contoh masalah perawat dan sejawat

Upload: tanpanamaku

Post on 11-Oct-2015

46 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

asdasd

TRANSCRIPT

Contoh Masalah Perawat dan Sejawat

Contoh Masalah Perawat dan SejawatSeorang perawat dalam menghadapi masalah dengan sejawatnya, mungkin tahu atau mungkin tidak tahu tentang tindakan yang diambil.

Contoh 1: Seorang perawat yang melihat perawat lain mencuri obat-obatan dari lemari obat unit keperawatan. Perawat yang ketahuan tersebut menangis dan menjelaskan bahwa ia perlu obat tidur agar dapat tidur sepanjang hari selama ketiga anaknya berada di rumah sepulang sekolah. la menggunakannya hanya pada hari-hari sebelum ia berangkat jaga malam. la adalah satu-satunya yang menopang anak-anaknya dan membutuhkan pekerjaan.

Pertanyaan: Apakah perawat melaporkan pencurian tersebut atau mengabaikan masalah tersebut?

Contoh 2: Halimah, AMK, seorang perawat profesional pemula lulusan Politeknik Kesehatan jurusan keperawatan, baru saja bertugas di salah satu rumah sakit kabupaten (RS tipe C). Di RS tersebut, tenaga keperawatan sangat terbatas dan pada umumnya, tenaga yang ada adalah lulusan Sekolah Perawat Kesehatan (SPK), sedangkan lulusan jurusan keperawatan Politeknik Kesehatan hanya dua orang, Kepala bidang keperawatan RS dijabat oleh lulusan SPK yang sudah 20 tahun bertugas di sana. Kedatangan Halimah cukup membuat para perawat kurang senang karena Halimah sering dipanggil oleh direktur RS untuk berdiskusi tentang cara meningkatkan mutu asuhan keperawatan di rumah sakit tersebut.

Dua Perawat Susul Dokter Rejani Jadi Tersangka

Oleh Wagino

Senin, 19 Maret 2012 19:22

Lensacimed/Wagino

CILACAP, (CIMED) Dua perawat NL & DS akhirnya menyusul jejak dokter Rejani Djalal (RD). Penyidik Kepolisian Resor (Polres) Cilacap akhirnya menetapkan dua perawat asisten dokter RD sebagai tersangka dalam kasus praktik aborsi ilegal. Sebelumnya dokter RD dan pasien DH bersama empat orang lainnya sudah ditetapkan sebagai tersangka.

Tadi malam kita tetapkan dua tersangka baru, mereka adalah perawat yang bekerja pada dokter Rejani Djalal dengan inisial NL dan DS, kata Kapolres Cilacap AKPB Rudi Darmoko melalui Kasat Reskrim AKP Guntur Saputro, Senin (19/3/2012).

Meski statusnya sudah ditetapkan sebagai tersangka, kata Guntur, dua perawat tersebut belum ditahan karena masih menjalani pemeriksaan intensif oleh penyidik kepolisian.

Dengan tambahan dua tersangka baru, penyidik sudah menetapkan delapan tersangka dalam kasus dugaan praktik aborsi ilegal di rumah praktek dokter RD.

Saat ini penyidik sudah menetapkan delapan tersangka dari sebelumnya enam tersangka, terang Guntur.

Polisi Lakukakan Pembantaran Terhadap Tersangka RD dan DH

Rahim atau kandungan DH (19) tersangka dalam kasus aborsi ilegal dinyatakan masih bermasalah, sehingga tersangka harus memerlukan perawatan lanjutan di rumah sakit. Sedang jantung Dokter RD tersangka dalam kasus aborsi ilegal lainnya juga dinyatakan bermasalah sehingga yang bersangkutan harus dirawat intensif.

Terkait hal itu, maka kami akan melakukan pembantaran terhadap kedua tersangka," kata Kasat Reskrim.

Sementara empat tersangka lainnya, yakni HRK, SM, AJ, dan NK telah ditahan di ruang tahanan Mapolres Cilacap.

Menurutnya, pembantaran merupakan penahanan yang dilakukan kepada tersangka yang sakit dan perlu dirawat inap di rumah sakit.

Pemeriksaan terhadap dua tersangka ini akan dilakukan setelah keduanya cukup sehat, ujarnya.

Untuk merawat tersangka DH, Polres Cilacap tengah berkonsultasi dengan RSUD Cilacap dan RSI Fatimah. Namun kemudian, DH yang sebelumnya menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cilacap pascavisum atas tindakan aborsi yang dilakukan dokter RD, dipindahkan ke Rumah Sakit Pertamina Cilacap (RSPC) sejak Sabtu (17/3/2012) untuk mempermudah pengamanan oleh kepolisian.

Sedang tersangka dokter RD hingga kini masih mendapatkan perawatan intensif di RSPC. Dokter itu dilarikan ke rumah sakit, beberapa jam setelah dia dinyatakan sebagai tersangka dalam kasus aborsi ilegal, Jumat (16/3/2012) pagi. Diperoleh keterangan, pada tahun 2003, dokter itu juga pernah mengalami sakit jantung yang berujung dengan dipasangi ring untuk melancarkan kembali aliran darah ke jantungnya.

Home Budaya

Ekonomi

Hukum

Kesehatan

Olah Raga

Pariwisata

Pemerintahan

Pendidikan

Politik

Sosial

Uncategorized

Dua Pasien Jampersal Diusir

WABAH: Nadia, bocah yang diduga mengidap demam berdarah dengue (DBD) dirawat di RSUD Blambangan, Banyuwangi, kemarin.

Keluarga WadulBupati dan DPRD

BANYUWANGI Pelayanan kesehatan yang kurang baik di rumah sakit milik pemerintah kembali menjadi sorotan. Kali ini, duapasien yang pernah berobat keRSUD Blambangan mengadu keDPRD Banyuwangi siang kemarin(3/4).Mereka mengaku mendapat pelayanan tidak memuaskandi rumah sakit tersebut.

Kedua pasien tersebut adalahNy. Siti Munawaroh, 19, wargaDusun Sragi, Desa Sumberarum,Kecamatan Songgon, dan Ny. Indah Puji, warga Kelurahan TamanBaru, Kecamatan Banyuwangi.Saat datang ke DPRD, Indah diwakili suaminya, yakni Windoyo.

Sedang Siti Munawaroh diwakilikuasa hukumnya, Ipung PurwadiQutby.Windoyo bersama Ipung didampingi beberapa anggota LSM ituditerima Komisi I DPRD Banyuwangi kemarin. Maaf, Bu Munawaroh masih belum sehat betul,sedang suaminya bekerja sebagaiburuh bangunan di Bali, dan sayayang mewakili, terang Ipung.

Di hadapan para wakil rakyatitu, Ipung menyampaikan bahwaSiti Munawaroh datang ke RSUDBlambangan pada 26 Maret 2012lalu. Dengan usia kehamilan 10bulan, Siti Munawaroh langsungdirujuk ke RSUD Blambanganoleh bidan di desanya. Ibu Munawarohmelahirkan secara normal,tapi bayinya berwarna putihdan dianggap ada kelainan, terangnya.

Untuk menjaga kesehatanbayi, perawat memasukkanbayi tersebut ke ruang perinatologi.Siti Munawaroh tinggaldi ruang perawatan kandungan(RPK). Bayi lahir pada 27Maret 2012 jam 07.00. Pada 28Maret 2012, Ibu Munawarohminta pulang, jelas Ipung.Sayangnya, keinginan Munawarohpulang itu tidak kesampaian.Perawat di rumah sakitpemerintah itu tidak mengizinkannyapulang. Tetapi, padapukul 23.00, Siti Munawarohdiminta pulang segera. Keluargasudah minta agar pulangbesok paginya saja, tapi perawattetap mengusir, ungkapnya.

Lantaran diusir pada dini hari,Siti Munawaroh terpaksa keluardari RPK di RSUD Blambangan.Saat itu, bayinya masih dirawatdi ruang isolasi. Untuk menunggubayinya, Ibu Munawarohterpaksa tidur di lantai rumahsakit. Padahal, dia baru sajamelahirkan, bebernya.Pengalaman mendapat pelayanantidak mengenakkan itujuga dialami Indah Puji yangmelahirkan di RSUD Blambangan.

Indah menjalani operasipada 17 Maret 2012 lalu. Bidantidak sanggup, lalu disarankanke RSUD Blambangan, jelasWindoyo, suami Indah Puji.Menurut Windoyo, pelayanan tidak mengenakkan terjadipada 18 Maret 2012. Salah satuperawat meminta agar istrinyadibawa pulang karena prosespersalinan dianggap sudahselesai. Padahal, saat itu istrinyamasih sering pingsan karena baru saja menjalani operasi.

Perawat itu masih minta uang Rp 800 ribu untuk jaminan sebelum dana jampersal cair, kata lelaki tunanetra itu. Diminta membawa pulang istrinya, Windoyo mencoba minta kebijakan perawat agar diizinkan tinggal lebih lama, karena kondisi kesehatan istrinya belum pulih. Oleh perawat ditolak. Katanya istri saya yang masih sakit itu bukan urusannya. Kalau mau periksa diminta ke rumah sakit lain, bebernya.

Windoyo mengaku sangat kecewadengan pelayanan kesehatandi RS milik Pemkab Banyuwangiitu. Padahal, selama inidirinya sebagai warga negarajuga aktif membayar pajak.Meski saya tidak bisa melihat,tapi saya juga kerja dan membayarpajak. Saya hanya berdoasemoga keluarga perawat itutidak ada yang sakit, ujarnya.

Pengakuan dua keluarga pasienitu membuat anggota Komisi1 DPRD, Ficky Septalinda, geram. Kasus pasien jasmas, jamkesmas, dan jamkesda, yang ditelantarkan seperti ini sudah sering terjadi. Tapi nyatanya tidak tuntas juga, kata politisi Fraksi PDIP itu. Setelah mendengar pengakuan kedua pasien yang diusir perawat, Wakil Ketua Komisi II DPRD, Khusnan Abadi, yang memimpin pertemuan itu langsung mengajak seluruh anggota komisi melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke RSUD Blambangan.

Manajemen dan administrasi dirumah sakit amburadul, dan iniharus dibenahi, kata Khusnan Abadi usai memeriksa ruangan di RPK RSUD Blambangan. Khusnan yang juga Ketua FKB DPRD Banyuwangi itu mengeluarkan pernyataan keras setelah meminta datapasien atas nama Siti Munawarohdan Indah Puji tidak dilayanipetugas ruang RPK. Bahkan,setelah ditunggu hingga30 menit, data yang dimintabelum ketemu.

Kita tunggu 30menit ternyata datanya tidakdicarikan, kata anggota KomisiI DPRD, Muhamad Ridwan.Sementara itu, Direktur RSUDBlambangan, dr. Taufiq Hidayat,menyampaikan permohonanmaaf kepada semua pasien danmasyarakat bila pelayanan yangdiberikan belum memuaskan.Kami akan terus berbenahdemi perbaikan. Semua kritikakan kami terima, ujarnya.

Menurut Taufiq, pihaknya akansegera menanggapi dua keluhantersebut dengan cara mengevaluasipelayanan di RSUD Blambangan.Bila ada perawat danpetugas yang dianggap lalaiakan diberi punishment. Kalauada perawat yang terbukti bersalah,posisinya akan kita geser,tegasnya. (RADAR)