utama bagi para pengguna kamus, seperti tesingkapnya eksplorasi yang bervariasi yang berlaku di sekitar fungsi kamus. Makna menempati posisi utama dalam sebagian besar eksplorasi investigatif ini sebagai sebuah nisbat yang melampaui 70%. Seringkali perdebatan di antara para pekamus adalah berputar sekitar metode presentasi makna kamus dalam kamus mereka.

Menyajikan makna menjadi hal yang cukup problematis bagi pembuat kamus disebabkan beberapa hal, diantaranya :

1. kesulitan membatasi makna, terdapat sejumlah pandangan mengenai hal yang dimaksud dan jenisnya, maka sebagian mereka menafsirkannya secara personal dengan anggapan bahwa dalam situasi yang demikian ada intervensi kerja akal, dan yang lainnya beranggapan bahwa makna sangat berhubungan dengan corak kebahasaan itu sendiri. Sementara yang lainnya lagi berpendapat bahwa kata-kata tidak memiliki makna kecuali digunakan dalam konteks.

2. cepatnya perkembangan dan perubahan perspektif makna sebagai ukuran terhadap sesuatu yang terjadi dan dari perspektif kata serta sikap toleransi penutur bahasa dalam menerima perkembangan seperti ini - meskipun tidak ada perhatian mereka terhadap hal ini- sebagai tolak ukur toleransi mereka dalam menerima perkembangan kata.

3. ketergantungan interpretasi makna atas kalimat pada kaidah-kaidah semantik yang berkaitan dengan metode studi makna, syarat-syarat definisi, perubahan semantis, dan spesifikasi makna atau generalisasinya, perlunya pembedaan di antara makna yang terpusat, makna tambahan, makna limitatif, makna inspiratif, dan makna uslubiyah atau gaya bahasa, dan kepastian setiap pengambilan makna menjadi suatu pertimbangan ketika meneliti kalimat secara semantik.

4. bahwa sebagian makna tergantung pada limitasi tingkat kata dalam pemakaian. Hal ini membutuhkan batasan level soisal bagi pengunaan kata, level kebudayaannya, juga area geografis yang bergantung padanya, sebagaimana halnya diperlukan pembatasan pada level relasi antara si pembicara dan pendengar (familier, biasa atau formil…), tingkat bahasa yang digunakan (bernuansa sastra- resmi-umum-terlarang- atau banyak dipakaikah…), juga jenis bahasa (bahasa puitis-bahasa prosa- bahasa al-Qur’an-bahasa ilmu-bahasa advertising), dan wasiat (hadīţ-khutbah-tulisan-penjelasan/tafsir-siaran berita…)

5. bahwa sebagian makna kata telah sempurna memeproleh maknanya dengan cara kebersahabatannya dengan kata-kata tertentu lainnya kecuali kebersahabatan ini datang sebagai hasil relasi ekstrenal yang tidak mengubah makna kedua kata yang bersahabat tersebut, atau relasi keanggotaan eksternal yang menunjukkan perolehan dua kata

Page 47

tersebut atas makna baru sebagai tambahan atas makna masing-masing keduanya secara terpisah.Agar penelitian makna bagi kamus modern menjadi sempurna disertai gambaran yang

mendalam dan tidak tunduk pada pengulangan-pengulangan yang terdapat pada kamus-kamus terdahulu, maka perlu kiranya ketika melakukan penyelidikan makna-dengan maksud penyusunan kamus-meletakkan asas kekuatan rasio dalam satu sudut pandang ,point of view sehingga memungkinkan terpenuhinya kebutuhan pemakai kamus dengan keakuratan yang bisa dipertanggungjawabkan, yaitu:1. pada contoh kata mengambil makna morfologis (atau makna formula). Misalnya, dua kata

kerja yang bersamaan, yaitu ghafara/istaghfara- غفر استغفر ) ) dalam susunan huruf asli keduanya ( غ ف ر ), yang kedua memberi arti (meminta/thalaba) yang mengikuti pola istaf’ala yang terdiri dari ست ا Meskipun dari dua kata yang bersekutu : ‘ajama dan a’jama dalam dua hurufnya yang asli yang menunjukkan pada makna kekacauan dan kebingungan. Adapun makna yang kedua menunjukkan pada makna menghilangkan kebingungan diperoleh dari memasukkan hamzah sehingga menunjukkan makna ‘meniadakan’ dan terjadilah perubahan makna.

2. menyebutkan makna sintaksis seperti komponen semantik, maka dalam kalimat (( شغل كذا وظيفة الخريج (( disandarkan pada komponen utama yaitu kata الخريج berupa

komponen suplementer (posesif) dan berfungsi posisi subjek.3. upaya menghubungkan makna partikular juziyyat dengan makna utama sebagai hasil dari

aplikasi penggunaan atau konteks yang bervariasi –yang mengikatnya dengan makna umum yang menyatukannya. Metode seperti ini dimanfaatkan oleh Ibnu Faris dalam kamusnya al-maqayis yang melakukan cara ini dengan segala kemahirannya dalam kamusnya, sebagaimana yang dilakukan oleh Zamakhsyari dalam kamusnya Asāsu al-Balāghah yang berusah membedakan antara makna hakiki dan makna kias (kadang-kadang membedakan antara kias dan kiasnya kias), dan kebanyakan kata-kata jenis kedua yang memudahkan menghasilkan makna pertama. Prosedur relasional ini-sebagai ganti untuk memastikannya dari reduksi atas memori insani, perolehan kata-kata sebagai jenis dari elastisitas dan loyalitas yang senantiasa menerima pemakaian makna baru tanpa harus mencari makna lamanya-sebagai ganti ini dan itu, yaitu justifikasi penerimaan semantik baru yang diciptakan pada masa moderen atau sesudahnya serta memberinya legalitas dan kebenaran abadi.

4. meletakkan makna yang mendalam untuk penyebutan makna yang bervariasi untuk satu kata serta aplikasi pengujian yang membedakan antara makna polisemi dan homonim. Pemilihan jenis yang pertama untuk menyebutkan makna yang dinomori dalam satu entri. Jenis kedua dengan makna yang bervariasi dan menunjukkan kata entri sebagimana telah dibicarakan.

5. makna prioritas diletakkan untuk mendahului sebagian makna dalam satu entri. Ini sama halnya dengan metode penyusunan eksternal yang diawali dari makna yang terdahulu dan diakhiri dengan makna yang paling baru, atau diawali dengan makna yang umum kemudian makna khusus, atau makna hakiki sebelum makna kias, makna kongkrit sebelum makna abstrak, dan asas tersebut diletakkan dan berfungsi untuk memutuskan pemilihan makna yang disebutkan atau yang dibuang, seperti ketergantungan pada nisbat keberulangan/keraguan dalam contoh, serta menghindari makna yang terlarang atau yang sering digunakan.

6. diversifikasi metode eksplanasi makna dan pengambilan sarana-sarana secara holistik untuk menjelaskannya dengan mengelola dua kemahiran bahasa yang mendasar, yaitu: kemahiran menolak dan menerima yang menyerupai dalam memahami ucapan/pembicaraan orang lain (yang terdengar atau yang tertulis) serta kemahiran positif atau operasional yang menyerupai/mewakili kemampuan ungkapan (lisan/tulisan).

Hal-hal demikian menuntut sesuatu yang sangat diperlukan dalam setiap entri metode eksplanasi potensial yang memungkinkan pembagiannya menjadi dua kompilasi atau dua standar seperti dalam contoh berikut :

Page 48

Pertama: kompilasi metode utama yang berisi :a. eksplanasi dengan definisib. eksplanasi dengan limitasi unsur semantikc. eksplanasi dengan menyebutkan konteks katad. eksplanasi dengan menyebutkan sinonim atau antonimnya

Kedua: kompilasi metode kontributif yang bersisi :a. penggunaan contoh-contoh yang eksplisitb. penggunaan definisi yang komprehensifc. berlindung pada eksplanasi representative atau definisi substantifd. penggunaan gambar-gambar atau ilustrasi

Hasil penggunaan metode ini menunjukkan sudut pandang yang berbeda dan untuk mengetahui bagaimana cara aplikasinya akan diusahakan eksperimennya melalui model kamus yang sudah ada, baik yang klasik maupun yang modern. Target pencapaiannya tentunya terletak pada pembuat kamus linguistik dan proses produksi kamus tersebut merupakan hal terpenting bagi keberhasilan yang dapat diraih dan menjadi petunjuk yang bermanfaat untuk penyusunan kamus mereka.

4.2 Metode Eksplanasi AsasiMetode ini dianggap paling baik untuk menjelaskan makna dan memungkinkan

dilakukan penggabungan dengan metode-metode lain, dalam hal mendapatkan entri, sehingga masing-masing metode bisa saling mengisi.

4.2.1 Eksplanasi dengan DefinisiEksplanasi dengan definisi dianggap representative untuk menghadirkan makna dengan

ungkapan yang berbeda. Artinya, untuk menjelaskan suatu makna tertentu diungkapan melalui perumpamaan atau tuturan yang lainnya. Karena itu, para ahli logika mengatakan bahwa definisi sesungguhnya adalah kompilasi berbagai spesifikasi yang membentuk pemahaman baru terhadap sesuatu yang berbeda dan sebaliknya. Dengan demikian, definisi dan yang didefinisikan merupakan dua terminologi tentang satu hal yang salah satunya diringkas, sementara yang lainnya diperinci. Dalam bahasa Arab hal ini disebut dengan al-Qaul asy-Syārih ‘ungkapan yang jelas’.

Definisi yang logis diformulasikan dengan menyebutkan jenis sesuatu dan memerinci jenis serta spesifikasinya. Jenis itu untuk membatasi esensinya, sedangkan perincian atau spesifikasi untuk membedakannya dari jenis-jenis eksternal yang lain. Sebagai contoh misalnya definisi tentang manusia, yaitu hewan yang berbicara ( ناطق حيوان ). Sementara definisi bujangan adalah laki-laki (menurut jenisnya) yang tidak kawin (menurut spesifikasinya).

Akan tetapi, makna kamus tidak mesti harfiah dengan syarat definisinya logis dan spesifik. Ketika pekamus mengetahui tuturannya dipakai di dalam kamus, maka ia berusaha keras menggunakan sarana yang bisa difahami pembaca. Dengan demikian biasanya sesuatu yang dihadapkan pada limitasi kekhususan semantik untuk leksikon yang didefinisikan atau entri kata disebutkan pula unsur-unsur atau komponen-komponen pembeda yang tidak masuk dalam leksikon selain yang sedang didefinisikan. Kendala yang dihadapi secara tiba-tiba saat penyusunan makna adalah:

a. usaha keras mendefinisikan kata-kata yang mudah dan popular. Berkaitan dengan ini Aristoteles mendekati abad ke-24 SM mengatakan bahwa hal tersulit adalah memberikan definisi untuk sesuatu yang mudah.

b. usaha keras mendefinisikan gambaran-gambaran yang abstrak, seperti cinta, benci, hikmah, adil, benar, dan mendefinisikan sesuatu yang sudah jelas sulit dengan gambaran yang cukup. Contoh semacam ini berkaitan dengan kata-kata yang menunjukkan keadaan, peristiwa, dan perbuatan, seperti panjang, luas, bau, sepadan, menipis, dan sebagainya.

Page 49

c. demikian pula, kesulitan menetapkan definisi tersebut juga terjadi pada bentuk-bentuk yang kongkrit atau sesuatu yang sudah biasa, seperti meja, gelas, ember, atau yang berkaitan dengan alam, seperti pisang, wortel, apel atau yang hidup, seperti kuda, lalat, tupai, dan lain-lain.

Setelah Lyons menerangkan kesulitan mendefinisikan kata-kata benda yang riil, seperti kursi dan meja, ada pula yang mengatakan sesungguhnya problem mendefinisikan itu merupakan pekerjaan yang sangat kompleks dan tidak sekedar yang kita gambarkan. Kemudian muncullah pandangan yang pesimistik ekstrem ketika menjelaskan masalah tersebut karena sesungguhnya sebagian besar kata-kata harian itu menunjukan pada berbagai jenis kebudayaan tertentu atau keadaan yang tidak jelas dan bukan penentu makna pada definisi yang luas sehingga definisinya tidak dapat diterima.

Mudah-mudahan kita bisa memperoleh pandangan seperti ini secara implisit dari apa yang dilakukan para pekamus Arab ketika mereka tidak lagi menjelaskan kata-kata yang diketahui. Yang dihasilkan al-Firuz Abadi dalam kamusnya al-Muḥīṭ ketika mengikutkan sejumlah kata dengan simbol (م) yang berarti bahwa kata tersebut sudah dikenal dan tidak perlu ditafsirkan, maka hal ini hakikatnya merupakan pelarian dari usaha keras untuk tetap patuh menafsirkan leksikon yang ada meskipun sudah dianggap populer.

Akan tetapi, pada sisi lain, mememukan perspektif yang bertolak belakang dari sebagian linguis, seperti Ana Warzibika di bagian depan bukunya menjelaskan bahwa tujuannya adalah menetapkan sebuah pendapat itu sesungguhnya bukan tidak mungkin bahwa kata biasa (umum) yang tersebar sebenarnya menunjukan maksud ….. Akan tetapi, hal seperti itu menunjukkan bahwa tiap-tiap prosedur yang diikutsertakan dalam usaha mendefinisikan sesuatu dan hasil-hasilnya barangkali menjadi pemicu yang justeru dapat mengungkap dan sekaligus sebagai penerang. Pengarang sudah bersusah payah secara intensif menetapkan hal ini, bukan dengan pendapat yang ekstrim tetapi melalui definisi yang praktis untuk kata-kata sehari-hari. Untuk mengungkap kemungkinan-kemungkinan hasil definisinya bukan suatu hal yang mustahil sebagaimana yang diungkapkan sebagian linguis.

Para ilmuan sejak zaman Plato dan Aristoteles meletakan persyaratan bagi definisi yang tepat yang berlandaskan filsafat dan logika modern. Begitu juga ahli semantik dan tentunya untuk ahli kamus ada syarat-syarat lain melalui latihan dan praktik nyata. Syarat-srayat tersebut dapat diringkas sebagai berikut.

a. Ringkas dan singkat, sesungguhnya kecenderungan penyediaan posisi akan memperlihatkan kejelasan hikmah (menjadi ringkas), maka dengan alsan ini sesungguhnya definisi-definisi dalam kamus tidak tercerai berai dan tidak perlu menjelaskan sesuatu yang tidak diperlukan. Sesungguhnya seni mendefinisikan tidak hanya tergantung pada kemampuan analisis dan pemahaman, tetapi juga kemampuan menjelaskan makna secara akurat dibarengi kepiawaian meringkas karena sesungguhnya pendefinisian itu harus diungkapkan dengan kata-kata yang paling ringkas.

b. Mudah dan jelas, jangan menafsirkan leksikon dengan kata-kata yang membingungkan dan jangan mendefinisikan dengan sesuatu yang tidak dikenal. Oleh karena itu, dalam definisi itu jangan mengatakan bahwa ‘kaki’ adalah satuan ukuran panjang. Dalam hal ini, definisi yang paling tepat yang dikatakan Mu’jam al-Wasīṭ, yaitu ‘satuan ukuran yang sebanding dengan 1/3 yard (35,32cm)’ dan ungkapan dalam kamus al-Arabiy al-Asāsiy adalah satuan centimeter. Sebaiknya, jangan menggunakan kata-kata 47,30 Anglo Saxon sebanding dengan 1/3 yard. Ini selain membingungkan juga asing dan tidak menunjukkan kejelasan bagi pendengar, seperti perkataan al-Farabiy النئور:النيلج yang berarti ‘asap lemak yang menghasilkan tatto’ sehingga berwarna hijau. Sekiranya membicarakan hal ini, maka harus dijelaskan kata-kata asing yang sudah disebutkan dalam definisi sesuai tempatnya di dalam kamus. Jika menemukan kesulitan, dengan cara tradisional, dalam menjelaskan kata yang sudah disebutkan dalam tiap definisi, maka bisa menggunakan komputer untuk menggabungkan tema dan susunannya.

Page 50

Meskipun demikian ada contoh yang sangat bagus bagi kemungkinan mempraktikan hal tersebut, yaitu: Kamus Collins Cobuild Essential Dictionary yang tidak membenci dengan menjelaskan kata-kata definitive dengan menyediakan daftar kata-kata yang sudah terdapat dalam penjelasan sebanyak sepuluh kali atau lebih, bilangannya kira-kira mencapai seribu kata.

c. Menghindari pengulangan, seperti pendapat yang terdapat dalam kamus-kamus lama: ب حس,,يبا ص,,ار الرج,,ل : حس,,� (menjadi terhormat). Oleh karenanya tidak boleh

memasukan kata yang didefinisikan dan tidak juga derivatif definisinya kecuali jika entrinya merupakan konstruksi dan dimaksudkan adalah menjelaskan makna baru yang diperoleh melalui struktur seperti diungkapkan dalam penjelasan konstruksi طالب maksudnya التربي,,ة adalah siswa yang sedang belajar dalam rangka pelaksanaan pembelajaran.

d. Menghindari kepatuhan pada hal yang tidak dikenal atau kepada sesuatu yang tidak diketahui posisinya, seperti pendapat al-Fairuz Abadi tentang geraham : gigi geraham, kemudian dalam kaitannya dengan kata الضرس:السن:سنن .

e. Pertalian jenis kata untuk kata yang dikenal, maka untuk definisi nomina harus diawali dengan nomina, sifat harus diawali dengan sifat, dan seterusnya, maka kritikannya terhadap kamus Arab klasik adalah: األكلف al-aklaf = warna antara hitam dan kemerah-merahan, padahal makna yang relevan untuk warna antara hitam dan kemerah-merahan adalah warna coklat mundu (yang warnanya antara hitam dan kemerah-merahan). Begitu juga kritikan untuk pendapat: القنينة diartikan dengan للشراب آنية ’āniyah li asy-syurāab’, makna yang relevan adalah للشراب إناء (cawan untuk minum), karena āniyah adalah bentuk tunggal tunggal bukan jamak.

f. Penting kiranya menafsirkan benda-benda material untuk memperlihatkan bentuk eksternal, fungsi, dan spesifikasi-spesifikasi khusus yang bisa diambil pelajaran oleh sebagian besar penutur tentang spesifikasi-spesifikasi mendasar. Karena alasan inilah maka untuk kata zujāj (cermin) didefinisikan dengan tiga hal: rata, licin, mengkilap (seperti kaca) yang memperlihatkan gambar sesuatu melalui pemantulan. Jadi, andaikata tidak rata artinya bukan cermin. Umumnya yang rata itu mengkilap dan halus, baik terbuat dari kaca atau bukan. Yang terakhir ia harus memperlihatkan fungsinya yaitu memperlihatkan gambar melalui pemantulan.

Contoh untuk definisi ini adalah al-Qadūm ‘martil’: yaitu alat yang digunakan dengan tangan, terdiri atas kepala yang keras, digenggam kuat dalam tangan dan digunakan untuk memukul ‘li ad-duq’. Yang teragabung antara bentuk eksternal dan fungsi serta spesifikasi yang berbeda. Dengan jelas bisa dilihat dalam kamus al-Wasīṭ tidak adanya realisasi definisi yang hanya sekedar menyebutkan: si pelihat dapat melihat dirinya di dalamnya atau hanya memperlihatkan fungsinya belaka tanpa bentuk eksternalnya atau materi yang terbentuk.

Yang paling baik untuk hal ini adalah ungkapan dalam Mu’jam al-Arabiy al-Asasiy: datar, rata atau melengkung yang memantulkan cahaya dan muncul darinya gambar sesuatu. Yang lebih jelek lagi definisi yang ditemukan dalam kamus al-Muḥīṭ: al-mir’āt = sesuatu yang telihat di dalamnya.

Serupa dengan contoh ini adalah definisi al-qadūm dalam kamus al-Wasīṭ hanya dikatakan sebagai alat untuk memotong atau memahat ‘li an-najr wa an-naḥt. Definisi seperti ini diambil dari kamus al-Arabiy al-Asasiy dan Mu’jam Mudarrisiy tanpa modifikasi sedikitpun.

g. Diisyaratkan hendaknya definisi bersifat menyeluruh dan komprehensif untuk masing-masing kata yang didefinisikan serta menghindari definisi itu hanya satu.

Berkaitan dengan masalah ini maka ketika memasukan tema kayu dalam definisi ‘pintu’ sekiranya bergantung pada pemakaian umum maka tidak usah memasukan setiap jenis pintu, yang paling baik untuk ungkapan ini adalah dari Mu’jam al-Asasiy dan

Page 51

Mu’jam Muḥīṭ, yaitu dari kayu atau selainnya, setidaknya penerimaan pendapat Mu’jam al-Mudarrisy: dari kayu dan sejenisnya. Opini ini dinukil dari Mu’jam al-Wasīṭ.

i. Syarat terakhir adalah kompilasi kata-kata yang digunakan dalam eksplanasi itu terbatas. Pembatasan kata-kata yang sudah ditetapkan itu sebagai antisipasi melalui kamus tersebut kita bisa mendapatkan pengetahuan itu. Praktik syarat seperti ini mendapat kesuksesan dalam sejumlah kamus berbahasa Inggris, seperti kamus Barat An International Reader’s Dictionary yang menggunakan sekitar 1500 kata dan memuat definisi sekitar 24000 entri.

Yang lain adalah kamus Longman The Longman Dictionary of Contemporary English yang menggunakan kosakata definitive tidak lebih dari 1000 kata. Sementara untuk definisi kurang lebih memuat 55000 entri. Kata-kata yang berjumlah ribuan ini terdapat dalam setiap entri kamus serta didefinisikan dengan cara biasa, tetapi dijelaskan dengan kata-kata yang berbeda dan disebutkan juga dalam daftar kosakata definitif.

4.2.2 Eksplanasi dengan Limitasi Unsur SemantikDi dalam kamus klasik atau modern belum pernah ditemukan bahwa dalam bahasa apa

pun di dunia ini yang berdiri berasaskan teori unsur semantik, kamus-kamus tematik atau bidang semantik. Akan tetapi, para ilmuwan yang berdebat tentang teori ini meletakan pola-pola analisis yang luas dan bermanfaat untuk meciptakan definisi kata-kata.

Ide unsur-unsur pembentukan ini didasarkan pada analisis semantik bagi kata-kata menjadi sejumlah unsur atau tampilan yang berbeda dan jangan sampai tergabung dalam kata yang lain, kecuali kata yang sedang dijelaskan, kecuali dua leksikon yang sinonim. Teori pembentukan unsur atau teori analisis ini berfungsi dalam penciptaan kamus, dilihat dari tiga aspek:

1. analisis kata-kata setiap bidang secara semantik, eksplanasi relasi antar semantisnya.2. analisis kata-kata yang bersinonim melalui unsur pembentukannya atau maknanya yang

beraneka ragam.3. analisis makna tunggal melalui unsur-unsur komponennya yang berbeda.

Jika ada kamus, selama kamus yang dibicarakan disini adalah alfabetis, yang tidak mengikuti bentuk langsung analisis kata-kata dari sisi semantik dan penjelasan relasi antar keduanya, dan tidak ada fisibilitas analisis setiap kata sesuai bidangnya secara semantis melalui unsur-unsur pembentuknya yang berbeda. Contoh jenis analisis ini ada hasilnya jika kata-kata satu bidang digabungkan pada satu tempat, maka ia merupakan asset yang terdapat dalam kamus-kamus alfabetis selama masing-masing kata diletakan pada hurufnya secara alfabetis, maka tidak diragukan lagi ia memerlukan pengambilan teori analisis sebagai pembelajaran dalam membentuk definisi kata, dan ketika mencoba meletakan garis pemisah di antara kata-kata yang berdekatan atau yang memiliki kemiripan makna dan yang banyak terajadi adalah justeru pencampuran. Penutur bahasa membutuhkan pemisahan keduanya sebagai cara memelihara kesahihan bahasa. Teori ini perlu diambil jika menginginkan pelaksanaan prosedur yang saling mengikat antar contoh jenis ini dalam kata-kata, dan menggunakan metode referensial dari satu entri ke entri yang lainnya.

Kita membuat sebagian contoh betapa pentingnya menggunakan teori ini dalam penyajian eksplanasi ataupun pembentukan kata, yaitu:

1. Relasi yang terpenting muatan kamus yaitu relasi muatan atau konten dan relasi antar bagian.

Dengan begitu, tidak diragukan lagi bahwa pembentukan definisi pertama-tama membutuhkan akses pada kata yang tertutup atau kata umum lain yang melingkupi (medan makna) dan memungkinkan posisinya sebagai suatu jenis tersendiri dalam definisi yang menyempurnakan klasifikasinya dengan metode sisipan yang memisahkan dari jenis atau kekhususannya sebagaimana yang telah disebutkan.

Page 52

Apabila kita bermaksud mendefinisikan kata kucing atau singa atau anjing maka mualailah dengan kata yang tertutup atau jenis: hayawan ‘hewan’ …. dan apabila kita hendak mendefinisikan kata al-babgha’ ‘burung betet’) atau aş-şaqr ‘burung elang’, maka kita hanya perlu melakukan hal sama dengan mengatakan: burung, atau jenis dari burung…begitu pula jika akan mendefinisikan kata (apel) maka kita katakana bahwa ia sejenis dari buah-buahan….dan seterusnya.

Wierzbicka memberikan contoh jelas lainnya ketika mengatakan: ‘sesungguhnya kangguru adalah salah satu jenis dari hewan atau jenis dari hewan yang suka meloncat’, akan tetapi dari segi semantik harus diamati sebagi jenis hewan yang memiliki sifat suka meloncat, bukannya jenis yang suka meloncat kemudian digolongkan binatang. Dengan demikian, dimungkinkan juga dalam teori analisis melakukan limitasi jenis(sex) atau jenis umum, dengan spesifikasi atau tampilan yang berbeda, dan memungkinkan meletakan salah satunya dalam posisi definisinya yang sahih.

2. Pemakaian teori analisis memungkinkan juga dalam membuat kamus perlu melakukan pembatasan terhadap pengulangan unsur-unsur definisi kata-kata yang telah disebutkan pada tema yang sama. Kita ambil contoh yang sudah diberikan ahli semantik dengan sedikit modifikasi, yaitu kata-kata yang menunjukan tempat duduk dalam bahasa Arab, seperti: maq’ad, kursiy, dakkah, arīkah dan mungkin ditambah lagi kata-kata lain yang kontemporer dengan dialek standar, seperti bench, kanbah, dan footy ditemukan hal berikut:

1. sesungguhnya kata maq’ad tidak memiliki kekhususan yang lain lagi, karena kata itu sudah mencakup seluruh kata yang digunakan untuk menunjukan hal/keadaan duduk.

2. apabila dilakukan pengujian silsilah tampilan (malamih) yang membedakan jenis tempat duduk dengan yang lainnya dapat ditemukan dalam ringkasan tabel berikut:

Bentuk Fungsi Karakter lain- berbantal atau tidak- memilki sandaran atau tidak - memiliki tangan atau tidak

- Untuk duduk satu orang atau lebih- untuk di dalam atau

di luar bangunan

- bisa bergerak atau tidak

Tampilan di atas mungkin bisa dijelaskan dalam bentuk berikut :Bisa ber gerak

Dengan dua tangan

Dengan sandar-an

Di luar bangunan

Berban-tal

Untuk satu orang

Untuk duduk Jenis

- - - - - - + مقعد+ - + - - + + كرس

ى- - + - - - + بنش- - - + - - + دكة+ ± ± - + - + أريك,,

ة+ ± ± - + - + كنبة+ + + - + + + فوتى

3. Dari gambar tersebut memungkinkan definisi kata-kata di atas menjadi

bentuk seperti berikut:al-kursiy = tempat duduk bisa bergerak ada sandarannya dan khusus

untuk duduk satu orang. al-bench = tempat duduk yang tidak bisa bergerak ada sandarannya dan

Page 53

khusus untuk duduk lebih dari satu oranad-dakkah =tempat duduk yang tidak bisa bergerak, dikhususkan untuk

duduk lebih dari satu orang dan biasanya disimpan ditempat terbuka ( taman, halaman, rumah)

al-arikah = tempat duduk berbantal bisa bergerak, ada sandarannya, memiliki dua pegangan dan biasanya khusus untuk duduk lebih dari satu orang

al-kanbah = tempat duduk berbantal bisa bergerak, ada sandarannya, memiliki dua pegangan dan biasanya dikhususkan untuk duduk lebih dari satu orang

al-fūtiy = tempat duduk berbantal bisa bergerak, ada pegangannya, dikhususkan untuk duduk satu orang saja.

Biasanya yang menjadi perhatian lebih oleh seorang pekamus dengan tampilan linguistik yang berbeda, seperti antara kata al-masyi tidak ada korelasi (nisbat)nya dengan seoarang bayi yang menyusu, antara kata al-balīgh ‘kematangan’ dan ‘kejantanan’ dengan kata ‘laki-laki’, antara kata al-intima’ dengan kata ad-diyanah, antara kata Yahudiyyah ‘agama Yahudi’ dengan ‘orang Yahudi’. Namun, ralisasinya sebagian besar pekamus memasukannya dalam percontohannya sebagai makna konotatif, ketika memasukkan pada tampilan semantik hakekatnya dimasukkan pada makna denotatif.

Hal itu dapat dijelaskan dengan contoh berikut:1. kata ‘Yahudi’ yang dimaksud hakekat personal berkaitan dengan agama Yahudi. Seiring

berputarnya waktu ini menuntut adanya makna tambahan pada jenis semantik intinya yang berarti ‘tamak, serakah, dan pemberian riba’

2. kata ‘laki-laki’ meliputi area yang luas termasuk karakter-karakter yang berkorelasi dengan ‘kejantanan, seperti keberanian, kemantapan, dan bertanggung jawab’. Karakter-karakter ini bisa dilihat dalam ungkapan seorang ayah pada anaknya : “ jadilah laki-laki” yang dimaksud di sini bukan menjadi baligh semalam suntuk, tetapi yang dimaksud adalah tampilan yang berbeda, tidak terikat dengan usia atau jenis kelamin, tetapi “jadilah manusia gagah, pemberani, dan tangguh”. Barangkali definisi ini pula yang menjadikan generalisasi karakter kejantanan untuk perempuan, seperti dalam penamaan Aisyah dengan sebutan rijālatu al-‘Arab.

3. kata ‘anjing’ memiliki makna hakikat yang lain, yaitu ‘ikhlas, pemenuhan (realisasi janji), dan komitmen dengan kebenaran’, seperti disebutkan dalam syair Arab klasik Nanu Hajm ketika memuji Khalifah:

الخطوب قراع فى وكالتيس بالعهد وفائك فى كالكلب أنت

Oleh karena itu, penting kiranya bagi sang pembuat kamus memelihara makna luas sebuah kata di samping makna hakekatnya, dan jika memungkinkan meliputi kiasan-kiasan prospektif utamanya ketika menetapkan makna kias menajadi komponen sistem. Maka seandainya seorang pekamus merasa cukup ketika mendefinisikan kata ‘singa’ dengan definisi: ‘ia adalah jenis binatang dari komunitas kucing’. Definisi semacam ini bisa diterima, tetapi kurang sempurna ketika digandengkan dengan tafsiran kiasan ungkapan: (( األسد بنصيب خرج )), maka agar bisa memahami ungkapan tersebut perlu kiranya mengemukakan bahwa ia berarti: jenis hewan bertubuh besar dan buas merupakan komunitas binatang kucing. Karakter untuknya bisa ditambahkan dengan sebutan yang menguasai seluruh binatang dan memberinya gelar dengan si Raja Binatang atau si Raja Hutan.Apabila dimencermati kembali kamus-kamus berabahasa Arab, maka dapat dinemukan perbedaan pemakaian kata tersebut: kamus al-Ain dan al-Muḥīṭ hanya menyebutkan bahwa ia binatang terkenal, sementara Lisan al-Arab menambahkan sifat lain, yaitu:

Page 54

‘singa bagian dari binatang predator terkenal’. Apabila dicermati lagi kamus-kamus modern akan diemukan sejumlah limitasi dan perincian, al-Wasīṭ menyebutkan bahwa: ‘ia adalah binatang buas dari jenis kucing, kumpulan hewan pemakan daging dari komunitas mamalia, liar, dan rakus’. Mu’jam al-Asasiy mengatakan: ‘binatang buas yng sangat rakus’, Mu’jam al-Muḥīṭ mengatakan: ‘hewan mamalia yang buas dari komunitas kucing’.

Sementara Mu’jam al-Madrasiy mengatakan: ‘jenis binatang dari komunitas kucing, kumpulan binatang pemakan daging, dan komunitas mamalia, karena memiliki air susu. Dia binayang buas dan rakus hidup di Afrika dan Asia jauh, musnah di Syam dan Irak dan barangkali masih tersisa di jantung jazirah Arab’.

Dalam kamus Al-Ain dan al-Muḥīṭ justru dilakukan peringkasan dan meninggalkan definisi, lalu kekurangan ini direstorasi oleh kamus-kamus modern. Ada kalanya sebagiannya tidak mampu membuat definisi dalam bentuk ringkas dan sebagian yang lain justeru menambahkan informasi-informasi ensiklopedik yang tidak memiliki tempat khusus dalam kamus.

4.2.3 Penjelasan dengan Menyebutkan Konteks Kata

Penjelasan dengan cara menyebutkan definisi ataupun dengan membatasi unsur semantiknya juga sangat dibutuhkan oleh para pengguna kamus yang ingin mengetahui arti kata yang dibaca atau didengarnya. Cara ketiga ini tidak begitu banyak dibutuhkan oleh para pengguna kamus yang ingin mengetahui bagaimana penggunaan suatu kata, hubungan antar kata, ataupun struktur kata yang ada pengaruhnya dalam pembentukannya. Oleh karena itu, manakala penjelasan suatu kata melalui definisi ternyata menghasilkan pengertian yang tidak tepat, maka penjelasan melalui konteks katalah yang menjadi solusinya.

Dua metode yang digunakan sebelumya sangat berhubungan erat dengan ketrampilan deduktif (al-maharah a’s-salbiyyah), sedangkan ketrampilan induktif (al-maharah al-ijabiyyah) menggunakan metode lain, yaitu metode kontekstual. Para ahli semantik telah mengetahui bahwa makna kata yang sesuai dengan teori kontekstual adalah: “penggunaannya dalam bahasa”, atau “metode yang digunakannya”. Dalam hal ini Firth berpendapat bahwa makna suatu kata tidak akan bisa terlihat kecuali melalui konteksnya. Artinya, meletakkan kata tersebut ke dalam berbagai macam konteks yang berbeda. Sejalan dengan ini Wittgenstein berkata: “Jangan bertanya tentang makna, tetapi bertanyalah tentang penggunaannya”.

Meskipun para ahli telah membagi konteks kata menjadi empat macam, namun, yang yang paling penting di sini adalah konteks kebahasaan. Konteks budaya banyak digunakan untuk memberi batasan dari segi penggunaan kata, sedangkan konteks penghubung hanya digunakan pada kata-kata yang mempunyai perbedaan, misalnya dalam hal kuat atau lemahnya atau dalam pemakaiannya, seperti perbedaan antara dua kata yang disukai dan tidak disukai, dan selanjutnya konteks ini tidak selalu digunakan untuk menjelaskan makna suatu kata.

Pentingnya pembatasan konteks kata dan penggunaannya menunjukkan bahwa suatu kata tidak dapat berdiri sendiri, tetapi keberadaannya tidak dapat dipisahkan dari penggunaannya. Satu hal penting lagi adalah bahwa membatasi makna kata berdasarkan keberadaannya dalam sebuah struktur, karena suatu kata bisa memiliki beragam makna sesuai dengan pemakaiannya dalam sebuah konteks.

Dewasa ini, pendekatan kontekstual mulai banyak digunakan dalam berbagai kamus setelah berkembangnya teori tentang penelitian semantis modern. Beberapa ahli psikologi dan filsafat menyatakan kesepakatan mereka terhadap hal ini, mereka mengatakan bahwa “suatu kata mempunyai tingkat ketidakjelasan makna, tetapi makna tersebut dapat terungkap dengan cara memperhatikan penggunaannya. Jadi, bagaimanan penggunaan atau penerapannya dulu, baru kemudian bisa diketahui maknanya”.

Para ahli semantik telah menjelaskan pentingnya pendekatan kontekstual dalam mempelajari makna semantis suatu kata, yaitu:

Page 55

1. Pendekatan ini dapat menjadikan suatu makna mudah diarahkan untuk mengomentari dan membahas suatu tema.

2. Pendekatan ini dalam pembahasannya tidak keluar dari ranah-ranah kebahasaan.3. Pembahasan konteks kebahasaan dapat menguatkan kelengkapan suatu kalimat, antara

lain yaitu:a. Kemudahan dalam memberikan batasan terhadap konteks idioms. Apabila suatu kata

selalu terletak pada posisi yang berbeda, maka memungkinkan pemakaian kesamaan ini sebagai sebuah standar untuk meletakkannya dalam satu posisi, dalam kapasitasnya sebagai bagian dari kosakata yang ada dalam sebuah kamus.

b. Kemungkinan untuk memberikan batasan dari segi kombinasi dan strukturnya, diasumsikan bahwa setiap kata itu mempunyai batasan pemakaian dalam bahasa. Batasan wilayah dan pemakaian ini dapat membantu dalam menjelaskan perbedaan-perbedaan antar kata yang muncul karena adanya anonim dalam bahasa. Hal ini disebabkan karena jarang sekali suatu kata diambil dari konteksnya saja atau dari rumpun bahasa yang digunakan oleh kata yang lain.

c. Berdasar pada kenyataan yang ada dan bukan pada materi yang tidak hidup (ada) kecuali dengan cara pindah dari satu kamus ke kamus yang lain tanpa menghidupkan aspek-askpek di luar kamus.

Penggunaan pendekatan kontekstual ini baru sepenuhnya digunakan dalam kamus-kamus pada masa belakangan ini karena melihat akan adanya kebutuhan terhadap unsur-unsur kebahasaan yang terkandung di dalamnya, yaitu unsur yang tidak mungkin ada tanpa menggunakan perincian dan unsur yang jelas, juga menyusun kaidah-kaidah penjelasan, menyiapkan lembar-lembar kutipan, seperti yang banyak dijumpai dalam kamus-kamus Eropa belakangan ini. Semua itu sampai saat ini belum banyak dijumpai dalam kamus-kamus Arab.

Kesulitan kedua, yaitu pada saat seorang leksikolog menyatakan bahwa sebuah kata muncul dari sisi begini dan begini, maka sebaiknya menentukan kebenarannya secara deduktif maupun induktif. Ini artinya bahwa pada saat yang sama kata tersebut tidak mengandung pengertian di luar konteks tersebut.Konteks kebahasaan suatu kata dapat dibagi sebagai berikut:

1. Kombinasi bebas (free combination).2. Hubungan berlawanan (al-irtibaṭ al-I’tiyadiy) atau kombinasi beraturan (collocation

atau co-occurrence).3. Pengungkapan istilah-istilah idiomatik (idiomatic expressions atau idioms).

Kombinasi bebas digunakan pada saat kemungkinan meletakkan sebuah kata ke dalam rumpun kata yang tidak terbatas, sebagaimana kemungkinan penggantian kata tersebut dengan kata yang lain pada posisi yang berbeda. Berdasarkan hal ini, maka kata ص�ف�ر

� meskipun pada , أbeberapa kesempatan berhubungan dengan kata-kata tertentu, seperti ( / وجه رمل/ ليمون ... ). Sebenarnya seringkali dia muncul sebagai sifat dari kata-kata yang tidak terbatas atau bermacam-macam. Serupa dengan hal ini, dikatakan bahwa verba dapat memunculkan واجه objek yang bermacam-macam, seperti الظروف, الصعوبات, المشكالت, الحقيقة, األعداء dan sebagainya.

Adapun hubungan perlawanan (al-irthibath al-I‘tiyady) atau kombinasi beraturan digunakan pada saat seorang leksikolog memperhatikan pengulangan kombinasi suatu kata yang tidak memungkinkan bagian-bagiannya digantikan oleh kata-kata yang lain atau menggabungkan kata-kata lain dengan kata tersebut. Seringkali sebagian leksikolog tersebut meninggalkan aspek-aspek penerapan (range of application). Sebagai contoh: عليكم السالم (tidak dapat diucapkan

عليكم األمان ), dan كريم رمضان tidak dapat diucapkan menjadi كريم عيد , tidak juga طي/ب رمضان atau سعيد juga ة/ /بة, شكر تحي سعيكم الله طي dan أجركم الله أعظم . Di

dalam bahasa Inggris ada ucapan ‘Merry Christmas’, ‘Happy New Year’, dan tidak pernah kita dengar digantikan dengan ungkapan yang lain.

Page 56

Suatu ketika, sebuah kata dapat muncul dalam bentuk kombinasi bebas dan dalam kombinasi beraturan pada kesempatan yang lain, seperti kata good yang dapat dijadikan sifat untuk sebuah kata yang tidak terbatas, sebagaimana kemungkinaannya penggantian kata good tersebut pada berbagai kesempatan. Akan tetapi, pada saat kata good digunakan untuk mengucapkan salam pada kata good day, maka tidak mungkin digantikan dengan very good day atau excellent day. Senada dengan hal ini dapat dilihat pula : do me a favor, make a mistake, pay a visit.

Pengungkapan istilah-istilah idiomatik haruslah menyertakan kalimat, dengan syarat :1. Tidak adanya kemungkinan untuk menggantikan satu kata dengan kata yang lainnya,

sehingga tidak mungkin menggantikan kata السوق السوداء , misalnya dengan kata القانونية غير المظلمة, السوق السوق atau المستغلة السوق .

2. Tidak adanya kemungkinan untuk menggabungkan kata-kata lain ke dalam kombinasi.3. Adanya kesulitan atau ketidakmungkinan dalam menyimpulkan arti keseluruhan, dengan

tujuan untuk mengungkapkan makna yang terkandung di dalamnya, dengan cara melihat perubahan makna yang muncul sebagai tambahan makna terhadap terhadap kosakata ini, seperti ungkapan األبيض الكتاب dan أقعدها و الدنيا أقام (sebagai istilah politik).

4. Tidak mungkin menerjemahkannya ke dalam bahasa yang lain secara langsung. Hal ini dapat dijumpai dalam makalah-makalah berbahasa Arab yang ada dalam surat kabar Arab. Surat kabar tadi menerjemahkan percakapan antara seorang anak kecil dengan ibunya yang sedang berbicara dalam bahasa Inggris.

5. Penggunaan istilah idiomatik tadi mempunyai fungsi dalam bahasa, sebagaimana berfungsinya sebuah kata dalam kamus monolingual.Para ahli bahasa mengatakan bahwa pepatah/peribahasa (proverbs) adalah bagian dari

cara pengungkapan dengan menggunakan istilah. Untuk memberikan batasan-batasan dalam perkamusan cara ini dianggap sebagai cara terbaik. Pepatah/peribahasa semacam ini bentuknya tidak berubah, yaitu menggambarkan sesuatu sebagaimana adanya, misalnya : على جنت

من خ,,ير الي,,د فى عص,,فور, ح,,نين بخفي رجع, اللبن ضيعت الصيف, براقش نفسها الغد فى عشرة , dan ssbagainya.

Apabila seorang leksikolog dalam penjelasannya tidak mengungkapkan semua bentuk kombinasi bebas yang nampak dan juga mengabaikan sebagian isinya, barangkali hal ini disebabkan oleh adanya pengulangan dan penyebaran kata – di berbagai tempat dalam kamus – merupakan pola yang digunakan dalam kamus tersebut dengan cara memberi penjelasan dan memaparkan seluruh aspek yang terkait serta mengungkapkan istilah-istilah di dalamnya.

Di antara kamus-kamus Eropa yang terkenal, ada yang banyak mengungkapkan bentuk-bentuk kata, urutan kutipan-kutipan yang digunakan, serta memberikan kemudahan dalam mencari kata. Proses yang terkait antara lain adalah:

1. Collins Cobuild English Language Dictionary yang menggunakan teknik komputer yang sesuai dengan penerapan unsur-unsur kebahasaan, baik berupa materi tertulis maupun materi menyimak, seperti bahasa Inggris modern. Kamus ini memberikan perhatian khusus terhadap konteks kata dan hubungan antar kata, macam-macam antonimnya serta perubahan konteksnya.

2. Kamus yang dikoleksi oleh lembaga perkamusan di Holland, yaitu هولندية مؤسسة . بلجيكية

3. Sejumlah kamus yang dihasilkan oleh perusahaan Longman, seperti :a. The Longman Dictionary of Scientific Usagesb. The Longman Dictionary of Contemporary English

Materi kedua kamus itu mencapai 27 ribu teks, 25 ribu di antaranya tersaji dalam bentuk kartu kartu lembaran dan sisanya merupakan kombinasi-kombinasi baru yang diambil dari teks-teks surat kabar yang telah diseleksi oleh komputer, juga ungkapan-ungkapan maupun kata-kata baru yang diseleksi oleh sebagian pembaca dan kemudian

Page 57

disimpan dalam computer. Pertama pada tahun 1975, yang kedua tahun 1978, dan yang ketiga tahun 1987.

Bila diperhatikan kamus-kamus Arab, maka akan dijumpai bahwa kamus-kamus tersebut mengabaikan penjelasan terhadap konteks kebahasaan masing-masing kata, juga pemaparan terhadap unsur-unsur penjelas (tafsir). Diketahui pula bahwa kamus المحيط merupakan salah satu contoh kamus-kamus lama yang mengabaikan faktor kelengkapan suatu kata dengan cara memberi penafsiran, tanpa meletakkan sebuah kata dalam konteks-konteks kebahasaan. Bahkan, hal ini diungkapkan dengan jelas dalam pembukaannya : “ محذوف الكتاب هذا ألفت و

الزوائد مطروح الشواهد ”. Adapun kamus-kamus lama yang lain, pada umumnya tidak menggunakan penghubung atau penjelas. Dalam hal ini hanya membaurkan antara contoh-contoh penjelas dengan contoh saksi yang sebenarnya memungkinkan untuk dijelaskan melalui kombinasi bebas.

Para leksikolog masa kini, sebagian besar telah memberi perhatian yang lebih besar terhadap tema. Sebagai contoh hal ini, yaitu :

1. Penyusunan kamus-kamus khusus yang tujuannya membantu para pelajar. Di antara kamus-kamus semacam ini yang terkenal adalah :

a. Kamus Istilah, yaitu kamus Inggris-Arab, disusun oleh para dosen di beberapa universitas dan diterbitkan di Libanon pada tahun 1985.

b. Kamus Pelajar, yaitu kamus konteks kata, disusun oleh Dr. Mahmud Ismail Şiniy dan Himur Hasan Yusuf. Kamus ini terdiri atas sekitar 3 ribu materi, ditampilkan sesuai dengan konteksnya masing-masing, diterbitkan di Libanon pada tahun 1991.

c. Kamus Istilah Bahasa dan Sastra, disusun oleh Sulaiman Fayadl, diterbitkan di Mesir pada tahun 1992.

d. Selain itu masih ada lagi karya keempat yang tidak diketahui kapan mulai disusun dan juga tempat penerbitannya, bila memang sudah diterbitkan, yaitu kaidah-kaidah tentang kebahasaaraban, dipersiapkan oleh Dr. Muhammad al Hanasy.

2. Membenahi aspek konteks kata terhadap kosakata-kosakata yang tedapat dalam kamus, di samping upaya memberi penjelasan, penafsiran, serta contoh-contoh.

Sebagai contoh dari kamus-kamus modern dari segi sejarah penerbitannya adalah seperti ketiga kamus berikut ini :

a. الوسي المعجم merupakan hasil karya Lembaga Bahasa Arab di Kairob. األساس,,ى الع,,ربى المعجم merupakan karya dari Lembaga Pendidikan,

Budaya, dan Ilmu-ilmu Arab.c. .merupakan kamus berbahasa Arab المحيط

Sebagai contoh mari kita perhatikan tabel berikut ini :" أم "

المحيط األساسى الوسيط التعبيراتv

vv

vxx

v

v

vv

vxx

v

v

vv

vvv

v

البشر أمالقرآن أمالكتاب أمالنجوم أمالطريق أمالمثوى أم

القرى أمالرأس أم

Page 58

v

xv

v

vx

xx

vv

vv

v

xv

x

xv

vv

xx

xx

v

vv

v

vx

xx

xx

xx

الدماغ أمالخبائث أم

قشعم أمالحنون األمالربيعين أم

األم اللغةاألم الوطنجابر أمكلبة أمالوليد أم

دفار أم

13 10 12 المجموع

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa:a. Meskipun berbeda namun ketiga kamus di atas mempunyai perbandingan angka yang

hampir sama, yaitu :األساسى الوسيط المحيط 1 : 2 : 4

b. Semuanya merupakan pengumpulan manual اليدوى الجمع dan bukan kerja keseluruhan الشامل المسح .

c. Tidak menunjukkan kaidah pembentukan kata, tidak memberikan batasan penggunaan kata tersebut dalam kamus, dan tidak menggunakan aturan tertentu dalam penyusunan leksikon atau kosakatanya.

d. Tidak menggunakan penyebaran sebagai standar penyebutan atau meninggalkan penjelasan.

e. Kamus yang muncul belakangan tidak menggunakan pola-pola kamus sebelumnya.f. Menyebutkan ungkapan-ungkapan yang terasa kurang jelas dan yang tidak terdapat

dalam kamus lain, kecuali bila sudah jelas maksudnya. Misalnya: للهرسية جابر أم dan للدجاجة الوليد أم yang hanya terdapat dalam kamus المحيط.

g. dan المحيط : tidak menggunakan ungkapan-ungkapan yang umum, seperti الوسيط ألما dan الوطن , juga ألما dan اللغة .

Berdasarkan hal-hal di atas maka muncullah pertanyaan: bagaimana cara mensinkronkan teori kontekstual ke dalam kamus? Seberapa jauh peranannya dalam pembentukan konteks sebuah kata? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, dapatlah dikatakan bahwa metode yang ideal adalah memadukan antara metode definisi atau pembatasan makna dengan metode kontekstual, seperti contoh berikut:

1. Memulai dengan upaya untuk mengungkapkan makna asal yang terkandung dalam setiap kata dan dihubungkan dengan beberapa jenis arti lain apabila tidak memungkinkan menjelaskan kata yang tidak mempunyai makna.

Page 59

2. Setelah memberikan batasan makna asli suatu kata, seorang leksikolog hendaknya menyebutkan kombinasi makna yang dipilihnya dan bagian-bagian yang muncul dari kombinasi tersebut.

Metode ini lebih baik daripada yang disampaikan oleh Fitrh, yang memberikan batasan makna kamus hanya dari segi kombinasi katanya saja karena hal ini akan menuntun seorang leksikolog untuk mengumpulkan bahan-bahan yang dapat memperkaya kombinasi kata sesuai dengan kemampuannya tanpa kenal lelah. Dalam bahasa tidak dikenal batasan pengembangannya. Metode deduktif ini banyak disentuh oleh para leksikolog. Namun, tidak mereka gunakan, karena membutuhkan kepekaan yang tinggi serta kemampuan untuk menunjukkan keutuhan serta hubungan-hubungan yang ada di dalamnya untuk dapat mengungkapkan isi dan bentuknya. Singkatnya dapat dikatakan bahwa metode ini sulit untuk diterapkan.

4.2.4 Penjelasan dengan Menyebutkan Sinonim dan Antonim

Penjelasan dengan cara ini tidak tidak dapat berdiri sendiri melainkan harus terkait dengan metode-metode lain yang telah disebutkan sebelumnya. Metode yang hanya menyebutkan sinonim saja dalam penjelasannya, mempunyai beberapa kekurangan seperti berikut ini:

a. Hanya bertujuan memberikan pemahaman saja dan bukan pemakaiaannya.b. Memisahkan kata dari konteksnya dan menampilkannya seperti jasad yang tidak

bernyawa.c. Metode ini merupakan dasar dari terbentuknya pola antonim dan kemungkinan untuk

memindahkan suatu kata ke tempat yang lain tanpa merubah makna, meski dalam hal ini agak disangsikan.Selain hal-hal yang disebutkan di atas, sebenarnya penjelasan dengan cara menyebutkan

sinonim banyak digunakan pada kamus, antara lain:a. Kamus-kamus ringkas dan kamus-kamus sekolah yang dibuat secara ringkas dan terfokus

pada gambar dan sarana-sarana penjelas yang lain. b. Kamus-kamus istilah seperti الصوديوم كلوريد dan المعروف الملح .c. Pada penjelasan kata berbahasa arab, seperti التليفون sama dengan الهاتف.d. Apabila pembaca mengembangkan makna sebuah kata dengan kata yang lain yang serupa

atau berdekatan dengan tetap menjaga perbedaan prinsip dari kedua kata tersebut.e. Pada kamus-kamus bilingual yang menjelaskan kata melalui penjelasan dengan

menggunakan bahasa lain yang bisa diterima oleh kata yang akan dijelaskan, seperti International Electrotechnical Vocabulary banyak menggunakan bahasa-bahasa di Eropa.

f. Apabila tidak ada makna yang tepat seperti yang dikehendaki.

Yang harus diwaspadai oleh seorang leksikolog bila menjelaskan suatu kata dengan menggunakan kata yang lain, namun ternyata tidak sesuai dengan kata yang dijelaskan, karena seakan-akan berasal dari satu kata yang sama. Namun, ternyata berbeda dalam penggunaan maupun kandungan maknanya adalah:

a. Tidak dibenarkan menafsirkan kata الحامل dengan kata الحبلى karena ada perbedaan penggunaan antara keduanya, juga adanya budaya yang berbeda antara keduanya. Juga tidak dibenarkan menafsirkan kata-kata berikut ini satu dengan yang lainnya, karena adanya perbedaan kandungan maknanya, yaitu : الوالدة dan الغيث, األم dan المطر

عقيلته, dan كريمته, زوجته dan ابنته dan sebagainya.b. Tidak dibenarkan apabila dalam kamus Inggris-Arab menafsirkan kata stone dengan kata

karena di dalam bahasa Inggris kata stone tersebut bisa berkonotasi lain, seperti ,الحجر

Page 60

plum stone date ,بذرة stone , نواة kidney stone ,حصاة sama seperti tidak dibenarkannya menerjemahkan kata paper dengan kata karena dalam bahasa الورقة Inggris memang berarti kertas, sedangkan yang dimaksud adalah penelitian atau makalah.

Sementara penjelasan dengan menggunakan antonim oleh para ahli bahasa dikatakan merupakan sebagai bagian dari penjelasan dengan cara menyebutkan sinonim karena adanya hubungan timbal balik yang ada diantara 2 kata akan mempermudah untuk mendatangkan salah satu dari kedua kata tersebut dengan cara menyebutkan kata yang lainnya. Misalnya, kita tidak akan menyebutkan putih kalau kita tidang sedang menyebutkan hitam. Oleh karena itu, antonin-antonim tersebut merupakan homonim yang kita kenal dengan sebutan polisemi. Barangkali inilah yang menjadi rahasia dari ungkapan sebagian ahli bahasa yang lain bahwa sinonim dan antonim adalah “kumpulan kamus semantik ” atau cabang dari “ladang semantik“. Hal ini menunjukkan bahwa 2 kata yang artinya berkebalikan, dapat menunjukkan pengertian sinonim dan antonim sekaligus pada saat yang bersamaan. Oleh karena itu verbaجرى dan زحف merupakan verba yang sama-sama melakukan gerakan dan berlawanan dalam hal cepat dan lambat. Serupa dengan yang dikatakan bahwa antonim adalah bagian dari sinonim ataupun bagian yang berdiri sendiri. Ini merupakan suatu hal yang penting untuk menyebutkan ontonim tadi pada saat menjelaskan makna verba da nnomina. Yang terbaik adalah memberikan lampiran yang berisi pengertian atau penafsiran dengan menggunakan ungkapan-ungkapan ataupun sinonim-sinonim, seperti halnya yang terdapat dalam األساسى المعجم .

4. 3 Metode Penjelasan Kontributif ( المساعدة الشرح طرق )Sebuah kamus yang baik tidak cukup hanya menggunakan metode penjelasan inti asy-

syarch al-asāsy saja, baik sebagian maupun menyeluruh, tetapi dibutuhkan metode lain yang kontributif. Kadang-kadang salah satu dari metode ini menjadi sarana untuk menjelaskan suatu kata pada saat metode-metode utama tidak berfungsi.Adapun hal-hal penting dalam metode kontributif ini adalah:

4.3.1 Penggunaan Contoh-contoh yang JelasMeskipun memungkinkan penggunaan contoh-contoh yang jelas eksplisit sebagai salah

satu bentuk penjelasan melalui konteks suatu kata dengan menggunakan metode kombinasi bebas. Namun, penggunaan dan pembentukannya harus tetap melihat ketentuan-ketentuan yang telah dibuat oleh para leksikolg sebelumnya. Di samping penggunaan komputer untuk mengumpulkan teks-teks, saksi-saksi, maupun contoh-contoh, sebenarnya ada pula upaya untuk memperbaiki metode pengumpulan materi dan mengatasi kendala-kendalanya. Di samping itu, juga memberikan kesempatan kepada para pendidik untuk senantiasa menjaga keutuhan penggunaan sebuah kamus tertentu supaya tidak kehilangan teks dengan menggunakan lembar-lembar kutipan, baik yang berasal dari sumber tertulis maupun sumber lisan.

Hal-hal penting yang banyak mendapat perhatian dalam kamus-kamus modern dalam menggunakan contoh-contoh eksplisit adalah:

a. Pembentukannya berdasarkan kutipan-kutipan yang masih digunakan dan faktual sehingga dapat diketahui adanya dunia lain di luar kamu. Sebaliknya, harus menghindari penggunaan contoh-contoh serta kata-kata yang tidak faktual.

b. Menentukan contoh dengan cara mencari makna inti dan beberapa lembaran deskripsi (al-malāmich ad-dalāliyyah) serta kaidah-kaidah gramatika.

c. Memberi kesempatan pada para pembuat kamus untuk menjelaskan makna inti dengan cara menghilangkan atau meringkas dan menyiapkan şighat untuk memperoleh makna sesuai dengan yang dikehendaki karena kutipan teks terdiri dari kata-kata yang tidak lazim digunakan dalam penjelasan kata.

Page 61

Fungsi utama penggunaan contoh-contoh eksplisit adalah:a. Menopang pengertian yang diberikan dalam definisi. Oleh karena itu, memberikan

banyak contoh adalah suatu hal yang penting dalam sebuah kamus.b. Meletakkan kata yang akan dijelaskan ke dalam konteks yang berbeda dengan

memperhatikan kaidah-kaidah gramatika yang berhubungan dengan konteks tersebut.c. Memisahkan satu arti dari arti yang lain.d. Menjelaskan macam-macam aturan yang ada pada sebuah kata.e. Menyebutkan kaidah-kaidah bahasa yang digunakan.f. Apabila kutipan sebuah teks berupa contoh yang eksplisit, maka contoh tersebut di

dalamnya terdapat sisi penguatan atau kesaksian. Contoh-contoh tersebut merupakan hasil ijtihad yang dilakukan oleh si pembuat kamus untuk menunjukkan kebenaran definisi suatu kata.

4.3.2 Penggunaan Definisi Komprehensif Definisi komprehensif (at-ta‘rif al-isyti’māly) adalah mendefinisikan sesuatu dengan cara

menyebutkan komponen-komponennya. Hal ini jarang terdapat pada kamus-kamus umum. Namun, biasanya banyak digunakan dalam kamus-kamus istilah dan kamus seni. Definisi komprehensif ini menjadi lebih lengkap bila menyebutkan seluruh aspek yang terkait dengan kata yang akan dijelaskan. Misalnya, menjelaskan kendaraan angkutan dengan cara menyebutkan macam-macamnya seperti ( نارية- حافلة- شاحنة سيارة- درجة ...).

Pendefinisian semacam ini dapat dilakukan apabila suatu kata mempunyai bentuk (nama) yang lain yang dikenal dengan nama “ proper name “ Biasanya, sesuatu yang ada di balik pendefinisian semacam ini berada dalam belenggu-belenggu aturan pada saat mengaplikasikan sebuah kata. Maka, kata القريب, dengan tingkat kedekatan yang berbeda, akan sangat berpengaruh terhadap kata الضرائب, الميراث, الزواج , dan sebagainya. Oleh karena itu, aturan-aturan yang digunakan memberikan batasan dengan cara menyebutkan bagian-bagiannya, seperti kita mengatakan : -البنت- األخ- األخت األم- األب-أإلبن …, dan sebagainya.4.3.3 Penggunaan Definisi yang Jelas

Pada saat tertentu, ketika seorang leksikolog mengalami kesulitan dalam menjelaskan makna suatu kata dengan menggunakan sarana-sarana pendukung lainnya, maka dia terpaksa menggunakan materi asli yang diketahuinya atau definisi ostensif ‘ostensive definitation’ yang memberikan contoh-contoh atau banyak hal dari dunia luar. Misalnya, untuk menjelaskan kata dengan cara mengatakan bahwa itu adalah warna salju yang bersih atau warna garam األبيضdapur yang sudah jelas diketahui; menjelaskan kata adalah menyerupai األزرق warna langit yang tidak berawan; menjelaskan kata adalah menyerupai warna limun; menjelaskan األصفر kata adalah األحمر menyerupai warna darah, dan seterusnya. Apabila diamati penafsiran terhadap warna yang ada dalam kamus-kamus Arab, baik yang lama maupun yang baru, akan dijumpai perbedaan besar antara yang satu dengan yang lainnya dan akan dijumpai bentuk-bentuk penafsiran yang tidak mengikuti definisi ostensive, di antaranya adalah:

المدرسى األساسى الوسيط لس,,,,,,,انالعرب

القاموسالحميط

: الحم,,,,,رة دم ل,,,,,,,ون

و الش,,,ريان نحوه

: م,,ا األحمر الحمرة لونه

أحم,,,,,,,,,ر: الش,,,,,,ئ

بل,,ون ص,,ار الدم

: ما األحمر كل,,ون لونه

: ص,,ار أحمر أحمر

: م,,ا األحم,,ر الحمرة لونه

: الحم,,,,,,رة األحمر لون

: الحم,,,رة من األل,,,,,وانالمتوس,,ط

معروفة ةاألحم,,,ر و

1- األحمر :

لون,,ه م,,ا الحمرة

Page 62

الدم: الحم,,,,رة

األحمر لون

منم,,ا األبدان

لون,,ه ك,,ان الحمرة

خض,,,,,,,,,,ر: خض,,,,,,رة

أخضر صار: الخض,,,,رة

ل,,,,,,,,,,,وناألخضر

: ما األخضر لون,,,,,,,,,,,هالخضرة

: األخض,,,,ر فى كان ما

الل,,,,,,,,ون الحش,,ائشالغضةر خض,,,,,,,,: الش,,,,,,ئ

فى ص,,,,,ار ل,,,,,,,,,,ون الحش,,ائشالغضة

: ص,,ار خضر أخضر

: م,,ا األخضر الخضرة لونه

: الخض,,,,,رة األخضر لون

.. الخضرة ل,,,,,,,,,وناألخضر

2- : الخضرة

م لون

: الص,,,,فرة ال,,ذهب لون

و نح,,,,,وه و بين يق,,,,,,,ع

و البرتق,,الى فى األخض,,ر

أل,,,,,,,,,وانالطيف

ما األصفر : لون,,,,,,,,,,,هالصفرة

: أص,,,,,,فر فى ص,,,,,ار

الذهب لون الرمل أو

: م,,ا أصفر كل,,ون لونه

الذهب

: ص,,ار أصفر اللون أصفر

الص,,,,فرة من األل,,,,,وان

و معروف,,ة الص,,,,فرة أيض,,,,,,,,االسواد

3- – الصفرة

بالضم- م, أض,,فر و

فه,,,,,,,,وأصفر

: م,,ا األزرق الزرقة لونه ل,,,,,,,ون أى

الس,,,,,,,ماءالصافية

الشئ زرق ك,,ان زرق,,ة

بل,,,,,,,,,ون الس,,,,,,ماءالصافية ازرق: الش,,,,,,ئ

أزرق كان: ما األزرق

لون,,,,,,,,,,هالزرقة

: ك,,,,ان زرق أزرق

: م,,,ا األزرق الزرقة لونه

الزرق,,,,,ة البي,,,,,اض

كان حيثما : الزرقة و

الخض,,,,رةس,,واد فى

العين

4- -الزرقة بالض,,,,م-

م لون

: األبيض السواد ضد

من األبيض : األل,,,,,,وان

األسود ضد

األبيض: المتص,,, فبالبياض

: البي,,,,اض

: ص,,ار أبيض أبيض: األبيض

ب,,ا المتص,,ف لبياض: البي,,,,,,اض

البي,,,,,اض ض,,,,,,,,,,د الس,,,واد..

البياض و ل,,,,,,,,,وناألبيض

5- األبيض : ض,,,,,,,,,داألسود

Page 63

الثلج ل,,,ون ملح أو

الطع,,,,,,امالنقى

األبيض لون

: سودا سو د لون,,,ه ص,,,ار الفحم كلون

أسود فهو: األس,,,,,,ود

نقيضو البي,,,,,اض

مظلم ل,,,ون عن ن,,,,,,اتج

فق,,,,,,,,دانالن,,ور أشعة

أو امتصاص,,,هاكليا

يسود سو د فه,,و س,,ودا

: أس,,,,,,ود كل,,ون صار

الفحم, عكس,,,,,,,هأبيض: الس,,,,واد

اللون صفة األس,,,,,,ود عكس,,,,,,,هبياض

: س,,ودا سو د لون,,,ه ص,,,ار الفحم كل,,ون أسود فهو

: األس,,,,,,,ود نقيضاألبيض

: ضد السواد من البي,,,اض

األلوان

: الس,,,واد نقيض البي,اض, و

أسود هو

أسواد  -6 ,أسودادا

: أسواد و صارأسواد

1. Yang pertama kali bisa diperhatikan terhadap deskripsi-deskripsi yang ada dalam kamus

adalah المحي,,ط tidak adanya deskripsi-deskripsi umum (biasa) yang digunakan. Misalnya, penggunaan kata اللون karena dianggap sudah dikenal dan menerangkan kata .dengan menyebutkan ontonimnya األبيض

2. Pada الع,,رب لس,,ان , meskipun berbentuk ensiklopedi, tetapi tidak memberikan keterangan tambahan terhadap sesuatu yang sudah ada pada kamus-kamus yang lain.

3. Pada kamus الوسيط sebagian besar deskripsinya cenderung berputar-putar sehingga membuat pembacanya menjadi bingung. Misalnya, kata dideskripsikan dengan أحمر kata ,األحمر kata dideskripsikan dengan kata األحمر dan mendeskripsikan ,الحمرة kata dengan kata الحمرة tidak lebih dari itu, kecuali pada kata ,األحمر dan األسود dijelaskan األسود yang dideskripsikan menggunakan antonimnya, dan pada kata األبيضdengan memberikan batasan definisi yang jelas yaitu menyamakan kata السواد dengan warna yang gelap.

4. Pada dan األساسى ,المدرسى keduanya lebih jelas dalam mendeskripsikan warna dengan memberikan deskripsi yang jelas atau memberikan contoh dari luar, misalnya kata dikatakan األحمر seperti warna darah atau warna darah kuda, dan sebagainya. Sedikit berbeda, yaitu pada kamus المدرسى, kata الخضرة terpaksa dideskripsikan secara berputar dan untuk menjelaskan kata cukup البي,,اض dengan menyebutkan antonimnya saja.

4.1.3 Penggunaan Gambar-gambar atau IlustrasiBeberapa kamus terpaksa menggunakan gambar dan illustrasi yang jelas untuk untuk

membentuk dan mengarahkan pada makna yang dikehendaki sehingga seakan-akan makna tadi muncul dengan sendirinya. Misalnya, kata dapat قدوم dijelaskan dengan cara meletakkan beberapa bentuk kepala yang berhubungan dengan alat ini ataupun beberapa bagian dari alat tersebut.

Page 64

Definisi dengan cara ini termasuk bentuk definisi ostensif ostensive definition. Hal ini banyak digunakan dalam kamus anak-anak, yaitu dengan meniru yang ada dalam realita sehingga anak-anak akan memperoleh makna dari kata yang dimaksud dengan melihat sesuatu yang ada di luar kata tersebut. Selanjutnya, menghubungkan kata yang dimaksud dengan sesuatu yang dilihatnya.

Kelemahan metode ini adalah menurunnya ketepatan pendefinisian suatu kata karena yang medefinisikan masih anak-anak. Misalnya, pada saat seorang anak sedang belajar kata “ dengan “ كلب cara melihat gambar hewan yang dimaksud secara berulang-ulang, maka biasanya dia akan mengalami kesulitan dalam menghubungkan gambar dengan kata yang dimaksud pada saat dia melihat gambar hewan yang lebih besar atau lebih kecil dari gambar tersebut. Kesalahan anak kecil dalam menyimpulkan gambar adalah karena usianya yang masih dini, misalnya menyamakan لكلبا dengan العصفور, الذئب dengan الكنب,,ة, الحمام,,ة dengan dan sebagainya. Selain itu, definisi ostensif ini dapat mencegah orang yang ,السرير sudah dewasa melakukan kesalahan karena mereka sudah mengetahui makna kata yang dimaksud, tetapi dia bisa gagal dalam memberikan definisi bila gambar yang dimaksud baru pertama kali dijumpainya. Oleh karena itu, suatu makna bila dijelaskan secara bersamaan dengan gambarnya akan bisa mengurangi kesalahan dalam memahami makna tersebut.

Penggunaan gambar atau illustrasi dapat memberikan batasan pemahaman yang lebih tepat terhadap kata-kata yang hampir sama, seperti: macam-macam alat musik, peralatan makan dan minum, macam-macam hewan, burung, pohon, petutup kepala, dan sebagainya. Di samping semua yang telah disebutkan di atas, gambar dan illustrasi dapat menjadi faktor pendukung dalam mendeskripsikan suatu kata, seperti berikut ini:

a. Seringkali gambar dan illustrasi tersebut berupa karakteristik atau deskripsi dari sebuah ungkapan.

b. Bila digunakan dengan baik bisa meperluas deskripsi suatu kata.c. Gambar dan illustrasi tadi mengandung aspek kepribadian dan pendidikan yang jelas,

khususnya bagi anak-anak.d. Bila digunakan dengan baik, gambar dan illustrasi ini akan dapat membedakan beberapa

bentuk yang serupa, lebih banyak bila dibandingkan dengan menggunakan ungkapan, misalnya untuk membedakan bentuk sikat, tentunya tidak mungkin bila hanya dijelaskan dengan menggunakan ungkapan saja, namun akan menjadi lebih jelas bila diperlihatkan gambar sikat rambut (sisir), sikat baju, sikat gigi, dan sebagainya.

4.4 Penjelasan Ucapan (Ejaan)Di antara fungsi-fungsi kamus yang penting adalah memberikan penjelasan cara

pengucapan suatu kata atau menggambarkan pengucapannya dengan cara membedakan antara ucapan yang standar ‘baku’ dengan ucapan dialektis. Kamus-kamus berbahasa Inggris, yang berbeda antara cara penulisan dan pengucapannya, menggunakan cara-cara tertentu untuk memberikan batasan cara pengucapan, yaitu dengan menuliskan kata yang pertama dalam entri fonetik atau dengan memberikan tanda-tanda secara rinci untuk menjelaskan cara pengucapan yang tepat.

Penyusunan kamus-kamus khusus yang menjelaskan cara pengucapan telah tersebar sejak awal pertengahan abad ke-19. Selanjutnya, mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan ilmu fonetik. Kemudian Daniel Johns dari London, terkenal sebagai guru suara, memberi perhatian lebih terhadap cara-cara pengucapan suatu kata yang benar. Kamus pertama yang dihasilkan oleh Daniel Johns adalah English Pronouncing Dictionary pada tahun 1917, yang menggunakan tanda-tanda bunyi. Penyusunan kamus ini selanjutnya menghilang sampai pada tahun 1977, cetakan yang ke-14.

Untuk menjelaskan cara pengucapan kata pada kamus-kamus Arab menggunakan tiga cara, yaitu:

1. Memberi harakat ‘tanda baca’ pada tiap kata. Kelemahan cara ini adalah munculnya kesalahan cetak serta tergelincirnya harakat satu huruf ke huruf yang lain.

Page 65

2. Menjelaskan harakat suatu kata dengan menggunakan kata-kata, misalnya : األول بضم الثانى بفتح و , dan sebagainya.

3. Memperlihatkan harakat suatu kata dengan menyebutkan wazn ‘pola’nya atau contohnya, seperti yang ada dalam kamus المحيط .Dalam menjelaskan ucapan ini, muncul penyediaan tempat penekanan suara pada (نبر)

sebuah kata sesuai dengan penekanan bahasa yang digunakan, seperti fonem untuk membedakan arti. Para leksikolog Arab belum begitu memperhatikan penjelasan tempat penekanan suara ini karena merupakan bahasa fuşha ‘satndar/baku’ dan bukan fonemik. Sementara pada kamus-kamus dialektik penjelasan ucapan ini menjadi penting karena cara pengucapan suatu kata bisa berbeda sesuai dengan daerah penuturnya.

4.5 Penjelasan EjaanBarangkali penjelasan ejaan atau cara penulisan kata merupakan suatu hal yang penting

dalam sebuah bahasa, seperti bahasa Inggris daripada bahasa Arab. Hal ini disebabkan karena kata-kata dalam bahasa Inggris berbeda penulisannya dalam ejaan Amerika bila dibandingkan dengan ejaan Inggris. Ada pula kata yang berbeda penulisannya meskipun masih dalam satu ejaan, misalnya kata hallo, bisa dituliskan hello atau hullo. Adapun dalam bahasa Arab, pada umumnya penulisan suatu kata yang sama, baik ejaan ataupun pengucapannya. Barangkali seseorang tidak perlu melihat kamus kecuali untuk melihat beberapa kata, seperti :

1. Kata-kata yang mendapat tambahan huruf, seperti : مائة dan أولوmeskipun kata مائة sekarang ditulis dengan alif maupun tanpa alif.

2. Kata-kata yang dikurangi hurufnya, seperti : هذا, ذلك, السموات, الرحمن meskipun sekarang ada anjuran untuk menuliskan kata-kata tersebut seperti pengucapannya.

3. Kata-kata yang diakhiri alif maqsurah, seperti : الصدى dan الربا, dan sebagainya.4. Kata-kata yang mengandung hamzah di tengah maupun di ujung.

4.6 Pengembalian Kata (Etimologi)

Pengembalian kata atau penjelasan asal kata diambil dari ilmu etimologi. Yang bisa dijelaskan dari pengembalian kata ini adalah:

1. Asal kata, baik asli maupun serapan, dengan cara menjelaskan asal bahasanya atau hubungan kebahasaan yang muncul.

2. Bentuk kata yang pertama kali berpengaruh dalam bahasa dengan cara menjelaskan perkembangan bunyi bahasa yang mengikutinya.

3. Menjelaskan hubungan-hubungan pengembalian kata yang ada dalam bahasa-bahasa satu rumpun.

Pengembalian kata biasanya dapat terlihat keberadaannya dalam kamus sejarah, atau kamus yang mengungkapkan masa lalu sebuah bahasa. Pada umumnya, kamus-kamus hanya memberikan keterangan sesuai dengan bentuk atau tujuan penyusunannya saja, yaitu:

a. Kamus-kamus Tasmania tidak memerlukan peengembalian kata, kecuali hanya mengungkapkan aturan-aturan tentang perkembangan makna kata yang berlaku.

b. Kamus-kamus kecil seperti kamus anak-anak sama sekali tidak menggunakannya.c. Kamus-kamus menengah, kamus-kamus kantor atau kamus-kamus perguruan tinggi hanya

sedikit sekali menyebutkannya karena hanya sedikit orang saja yang memperhatikannya, sedangkan kamus-kamus sejarah dan kamus-kamus besar, harus menyebutkannya secara lengkap untuk memperoleh asal sebuah kata, seperti yang ada dalam kamus berbahasa Inggris Oxford dan kamus-kamus besar berbahasa Arab yang dibuat oleh Lembaga Bahasa Arab di Kairo.

Manfaat peengembalian kata dalam kamus umum adalah sebagai berikut :

Page 66

1. Pembatasan entri, hal ini karena akan mengarahkan penggabungan dua kata menjadi satu entri atau memisahkannya menjadi dua entri. Oleh karena itu, hendaknya kamus berbahasa Arab meletakkan kata ke بع,,ل dalam dua entri yang berbeda untuk membedakan kata البعل yang berarti ‘suami’ dan بعل yang merupakan ‘nama berhala pada masa Jahiliyah’.

2. Tanpa peengembalian kata, sebuah kata akan terlihat seolah-olah terputus hubungan dengan temannya serta tidak mempunyai hubungan dengan bahasa yang lain.

3. Pengembalian kata berguna untuk mengetahui perkembangan bunyi, mengetahui catatan kata-kata baru, dan mengetahui batasan kata-kata yang dipinjam atau diserap dari bahasa lain.

Mengingat pentingnya pengembalian kata ini, maka dapat dijumpai sebagian ahli bahasa menyusunnya ke dalam sebuah kamus khusus, seperti kamus dalam bahasa Inggris karangan N. Bailey yang terbit pada tahun 1821 dengan judul An Universal Etymological English Dictionary. Ini merupakan kamus pertama yang menggunakan etimologi bahasa Inggris. Akan tetapi, di mana meletakkan peengembalian kata pada kamus umum? Di antaranya yaitu diletakkan sebagai materi pertama atau yang serupa dengan itu. bisa juga diletakkan di belakang atau di akhir kamus. Bila diletakkan di belakang, maka hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa pengguna kamus biasanya hanya sekedar mencari arti saja, tanpa merasa perlu mencari informasi yang lain.

4.7 Informasi tentang Konjugasi dan Gramatika ‘Şarf & Naḥw’Selama ini, dunia perkamusan Arab selalu berusaha menyajikan pengetahuan tentan

gramatika dan konjugasi pada setiap entri yang dibutuhkan oleh para pengguna kamus tertentu. Begitu juga dengan kamus-kamus yang digunakan oleh para pelajar dan mahasiswa yang difokuskan pada pengetahuan-pengetahuan urgen dengan karakteristik ilmiah untuk membantu memahami perkembangan keilmuan dan memahami makna yang terkandung di dalamnya. Di antara maklumat/pengetahuan-pengetahuan penting itu adalah:1. Keterangan mengenai perubahan bentuk yang bermacam-macam dalam kalimat formal

(formal variation of word) terutama untuk bahasa-bahasa serapan serta keterangan tentang makna dari şighah-şighah yang terbentuk di dalam pola-pola kalimat untuk memberi pengaruh dalam pemaknaannya. Kamus-kamus dasar bahasa Arab memulainya dengan materi dari verba perfectum, verba imperfectum, dan nomina. Waşf atau adjektiva verba tidak disebutkan kecuali bila ia tidak qiyasiy dan paling tidak harus berasal dari jenis şifah al-musyabbahah, dan bukan dari nomina subjek, contohnya adalah:

آنس فهو – أنسا – يأنس – أنس 2. Perkamusan Arab juga berusaha menyajikan maklumat tentang konjugasi pada verba 3 huruf

asli dengan penempatannya secara tepat dalam setiap kalimat, baik itu dari verba perfek atau imperfek dengan pertimbangan tidak adanya pengkiasan dari jenis ini pada verba larangan dan kesulitan-kesulitan dalam menempatkannya di tempat lain.

3. Dunia perkamusan Arab juga telah menyebutan jenis-jenis kata yang cenderung pada maskulin, seperti: “ar-ra’su (mudzakkar) jamaknya ar’usun dan ru’ūsun”, dan “sabīlun” (bisa maskulin dan bisa juga feminin) jamaknya subūlun”.

4. Kata-kata tambahan yang memiliki fungsi gramatikal (grammatical function) juga ditempatkan secara jelas dalam kamus-kamus sebagai bagian dasar petunjuk penggunaan bahasa seperti pada kata-kata lainnya, sedangkan pentingnya perkamusan jika dilihat dari sudut kepentingan ini adalah untuk memberi batasan pada pemaknaan dan fungsi-fungsi kegramatikalannya dengan memberikan penggambaran secara singkat seperti yang telah dilakukan oleh para ahli gramatika.

5. Maklumat tentang gramatika dan konjugasi yang wajib diperhatikan oleh kamus-kamus, yaitu keterangan tentang jenis verba transitif dan intransitif serta teks terhadap huruf yang berhubungan dengan verba dan jenis nomina objek.

Page 67

6. Begitulah hal-hal yang harus diperhatikan oleh kamus-kamus, yaitu teks-teks pada gambar-gambar yang tidak terpakai (fajwah mu‘jamiyah/fajwah şarfiyah), yang contohnya di dalam bahasa Arab yaitu:a. Tidak digunakannya verba perfectum pada verba ‘ينبغي’.b. Tidak digunakannya verba imperfektum dalam dua verba “يدع” dan “يذر”c. Tidak digunakannya imperative dalam kata “رأى”.d. Dilazimkannya sebagian verba pada bentuk kata pasif dan ketiadaan wujud kata yang aktif

dari verba-verba tersebut, seperti عليه هرع, عليه زهي , dan الرجل زكم .Perkamusan lainnya juga terus berusaha untuk mengajukan pendahuluan konjugasi

muqaddimah şarfiyah pada karya-karyanya dengan meringkas kaidah-kaidah terpenting pada penggunaan dan hukum-hukum praktiknya, seperti yang telah dilakukan oleh kamus Arab dasar yang mengkhususkan pembahasan mukadimahnya secara terpisah dengan nama ”sistimatika şarf dalam bahasa Arab”.

4.8 Petunjuk PenggunaanTerdapat banyak persamaan yang beragam di dalam bahasa yang digunakan oleh manusia

dalam berkomunikasi dengan memilih kata-kata yang sesuai dengan situasi dan kondisi, hubungan dengan pembicaraannya, dan dengan siapa orang itu berbicara.

Untuk itu, Hartmann mengatakan bahwa “berkomunikasi secara lisan menciptakan pemahaman tertentu di antara para pembicara ketika mereka saling tidak mengerti atau belum saling memahami satu sama lain”. Dia juga mengatakan bahwa sesungguhnya manusia ketika berbicara mereka memiliki kekuatan dalam menciptakan pembicaraannya menjadi bermacam-macam sesuai dengan ketepatannya dalam menyusun kalimat yang digunakannya itu sesuai dengan keadaan dirinya yang ingin ia sampaikan, sebagaimana pengetahuan yang dimilikinya tentang hal yang ia bicarakan itu.”

Adapun salah satu dari fungsi mu’jam adalah untuk membatasi kata-kata dan frekwensi pemakaiannya, mensuport penggunaan sifat bahasa yang bermacam-macam dan membatasai frekwensi penggunaannya, dan menentukan bentuk-bentuk yang mempengaruhinya. Mu’jam dari segi pembentukan kata datang dari alur yang bermacam-macam menurut jenis pemakaiannya yang disebutkan oleh pengarang mu’jam dalam benaknya. Adapun pengetahuan terpenting yang diungkapkan dalam kamus-kamus tersebut antara lain:1. Maklumat yang berhubungan dengan kata atau kejadian yang mayoritas mensifati kata itu

dengan salah satu sifat tertentu seperti: ;obsolescent =ممات ;abosolete/archaic/discontinued = مهجور / تارخي قادم = historical; ;old-fashioned/classical = تقليدي ;modern = حديث ;neologisme = مستحدث االستعمال جار = current.

Kamus-kamus umum monolingual yang dipraktikkan berdasarkan entrinya biasanya tidak begitu menggunakan kata-kata, seperti والق,ديم والهجور الممات . Akan tetapi, mu‘jam yang lebih lengkap atau mu‘jam sejarah harus memberikan perhatian yang lebih serius terhadap kata-kata jenis ini. Adapun mu‘jam bilingual, malah harus meninggalkannya sama sekali karena kata-kata tersebut sangat jarang sekali digunakan, kecuali bila kata tersebut akan sering lagi digunakan. Sidney Landau juga telah menemukan bahwa kata-kata dan الممات menolong kita dalam mengetahui naskah-naskah dalam lima puluh المهجور tahun terakhir ini. Apabila kata atau pemakaiannya tidak diinginkan, maka kita harus meminimalisir kegunaannya dan dimaklumi bahwa kata-kata tersebut sudah tidak digunakan lagi.

Page 68

2. Maklumat yang berhubungan dengan pemakaian yang berulang-ulang beserta frekwensi penyebaran pemakaiannya. Seringkali, kata-kata ini jarang digunakan karena telah mati atau tidak dikenal lagi istilahnya. Ada kata-kata tertentu yang sangat jarang dipakai, meskipun kata-kata ini seringkali masih digunakan/current, kecuali dalam kamus-kamus umum, kamus sejarah, dan kamus-kamus istilah, sedangkan kamus-kamus biasa dan kamus bilingual sedikit sekali penyebutannya. Apabila menyebutkannya, ia selalu mensifatinya dengan memberinya keistimewaan, seperti menyebutnya dengan شعري, نادر atau seperti itu.

3. Maklumat yang berhubungan dengan kata-kata modern yang sering digunakan. Pada sebagian besar kamus, lafalnya disifati dengan salah satu karakter, seperti: 1. taboo word = محذور2. vulgar = سوقي atau مبتذل3. accepted = مقبول4. التعبير فى تلطف = euphemisme.

Jenis pertama adalah kata-kata yang tidak boleh dipakai, baik dalam kebiasaan maupun keseharian. Kata-kata jenis ini di dalam sebagian besar bahasa merupakan kata-kata yang terlalu seronok dan tanpa etika. Konon kamus-kamus Inggris sampai awal tahun 60-an tidak pernah mencantumkan kata-kata tabu seperti itu hingga diterbitkannya kamus American Heritage Dictionary tahun 1969. Sebelumnya malah belum pernah ada kamus Amerika umum yang mencantumkan kata fuck di dalamnya.

Sebagian ahli membahas kat-kat yang menunjukkan praktik dalam kamus Amerika pertengahan (kamus-kamus perkuliahan) dan menemukan bahwa kemunculan kalimat fuck sudah diprediksi, tetapi tidak dalam gambaran yang tajam dan langsung seperti dalam kata sexual intercourse.

Pengucapan kata terakhir ini bila dilakukan di tempat-tempat umum akan membuat perhatian semua orang tertuju dan terarah kepada anda daripada bila anda mengucapkan kata fuck di hadapan mereka. Termasuk dalam kata-kata tabu ini, juga kata-kata atau kalimat langsung dan sebagian kalimat-kalimat dalam agama, sebagaimana tabunya Yahudi dalam menyebut nama “Yahweh”. Kamus-kamus Arab modern telah menjauhkan diri dari penggunaan kata-kata dari jenis ini. Diantara kamus-kamus ini adalah: المحيط محيط , للبستاني kamus Arab modern karya Hāniz Fīr, kamus bahasa Arab Mesir karya Said Badawiy dan Marteen Hendazeeim yang dimulai dari 3 huruf nun, ya, kaf untuk memperluas fungsi dan kegunaannya di dalam kalimat. Sementara di dalam kamus-kamus, seperti Munjid karangan Luois Ma’luf, al-Wasīṭ li Majma’ al-Lughah al-Arabiyah, dan kamus al-Arabiy al-Asāsiyy li al-Munaȥȥamati al-‘Arabiyyah li at-Tarbiyah wa at-Ţaqāfah wa l-Ulūm, kata-kata tersebut sama sekali sudah tidak digunakan lagi. Kalimat-kalimat vulgar dan bahasa pasaran telah sangat diminimalisasi pemakaiannya oleh kamus-kamus modern dewasa ini.

Konon, kamus-kamus Inggris pada abad ke-17 dan 18 (seperti karya Johnson), kata-kata yang vulgar diganti dengan kata yang lebih sopan lagi. Saat itu juga diputuskan bahwa penggunaan kata-kata yang tabu dan vulgar di dalam kamus ditetapkan berdasarkan pada tujuan dibuatnya kamus tersebut. Apabila tujuan dibuatnya secara adjektif waşfi, maka kalimat apapun mungkin diperkuat pemakaiannya pada medan pemakaian yang luas dengan menyebutkan sebagian pandangan tentang ruang lingkup dan lawan katanya atau sekalian menyebutkan larangan penggunaannya. Pada kamus bilingual, kata-kata vulgar tersebut dapat disebutkan bersamaan dengan peringatan-peringatan sesuai ruang lingkupnya karena pemakaiannya yang sangat jarang.

Adapun pengungkapannya pengguna kata-kata ini harus mendapatkan persetujuan dan penerimaan dari masyarakat untuk menghindari makna kata yang bernada konotatif terhadap sesuatu yang diungkapkan itu secara terus terang. Contoh kalimat jenis ini sangat banyak, seperti hubungan antara jenis kelamin manusia, harus dipenuhinya suatu hajat/kepentingan dan ungkapan-ungkapan tentang kematian. Pelafal/subjek juga telah menyandarkan pada pemakaian kata-kata ini dengan ejekan, cemoohan, dan sindiran. Bukankah penggunaan kata-

Page 69

kata secara Qur’ani adalah teladan yang lebih baik untuk kata-kata yang biasa diucapkan pada-bahasa-bahasa percakapan?

4. Pengetahuan yang berkaitan dengan orang-orang yang mempunyai kesetaraan budaya dan masyarakat/sosial, juga berlaku di setiap tataran derajat yang berbeda-beda. Kamus ini ruang lingkupnya berbeda-beda antara lain terdiri atas: Lughatu al-Muţaqqafīn (al-Jaami’īn) = Universal Language, wa al-Lughatu al-‘Āmiyah = Colloquial Language, wa al-Lughati l-‘Āmmati al-‘Āmiyah = slank, wa l-Lughati aṭ-Ṭabqati ad-Dunya = jargon.

Mohon perhatian bagi para penyusun kamus agar mengetahui karakteristik kata yang bermacam-macam ini beserta semua jenisnya sehingga ia tidak terungkap dalam suatu kaidah perkamusan umum melainkan hanya digunakan dalam suatu kesatuan penggunaan dari berbagai macam kepentingan tertentu yang sangat terbatas.

5. Maklumat yang berhubungan dengan bahasa-bahasa tertentu yang sama sekali tidak dapat dianggap remeh (nguangesaoccupational). Adapun yang termasuk dalam bahasa-bahasa itu adalah: bahasa-bahasa ilmiah, bahasa-bahasa syariah, dan sebagainya.

Biasanya, penggunaan bahasa-bahasa itu dibimbing oleh seorang mulaḥḥiȥah/pengasuh bahasa-bahasa tertentu yang terbatas pengunaannya (ted languangescrestri), seperti bahasa-bahasa dalam ilmu astronomi, kimia, bahasa-bahasa ilmiah, bahasa perundang-undangan, dan sebagainya.

6. Maklumat terkait dengan baku tidaknya suatu kata dan aplikasi kata itu adalah:a. المعيارية اللغة = standart languageb. األدبية اللغة = literary languagec. )اللهجة( العامية اللغة = colloquial languaged. الشعبى الكالم = folk speech

7. Maklumat terkait dengan resmi atau tidaknya kata dan meisahkannya antara:الرسمية اللغة = (frozen/formal) official language

الرسمية غير اللغة = informal languageالمرحة او الدعائية اللغة = (Jocular) humorous

الحميمية اللغة = intimate

4.8 Informasi Mengenai Kamus-Kamus Ensiklopedi Kamus-kamus kuno atau modern, baik Arab maupun non-Arab, hampir tidak pernah lepas

dari pengetahuan ensiklopedis encyclopedic information yang membicarakan mengenai kata-kata dan informasi pengetahuan tentang dunia luar. Kecenderungan terhadap pengetahuan ensikopedis ini biasanya mengarah pada: 1. Maklumat tentang sebagian nama-nama alam, baik itu nama orang maupun nama-nama

tempat, nama-nama hewan atau tumbuh-tumbuhan, dan lain-lain.1. Pengetahuan tentang sebagian peristiwa bersejarah dan kejadian-kejadian/bukti-bukti sejarah

yang berada di luar ruang lingkup bahasa.2. Penetahuan tentang sebagian istilah-istilah ilmiah.

Pengetahuan-pengetahuan semacam ini menjadi lebih penting untuk memperjelas pengetahuan-pengetahuan kebahasaan mengenai hal itu. Akan tetapi, kebanyakan interpretasi bahasa lebih menjamin pada pemberian karakter terhadap alam. Maka dari itu, para ahli bahasa saling mempertanyakan tentang apakah mungkin membentuk pengertian-pengertian itu tanpa melibatkan segala sesuatu selain membahas nama-nama alam? Terlebih lagi bila kalimat-kalimat yang bermunculan kemudian bernilai budaya, maka akan lebih banyak membutuhkan keterangan secara terpisah dengan mencantumkan di samping pengetahuan-pengetahuan ensiklopedik itu keterangan-keterangan yang lebih jelas. Begitu pula segala sesuatu yang menjadi kiasan atau

Page 70

peringatan yang berasal dari pengertian-pengertian umum juga akan menjadi sebuah ensiklopedi yang lebih penting dari pengetahuan lainnya.

Adapun peristilahan-peristilahan ilmiah dan peristilahan-peristilahan teknis yang mengandung makna-makna tertentu akan kembali merekat dengan kepentingan kedua jenis kamus yang telah disebutkan di atas. Termasuk dari jenis ini adalah kalimat/kata dalam nomina field labels. Setiap istilah apabila telah tersebar dalam bahasa-bahasa umum pasti akan sering digunakan secara berulang-ulang, baik dalam makalah-makalah, majalah-majalah khusus/ekslusif yang membahas masalah kebudayaan/peradaban umum, dan termasuk dalam kaidah fungsi perkamusan.

Berkaitan denga hal itu, para linguis berusaha meramu berbagai peristilahan ilmiah dan teknis dalam perkamusan yang jumlah entrinya kurang lebih 40%. Sementara pada kamus-kamus sedang dan ringkas, secara keseluruhan memuat istilah-istilah ilmiah ini, mencapai 25-35%, pada kamus umum (kamus-kamus Inggris) memuat sejumlah entri kira-kira 1000 istilah, bahkan mungkin meningkat sampai 60.000 dan ini terdiri atas sekitar 150.000-170.000 entri.

Jika diperhatikan, kamus-kamus modern saat ini telah menurun drastis pengetahuan ensiklopedinya, seperti pada pengetahuan tentang nama-nama alam, apa yang terkandung di dalamnya atau benda dan bentuk yang terkait dengannya.

Minat pada istilah-istilah ilmiah pada kamus-kamus Arab juga masih belum mendapatkan perhatian serius apalagi mengarah pada penciptaan kamus khusus. Dalam hal ini Al-Wasīṭ berusaha mendorong lembaga bahasa untuk memasukkan paling tidak ratusan istilah-istilah ilmiah dan seni ke dalam kamusnya, seperti al-aţīru, al-bu’ratu, al-minȥāru, dan sebagainya. Doktor Maṭar juga telah menghitung jumlah kata dan istilah-istilah ilmiah yang telah dijadikan entri dalam kamus Al-Wasīṭ dan disertai lambang atau simbol dan menemukan sejumlah 1283 istilah atau mendekati 28.4% dari seluruh kumpulan materi perkamusan yang mencapai 30.000 materi.

Pada akhirnya, dapat dikatakan bahwa pemakaian gambar atau lukisan yang dapat membantu penjelasan dengan entri terkait di dalam kamus termasuk dalam bab maklumat yang bersifat ensiklopedis, karena cara-cara seperti ini yang dapat menjadi perhatian dunia dan bukannya segi lambang atau simbol bahasa karena lambing atau simbol bahasa itu ada di ranah ensiklopedi.

BAB VMASA DEPAN PERKAMUSAN ARAB

Masa depan perkamusan Arab tidak akan dibicaraan dari sisi kemerosotan dan kematiannya al-amniyyāt, atau hanya prediksinya ar-rajmi bilghaibi, melainkan dari sisi harapan atau cita-cita at-tawaqqu’āt atau membaca masa depan untuk lebih dapat memperhatikan kepada penyusunan kamus-kamus Arab, dan tidak hanya selesai pada pengerjaan kamus-kamus bahasa lain, melainkan perhatian masa depan perkamusan Arab perlu ditingkatkan, baik jangka pendek maupun jangka panjangnya.

Pembicaraan ini terkait dengan harapan masa depan perkamusan Arab dapat dilakukan melalui dua tahapan:

1. tahapan jangka pendek2. tahapan jangka panjang

Penahapan jangka pendek ataupun jangka panjang kemajuan perkamusan ini tergantung pada keseriusan serta kemauan keras pihak pemerintah, yayasan-yayasan kebudayaan, dan pihak akademik, terutama dukungan financial untu membiayai penyusunan dan pembuatan kamus secara memadai karena hal ini merupakan kewajiban sebagai bangsa maupun kewajiban sebagai bentuk realisai pengembangan.

Page 71

5.1 Harapan Jangka Pendek Masa depan perkamusan Arab pada jangka pendek ditandai dengan adanya perkembangan

yang signifikan. Ini merupakan hasil keseriusan yang diberikan, baik oleh individu, yayasan akademik, ataupun perusahan. Ini merupakan keseriusan yang implementasinya ditekankan oleh Zgusta (ahli perkamusan Barat terkenal) pada buku pertama, terbit 1971, bahwasanya pekerjakamus itu jarang untuk saling bertukar informasi atau berdiskusi satu sama lain karena waktu dan tenaga mereka tersita untuk membuat berbagai aturan terkait dengan perkamusan setidak-tidaknya dimulai dalam waktu dekat ini.

Akan tetapi, posisi yang masih labil ini belum lama diperbaiki lagi atas bimbingan Zgusta, apa rahasia penyusunan kamus, memberikan masukan-masukan serta ide-ide, tetapi informasi beberapa yayasan-yayasan lembaga besar terkait dengan program dan langkah-langkahnya perlu disesuaikan dengan realitas yang ada, sebagaimana yang telah dibicarakan dengan pihak Collins-Birmingham yang diterbitkan tahun 1987, yaitu sebuah buku yang memuat kisah tentang kamus yang sudah selesai dibahas dan penjelasan programnya.

Zgusta telah mengamati berbagai perubahan yang terjadi dan mendapatkan temuan-temuan yang komplit. Semua itu kini disempurnakan dalam pembuatan kamus dan kini dikerjakan oleh orang asing (Barat). Contohnya adalah sebagai berikut:

a. pendirian bermacam-macam perkumpulan perkamusan.b. terbitnya majalah-majalah khusus tentang perkamusan, terutama yang di tepi halamannya

terdapat teori dan metodenya.c. diadakannya muktamar-muktamar, pertemuan-pertemuan, dan workshop khusus

perkamusan.d. munculnya bermacam-macam bibliografi perkamusan, di antaranya adalah komputerisasi

bibliografi yang dipelopori oleh R.R.K. Hartmann di pusat perkamusan di Universitas Ekster di Inggris.

Usaha-usaha paling penting yang menandai perubahan-perubahan besar dalam penyusunan kamus Arab itu ialah:1. Bertambahnya usaha-usaha individu atau yayasan dalam penyusunan kamus-kamus Arab.

Kamus-kamus itu adalah:a. Kamus Arab Dasar oleh organisasi Arab untuk pendidikan, kebudayaan, dan keilmuan.b. Kamus Arab Al-Muḥīṭ, karangan sastrawan-sastrawan Arabc. Kamus B. Arab, karangan George Abdul-Masihd. Al-Hādiy ilā al-Lughah al-Arab, karangan Hasan Said Al-Karamiy

2. Bermunculannya pertemuan-pertemuan dan muktamar-muktamar tentang perkamusan Arab dan penyusunannya. Di antara perkumpulan-perkumpulan itu adalah:a. Nadwah Ilmiah (1985) tentang partisipasi Tunis dalam mendistribusikan kamus-kamus

Arabb. Nadwah Dauliyah (1986) oleh tiga ahli perkamusan, yaitu: Ahmad Faiz Asy-

Syadyaq, Baṭras Al-Bustamiy, dan Reinhart Dauzy.c. Nadwah Kamus Arab Khusus (1993)d. Nadwah Asas Kamus Teoretis (1997)

3. Didirikannya sejumlah perkumpulan kebahasaan yang membahas tentang perkamusan, seperti:a. Kesatuan perkamusan Arab di Tunis b. Kesatuan Mesir untuk Arabisasi keilmuan di Kairoc. Kesatuan Lisan al-Arab untuk bimbingan belajar bahasa Arab di Kairod. Kesatuan Mesir untuk membahas teknik-teknik kebahasaan di Universitas ‘Ainu Syams

di Kairo4. Munculnya sejumlah perkumpulan khusus yang dimotori oleh Lembaga Bahasa Arab di Kairo

dan majalah perkamusan Arab di Tunis

Page 72

5. Perhatian khusus dari yayasan-yayasan industri pada penyusunan kamus. Pada intinya, mereka terlibat dalam:a. Perpustakaan Libanon yang menyebarkan sejumlah besar kamus-kamus Arab dan kamus-

kamus asing, mempublikasikan, dan menerbitkan katalog perkamusan pada tahun 1995-1996.

b. Penyusunan kaidah-kaidah penjelas bahasa sebagai pedoman dalam penyusunan kamus.6. Penyusunan kamus-kamus edisi khusus dengan tema-tema tertentu, seperti kumpulan syair-

syair, kumpulaan para penyair dan karya-karyanya, seperti kamus al-Mu’allaqāt milik Dr. Nada Abdul Hamid Yusuf As-Syāyi’ dan kamus al-Jāḥiȥ milik Dr. Ibrahim As-Samrā’i, dan kamus-kamus lain yang disusun oleh mahasiswa-mahasiswa S2 dan para doktor di sejumlah perguruan tinggi di Arab.

7. Perluasan pendiriannya dengan studi statistik dan matematika untuk bahasa.Orang Arab sebenarnya telah mulai mengembangan statistik bahasa secara matematis ini

sejak tahun 70-an, dan setelah itu diselenggarakannya muktamar-muktamar dan didirikan perkumpulan internasional maupun orang Arab sendiri. Yang terpenting dari diselenggarakannya muktamar kedua itu adalah membahas tentang bahasa matematika Arab diadakan di Kuwait tahun 1989 dan didahului pertemuan keempat tentang bahasa Arab. Dalam even ini antara lain dibahas:

a. Rencana pengajaran bahasa Arab bagi orang asing dengan menggunakan komputer.b. Aturan-aturan komputerisasi derivasi kata-kata Arab. c. Aturan penggunaan kata, teks dalam pembuatan istilah.d. Penetapan pola-pola puisi Arab.

Bagi mereka yang berkecimpung dalam komputerisasi pelajaran bahasa Arab, DR. Nabil menyusun buku Bahasa Arab dan Komputer yang membahas tentang mekanisasi kamus Arab menggunakan komputer. Pertemuan tersebut membahas isu-isu penting sebagai berikut:

العربية للنصوص اآللى العالج .1 milik Dr. Abdur-Rahman Al-Haj Şalehالعربي المعجم سبة حو فى إشكاالت تالثة .2 milik Dr. Abdul-Kadir Al-Fauziy Al-Fahriyالعربية اللغة ألصوات ئى اإلحصا التحليل .3 milik Dr. M. Ali Al-Khūliy4. العربية اللغة للمعالجة اآللي اإلطار milik Dr. Ali Farghaliy5. اآللية الترجمة فى المعاجم milik Dr. Mahmud Ismail Şīniy6. يةالعرب للغة االلكتراني المعجم milik Dr. M. Al-Hanaasy7. بالحاسوب العربية اللغة معالجة milik Dr. M. Hasyīsyi

Ada juga sejumlah kepentingan besar di dunia Arab yang menguasai macam-macam pembelajaran, antara lain:1. Pehimpunan Ahli Komputer Mesir yang didirikan atas prakarsa kantor Amak dengan surat

kabar Ahram untuk membahas masalah-masalah bahasa dan matematika. Pembahasan itu menyangkut empat hal: suplai bahasa Arab, mendapatkan akar (kata) yang popular sekitar 4000-5000, analisis fonologi, dan penjelasan kata-kata hasil tulisan tangan.

2. Perguruan tinggi ilmu-ilmu terapan dan teknologi di Damaskus, yang membimbing sejumlah penelitian, di antaranya:a. Pembelajaran morfologi dan sintaksis melalui komputerb. Aturan-aturan tentang morfosintaksis bagi orang Arab dengan komputer c. Kamus elektronik untuk aturan-aturan mekanisasi bahasi Arabd. Peraturan derivasi bahasa Arab dengan komputere. Pendataan verba verba bahasa Arab dalam kamus komputer

3. Perusahaan komputer di Kairo yang bergabung dalam beberapa projek penting komputerisasi bahasa Arab, seperti:a. mekanisasi data base materi kamus Arabb. teknologi analisis morfologi

Page 73

c. teknologi analisis d. pembacaan teks Arab tanpa kesulitan

Apabila praktik-praktik ini telah sempurna dalam sepuluh tahun terakhir, maka hal itu tidak akan lagi dipergunakan untuk tahapan jangka pendek ke depan, setidaknya sepuluh tahun yang akan datang. Seiring dengan bertambahnya perhatian terhadap pentingnya perkamusan, baik individu, yayasan, dan instansi saling berlomba-lomba untuk mempersiapkannya, meski persyaratan yang ditetapkan sangat berat, maka harus dipersiapkan Peraturan pemerintah Arab (Mesir) tentang penyusunan kamus Arab dan mempersiapkan pelatihan-pelatihan terkait dengan hal itu.

5.2 Masa Depan Perkamusan Arab Tahap Jangka PanjangMasa depan jangka panjang perkamusan Arab telah dipersiapkan penyempurnannya sejak

seperempat abad lalu. Persiapan itu difokuskan pada tiga hal di bawah ini:a. persiapan penyusunan perkamusan Eropa yang diusahakan penyajian contoh-contohnya

mudah diterima, b. menonjolkan sisi-sisi kemanusiaan,c. aspek-aspek positif pemakaian alat modern dalam menyusun kamus-kamus secara umum

dan meyusun kaidah-kaidah penjelas bahasa khususnya d. prakarsa pembentukan gerakan-gerakan kaum Arab-Mesir yang mampu menguasai

administrasi pada praktik perkamusan Arab serta teori-teorinya.

2.1 Pentingnya Mengikuti Metode Perkamusan Eropa

Ada dua contoh yang barangkali baik untuk diperhatikan oleh pembaca di masa mendatang, yaitu seperti yang telah ditunjukkan oleh Dar Longman dan Collins bekerjasama dengan universitas Birmingham. Dua hal modern tersebut sudah ada sekitar sepuluh tahun terakhir.

Dar Longman dengan sejarah panjangnya dalam penyusunan kamus telah banyak menerbitkan berbagai jenis kamus dan tujuan yang berbeda-beda. Akan tetapi, mandeg ketika menerbitkan kamus The Longman Dictionary of The Contemporary English yang dicetak pertama kali tahun 1978, kedua tahun 1987, ketiga tahun 1995. Ada beberapa hal penting terkait dengan cetakan ketiganya, yaitu:

a. bentuknya yang besar karena memuat ringkasan dua kamus terdahulub. berisi kira-kira 80.000 kata dan contohnyac. keterangan-keterangan dan penjelas tambahan yang diletakkan di luar garis pembatas.

Kaidah penjelas bahasa yang lama terdiri dari 27 juta kata dan yang baru terdiri dari 135 juta kata. Pengguna kamus harus yakin bahwa kata apapun yang dicari akan didapatkan dalam kamus itu.

d. bahwa kamus ini adalah hasil dari kerjasama antar yayasan itu (Longmaan dan penerbit & percetakan Oxfod), ahli-ahli IT di Oxford University, beberapa perpustakaan di Inggris, majlis-majlis peneliti ilmu dan teknologi. Hal ini tidak akan tercapai tanpa diterapkannya aturan-aturan perkamusan, dana, keuangan, dan jasa para pembahasnya di satu sisi yang berbeda. Mereka adalah akademi-akademi Inggris, bagian perdagangan dan industri-industri.

e. kecenderungan sebagian praktisi perkamusan pada berbagai jenis/cabang keilmuan, bahasa dan computer.

f. Perhatian terhadap kamus untuk penyajian ungkapan-ungakapan yang kontekstual dan persamaan-persamaan leksikonnya.

Page 74

g. keterkaitan para penyusun kamus hingga menemukan 3000 kata yang kebanyakan dipakai dalam bahasa Inggris dengan disertai tanda fonetis maupun cara pengucapannya.

h. Penerapan bentuk dan penjelasannya terkait dengan penggunaan 2000 kata dasar dalam bahasa Inggris sehingga dapat memudahkan pemahamannya terutama untuk membatasi budaya bahasa. Dar Collins kerjasama dengan Universitas Birmingham menghsilkan sebuah silsilah kamus, diantaranya adalah:1. Collins Cobuild English Language Dictionary yang memunculkan sejumlah

karakteristik tertentu pada tahun 1987-1993an, merupakan kamua sedang yang terdiri dari 1700-an halaman dengan dua bahasan pokok, dan setiap halamannnya terdiri dari 80-an baris. Kamus ini memiliki keistimewaan sebagai berikut:a. Menggunakan teknik komputer yang canggih sehingga mampu memuat materi-

materi yang tertulis dan terdengar menyerupai kata-kata atau kalimat Inggris modern yang dipercayai menjadi contoh yang sempurna serta memuat jutaan entri disertai contoh dan bukti-buktinya. Besarnya ukuran dimaksudkan untuk keseimbangan bahasa yang dinamakan ‘miknaz’ atau corpus. Maka dari itu penyusun kamus selalu menyertakan revisi kaidah kata secara ketat berupa pembuangan atau dibiarkan saja dan kemudian diberi ralat sesuai artinya. Selain itu, juga dimasukkan entri-entri bahasa percakapan sehari-hari sekitar 2000 kosakata.

b. Keterlibatan anggota-anggota jurusan bahasa Inggris di Universitas Birmingham, praktisi dan partisipan dalam penyele-saian penyusunan kamus.

c. Mengurangi entri kata-kata yang mirip dan sering diulang, memberikan perhatian pada kata-kata yang tinggi pemakaiannya pada corpus, kata-kata yang tinggi pemakaiannya, tapi lebih sulit pemakaiannya dibandingkan dengan kata yang rendah tingkat pemakaiainnya atau hanya memiliki satu makna saja, tapi jelas. Berdasarkan hal ini maka sempurnalah anggapan sebagian besar kata-kata tertentu, seperti bahasa yang sudah mati, dialek, nama tempat, nama negara, kota-kota, manusia, dan beberapa kata asing yang jarang digunakan. Bila disebutkan kata-kata tertentu itu, sebenarnya disebutkan juga makna umumnya, seperti kata “emchromoso” sebagai istilah ilmiah, tetapi tidak dimasukkan lagi ke dalam kamus karena dianggap sudah punah.

d. memberikan penjelasan langsung setelah entri diikuti ejaan, penempatan nabrah, lambang fonetis, penjelasan menyangkut sintaksis dan derivasi, seperti jamak, bentuk komparatif, nomina pelaku, verba perfectum, konjugasi, transitif, intransitive, dan penjelasan makna dan pemakaiannya.

e. Menerapkan tafsir kata entrinya ke dalam kalimat sempurna, dan ini merupakan komposisi karakteristik kata dalam bahasa Inggris, kemudian digunakan ke dalam sebuah konteks kalimat, penjelasan keeratan hubungan katanya, bentuk konstruksi kallimat yang diinginkan. Jika tidak memungkinkan pembicaraan tentang makna kata itu jauh dari konteks karena maknanya sangat terbatas ketika ditemukan di kamus Muhīth Mu’īn. Misalnya kata strong dapat mendatangkan bentuk strong evidence, tea strong, strong argument tetap bisa dipakai, tapi tidak dengan strong facts tidak pernah digunkan. Oleh karena itu, contoh-contoh kata yang disajiakan beserta maknanya akan sangat menolong dalam mengetahui kegunaan huruf-huruf.

f. Perhatian kamus pada ungkapan-ungkapan dan verba ekspresif ‘ibarat (suatu kesatuan adanya verba + kata tugas/preposisi) membawa makna secara bebas.

g. Perhatian kamus-kamus pada penjelasan tentang tingkatan kata dalam pemakaian, karakter kata, apakah resmi, sopan, biasa, harian, atau dialek.

h. Meletakkan kamus sebagai aturan untuk urutan informasi internal, urutan makna untuk data konjugasi atau konstruksi atau makna (sebagaimana tanda untuk menunjukkan sesuatu yang sudah disebutkan sebelumnya.

Page 75

2.2 Collins Cobuild Essential English Dictionitary muncul beberapa kali terbitan, tahun 88, 89, 90 (yaitu sebuah kamus kecil yang terdiri atas 960 halaman dengan 75 baris kata di setiap lembarnya). Jelaslah bahwa kamus ini seperuh kamus terdahulu, muatan materinya juga melampaui banyaknya, selain itu ada ringkasan yang maksudnya untuk memudahkan penggunaan umum keseharian. Kamus ini memuat fitur-fitur dasar yang bernilai lebih karena:a. setiap halaman disertai gambar dan keterngannyab. ditambah dengan ringkasan kaidah dasar sintaksisc. penambahan sebagian pertanyaan pada bagian bawah halaman di sebelah kiri

untuk membuka wawasan dan memperluas pemikirand. dijelaskan dan analisis dengan bahasa yang mudah dan sederhana e. menggunakan kata-kata lebih dari 10x atau lebih untuk penjelasan kamus. Bisa

jadi kata-katanya mencapai ribuan kali, misalnya ‘a’ tercatat sejumlah 53.056x, ‘is’ tercatat sejumlah 26.924 x, ‘or’ tercatat sejumlah 24.712 x, ‘of’ tercatat sejumlah 15.283 x, ‘that’ tercatat sejumlah 14.687 x, ‘if’ tercatat sejumlah 13. 738 x, ‘something’ tercatat sejumlah 12.404 x, diakhiri dengan kata accused, additional, average, barrier, dan candidate yang kurang-lebih masing-masing tercatat sejumlah 10x. Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary yang didatangkan pada tahun 1991 terdiri dari 120.000 entri, 200.000 istilah, dan lebih dari 13.000.000 kutipan.

5.3 Kompetensi Sumber Daya Manusia Penerbitan kamus di masa lalu masih tergantung pada bahasa puisi dan sastra, yang

memungkinkan bagi sebuah kamus untuk menunjukkan jati dirinya. Namun, penerbitan kamus era modern malah tergantung pada bahasa ilmu, bahasa sastra, dan pengetahuan yang bermacam-macam yang tidak mungkin digunakan untuk penelitian tertentu.

Dunia barat telah memberlakukan hukum semacam ini sejak dahulu kala, sebelum ditemukannya pengetahuan tentang komputer dan penggunaan teknik-teknik baru, tetepi sayang sekali bahwa kita masih selalu meniru dan mungkin karena sebagian besar orang-orang kita tidak pernah mempedulikan masalah perkamusan barat karena pikirannya masih terpaut pada masa lalu dan tidak berpikir masa depan.

Apabila ditelaah lebih cermat lagi beberapa kamus Inggris sudah mulai diusahakan terbit dan hasilnya sampai pada kita sekitar 40 tahun terakhir. Ini merupakan hasil kerja keras berbagai pihak yang dapat disebutkan di sini, antara lain adalah:

a. Webster cetakan ketiga yang terbit tahun 1961. Cetakan dua sebelumnya diusahakan perorangan. Namun, cetakan yang ketiga ini merupakan usaha kolektif yang dipelopori CV J.S. Mariam Amerika yang telah memberikan budget sebesar 3.5 juta dollar (kurs tahun 50-an). Selanjutnya, dibentuklah dewan redaksi yang terdiri dari pimpinan redaksi dibantu 13 anggota redaktur, dan 66 anggota redaktur pembantu. Semua anggota redaktur tersebut terdiri dari para dosen perguruan tinggi bergelar doctor berbagai cabang ilmu, seperti matematika, fisika, hayati, religi, sastra lama, sejarah, filsafat, 33 sekretaris, 201 instruktur dari luar, dan sejumlah instruktur lain sesuai dengan spesialisasi dan bidangnya masing-masing, seperti entertaint, perusahaan, jalan, pabrik jam, perminyakan, dan sebagainya.

Pengerjaan penyususnan kamus tersebut selesai dan sempurna setelah 27 tahun dengan materi yang terkumpul sebanyak 450.000 kata/entri. Pada edisi ini, penerbit menerbitkan sebanyak 10 juta contoh, 3.000 gambar, dan 20 halaman full color, sehingga keseluruhan mencapai 2626 halaman.

b. Cetakan ketiga Kamus Modern Longmann yang berahasa Inggris diterbitkan tahun 1995. Turut berpartisipasi dalam pembuatan kamus ini sejumlah praktisi kompeten di

Page 76

bidangnya, seperti para direksi, sejumlah penerbit dan percetakan, para ahli perkamusan, ahli-ahli bahasa, penyelaras bahasa, penyunting, dan para pelukis handal.

c. Kamus Collins Birmingham penyusunannya melibatkan berbagai praktisi dan dari jurusan bahasa di Universitas Birmingham Inggris beserta para ahli di bidangnya. Kamus ini disusun dalam waktu 7 tahun.

Dengan demikian tidak dapat disangkal bahwa pekerjaan pembuatan kamus sekarang ini memerlukan kompetensi keilmuan yang bermacam-macam. Demikain juga manfaat yang dapat diambil dari kompetensi dan pelatihan ini merupakan pengalaman para instruktur dalam pembuatan kamus bahasa asing, terutama kamus Inggris sebelumnya dibicarakan.

Berbagai kompetensi ini akan membentuk poin-poin penting, melihat sedikitnya pengalaman yang dibutuhkan ternyata menunjukkan problema yang berbeda-beda pada setiap orang, kemampuan mengimplementasikan sesuatu yang dipercayakan kepadanya dengan penuh tanggung jawab.

Kamus modern yang sumbernya diambil dari khazanah peradaban Arab bagi pertumbuhan perekonomian dan sosial (terutama di Kuwait) adalah sebuah percobaan yang tidak disupport sehingga mendapatkan kesulitan yang mau tidak mau akibatnya harus dibentuk sebuah organisasi untuk menjaga kelastariannya. Sayangnya, kesempatan ini terhenti akibat serangan Irak ke Kuwait dan materi-materi yang sudah terkumpul musnah begitu saja.

Akan tetapi, ada yang dapat membantu dalam hal ini, yaitu pengalaman membuat kamus yang dimiliki ini akan disumbangkan oleh institusi-institusi akademik dengan cara:

a. memasukkan agenda-agenda baru pada pembagian bahasa yang berhubungan dengan teori-teori perkamusan dan penerapannya secara ilmiah. Demikian juga akan didirikan program diploma perkamusan.

b. support bagi mahasiswa perguruan tinggi juruaan bahasa dalam melaksanakan tugas akhir S2 dan doktoral bagi mereka yang mendalami permasalahan seputar perkamusan.

c. penyusunan undang-undang antara pusat penelitian dan penyusun kamus di dunia Arab, untuk mengasah pengalamannya, maka pelatihannya dilakukan di negara-negara maju untuk membuka cakrawala baru dan menambah teknik-teknik modern penyusunan kamus.Untuk melakukan hal tersebut mestinya dilakukan oleh petugas khusus, seperti:1. penulis data 2. penyunting dan editor 3. programmer4. redaktur

Programer yang baik adalah orang yang dapat menjalin kerjasama dengan redaktur dalam pelaksanakaan program-program yang telah direncanakan karena sebagian besar rencana program tidak terkait dengan penyususnan kamus dan mereka hanya memiliki sedikit kebebasan dalam hal data. Hal ini juga terkait dengan pembagian tugas, seperti petugas-petugas selain yang tidak bekerja, reviewer, pengarah luar dari berbagai cabang keahlian.

Konon, setiap perputaran periode perkamusan, di masa lalu, banyak para pegawai tetap maupun honorer, ketika upahnya sangat rendah dan sedikitnya pengalaman, tapi kini untuk menjamin kru pegawai tetap dari semua bentuk penghargaan bagi mereka yang berprestasi di dunia perkamusan, maka ilmu perkamusanpun sempat pernah mengalami kondisi statis.

Untuk menghadapi kesulitan ini, sejumlah yayasan memfokuskan energi dan supportnya kepada sejumlah kecil SDM sesuai dengan kepentingan mereka saja dan bagi pagawai yang masih dipertahankan dan tetap mengerjakan pekerjaan sebelumnya, seperti penjaga telpun, tenaga IT, dan sebagainya.

Dalam hal ini sangat diperhatikan hal-hal seperti ikatan perkumpulan para pegawai dalam satu line/jaringan dalam satu serikat kerja, meski mereka tidak saling kenal, dan mengefektifkan

Page 77

jam kerja agar lebih optimal. Selanjutnya, akan dilaunching kamus baru, yaitu Kamus Al-Manāzil.

5.4 Dampak Positif Penggunaan Sarana ModernSeorang leksikolog terkenal, pada tahun 1970 menyatakan bahwa sesungguhnya kita

maju pada suatu masa ketika kamus yang tidak sempurna pengerjaannya dianggap sebagai sesuatu yang tidak sempurna pengertiannya. Pada tahun 1971, Zgusta melaporkan bahwa kamus akademik yang besar tidak akan tersebar dan maju, karena kamus kertas mempunyai kelemahan karena tidak memiliki cukup memori (RAM), sehingga sedikit data yang bisa disimpannya. Senada dangan hal tersebut, Landau berpendapat: dewasa ini sulit untuk bisa membuat suatu kamus besar tanpa menyimpan datanya di komputer terlebih dahulu.

Alat modern terkini yang sangat bermanfaat dalam proses pembuatan kamus adalah komputer dan al-muḥāsāt al-başariyyah atau optical scanners yang berupaya memecahkan kode keyboard. Kemudian juga mudah memperbaiki memori serta memindahkan data yang tercetak pada lembaran dengan sempurna dan otomatis yakni dengan cara (memotretnya dengan cahaya atau mengkopinya) dan pemindahan dari bentuk cahaya ke data elektronik memerlukan perantara computer. Proses ini kemudian dikenal dengan simbol visual (OCR).

Sarana teknologi modern yang sangat membantu para leksikolog dalam penyempurnaan pekerjaannya serta dalam tempo yang relative singkat dalam hal:

1. Pekerjaan statistik dasar bahasa. 2. Pembuatan database secara sempurna yang mencakup jutaan kalimat beserta

contohnya dan kemampuan menyimpan materi lebih banyak dalam tempat yang kecil.3. Membantu pembuatan bank istilah-istilah. 4. Kemampuan komputer dalam malakukan pekerjaan dengan tanpa mengenal rasa

bosan menjadikan pekerjaan bisa terus berlangsung dan berulang.5. Pemrosesan dan persiapan yang cepat karakter–karakter dasar untuk menempatkan

berbagai jenis kata yang dicari, serta klasifikasinya dari aspek tema atau yang lainnya, seperti sistematisasi abjad.

6. Sistematisasi penyalinan yang terdapat dalam folder7. Koreksi naskah dan verifikasi serta pengeditan dapat segera dimasukkan pada file

komputer melalui layar. Contoh seperti ini sudah dimanfaatkan pada penulisan sejumlah projek kamus besar.

8. Pembetulan kejanggalan dengan mudah merevisinya.9. Akses ke berbagai data mudah dan cepat memunculkan folder yang sejenis dan

kembali ke dalam bentuk semula. 10. Produksi berbagai penerbitan kamus secara teratur, baik jumlah dan tujuan penerbitan

kamus itu. Semua ini dapat dilakukan dalam waktu yang bersamaan tanpa harus bersusah payah. Untuk meringkas volume-volume secara singkat dari kamus yang memungkinkan untuk memilih dan menghapus secara otomatis untuk contoh-contoh penjelas atau pengertian istilah-istilah dengan syarat bahwa materi ini telah dikumpulkan secara sempurna dalam memori.

11. Pada kamus besar dengan jumlah yang tidak terbatas, seseorang tidak mungkin bisa mengetahui apa yang dilakukan suatu bagian terhadap bagian lainnya tanpa membutuhkan waktu lama dan keseriusan yang tinggi. Tanpa mengetahui apa yang dilakukan oleh bagian lain, maka kemungkinan besar akan melahirkan kesalahan, memberikan materi atau data yang berulang-ulang, bahkan kontradiktif dengan apa yang telah dilakukan pada bagian sebelumnya. Untuk mengatasi kesulitan ini, sarana yang paling efektif adalah menyimpan data ke dalam file komputer.

12. Kesuksesan cemerlang lainnya dalam membuat komposisi suara, yaitu pemrograman komputer untuk memindahkan suara ke suatu ucapan yang terdengar, dengan ini memungkinkan untuk memadukan kamus dalam dua bentuk, yakni bentuk cetak sekaligus dengan audionya. Bahkan, hal ini memungkinkan pula menggabungkan data

Page 78

melalui kata dan audiovisual sehingga dapat mengurangi beban bagi para peneliti dan di sisi lain sangat bermanfaat bagi tuna netra.

13. Memungkinkan untuk melakukan revisi secara kontinyu untuk kamus-kamus yang menyimpan memorinya di komputer, mencetak ulang setelah direvisi bisa terlaksana dalam waktu relative singkat tanpa susah payah dan memuaskan. Bandingkan 3 kamus yang berukuran sedang, yang diterbitkan pada tahun 1960, 1972, dan 1985. Dalam ketiga kamus tersebut tidak ditemukan perbedaan yang mencolok. Berbeda dengan kamus Webster’s New Collegiate Dictionary, kita bisa melihat perbedaan yang mendasar tampak pada cetakan ke 9 dan 10. Kedua cetakan ini berbeda dengan cetakan sebelumnya. Perbedaannya ialah keduanya memuat ribuan tambahan, baik leksikon maupun makna yang diringkas dari jutaan penyalinan, contoh, dan juga penjelasnya. Hal ini juga terlihat pada kamus “The Longman Dictionary of Contemporary English” pada cetakan ke 2 dan 3.

14. Pemakaian data yang terkumpul untuk mendapatkan hasil yang diinginkan dalam folder, seperti leksikon-leksikon yang berkaitan dengan tema tertentu, etimologi, antonim maupun sinonim dan lainnya.

15. Hubungan antara kata dengan bentuk jamaknya serta pemakaian jutaan contoh tidak bisa dilakukan secara manual dan mengandalkan pikiran semata.

16. Kemungkinan memperoleh database untuk menghasilkan kamus elektronik dan kamus kertas dalam masa bersamaan.

17. Kemungkinan membatasi secara sempurna berbagai data kebahasaan yang digunakan pada era tertentu, sebagaimana kamus bisa menampilkan materi penggunaan bahasa dan layaknya contoh-contoh penjelas sesuai dengan fakta, bukannya melalui ciptaan imajinasi.

18. Peninjauan ulang secara teratur dan terkoordinir dari berbagai aspek terhadap kamus seperti: penomoran, syibol, dan ejaan kata.

19. Persiapan kamus bilingual, dan khususnya dalam hal istilah ilmiah setelah memasukkan terjemahannya secara otomatis.

20. Penjelasan hubungan pengulangan tiap kata, makna kata untuk membatasi jumlah volume kamus bardasarkan ilmu.

21. Menghilangkan kesulitan penomoran dengan proporsi untuk kamus kertas dan berusaha mereduksi bagian-bagian yang tidak diperlukan sehingga mengurangi volume data yang lebih penting.

22. Prosedur revisi yang diinginkan terhadap database secara bertahap tanpa menunggu penerbitan koreksi atau diikuti dengan cetakan baru.

23. Editor menyiapkan data standar yang memungkinkan pengulangan informasi tentang pengertian kamus, pengumpulan materi serta sistematisasinya.

24. Memungkinkan publikasi kamus elektronik dan terbaca machine-readable dictionaries serta menentukan bentuk naskah secara lengkap dan otomatis.

Identifikasi Keistimewaan Kamus Elektronik, di antaranya:1. pembatalan kata-kata dengan mudah dari database 2. peneliti merasa cukup puas terhadap jumlah kamus mengembalikannya ke database

dan hanya mengambil data yang diinginkan melalui tulisan khusus atau melalui sistem telpon.

3. kemungkinan mendapatkan kata-kata dengan metode analisis sintaksis maupun şarf melalui akar kata atau yang mendahuluinya dan mengikutinya.

4. kemungkinan merujuk kepada kepada materi sumber kamus dipandang sebagai cara untuk menghilangkan ketergantungan terhadap kamus elektronik.

5. kemungkinan kepuasannya memiliki kamus saku elektronik yang telah terbit pada tahun 1983, yaitu kamus Jerman-Inggris dan Inggris – Jerman yang memuat 4000 entri. Kamus ini kemudian diikuti beberapa kamus multilingual lainnya, seperti kamus

Page 79

Fanfare Translator yang memuat 1600 entri dalam bahasa Inggris, Perancis, Jerman, Itali, dan Spanyol. Brosur ataupun iklan kamus elektronik sebagian besar memberitakan kamus jenis ini.

6. kamus model ini memungkinkan untuk menyimpan penulisan data melalui berbagai alternative yang diinginkan. Hal ini sangat bermanfaat bagi yang tidak melakukan identifikasi ejaan kata.

7. Kemungkinan keberhasilan kamus dengan CD-ROM yang memiliki fasilitas memori yang banyak, yakni satu ram mampu menampung sekitar 680 juta simbol yang setara dengan 250 ribu halaman cetak atau setara dengan isi 200 disket.

8. Keberhasilan kamus juga didukung oleh jaringan langsung (on line dictionary). Metode seperti ini telah banyak menghasilkan kamus.

Di samping itu semua, keuntungan lainnya memanfaatkan komputer adalah:1. perunutan hubungan bahasa asli dan realisasi pekerjaan seperti analisis kalimat,

konstruksinya, kajian batas kekerabatan antar bahasa serta transtool. Transtool sangat bermanfaat, khususnya dalam hal pembuatan kamus ilmiah dengan pengumpulan data secara maksimal sebelumnya.

2. efektivitas kerja, seperti kamus Inggris Oxford yang mencapai tahap kesempurnaannya membutuhkan waktu selama 70 tahun, dengan menggabungkan lebih dari 3,5 juta data bahasa. Sementara kamus besar Perancis di Nancy untuk mencapai tahap sempurna memerlukan waktu 10 tahun saja dengan database yang mengandung sekitar 250 juta data bahasa. Kamus Itali membutuhkan masa beberapa tahun saja dengan 100 juta entri untuk kesempurnaannya.

Tahun 1946, Lembaga bahasa Arab di Kairo mulai usaha membandingkan rata-rata keberhasilan kamus besar, kemudian mempublikasikan hasilnya dengan 500 halaman pada tahun 1956. Jilid pertama terbit pada tahun 1971 yang mengkaji huruf hamzah dan diikuti kemudian huruf ba pada tahun 1982. Diprediksikan bahwa lembaga tersebut akan menghabiskan masa selama 400 tahun. Indikasinya adalah setelah usaha ini berjalan 40 tahun lamanya, hasil kerjanya belum memenuhi 10 % dari volume kamus.

3. keberhasilan sejumlah kamus sejarah bahasa, baik timur maupun barat yang telah menggunakan tekhnik modern untuk pengumpulan materi serta menganalisisnya. Di antaranya adalah:

a. Kamus sejarah warga Negara Australia yang memuat jutaan kata dengan pengumpulan materinya dari 7500 sektor (terdiri dari buku, koran serta cetakan lainnya).

b. Kamus sejarah bahasa Ibrani. Projek ini dimulai tahun 1959 atas bimbingan akademis bahasa Ibrani dan materi yang dikumpulkan lebih dari 500 sumber dengan jumlah entri sekitar 7 juta.

c. Kamus sejarah bahasa Belanda yang dirintis oleh Lembaga Perkamusan Belanda.d. Kamus sejarah Universitas Chicago.e. Kamus sejarah Universitas Glasgow.f. Kamus besar bahasa Perancis, kamus sejarah lengkap yang dikerjakan pada tahun

1789-1960. Telah tersedia dalam bentuk file/folder yang terdiri dari 90 juta fenomena kata yang bersumber dari sastra.Bandingkan hal tersebut di atas dengan alasan yang dilontarkan oleh Institusi

bahasa Arab di Kairo tentang tidak adanya publikasi kamus sejarah bahasa Arab, bahwa: lembaga membutuhkan analisis naskah-naskah puisi dan sastra dalam buku kumpulan puisi Arab yang beraneka ragam dari masa Jahiliyah hingga era Abbasiyah, bahkan zaman modern, seperti keberagaman buku serta pengaruh sastra seiring berjalannya waktu, perubahan iklim dan kondisi bahasa Arab itu sendiri yang semuanya belum mampu menggerakkan Liga Ulama dan Peneliti. Kondisi ini menjadi suatu ancaman bagi tidak bermutunya sebuah kamus, meskipun hanya membatasi entri kata-katanya hingga akhir abad ke-3H. Dalih institusi tersebut tidak terulang pada era komputer sekarang,

Page 80

bersamaan majunya sarana kajian secara otomatis dengan mengandalkan aktivitas mata dalam penyimpanan materi serta berbagai kesuksesan usaha lainnya atas berbagai bahasa merupakan sebuah bukti keberhasilan yang pernah dilakukan.

4. kaburnya batasan antara kamus dengan ensiklopedi yang mengakibatkan tumpang tindihnya pelaksanaan kedua bentuk projek tersebut, yaitu kerancuan antara yang mana materi kamus dan yang mana materi ensiklopedi.

5. terpenuhinya sejumlah hasil kerja komputer yang spektakuler tampak pada sukses dan keberhasilan kerja perkamusan berbagai bahasa, baik secara langsung maupun tak langsung, seperti:a. The Standard Computer Archive of Language Materialsb. A Computer Archive of Machine-Readable Dictionaries c. Retrieving Lexicographic Citations From a Computer Archive of Language Materialsd. The Corpus of Present-Day Edited American Englishe. American Heritage Ward Frequency Book

Pelaksanaan semuanya dari 5 juta entri yang dikumpulkan lebih dari 1000 sumber dengan total persiapan sebanyak 86741 kata yang berbeda dengan sistematisasi alphabetis dan penyebutan bilangannya secara berulang-ulang. Di antaranya adalah:a. Database halaman diterbitkan di USA, terdiri dari naskah-naskah lengkap dan setiap

makalah lebih dari 135 halaman dan jurnal yang memuat sekitar 14 juta kata.b. Database 50 ribu entri pada kamus yang dipersiapkan sebelum tahun 1640.c. Database kamus Universitas Toronto tentang bahasa Inggris Klasikd. Perisapan file untuk penyalinan besar-besaran terhadap kamus yang berdekatan

volumenya atau menghapus file-file dengan jalan konvensi. Hal ini kemudian diikuti kamus Perancis dengan file-file yang terdiri dari 90 juta kata yang bersumber dari sastra.

Dampak negatif pemakaian komputer, di antaranya:1. Lemahnya frekuensi bantuan komputer dalam hal pendefinisian.2. Besarnya biaya. Khususnya lagi, jika menginginkan persiapan file komputer secara

lengkap. Mungkin proyek ini bisa terlaksana jika didukung oleh sinergisitas antar penerbit. Di samping itu, juga membutuhkan suntikan dana dari pemerintah dan institusi lainnya.

3. Perlu dilakukan pembelajaran khusus untuk memahami cara kerjanya.4. Sarana yang diberikan sangat membebani pemakai serta membutuhkan keahlian khusus.

Dengan ini semua, kemungkinan penggunaan komputer dengan metode konvensional terhadap cara pemanfaatannya seperti sarana tulis menulis, dan penggunaan prinsip dalam pembuatan kamus kecil, inventarisasi kosakata yang dipersiapkan oleh individu dan lembaga yang tidak bertujuan untuk membuat kamus. Dengann demikian memungkinkan kita untuk mendesain perlengkapan naskah kamus dengan metode konvensional melalui keyboard. Setelah itu, memproses naskah dengan program analisis dan klasifikasi. Proses ini dibutuhkan karena untuk mengawali kamus dengan simbol-simbol khusus pada setiap bagiannya sebelum data yang lain dimasukkan.

Dalam hal penyuntingan data yang telah disiapkan dalam bentuk terbaca secara otomatis atau disiapkan dengan cara memindahkannya baik melalui keyboard atau dengan simbol visual (OCR), dan komputer memiliki sistem penghapus yang otomatis untuk naskah yang sudah tertulis kemudian menyimpannya langsung. Penampilan contoh dengan memakai simbol visual (OCR) telah dimanfaatkan oleh Kamus Akademik Swedia yang memuat 1,5 juta entri dan 200 juta simbol dan sekarang telah ditansfer ke data yang sama untuk dibaca dengan OCR.Keistimewaan dua hal yang campur-aduk:

Page 81

1. kamus yang dioperasikan oleh komputer dan teratur dengan sempurna dari aspek penanganan yang sesuai dengan computer, seperti transtool, pembelajaran bahasa serta analisis kalimat dan mengkonstruksikannya.

2. kamus komputer sangat mungkin dipublikasikan dalam bentuk kertas sehingga publikasinya bisa berbentuk cetakan.Untuk itu, dibutuhkan keahlian khusus untuk mampu memindahkan kamus komputer ke

kamus cetakan dan juga penyimpanan materinya dengan perolehan data kembali. Selanjutnya, perkiraan bahwa buku-buku tersebut dalam perjalanannya– belum terbukti valid sampai sekarang- menurut ilmuwan modern dalam jangka panjang buku tersebut tidak layak bagi kita. Akan tetapi, bukan berarti bentuk kamus kertas akan mendapatkan perhatian pada masa yang akan datang, atau membuka peluang adanya persaingan antar kamus itu sendiri dan harmonisasi kata. Saat ini, sebagian buku sangat cepat pekembangannya, seperti: buku telepon, katalog perdagangan dengan perantara pos biasa ataupun email. Sehubungan dengan penjelasan kemajuan aktivitas tersebut terhadap konsumen melalui database elektronik menjadikan hasilnya lebih efektif dibandingkan dengan format kertas. Walaupun demikian, kenyataannya harus diakui bahwa ilmuwan Arab tidak akan berpindah dari kamus kertas dalam waktu dekat karena persiapan untuk kamus besar maupun sedang tidak bisa didesain sekarang maupun besok tanpa menggunakan komputer dan memorisasi data serta pemrosesannya secara otomatis.

5.5 Kebutuhan Lembaga Independen yang Memproduksi KamusProjek besar seperti memproduksi ensikopedi dan kamus, membutuhkan waktu yang

lama, dana besar, persiapan sangat serius, dan rencana matang. Di samping itu, juga membutuhkan banyak database serta hubungan langsung (on line) dengan jaringan data internasional untuk referensi dan revisi secara cermat setiap bidang ilmu pengetahuan. Pekerjaan ini belum dilirik oleh para leksikolog Arab sampai sekarang sehingga dapat diklasifikasikan ada 4 jenis aktivitas untuk memproduksi sebuah kamus:

1. keseriusan departemen perdagangan, seperti perusahaan internasional yang memproduksi program-program terkait.

2. keseriusan lembaga bahasa, seperti Lembaga Bahasa Arab di Kairo3. kepedulian organisasi bahasa, seperti organisasi bahasa Arab di Tunisia4. kepedulian individu, dipublikasinnya sejumlah kamus individu pada masa akhir.

Dimulai dengan departemen perdagangan, selama ini belum dirasakan kontribusinya terhadap produksi ini sehingga belum tampak keunggulannya, seperti Perpustakaan Libanon yang menulis sejarahnya hingga pertengahan abad ini dengan memproduksi lebih dari 208 kamus dan sudah mengalami sejumlah cetakan ulang. Berkenaan dengan hal tersebut, tampak bahwa departemen perdagangan belum mampu menerobos produktifitas perkamusan yang sesungguhnya. Padahal penerbitan kamus umum akan membuka peluang untuk mendapatakan spesies baru, seperti yang diterbitkan oleh Yayasan Oxford dan Longman Colez.

Mungkin perusahaan internasional (program) dapat memberikan kontribusinya dengan menerbitkan program multi bahasa, tetapi kelemahannya adalah:

1. tidak adanya pendistribusian riset dalam pengolahan bahasa Arab secara langsung antara aspek bahasa dan keahlian, teknisi dan koordinator bagian, menaikkan informasi perkomputeran dan pemrograman secara teori dan praktik dengan maksimal, tidak mempunyai patner seimbang dalam memajukan informasi perkamusan dan bahasa.

2. Supremasi apsek perdagangan atas usaha percetakannya dan upaya di balik keuntungan instant sebagai kompensasi terhadap besarnya anggaran yang ditanggung –sebelum penerbitan- dan adanya proses revisi dari para ahli.

3. Kurangnya database yang dipersiapkan untuk melakukan beragam prosedur kajian, kesewenang-wenangan sektor perdagangan dalam menentukan tema yang berimbas pada lemahnya produktivitas dan tidak sesuai dengan selera pasar.

Page 82

Untuk melengkapi tulisan ini, ada beberapa kritikan:Pertama: tidak adanya tanggungjawab terhadap program revisi, baik eksternal maupun

internal untuk kesempurnaan projek karena cepat merasa puas dengan penilaian sendiri.

Kedua: mengcopy ide perusahaan terkait denngan penerbitan kamus, tapi langkah ini harus didahului langkah-langkah berikut: a. Persiapan database yang komplit untuk meninjau kelengkapan isi dengan

sumber yang beragam dan juga memastikan data bahasa yang sesuai dengan pemaknaan kontemporer karena hal ini belum dilaksanakan perusahaan.

b. Persiapan analisis derivative. Hal ini dilakukan saat pemrosesan kata menurut kaidah ilmu şarf. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah perubahan yang tidak dipakai, perbedaan jamak dan jamaknya jamak jam’u al jam’.

c. Persiapan analisis makna yang disimpulkan melalui simbol makna sebagai entri kamus dan juga hubungan penting antar kata, seperti sinonim dan antonim.

d. Persiapan analisis gramatika dengan penguraian kata yang samar dan pemberian harakat ‘tanda baca’ pada teks secara langsung.

e. Penyimpanan data secara sempurna. Ketiga: tidak adanya homogenitas model penyimpanan database bahasa dan pencampuran

datum antar kamus. Bukan suatu kemustahilan untuk membuat rancangan kamus dengan batasan tingkatan leksikon dalam pemakaiannya serta diikuti dengan ragam strata sosial, perbedaan budaya, letak geografis serta klasifikasi kata menurut standard dan non-standar fuşha dan amiyah.

Lembaga bahasa Arab di Kairo telah membedakan beberapa jenis kamus, seperti: kamus istilah ilmiah, kamus istilah al-Qur’an, dan beberapa kamus umum lainnya. Meskipun lembaga tersebut telah mengeluarkan dua kamus lengkap berukuran sedang dan saku, sebagaimana juga telah menerbitkan satu kamus besar yang terdiri dari 3 jilid, sampai huruf jim, namun, ada beberapa hal yang harus diperhatikan:

1. Lambatnya produksi. Dalam tempo 65 tahun hanya menghasilkan 2 buah kamus, berukuran sedang dan kamus saku.

2. Tidak memiliki panitia khusus untuk merevisi kamus yang telah diterbitkan. Hal ini mengakibatkan tidak banyaknya perubahan antara edisi baru dengan edisi sebelumnya. Sebagai contoh, kamus sedang yang telah terbit 3 edisi pada tahun 1960, 1972, dan 1985, Namun di dalamnya tidak ditemukan perbedaan. Bandingkan dengan kamus sedang Webster’s New Collegiate Dictionary, edisi 9 dan 10 berbeda dengan edisi sebelumnya, yaitu adanya tambahan ribuan kata dan makna yang diambil dari jutaan kutipan.

3. pekerjaan dilakukan secara manual sampai tahun 1997, tidak memanfaatkan tekhnologi computer.

4. tidak memiliki database bahasa yang merekam fakta bahasa sekarang maupun yang telah lampau, membantu pemilihan contoh serta penambahan materi kamus dengan penjelasan leksikon. Tidak adanya database berimbas terhadap tidak teraturnya volume kamus dan terlambatnya produksi kamus besar.

5. lembaga mengakui kelemahannya untuk menambah materi kamus sejarah bahasa Arab dan sedikitnya kemungkinan terealisasinya.

6. lembaga belum mampu menghimpun tim pengkaji ahli untuk pembuatan kamus, belum melahirkan generasi yang ahli untuk penulisan sebuah kamus sampai ke publikasinya.

Adapun keberhasilan Lembaga sangat terbatas, yaitu tidak memberi pengaruh pada teori maupun praktik. Akan tetapi, Lembaga Bahasa Arab di Tunisia yang didirikan pada tahun 1983, awal tahun 1986 melakukan riset untuk “Kamus Sejarah Ensiklopedi” bahasa Arab, meskipun

Page 83

belum sempurna. Di sisi lain, tampak animo individu untuk mengumpulkan datum bahasa agar bisa menerbitkan sebuah kamus. Keduanya (lembaga-individu) memiliki perbedaan dalam tingkatan yang wajar dengan metodologi yang terbatas pula. Dalam hal revisi/volume dimasukkannya data atas sistematika entri secara eksternal maupun internal dengan cara menyajikan materi ejaan, konjugasi, imla, makna, ensiklopedi, dan lainnya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa aktivitas penulisan kamus Arab untuk mencapai kesempurnaan masih sangat jauh, masih berada di lingkaran setan. Dari lambatnya produktivitas, metode konvensional seperti yang terlihat pada Departemen Pemerintahan dan Kebudayaan, atau cepatnya dalam mengambil keuntungan seperti yang dicontohkan oleh Departemen Perdagangan. Di samping itu, tidak adanya koordinasi, pekerjaan yang terisolasi serta tidak adanya keinginan untuk maju dan menyamai mutu kamus bahasa-bahasa lain.

Bagaimana caranya agar kamus bahasa Arab bisa mencapai masa kejayaan? Jawabannnya, hanya dengan membentuk suatu miliu Nasionalisme Arab (Mesir) yang independent dengan menempati posisi kontrol, desain pembuatan kamus, mengendalikan anggaran tahunan, dan merancang investasi. Dana anggaran biasanya bersumber dari berbagai sektor sehingga hal ini membutuhkan:

1. tempat permanen yang memenuhi kriteria2. penghimpunan tenaga ahli dari berbagai disiplin ilmu, kemudian mengelompokannya

sesuai dengan bidang masing-masing dengan menunjuk seorang koordinator sebagai fasilitator. Perlengkapan komputer, persiapan bahasa, datum ensiklopedi, istilah ilmiah, dan lainnya

3. mengelompokkan penulis entri serta ahli bahasa4. kesiapan perpustakaan sebagai sumber data dan referensi5. sentralisasi komputer dan menyambungkan jaringannya dengan berbagai bagian6. penambahan tempat untuk sejumlah peralatan penting, seperti perangkat lunak yang

diperlukan untuk kerja kamus tanpa menggunakan keyboard konvensional7. pusat studi, yang dicontohkan pusat studi Eropa yang concern pada studi dan publikasi

kamus, seperti:a. persatuan himpunan Lancester yang mengkaji bahasa komputerb. pusat bahasa dan studi kamus universitas Ekster. Pusat bahasa ini didirikan tahun

1974, dan studi kamus 10 tahun berikutnya yakni pada tahun 1984. Menjadi satu-satunya pusat bahasa -sejak berdirinya- dari studi tinggi Fakultas Adab dengan memberi 10 derajat keilmuan dalam ilmu bahasa terapan umumnya dan leksikologi khususnya

c. institut ilmu bahasa terapan di Jermand. akademi leksikon Belanda di Amsterdam

Di samping itu, keseriusan Universitas Amerika dan Inggris lainnya seperti di Chicago, Glasgow dan Indiana dalam bidang leksikon umumnya dan khususnya lagi pada kamus sejarah. Pendanaan besar yang dibutuhkan proyek ini, maka seyogyanya tidak berhenti hanya karena batu sandungan dalam pelaksanaannya dengan melihat:1. Aspek nasionalisme, sebagai contoh untuk projek sejarah USA

Adanyan perjanjian otonomi politik dengan rasa suka mengadopsi bahasa asli. Hal tersebut menghasilkan kamus New Webster yang dipublikasikan pada akhir abad ke-18 sebagai wujud otonomi berbahasa bangsa sehingga mereka meyakini bahwa kemuliaan suatu bangsa dilihat dari majunya bahasa. Otonomi tersebut juga berdampak pada munculnya versi bahasa Inggris Amerika yang berbeda dengan lainnya. Pada masa itu hanya ada kamus besar “Samuel Johnson” terbit pada tahun 1855, dari itu kehadiran New Webster mampu mengalahkan kamus tersebut di USA. Munculnya kamus Webster tahun 1806 belum bisa menerima model Inggris, dan mengatakan: bahwasanya pemakaian umum untuk rakyat harus menggunakan standar Amerika. Jika rakyat Amerika menerima metode abjad baru, maka akan

Page 84

menyulitkan bangsa Inggris untuk menerobos pasar Amerika. Karena itu, bukanlah hal asing bagi ilmuwan memasuki format mereka untuk mengukur subjektifitas bahasa.

2. Diversifikasi sumber pendanaan a. Persatuan penerbit Arab b. Penerbit besar, khusus di wilayah Arab, seperti Perpustakaan Libanon, Dār al ‘Ilmi dan

Dār Syurūqc. Penerbit pemerintah, seperti Majlis Umum Penulisd. Departemen Kebudayaan, seperti Majlis Tinggi Kebudayaan di Mesir, Majlis Nasional

Kebudayaan dan Kesenian di Kuwait, Yayasan untuk Kemajuan Ilmu Kuwait (Kuwait)e. Yayasan yang bernaung di bawah Perguruan Tinggi bahasa Arab seperti organisasi

bahasa Arab bidang Pendidikan Kebudayaan dan Ilmu (bermarkas di Tunis) dan Organisasi bangsa Arab untuk perkembangan Ekonomi dan sosial (Kuwait)

f kontribusi dan partisipasi individu Arab untuk kemajuan ilmu dan sastra 3. Dialog antar Pusat Studi Internasional

a. Yayasan Fullbrightb. Yayasan Franklinc. Yayasan Rockefeler

Di samping support dalam bentuk materi, diperlukan juga dukungan ilmu pengetahuan dari berbagai yayasan, seperti: a. Pusat Ragam Studi; Institute Kuwait Studi Ilmiah, Pusat Studi Bangsa-bangsab. Institute dan Fakultas Aplikasi Komputer, seperti Lembaga Kajian Statistik, Akademi

Komputer, dan Akademi Arsitekc. Departemen Bahasa Universitas Bahasa Arab d. Perhimpunan Bahasa Arab, Perhimpunan Bahasa Arab di Kairo, dan Pusat Koordinasi

Arabisasi di Rabate. Organisasi Bahasa, khususnya Organisasi Bahasa Arab di Tunisia

Satu hal yang harus diingat bahwasanya aktivitas yang bersinggungan dengan bahasa merupakan sebuah investasi dan profit mampu menutupi kekurangan biaya. Jika melihat pembuatan kamus di Britania, bahwasanya produksi kamus merupakan sebuah projek yang menguntungkan, meskipun dengan biaya besar, memakan waktu serta tenaga yang tidak sedikit, sebagaimana pembuatan kamus Oxford. Begitu juga dengan kamus Webster untuk mahasiswa universitas yang membeli edisi 8 lebih dari 11 juta copy dalam tempo 10 tahun. Kasus seperti ini juga terjadi pada kamus Birmingham yang terjual laris dengan cetak ulang 9 kali antara tahun 1987-1993. Sementara peran penting dari keberadaan organisasi-organisasi ini adalah pembuatan database bahasa dengan menggunakan komputer dan optical scanners untuk menyempurnakan produksi 10 jenis atau volume kamus, di samping juga manfaatnya dalam penyempurnaan bagian proyek bahasa trepan

Mungkin ada baiknya jika kita mengkalkulasi jenis kamus yang penyempurnaannya dapat selesai dalam tempo yang ditentukan: 1. Kamus Percakapan Bahasa Arab

a. kamus sejarah bahasa Arab, kisah kamus serta berbagai kegagalan yang nyaris menghalangi produksinya

b. kamus besar bahasa Arab dan pengalaman getir organisasi bahasa Arab dengan kamus ini di Kairo

c. kamus Tematik bahasa Arabd. kamus bahasa Arab Kontemporere. kamus sedang bahasa Arab (30 ribu entri)f. kamus saku bahasa Arab (15 ribu entri)g. kamus bergambar untuk anak-anak dan pemula (10 ribu entri)h. kamus saku bahasa Arab dasar (5 ribu entri)i. kamus dialek lokal, starata, dan profesi

Page 85

j. kamus bilingual dan multilingualKondisi ini memungkinkan kita untuk mendiversifikasi isi dan sistematika kamus agar

memuat kategori ejaan bunyi dan abjad (awal dan akhir) serta konjugasi sesuai dengan pola serta kemungkinan memproduksi dua jenis kamus, yaitu kamus elektronik dan kamus kertas.

2. Kamus Percakapan non-bahasa Araba. kamus bilingual dan multilingual; di dalamnya terdapat pluralitas bahasa kedua dari segi

pengguna kamus dengan mencontoh Negara Asyuria, Negara Islam blok timur yang baru merdeka. Kamus ini bisa dibagi dalam dua jenis, yaitu untuk pemahaman dan untuk pemakaian aktivitas sebagaimana penggabungan dua jenis dalam satu kamus.

b. kamus monolingual, berbeda dengan kamus percakapan bahasa Arab dalam pemilihan entri yang sesuai, memudahkan bahasa penjelas, memperbanyak contoh, ilustrasi, kekerabatan leksikon dan bahasa penjelas dangan kata-kata yang dibatasi.

c. kamus kata-kata dasar dalam bahasa Arab3. Kamus Istilah Ilmiah

a. kamus cabang ilmu tertentub. kamus komprehensif istilah ilmiah

4. Aneka jenis kamus khususa. kamus leksikon zaman Jahiliyah (mencakup periode penggunaannya)b. kamus leksikon bahasa asing yang di-Arab-kanc. kamus sinonimd. kamus kemiripan leksikon namun berbeda maknae. kamus antonimf. kamus kata yang mengandung makna bayakg. kamus etimologi atau asal katah. kamua kata kerja transitif dan intransitifi. kamus leksikon istilah, keterangan persesuaianj. kamus perulangan kata dan makna

Kondisi seperti tersebut di atas tidak akan membatasi profit databse bahasa bahkan sebaliknya akan menciptakan peluang pengkaji dari bagian ilmu bahasa terapan dan lainnya, seperti:

a. pelaksanaan analisis bahasa multilevel yang dimuali dari level teks sampai analisa sintaksis dan derivasi, makna, dan terakhir bunyi

b. aktivitas kajian dan studi ragam gaya bahasac. produksi program pengontrolan ucapan dan abjadd. konklusi komposisi sintaksis yang digunakan dalam bahasa kontemporere. hubungan formasi derivasif. pencatatan sejarah penggunaan kata yang pertama kali dalam bahasa g. pengetahuan akan peluang perkamusan, pentasrifan, pengetimologian dan lainnya

Aktivitas lainnya adalah mempersiapkan:a. implementasi yang komprehensif dengan aktivitas perkamusan yang diterbitkan.b. implementasi yang komprehensif dengan projek kamus yang beredar.c. implementasi yang komprehensif dengan pekerja khusus dalam bidang perkamusan.d. keahlian dan kemampuan yang dibutuhkan sebagai seorang “leksikolog”e. perencanaan atau projek pelatihan bagi pekerja perkamusan, seperti:

1) training akademik umum keahlian dasar dan teknik pekerjaan (leksikologi)2) pembekalan materi dasar ilmu bahasa dan ilmu komputer3) pegetahuan dan kemahiran yang memadai dalam menganalisis makna kata dan

penggunaannya, penciptaan makna baru yang tidak terdapat di kamus dengan mengetahui arti dasar sebuah kata.

4) penulis yang unggul untuk mencapai sebuah formasi sempurna, cermat, jelas, ringkas, dan berimbang sesuai dengan kebutuhan konsumen

f. program sesuai dengan silabi akademik yang berhubungan dengan pembuatan kamus.

Page 86

g. program sesuai dengan kurikulum universitas, khususnya studi perkamusan.h. organisasi khusus dan pusat kajian.i. Daur (putaran) penerbit dengan seminar-seminar, muktamar, dan organisasi yang terkait

dengan beragam keilmuan, khususnya kamus.j. program dengan tema beragam yang berhubungan dengan kamus.

Organisasi yang bertanggungjawab atas pemberian tingkat pekerjaan dan kemajuan program studi tinggi dalam perkamusan dengan cepat seperti yang banyak dilakukan oleh Perguruan Tinggi di Eropa dan Amerika; Perguruan Tinggi Indiana yang maju dengan berbagai program untuk mencapai tingkat magister (persiapan “teamwork”). Di samping itu, lembaga juga harus menegendalikan: a. penerbitan majalah khusus bidang perkamusan atau linguistik terapanb. keikutsertaan dalam muktamar, baik lokal, Arab, maupun internasional.c. kemajuan konsultasi dalam departemen bahasa, khususya yang terkait dengan aktivitas

organisasi, kebutuhan kurikulum teori dan praktik perkamusan.d. kepuasan penanggungjawab di Fakultas Sastra dan Bahasa akan kebutuhan terhadap

pembuatan pusat perkamusan, khusus bagi yang peduli pada studi leksikologi dan leksikografi.

e. semua arsip pusat tentang penggabungan materi referensi yang terakumulasi dalam kamus umum dan khusus, penulisan revisi bahasa, aktivitas organisasi bahasa dan kamus perimbangan bahasa, serta lainnya. Demikian pula pembuatan akan catalog setiap kosakata Arab dan meletakkannya pada satu unit.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Harb,Muhammad Khoir.1985.Mu’jam Al Madrosi.suriah:tanpa penerbit

Al-Badawi, Badurrohman.1977.Al-Manthiq Ash-Shauri Wa Riyadhi.Beirut:tanpa penerbit

Al-Bawwab, Marwan dkk.1996. Ihshou Al Af’al Al-Arabiyah Fi Al-Mu’jam Al-Hasubi. tanpa kota:Maktabah Lebanon

Afif, Abdurrohman.1987.Min Qodhoya Al-Mu’jamiyah Al-Arabiyah Al-Mu’ashiroh.Beirut: Dar Al-Ghorb Al-Islami

Ali, Abdul.1989.Qodhoya Al-Mu’jam Al-Arabi Fi Kitabat Ibn Thoyyib Asy-syarqi. Riyadh:tanpa penerbit

Al-Khothib,’Adnan.1967.Al-Mu’jam Al-Arabi Baina Al-Madhi Wa Al-Hadir.tanpa kota:Al-Ma’had Al-Muhus Wa Ad-Dirosat al-arabiyah

Al-khotib, Ahmad Syafiq.1987.Min Qodhoya Al-Mu’jamiyah Al-Arabiyah Al-Mu’ashiroh. Beirut: Dar Al-Ghorb Al-Islami

Al-khuli, Muhammad Ali.1987.Mu’jam Al-Lughoh Ath-Tathbiqi.tanpa kota:maktabah lebanon

Page 87

Al-lukhmi, Adib dkk.1994.Al-Muhith:Mu’jam Al-Lughoh Al-Arabiyah.tanpa kota:tanpa penerbit

Al-Musdi, Abdus Salam.1984.Qomus Al-Lisaniyat.tanpa kota:Ad-Dar Al-Arabi Li Al-Kitab

Asy-Syayi’, Nada. Tanpa tahun.Mu’jam Lughoh Dawawin Syu’aro Al-Mu’allaqot Al-asyr.tanpa kota:Maktabah Lebanon

As-Sayyid, Daud Hilmi.tanpa tahun. Al-Mu’jam Al-Injilizi Baina Madhi Wa Al-Hadir. Tanpa kota:Jami’ah Kuwait

Al-Qosimi, Ali.1985. Ilm Al-Lughoh Wa Shona’ah Al-Mu’jam. Tanpa kota:Jamiah Ar-Riyadh

Al-Ayid,Ahmad.1987.Hal Min Mu’jam Arabi Wa Wadhifi.Beirut: Dar Al-Ghorb Al-Islami

Aziz, Abdul.1987.Al-Mu’jam Al-Wasith Baina Al-Muhafadhoh Wa At-Tajdid.Beirut:Dar Al-Ghorb Al-Islami

Ba’labaki, Romzi.1990.Mu’jam Mushtolahat Al-Lughowiyah.tanpa kota:Dar Al-Ilm LiAl-Malayin

Dhoif, Syauqi.1984.Majma’ Al-Lughoh Al-Arabiyah Fi Khomsina ‘Aman.tanpa kota:Majma’ Al-Lughoh Al-Arabiyah

Gholi, Wajdi Riqz.tanpa tahun.Mu’jam Mu’jamat Al-Arabiyah.tanpa kota:Maktabah Lebanon

Hisamuddin, karim zaki.1985.At-Ta’bir Al-Ishtilahi.tanpa kota:Al-Anjalu Al-Mishriyah

Kholil, Hilmi.1997.Ilmu Al-Lughoh Inda Ibn Faris Baina An-Nadhor Wa Ath-Tathbiq.tanpa kota:Dhomnu A’mal Nadwah Jam’iyah Al-Mu’amiyah Al-Arabiyah Bi Tunis.

Musa, Ali Hilmi. 1972. Ihashoiyat Jadzwaru Mu’jam Lisan Al-Arab. tanpa kota:Jami’atu Al-kuwait

Nadhim,Salwa.1988. Al-Ma’ajim Al-Arabiyah. Tanpa kota :tanpa penerbit

Para Pakar Bahasa Arab.1983.Mu’jam Mushtholahat ‘Ilm Al-Lughoh Al-Hadits.tanpa kota: Maktabah Lebanon

Umar, Ahmad Mukhtar.1988.Al-Bahts Al-Lughowi ‘Inda Al-Arab.tanpa kota:Alam Al-Kutub

Umar, Ahmad Mukhtar.1972.Al-Bahts Al-Lughowi ‘Inda Al-Hanudi. Beirut:Dar Tsaqofah

Umar, Ahmad Mukhtar.1991.Dirosah Ash-Shout Al-Lughowi.tanpa kota:Alam Al-Kutub

Umar, Ahmad Mukhtar.1976.Ilmu Ad-Dilalah.Tanpa kota:Alam Al-Kutub

Umar, Ahmad Mukhtar .1995.Muhadhorot Fi ‘Ilm Al-Lughoh Al-Hadits.tanpa kota:Alam Al-kutub

Page 88

Umar, Ahmad Mukhtar.1997.Al-Mu’jam Al-‘Arabi Al-Hadits Wa Al-Khuruj Mi Ad-Dairah Al-Mughlaqoh.tanpa kota:Majallah Kulliyah Daru Al-Ulum Al-Adad

Tanpa pengarang.1976.Ar-Roshid Al-Lughowi Al-Wadhifi.Tunisia:Al-Lajnah Ad-Daimah Li Roshid Al-Lughowi

Tanpa pengarang.Al-Qomus Al-Muhith Li Fairuzabadi

Tanpa pengarang.1996.Katalog Al-Mu’jam 95. Tanpa kota:Maktabah Lebanon

Tanpa pengarang.Lisanu Al-Arab Li Ibn Mandhur

Tanpa pengarang. Al-mukhoshosh Li Ibn Sayidah

Tanpa pengarang.1989.Al-Mu’jam Al-Arabi Al-Asasi.tanpa kota:tanpa pengarang

Tanpa pengarang.1989.Al-Mu’jam Al-Muwahhid Li Mushtholahat Al-Lisaniyat. Tunisia: Maktab Tansiq At-Ta’rib

Tanpa pengarang.Al-Mu’jam Al-Wasith Li Jami’ Al-Lughoh Al-Arabiyah Bi Qohiroh

Page 89