daftar isi filepernyataan keaslian karya ilmiah mahasiswa..... v ucapan terima kasih ..... vi...
TRANSCRIPT
DAFTAR ISI
PRASYARAT GELAR ......................................................................................... iiLEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iiiPENETAPAN PANITIA PENGUJI ................................................................... ivPERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILM IAH MAHASISWA.................... vUCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................... viABSTRAK ............................................................................................................ viiiABSTRACT........................................................................................................... ixRINGKASAN ....................................................................................................... xDAFTAR TABEL .................................................................................................xivDAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xvDAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kerangka Berpikir..............................................................................35Gambar 3.2 Konsep Penelitian..............................................................................36Gambar 4.1 Rancangan Penelitian.........................................................................45
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Diagram Pertimbangan Pemberian Opini Audit Going Concern.......87Lampiran 2 Daftar Perusahaan Sampel..................................................................88Lampiran 3 Hasil Statistik Deskriptif....................................................................90Lampiran 4 Hasil Analisis Regresi Logistik..........................................................91
ABSTRAK
KEMAMPUAN PRIOR OPINION MEMODERASI PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, LIKUIDITAS, PERTUMBUHAN
PERUSAHAAN DAN RASIO AKTIVITAS TERHADAP OPINI AUDIT GOING CONCERN
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris kemampuan prior opinion memoderasi pengaruh profitabilitas, leverage, likuiditas, pertumbuhan perusahaan dan rasio aktivitas terhadap pemberian opini audit going concern. Opini going concern merupakan opini audit yang dikeluarkan oleh auditor untuk menilai kemungkinan adanya kesangsian besar terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu yang tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan audit. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang tidak konsisten terkait dengan pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap pemberian opini audit going concern. Perbedaan hasil penelitian tersebut dapat diselesaikan melalui pendekatan kontinjensi, dimana variabel prior opinion diduga memoderasi pengaruh rasio keuangan seperti profitabilitas, leverage, likuiditas, pertumbuhan perusahaan dan rasio aktivitas terhadap pemberian opini audit going concern.
Penelitian ini menggunakan data sekunder. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2015. Jumlah sampel dalam penelitian adalah 438 sampel yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi logistik. Hasil yang diperoleh adalah prior opinion memoderasi dan memperlemah pengaruh profitabilitas yang diproksikan dengan ROA pada pemberian opini going concern, namun prior opinion tidak memoderasi dan memperkuat pengaruh leverage pada pemberian opini audit going concern, serta prior opinion tidak memoderasi dan memperlemah pengaruh likuiditas, pertumbuhan perusahaan dan rasio aktivitas pada pemberian opini audit going concern.
Kata kunci: prior opinion, opini audit going concern, profitabilitas, leverage, likuiditas, pertumbuhan perusahaan, rasio aktivitas.
ABSTRACT
PRIOR OPINION’S ABILITY AS MODERATING VARIABLE OF PROFITABILITY, LEVERAGE, LIQUIDITY, GROWTH COMPANIES AND ACTIVITIY RATIOS ON GOING CONCERN AUDIT OPINION
This study aimed to get empirical evidence of prior opinions in its ability to moderate the effect of profitability, leverage, liquidity, company growth and activity ratios on going concern audit opinion. Going concern opinion is an audit opinion issued by the auditor to assess whether there is substantial doubt on the entity's ability to maintain its viability in a time period not exceeding one year from the date of the audit report. Several previous studies have shown inconsistent results relating to the effect of financial ratios in the administration of going concern audit opinion. The difference results of these studies can be completed through a contingency approach, in which variables prior opinion allegedly moderating influence of financial ratios such as profitability, leverage, liquidity, growth and activity ratios to administration going concern audit opinion.
This study uses secondary data. The population in this research is manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange 2010-2015 period. The number of samples in the study were 438 samples were selected by purposive sampling. Data analysis technique used is the logistic regression analysis. The results obtained are prior opinion moderates and weaken the influence of profitability which is proxied by ROA on giving going concern audit opinions, but prior opinion does not moderate and strengthening the influence of leverage on giving going concern audit opinion, and prior opinion does not moderate and weaken the influence of liquidity, the company's growth and activity ratio on going concern audit opinion.
Keywords: prior opinion, going concern audit opinion, profitability, leverage, liquidity, company growth, activity ratio.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Auditor memiliki peranan penting untuk memediasi antara
kepentingan investor dan perusahaan, dimana investor berperan sebagai
pengguna laporan keuangan dan perusahaan memiliki peran sebagai penyedia
laporan keuangan. Data perusahaan akan lebih mudah dipercaya oleh investor
dan pengguna laporan keuangan lainnya apabila telah mencerminkan
gambaran mengenai posisi keuangan, kinerja perusahaan, serta kondisi
perusahaan yang sesungguhnya. Pernyataan auditor yang diungkapkan
melalui opini audit akan membuat laporan data yang terdapat di dalam
laporan keuangan perusahaan auditan menjadi semakin dipercaya oleh
pengguna laporan keuangan.
Setelah auditor independen melakukan tugas pengauditan atas laporan
keuangan suatu perusahaan, maka auditor independen tersebut akan
memberikan pendapat atau opini yang sesuai dengan kondisi sebenarnya dari
perusahaan yang diauditnya. Jika dalam proses identifikasi informasi
mengenai kondisi perusahaan auditor tidak menemukan adanya salah saji
material yang menyebabkan kesangsian besar terhadap kemampuan entitas
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, maka auditor akan
memberikan opini audit non going concern dan opini audit going concern
akan diberikan kepada perusahaan yang oleh auditor diragukan
kemampuannya dalam menjaga kelangsungan usaha perusahaan (Sari, 2012).
Going concern adalah kemampuan satuan usaha dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya selama periode waktu pantas, yaitu
tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan (Standar
Profesional Akuntan Publik, 2011). Going concern disebut juga sebagai
kontinuitas akuntansi yang memperkirakan suatu bisnis akan terus berlanjut
dalam waktu tidak terbatas (Syahrul,2000). Asumsi going concern memiliki
arti bahwa suatu badan usaha dianggap akan mampu mempertahankan
kegiatan usahanya dalam jangka waktu panjang dan tidak akan dilikuidasi
dalam jangka waktu yang pendek.
Opini audit modifikasi mengenai going concern merupakan opini audit
yang dalam pertimbangan auditor terdapat ketidakmampuan atau
ketidakpastian signifikan atas kelangsungan hidup perusahaan dalam
menjalankan operasinya pada kurun waktu yang pantas, tidak lebih dari satu
tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit (SPAP, 2011).
Auditor bertanggung jawab untuk menilai apakah terdapat kesangsian besar
terhadap kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya (going concern) dalam periode waktu tidak lebih dari satu tahun
sejak tanggal laporan audit. American Institute of Certified Public
Accountants (1988 dalam Praptitorini, 2007) menjelaskan saat ini, auditor
harus mengemukakan secara eksplisit apakah perusahaan klien akan dapat
mempertahankan kelangsungan hidupnya sampai setahun kemudian setelah
pelaporan. O’Reilly (2010) memberikan asumsi dasar dari opini audit going
concern seharusnya bermanfaat untuk investor sebagai sinyal negatif tentang
keberlangsungan hidup suatu entitas.
Pemberian status going concern bukanlah suatu tugas yang mudah karena
berkaitan erat dengan reputasi auditor. Penghakiman terhadap akuntan publik
sering dilakukan, baik oleh masyarakat maupun pemerintah dengan melihat
kondisi bangkrut tidaknya perusahaan yang diaudit (Ginting dan Suryana, 2014).
Saat ini tanggung jawab auditor tidak hanya sebatas memeriksa laporan
keuangan atau mendeteksi kecurangan, tetapi juga menilai kemampuan
perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dikarenakan
bahwa kemungkinan perusahaan mengalami kegagalan dalam
mempertahankan hidupnya akan selalu ada, sehingga auditor dalam
melaksanakan proses audit harus dapat melihat tingkat kegagalan perusahaan
dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Sulitnya memprediksi
kelangsungan hidup suatu perusahaan menyebabkan banyak auditor yang
mengalami dilema moral dan etika dalam memberikan opini going concern
(Januarti, 2008).
Pemberian opini audit going concern dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang bisa dilihat seperti faktor keuangan perusahaan, rasio keuangan
maupun rasio non keuangan. Setyarno et al., (2006) dalam Santosa dan
Wedari (2007) menyatakan bila auditor ingin mengeluarkan opini audit
dengan going concern pada suatu perusahaan, auditor harus
mempertimbangkan opini audit dengan going concern yang telah diterima
oleh perusahaan yang bersangkutan pada tahun periode sebelumnya.
Penelitian tersebut telah memberikan bukti empiris, bahwa opini audit tahun
sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini audit dengan paragraf
going concern.
Penerbitan opini audit going concern akan menyebabkan auditee
merasa tidak nyaman sehingga akan ada upaya untuk membelokkan opini
audit going concern tersebut. Auditee akan berusaha untuk membujuk auditor
untuk melakukan penilaian ulang dari segala aspek seperti membuat kembali
laporan keuangan yang baru demi tercapainya pemenuhan standar audit
perusahaan. Kejadian tersebut tentunya akan mengakibatkan audit delay yang
merupakan lamanya rentang waktu penyelesaian audit yang diukur dari
tanggal penutupan tahun buku sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan
audit dan akhirnya mempengaruhi ketepatan informasi yang dipublikasikan,
sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat ketidakpastian keputusan
berdasarkan informasi yang dipublikasikan ( Kartika Andi, 2009). Menurut
Pourali, dkk (2013) nilai dari ketepatan waktu pelaporan laporan keuangan
merupakan faktor yang penting dari kemanfaatan laporan keuangan tersebut.
Semakin lama laporan keuangan disampaikan, semakin berkurang
kemanfaatannya. Dampak negatif dari fenomena audit delay ini juga
berkaitan dengan ketepatan waktu (timeliness) auditee dalam
mempublikasikan laporan keuangannya kepada masyarakat umum dan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Khalatbari, dkk (2013) yang menyatakan bahwa penyampaian laporan
keuangan juga berhubungan dengan reaksi investor. Ketepatan waktu
penyampaian laporan keuangan akan mengakibatkan reaksi positif dari
investor yang mengakibatkan kenaikan harga saham perusahaan, sebaliknya
keterlambatan penyampaian laporan keuangan akan mendapatkan reaksi
negatif dari investor yang berdampak pada penurunan harga saham
perusahaan. Dampak negatif lainnya yang akan terasa yaitu seperti kesulitan
dalam meningkatkan modal pinjaman, ketidakpercayaan investor, kreditur,
pelanggan, dan karyawan terhadap manajemen perusahaan. Hilangnya
kepercayaan publik terhadap citra perusahaan dan manajemen perusahaan
tersebut akan memberi imbas yang sangat signifikan terhadap keberlanjutan
bisnis perusahaan kedepannya. Memburuknya citra perusahaan serta
hilangnya kepercayaan kreditur akan menyulitkan perusahaan apabila
perusahaan membutuhkan tambahan dana guna membiayai operasional
usahanya. Begitu juga dengan pelanggan, hilangnya pelanggan akan
mengakibatkan terhentinya bisnis perusahaan. Apabila perusahaan tidak
segera mengambil tindakan penanganan maka kebangkrutan usaha akan
benar-benar terjadi (Arma, 2013).
Penelitian terdahulu yang menguji pengaruh rasio-rasio keuangan dan
rasio-rasio non keuangan terhadap pemberian opini going concern
menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Beberapa penelitian sebelumnya
tentang faktor-faktor keuangan yang berpengaruh terhadap penerimaan opini
audit going concern pada perusahaan manufaktur, namun selain itu juga ada
hasil yang berbeda yang mengatakan tidak adanya pengaruh pada opini audit
going concern. Masalah going concern merupakan hal yang kompleks dan
terus ada sehingga diperlukan faktor-faktor untuk menentukan status going
concern perusahaan dan konsistensi faktor-faktor tersebut harus terus diuji
agar dalam keadaan ekonomi yang fluktuaktif, status going concern tetap
dapat di prediksi (Praptitorini et al,2007)
Susanto (2009) menyatakan bahwa opini audit yang dikeluarkan oleh
seorang auditor independen juga harus memperhatikan likuiditas,
profitabilitas, dan solvabilitas perusahaan tersebut. Likuiditas menunjukkan
kemampuan suatu perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek
dengan menggunakan aset yang bersifat likuid yang dimiliki perusahaan.
Profitabilitas menunjukkan keuntungan yang diperoleh perusahaan selama
periode tertentu. Solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
membayar kewajibannya jangka panjang. Melalui perhitungan rasio – rasio
tersebut auditor dapat memprediksi kinerja dan kelangsungan usaha suatu
perusahaan.
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri (Sartono,
2001:122). Brigham dan Houton (2001:89) menyatakan profitabilitas adalah
hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan. Return On Asset
(ROA) adalah rasio yang diperoleh dengan membagi laba/rugi bersih dengan
total asset. Rasio ini digunakan untuk menggambarkan kemampuan
manajemen perusahaan dalam memperoleh laba dan manajerial efisiensi
secara keseluruhan. Semakin besar rasio ini menunjukkan kinerja perusahaan
yang semakin baik untuk menghasilkan laba sehingga tidak menimbulkan
keraguan auditor akan kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya
dan dapat memperkecil kemungkinan penerimaan opini going concern.
Penelitian Chen dan Church (1992), Behn et al. (2001), dan Widyantari
(2011) menemukan bahwa rasio profitabilitas berpengaruh negatif signifikan
untuk memprediksi pembuatan keputusan opini going concern. Namun
penelitian Hani dkk. (2003), Rahayu (2007), Januarti dan Fitrianasari (2008),
Juanidi (2010) menemukan bahwa rasio profitabilitas tidak berpengaruh
signifikan pada penerbitan opini audit going concern.
Leverage merupakan kemampuan perusahaan dalam melunasi
kewajibannya (jangka panjang maupun jangka pendek). Leverage
menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai investasinya
(Sartono, 2001:120). Rasio leverage dapat digunakan untuk mengetahui
kapasitas perusahaan dalam memenuhi kewajiban baik itu jangka pendek
maupun jangka panjang. Rasio leverage umumnya diukur dengan
menggunakan debt ratio yaitu membandingkan total kewajiban dengan total
aktiva. Jumlah utang yang melebihi total aktiva menyebabkan perusahaan
mengalami defisiensi modal atau saldo ekuitas bernilai negatif. Semakin
tinggi rasio leverage menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang
semakin buruk dan dapat menimbulkan ketidakpastian mengenai
kelangsungan hidup perusahaan. Perusahaan yang memiliki aktiva yang lebih
kecil daripada kewajibannya akan menghadapi bahaya kebangkrutan (Chen
dan Church, 1992). Namun penelitian Rudyawan dan Badera (2008)
menyatakan bahwa rasio leverage tidak berpengaruh signifikan pada
kemungkinan penerimaan opini audit going concern.
Menurut Brigham dan Houston (2010:134) tingkat likuiditas dapat
diukur dengan current ratio (rasio lancar). Likuiditas suatu perusahaan sering
ditunjukkan oleh current ratio yaitu membandingkan aktiva lancar dengan
kewajiban lancar. Dalam hubungannya dengan likuiditas, makin rendah nilai
current ratio menunjukkan semakin rendah kemampuan perusahaan dalam
menutupi kewajiban jangka pendeknya dan sebaliknya semakin tingginya
likuiditas, maka perusahaan dianggap mampu untuk melakukan kewajiban
jangka pendeknya sehingga dapat menghindarkan dari penerimaan opini
audit going concern oleh auditor. Tidak jarang perusahaan yang secara
konsisten mengalami kerugian operasi mempunyai working capital yang
sangat kecil bila dibandingkan dengan total assets (Altman, 1968). Dalam
penelitian sebelumnya, Januarti dan Fitrianasari (2008) serta Sari (2012)
menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh secara negatif terhadap opini audit
going concern, sedangkan menurut Amilin dan Indrawan (2008) dan Wati
(2013) menyatakan bahwa likuiditas tidak memiliki pengaruh terhadap opini
audit going concern.
Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk
meningkatkan size. Pertumbuhan perusahaan yang cepat maka semakin besar
kebutuhan dana untuk ekspansi. Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan
mendatang maka semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba.
Jadi perusahaan yang sedang tumbuh sebaiknya tidak membagikan laba
sebagai deviden tetapi lebih baik digunakan untuk ekspansi. Potensi
pertumbuhan ini dapat diukur dari besarnya biaya penelitian dan
pengembangan. Semakin besar Research and Development cost-nya maka
berarti ada prospek perusahaan untuk tumbuh (Sartono, 2001). Kristiana
(2012) dalam penelitiannya pada sektor industri manufaktur menemukan
bahwa pertumbuhan perusahaan mempengaruhi pemberian opini audit going
concern secara signifikan. Sedangkan penelitian Nursasi dan Maria (2013)
menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan memberikan pengaruh yang
negatif terhadap pemberian opini audit going concern.
Rasio aktivitas merupakan salah satu rasio keuangan yang bisa
digunakan sebagai salah satu tolak ukur dalam pengukuran kinerja
perusahaan. Rasio ini bisa juga disebut rasio efisiensi atau perputaran. Rasio
aktivitas mengukur efektifitas dan efisiensi perusahaan dalam mengelola
aktiva yang dimiliki. Rasio ini bisa juga disebut rasio efisiensi atau
perputaran. Menurut Weston dan Copeland (1992) bahwa harus ada
keseimbangan antara penjualan dengan berbagai unsur aktiva, yaitu
persediaan, piutang, aktiva tetap dan aktiva lain. Dari pengujian yang
dilakukan oleh Januarti dan Fitrianasari (2008) terhadap rasio aktivitas,
diperoleh suatu bukti bahwa rasio aktivitas tidak berpengaruh terhadap
pemberian opini audit dengan paragraf going concern. Penelitian lain dari
Drajati (2011) juga menyatakan bahwa rasio aktivitas tidak berpengaruh
signifikan terhadap opini going concern.
Faktor-faktor kontekstual lain yang menjadi pertimbangan auditor
dalam pemberian opini going concern adalah prior opinion. Mutchler (1997)
melakukan wawancara dengan praktisi auditor yang menyatakan bahwa
perusahaan yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya
(prior opinion) lebih cenderung untuk menerima opini yang sama pada tahun
berjalan. Opini audit going concern yang diterima pada auditee pada tahun
sebelumnya (prior opinion) menjadi faktor pertimbangan bagi auditor dalam
mengeluarkan opini audit going concern tahun berjalan. Ini terjadi jika
kondisi keuangan perusahaan tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikan atau
tidak adanya rencana manajemen yang dapat direalisasikan untuk
memperbaiki kondisi perusahaan. Setyarno et al. (dalam Santosa dan Wedari,
2007) menyatakan bahwa auditor dalam menerbitkan opini audit going
concern akan mempertimbangkan prior opinion. Di dalam penelitian tersebut
dapat memberikan bukti bahwa prior opinion mempunyai pengaruh terhadap
pemberian opini going concern oleh auditor. Hasil yang sama juga
ditunjukkan oleh penelitian Pratiwi (2013) dan Kartika (2012) menyatakan
bahwa prior opinion berpengaruh terhadap opini audit going concern.
Opini audit going concern sangat berguna bagi investor untuk
menetapkan keputusan investasi. Clarkson (1994) melakukan studi yang
mengidentifikasi reaksi investor terhadap opini audit yang memuat informasi
kelangsungan hidup perusahaan berdasarkan pengungkapan hasil analisis
laporan keuangan. Studi tersebut menemukan bukti bahwa ketika investor
akan melakukan investasi maka ia perlu untuk mengetahui kondisi keuangan
perusahaan, dengan melihat laporan auditor terutama menyangkut
kelangsungan hidup perusahaan.
Penelitian lainnya mengenai hubungan prior opinion dengan opini
going concern juga dilakukan oleh Carcello dan Neal (2000), Rahmadhany
(2004), serta Wibisono (2013) yang menemukan bukti bahwa terdapat
hubungan positif antara prior opinion dengan pemberian opini going concern
tahun berjalan.
Teori keagenan (agency theory) merupakan basis teori yang mendasari
praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Jensen dan Meckling
(1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan merupakan hubungan kontrak
antara prinsipal dan agen dimana prinsipal dalam hal ini shareholder
(pemegang saham) memberikan pertanggungjawaban atas decision making
kepada agen (manajemen) sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati.
Hubungan teori agensi dengan pemberian opini audit going concern, agen
mempunyai tugas yaitu mengoprasikan entitas dan membuat laporan
keuangan untuk pertanggungjawaban manajemen. Laporan keuangan inilah
kemudian yang membuktikan kondisi keuangan entitas dan dipergunakan
oleh prinsipal untuk dasar didalam mengambil keputusan. Sebagai pihak
penghasil laporan keuangan, agen mempunyai keinginan agar dapat
mengoptimalisasii kepentingannya sehingga dimungkinkan bahwa agen
melakukan manipulasi data atas kondisi keuangan perusahaan. Kemungkinan
terjadinya manipulasi yang dilakukan oleh agen, membuat diharuskan adanya
pihak yang independen sebagai mediator antara agen dan prinsipal.
Penelitian-penelitian sebelumnya banyak yang menganalisis pengaruh
rasio profitabilitas, leverage, dan likuiditas terhadap opini audit going
concern. Mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Erly dan
Elok (2012) yang meneliti pengaruh rasio keuangan (likuiditas, profitabilitas
dan solvabilitas), kemampuan opini audit tahun sebelumnya (prior opinion)
dan pertumbuhan perusahaan terhadap opini audit going concern
mendapatkan hasil bahwa pengaruh rasio keuangan dan pertumbuhan
perusahaan tidak berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern.
Sedangkan opini audit tahun sebelumnya (prior opinion) berpengaruh
signifikan positif terhadap pemberian opini audit going concern. Tujuan dari
prior opinion ditempatkan sebagai variabel moderating karena apabila auditor
menerbitkan opini audit going concern tahun sebelumnya maka akan semakin
besar kemungkinan perusahaan menerima kembali opini audit going concern
pada tahun berjalan (Kartika, 2012). Oleh karena itu, ketika perusahaan
mendapatkan opini going concern pada tahun sebelumnya maka
kemungkinan untuk menerima opini going concern pada tahun berjalan akan
semakin besar, karena opini audit sebelumnya menjadi landasan dalam
pemberian opini tahun berjalan. Auditor tentu akan sangat memperhatikan
adanya prior opinion dan menjadi bahan pertimbangan dalam membuat suatu
opini. Peneliti melihat fenomena bahwa jika auditor dalam pemberian
opininya terhadap perusahaan akan melihat dan mempertimbangkan faktor
prior opinion. Dari data perusahaan yang didapat 46 perusahaan yang
memperoleh opini audit going concern selama tahun 2010-2015, sedangkan
perusahaan yang memperoleh opini audit non going concern berjumlah 392
perusahaan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
peneliti menempatkan prior opinion sebagai pemoderasi yang mempengaruhi
pengaruh profitabilitas, leverage, dan likuiditas pada pemberian opini audit
going concern dengan menambahkan satu variabel baru sebagai variabel
independen yaitu rasio aktivitas serta menggunakan data yang lebih besar
dari penelitian sebelumnya yaitu dari tahun 2010-2015. Penelitian akan
dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Perusahaan manufaktur dipilih karena memiliki emiten terbanyak
dibandingkan dengan jenis industri lainnya. Perusahaan manufaktur
memiliki jumlah saham beredar dan volume perdagangan yang paling tinggi
dibandingkan dengan jenis usaha lain di BEI dan sektor manufaktur
memiliki auditee dengan opini audit yang paling bervariasi (Solikah, 2007).
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan
penelitian berjudul: “Kemampuan Prior Opinion Memoderasi Pengaruh
Profitabilitas, Leverage, Likuiditas, Pertumbuhan Perusahaan dan Rasio
Aktivitas terhadap Opini Audit Going Concern (Studi empiris pada
perusahaan manufaktur yang listing di BEI tahun 2010 – 2015)”.
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :
1)Bagaimana prior opinion memoderasi pengaruh profitabilitas pada opini
audit going concern ?
2)Bagaimana prior opinion memoderasi pengaruh leverage pada opini audit
going concern ?
3)Bagaimana prior opinion memoderasi pengaruh likuiditas pada opini audit
going concern ?
4)Bagaimana prior opinion memoderasi pengaruh pertumbuhan perusahaan
pada opini audit going concern ?
5)Bagaimana prior opinion memoderasi pengaruh rasio aktivitas pada opini
audit going concern ?
I.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, yang menjadi tujuan dari
penelitian ini antara lain:
1) Untuk mendapatkan bukti empiris kemampuan prior opinion
memoderasi pengaruh profitabilitas pada opini audit going concern.
2) Untuk mendapatkan bukti empiris kemampuan prior opinion
memoderasi pengaruh leverage pada opini audit going concern.
3) Untuk mendapatkan bukti empiris kemampuan prior opinion
memoderasi pengaruh likuiditas pada opini audit going concern.
4) Untuk mendapatkan bukti empiris kemampuan prior opinion
memoderasi pengaruh pertumbuhan perusahaan pada opini audit going
concern.
5) Untuk mendapatkan bukti empiris kemampuan prior opinion
memoderasi pengaruh rasio aktivitas pada opini audit going concern.
I.4 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi beberapa pihak, yaitu sebagai berikut:
1) Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memperjelas teori normatif mengenai teori
agensi serta teori empiris dari peneliti-peneliti sebelumnya. Penelitian ini
juga dapat menjadi referensi bagi peneliti yang akan melakukan penelitian
lebih lanjut yang berkaitan dengan prior opinion yang secara konseptual
dapat mempengaruhi hubungan antara profitabilitas, leverage, likuiditas,
pertumbuhan perusahaan dan rasio aktivitas pada pemberian opini going
concern.
2) Manfaat Praktis
a. Penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberi informasi dan sebagai
bahan pertimbangan mengenai going concern sehingga para investor
dan calon investor dapat mengambil keputusan yang tepat dalam
melakukan investasi.
b. Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai pedoman, bahan pertimbangan,
dan bahan referensi bagi auditor dalam melaksanakan proses auditnya
terutama dalam pemberian opini audit terhadap klien yang menyangkut
masalah pemberian opini going concern.
c. Hasil penelitian ini juga dapat memberikan manfaat kepada manajemen
perusahaan, dengan mengetahui variabel prior opinion, profitabilitas,
leverage, likuiditas, pertumbuhan perusahaan dan rasio aktivitas
terhadap pemberian opini audit going concern untuk merancang
strategi yang tepat, guna dapat menjaga kinerja keuangan dan
meningkatkan nilai perusahaan.