diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada asuhan keperawaan bayi dan anak dengan hiv.doc

4
1. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada asuhan keperawaan bayi dan anak dengan HIV/ AIDS 1) Keseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh 2) Resiko kekurangan volume cairan 3) Kerusakan membran mukosa oral 2. Rencana keperawatan yang diberikan sesuai dengan diagnosa keperawatan No . Diagnosa keperawatan Kriteria hasil Intervensi keperawatan 1 Keseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan menelan/ kesulitan menelan, infeksi saluran pencernaan, atau peningkatan status metabolisme dan status nutrisi, yang ditandai dengan : DS/ DO + Penurunan berat badan + Kehilangan lemak subkutan dan massa otot (wasting syndrome) + Penurunan nafsu makan + Perubahan sensasi rasa + Kram perut + Menunjukkan adanya peningkatan bising usus + Diare + Sariawan, luka/ inflamasi mukosa mulut + Hasil pemeriksaan laboratorium, menunjukkan defisiensi vitamin, mineral, dan protein + Adanya gangguan/ ketidakseimbangan NOC (status nutrisi) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7x24 jam, tidak terjadi penurunan berat badan pada klien, dengan kriteria : Menunjukkan peningkatan berat badan Bebas dari tanda- tanda malnutrisi Menunjukkan peningkatan tingkat energi NIC (Monitoring status nutrisi) 1) Kaji kemampuan untuk mengunyah, merasakan, dan menelan. R/ Lesi pada area mulut seperti, herpes simpleks, OHL, dan kandidiasis oral membatasi kemampuan mengunyah klien dan menurunkan nafsu makan 2) Kaji bising usus. R/ Hipermotilitas usus mengindikasikan adanya muntah dan diare. Pada kasus CMV, mengindikasikan adanya intoleransi pada laktulosa 3) Kaji berat badan sesuai indikasi, evaluasi berat badan pada awal sakit dan bandingkan dengan pengukuran rutin setiap minggu. R/ Mengkaji tingkat kebutuhan nutrisi dan kecukupan intake 4) Kaji adanya efek samping dari terapi. R/ pengobatan profilaksis atau anti-retroviral bisa menimbulkan efek samping terhadap status nutrisi, seperti ZDV menimbulkan mual dan muntah (Terapi nutrisi) 5) Batasi makanan yang dapat merangsang mual dan tidak dapat ditoleransi oleh klien sehubungan dengan adanya luka di mulut klien. R/ rasa nyeri yang ditumbulkan oleh luka di mulut dapat menyebabkan klien tidak suka makan 6) Buat jadwal antara pemberian obat dan waktu makan, batasi masukan cairan peroral waktu makan jika dapat ditoleransi kecuali jika

Upload: rudianto-ahmad

Post on 10-Nov-2015

14 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

1. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada asuhan keperawaan bayi dan anak dengan HIV/ AIDS1) Keseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

2) Resiko kekurangan volume cairan

3) Kerusakan membran mukosa oral

2. Rencana keperawatan yang diberikan sesuai dengan diagnosa keperawatan

No.Diagnosa keperawatanKriteria hasilIntervensi keperawatan

1Keseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan menelan/ kesulitan menelan, infeksi saluran pencernaan, atau peningkatan status metabolisme dan status nutrisi, yang ditandai dengan :

DS/ DO

Penurunan berat badan

Kehilangan lemak subkutan dan massa otot (wasting syndrome)

Penurunan nafsu makan

Perubahan sensasi rasa

Kram perut

Menunjukkan adanya peningkatan bising usus

Diare

Sariawan, luka/ inflamasi mukosa mulut

Hasil pemeriksaan laboratorium, menunjukkan defisiensi vitamin, mineral, dan protein

Adanya gangguan/ ketidakseimbangan elektrolit NOC (status nutrisi)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7x24 jam, tidak terjadi penurunan berat badan pada klien, dengan kriteria :

Menunjukkan peningkatan berat badan

Bebas dari tanda-tanda malnutrisi

Menunjukkan peningkatan tingkat energiNIC

(Monitoring status nutrisi)

1) Kaji kemampuan untuk mengunyah, merasakan, dan menelan. R/ Lesi pada area mulut seperti, herpes simpleks, OHL, dan kandidiasis oral membatasi kemampuan mengunyah klien dan menurunkan nafsu makan

2) Kaji bising usus. R/ Hipermotilitas usus mengindikasikan adanya muntah dan diare. Pada kasus CMV, mengindikasikan adanya intoleransi pada laktulosa

3) Kaji berat badan sesuai indikasi, evaluasi berat badan pada awal sakit dan bandingkan dengan pengukuran rutin setiap minggu. R/ Mengkaji tingkat kebutuhan nutrisi dan kecukupan intake 4) Kaji adanya efek samping dari terapi. R/ pengobatan profilaksis atau anti-retroviral bisa menimbulkan efek samping terhadap status nutrisi, seperti ZDV menimbulkan mual dan muntah(Terapi nutrisi)

5) Batasi makanan yang dapat merangsang mual dan tidak dapat ditoleransi oleh klien sehubungan dengan adanya luka di mulut klien. R/ rasa nyeri yang ditumbulkan oleh luka di mulut dapat menyebabkan klien tidak suka makan

6) Buat jadwal antara pemberian obat dan waktu makan, batasi masukan cairan peroral waktu makan jika dapat ditoleransi kecuali jika cairan peroral mempunyai nilai nutrisi. R/ Lambung yang penuh menurunkan nafsu makan dan masukan makanan peroral7) Berikan perawatan mulut secara teratur, hindari penggunaan alkohol dalam tindakan. R/ Mengurangi perasaan tidak nyaman pada mulut, perawatan mulut yang teratur dapat meningkatkan nafsu makan.(Kolaborasi)

8) Dalam pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui BUN, LFT, kadar glukosa, elektrolit dan albumin klien. R/ Mengindikasikan status nutrisi klien, fungsi organ liver dan mengetahui kebutuhan elektrolit yang dibutuhkan.

9) Konsul dengan ahli gizi. R/ Menyediakan diet yang tepat bagi klien.10) Berikan pengobatan sesuai indikasi, seperti anti emetik, anti diare dan antibiotik. R/ Anti emetik untuk menurunkan gejala muntah, anti diare untuk mengurangi adanya hipermotilitas saluran GI, dan antibiotik untuk mencegah adanya infeksi.

2Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan status hipermetabolik, intake inadekuat, dan kehilangan cairan berlebih sekunder diare kronik, muntah, dan diaforesisNOC (Hidrasi)Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam status hidrasi klien adekuat, yang ditandai dengan :

Membran mukosa tampak lembab

Turgor kulit baik

Tanda-tanda vital stabil

Produksi urin adekuatNIC (Resusitasi cairan)(Mandiri)

1) Monitor tanda-tanda vital. Kaji adanya hipotensi postural dan peningkatan suhu tubuh. R/ Indikator volume sirkulasi adalah tekanan darah yang stabil, demam merupakan gejala yang sering pada klien dengan HIV positif

2) Kaji membran mukosa, turgor kulit dan keluhan haus. R/ Merupakan indikasi dari status vairan tubuh

3) Monitor intake peroral dan pastikan masukan cairan 2500cc/ hari jika tidak ada kontraindikasi. R/ Menjaga keseimbangan cairan, mengurangi haus, dan menjaga membra mukosa tetap lembab.

(Kolaborasi) 4) Berikan cairan dan elektrolit melalui intravena, atur tetesan dengan tepat. R/ Menjaga volume sirkulasi tetap adekuat, terutama jika masukan peroral tidak adekuat.5) Periksa laboratorium sesuai indikasi, seprti elektrolit serum dan urin. R/ Untuk menjaga kemungkinan adanya gangguan elektrolit dan memperkirakan jumlah hidrasi yang adekuat.

3Kerusakan membran mukosa oral berhubungan dengan penurunan imunitas, adanya lesi akibat kuman pathogen, dehidrasi, malnutrisi, oral higien inefektif, dan efek samping terapi, yang ditandai dengan :

DS/ DO

Adanya lesi pada mukosa oral

Perasaan tidak nyaman pada area mulut Oral higien yang tidak efektif Adanya OHL, herpes simpleks dan cheillitis angularNOC ( Oral hygiene)Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, menunjukan adanya membran mukosa oral yang baik, dan bebas dari inflamasiNIC (Oral hygiene)1) Kaji membran mukosa mulut, dokumentasikan adanya nyeri, bengkak, kesulitan mengunyah atau menelan. R/ Kerusakan pada membran mukosa oral menyebabkan sensasi nyeri, kesulitan mengunyah dan menelan.

2) Berikan oral hygiene tiap hari setelah makan, menggunakan sikat yang lembut dan tanpa lakohol. R/ Mengurangi sensasi tidak nyaman, mencegah terbentuknya zat asam akibat sisa makanan yang tersisa di mulut

3) Anjurkan klien minum 2500cc/ hari. R/ Untuk menjagamukosa oral tetap lembab

4) Anjurkan klien berkumur dengan normal saline atau hidrogen peroksida encer. R/ Untuk mencegah penyebaran infeksi kandida dan menimbulkan perasaan nyaman di mulut.(kolaborasi)

5) Jadwalkan adanya kultur lesi oral. R/ Menunjukkan agen penyebab dan mampu memberikan terapi dengan tepat.

6) Berikan pengobatan sesuai indikasi. R/ Pilihan obat sesuai indikasi tergantung dari bakteri penyebab, seperti kandida

7) Konsultasikan pada dokter gigi jika infeksi meluas pada gigi dan gusi. R/ diberikan terapi yang tepat untuk mencegah kehilangan gigi

Sumber :

Marylin E. Doengoes, et.al.,(2010). Nursing Care Plans : Guidelines for individualizing client care across the life span, 8th edition. Philadelphia : F.A. Davis Company