berduka dan kehilangan 2

50
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang unuiversal dan kejadian yang sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup seseorang. Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti sesuatu kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau disekitarnya. Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan berduka sedikit demi sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami proses ini ada keinginan untuk mencari bentuan kepada orang lain. Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat apabila menghadapi kondisi yang demikian. Pemahaman dan persepsi diri tentang pandangan diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Kurang memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada informasi yang salah, sehingga intervensi perawatan yang tidak tetap (Suseno, 2004).Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe kehilangan. Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghadapi dan menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk memahami dan menerima kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga kehidupan 1

Upload: tykah-kaharu

Post on 11-Nov-2015

185 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

berduka

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangLahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang unuiversal dan kejadian yang sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup seseorang.Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti sesuatu kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau disekitarnya.Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan berduka sedikit demi sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami proses ini ada keinginan untuk mencari bentuan kepada orang lain.Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat apabila menghadapi kondisi yang demikian. Pemahaman dan persepsi diri tentang pandangan diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Kurang memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada informasi yang salah, sehingga intervensi perawatan yang tidak tetap (Suseno, 2004).Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe kehilangan. Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghadapi dan menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk memahami dan menerima kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga kehidupan mereka dapat berlanjut. Dalam kultur Barat, ketika klien tidak berupaya melewati duka cita setelah mengalami kehilangan yang sangat besar artinya, maka akan terjadi masalah emosi, mental dan sosial yang serius.Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga yang mengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat memahami kehilangan dan dukacita. Ketika merawat klien dan keluarga, parawat juga mengalami kehilangan pribadi ketika hubungan klien-kelurga-perawat berakhir karena perpindahan, pemulangan, penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat mendukung klien dan keluarganya selama kehilangan dan kematian (Potter & Perry, 2005).B. Rumusan masalah1)Apa pengertian kehilangan dan berduka?2)Apa tanda dan gejala kehilangan?3)Apa saja fase berduka?4)Apa saja karakteristik berduka?5)Apa saja rentang respon kehilangan?6)apa saja jenis kehilangan7) apa saja faktor yang mempegaruhi kehilangan8) Bagaimana konsep ASKEPdan penyelesaian masalah pada kasus kehilangan dan berduka?

C. TujuanUntuk lebih mengetahui dan memahami tentang segala yang telah kami bahas dalam makalah tentang asuhan keperawatan dengan berduka dan kehilangan.

BAB IIPEMBAHASANASKEP DENGAN BERDUKA DAN KEHILANGAN1. PENGERTIAN BERDUKABerduka adalah reaksi terhadap kehilangan yang merupakan respons emosional yang normal. Berduka merupakan suatu proses untuk memecahkan masalah, dan secara normal berhubungan erat dengan kematian. Hal ini sangat penting dan menentukan kesehatan jiwa yang baik bagi individu karena memberi kesempatan individu untuk melakukan koping dengan kehilangan secara bertahap sehingga dapat menerima kehilangan sebagai bagian dari kehidupan nyata. Berduka sebagai proses sosial dapat diselesaikan dengan bantuan orang lain.Berduka adalahrespon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain.Individu yang berduka kadang-kadang tidak mampu untuk menjalani perasaan berduka secara normal, biasanya intensitas dan lamanya berduka secara normal, biasanya intensitas dan lamanya berduka lebih panjang dari respons normal. Sebagai contoh individu yang berduka akan mengalami depresi yang berat dari yang biasa. Depresi adalah suatu kondisi emosional yang dialami oleh individu secara umum pada waktu mengalami kehilangan baik secara nyata maupun yag dipersepsikan atau dibayangkan yang mencakup suatu fungsi penting, kemampuan, objek, impian, orang, keyakinan atau nilai yang dimiliki individu secara normal (Drake dan Price,1975). Penyimpangan dari suatu ukuran yang normal akan berakibat pada suatu perasaan berduka yang menunjukkan respons depresi yang lebih berat hal ini terjadi bila kehilangan berhubungan erat dengan ambisi, pengharapan, harga diri, kemampuan atau rasa aman yang dialami oleh individu dengan konsep diri yang miskin, atau harga diri rendah mudah terjatuh pada kondisi depresi.Sumber gangguan atau kehilangan dapat berupa eksternal maupun internal seperti pikiran, sikap, tindakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai individu, keyakinan atau moral dan konflik interpersonal yang mengancam konsistensi diri individu, harga diri, rasa aman (Drake dan Price, 1975). Sumber-sumber eksternal mencakup kematian orang yang di sayangi, penghentian kerja (PHK), penyakit atau kehilangan bagian tubuh tertentu.KEHILANGANKehilangan adalahsuatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu tanpa hal yang berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap atau mendadak, bisa tanpa kekerasan atau traumatik, diantisispasi atau tidak diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak dapat kembali.Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan (Lambert dan,1985,h.35). Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki.Kehilangan adalah suatu keadaan ketika individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada atau dimiliki, baik sebagian atau keseluruhan. Peristiwa kehilangan dapat terjadi secara tiba-tiba atau bertahap.

2. FASE BERDUKAEngel (1964) mengidentifikasi enam tingkatan berduka yaitu syok, tidak yakin, mengembangkan kesadaran diri, restitusi, mengatasi kehilangan, idealisasi dan hasil.Schulz (1978) membagi proses berduka kedalam tiga fase yaitu awal, pertengahan dan pemulihan.Fase awal.fase ini dimulai dengan adanya kehilangan seperti kematian, fase ini berlangsung untuk beberapa minggu. Pada fase ini orang menunjukkan reaksi syok, tidak yakin atau tidak percaya, perasaan dingin, perasaan kebal (mati rasa) dan bingung. Reaksi ini biasanya akan berakhir setelah beberapa hari, kemudian akan kembali pada perasaan berduka yang berlebihan dan individu akan memperoleh pengalaman konflik di antara ekspresi perasaan melalui menangis dan ketakutan.Fase pertengahan. Fase ini dimulai kira-kira tiga minggu sesudah kematian dan berakhir sampai kurang lebih satu tahun lamanya. Ada tiga pola perilaku yang ditunjukkan pada fase ini yaitu perilaku obsesif, suatu pencarian arti dari kematian. Perilaku obsesif sering meliputi pengulangan pikiran tentang peristiwa kematian.Fase pemulihan. Sesudah kurang lebih satu tahun orang yang mengalami berduka mulai memasuki fase pemulihan. Individu sering memutuskan untuk tidak mengenang masa lalu dan hidup harus berjalan terus. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatkan partisipasi pada kegiatan sosial.Fase berduka menurut Rando, yaitu:1.Penghindaranpada fase ini terjadi syok, menyangkal, dan ketidak percayaan2. Konfrontasipada fase ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara berulang melawan kehilangan mereka dan kedudukan mereka paling dalam.3. AkomodasiPada fase ini klien secara bertahap terjadi penurunan duka yang akut dan mulai memasuki kembali secara emosional dan social sehari-hari dimana klien belajar hidup dengan kehidupan mereka.4. Teori MartocchioMartocchio (1985) menggambarkan 5 fase kesedihan yang mempunyai lingkup yang tumpang tindih dan tidak dapat diharapkan. Durasi kesedihan bervariasi dan bergantung pada faktor yang mempengaruhi respon kesedihan itu sendiri. Reaksi yang terus menerus dari kesedihan biasanya reda dalam 6-12 bulan dan berduka yang mendalam mungkin berlanjut sampai 3-5 tahun.

3. RENTANG RESPON KEHILANGANGambar rentang respon individu terhadap kehilangan (Kublier-rose,1969).

FaseMarahFase Depresi

Fase PengingkaranFase Tawar-menawarFase Menerima

Fase pengingkaran/penyangkalan (denial). Reaksi pertama individu yang kehilangan adalah terkejut, tidak percaya, merasa terpukul dan menyangkal pernyataan bahwa kehilangan itu betul terjadi. Individu yang mengalami kehilangan (kematian) orang yang dicintai seolah-olah orang tersebut masih hidup. Dia mungkin mengalami halusinasi melihat orang yang meninggal tersebut berada di tempat biasanya ia berada atau merasa mendengar suaranya. Reaksi fisik yang terjadi pada tahap penyangkalan adalah keletihan, kelemahan, kepucatan, mual, diare, sesak napas, detak jantung cepat, menangis, gelisah. Reaksi demikian dapat berlangsung selama beberapa menit sampai beberapa tahun.

Fase marah (anger). Serupa dengan individu dengan keadaan menjelang ajal, individu mulai sadar tentang kenyataan kehilangan yang terjadi. Individu menunjukkan perasaan marah yang meningkat dan sering diprojeksikan kepada orang yang ada di lingkungannya atau orang-orang tertentu. Reaksi fisik yang sering terjadi pada tahap ini antara lain wajah merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.

Fase tawar-menawar (bargaining). Apabila individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya, maka ia maju tahap tawar-menawar. Reaksi sering dinyatakan dengan kata-kata seandainya saya hati-hati, kenapa harus terjadi pada keluarga saya.

Fase depresi. Tahap ini individu sering menunjukkan sikap menarik diri, tidak mau berbicara atau putus asa. Gejala fisik yang sering diperlihatkan adalah menolak makan, susah tidur, letih, libido menurun.

Fase penerimaan (acceptance). Tahap ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran yang selalu terpusat dengan objek atau orang yang hilang akan mulai berkurang atau menghilang. Individu telah menerima kenyataan kehilangan yang dialaminya, gambaran tentang objek atau orang yang hilang mulai dilepaskan dan secara bertahap perhatian mulai dialihkan kepada objek yang baru. Tahap penerimaan ini biasanya diungkapkan dengan kalimat saya betul-betul menyayangi tas saya yang hilang, tetapi tas saya yang baru ini manis juga, apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh, atau yaah,akhirnya saya harus dioperasi juga.Apabila individu dapat melalui tahap-tahap tersebut dan mencapai tahap penerimaan, maka ia dapat mangakhiri proses kedukaan dan mengatasi perasaan kehilangan secara tuntas. Apabila individu tetap berada pada salah satu tahap lebih awal dan tidak mencapai tahap penerimaan, jika ia mengalami kehilangan lagi, akan sulit baginya untuk mencapai tahap penerimaan.

4. KARAKTERISTIK BERDUKAKarakteristik berduka menurut Burgers dan Lazare (1976) :1. Berduka yang menunjukkan reaksi syok dan ketidakyakinan.2. Berduka yang menunjukkan perasaan sedih dan hampa bila teringat tentang kehilangan orang yang disayangi.3. Berduka yang menunjukkan perasaan yang tidak nyaman dan sering disertai dengan menangis, serta keluhan-keluhan sesak pada dada, rasa tercekik, napas pendek.4. Mengenang almarhum terus-menerus.5. Memperoleh pengalaman perasaan berduka.6. Cenderung menjadi mudah tersinggung dan marah.

5. JENIS KEHILANGANJenis kehilangan yaitu: Kehilangan orang yang bermakna, misalnya akibat kematian atau di penjara Kehilangan kesehatan bio-psiko-sosial, misalnya menderita penyakit, amputasi, kehilangan pendapatan, kehilangan perasaan tentang diri, kehilangan pekerjaan, kehilangan kedudukan dan kehilangan kemampuan seksual Kehilangan milik pribadi (mis, uang, perhiasan)

6. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEHILANGANFaktor PredisposisiFaktor predisposisi yang mempengaruhi reaksi kehilangan adalah genetik, kesehatan fisik, kesehatan jiwa, pengalaman masa lalu. Genetik Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga yang mempunyai riwayat depresi biasanya sulit mengembangkan sikap optimistik dalam menghadapi suatu permasalahan, termasuk menghadapi kehilangan. Kesehatan FisikIndividu dengan keadaan fisik sehat, cara hidup yang teratur, cenderung mempunyai kemampuan mengatasi stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang sedang mengalami gangguan fisik. Kesehatan mental/jiwaIndividu yang mengalami gangguan jiwa terutama yang mempunyai riwayat depresi, yang ditandai perasaan tidak berdaya, pesimistik, selalu dibayangi oleh masa depan yang suram, biasanya sangat peka terhadap situasi kehilangan. Pengalaman kehilangan di masa laluKehilangan atau perpisahan dengan orang yang bermakna di masa kanak-kanak akan mempengaruhi kemampuan individu dalam menghadapi kehilangan di masa dewasa.

Faktor PresipitasiStres yang dapat menimbulkan perasaan kehilangan dapat berupa stres nyata, atau imajinasi individu, seperti kehilangan yang bersifat bio-psiko-sosial antara lain kehilangan kesehatan (sakit), kehilangan fungsi seksualitas, kehilangan harga diri, kehilangan pekerjaan, kehilangan peran dalam keluarga, kehilangan posisi di masyarakat.Individu dalam status kehilangan sering menunjukkan perilaku seperti menangis atau tidak mampu menangis, marah, putus asa, kadang-kadang ada tanda upaya bunuh diri atau ingin membunuh orang lain. Mekanisme pertahanan yang sering digunakan oleh individu sebagai respons terhadap kehilangan antara lain menyangkal, represi, intelektualisasi, regresi, supresi, dan projeksi (lihat mekanisme pertahanan). Regresi yang dipakai secara berlebihan dan tidak tepat, sering ditemukan pada pasien depresi.

7.TANDA DAN GEJALA KEHILANGANa. Ungkapan kehilanganb. Menangisc. Gangguan tidurd. Kehilangan nafsu makane.Sulit berkonsentrasif. Karakteristik berduka yang berkepanjangan,yaitu: Mengingkari kenyataan kehilangan terjadi dalam waktu yang lama Sedih berkepanjangan Adanya gejala fisik yang berat Keinginan untuk bunuh diri

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN BERDUKA DAN KEHILANGAN(1) PENGKAJIANbeberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengkajian:a. Perawat menkaji pasien berduka dan anggota keluarga yang mengalami kehilangan untuk menentukan tingkatan berduka.b. Pengkajian terhadap gejala klinis berduka (Schulz, 1978) yang mencakup: sesak di dada, napas pendek, berkeluh kesah, perasaan penuh di perut, kehilangan kekuatan otot, distres perasaan hebatc. Enam karakteristik berduka (Burgers dan Lazare, 1976) juga dikaji: respons fisiologi, respon tubuh terhadap kehilangan atau mengetahui lebih dulu kehilangan dengan suatu reaksi stres. Perawat dapat mengkaji tanda klinis respons tersebut.d. Faktor yang mempengaruhi suatu reaksi kehilangan yang bermakna bergantung pada persepsi individu terhadap pengalaman kehilangan, umur, kultur, keyakinan spiritual, peran seks, status sosial-ekonomik.e. Faktor predisposisi yang mempengaruhi reaksi kehilangan yang mencakup genetik, kesehatan fisik, kesehatan mental, pengalaman kehilangan di masa lalu.f. Faktor presipitasi, ada beberapastressor yang dapat menimbulkan perasaan kehilangan dapat berupa stres nyata, atau imajinasi individu, seperti kehilangan yang bersifat bio-psiko-sosial antara lain kehilangan kesehatan (sakit), kehilangan fungsi seksualitas, kehilangan harga diri, kehilangan pekerjaan, kehilangan peran dalam keluarga, kehilangan posisi di masyarakat. g. Faktor pencetus mencakup perilaku yang ditunjukkan oleh individu yang mengalami kehilangan, dan mekanisme koping yang sering digunakan oleh individu.h. Pengkajian meliputi upaya mengamati dan mendengarkan isi duka cita klien: apa yang dipikirkan, dikatakan, dirasakan, dan diperhatikan melalui perilaku.Beberapa percakapan yang merupakan bagian pengkajian agar mengetahui apa yang mereka pikir dan rasakan adalah : Persepsi yang adekuat tentang kehilangan Dukungan yang adekuat ketika berduka akibat kehilangan Perilaku koping yang adekuat selama prosesi. Mekanisme kopingKoping yang sering dipakai individu dengan kehilangan respon antara lain:Denial, Represi, Intelektualisasi, Regresi, Disosiasi, SupresidanProyeksiyang digunakan untuk menghindari intensitas stress yang dirasakan sangat menyakitkan. Regresi dan disosiasi sering ditemukan pada pasien depresi yang dalam. Dalam keadaan patologis mekanisme koping tersebut sering dipakai secara berlebihan dan tidak tepat.j. Respon Spiritual1)KecewadanmarahterhadapTuhan2)Penderitaankarenaditinggalkanataumerasaditinggalkan3)Tidakmemilkiharapan; kehilanganmaknak. ResponFisiologis1)Sakitkepala, insomnia2)Gangguannafsumakan3)Beratbadanturun4)Tidakbertenaga5)Palpitasi, gangguanpencernaan6)Perubahansistemimunedanendokrinl. ResponEmosional1)Merasasedih, cemas2)Kebencian3)Merasabersalah4)Perasaanmati rasa5)Emosi yang berubah-ubah6)Penderitaandankesepian yang berat7)Keinginan yang kuat untuk mengembalikan ikatan dengan individu atau benda yang hilang8)Depresi, apati, putus asa selama fase disorganisasi dan keputusasaan9)Saat fase reorganisasi, muncul rasa mandiri dan percaya dirim. Respon Kognitif1)Gangguanasumsidankeyakinan2)Mempertanyakan dan berupaya menemukan makna kehilangan3)Berupaya mempertahankan keberadaan orang yang meninggal4)Percaya pada kehidupan akhirat dan seolah-olah orang yang meninggal adalah pembimbing.

n. perilakuIndividu dalam proses berduka sering menunjukkan perilakus eperti :1)Menangis tidak terkontrol2)Sangat gelisah; perilaku mencari3)Iritabilitas dan sikap bermusuhan4)Mencari dan menghindari tempat dan aktivitas yang dilakukan bersama orang yang telah meninggal.5)Menyimpan benda berharga orang yang telah meninggal pada halingin membuangnya6)Kemungkinan menyalahgunakan obat atau alkohol7)Kemungkinan melakukan gestur, upaya bunuh diri atau pembunuhan8)Mencari aktivitas dan refleksi personal selama fasere organisasi

DIAGNOSA1. Berduka cita yang berhubungan dengan kehilangan aktual atau yang dipersepsi2. Duka cita terganggu3. Resiko duka cita terganggu

RENCANA KEPERAWATANa.TujuanTujuan umum:Pasien berperan aktif melalui proses berduka secara tuntas.Tujuan khusus:1.Mampu mengungkapkan perasaan berduka2.Menjelaskan makna kehilangan3.Klien dapat mengungkapkan kemarahannya secara verbal4.Klien dapat mengatasi kemarahannya dengan koping yang adaptif5.Klien dapat mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan takutnya6.Klien dapat mengidentifikasi tingkat depresi7.Klien dapat mengurangi rasa bersalahnya8.Klien dapat menghindari tindakan yang dapat merusak diri9.Klien dapat menerima kehilangan10. Klien dapat bersosialisasi lagi dengan keluarga atau orang lain

b. Tindakan Keperawatan

TahapTindakan Keperawatan

Mengingkari Jelaskan proses berduka Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaan nya Mendengarkan dengan penuh perhatian Secara verbal dukung pasien,tapi jangan dukung pengingkaran yang dilakukan Jangan bantah pengingkaran pasien,tetapi sampaikan fakta Teknik komunikasi diam dan sentuhan Perhatikan kebutuhan dasar pasien

Marah Dorong dan beri waktu kepada pasien untuk mengungkapkan kemarahan secara verbal tanpa melawan dengan kemarahan Bantu pasien atau keluarga untuk mengerti bahwa marah adalah respon yang normal karena merasakan kehilangan dan ketidakberdayaan Fasilitasi ungkapan kemarahan pasien dan keluarga Hindari menarik diri dan dendam karena pasien /keluarga bukan marah pada perawat Tangani kebutuhan pasien pada segala reaksi kemarahan nya.

Tawar Menawar Bantu pasien untuk mengidentifikasi rasa bersalah dan rasa takutnya Dengarkan dengan penuh perhatian Ajak pasien bicara untuk mengurangi rasa bersalah dan ketakutan yang tidak rasional Berikan dukungan spritual

Depresi Identifikasi tingkat depresi dan bantu mengurangi rasa bersalah Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan kesedihannya Beridukungan non verbal dengan cara duduk disamping pasien dan memegang tangan pasien Hargai perasaan pasien Bersama pasien bahas pikiran negatif yang sering timbul Latih pasien dalam mengidentifikasi hal positif yang masih dimiliki

Penerimaan Sediakan waktu untuk mengunjungi pasien secara teratur Bantu klien untuk berbagi rasa ,karena biasaanya tiap anggota tidak berada ditahap yang sama pada saat yang bersamaan. Bantu pasien dalam mengidentifikasi rencanakegiatan yang akan dilakukan setelah masa berkabung telah dilalui. Jika keluarga mengikuti proses pemakaman,hal yang dapat dilakukan adalah ziarah (menerima kenyataan),melihat foto-foto proses pemakaman

No DiagnosaKriteria Hasil(NOC)Tindakan keperawatan(NIC)

1.Duka citaDefinisi: proses kompleks yang normal yang mencakup respon dan perilaku emosi, fisik, spiritual, sosial, dan intelektual ketika individu, keluarga, dan komunitas menghadapi kehilangan aktual, kehilangan yang di antisipasi, atau persepsi kehilangan kedalam kehidupan mereka sehari-hari.Batasan karakteristik:Subjektif: Marah Menyalahkan Merasa terpisah Putus asa Mengalami peredaan Nyeri Pertumbuhan personal Distres psikologis KepedihanObjektif: Perubahan tingkat aktvitas Perubahan pola mimpi Perubahan fungsi imun Perubahan fungsi neuro endoktrin Perubahan pola tidur Disorganisasi Mempertahankan hubungan dengan almarhum Memberi makna terhadap kehilangan Perilaku panikFaktor yang berhubungan: Antisipasi kehilangan objek yang berarti (mis,harta benda, pekerjaan, status, rumah, bagian dan proses tubuh) Antisipasi kehilangan orang terdekat Kematian orang terdekat

Klien berhasil mengatasi duka citayang ditunjukkan dengankeberhasilan adaptasi dengan ketunadayaan fisik, koping, koping keluarga, iklim sosial keluarga, penyelesaian dukacita, dan penyesuaian psikososial: perubahan hidup Pasien menunjukkan koping,yang dibuktikan oleh ndikator berikut (tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, selalu):-mengidentifikasi pola koping yang efektif-mencari informasi tentang penyakit dan pengobatannyaMenggunakan strategi koping yang efektifMenggunakan dukungan sosial yang tersediaMencari dukungan profesional,sesuai dengan kenutuhan-melaporkan penurunan gejala fisik stres dan perasaan fisik negatif Pasien memperlihatkan penyelesaian dukacita yang dibuktikan oleh indikator sbg berikut:-pulih dari perasaan kehilangan-mengungkapkan secara verbal realitas kehilangan-turut serta dalam merencanakan acara pemakaman-berbagi kehilangan dengan orng terdekat-kemajuan dalam melewati tahap dukacita-memperrahankan kerapian dan kebersihan diri-melaporkan penurunan fokus pikiran terhadap kehilangan-melaporkan asupan nutrisi yang adekuat-melaporkan gairah seksual yang normal

Kaji pengalaman masa lalu pasien atau keluarga tentang kehilangan, keberadaan sistem pendukung, dan penyelesaian dukacita saat ini Tentukan penyebab dan lamanya waktu sejak diagnosis kematian fetus/bayi Fasilitasi proses dukacita: mengidentifikasi kehilangan. Ajarkan karakteristik proses berduka yang normal dan tidak normal Diskusikan perbedaan pola proses berduka individu (mis,laki-laki vs perempuan) Fasilitasi proses dukacita : ajarkan fase-fase proses dukacita, jika perlu Rujuk ke sumber-sumber yang diperlukan, seperti kelompok pendukung, bantuan hukum,bantuan keuangan, layanan sosial, pemuka agama, konselor dukacita, konselor genetik. Bantu pasien/keluarga untuk menyatakan ketakutan/kekhawatirannya secara verbal terhadap potensial kehilangan, termasuk dampak ada unit keluarga Bantu pasien atau keluarga untuk mengungkapkan ketakutan, rencana, kekhawatiran, dan harapan satu sama lainya.

2.Duka cita tergangguDefinisi: gangguan yang terjadi setelah kematian orang terdekat, ketika pengalaman distres yang menyertai kehilangan gagal memenuhi harapan normatif dan bermanifestasi gangguan fungsional.Batasan karakteristik:Subjektif Penurunan rasa kesejahteraan Depresi Keletihan Merindukan yang telah tiada Distres emosi yang persistem Terlalu fokus memikirkan yang telah tiada Merenung Mengungkakan secara verbal ansietas Mengugkapkan secara verbal perasaan distres akibat kehilangan Mengungkapkan secara verbal perasaan linglung Mengungkapkan secara verbal perasaan kosong Mengungkapkan secara verbal perasaan terkejut Mengungkapkan secraa verbal perasaan syok Mengungkapkan secara verbal perasaan marah Mengungkapkan secara verbal terpisah dari orang lain Mengungkapkan secara verbal perasaan tdk percaya Mengungkapkan secara verbal perasaan curiga Mengungkapkan secara verbal kurang menerima kematian Mengungkapkan secara verbal memori yang mneyedihkan secara persistem Mengungkapkan secara verbal menyalahkan diri sendiri BerteriakObyektif Penurunan fungsi dalam peran kehidupan Mengalami gejala somatik kehilangan Menghindari dukacita tingkat keintiman rendah Mencari-cari sosok almarhum Menyalahkan dirisendiri Kesedihan akibat perpisahan Distres traumatikFaktor yang berhubungan Kematian orang terdekat Emosi tdk stabil Kurang dukungan sosial Kematian tiba-tiba orang terdekat klien/keluarga akan berhasil mengatasi dukacita terganggu yang dibuktikan oleh keberhasilan koping, koping kleuarga, daya tahan keluarga, penyelesaian dukacita, penyesuaian psikososial: perubahan hidup, dan performa peran memperlihatkan performa peran, yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut:-kemampuan untuk memenuhi harapan peran-performa perilaku peran keluarga-performa perilaku peran komunitas-perasaan nyaman denga harapan peran kaji dan dokumentasikan keberadaan dan sumber dukacita klien berikan informasi kepada oasien dan keluarga tentang rumah sakit dan sumber-sumber di komunitas, seperti kelompok swa-bantu prakarsai konferensi perawatan pasien untuk meninjau kebutuhan pasien dan keluarga terkait tahap dukacita mereka dan untuk membuat rencana perawatan cari dukunagn di antara teman sebaya dan orang lain untuk memberikan perawatan yang dibutuhkan klien pahami reaksi dukacita pasien dan keluarga pada saat melanjutkan aktivitas perawatan yang diperlukan diskusikan dengan pasien dan keluarga dampak kehilangn pada unit keluarga dan fungsinya cegah konfrontasi terhadap penyangkalan dan pada saat yang sama,jangan menguatkan penyangkalan seimbangkan kesalahpahaman dengan realitas dukung kemandirian dalam melakukan perawatan diri, membantu klien hanya bila diperlukan buat jadwal untuk kontak dengan klien bina hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga bantu klien dengn keluarga untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses pengambilan keputusan beri lingkungan yang aman, terlindungi, an memiliki privasi untuk memfasilitasi proses dukacita klien dan keluarga keali dan dukung kekuatan setiap anggota keluarga

3.Resiko dukacita tergangguDefinisi:beresiko mengalami gangguan yang terjadi setelah kematian orang terdekat, ketika pengalaman distres yang menyertai kehilangan gagal memenuhi harapan normatif dan bermanifestasi gangguan fungsionalFaktor resiko: kematian orang terdekat ketidakstabilan emosi kurang dukungan sosial (kematian tiba-tiba orang terdekat)

pasien/keluarga tidak akan mengalami dukacita terganggu, yang ditandai oleh keberhasilan koping, koping keluarga, dan penyelesaian dukacita

peningkatan koping: membantu klien untuk beradaptasi dengan perspesi stressor, perubahan, atau ancaman yang dapat mengganggu pemenuhan tuntutan hidup dan peran terapi keluarga:membantu anggota keluarga untuk menggerakkan keluarganya kearah cara hidup yang lebih produktif fasilitasi proses dukacita: membantu klien menyelesaikan proses kehilangan orang terdekat fasilitasi proses dukacita: kematian perinatal: membantu klien menyelesaikan proses kehilangan perinatal.

CONTOH KASUSDi sebuah desa dikota gorontalo ada sepasang suami istri yang baru 1 bulan menikah, sang suami bernama Arza dan sang istri bernama Ningrum. Mereka satu sama lain sangat mencintai. Apabila Arza sakit sang istri pun ikut merasakan sakit, begitu pula sebaliknya. Ketika itu Ningrum baru saja di ketahui positif hamil. Arza dan Ningrum pun sangat senang dan berusaha semaksimal mungkin melindungi dan menjaga calon anak mereka itu.pada suatu hari arzamengalami kecelakaan yang mengakibatkan arza meninggal. Ibu ningrum mengatakan Hal ini membuat ningrum merasa sangat terpukul dia terus menangis, tidak mau makan dan keluar kamar dia mengurung diri dan memandang foto arza dia menjadi jarang berbicara dan terkadang sering teriak memanggil nama arza. Dia sering berkata bahwa tidak percaya arza telah pergi selain itu dia sering terbangun dan menangis keras memanggil arza. Saat pengkajian ningrum tampak lemas,wajah tampak kusut. Klien tampak putus asa dan sedih, klien susah berkosentrasi ketika perawat bertanya.tampak kantung mata tanda-tanda vital N: 75x/mnt , S: 370C , TD: 120/80 mmHg RR: 24x/mntData subyektif Ibu klien mengatakan klien merasa sangat terpukul dia terus menangis, tidak mau makan dan keluar kamar Ibu klien mengatakan klien sering mengurung diri dan memandang foto arza Ibu klien mengatakan klien menjadi jarang berbicara dan terkadang sering teriak memanggil nama arza. Klien mengatakan bahwa tidak percaya arza telah pergi. Klien mengatakan sering terbangun dan menangis keras memanggil arza

Data obyektif Klien tampak lemas wajah tampak kusut, Klien tampak putus asa dan sedih, klien susah berkosentrasi ketika perawat bertanya. tampak kantung mata tanda-tanda vitalN: 75x/mnt S: 370C TD: 120/80 mmHgRR: 24x/mnt

Pohon masalah Isolasi Sosial Efek

Duka Cita Terganggu Core Problem

ketidakefektifan koping individu Etiologi

Diagnosa KeperawatanDuka Cita Terganggu b/d Ketidakefektifan Koping IndividuRencana KeperawatanDuka cita terganggu b/d Ketidakefektifan Koping Individu.Definisi: gangguan yang terjadi setelah kematian orang terdekat, ketika pengalaman distres yang menyertai kehilangan gagal memenuhi harapan normatif dan bermanifestasi gangguan fungsional.Batasan karakteristik:Subjektif Ibu klien mengatakan klien merasa sangat terpukul dia terus menangis, tidak mau makan dan keluar kamar Ibu klien mengatakan klien sering mengurung diri dan memandang foto arza Ibu klien mengatakan klien menjadi jarang berbicara dan terkadang sering teriak memanggil nama arza. Klien mengatakan bahwa tidak percaya arza telah pergi. Klien mengatakan sering terbangun dan menangis keras memanggil arza

NOC

klien/keluarga akan berhasil mengatasi dukacita terganggu yang dibuktikan oleh keberhasilan koping, koping kleuarga, daya tahan keluarga, penyelesaian dukacita, penyesuaian psikososial: perubahan hidup, dan performa peran memperlihatkan performa peran, yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut:-kemampuan untuk memenuhi harapan peran-performa perilaku peran keluarga-performa perilaku peran komunitas-perasaan nyaman denga harapan peranNIC

kaji dan dokumentasikan keberadaan dan sumber dukacita klien berikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang rumah sakit dan sumber-sumber di komunitas, seperti kelompok swa-bantu prakarsai konferensi perawatan pasien untuk meninjau kebutuhan pasien dan keluarga terkait tahap dukacita mereka dan untuk membuat rencana perawatan cari dukunagn di antara teman sebaya dan orang lain untuk memberikan perawatan yang dibutuhkan klien pahami reaksi dukacita pasien dan keluarga pada saat melanjutkan aktivitas perawatan yang diperlukan diskusikan dengan pasien dan keluarga dampak kehilangn pada unit keluarga dan fungsinya cegah konfrontasi terhadap penyangkalan dan pada saat yang sama,jangan menguatkan penyangkalan seimbangkan kesalahpahaman dengan realitas dukung kemandirian dalam melakukan perawatan diri, membantu klien hanya bila diperlukan buat jadwal untuk kontak dengan klien bina hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga bantu klien dengn keluarga untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses pengambilan keputusan beri lingkungan yang aman, terlindungi, an memiliki privasi untuk memfasilitasi proses dukacita klien dan keluarga keali dan dukung kekuatan setiap anggota keluarga

Tahap Tindakan Keperawatana. Mengingkari Jelaskan proses berduka Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaan nya Mendengarkan dengan penuh perhatian Secara verbal dukung pasien,tapi jangan dukung pengingkaran yang dilakukan Jangan bantah pengingkaran pasien,tetapi sampaikan fakta Teknik komunikasi diam dan sentuhan Perhatikan kebutuhan dasar pasienb. Marah Dorong dan beri waktu kepada pasien untuk mengungkapkan kemarahan secara verbal tanpa melawan dengan kemarahan Bantu pasien atau keluarga untuk mengerti bahwa marah adalah respon yang normal karena merasakan kehilangan dan ketidakberdayaan Fasilitasi ungkapan kemarahan pasien dan keluarga Hindari menarik diri dan dendam karena pasien /keluarga bukan marah pada perawat Tangani kebutuhan pasien pada segala reaksi kemarahan nya.c. Tawar-menawar Bantu pasien untuk mengidentifikasi rasa bersalah dan rasa takutnya Dengarkan dengan penuh perhatian Ajak pasien bicara untuk mengurangi rasa bersalah dan ketakutan yang tidak rasional Berikan dukungan spirituald. Depresi Identifikasi tingkat depresi dan bantu mengurangi rasa bersalah Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan kesedihannya Beri dukungan non verbal dengan cara duduk disamping pasien dan memegang tangan pasien Hargai perasaan pasien Bersama pasien bahas pikiran negatif yang sering timbul Latih pasien dalam mengidentifikasi hal positif yang masih dimilikie. Penerimaan Sediakan waktu untuk mengunjungi pasien secara teratur Bantu klien untuk berbagi rasa ,karena biasaanya tiap anggota tidak berada ditahap yang sama pada saat yang bersamaan. Bantu pasien dalam mengidentifikasi rencana kegiatan yang akan dilakukan setelah masa berkabung telah dilalui. Jika keluarga mengikuti proses pemakaman,hal yang dapat dilakukan adalah ziarah (menerima kenyataan),melihat foto-foto proses pemakaman

STRATEGI PELAKSANAAN Strategi Pelaksanaan pertemuan pertama

Masalah utama : kehilangan dan berdukaPertemuan ke : 1(respon mengingkari terhadap kematian suami)a.proses keperawatan1.Kondisi : klien tampak menangis terus dan tampak lemah2.Diagnosa : Duka cita terganggu3.TUK :1. Klien dapat membina hubungan saling percaya2. Klien mampu mengungkapkan perasaan berduka

4.Tindakan keperawatan :a. Bina hubungan saling percayab. Jelaskan proses berdukac. Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaan nyad. Mendengarkan dengan penuh perhatiane. Secara verbal dukung pasien,tapi jangan dukung pengingkaran yang dilakukanf. Teknik komunikasi diam dan sentuhang. Perhatikan kebutuhan dasar pasienStrategi pelaksanaan pertemuan Pertama 1. Fase pra interaksiPerawat melihat data-data pasien meliputi identitas pasien , alamat , pekerjaan , pendidikan , agama , suku bangsa ,riwayat kesehatan (RKS,RKD.RKK).Perawat telah siap melakukan tugas nya tanpa ada masalah pribadi yang terbawa-bawa.2. Fase orientasiselamat pagi, bu ningrum. bagaimana perasaan ibu sekarang? Perkenalkan bu, Saya perawat A . jadi bu hari ini saya akan membantu ibu untuk melewati masalah ibu. Bagaimana ibu apa ibu punya waktu sekitar 10-15 menit. Saya akan menemani ibu sampai kemakam sampai prosesi pemakaman nya selesai ya bu.

3. Fase kerjaapakah ibu mau menyampaikan sesuatu? Baiklah ibu saya paham dengan perasaan ibu saat ini,ibu sedih dan kita semua disini juga sedih, tapi semua itu sudah kehendak dari yang kuasa, kita sebagai manusia hanya bisa berserah diri dan menerima semua ini, ibu mau minum? Saya ambilkan... ya. Bagaimana dengan makan?coba sedikit ya bu,agar ibu tidak lemas,apakah ibu mau kemakam? Baiklah akan saya temani ya bu...4. Fase terminasisetelah kembali dari makam ,bagaimana perasaan ibu? Ibu masih tampak tampak sedih .saya akan pulang dulu ya bu. Usahakan ibu makan,minum,dan istirahat ya.nanti,dua hari lagi saya akan datang kesini lagi ya bu,dijam yang sama.kita.baiklah bu,sampai jumpa.Strategi Pelaksanaan pertemuan KeduaMasalah utama : kehilangan dan berdukaPertemuan ke : 2(respon marah terhadap kematian suami)a.proses keperawatan1.Kondisi : klien masih tampak sedih dan menyendiri2.Diagnosa : Duka cita terganggu3.TUK : 3.Klien dapat mengungkapkan kemarahan nya secara verbal 4. Klien dapat mengatasi kemarahan nya dengan koping yang adaptif4.Tindakan keperawatanDorong dan beri waktu kepada pasien untuk mengungkapkan kemarahan secara verbal tanpa melawan dengan kemarahanBantu pasien atau keluarga untuk mengerti bahwa marah adalah respon yang normal karena merasakan kehilangan dan ketidakberdayaanFasilitasi ungkapan kemarahan pasien dan keluargaHindari menarik diri dan dendam karena pasien /keluarga bukan marah pada perawatTangani kebutuhan pasien pada segala reaksi kemarahan nya.

strategi pelaksanaan1. Fase pra interaksiPerawat telah siap melakukan tindakan selanjutnya tanpa ada masalah pribadi yang terbawa-bawa.2. Fase orientasiselamat pagi bu,masih ingat dengan saya? Saya perawat roma.yang kemarin kesini bu,tampak nya ibu sedang kesal? ibu bisa ceritakan kenapa ibu tampak kesal,saya akan menemani ibu selama 20 menit ya.kita ngobrol-ngobrol disini aja bu? Dihalaman depan ? Oww..baiklah kalau begitu.3. Fase kerjaApa yang membuat ibu kesal?apa yang ibu rasakan saat kesal dan apa yang telah ibu lakukan untuk mengatasi kekesalan ibu?baiklah bu.saya mengerti,ada beberapa cara untuk meredakan kekesalan ibu,yaitu tarik nafas dalam,istigfar,berwudhu ,shalat ,dan bercakap- cakap dengan anggota keluarga ibu yang lain.ibu punya hobi olah raga atau hobi yang lain nya? Oya...kalau begitu ibu bisa melakukan hobi ibu untuk dapat mengatasi kekesalan ibu.4. Fase terminasinah,kalau masih muncul rasa kesal ,coba lakukan cara yang kita bahas tadi ya bu? mau coba cara yang mana ? mau dijadwalkan ?baiklah,dua hari lagi kita bertemu lagi ya bu disini?membahas tentang perasaan ibu lebih lanjut,bagaimana ibu? baiklah kalau begitu saya mohon pamit dulu ya bu,sampai jumpa.Strategi Pelaksanaan pertemuan KetigaMasalah utama:kehilangan dan berdukaPertemuan ke: 3(respon tawar menawar terhadap kematian suami)a.proses keperawatan1.Kondisi:klien tampak merasa bersalah,2.Diagnosa:Duka cita3.TUK: 5.Klien dapat mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan takutnya4.tindakan keperawatana.Bantu pasien untuk mengidentifikasi rasa bersalah dan rasa takutnyab.Dengarkan dengan penuh perhatianc.Ajak pasien bicara untuk mengurangi rasa bersalah dan ketakutan yang tidak rasionald.Berikan dukungan spritual

b. strategi pelaksanaan1. fase pra interaksiPerawat telah siap melakukan tindakan selanjutnya tanpa ada masalah pribadi yang terbawa-bawa.2. fase orientasiselamat siang bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah ibu sudah melakukan cara yang saya ajarkan untuk mengurangi perasaan kesal ibu?Dapatkah kita erbicara tentang perasaan ibu sekarang ? kita bicara 20 menit saja.dimana kita bicara bu? Diruang ini saja? Heem..baiklah bu.3.fase kerjasaya dapat memahami perasaan ibu,silahkan bercerita tentang perasaan ibu.tidak ada yang dapat kita salahkan ,bu.saya mengerti,sulit bagi ibu untuk menerima kehilangan ini.bagus, ibu mulai menyadari perasaan yang sudah diungkapkan karena semua ini adalah kehendak Allah .apabila perasaan bersalah dan takut itu muncul kembali ibu berzikir ,shalat,atau melakukan kegiatan ibadah yang lain.bagaimana,bu? Apakah ibu akan coba lakukan?4.fase terminasiBagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang ? iya,bu.ibu terus berdoa ya.ibu dapat bercerita dengan anggota keluarga ibu.bagus, ibu sudah dapat mengungkapkan nya.nanti bapak dapat berzikir dan istigfar setiap saat dan saat rasa bersalah itu munculkembali.ibu,dua hari lagi saya akan.kita akan bicara tentang perasaan ibu.saya pamit dulu ya, bu.sampai jumpa.

Strategi Pelaksanaan pertemuan KeempatMasalah utama:kehilangan dan berdukaPertemuan ke:4(respon depresi terhadap kematian suami)a.proses keperawatan1.Kondisi:klien tampak sedih berkepanjangan,2.Diagnosa:Duka cita3.TUK:6.Klien dapat mengidentifikasi tingkat depresi7.Klien dapat mengurangi rasa bersalah nya8.Klien dapat menghindari tindakan yang dapat merusak diri4.Tindakan keperawatana.Identifikasi tingkat depresi dan bantu mengurangi rasa bersalahb.Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan kesedihannyac.Beridukungan non verbal dengan cara duduk disamping pasien dan memegang tangan pasiend.Hargai perasaan pasiene.Bersama pasien bahas pikiran negatif yang sering timbulf.Latih pasien dalam mengidentifikasi hal positif yang masih dimilikib.strategi pelaksanaan1. fase pra interaksiPerawat telah siap melakukan tindakan selanjutnya tanpa ada masalah pribadi yang terbawa-bawa.2.fase orientasiSelamat siang bu .bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah ada yang ingin ibu ceritakan pada saya? Hari ini kita berbicara tentang kegiatan positif yang dapat ibu ani lakukan. Berapa lama kita bicara,bu? Baiklah,20 menit ya bu.dimana kita bicara ? disini ? baiklah bu.3.fase kerjabaiklah bu,saya akan duduk disebelah ibu dan menemani ibu.saya siap mendengarkan apabila apabila ada yang ingin disampaikan.ibu boleh menangis,akan ada perasaan lega.ibu,saya akan merasakan apa yang sedang ibu rasakan.ibu dapat menggunakan kesempatan yang ada dengan bercakap-cakapdengan anggota keluarga ibu seperti suami ibu yang dua lagi, atau suami ibu.(mulai membawa kerealitas aspek positif.)ibu dapat berbicara dengan tetangga yang punya pengalaman yang sama seperti ibu.sekarang,bagaimana kalau kita berdiskusi tentang kegiatan positif yang ibu lakukan? Mulai dari yang biasa ibu lakukan dirumah maupun kegiatan lain diluar rumah.bagaimana kalau kita buat daftar kegiatan yang dapat ibu lakukan? Wow..bayak sekali kegiatan yang dapat ibu lakukan .

4.fase terminasiibu,bagaimana perasaan ibu setelah kita bicara? Iya,benar,masih banyak yang dapat ibu lakukan.ibu dapat melakukan kegiatan yang tadi sudah kita bahas.saya percaya ibu bisa.saya pamit ya, bu.dua hari lagi saya akan datang untuk membicarakan tentang perasaan ibu.kira-kira jm berapa saya boleh datang? Baiklah, pak.sampai jumpa.

Strategi Pelaksanaan pertemuan KelimaMasalah utama:kehilangan dan berdukaPertemuan ke:5(respon penerimaan terhadap kematian suami)a.proses keperawatan1.Kondisi:klien tampak sedih berkepanjangan,2.Diagnosa:Duka cita3.TUK:9.Klien dapat menerima kehilangan10.Klien dapat bersosialisasi lagi dengan keluarga atau orang lain4.tindakan keperawatana.Sediakan waktu untuk mengunjungi pasien secara teraturb.Bantu klien untuk berbagi rasa ,karena biasaanya tiap anggota tidak berada ditahap yang sama pada saat yang bersamaan.c.Bantu pasien dalam mengidentifikasi rencanakegiatan yang akan dilakukan setelah masa berkabung telah dilalui.d.Jika keluarga mengikuti proses pemakaman,hal yang dapat dilakukan adalah ziarah (menerima kenyataan),melihat foto-foto proses pemakaman

b.strategi pelaksanaan1. fase pra interaksiPerawat telah siap melakukan tindakan selanjutnya tanpa ada masalah pribadi yang terbawa-bawa2.fase orientasiselamat sore ibu.bagaimana perasaan ibu hari ini?seperti janji saya dua hari yang lalu, sekarang saya datang untuk berbicara tentang perasaan ibu.bagaimana kalau kita bicara disini? 30 menit saja ,setuju bu?baiklah bu.3.fase kerjaibu tampak agak ceria dan sangat berbeda dengan 2 hari yang lalu.saya dengar ibu sudah banyak melakukan aktifitas.bagus ,kegiatan apa lagi yang sudah ibu rencanakan untuk mengisi waktu?saya percaya ibu dapat kembali semangat dalam mengisi kehidupan ini.kapan ibu akan berziarah kemakam suami ibu? Ibu sudah melihat foto-foto proses pemakaman suami ibu? Ya, ibu tampak sudah semangat lagi.

4.fase terminasiibu,tidak terasa kita sudah lama berbicara.bagaimana perasaan ibu?syukurlah,ibu jangan lupa dengan jadwal aktivitas dan waktu untuk berziarah kemakam suami ibu.saya pamit ya ,bu.sampai jumpa.

BAB IIIPENUTUPA.KesimpulanKehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya.Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA merumuskan adadua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional.Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan dalam bentuk empati.Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu: Aktual atau nyata dan persepsi. Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai, kehilangan lingkungan yang sangat dikenal, kehilangan objek eksternal, kehilangan yang ada pada diri sendiri/aspek diri, dan kehilangan kehidupan/meninggal.Elizabeth Kubler-rose,1969.h.51, membagi respon berduka dalam lima fase, yaitu : pengikaran, marah, tawar-menawar, depresi dan penerimaan.

B.SaranDalam pembuatan makalah ini kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu saya mengharapkan dan saya menerima dengan tangan terbuka masukan ataupun saran yang dapat mendukung dan membangun demi kesempurnaan pembuataan makalah ini dari pembaca

DAFTAR PUSTAKA

Dalami, ermawati,dkk.2009.Asuhan keperawatan jiwa dengan masalah psikososial.jakarta.trans info media Potter & Perry. 2005.Fundamental Keperawatan volume 1. Jakarta: EGC. Stuart and Sundeen. 1998.Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed.3. Jakarta: ECG. Suliswati,S.Kp,M.Kes,dkk.2005.Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan JIWA.Jakarta: Buku kedokteran EGC Suseno, Tutu April. 2004.Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia: Kehilangan, Kematian danBerduka dan Proses keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.

2