definisi

20
A. Definisi Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah terhadap pembuluh darah. Tekanan darah dipengaruhi volume darah dan elastisitas pembuluh darah. Peningkatan tekanan darah disebabkan peningkatan volume darah atau elastisitas pembuluh darah. Sebaliknya, penurunan volume darah akan menurunkan tekanan darah (Ronny et al, 2010) Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (Silent Killer), karena termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai dengan gejala- gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya. B. Epidemiologi Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang membutuhkan perhatian karena dapat menyebabkan kematian utama di Negara-negara maju maupun Negara berkembang. Menurut survey yang dilakukan oleh Word

Upload: khairunnisa-rahadatul-aisy-sodikin

Post on 29-Jan-2016

219 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

j

TRANSCRIPT

Page 1: Definisi

A. Definisi

Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah terhadap pembuluh

darah. Tekanan darah dipengaruhi volume darah dan elastisitas pembuluh darah.

Peningkatan tekanan darah disebabkan peningkatan volume darah atau elastisitas

pembuluh darah. Sebaliknya, penurunan volume darah akan menurunkan tekanan

darah (Ronny et al, 2010)

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah

sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg.

Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada

pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa

oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Hipertensi

sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (Silent Killer), karena termasuk

penyakit yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu

sebagai peringatan bagi korbannya.

B. Epidemiologi

Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang membutuhkan perhatian

karena dapat menyebabkan kematian utama di Negara-negara maju maupun

Negara berkembang. Menurut survey yang dilakukan oleh Word Health

Organization (WHO) pada tahun 2000, jumlah penduduk dunia yang menderita

hipertensi untuk pria sekitar 26,6% dan wanita sekitar 26,1% dan diperkirakan

pada tahun 2025 jumlahnya akan meningkat menjadi 29,2% (Apriany, 2012)

Prevalensi penderita hipertensi di Indonesia terus terjadi peningkatan. Hasil

Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2000 sebesar 21% menjadi

26,4% dan 27,5% pada tahun 2001 dan 2004. Selanjutnya, diperkirakan

meningkat lagi menjadi 37% pada tahun 2015 dan menjadi 42% pada tahun

2025. (Dinkesprov, 2011)

C. Tanda dan Gejala

1. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan

tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal

Page 2: Definisi

ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri

tidak terukur.

2. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi

nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim

yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

D. Klasifikasi

Beberapa klasifikasi hipertensi:

1. Klasifikasi Menurut Joint National Commite 7

Komite eksekutif dari National High Blood Pressure Education

Program merupakan sebuah organisasi yang terdiri dari 46 professionalm

sukarelawan, dan agen federal. Mereka mencanangkan klasifikasi JNC

(Joint Committe on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of

High Blood Pressure) pada tabel 1, yang dikaji oleh 33 ahli hipertensi

nasional Amerika Serikat (Sani, 2008).

Tabel 1Klasifikasi Menurut JNC (Joint National Committe on Prevention,

Detection, Evaluatin, and Treatment of High Blood Pressure)

Kategori Tekanan Darah menurut JNC 7

Kategori Tekanan Darah menurut JNC 6

Tekanan Darah Sistol (mmHg)

dan/ atau

Tekanan Darah Diastol (mmHg)

Normal Optimal < 120 dan < 80Pra-Hipertensi 120-139 atau 80-89- Nornal < 130 dan < 85- Normal-Tinggi 130-139 atau 85-89Hipertensi: Hipertensi:Tahap 1 Tahap 1 140-159 atau 90-99Tahap 2 - ≥ 160 atau ≥ 100- Tahap 2 160-179 atau 100-109

Tahap 3 ≥ 180 atau ≥ 110 (Sumber: Sani, 2008)

Page 3: Definisi

Data terbaru menunjukkan bahwa nilai tekanan darah yang

sebelumnya dipertimbangkan normal ternyata menyebabkan peningkatan

resiko komplikasi kardiovaskuler. Data ini mendorong pembuatan

klasifikasi baru yang disebut pra hipertensi (Sani, 2008).

2. Klasifikasi Menurut WHO (World Health Organization)

WHO dan International Society of Hypertension Working Group

(ISHWG) telah mengelompokkan hipertensi dalam klasifikasi optimal,

normal, normal-tinggi, hipertensi ringan, hipertensi sedang, dan hipertensi

berat (Sani, 2008).

Tabel 2Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO

Kategori Tekanan Darah Sistol (mmHg)

Tekanan Darah Diatol (mmHg)

OptimalNormalNormal-Tinggi

< 120< 130130-139

< 80< 8585-89

Tingkat 1 (Hipertensi Ringan)Sub-group: perbatasan

140-159140-149

90-9990-94

Tingkat 2 (Hipertensi Sedang) 160-179 100-109Tingkat 3 (Hipertensi Berat) ≥ 180 ≥ 110Hipertensi sistol terisolasi(Isolated systolic hypertension)Sub-group: perbatasan

≥ 140

140-149

< 90

<90(Sumber: Sani, 2008)

3. Klasifikasi Menurut Chinese Hypertension Society

Menurut Chinese Hypertension Society (CHS) pembacaan tekanan

darah <120/80 mmHg termasuk normal dan kisaran 120/80 hingga 139/89

mmHg termasuk normal tinggi (Shimamoto, 2006).

Page 4: Definisi

Tabel 3Klasifikasi Hipertensi Menurut CHS

Tekanan Darah Sistol (mmHg)

Tekanan Darah Diastol (mmHg)

CHS-2005

< 120 < 80 Normal120-129 80-84 Normal-Tinggi130-139 85-89

Tekanan Darah Tinggi

140-159 90-99 Tingkat 1160-179 100-109 Tingkat 2

≥ 180 ≥ 110 Tingkat 3≥ 140 ≤ 90 Hypertensi Sistol

Terisolasi(Sumber: Shimamoto, 2006)

4. Klasifikasi menurut European Society of Hypertension (ESH)

Klasifikasi yang dibuat oleh ESH adalah:

1. Jika tekanan darah sistol dan distol pasien berada pada kategori yang

berbeda, maka resiko kardiovaskuler, keputusan pengobatan, dan

perkiraan afektivitas pengobatan difokuskan pada kategori dengan

nilai lebih.

2. Hipertensi sistol terisolasi harus dikategorikan berdasarkan pada

hipertensi sistol-distol (tingkat 1, 2 dan 3). Namun tekanan diastol

yang rendah (60-70 mmHg) harus dipertimbangkan sebagai resiko

tambahan.

Page 5: Definisi

3. Nilai batas untuk tekanan darah tinggi dan kebutuhan untuk memulai

pengobatan adalah fleksibel tergantung pada resiko kardiovaskuler

total.

Tabel 4Klasifikasi menurut ESH

Kategori Tekanan Darah Sistol (mmHg)

Tekanan Darah Diastol(mmHg)

Optimal < 120 dan < 80Normal 120-129 dan/atau 80-84Normal-Tinggi 130-139 dan/atau 85-89Hipertensi tahap 1 140-159 dan/atau 90-99Hipertensi tahap 2 160-179 dan/atau 100-109Hipertensi tahap 3 ≥ 180 dan/atau ≥ 110Hipertensi sistol terisolasi

≥ 140 Dan < 90

(Sumber: Mancia G, 2007)

5. Klasifikasi menurut International Society on Hypertension in Blcks

(ISHIB) (Douglas JG, 2003)

Klasifikasi yang dibuat oleh ISHIB adalah:

1) Jika tekanan darah sistol dan diastole pasien termasuk ke dalam dua

kategori yang berbeda, maka klasifikasi yang dipilih adalah

berdasarkan kategori yang lebih tinggi.

2) Diagnosa hipertensi pada dasarnya adalah rata-rata dari dua kali atau

lebih pengukuran yang diambil pada setiap kunjunga.

Page 6: Definisi

3) Hipertensi sistol terisolasi dikelompokkan pada hipertensi tingkat 1

sampai 3 berdasarkan tekanan darah sistol (≥ 140 mmHg) dan diastole

( < 90 mmHg).

4) Peningkatan tekanan darah yang melebihi target bersifat kritis karena

setiap peningkatan tekanan darah menyebabkan resiko kejadian

kardiovaskuler.

Tabel 5Klasifikasi Hipertensi Menurut ISHIB

Kategori Tekanan Darah Sistol (mmHg)

Tekanan Darah Diastol (mmHg)

Optimal < 120 dan < 80Normal < 130 dan/atau < 85Normal-Tinggi 130-139 dan/atau 85-89Hipertensi Tahap 1 140-159 dan/atau 90-99Hipertensi Tahap 2 160-179 dan/atau 100-109Hipertensi Tahap 3 ≥ 180 dan/atau ≥ 110Hipertensi Sistol terisolasi

≥ 140 dan < 90

(Sumber: Douglas JG, 2003)

6. Klasifikasi berdasarkan hasil konsesus Perhimpunan Hipertensi Indonesia

(Sani, 2008).

Pada pertemuan ilmiah Nasional pertama perhimpunan hipertensi

Indonesia 13-14 Januari 2007 di Jakarta, telah diluncurkan suatu

konsensus mengenai pedoman penanganan hipertensi di Indonesia yang

ditujukan bagi mereka yang melayani masyarakat umum:

Page 7: Definisi

1) Pedoman yang disepakati para pakar berdasarkan prosedur standar dan

ditujukan untuk meningkatkan hasil penanggulangan ini kebanyakan

diambil dari pedoman Negara maju dan Negara tetangga, dikarenakan

data penelitian hipertensi di Indonesia yang berskala Nasional dan

meliputi jumlah penderita yang banyak masih jarang.

2) Tingkatan hipertensi ditentukan berdasarkan ukuran tekanan darah

sistolik dan diastolik dengan merujuk hasil JNC dan WHO.

3) Penentuan stratifikasi resiko hipertensi dilakukan berdasarkan

tingginya tekanan darah, adanya faktor resiko lain, kerusakan organ

target dan penyakit penyerta tertentu.

Tabel 6Klasifikasi Hipertensi Menurut Perhimpunan Hipertensi Indonesia

Kategori Tekanan Darah Sistol (mmHg)

dan/atau Tekanan Darah Diastol (mmHg)

Normal <120 Dan <80Prehipertensi 120-139 Atau 80-89Hipertensi Tahap 1

140-159 Atau 90-99

Hipertensi Tahap 2

≥160-179 Atau ≥100

Hipertensi Sistol terisolasi

≥140 Dan <90

(Sumber: Sani, 2008)

Klasifikasi hipertensi menurut bentuknya ada dua yaitu hipertensi

sistolik dan hipertensi diastolik (Smith, Tom, 1986:7). Pertama yaitu

hipertensi sistolik adalah jantung berdenyut terlalu kuat sehingga dapat

meningkatkan angka sistolik. Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya

tekanan pada arteri bila jantung berkontraksi (denyut jantung). Ini adalah

Page 8: Definisi

tekanan maksimum dalam arteri pada suatu saat dan tercermin pada hasil

pembacaan tekanan darah sebagai tekanan atas yang nilainya lebih besar.

Kedua yaitu hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh darah kecil

menyempit secara tidak normal, sehingga memperbesar tahanan terhadap

aliran darah yang melaluinya dan meningkatkan tekanan diastoliknya.

Tekanan darah diastolik berkaitan dengan tekanan dalam arteri bila jantung

berada dalam keadaan relaksasi diantara dua denyutan. Sedangkan menurut

Arjatmo T dan Hendra U (2001) faktor yang mempengaruhi prevalensi

hipertensi antara lain ras, umur, obesitas, asupan garam yang tinggi, adanya

riwayat hipertensi dalam keluarga.

Klasifikasi hipertensi menurut sebabnya dibagi menjadi dua yaitu

sekunder dan primer. Hipertensi sekunder merupakan jenis yang penyebab

spesifiknya dapat diketahui (Lanny Ssustrani, dkk, 2004).

Klasifikasi hipertensi menurut gejala dibedakan menjadi dua yaitu

hipertensi Benigna dan hipertensi Maligna. Hipertensi Benigna adalah

keadaan hipertensi yang tidak menimbulkan gejala-gejala, biasanya ditemukan

pada saat penderita dicek up. Hipertensi Maligna adalah keadaan hipertensi

yang membahayakan biasanya disertai dengan keadaan kegawatan yang

merupakan akibat komplikasi organ-organ seperti otak, jantung dan ginjal

(Mahalul Azam,2005).

E. Faktor Risiko

1. Faktor yang tidak dapat diubah/dikontrol.

a. Umur

Page 9: Definisi

Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua seseorang

semakin besar risiko terserang hipertensi. Umur lebih dari 40 tahun

mempunyai risiko terkena hipertensi. Dengan bertambahnya umur, risiko

terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi di kalangan

usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50 %

diatas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitasnya atau kelenturannya

dan tekanan darah seiring bertambahnya usia, kebanyakan orang

hipertensinya meningkat ketika menjelang usia 50 dan 60 tahun.

b. Jenis Kelamin

Bila ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata

terdapat angka yang cukup bervariasi. Dari laporan Sugiri di

Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi 6,0% untuk pria dan 11,6%

untuk wanita. Prevalensi di Sumatera Barat 18,6% pria dan 17,4%

perempuan, sedangkan daerah perkotaan di Jakarta (Petukangan)

didapatkan 14,6%pria dan 13,7% wanita.

c. Riwayat Keluarga

Orang-orang dengan sejarah keluarga yang mempunyai hipertensi

lebih sering menderita hipertensi. Riwayat keluarga dekat yang

menderita hipertensi (faktor keturunan) juga mempertinggi risiko

terkena hipertensi terutama pada hipertensi primer. Keluarga yang

memiliki hipertensi dan penyakit jantung meningkatkan risiko hipertensi

2-5 kali lipat. Jika kedua orang tua kita mempunyai hipertensi,

kemungkinan kita mendapatkan penyakit tersebut 60%.

d. Genetik

Seorang penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer

(esensial) apabila dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi

terapi, bersama lingkungannya akan menyebabkan hipertensinya

berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul tanda dan

gejala.

2. Faktor yang dapat diubah/dikontrol

Page 10: Definisi

a. Kebiasaan Merokok

Rokok juga dihubungkan dengan hipertensi. Hubungan antara

rokok dengan peningkatan risiko kardiovaskuler telah banyak

dibuktikan.Selain dari lamanya, risiko merokok terbesar tergantung pada

jumlah rokok yang dihisap perhari. Seseoramg lebih dari satu pak rokok

sehari menjadi 2 kali lebih rentan hipertensi dari pada mereka

yang tidak merokok.4Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan

karbon monoksida yang dihisap melalui rokok, yang masuk

kedalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh

darah arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan hipertensib

b. Konsumsi Asin/Garam

Garam merupakan faktor yang sangat penting dalam patogenesis

hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa

dengan asupan garam yang minimal. Asupan garam kurang dari 3 gram

tiap hari menyebabkan prevalensi hipertensi yang rendah, sedangkan jika

asupan garam antara 5-15 gram perhari prevalensi hipertensi meningkat

menjadi 15-20 %. Pengaruh asupan terhadap timbulnya hipertensi terjadi

melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah.

Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena

menarik cairan diluar sel agar tidak keluar, sehingga akan meningkatkan

volume dan tekanan darah. Pada manusia yang mengkonsumsi garam

3gram atau kurang ditemukan tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan

asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan darahnya rata-rata lebih tinggi.

Konsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram/hari setara

dengan 110 mmol natrium atau 2400 mg/hari.

c. Konsumsi Lemak Jenuh

Kebiasaan konsumsi lemak jenuh erat kaitannya

denganpeningkatan berat badan yang berisiko terjadinya hipertensi.

Konsumsi lemak jenuh juga meningkatkan risiko aterosklerosis

yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah. Penurunan

Page 11: Definisi

konsumsi lemak jenuh, terutama lemak dalam makanan yang

bersumber dari hewan dan peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh

secukupnya yang berasal dari minyak sayuran, biji-bijian dan

makanan lain yang bersumber dari tanaman dapat menurunkan

tekanan darah.

d. Penggunaan Jelantah

Jelantah adalah minyak goreng yang sudah lebih dari satu kali dipakai

untuk menggoreng, dan minyak goreng ini merupakan minyak yang telah

rusak. Bahan dasar minyak goreng bisa bermacam-macam seperti kelapa,

sawit, kedelai, jagung dan lain-lain. Meskipun beragam, secara kimia isi

kendungannya sebetulnya tidak jauh berbeda, yakni terdiri dari

beraneka asam lemak jenuh (ALJ) dan asam lemak tidak jenuh (ALTJ).

Dalam jumlah kecil terdapat lesitin, cephalin, fosfatida, sterol, asam lemak

bebas, lilin, pigmen larut lemak, karbohidrat dan protein. Hal yang

menyebabkan berbeda adalah komposisinya, minyaksawit mengandung

sekitar 45,5% ALJ yang didominasi oleh lemak palmitat dan

54,1% ALTJ yang didominasi asam lemak oleat sering juga disebut

omega-9. minyak kelapa mengadung 80% ALJ dan 20% ALTJ sementara

minyak zaitun dan minyak biji bunga matahari hampir 90%komposisinya

adalah ALTJ.

e. Kebiasaan Konsumsi Minum Minuman Beralkohol

Alkohol juga dihubungkan dengan hipertensi. Peminum alkohol berat

cenderung hipertensi meskipun mekanisme timbulnya hipertensi belum

diketahui secara pasti. Orang orang yang minum alkohol terlalu sering

atau yang terlalu banyak memiliki tekanan yang lebih tinggi daripada

individu yang tidak minum atau minum sedikit.

f. Obesitas

Obesitas erat kaitannya dengan kegemaran mengkonsumsi

makanan yang mengandung tinggi lemak. Obesitas meningkatkan risiko

terjadinya hipertensi karena beberapa sebab. Makin besar massa tubuh,

Page 12: Definisi

makin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen

dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti volume darah yang

beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi

tekanan lebih besar pada dinding arteri. Kelebihan berat badan

juga meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kadar insulin dalam

darah. Peningkatan insulin menyebabkan tubuh menahan natrium dan air.

Berat badan dan indeks Massa Tubuh (IMT) berkorelasi langsung

dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Risiko relatif

untuk menderita hipertensi pada orang obes 5 kali lebih

tinggidi bandingkan dengan seorang yang berat badannya normal.

Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30 % memiliki berat badan

lebih.

g. Olahraga

Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita

hipertensi karena meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang

tidak aktif juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang

lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap

kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus memompa, makin

besar tekanan yang dibebankan pada arteri.

h. Stres

Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu dan

bila stres sudah hilang tekanan darah bisa normal kembali. Peristiwa

mendadak menyebabkan stres dapat meningkatkan tekanan darah, namun

akibat stress berkelanjutan yang dapat menimbulkan hipertensi belum

dapat dipastikan.

i. Penggunaan Estrogen

Estrogen meningkatkan risiko hipertensi tetapi secara

epidemiologi belum ada data apakah peningkatan tekanan darah tersebut

disebabkan karena estrogen dari dalam tubuh atau dari

penggunaan kontrasepsi hormonal estrogen. MN Bustan menyatakan

Page 13: Definisi

bahwa dengan lamanya pemakaian kontrasepsi estrogen (± 12 tahun

berturut-turut),akan meningkatkan tekanan darah perempuan.