asuhan keperawatan berduka situasional pada ibu a … laporan kasus kelolaan utama 23 3.1 ......

91
UNIVERSITAS INDONESIA ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A YANG MENGALAMI STROKE NON- HEMORAGIK DI RUANG RAWAT ANTASENA RUMAH SAKIT MARDZOEKI MAHDI BOGOR KARYA ILMIAH AKHIR NERS ROSIANA PUTRI, S.Kep 0806334413 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN DEPOK JUNI 2013 Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Upload: others

Post on 06-Dec-2020

34 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

UNIVERSITAS INDONESIA

ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A YANG MENGALAMI STROKE NON- HEMORAGIK

DI RUANG RAWAT ANTASENA

RUMAH SAKIT MARDZOEKI MAHDI BOGOR

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

ROSIANA PUTRI, S.Kep

0806334413

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN

DEPOK

JUNI 2013

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 2: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

UNIVERSITAS INDONESIA

ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A YANG MENGALAMI STROKE NON-HEMORAGIK

DI RUANG RAWAT ANTASENA

RUMAH SAKIT MARDZOEKI MAHDI BOGOR

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners

ROSIANA PUTRI, S.Kep

0806334413

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN

DEPOK

JUNI 2013

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 3: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

ii Universitas Indonesia

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Rosiana Putri, S.Kep

NPM : 0806334413

Tanda Tangan :

Tanggal : 13 Juni 2013

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 4: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

iii Universitas Indonesia

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Ilmiah Akhir Ners ini diajukan oleh :

Nama : Rosiana Putri, S.Kep

NPM : 0806334413

Program Studi : Profesi Ners Keperawatan

Judul Karya Ilmiah Akhir Ners : Asuhan Keperawatan Berduka

Situasional pada Ibu A yang

Mengalami Stroke Non- Hemoragik

di Ruang Rawat Antasena Rumah

Sakit Mardzoeki Mahdi Bogor

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima

sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners

di Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Dr. Mustikasari, SKp., MARS. ( )

Penguji : Fauziah, M.Kep., Sp. Kep. Jiwa. ( )

Ditetapkan di : Depok

Tanggal : 13 Juni 2013

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 5: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

iv Universitas Indonesia

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan

rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N) ini.

Penulisan karya ilmiah akhir Ners ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Ners pada Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak, sulit bagi saya untuk menyelesaikan karya ilmiah akhir Ners ini.

Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Mustikasari,

SKp., MARS., selaku dosen pembimbing akademik dan Ibu Fauziah, M.Kep., Sp.

Kep. Jiwa., selaku pembimbing klinik yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan

pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan karya ilmiah akhir Ners ini.

Selain itu, saya juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dewi Irawaty, M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Indonesia;

2. Ibu Kuntarti, SKp., M.Biomed, selaku Ketua Program Studi Sarjana dan

Profesi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia;

3. Ibu Riri Maria, SKp., MANP., selaku dosen koordinator mata ajar Karya

Ilmiah Akhir Ners (KIA-N) di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Indonesia;

4. Pihak Rumah Sakit Mardzoeki Mahdi (RSMM) Bogor yang telah

menyediakan lahan praktik untuk mata ajar praktik klinik Keperawatan

Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP) Peminatan Jiwa;

5. Ibu Linggar Kumoro, SKp., selaku Kepala Ruang Antasena RSMM Bogor

yang telah banyak membantu saya selama praktik di Ruang Antasena;

6. Seluruh staf perawat Ruang Antasena RSMM Bogor yang telah banyak

membantu dan memberikan banyak pengalaman kepada saya selama

praktik di Ruang Antasena;

7. Mama, Bapak, Iyang Ega, Duli Rika, dan Bowo yang telah memberikan

doanya serta dukungan semangatnya;

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 6: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

v Universitas Indonesia

8. Teman-teman praktik Ruang Antasena (Mbak Cilik, Mbak Yani, Teh Fay,

Oyip) dan My Roommate “Sari” yang telah banyak memberikan semangat

dan membantu saya dalam memberikan kritik dan sarannya selama

penyusunan karya ilmiah akhir Ners ini; dan

9. Pihak-pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.

Saya menyadari bahwa penyusunan karya ilmiah akhir Ners ini masih banyak

terdapat kekurangan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran untuk

kesempurnaan karya ilmiah akhir Ners ini. Semoga karya ilmiah akhir Ners ini

dapat bermanfaat bagi saya dan pembaca khususnya, serta untuk masyarakat pada

umumnya.

Depok, Juni 2013

Penulis

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 7: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

vi Universitas Indonesia

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di

bawah ini:

Nama : Rosiana Putri, S.Kep

NPM : 0806334413

Program Studi : Profesi Ners Keperawatan

Fakultas : Ilmu Keperawatan

Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N)

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty

Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Asuhan Keperawatan Berduka Situasional pada Ibu A yang Mengalami

Stroke Non- Hemoragik di Ruang Rawat Antasena

Rumah Sakit Mardzoeki Mahdi Bogor

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,

mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),

merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama

saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok

Pada tanggal : 13 Juni 2013

Yang menyatakan

(Rosiana Putri, S.Kep)

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 8: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

vii Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : Rosiana Putri, S.Kep

Program Studi : Profesi Ners Keperawatan

Judul : Asuhan Keperawatan Berduka Situasional pada Ibu A

yang Mengalami Stroke Non- Hemoragik di Ruang Rawat

Antasena Rumah Sakit Mardzoeki Mahdi Bogor

Stroke merupakan salah satu penyakit perkotaan yang disebabkan oleh berbagai

faktor, salah satunya adalah gaya hidup buruk yang menjadi masalah kesehatan

yang serius di wilayah perkotaan. Terdapat 11 provinsi mempunyai prevalensi

stroke diatas prevalensi nasional, diantaranya Provinsi Jawa Barat (9.3%). Stroke

dapat menimbulkan dampak negatif terhadap fisik penderitanya, seperti

penurunan fungsi tubuh yang dapat memicu munculnya beberapa masalah

psikososial, salah satunya berduka situasional. Pemunculan emosi positif dengan

masalah berduka situasional diperlukan agar pasien dapat melewati setiap tahapan

berduka dengan baik. Untuk itu, seorang perawat sebaiknya dapat memberikan

asuhan keperawatan dengan membantu memunculkan emosi positif pasien

melalui pengungkapan perasaan dengan cara lisan, aktivitas fisik, sosial dan

spiritual berdasarkan tahapan berduka yang sedang dialaminya.

Kata Kunci:

Asuhan keperawatan, berduka situasional, stroke

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 9: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

viii Universitas Indonesia

ABSTRACT

Name : Rosiana Putri, S.Kep

Study program : Ners Profession Program

Title : The Nursing Care Process of Situational Grieving on Mrs

A with Stroke Non-Hemoragic Disease in Antasena

Room Care of Mardzoeki Mahdi Bogor Hospital

Stroke is one of the urban disease that caused by many factors, one of them is bad

lifestyle that becomes serious health problem in the urban area. There are eleven

provinces that have higher stroke prevalence than national’s, one of them is West

Java Province (9.3%). Stroke may cause negative impacts on the physical

problems, such as the decline of body function that cause many psychosocial

problems, one of them is situational grieving. The appearance of positive

emotions of patient who has situational grieving problem is needed so that patient

can through each stage of grieving well. For that reason, a nurse should give the

nursing care process to help the patient to appear the positive emotions by

expressing his or her feeling with talking, doing physical activity, social and

spiritual according to the stages of grieving that is being experienced.

Keywords:

Nursing Care Process, Situational Grieving, Stroke

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 10: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

ix Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ii

LEMBAR PENGESAHAN iii

KATA PENGANTAR iv

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH vi

ABSTRAK vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

1. PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 5

1.3 Tujuan Penulisan 5

1.3.1 Tujuan Umum 5

1.3.2 Tujuan Khusus 5

1.4 Manfaat Penulisan 6

1.4.1 Manfaat Keilmuan 6

1.4.2 Manfaat Aplikatif 6

1.4.3 Manfaat Metodologis 6

2. TINJAUAN PUSTAKA 7

2.1 Stroke 7

2.1.1 Definisi Stroke 7

2.1.2 Penyebab Stroke 7

2.1.3 Klasifikasi Stroke 10

2.1.3.1 Stroke Hemoragik 10

2.1.3.2 Stroke Non-Hemoragik 11

2.1.4 Patofisiologi Stroke Non-Hemoragik 12

2.1.5 Manifestasi Klinis Stroke 12

2.2 Berduka Situasional 14

2.2.1 Definisi Berduka 14

2.2.2 Faktor Penyebab Berduka 15

2.2.3 Tahapan Berduka 17

2.2.4 Tanda dan Gejala Berduka 18

2.2.5 Akibat Berduka 20

2.2.6 Asuhan Keperawatan Berduka 20

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 11: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

x Universitas Indonesia

3. LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23

3.1 Pengkajian Kasus 23

3.2 Masalah Keperawatan 24

3.3 Pohon Masalah dan Diagnosa Keperawatan 25

4. ANALISIS SITUASI 26

4.1 Profil Lahan Praktik 26

4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep Terkait KKMP

dan Konsep Kasus Terkait 27

4.3 Analisis Intervensi Keperawatan Berduka Situasional terhadap

Konsep dan Penelitian Terkait 32

4.4 Alternatif Pemecahan Masalah 36

5. PENUTUP 39

5.1 Kesimpulan 39

5.2 Saran 40

5.2.1 Bidang Keilmuan 40

5.2.2 Bidang Aplikatif 40

5.2.3 Bidang Metodologis 41

DAFTAR PUSTAKA 42

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 12: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

xi Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Manifestasi Klinis Stroke Berdasarkan Defisit Neurologis

yang Terkena 13

Tabel 2.2 Tanda dan Gejala Berduka Berdasarkan Respon yang

Muncul 19

Tabel 2.3 Tindakan Keperawatan Berdasarkan Tahapan Berduka 22

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 13: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

xii Universitas Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Pohon Masalah Keperawatan 25

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 14: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

xiii Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pengkajian

Lampiran 2 : Analisa Data

Lampiran 3 : Rencana Asuhan Keperawatan

Lampiran 4 : Catatan Perkembangan

Lampiran 5 : Riwayat Hidup Penulis

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 15: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk

memberikan gambaran permasalahan yang ada secara umum dan tujuan dari

diadakannya penulisan. Pada bab pendahuluan ini, penulis membahas latar

belakang yang berisikan justifikasi penulis, rumusan masalah, tujuan penulisan,

serta manfaat penulisan.

1.1 Latar Belakang

Perilaku hidup bersih dan sehat (gaya hidup sehat) masyarakat merupakan

salah satu faktor penting untuk mendukung peningkatan status kesehatan

masyarakat. Seperti diketahui, penduduk perkotaan saat ini harus berhadapan

dengan berbagai masalah kesehatan sebagai akibat gaya hidup dan

lingkungan yang tidak sehat, baik masalah kesehatan konvensional ataupun

modern (Efendi & Makhfudli, 2009). Masalah kesehatan konvensional yang

sering muncul seperti penyakit infeksi dan menular. Sedangkan masalah

kesehatan modern yakni semacam penyakit degeneratif, kelebihan gizi,

penyakit kelamin, serta penyalahgunaan napza dan minuman keras.

Masalah kesehatan yang sering disebabkan karena gaya hidup tidak sehat

diperkotaan adalah munculnya berbagai macam penyakit degeneratif yang

masuk dalam kategori masalah kesehatan modern. Penyakit degeneratif

merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan penyakit yang

muncul akibat kemunduran fungsi sel tubuh, yaitu dari keadaan yang normal

menjadi lebih buruk (Japardi, 2002). Ada sekitar 50 jenis penyakit

degeneratif, diantaranya penyakit jantung dan pembuluh darah (hipertensi,

stroke, dan jantung), endokrin (diabetes mellitus, tiroid, hiperkolesterol),

neoplasma (tumor ganas dan tumor jinak), gangguan pencernaan, kegemukan,

dan lain-lain. Stroke adalah penyebab utama kedua kematian setelah penyakit

iskemik jantung di seluruh dunia, dengan perkiraan 5.5 juta subjek meninggal

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 16: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

2

Universitas Indonesia

karena stroke setiap tahun dari kesemua penyakit degenaratif yang ada

(WHO, 2004).

Berdasarkan data WHO (2010), setiap tahunnya terdapat 15 juta orang di

seluruh dunia menderita stroke. Diantaranya ditemukan jumlah kematian

sebanyak 5 juta orang dan 5 juta orang lainnya mengalami kecacatan yang

permanen. Dua pertiga dari kematian ini terjadi di negara-negara dengan

sumber daya rendah. Prevalensi stroke di Indonesia sendiri ditemukan sebesar

8.3 per 1000 penduduk yang menderita stroke atau sebesar 8.3%. Terdapat 11

provinsi mempunyai prevalensi stroke diatas prevalensi nasional dan provinsi

Jawa Barat masuk ke dalam kesebelas provinsi tersebut yaitu sebesar 9.3%

(Riskesdas, 2007).

Penyakit stroke dianggap sebagai salah satu penyakit yang menakutkan bagi

masyarakat karena dianggap sebagai penyakit yang mematikan dari 10 jenis

penyakit mematikan yang masuk dalam daftar data Riskesdas pada tahun

2007. Stroke didefinisikan sebagai gangguan fungsi otak yang diakibatkan

oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer and Bare, 2002).

Berhentinya suplai darah ke otak ini merupakan akibat adanya sumbatan

ataupun pecahnya pembuluh darah yang disebabkan oleh berbagai faktor,

salah satunya adalah gaya hidup atau kebiasaan yang buruk, seperti pola

makan yang tidak sehat, stress, dan kurang gerak (WHO dalam Andry

Hartono, 2006).

Penyakit stroke merupakan masalah kesehatan yang cukup besar sehingga

memerlukan penanganan secara serius. Hal ini dikarenakan penyakit stroke

dapat menimbulkan dampak negatif pada orang yang mengalaminya, yaitu

dapat berdampak negatif atau buruk pada kondisi fisik dan psikologis. Stroke

dapat menyebabkan kelumpuhan atau kelemahan otot, masalah bicara dan

bahasa, masalah memori dan penalaran, kesulitan menelan, masalah

penglihatan, penurunan kesadaran, dan berpotensi terhadap kematian (Stroke

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 17: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

3

Universitas Indonesia

Association, 2008). Kesemua masalah fisik yang muncul tentunya berpeluang

terhadap timbulnya masalah emosional (psikologis) pada penderita stroke.

Berbagai masalah emosional mungkin dialami setelah seseorang mengalami

stroke. Penelitian Hilari, et al (2010) menunjukkan bahwa penderita stroke

pada tahap baseline (bulan pertama hari rawat) akan mengalami distress

sebagai akibat respon dari kehilangan yang dialaminya. Faktor pencetus

terjadinya distress pada tahap baseline ini adalah karena kurangnya dukungan

sosial, rasa kesepian, dan juga ketidakpuasan terhadap lingkungan sosialnya.

Hal ini yang memunculkan rasa depresi pada penderita stroke sebagai respon

rasa kehilangan dan berduka yang dialaminya.

Penelitian Hilari et al sejalan dengan hasil penelitan yang dilakukan

Townend, et al (2010), dimana sebanyak 33 % dari total 89 responden

mengalami depresi pada tahap berduka pasca stroke di bulan pertama

terserang stroke. Perasaan ini muncul sebagai respon karena ketidakmampuan

emosional individu beradaptasi terhadap stroke yang dideritanya. Respon

yang terlihat umumnya perasaan sedih dan rasa tidak berguna.

Respon berduka yang muncul pada penderita stroke merupakan akibat lanjut

dari kehilangan yang dirasakan oleh seseorang yang baru mengalami stroke.

Seperti diketahui, berduka merupakan respon normal pada semua kejadian

kehilangan. Umumnya, respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan

dimanifestasikan dengan perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah

tidur, dan lain-lain (NANDA, 2011).

Respon berduka yang dapat menyebabkan perasaan depresi tentunya dapat

dicegah dan diatasi agar tidak sampai ketahap yang lebih buruk lagi (berduka

disfungsional). Untuk mengatasi atau mencegah rasa depresi sebagai respon

dari berduka yang dialami penderita stroke, tentunya diperlukan berbagai

upaya dari keluarga, tim kesehatan ataupun lingkungan sosial klien. Beckley

(2006) mengatakan peningkatan emosi positif merupakan upaya yang dapat

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 18: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

4

Universitas Indonesia

dilakukan untuk mengatasi rasa depresi yang dialami penderita stroke

sehingga pemulihan status fungsional juga dapat meningkat.

Penelitian lain menyebutkan bahwa dalam proses pemulihan rasa berduka

pada penderita stroke diperlukan orang lain yang berperan untuk memotivasi

penderita stroke agar mau terlibat dalam kegiatan yang meningkatkan status

fungsionalnya (Deiner & Lucas, 2000). Hal ini didukung oleh penelitian yang

dilakukan Dunn, Elswatte, and Elliot (2009) yang melaporkan bahwa harapan

dan fokus berorientasi pada masa depan dapat meningkatkan emosi positif

dan memotivasi penderita stroke untuk melakukan aktivitas fisik yang

menguntungkan bagi kondisinya setelah stroke. Motivasi ini dapat berasal

dari orang-orang disekitar penderita stroke.

Upaya untuk meningkatkan emosi positif, dukungan sosial, dan motivasi

untuk melakukan aktivitas fisik dinilai cukup berhasil dalam mengatasi

perasaan depresi sebagai respon berduka yang dialami penderita stroke.

Penelitan Seale, et al (2010) menunjukkan dari 840 responden, yaitu

sebanyak 35,6% pada tiga bulan pasca stroke mengalami peningkatan emosi

ke arah positif setelah dilakukan upaya-upaya tersebut. Hal ini dikarenakan

emosi positif dapat mengurangi efek berbahaya dari kecemasan atau depresi

yang sering menyertai terjadinya awal penyakit, termasuk stroke (Fredickson,

et al, 2000).

Masalah berduka yang muncul sebagai respon dari kehilangan fungsi pada

penderita stroke ini harus segera ditangani karena dapat memberikan berbagai

dampak negatif. Dampak negatif yang umumnya muncul adalah perasaan

ketidakberdayaan, gangguan citra tubuh, harga diri rendah, hingga isolasi

sosial. Untuk itu, dibutuhkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak agar

dampak-dampak tersebut tidak muncul. Termasuk bantuan dari seorang

perawat. Perawat harus dapat menangani klien yang mengalami masalah

berduka situasional dengan memberikan asuhan keperawatan yang optimal.

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 19: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

5

Universitas Indonesia

1.2 Perumusan Masalah

Stroke merupakan salah satu penyakit perkotaan yang memiliki masalah yang

kompleks dengan penyebab yang bersifat multifaktorial. Stroke dapat

menimbulkan dampak negatif pada fisik penderitanya, seperti penurunan

fungsi tubuh yang dapat memicu munculnya masalah psikososial. Masalah

psikososial yang biasanya muncul pada awal terserang stroke adalah berduka

situasional sebagai respon dari kehilangan yang dirasakan penderita stroke.

Untuk mengatasi masalah berduka situasional pada penderita stroke agar

tidak berlanjut ke tahap yang lebih parah, seperti depresi, harga diri rendah,

hingga isolasi sosial diperlukan bantuan dari berbagai pihak, termasuk dari

perawat selama proses perawatan di rumah sakit. Perawat harus dapat

menangani klien yang mengalami masalah berduka situasional dengan

memberikan asuhan keperawatan yang optimal pada klien dengan cara

membantu pasien memunculkan emosi positif melalui pengungkapan

perasaan secara verbal, aktivitas fisik, sosial dan spiritual.

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan berduka situasional

pada klien yang mengalami stroke.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penulisan karya ilmiah akhir ini adalah

mahasiswa:

Mampu mengidentifikasi masalah fisik yang muncul pada klien yang

mengalami stroke;

Mampu memberikan gambaran tentang masalah fisik yang

berpengaruh terhadap masalah psikososial pada klien yang mengalami

stroke;

Mampu memberikan asuhan keperawatan fisik maupun psikososial

pada klien yang mengalami stroke;

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 20: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

6

Universitas Indonesia

Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan

praktek dalam pelaksanaan asuhan keperawatan berduka situasional

pada klien yang mengalami stroke;

Mampu mengidentifikasi penyelesaian masalah kesenjangan yang

terjadi antara teori dan praktek dalam pelaksanaan asuhan

keperawatan berduka situasional pada klien yang mengalami stroke.

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Manfaat Keilmuan

Karya ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu

keperawatan, khususnya dalam memberikan gambaran tentang pemberian

asuhan keperawatan berduka situasional pada klien yang mengalami

stroke. Sehingga jika menemukan klien yang mengalami stroke perlu

dikaji lagi aspek psikososial pada klien tersebut.

1.4.2 Manfaat Aplikatif

Karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

gambaran pemberian asuhan keperawatan berduka situasional pada klien

yang mengalami stroke pada pihak rumah sakit dan perawat ruangan

Antasena. Hal ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perawat saat

menemui klien yang mengalami stroke, agar dapat memperhatikan aspek

psikososial saat memberikan asuhan keperawatan terhadap klien sehingga

dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang

diwujudkan dengan meningkatnya kepuasaan klien terhadap pelayanan

keperawatan yang diberikan.

1.4.3 Manfaat Metodologis

Karya ilmiah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai penemuan baru terkait

penerapan asuhan keperawatan psikososial pada klien yang mengalami

stroke sehingga kemudian hari dapat dijadikan sebagai sumber rujukan

ilmiah bagi penulisan karya ilmiah berikutnya.

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 21: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

7 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab tinjauan pustaka ini, penulis menguatkan permasalahan yang akan

dibahas dalam penulisan hasil asuhan keperawatan berduka situasional yang telah

diberikan sebelumnya. Tinjauan pustaka yang dibahas pada bab ini mengenai

konsep dan teori stroke dan berduka situasional. Selain itu, pada bab tinjauan

pustaka ini penulis juga membahas mengenai konsep dan teori terkait pemberian

asuhan keperawatan kepada klien dengan masalah berduka situasional, mulai dari

sampai dengan rencana tindakan yang akan dilakukan.

2.1 Stroke

2.1.1 Definisi Stroke

Stroke merupakan salah satu gangguan yang terjadi pada sistem neurologis

manusia. Stroke atau Cerebro Vasculer Accident (CVA) adalah suatu

keadaan dimana seseorang kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh

berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer & Bare, 2002). WHO

(2004) sendiri mendefinisikan stroke sebagai defisit neurologi akut yang

disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul secara mendadak

dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah fokal pada otak yang

terganggu. Definisi lain menyebutkan stroke adalah suatu defisit

neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragik sirkulasi

saraf otak (Ignatavicius & Workman, 2006). Dari beberapa definisi diatas

dapat disimpulkan bahwa stroke merupakan gangguan yang terjadi pada

sistem neurologis sebagai akibat adanya iskemia ataupun hemoragik

pembuluh darah sehingga suplai darah ke bagian otak terhenti.

2.1.2 Penyebab Stroke

Stroke dapat disebabkan oleh beberapa hal, baik karena adanya bekuan

darah ataupun pecahnya pembuluh darah. Menurut Smeltzer and Bare

(2002), penyebab stroke terbagi menjadi empat jenis yaitu karena adanya

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 22: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

8

Universitas Indonesia

trombosis, emboli serebral, iskemia, dan hemoragik serebral. Trombosis

dan emboli serebral merupakan bekuan darah di dalam pembuluh darah

otak yang berasal dari aliran darah bagian tubuh lain sehingga otak bagian

distal tidak memperoleh nutrien dan oksigen. Hal ini menyebabkan

terjadinya penurunan aliran darah ke otak (iskemia). Selain dapat

menyebabkan iskemia, trombosis dan emboli ini juga dapat memicu

pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke dalam jaringan

otak atau ruang sekitar otak (hemoragik serebral) sehingga mengakibatkan

terjadinya stroke. Stroke merupakan penyakit degeneratif yang tidak dapat

dihindari tetapi dapat dicegah melalui pencegahan berbagai faktor resiko.

Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan stroke,

diantaranya:

Hipertensi

Hipertensi menjadi faktor risiko karena orang yang mengalami

hipertensi (bukan hanya sistemik melainkan juga ginjal) dapat

menyebabkan kontur pembuluh darah berubah, sehingga apapun yang

lewat mudah tertempel dan memudahkan terjadinya arterosklerosis.

Penyakit jantung

Sebanyak 40-90% dari penderita Miocard Cardiac Infark (MCI) akan

berkembang menjadi stroke padahal kerusakan terjadi pada pembuluh

darah koroner (Smeltzer & Bare, 2002). Hal ini disebabkan karena

orang dengan MCI akan terjadi kerusakan ditingkat endokardium yang

rapuh sebagai akibat tidak adanya suplai oksigen sehingga

menyebabkan terjadinya nekrotik yang dapat menyumbat pembuluh

darah.

Diabetus mellitus

Pada penderita diabetes mellitus, viskositas darah akan menjadi

kental. Proses kekentalan darah inilah yang dapat mengendap pada

pembuluh darah. Komplikasi jangka panjangnya akan menyebabkan

angiopati pada pembuluh darah otak (Smeltzer & Bare, 2002).

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 23: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

9

Universitas Indonesia

Usia

Menurut Smeltzer dan Bare (2002), seseorang berusia diatas 65 tahun

beresiko terkena stroke lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan data

Riskesdas (2007) bahwa penyakit terbanyak yang dialami seseorang

diatas usia 65 tahun yang dapat menimbulkan kematian baik pada

laki-laki maupun perempuan di Indonesia adalah stroke yaitu dengan

presentase sebesar 20.9% untuk laki-laki dan 24.4% untuk perempuan.

Hal ini disebabkan pada usia lanjut terjadi proses kalsifikasi pembuluh

darah di otak.

Obesitas

Pada obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningkatan kadar kolesterol

sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada pembuluh darah, salah

satunya pembuluh darah otak.

Habit (kebiasaan)

Pola makan yang salah dapat memicu terjadinya stroke pada individu.

Seringnya mengonsumsi makanan junk food, makanan yang berlemak

atau mengandung kolestrol tinggi dapat memicu penumpukan plak

pada pembuluh darah. Akumulasi konsumsi makanan yang berlemak

atau tinggi kolesterol inilah yang akan berpengaruh terhadap aliran

darah dalam pembuluh darah, dimana elastisitas pembuluh darah

dapat menurun. Lama-kelamaan akan menyebabkan penyumbatan

pembuluh darah dan stroke.

Selain pola makan yang salah, kurang olahraga juga dapat memicu

terjadinya stroke. Hal ini disebabkan karena kurang olahraga dapat

mengakibatkan pembuluh darah seseorang menjadi lemah dan kaku

sehingga menyebabkan aliran darah ke seluruh tubuh, termasuk otak

menjadi kurang lancar. Kebiasaan buruk lain yang dapat

menyebabkan stroke adalah kebiasaan merokok. Kebiasaan merokok

dapat menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada pembuluh

darah, seperti pengerasan pembuluh darah (Smeltzer & Bare, 2002).

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 24: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

10

Universitas Indonesia

Faktor lain yang juga mempengaruhi timbulnya penyakit stroke adalah

adanya stress emosional. Seperti diketahui, stress emosional kini telah

melanda segenap lapisan masyarakat. Hal ini terutama akibat beban

ekonomi yang semakin berat, kehidupan keras yang menuntut

persaingan ketat, ketidakpuasan terhadap sesuatu yang telah dicapai,

kesulitan dalam hubungan antar manusia, dan sebagainya (Anies,

2005). Stres yang berkepanjangan inilah yang akan membahayakan

karena akan mempengaruhi jantung, dimana dapat menyebabkan

denyut jantung dan tekanan darah meningkat sehingga dapat

meningkatkan resiko timbulnya penyakit stroke.

2.1.3 Klasifikasi Stroke

Secara umum klasifikasi stroke dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu

stroke hemoragik dan stroke non hemoragik (iskemik).

2.1.3.1 Stroke Hemoragik

Stroke hemoragik terjadi apabila pembuluh darah di otak pecah

sehingga menyebabkan iskemia dan hipoksia (Corwin, 2008). Stroke

hemoragik disebabkan rupturnya pembuluh darah di otak sehingga

darah mengisi ruang di antara otak dan tengkorak (hemoragi

subarachnoid) atau ketika terjadi kerusakan pada pembuluh darah

arteri sehingga darah keluar dari pembuluh darah dan mengisi ruang-

ruang di antara jaringan di otak (hemoragi serebral). Penyebab stroke

hemoragik adalah hipertensi, pecahnya aneurisma, atau malformasi

arteriovenosa (hubungan yang abnormal).

Hemoragi dalam otak secara signifikan meningkatkan tekanan

intrakranial, yang memperburuk cedera otak yang dihasilkannya.

Stroke jenis ini umumnya terjadi pada saat melakukan aktifitas,

namun juga dapat terjadi pada saat istirahat. Kesadaran umumnya

menurun dan penyebab yang paling banyak adalah akibat hipertensi

yang tidak terkontrol.

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 25: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

11

Universitas Indonesia

2.1.3.2 Stroke Non Hemoragik

Stroke non hemoragik sering disebut juga dengan stroke iskemik.

Pada stroke non hemoragik, terjadi gangguan pada peredaran darah

akibat obstruksi pembuluh darah. Obstruksi pembuluh darah ini

menyebabkan penurunan aliran darah yang dibutuhkan oleh otak.

Obstruksi yang terjadi pada pembuluh darah dapat disebabkan oleh

berbagai macam faktor. Selain itu, obstruksi yang terjadi juga dapat

sebagian maupun total. Faktor yang paling sering menyebabkan

terjadinya sumbatan pada pembuluh darah tersebut yaitu karena

terjadinya aterosklerosis.

Stroke non hemoragik sendiri didefinisikan sebagai penyumbatan

arteri yang terjadi akibat trombus, yaitu bekuan darah di arteri serebri

atau embolus, yaitu bekuan darah yang berjalan ke arah otak dari

tempat lain di tubuh (Corwin, 2008). Stroke ini biasanya terjadi saat

setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau dipagi hari. Tidak

terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia

dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. Kesadaran pasien pada

umumnya baik. Stroke iskemik ini terbagi menjadi dua, yaitu stroke

trombotik dan stroke embolik.

Stroke trombotik

Stroke trombotik terjadi akibat oklusi pembuluh darah, biasanya

karena arterosklerosis berat. Stroke trombotik biasanya

berkembang dalam periode 24 jam. Selama periode perkembangan

stroke, individu dikatakan mengalami stroke in evolution. Pada

akhir periode tersebut, individu dikatakan mengalami stroke

lengkap (completed stroke) (Corwin, 2008).

Stroke embolik

Stroke embolik berkembang setelah oklusi arteri oleh embolus

yang terbentuk di luar otak. Sumber umum embolus yang

menyebabkan adalah jantung setelah infark miokardium atau

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 26: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

12

Universitas Indonesia

fibrilasi atrium, dan embolus yang merusak arteri karotis komunis

atau aorta (Corwin, 2008).

2.1.4 Patofisiologi Stroke Non Hemoragik

Pada stroke non hemoragik, terjadi gangguan pada peredaran darah akibat

obstruksi pembuluh darah, karena aterosklerosis, trombus, maupun emboli.

Aterosklerosis dapat terjadi akibat hipertensi, kolesterol, stress, serta

berbagai faktor risiko yang lain (Smeltzer & Bare, 2002). Obstruksi

pembuluh darah menyebabkan penurunan aliran darah yang dibutuhkan

oleh otak. Penurunan aliran darah pada pembuluh darah otak hingga 25 ml

per 100 g/menit. Aliran darah seharusnya dipertahankan pada 750-1000

ml/min (55 ml/100 g/menit pada jaringan otak) atau sekitar 20% dari

cardiac output untuk mengoptimalkan fungsi otak (Lewis, et al 2007). Jika

kebutuhan akan oksigen dan nutrisi tidak dapat lagi dikompensasi oleh

otak, maka iskemik pada otak pun akan terjadi.

Penghentian total aliran darah ke otak menyebabkan hilangnya kesadaran

dalam waktu 15-20 detik dan kerusakan otak yang ireversibel terjadi

setelah 4-6 menit (Price & Wilson, 2003). Penyumbatan pada satu arteri

menyebabkan gangguan di area otak yang terbatas. Bila aliran darah ke

jaringan otak terganggu (hipoksia), maka akan mempercepat kematian sel.

Kematian jaringan otak pada tempat-tempat tertentu pada akhirnya akan

mengakibatkan gangguan-gangguan neurologis.

2.1.5 Manifestasi Klinis Stroke

Menurut Smeltzer and Bare (2002), manifestasi klinis pada penderita

stroke akan berpengaruh pada lapang penglihatan, verbal, motorik,

kognitif maupun emosional bagi orang yang mengalaminya. Berikut ini

penjelasan dari masing-masing defisit neurologis yang terkena:

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 27: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

13

Universitas Indonesia

Tabel 2.1 Manifestasi Klinis Stroke Berdasarkan Defisit Neurologis

yang Terkena

Defisit Neurologis Manifestasi

Defisit lapang

penglihatan

1. Homonimus hemianopsia (kehilangan setengah

lapang penglihatan): tidak menyadari orang atau

objek ditempat kehilangan, penglihatan,

mengabaikan salah satu sisi tubuh, kesulitan

menilai jarak;

2. Kehilangan penglihatan perifer: kesulitan

melihat pada malam hari, tidak menyadari objek

atau batas objek;

3. Diplopia, penglihatan ganda.

Defisit motorik 1. Hemiparesis: kelemahan wajah, lengan dan kaki

pada sisi yang sama. Paralisis wajah (karena lesi

pada hemisfer yang berlawanan);

2. Ataksia: berjalan tidak mantap, tidak tegak, dan

tidak mampu menyatukan kaki/mendekatkan

kaki, perlu dasar berdiri yang luas;

3. Disartria: kesulitan dalam membentuk kata;

4. Disfagia: kesulitan dalam menelan.

Defisit verbal 1. Afasia ekspresif: tidak mampu membentuk kata

yang dapat dipahami, mungkin mampu bicara

dalam respon kata tunggal;

2. Afasia reseptif: tidak mampu memahami kata

yang dibicarakan, mampu bicara tetapi tidak

masuk akal;

3. Afasia global: kombinasi baik afasia reseptif dan

ekspresif.

Defisit kognitif Pada penderita stroke akan kehilangan memori

jangka pendek dan panjang, penurunan lapang

perhatian, kerusakan kemampuan untuk

berkonsentrasi, alasan abstrak buruk, perubahan

penilaian.

Defisit emosional Penderita akan mengalami kehilangan kontrol diri,

labilitas emosional, penurunan toleransi pada situasi

yang menimbulkan stress, depresi, menarik diri, rasa

takut, bermusuhan dan marah, perasaan isolasi.

Sumber: Cerebrovascular Disease, 2008

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 28: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

14

Universitas Indonesia

Tabel diatas menununjukkan bahwa penyakit stroke merupakan penyakit fisik

yang memerlukan penanganan secara serius. Hal ini dikarenakan penyakit

stroke ternyata tidak hanya menimbulkan dampak secara fisik, namun juga

berdampak pada emosional (psikologis) orang yang mengalaminya. Secara

psikologis, penderita stroke umumnya akan mengalami kehilangan kontrol

diri, labilitas emosional, penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan

stress, depresi, menarik diri, rasa takut, bermusuhan dan marah, serta muncul

perasaan isolasi (Stroke Association, 2008). Masalah stress yang muncul

sebagai respon kehilangan dan berduka ini tidak ditangani segera tentunya

dapat memberikan berbagai dampak. Dampak yang muncul diantaranya

perasaan ketidakberdayaan, harga diri rendah, hingga isolasi sosial.

Penelitian Townend, et al (2010) menunjukkan bahwa sebanyak 60 responden

dari total 89 responden yang mengalami stroke di awal penyakitnya (pada

bulan pertama) mengungkapkan perasaan sedih dan tidak berguna karena rasa

berduka akibat kehilangan fungsi tubuhnya. Umumnya mereka tidak

menerima kecacatan yang diderita sehingga efek lebih lanjutnya

menyebabkan depresi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

Hilari, et al (2010) yang menunjukkan bahwa sebanyak 32 % responden

stroke dengan aphasia mengalami stress pada tahap baseline (bulan pertama)

sebagai respon kehilangan yang dialaminya. Dari beberapa penelitian nampak

bahwa respon awal seseorang ketika mengalami stroke adalah perasaan

berduka yang karena kehilangan atau kerusakkan salah satu fungsi tubuhnya.

2.2 Berduka Situasional

2.2.1 Definisi Berduka

Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan.

Stroebe dan Stroebe (1987) (dalam Moyle & Hogan, 2006) menganggap

berduka sebagai situasi objektif dari seorang individu yang baru saja

mengalami kehilangan dari sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 29: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

15

Universitas Indonesia

ada. Berduka mengacu pada respons emosional terhadap kehilangan ini,

termasuk beberapa reaksi psikologis dan fisik (Buglass, 2010).

Definisi lain menyebutkan bahwa berduka, dalam hal ini dukacita adalah

proses kompleks yang normal yang mencakup respons dan perilaku emosi,

fisik, spiritual, sosial, dan intelektual ketika individu, keluarga, dan

komunitas menghadapi kehilangan aktual, kehilangan yang diantisipasi,

atau persepsi kehilangan ke dalam kehidupan mereka sehari-hari

(NANDA, 2011). Dari berbagai definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa

berduka merupakan suatu reaksi psikologis sebagai respon kehilangan

sesuatu yang dimiliki yang berpengaruh terhadap perilaku emosi, fisik,

spiritual sosial maupun intelektual seseorang. Berduka sendiri merupakan

respon yang normal yang dihadapi setiap orang dalam menghadapi

kehilangan yang dirasakan.

Berduka situasional sendiri diartikan sebagai suatu kondisi ketika individu

atau kelompok mengalami sejumlah reaksi dalam merespon kehilangan

yang bermakna yang berhubungan dengan efek negatif akibat peristiwa

kehilangan sekunder, kehilangan gaya hidup dan kehilangan normalitas

sekunder (Carpenito, 2006). Peristiwa kehilangan sekunder timbul akibat

adanya nyeri kronis, penyakit terminal, dan kematian. Kehilangan gaya

hidup timbul akibat peristiwa melahirkan, perkawinan, perpisahan, anak

meninggalkan rumah, dan perceraian. Sedangkan kehilangan normalitas

sekunder muncul sebagai akibat keadaan cacat, bekas luka, dan penyakit.

2.2.2 Faktor Penyebab Berduka

Banyak situasi yang dapat menimbulkan kehilangan yang dapat

menimbulkan respon berduka pada diri seseorang (Carpenito, 2006).

Situasi yang paling sering ditemui adalah sebagai berikut:

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 30: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

16

Universitas Indonesia

1) Patofisiologis

Berhubungan dengan kehilangan fungsi atau kemandirian yang

bersifat sekunder akibat kehilangan fungsi neurologis, kardiovaskuler,

sensori, muskuloskeletal, digestif, pernapasan, ginjal dan trauma;

2) Terkait pengobatan

Berhubungan dengan peristiwa kehilangan akibat dialisis dalam

jangka waktu yang lama dan prosedur pembedahan (mastektomi,

kolostomi, histerektomi);

3) Situasional (Personal, Lingkungan)

Berhubungan dengan efek negatif serta peristiwa kehilangan sekunder

akibat nyeri kronis, penyakit terminal, dan kematian; berhubungan

dengan kehilangan gaya hidup akibat melahirkan, perkawinan,

perpisahan, anak meninggalkan rumah, dan perceraian; dan

berhubungan dengan kehilangan normalitas sekunder akibat keadaan

cacat, bekas luka, penyakit;

4) Maturasional

Berhubungan dengan perubahan akibat penuaan seperti teman-teman,

pekerjaan, fungsi, dan rumah dan berhubungan dengan kehilangan

harapan dan impian.

Rasa berduka yang muncul pada setiap individu dipengaruhi oleh

bagaimana cara individu merespon terhadap terjadinya peristiwa

kehilangan. Menurut Miller (1999) (dalam Carpenito, 2006), dalam

menghadapi kehilangan, individu dipengaruhi oleh:

1) Dukungan sosial (Support System);

2) Keyakinan religius yang kuat;

3) Kesehatan mental yang baik;

4) Banyaknya sumber yang tersedia terkait disfungsi fisik atau

psikososial yang dialami.

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 31: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

17

Universitas Indonesia

2.2.3 Tahapan Berduka

Terdapat beberapa teori mengenai tahap berduka. Salah satunya adalah

teori yang dikemukan Kubler-Ross (1969) (dalam Moyle & Hogan, 2006).

Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross adalah berorientasi

pada perilaku dan menyangkut lima tahap, yaitu sebagai berikut:

1) Fase pengingkaran (Denial)

Perasaan tidak percaya, syok, biasanya ditandai dengan menangis,

gelisah, lemah, letih, dan pucat. Individu bertindak seperti seolah tidak

terjadi apa-apa dan dapat menolak untuk mempercayai bahwa telah

terjadi kehilangan. Pernyataan seperti “Tidak, tidak mungkin seperti

itu,” atau “Tidak akan terjadi pada saya!” umumnya dilontarkan klien;

2) Fase kemarahan (Anger)

Perasaan marah dapat diproyeksikan pada orang atau benda yang

ditandai dengan muka merah, suara keras, tangan mengepal, nadi

cepat, gelisah, dan perilaku agresif. Individu mempertahankan

kehilangan dan mungkin “bertindak lebih” pada setiap orang dan

segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan. Pada fase ini

individu akan lebih sensitif sehingga mudah sekali tersinggung dan

marah. Hal ini merupakan koping individu untuk menutupi rasa

kecewa dan merupakan menifestasi dari kecemasannya menghadapi

kehilangan;

3) Fase tawar menawar (Bargaining)

Individu mampu mengungkapkan rasa marah akan kehilangan, ia akan

mengekspresikan rasa bersalah, takut dan rasa berdosa. Individu

berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang halus atau jelas

untuk mencegah kehilangan. Pada tahap ini, individu sering kali

mencari pendapat orang lain. Peran perawat pada tahap ini adalah

diam, mendengarkan, dan memberikan sentuhan terapeutik;

4) Fase depresi (Depression)

Fase ini terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata

dari makna kehilangan tersebut. Individu menunjukan sikap menarik

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 32: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

18

Universitas Indonesia

diri, tidak mau bicara, putus asa. Perilaku yang muncul seperti

menolak makan, susah tidur, dan dorongan libido menurun. Peran

perawat pada fase ini tetap mendampingi individu dan tidak

meninggalkannya sendirian;

5) Fase penerimaan (Acceptance)

Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan, pikiran

yang berpusat pada objek kehilangan mulai berkurang. Peran perawat

pada tahap ini menemani klien bila mungkin, bicara dengan pasien,

dan menanyakan apa yang dibutuhkan klien.

2.2.4 Tanda dan Gejala Berduka

Terdapat beberapa sumber yang menjelaskan mengenai tanda dan gejala

yang sering terlihat pada individu yang sedang berduka. Menurut Buglass

(2010), tanda dan gejala berduka melibatkan empat jenis reaksi, meliputi:

1) Reaksi perasaan, misalnya kesedihan, kemarahan, rasa bersalah,

kecemasan, menyalahkan diri sendiri, ketidakberdayaan, mati rasa,

kerinduan;

2) Reaksi fisik, misalnya sesak, mual, hipersensitivitas terhadap suara

dan cahaya, mulut kering, kelemahan;

3) Reaksi kognisi, misalnya ketidakpercayaan, kebingungan, mudah

lupa, tidak sabar, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi,

ketidaktegasan;

4) Reaksi perilaku, misalnya, gangguan tidur, penurunan nafsu makan,

penarikan sosial, mimpi buruk, hiperaktif, menangis.

Tanda dan gejala berduka juga dikemukan oleh Videbeck (2001), yang

mencakup ke dalam lima respon, yaitu respon kognitif, emosional, spiritual,

perilaku, dan fisiologis yang akan dijelaskan dalam tabel dibawah ini:

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 33: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

19

Universitas Indonesia

Tabel 2.2 Tanda dan Gejala Berduka Berdasarkan Respon yang Muncul

Respon Berduka Tanda dan Gejala

Respon Kognitif - Gangguan asumsi dan keyakinan;

- Mempertanyakan dan berupaya menemukan

makna kehilangan;

- Berupaya mempertahankan keberadaan orang

yang meninggal atau sesuatu yang hilang;

- Percaya pada kehidupan akhirat dan seolah-

olah orang yang meninggal adalah

pembimbing.

Respon Emosional - Marah, sedih, cemas;

- Kebencian;

- Merasa bersalah dan kesepian;

- Perasaan mati rasa;

- Emosi tidak stabil;

- Keinginan kuat untuk mengembalikan ikatan

dengan individu atau benda yang hilang;

- Depresi, apatis, putus asa selama fase

disorganisasi dan keputusasaan.

Respon Spiritual - Kecewa dan marah pada Tuhan;

- Penderitaan karena ditinggalkan atau merasa

ditinggalkan atau kehilangan;

- Tidak memiliki harapan, kehilangan makna.

Respon Perilaku - Menangis terisak atau tidak terkontrol;

- Gelisah;

- Iritabilitas atau perilaku bermusuhan;

- Mencari atau menghindar tempat dan aktivitas

yang dilakukan bersama orang yang telah

meninggal;

- Kemungkinan menyalahgunakan obat atau

alkohol;

- Kemungkinan melakukan upaya bunuh diri

atau pembunuhan.

Respon Fisiologis - Sakit kepala, insomnia;

- Gangguan nafsu makan;

- Tidak bertenaga;

- Gangguan pencernaan;

- Perubahan sistem imun dan endokrin.

Sumber: Videbeck, 2001

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 34: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

20

Universitas Indonesia

2.2.5 Akibat Berduka

Setiap orang merespon peristiwa kehilangan dengan cara yang sangat

berbeda. Tanpa melihat tingkat keparahannya, tidak ada respon yang bisa

dikatakan maladaptif pada saat menghadapi peristiwa kehilangan akut.

Apabila proses berduka yang dialami individu bersifat maladaptif, maka

akan menimbulkan respon detrimental (cenderung merusak) yang

berkelanjutan dan berlangsung lama (Carpenito, 2006). Proses berduka yang

maladaptif tersebut akan menyebabkan berbagai masalah sebagai akibat

munculnya emosi negatif dalam diri individu. Dampak yang muncul

diantaranya perasaan ketidakberdayaan, harga diri rendah, hingga isolasi

sosial.

2.2.6 Asuhan Keperawatan Berduka

Dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan berduka

situasional tentunya juga memerlukan beberapa tahapan yang sama seperti

dalam pemberian asuhan keperawatan dengan masalah yang lain, yang

meliputi tahapan pengkajian hingga evaluasi.

1) Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah pertama yang dapat dilakukan di

dalam proses pemberian asuhan keperawatan. Pengkajian dilakukan

agar perawat dapat memberikan tindakan keperawatan dengan tepat

sesuai dengan masalah-masalah keperawatan yang ditemukan pada

klien. Pengkajian yang dapat dilakukan meliputi pengkajian identitas,

riwayat penyakit (baik riwayat saat ini, dahulu, maupun riwayat

penyakit keluarga), pemeriksaan fisik secara keseluruhan, dan juga

pengkajian psikososial, sosial serta spiritual klien.

Pengkajian yang dapat dilakukan dalam menentukan diagnosa

keperawatan berduka situasional harus didukung oleh data-data yang

mengarah pada masalah berduka. Data yang mungkin muncul pada

klien yang mengalami masalah berduka dapat diklasifikasikan

menjadi dua, yaitu data mayor dan minor (Carpenito, 2006):

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 35: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

21

Universitas Indonesia

a. Data Mayor

Ekspresi distress tentang kehilangan yang terjadi.

b. Data Minor

Penyangkalan

Rasa bersalah

Kemarahan

Sikap putus asa

Ketidakmampuan

berkonsentrasi

Halusinasi penglihatan,

pendengaran, dan sentuhan

mengenai objek atau orang

Ide untuk bunuh diri

Tangis

Penderitaan

Perilaku

mengharap/mencari

Fobia

Perasaan tidak berharga

2) Diagnosa keperawatan: Berduka situasional

Definisi: suatu kondisi ketika individu atau kelompok mengalami

sejumlah reaksi dalam merespon kehilangan yang bermakna yang

berhubungan dengan efek negatif akibat peristiwa kehilangan

sekunder, kehilangan gaya hidup dan kehilangan normalitas sekunder

(Carpenito, 2006). Faktor yang berhubungan meliputi faktor

patofisiologis akibat kehilangan fungsi yang bersifat sekunder,

situasional (personal, lingkungan), dan maturasional individu.

3) Rencana Tindakan Keperawatan

Rencana tindakan keperawatan dibuat untuk mencegah terjadinya

proses berduka yang berkepanjangan sehingga pada individu yang

mengalami berduka perlu dilakukan intervensi dengan adekuat.

a. Tujuan

Pasien mampu melalui proses berduka dan menerima kehilangan.

b. Tindakan keperawatan

Menjelaskan proses berduka;

Tindakan keperawatan sesuai tahapan berduka seperti tertera

pada tabel dibawah ini.

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 36: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

22

Universitas Indonesia

Tabel 2.3 Tindakan Keperawatan Berdasarkan Tahapan Berduka

Tahapan Tindakan keperawatan

Mengingkari Memberi kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan

perasaannya dengan cara:

1. Secara verbal mendukung pasien tetapi tidak mendukung

pengingkaran yang dilakukan;

2. Tidak membantah pengingkaran pasien, tetapi menyampaikan

fakta-fakta;

3. Duduk disamping pasien;

4. Teknik komunikasi diam dan sentuhan;

5. Perhatikan kebutuhan dasar pasien.

Marah Mendorong dan memberi waktu pada pasien untuk

mengungkapkan kemarahan secara verbal tanpa melawan dengan

kemarahan dengan cara:

1. Bantu pasien atau keluarga untuk mengerti bahwa marah

adalah suatu respons yang normal untuk merasakan

kehilangan dan ketidak berdayaan;

2. Fasilitasi ungkapan kemarahan pasien dan keluarga;

3. Hindari menarik diri dan dendam, karena pasien atau keluarga

bukan sedang marah pada perawat;

4. Tangani kebutuhannya pada segala reaksi kemarahannya.

Tawar

menawar

Membantu pasien mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan

takutnya dengan cara:

1. Dengarkan dengan penuh perhatian;

2. Ajak pasien bicara untuk mengurangi rasa bersalah dan

ketakutan yang tidak rasional;

3. Berikan dukungan spiritual.

Depresi Mengidentifikasi tingkat depresi dan membantu mengurangi rasa

bersalah dengan cara:

1. Memberikan kesempatan pasien untuk mengekspresikan

kesedihannya;

2. Memberi dukungan non verbal dengan cara duduk disamping

pasien dan memegang tangan pasien;

3. Bersama pasien membahas pikiran negatif yang sering

timbul;

4. Latih mengidentifikasi hal positif yang masih dimiliki;

Penerimaan 1. Membantu pasien mengidentifikasi rencana kegiatan yang

akan dilakukan;

2. Bantu keluarga dan rekan pasien untuk bisa mengerti

penyebab kehilangan.

Sumber: CHMN, 2006

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 37: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

23 Universitas Indonesia

BAB 3

LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

Bab ini membahas mengenai laporan asuhan keperawatan yang diberikan terhadap

klien dengan masalah berduka situasional. Laporan asuhan keperawatan pada bab

ini meliputi pengkajian kasus klien kelolaan utama, masalah keperawatan yang

muncul pada klien, dan penentuan diagnosa keperawatan psikososial utama yang

diambil penulis. Dalam menentukan diagnosa keperawatan psikososial utama,

pada bab ini penulis menggambarkan pohon masalah berdasarkan data pengkajian

yang telah dikumpulkan oleh penulis sebelumnya.

3.1 Pengkajian Kasus

Klien bernama Ibu A, usia 66 tahun, di rawat di ruang Antasena V RSMM

Bogor sejak tanggal 5 Mei 2013 dengan diagnosa medis awal Hemiparase

Sinistra ec. Susp SNH. Klien dibawa kerumah sakit dengan alasan mengalami

kelemahan anggota badan sebelah kiri. Klien mengatakan ketika bangun pagi

merasa lengan dan tungkai kirinya terasa lemas dan terasa kesemutan. Sekitar

pukul 11.00 ketika memasak, lengan dan tungkai kirinya terasa semakin berat

dan lemas, klien mulai sulit berjalan dan wajahnya, terutama bibirnya terlihat

tidak simetris. Pada pukul 13.00 keluarga mengatakan bicara klien sudah

mulai pelo, lengan dan tungkai kiri tidak bisa digerakkan lagi, dan kepala

terasa berat sehingga keluarga memutuskan untuk membawa klien ke rumah

sakit.

Saat pertama kali berinteraksi dengan klien, yaitu pada tanggal 7 Mei 2013

diperoleh data bahwa klien masih tampak gelisah dan tidak tenang. Raut

wajah klien tampak tegang, nada suara terkadang tampak meninggi ketika

berinteraksi dengan orang lain dan nampak kurang bersabar. Keluarga

mengatakan ketika hari pertama rawat, klien tampak seperti orang yang

mengalami syok dan cenderung menyalahkan dirinya sendiri serta sering

terlihat bersedih dan menangis.

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 38: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

24

Universitas Indonesia

Klien mengatakan andai saja dirinya menjaga pola makan dan tidak makan

‘ikan asin’ pada malam harinya mungkin dirinya tidak seperti saat ini. Klien

mengatakan takut tidak dapat kembali seperti dulu lagi dan tidak dapat

beraktivitas seperti dulu lagi. Selain itu, klien juga mengatakan jika

keadaannya seperti ini terus dirinya tidak bisa lagi menjaga warung,

memasak, menjaga cucu-cucunya dan mengikuti pengajian seperti biasanya.

Pada saat pemeriksaan klien tampak sadar, namun bicara kurang jelas (bicara

pelo). Keadaan umum sakit sedang dan tampak lemah, kesadaran compos

mentis, dimana verbal klien mengalami afasia. Tanda-tanda vital

menunjukkan bahwa tekanan darah 180/110 mmHg, nadi 88 x /menit,

pernapasan 22 x/menit, suhu 36,7oC. Pemeriksaan jantung dan paru klien

dalam batas normal. Pada pemeriksaan neurologis ditemukan hemiparese

sinisitra dengan kekuatan 1, parase nervus VII sinistra dan XII dextra. Klien

mengalami kelemahan pada anggota tubuh bagian kiri dengan kekuatan otot

sebesar .

Pengkajian lengkap: terlampir.

3.2 Masalah Keperawatan

Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan, lalu dilakukan analisa kasus dan

didapatkan beberapa masalah keperawatan yang muncul, baik masalah

keperawatan fisik maupun psikososial. Namun, disini penulis lebih

menekankan kepada masalah psikososial yang dialami klien. Masalah

psikososial yang dialami klien berhubungan dengan masalah fisik yang

timbul sebelumnya. Seperti diketahui klien masuk ke rumah sakit dengan

masalah hambatan mobilitas fisik akibat stroke, ditandai dengan kelemahan

anggota tubuh bagian kiri, sehingga anggota tubuh bagian kiri sulit untuk

digerakkan dan membuat dirinya tidak bisa beraktivitas seperti biasanya.

Masalah hambatan mobilitas fisik yang dialami klien membuat dirinya

mengalami berduka situasional sebagai respon kehilangan yang dialaminya.

5555 3333

5555 3333

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 39: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

25

Universitas Indonesia

Berduka situasional ini berhubungan dengan efek negatif serta peristiwa

kehilangan sekunder akibat penyakit yang dialami klien, yaitu kehilangan

fungsi tubuh yang dialami klien. Hal ini nampak dari respon klien yang

terkadang masih menyalahkan diri sendiri dan cenderung menyesal pada

aktivitas yang dilakukan sebelum kehilangan. Saat berinteraksi, klien masih

tampak bersedih dan lemas. Keluarga mengatakan klien menjadi malas

makan dan susah tidur karena kejadian ini.

Masalah psikososial lain yang muncul sebagai akibat adanya masalah fisik

pada klien adalah ansietas. Hal ini nampak pada respon klien yang

menyatakan ketakutan “Tidak bisa seperti dulu lagi dan tidak dapat

beraktivitas seperti dulu lagi”. Selain itu terlihat dari adanya respon

penyesalan yang diucapkan klien saat berinteraksi. Klien masih tampak

tegang saat berinteraksi, konsentrasi kurang, dan mulut tampak kering.

Analisa data: terlampir

3.3 Pohon Masalah Dan Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan masalah keperawatan yang ditemukan pada klien (Ibu A), maka

penulis mengambil diagnosa utama berduka situasional sebagai core problem

dari masalah psikososial yang ditemukan pada klien. Diagnosa keperawatan

psikososial lain yang ditemukan pada klien adalah ansietas. Berikut ini

gambaran pohon masalah keperawatan yang ditemukan pada klien:

Gambar 3.1 Pohon Masalah Keperawatan

Ansietas

Berduka Situasional

Kehilangan

Hambatan Mobilitas Fisik

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 40: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

26 Universitas Indonesia

BAB 4

ANALISIS SITUASI

Bab ini membahas mengenai hasil analisis situasi terkait dengan pemberian

asuhan keperawatan situasional yang telah dilakukan sebelumnya yang

dihubungkan dengan teori dan penelitian-penelitian sebelumnya sehingga dapat

dicari alternatif pemecahan masalah jika ditemukan adanya kesenjangan. Analisis

situasi ini dikaitkan dengan masalah kesehatan utama yang timbul dan

dihubungkan dengan konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan

(KKMP). Selain itu, penulis juga menambahkan profil lahan praktik untuk

memberikan gambaran mengenai kondisi dari tempat layanan kesehatan yang

dijadikan penulis sebagai lahan praktik dalam memberikan asuhan keperawatan

terhadap klien.

4.1 Profil Lahan Praktik

Rumah Sakit Mardzoeki Mahdi (RSMM) Bogor merupakan rumah sakit yang

berada di wilayah perkotaan, yaitu di bagian barat Kota Bogor. Seperti

diketahui, dewasa ini penduduk perkotaan harus berhadapan dengan berbagai

masalah kesehatan sebagai akibat gaya hidup dan lingkungan yang tidak sehat

(Anies, 2005). Pertambahan jumlah penduduk adalah faktor predisposisi bagi

masalah kesehatan di lingkungan perkotaan. Sempitnya ruang hidup ditambah

minimnya pengetahuan dan kewaspadaan masyarakat terhadap ancaman

lingkungan menyebabkan masyarakat perkotaan mengalami berbagai masalah

kesehatan.

Munculnya berbagai masalah kesehatan di perkotaan tentunya memerlukan

penanganan yang serius dari pemerintah setempat dan instansi terkait,

misalnya instansi kesehatan. Penanganan yang serius ini bertujuan agar

masalah kesehatan tidak berdampak lebih parah lagi dan menyebar ke

masyarakat lain. Salah satu instansi kesehatan yang ikut serta berperan

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 41: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

27

Universitas Indonesia

menangani masalah kesehatan adalah Rumah Sakit Mardzoeki Mahdi

(RSMM) yang berada dibawah naungan Departemen Kesehatan RI.

Rumah Sakit Mardzoeki Mahdi (RSMM) Bogor adalah Badan Layanan

Umum yang memiliki kapasitas rawat inap sebanyak 718 tempat tidur, terdiri

dari 580 tempat tidur untuk rawat inap psikiatri dan 138 tempat tidur untuk

rawat inap non psikiatri. RSMM menjadi salah satu rumah sakit yang dipilih

masyarakat di wilayah Bogor untuk menangani masalah kesehatan yang

dirasakan masyarakat, baik masalah kesehatan fisik maupun psikis. Terdapat

berbagai macam layanan, fasilitas, dan ruangan di RSMM, salah satunya

adalah ruang Antasena yang merupakan salah satu ruang rawat inap di

RSMM.

Ruang Antasena merupakan ruang rawat inap kelas II dan III di RSMM yang

menangani masalah kesehatan orang dewasa dan lansia dengan kapasitas

sebanyak 35 tempat tidur. Ruang Antasena dikelompokkan menjadi dua

klasifikasi penyakit, yaitu ruang penyakit dalam dan ruang penyakit bedah.

Menurut hasil rekapitulasi data penyakit selama tahun 2012 di ruang

Antasena, terdapat beberapa penyakit yang sering terjadi di ruang Antasena

setiap bulannya, baik di ruang penyakit bedah maupun penyakit dalam,

diantaranya penyakit DM, DHF, thypoid, TBC, stroke, CHF, hipertensi,

kanker, tumor, dan appendiksitis. Dari berbagai masalah penyakit yang sering

terjadi di ruang Antasena, lebih dari 80% masuk dalam kategori penyakit

perkotaan.

4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep Terkait KKMP dan

Konsep Kasus Terkait

Analisis asuhan keperawatan yang dilakukan penulis meliputi lima proses

asuhan keperawatan, yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana

tindakan keperawatan, implementasi, hingga evaluasi. Langkah pertama yang

dilakukan penulis dalam melakukan pengkajian terhadap klien tentunya

adalah mengkaji identitas klien dan faktor penyebab terjadinya masalah

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 42: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

28

Universitas Indonesia

kesehatan klien saat ini, yaitu stroke non-hemoragik. Dari hasil pengkajian

terhadap klien, baik dari hasil observasi, wawancara terhadap klien dan

keluarga maupun data sekunder rekam medis, didapatkan klien “Ibu A” saat

ini tinggal diwilayah perkotaan, yaitu daerah Balumbang Jaya, Kota Bogor.

Seperti diketahui, menurut data Riskesdas (2007) angka kejadian (prevalensi)

stroke di wilayah Jawa Barat melebihi prevalensi Nasional, yaitu sebesar

9.3%. Sedangkan berdasarkan hasil wawancara terhadap kepala ruangan

Antasena, penyakit stroke masuk ke dalam peringkat 10 besar dari banyaknya

kasus yang sering ditangani di RSMM Bogor, khususnya ruang Antasena.

Klien yang merupakan penduduk perkotaan tentunya harus berhadapan

dengan berbagai masalah kesehatan sebagai akibat gaya hidup dan

lingkungan yang tidak sehat. Masalah kesehatan tersebut dapat muncul dapat

berupa masalah kesehatan konvensional, seperti penyakit infeksi dan menular

ataupun masalah kesehatan modern, seperti penyakit degeneratif, misalnya

hipertensi dan stroke (Efendi dan Makhfudli, 2009). Kehidupan di perkotaan

dapat saja menjadi salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya penyakit

hipertensi (sejak empat tahun lalu) dan stroke yang dialami klien.

Seperti diketahui penyebab utama timbulnya penyakit stroke di wilayah

perkotaan diperkirakan karena besarnya perubahan gaya hidup akibat

urbanisasi dan modernisasi. Perubahan gaya hidup ini dapat dilihat secara

jelas antara lain dengan munculnya tempat-tempat makan junk food yang

menyediakan makanan serba instan di hampir seluruh sudut kota. Junk food

merupakan makanan yang tidak sehat karena memiliki nilai nutrisi rendah.

Jenis makanan ini mengandung lemak jenuh (saturated fat), garam dan gula,

serta bermacam-macam zat additif seperti monosodium glutamate dan

tartrazine dengan kadar yang tinggi yang dapat memicu terjadinya berbagai

penyakit, termasuk stroke (WHO dalam Andry Hartono, 2006).

Faktor lain yang juga mempengaruhi timbulnya penyakit stroke adalah terkait

stress emosional. Seperti diketahui, stress emosional kini telah melanda

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 43: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

29

Universitas Indonesia

segenap lapisan masyarakat. Hal ini terutama akibat beban ekonomi yang

semakin berat, kehidupan keras yang menuntut persaingan ketat,

ketidakpuasan terhadap sesuatu yang telah dicapai, kesulitan dalam hubungan

antar manusia, dan sebagainya (Anies, 2005). Stres yang berkepanjangan

inilah yang akan membahayakan karena akan mempengaruhi jantung, dimana

dapat menyebabkan denyut jantung dan tekanan darah meningkat. Akibatnya

jantung bekerja lebih berat dan meningkatkan resiko timbulnya penyakit

stroke.

Selain itu, aktivitas fisik (kurang gerak) juga mempengaruhi timbulnya

penyakit stroke. Hal ini disebabkan karena kurang gerak dapat

mengakibatkan pembuluh darah seseorang menjadi lemah dan kaku sehingga

menyebabkan aliran darah ke seluruh tubuh, termasuk ke otak menjadi kurang

lancar. Kehidupan sehari-hari yang ditandai dengan kurang gerak, ingin serba

mudah tanpa banyak mengeluarkan tenaga merupakan ciri kehidupan modern.

Banyak masyarakat perkotaan yang kurang meluangkan waktunya untuk

berolahraga (Japardi, 2002).

Klien sendiri mengakui bahwa selama ini dirinya kurang menjaga pola makan

dan tidak pernah berolahraga. Tidak ada makanan yang dipantang oleh klien

meskipun dirinya mengetahui memiliki hipertensi. Klien mengatakan sangat

jarang sekali kontrol ke puskemas atau pelayanan kesehatan lainnya untuk

memeriksakan hipertensi yang dialaminya, kecuali jika ada keluhan yang

dirasakan cukup berat oleh klien. Selain itu, klien mengakui bahwa dirinya

memang selama ini cenderung mudah emosional dan kurang bersabar dalam

bertindak.

Stroke yang dialami klien menimbulkan berbagai masalah fisik pada dirinya,

salah satunya adalah hemiparase tubuh bagian kiri yang menyebabkan klien

mengalami kehilangan salah satu fungsi tubuhnya sehingga muncul masalah

hambatan mobilitas fisik. Kehilangan fungsi tubuh ini memicu timbulnya

respon berduka situasional pada klien. Hasil pengkajian terhadap faktor

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 44: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

30

Universitas Indonesia

penyebab munculnya masalah berduka situasional ini adalah karena faktor

patofisiologis (kehilangan fungsi tubuh) yang dipengaruhi oleh mekanisme

koping dan support system klien. Pada penelitian yang dilakukan oleh Hilari,

et al (2010) menyatakan bahwa faktor pemicu munculnya rasa berduka pada

tahap baseline adalah karena kurangnya dukungan sosial, rasa kesepian, dan

ketidakpuasan dengan lingkungan sosial. Penelitan lain menyebutkan bahwa

pemicu munculnya rasa berduka pada penderita stroke karena

ketidakmampuannya beradaptasi menerima kecacatan akibat stroke sehingga

menimbulkan perasaan sedih dan tak berguna (Townend, et al, 2010).

Hasil pengkajian terhadap Ibu A diatas terkait faktor penyebab yang

menimbulkan masalah berduka situasional ternyata sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Hilari, et al (2010) dan Townend, et al (2010). Dimana

faktor penyebab yang mempengaruhi respon berduka situasional adalah

karena adanya faktor patofisiologis dalam diri klien, yaitu kehilangan fungsi

tubuh akibat kecacatan yang dialami klien yang dipengaruhi oleh beberapa

mekanisme koping yang yang buruk dan support system lingkungan sekitar

klien. Karena mekanisme koping yang buruk, klien menjadi sulit untuk

beradaptasi dengan kondisinya saat ini dan menganggap kondisi yang dialami

saat ini sebagai suatu stressor yang tidak dapat diatasi. Selain itu, support

system yang kurang dari keluarga membuat kesedihan klien akan kehilangan

menjadi bertambah. Klien mengatakan hanya anak pertamanya saja yang

memperhatikan dirinya, sedangkan keempat anaknya yang lain belum datang

menjenguknya. Hal ini membuat klien menjadi semakin bersedih.

Setelah data terkumpul, selanjutnya data dianalisa untuk mengetahui adanya

permasalahan dan dirumuskan menjadi diagnosa keperawatan. Dari hasil

pengkajian, diagnosa keperawatan psikososial yang ditemukan pada klien

adalah berduka situasional dan ansietas. Penelitian Lanreville, et al (2009)

menunjukkan bahwa masalah yang umum terjadi pada seseorang yang

mengalami stroke (pasca stroke) adalah kehilangan yang menimbulkan

perasaan berduka. Kesedihan yang muncul pada fase berduka yang dialami

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 45: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

31

Universitas Indonesia

penderita stroke disebabkan adanya pembatasan, baik pembatasan kegiatan

sehari-hari maupun peran sosial yang memunculkan ansietas pasca keluar

rumah sakit nantinya. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa sebanyak 33%

responden penderita stroke di minggu pertama mengalami perasaan sedih dan

rasa tidak berguna karena proses berduka yang dialaminya dan sebanyak 16%

responden mengalami ansietas di minggu pertamanya (Townend, et al, 2010).

Sedangkan menurut NANDA (2011), diagnosa keperawatan psikososial yang

mungkin muncul pada individu dengan stroke adalah dukacita, keputusasaan,

ketidakberdayaan, hambatan interaksi sosial dan gangguan citra tubuh.

Diagnosa keperawatan yang muncul dari hasil pengkajian terhadap klien

ternyata memiliki kesamaan dengan beberapa penelitan yang telah dilakukan

sebelumnya maupun teori terkait, yaitu berduka situasional dan ansietas.

Namun, terdapat beberapa diagnosa yang tidak atau belum muncul pada klien

seperti keputusasaan, ketidakberdayaan, hambatan interaksi sosial, dan

gangguan citra tubuh (NANDA, 2011). Hal ini dikarenakan pada saat

pengkajian, klien masih berada pada tahap baseline, dimana respon yang

sangat terlihat adalah respon berduka karena kehilangan yang dialaminya.

Diagnosa berduka situasional yang ditemukan pada klien tidak sampai

menimbulkan perasaan depresi pada klien. Pada saat pengkajian, penulis

menemukan klien pada tahap tawar menawar dari proses berduka. Sedangkan

tahap denial dan anger menurut keluarga dialami klien pada hari pertama

rawat sebelum penulis melakukan pengkajian terhadap klien. Selama

memberikan asuhan keperawatan juga tidak nampak adanya perasaan depresi

sebagai respon berduka yang dialami klien. Padahal menurut teori Kubler-

Ross, tahapan berduka terdiri dari dari lima tahap, meliputi tahap

pengingkaran, kemarahan, tawar-menawar, depresi, dan penerimaan.

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 46: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

32

Universitas Indonesia

4.3 Analisis Intervensi Keperawatan Berduka Situasional terhadap Konsep

dan Penelitian Terkait

Setelah menentukan diagnosa keperawatan yang didapat dari hasil

pengkajian, barulah penulis mulai menganalisis intervensi atau rencana

tindakan keperawatan berduka situasional yang akan diberikan pada klien.

Rencana tindakan keperawatan yang dibuat untuk mengatasi berduka

situasional pada klien bertujuan agar klien dapat mengenal peristiwa

kehilangan yang dialaminya, memahami hubungan antara kehilangan yang

dialami dengan keadaan dirinya, mengidentifikasi cara-cara mengatasi

berduka yang dialaminya, dan memanfaatkan faktor pendukung disekeliling

klien. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan verbal (mengungkapkan

perasaan), fisik, sosial, dan spiritual (CHMN, 2010).

Penelitian Seale, et al (2010) menunjukkan bahwa cara yang dapat dilakukan

untuk meningkatkan status fungsional pada penderita stroke adalah dengan

mengatasi masalah psikososial yang dialaminya, seperti perasaan sedih dan

tidak berguna. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan memunculkan emosi

positif pada penderita stroke melalui pengungkapan perasaan, aktivitas fisik

hingga meningkatkan aktivitas sosial penderita stroke. Penelitian lain

menyebutkan bahwa untuk mengatasi rasa sedih dan kehilangan pasca stroke

seharusnya tidak ada pembatasan dalam aktivitas fisik sehari-hari maupun

pembatasan peran sosial individu (Landreville, et al, 2009) karena dengan

adanya pembatasan justru akan membuat individu semakin merasa bersedih

dan tidak berguna.

Penjelasan diatas menunjukkan bahwa rencana tindakan keperawatan yang

dibuat penulis mengacu dan sejalan pada teori yang sudah ada dan penelitian

yang dilakukan sebelumnya. Dimana, untuk mengatasi masalah berduka

situasional yang dialami klien, penulis menekankan pada aktivitas

memunculkan emosi positif melalui pengungkapan perasaan, baik secara

fisik, sosial, maupun spiritual klien yang didukung oleh support system klien,

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 47: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

33

Universitas Indonesia

yaitu keluarga dan lingkungan sosial klien. Rencana tindakan keperawatan:

terlampir

Setelah rencana tindakan keperawatan dibuat, barulah penulis mulai

melakukan implementasi atau memberikan tindakan keperawatan kepada

klien. Implementasi untuk mengatasi masalah berduka situasional dilakukan

sebanyak tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama dilakukan pada hari Rabu,

tanggal 8 Mei 2013 pukul 10.00-10.30 WIB. Penulis melakukan beberapa

tindakan keperawatan, meliputi mempertahankan hubungan saling percaya

dengan klien yang telah dibina pada saat pengkajian klien sebelumnya,

membantu klien mengungkapkan perasaan yang dirasakan klien, dan

membantu klien mengetahui tahapan berduka yang sedang dialami klien.

Pada pertemuan kedua dalam melakukan implemementasi berduka situasional

(Jumat, 10 Mei 2013 pukul 09.00-09.30), penulis membantu klien untuk

menggambarkan arti kehilangan yang dirasakan klien agar dapat diambil

hikmah dari semua kejadian yang sudah terjadi. Selain itu penulis

memberikan gambaran terhadap klien maupun keluarga mengenai koping

yang adaptif yang dapat digunakan dalam menghadapi proses berduka yang

dialami klien. Pada pertemuan kedua ini penulis menjelaskan cara-cara yang

dapat dilakukan klien untuk mengatasi berduka yang dialaminya, dengan cara

mengungkapkan perasaan secara verbal, secara fisik dengan memberikan

kesempatan aktivitas fisik pada klien dan membuatkan jadwal aktivitas fisik,

secara sosial, maupun secara spiritual. Aktivitas fisik yang dipilih klien

adalah dengan berolahraga di tempat tidur, membaca majalah, dan

mengajarkan ‘ngaji’ cucu-cucunya.

Pada pertemuan ketiga (Sabtu, 11 Mei 2013 pukul 09.30-10.00),

implementasi yang telah dilakukan penulis adalah membantu dan memotivasi

klien untuk menerima kehilangan dengan ikhlas dengan cara meningkatkan

nilai spiritual pada klien. Pada pertemuan ketiga ini, penulis juga menjelaskan

pada keluarga bahwa support keluarga merupakan dukungan terbesar yang

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 48: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

34

Universitas Indonesia

dibutuhkan klien menghadapi proses kehilangan yang terjadi pada klien.

Keluarga diharapkan dapat terus memotivasi klien untuk mencegah efek

berduka situasional lebih lanjut. Disini penulis memberikan edukasi terhadap

keluarga tentang bagaimana cara membimbing klien agar dapat melewati fase

berduka dengan baik sehingga tidak menimbulkan akibat lebih lanjut, seperti

depresi. Catatan perkembangan: terlampir

Setiap memberikan tindakan keperawatan terhadap klien, penulis tentunya

melakukan evaluasi. Seperti diketahui, evaluasi merupakan tahap akhir dari

proses keperawatan yang bertujuan untuk menilai hasil dari keseluruhan

tindakan yang telah dilakukan. Pada evaluasi, penulis mendapatkan respon

klien terhadap tindakan yang sudah dilaksanakan selama tiga hari untuk

mengatasi diagnosa berduka situasional, yaitu tanggal 8, 10, dan 11 Mei

2013. Dari tujuan khusus 1 hingga 7 yang dilaksanakan, dapat dievaluasi

bahwa semua tujuan yang direncanakan tercapai. Klien dan penulis dapat

saling membina hubungan saling percaya dengan menggunakan komunikasi

yang terapeutik. Hal ini terlihat dari terlaksananya semua kontrak pertemuan

yang telah disepakati dengan klien sebelumnya.

Evaluasi terhadap TUK 2 dan TUK 3, yaitu klien sudah mampu

mengungkapkan kehilangan yang dirasakannya dan mengetahui tahapan

berduka yang sedang dirasakan klien. Klien mengatakan bahwa dirinya

merasa sedih karena kehilangan fungsi tubuh akibat stroke yang dialaminya,

namun rasa kehilangan ini tidak separah ketika dirinya kehilangan suaminya

dahulu yang membuat dirinya tidak keluar rumah selama tiga bulan lebih.

Klien juga mengungkapkan bahwa sesaat setelah dirinya mengetahui terkena

stroke, dirinya merasa sangat syok dan takut serta selalu menyalahkan diri

sendiri. Klien mengatakan sampai saat ini masih ada rasa penyesalan dalam

dirinya sehingga membuat dirinya malas berbuat apa-apa.

Kehilangan yang dirasakan klien yang sudah masuk dalam kategori sesuai

dengan teori kehilangan yang dikemukan oleh Miller. Pada lansia, proses

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 49: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

35

Universitas Indonesia

berduka sering kali dikaitkan dengan kehilangan dalam diri mereka, seperti

perubahan peran, perubahan citra tubuh, atau penurunan fungsi tubuh.

Kehilangan tersebut terkadang lebih sulit diterima dibandingkan kehilangan

orang terdekat (Miler, 1999 dalam Carpenito, 2006). Respon yang dialami

biasanya ada rasa sedih dan perasaan tidak berguna.

Evaluasi terhadap TUK 4 dan TUK 5 yaitu klien sudah mampu

menggambarkan arti kehilangan dan belum dapat menggunakan mekanisme

koping yang adaptif untuk mengatasi kesedihan yang dirasakan klien

sehingga dapat memunculkan emosi positif pada diri klien. Bersama penulis,

klien mengidentifikasi cara-cara yang dapat dilakukan klien untuk mengatasi

berduka yang dialami klien. Klien sudah dapat mengungkapkan perasaaanya

secara verbal. Disini penulis juga mengidentifikasi aktivitas fisik bersama

klien agar dapat dilakukan untuk mengurangi rasa berduka yang dialaminya.

Aktivitas fisik yang dipilih klien adalah dengan berolahraga di tempat tidur,

membaca majalah, dan mengajarkan ‘ngaji’ cucu-cucunya. Kemudian

bersama penulis, klien membuat jadwal latihan fisik dirumah sakit dan untuk

di rumah nantinya.

Upaya untuk meningkatkan emosi positif dan motivasi untuk melakukan

aktivitas fisik dinilai cukup berhasil dalam mengatasi berduka sebagai respon

kehilangan yang dialami penderita stroke. Penelitan Seale, et al (2010)

menunjukkan dari 840 responden, yaitu sebanyak 35,6% pada tiga bulan

pasca stroke mengalami peningkatan emosi ke arah positif setelah dilakukan

upaya-upaya tersebut. Hal ini dikarenakan emosi positif dapat mengurangi

efek berbahaya dari kecemasan atau ketidakberdayaan yang sering menyertai

terjadinya awal penyakit, termasuk stroke (Fredickson, et al, 2000).

Evaluasi terhadap TUK 6 dan TUK 7, yaitu klien sudah mampu menyebutkan

cara kehilangan dengan ikhlas dan menggunakan sistem pendukung yang ada.

Klien sudah mampu mengambil hikmah dari kehilangan yang dialaminya dan

mau kembali mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 50: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

36

Universitas Indonesia

kembali menjalankan ibadah sholat dan mengaji ketika dirawat di ruangan.

Selain itu, klien juga sudah mampu berbagi cerita bersama anak-anaknya

terkait perasaannya. Hal ini nampak ketika keempat anaknya yang lain datang

jauh-jauh dari luar kota mengunjungi dirinya, klien nampak lebih

bersemangat. Klien merasa jika tidak ada keluarganya mungkin dirinya akan

sudah tidak berguna dan berarti apa-apa lagi.

Penggunaan support system yang ada disekitar klien dan keyakinan religious

yang kuat merupakan hal penting yang berpengaruh dalam mengatasi rasa

berduka situasional sehingga dapat meningkatkan status fungsional klien.

Menurut Miller (1999) (dalam Carpenito, 2006), dukungan sosial dan

keyakinan religious yang kuat memiliki pengaruh yang besar terhadap respon

seseorang menghadapi kehilangan. Hal ini juga sejalan dengan penelitian

Hilari, et al (2010), bahwa untuk mengatasi rasa stress dari proses berduka

pada penderita stroke yang harus dilakukan adalah mengatasi faktor pemicu

munculnya rasa stress tersebut. Faktor pemicu yang dimaksud adalah

kurangnya dukungan sosial (support system), kesepian akibat mekanisme

koping yang buruk, dan ketidakpuasaan terhadap lingkungan sosial.

4.4 Alternatif Pemecahan Masalah

Asuhan keperawatan yang diberikan untuk mengatasi masalah berduka

situasional pada klien bertujuan agar klien dapat mengenal peristiwa

kehilangan yang dialaminya, memahami hubungan antara kehilangan yang

dialami dengan keadaan dirinya, mengidentifikasi cara-cara mengatasi

berduka yang dialaminya, dan memanfaatkan faktor pendukung disekeliling

klien. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan verbal (mengungkapkan

perasaan), fisik, sosial, dan spiritual (CHMN, 2010). Dalam memberikan

asuhan keperawatan berduka situasional pada klien, tentunya penulis tetap

memperhatikan tahapan berduka yang sedang dialami klien karena hal ini

juga mempengaruhi penulis merespon keadaan klien saat memberikan asuhan

keperawatan.

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 51: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

37

Universitas Indonesia

Menurut teori Kubler-Ross (1969) (dalam Moyle & Hogan, 2006), tahapan

berduka terdiri dari dari lima tahap, meliputi tahap pengingkaran, kemarahan,

tawar-menawar, depresi, dan penerimaan. Namun, pada kasus yang terjadi,

masalah berduka yang ditemukan pada klien tidak sampai menimbulkan

perasaan depresi pada klien. Klien hanya mengalami tahap pengingkaran dan

kemarahan pada hari pertama rawat, tahap tawar-menawar dan langsung pada

tahap penerimaan yang ditunjukkan dengan respon klien yang berbeda-beda.

Setiap tahap berduka yang terjadi pada klien perlu menjadi perhatian bagi

perawat karena respon dalam memberikan tindakan keperawatan yang akan

dilakukan terhadap klien pun akan berbeda meskipun tujuan asuhan

keperawatan yang akan diberikan tetap sama.

Tindakan keperawatan yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah

berduka situasional pada klien sudah sesuai dengan rencana tindakan

keperawatan yang sudah dibuat sebelumnya. Disini penulis menekankan pada

pengungkapan perasaan agar menimbulkan emosi positif pada diri klien. Cara

yang dapat dilakukan adalah dengan verbal (mengungkapkan perasaan), fisik,

sosial, dan spiritual. Upaya untuk meningkatkan emosi positif dan motivasi

untuk melakukan aktivitas fisik dengan membuat penjadwalan aktivitas

dinilai cukup berhasil dalam mengatasi berduka sebagai respon kehilangan

yang dialami penderita stroke. Penelitan Seale, et al (2010) menunjukkan dari

840 responden, yaitu sebanyak 35,6% pada tiga bulan pasca stroke

mengalami peningkatan emosi ke arah positif setelah dilakukan upaya-upaya

tersebut. Hal ini dikarenakan emosi positif dapat mengurangi efek berbahaya

dari kecemasan atau ketidakberdayaan yang sering menyertai terjadinya awal

penyakit, termasuk stroke (Fredickson, et al, 2000).

Cara lain yang dilakukan oleh penulis adalah dengan menekankan pada

pengungkapan perasaan terkait harapan di masa depan klien setelah terkena

stroke. Disini penulis lebih menggali keinginan-keinginan klien di masa

depan setelah keluar dari rumah sakit nantinya. Cara ini efektif dilakukan

karena perasaan klien lebih banyak tergali lagi sehingga memunculkan emosi

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 52: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

38

Universitas Indonesia

yang positif untuk mewujudkan keinginan-keinginannya. Hal ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan Dunn, Elswatte, dan Ellot (2009) yang

melaporkan bahwa harapan dan fokus berorientasi pada masa depan dapat

meningkatkan emosi positif dan memotivasi seseorang untuk bertindak

dengan cara meningkatkan hasil yang menguntungkan setelah stroke.

Selain itu, penulis juga menekankan adanya keterlibatan keluarga sebagai

support system klien dalam menghadapi kehilangan yang dirasakannya.

Keterlibatan orang lain, khususnya keluarga berpengaruh terhadap proses

pemulihan klien. Seperti diketahui, dalam proses pemulihan ini diperlukan

orang lain yang terlibat untuk memotivasi orang yang mengalami stroke agar

mau terlibat dalam kegiatan yang dapat meningkatkan status fungsional

individu (Deiner & Lucas, 2000). Untuk itu, menurut penulis dukungan dari

keluarga juga membawa pengaruh besar buat kesembuhan klien.

Faktor lain yang tidak kalah pentingnya yang dilakukan penulis adalah

menumbuhkan keyakinan religious klien yang kuat. Seperti diketahui,

keyakinan religious yang kuat merupakan hal penting yang berpengaruh

dalam mengatasi rasa berduka situasional sehingga dapat meningkatkan status

fungsional klien. Hal ini sesuai dengan teori Miller (1999) (dalam Carpenito,

2006) yang mengatakan bahwa salah satu faktor yang memiliki pengaruh

yang besar terhadap respon seseorang menghadapi kehilangan adalah

keyakinan religious yang kuat. Cara ini dapat dilakukan oleh perawat lainnya

karena dapat membantu menghantarkan klien pada tahap akhir berduka, yaitu

tahap penerimaan.

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 53: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

39 Universitas Indonesia

BAB 5

PENUTUP

Pada bab ini dibahas mengenai kesimpulan dari hasil penulisan karya ilmiah

berdasarkan asuhan keperawatan yang telah diberikan terhadap klien sebelumnya.

Penulis menyimpulkan hasil karya ilmiah ini secara keseluruhan. Selain itu, dalam

bab ini juga terdapat saran dari penulis yang dapat digunakan bagi bidang

keilmuan, aplikatif dan metodologis.

5.1 Kesimpulan

Penyakit stroke dianggap sebagai salah satu penyakit yang menakutkan bagi

masyarakat karena dianggap sebagai penyakit yang mematikan dari 10 jenis

penyakit mematikan yang masuk dalam daftar data Riskesdas pada tahun

2007. Berdasarkan data WHO (2010), setiap tahunnya terdapat 15 juta orang

di seluruh dunia menderita stroke. Diantaranya ditemukan jumlah kematian

sebanyak 5 juta orang dan 5 juta orang lainnya mengalami kecacatan yang

permanen. Prevalensi stroke di Indonesia sendiri ditemukan sebesar 8.3 per

1000 penduduk yang menderita stroke atau sebesar 8.3%.

Penyakit stroke merupakan masalah kesehatan yang cukup besar yang

memerlukan penanganan secara serius. Hal ini dikarenakan penyakit stroke

dapat menimbulkan dampak negatif pada orang yang mengalaminya, yaitu

dapat berdampak buruk pada kondisi fisik dan psikologis. Stroke dapat

menyebabkan kelumpuhan atau kelemahan otot, masalah bicara dan bahasa,

masalah memori dan penalaran, kesulitan menelan, masalah penglihatan,

penurunan kesadaran, dan berpotensi terhadap kematian. Kesemua masalah

fisik yang muncul ini tentunya berpeluang terhadap timbulnya masalah

emosional (psikologi) penderita stroke.

Berbagai masalah emosional mungkin dialami setelah seseorang mengalami

stroke. Kebanyakan dari masalah emosional yang muncul mengarah pada

keadaan depresi penderitanya. Depresi yang muncul pada penderita stroke

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 54: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

40

Universitas Indonesia

merupakan akibat lanjut dari respon kehilangan dan berduka yang dirasakan

oleh seseorang yang baru mengalami stroke. Pada klien yang penulis kelola,

ternyata klien yang mengalami masalah berduka tidak mengalami tahap

depresi. Pada awal pengkajian, penulis menemukan klien sudah dalam tahap

tawar menawar.

Tindakan keperawatan yang diberikan terhadap klien lebih mengacu pada

memunculkan emosi positif melalui cara verbal, aktivitas fisik, spiritual, dan

dukungan sosial yang ada pada klien agar rasa berduka yang dirasakan klien

tidak sampai berlarut-larut sehingga dapat menimbulkan masalah yang lain,

seperti depresi, ketidakberdayaan, harga diri rendah, hingga isolasi sosial.

Pada tahap tawar menawar, penulis juga membantu klien mengidentifikasi

rasa bersalah dan perasaan takutnya. Tindakan yang diberikan penulis

membawa klien sampai pada tahap penerimaan tanpa mengalami tahap

depresi sebelumnya.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan yang telah diuraikan di atas, penulis dapat

memberikan saran terkait hasil pemberian asuhan keperawatan berduka

situasional pada klien yang mengalami stroke sebagai berikut:

5.2.1 Bidang Keilmuan

Saran untuk bidang keilmuan agar dapat mengadakan pelatihan atau

seminar keperawatan terkait pemberian asuhan keperawatan psikososial,

salah satunya masalah berduka situasional sehingga dapat membantu

perawat ataupun mahasiswa keperawatan untuk mereview dan mengasah

kembali pengetahuan dan skill perawat mengenai pemberian asuhan

keperawatan berduka situasional.

5.2.2 Bidang Aplikatif

Saran untuk pelayanan di rumah sakit agar dapat memfasilitasi perawat-

perawat di rumah sakitnya untuk mengikuti pelatihan dan memberikan

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 55: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

41

Universitas Indonesia

supervisi terhadap perawat ruangan terkait pemberian asuhan keperawatan

psikososial, termasuk pada masalah berduka situasional. Sedangkan saran

untuk perawat ruangan agar asuhan keperawatan yang diberikan pada

klien tidak hanya sebatas masalah fisik saja, namun juga dapat diberikan

asuhan keperawatan psikososial, termasuk masalah berduka situasional

(jika ditemukan) pada klien di ruang rawat. Selain itu, perawat ruangan

juga diharapkan dapat terus memotivasi dan melibatkan klien dalam setiap

pemberian asuhan keperawatan. agar pemberian asuhan keperawatan dapat

dilakukan sesuai rencana.

5.2.3 Bidang Metodologis

Saran untuk bidang metodologis, dalam hal ini untuk penelitian berikutnya

terkait pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan masalah berduka

situasional adalah diharapkan asuhan keperawatan yang diberikan

berikutnya dapat lebih mengkaji lagi koping keluarga ketika menghadapi

klien yang sedang mengalami proses kehilangan. Hal ini penting karena

keluarga merupakan bagian dari support system untuk membantu klien

mengatasi masalah kehilangan yang dihadapi. Selain itu pada penelitian

berikutnya, asuhan keperawatan pada klien dengan masalah berduka

situasional sebaiknya dapat dilakukan dalam kelompok dengan masalah

yang sama sehingga dapat dilihat keberagaman data dari tiap-tiap individu

yang mengalami masalah berduka situasional.

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 56: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

42 Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Anies. (2005). Mewaspadai penyakit lingkungan. Jakarta: PT Elex Media

Komputindo.

Beckley, M. N. (2006). Psychological well-being of spouses of stroke patients

during the first year after stroke. Clinical Rehabilitation Journal. Vol. 18,

No.4: 430-7.

Buglass, E. (2010). Grief and bereavement theories. Nursing Standard. Vol.24,

No.41, 44-47.

Carpenito, J., Lynda. (2006). Buku saku diagnosa keperawatan: Handbook of

nursing diagnosis. (10th ed). Jakarta: EGC.

Cerebrovascular Disease. (2008). Nervous System Diseases.

http://www.nervous-system-diseases.com/cerebrovascular-disease.html.

Diunduh pada tanggal 5 Juni 2013 pukul 23.00.

Corwin, Elizabeth J. (2008). Handbook of pathophysiology. (3rd

ed).

Pennsylvania: Lippincott Williams & Wilkins.

Deiner, E., & Lucas, R.E. (2000). Handbook of emotions. New York: Guilford.

DepKes RI. (2008). Riset kesehatan dasar (RISKESDAS) 2007. Jakarta: Badan

Litbangkes DepKes RI.

Dunn, Elswatte, and Elliot (2009). Grief and its manifestations. Nursing Standard.

Vol.18, No. 45, 45-51.

Effendi, F., & Makhfudli. (2009). Keperawatan kesehatan komunitas: Teori dan

praktik dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Fredickson, et al, (2000). Motivation and emotion. New York: American Scientist.

Hartono, Andry. (2006). Penyakit bawaan makanan: fokus pendidikan kesehatan.

Jakarta: EGC.

Hilari., et al. (2010). Psychological distress after stroke and aphasia: the first six

months. Medical Sciences, Sage Publication Group. Vol.24, No.2, 181-190.

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 57: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

43

Universitas Indonesia

Ignatavicius, D.D., & Workman. (2006). Medical surgical nursing: Critical

thinking for collaborative care. (5th Ed). Missouri: Elsevier Saunders.

Japardi, Iskandar. (2002). Penyakit degeneratif pada medulla spinalis.

http://.www.respiratory.usu.ac.id.pdf . Diunduh pada tanggal 5 Juni 2013

pukul 22.00.

Keliat, dkk. (2006). Modul IC-CMHN: Manajemen keperawatan psikososial dan

pelatihan kader kesehatan jiwa. Jakarta: FIKUI.

Lanreville, Philippe., et al. (2009). The role of activity restriction in post stroke

depressive symptoms. American Psychological Association. Vol.54, No.3,

315-322.

Lewis, Sharon L., et al. (2007). Medical–surgical nursing: assessment and

management of clinical problems. (Vol.2). Missouri: Mosby Elsevier.

Moyle, W.P., & Hogan, N.S. (2006). Grief theories and models applications to

hospice nursing practice. Journal Of Hospice And Palliative Nursing.

Vol.10, No.6.

NANDA. (2011). Nursing diagnoses: Definition & classification. UK: Wiley-

Blackwell.

Price, Sylvia A., & Wilson, L.M. (2003). Patofisiologi: Konsep klinis proses-

proses penyakit. (Edisi ke-6). Jakarta: EGC.

Seale., et al. (2010). Change in positive emotion and recovery of functional status

following stroke. Rehabilitation Psychology. Vol.55, No.1: 33-39.

Smeltzer, S. C., & Bare (2002). Brunner & Suddarth'sTextbook of medical-

surgical nursing. Philadelphia: Lippincott.

Stroke Association. (2008). Risk factors for stroke and type of stroke in persons

with isolated systolic hypertension. Journal of The American Heart

Association. Vol.29, 1333-1340.

Townend., et al. (2010). Feeling sad and useless: an investigation into personal

acceptance of disability and its association with depression following stroke.

Medical Sciences, Sage Publication Group. Vol.24, No.6, 555-564.

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 58: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

44

Universitas Indonesia

Videbeck, S.I. (2001). Psychiatric mental health nursing. Philadelphia:

Lippincott.

WHO. (2004). Neurology Atlas. http://www.who.int/neurology/atlas/en.html.

Diunduh pada tanggal 5 Juni 2013 pukul 22.00.

WHO. (2010). Stroke . http://who.int/mental_health/html. Diunduh pada tanggal 5

Juni 2013 pukul 22.00.

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 59: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

LAMPIRAN

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 60: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

Lampiran 1: Pengkajian

PENGKAJIAN

Tanggal Pengkajian: 7 Mei 2013

A. Informasi Umum

- Nama : Ibu A

- No.RM : 0-26-23-68

- Jenis Kelamin : Perempuan

- TTL/Usia : Bogor, 15 Juni 1947 (66 tahun)

- Agama : Islam

- Suku/Bangsa : Sunda

- Pendidikan : Tidak sekolah

- Pekerjaan : Pedagang

- Status Perkawinan : Janda

- Alamat : Jl Cilubang RT/RW 04/04, Kelurahan Balumbang

Jaya, Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat

- Dx Medis : Hemiparase Sinistra ec. Susp SNH

- Tanggal Masuk : 5 Mei 2013

B. Alasan Masuk

Klien dibawa kerumah sakit dengan alasan mengalami kelemahan anggota

badan sebelah kiri. Klien mengatakan ketika bangun pagi merasa lengan dan

tungkai kirinya terasa lemas dan terasa kesemutan. Sekitar jam 11.00 ketika

memasak, lengan dan tungkai kirinya terasa semakin berat dan lemas, klien

mulai sulit berjalan dan wajahnya, terutama bibirnya terlihat tidak simetris.

Jam 13.00 keluarga mengatakan bicara klien sudah mulai pelo, lengan dan

tungkai kiri tidak bisa digerakkan lagi, dan kepala terasa berat sehingga

keluarga memutuskan untuk membawa klien ke rumah sakit.

C. Riwayat Penyakit Masa Lalu

Keluarga mengatakan klien mengalami hipertensi sejak empat tahun lalu dan

sangat jarang sekali kontrol ke puskesmas atau pelayanan kesehatan lain,

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 61: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

(Lanjutan)

kecuali jika ada keluhan yang dirasakan berat oleh klien. Biasanya klien

hanya mengkonsumsi obat ‘captropil’ yang biasanya dibeli diwarung.

Keluarga juga mengatakan bahwa selain hipertensi, klien juga mengalami

penyakit asam urat sejak dua tahun yang lalu.

D. Riwayat Penyakit Sekarang

- Keluhan utama : lemah anggota gerak kiri, bicara pelo, pusing,

mual, lemas

- Gejala Penyerta : adanya peningkatan tekanan darah

- Waktu : 7-8 jam SMRS

- Upaya yang dilakukan: dibawa ke rumah sakit

E. Riwayat Penyakit Keluarga dan Genogram

Klien merupakan anak ke 3 dari 4 bersaudara. Orang tua klien, yaitu ayahnya

memiliki riwayat stroke dan juga hipertensi. Suami klien, yaitu Bpk M

meninggal 15 tahun yang lalu karena DM. Klien dan suaminya dikaruniai 6

orang anak, 3 anak laki-laki dan 3 anak perempuan. Saat ini, klien tinggal

bersama anak pertamanya, menantu, dan kedua cucunya.

F. Pengkajian Fisik

1) Keadaan Umum: Klien tampak sakit berat, keadaan umum lemah,

kesadaran CM (E4M6Vafasia)

2) Tanda-tanda vital:

- Tekanan darah: 180/110 mmHg

Keterangan:

: perempuan

: laki-laki

: meninggal

: klien

---- : tinggal satu rumah

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 62: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

(Lanjutan)

- Nadi: 88 x/menit

- RR: 22x/menit

- Suhu: 36.7 0 C

3) Pemeriksaan Head to toe:

- Kepala dan rambut

Bentuk simetris, kulit kepal bersih, tidak tampak lesi, rambut hitam

keputihan, kuat, bersih, distribusi merata.

- Mata

Bentuk simetris, konjungtiva tak anemis, warna pink muda, sklera agak

keruh, warna putih, ikterik tidak ada, fungsi penglihatan tidak ada

kelainan.

- Hidung

Bentuk simetris, tidak ada lesi atau hambatan pada saluran pernafasan

atas, bersih, tidak ada sekret..

- Mulut

Bentuk bibir asimetris, warna merah muda, agak pucat dan kering, gigi

bersih dan lengkap, lidah bersih.

- Telinga

Bentuk kedua daun telinga simetris, bersih, tidak ada serumen ataupun

lesi, fungsi pendengaran tidak ada kelainan.

- Leher

Bentuk leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening,

tidak tampak bendungan vena jugularis.

- Dada

Bentuk dan pergerakan dinding dada simetris, suara paru vesikuler,

tidak ada wheezing dan ronkhi, bunyi jantung SI & S2, tidak ada

murmur dan gallop.

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 63: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

(Lanjutan)

- Abdomen

Bentuk abdomen tidak ada kelainan, tidak terdapat nyeri tekan,

peristaltik usus ada, BU 10 x/menit, tidak ada pembesaran masa.

- Genitourinaria dan anus: tidak diperiksa

- Kulit dan kuku

Warna kulit sawo matang, bersih, tidak terdapat lesi, tidak tampak

jaundice, turgor kulit baik.kuku bersih.

- Ekstremitas

Akral hangat, simetris, tidak ada sianosis, CRT < 3 detik, tidak ada

fraktur, kekuatan otot

G. Pola Kebiasaan Sehari-hari

1) Biologis

- Pola makan:

Klien mengatakan biasanya makan 3x dalam sehari. Meskipun dirinya

mengetahui menderita hipertensi, klien tidak pernah pantang makan

makanan yang asin. Keluarga mengatakan sebelum klien terserang

stroke, pada pagi harinya klien sempat makan ikan asin. Menurut

keluarga, selama di rumah sakit sendiri,klien mengalami penurunan

nafsu makan. Makan tidak pernah habis.

- Pola minum:

Biasanya dalam sehari klien dapat minum air putih 6-7 gelas dan

minum air teh 1 gelas/hari. Selama di rumah sakit, klien hanya minum

3-4 gelas/hari.

- Pola tidur:

Klien mengatakan dalam sehari biasanya dirinya tidur selama 7-8 jam.

Klien biasanya tidur jam 21.00 malam dan bangun pukul 04.00 pagi.

- Pola eliminasi:

Biasanya dalam sehari, klien BAK sebanyak 4-6 kali dan BAB

sebanyak 1kali. Namun, semenjak di rumah sakit, klien mengatakan

BAB menjadi 3 hari sekali, sedangkan BAK tidak dapat dihitung karena

klien menggunakan diapers.

5555 5555

3333 3333

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 64: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

(Lanjutan)

- Kebersihan diri:

Klien biasanya mandi 2 x sehari. Namun ketika di rawat di rumah sakit,

klien hanya di lap saja oleh keluarganya.

2) Psikologis

- Keadaan emosi:

Saat pertama kali berinteraksi dengan klien, yaitu pada tanggal 7 Mei

2013, klien masih tampak gelisah dan tidak tenang. Raut wajah klien

tampak tegang, nada suara terkadang tampak meninggi ketika

berinteraksi dengan orang lain dan nampak kurang bersabar. Keluarga

mengatakan ketika hari pertama rawat, klien tampak seperti orang yang

mengalami syok dan cenderung menyalahkan dirinya sendiri serta

sering terlihat bersedih dan menangis.

Klien mengatakan andai saja dirinya menjaga pola makan dan tidak

makan ‘ikan asin’ pada malam harinya mungkin dirinya tidak seperti

saat ini. Klien mengatakan takut tidak dapat kembali seperti dulu lagi

dan tidak dapat beraktivitas seperti dulu lagi. Selain itu, klien juga

mengatakan jika keadaannya seperti ini terus dirinya tidak bisa lagi

menjaga warung, memasak, menjaga cucu-cucunya dan mengikuti

pengajian seperti biasanya.

3) Sosial

- Dukungan keluarga:

Klien mengatakan saat ini dirinya tinggal bersama anak pertamanya,

menantu dan kedua cucunya. Menurutnta, dukungan terbesar berasal

dari keluarga, terutama anak-anaknya, mulai dari anak pertama hingga

anak terakhirnya. Klien mengatakan setiap hari anak-anaknya yang

berada di satu kota selalu bergantian menunggu dirinya di rumah sakit,

hanya anak kelima dan keenam saja yang belum menjenguknya karena

rumahnya berada di luar kota.

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 65: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

(Lanjutan)

- Hubungan keluarga:

Klien mengatakan hubungan antar keluarga cukup baik dan akur.

Sangat jarang sekali anak-anaknya terlibat percekcokan atau

perselisihan. Menurut klien, meskipun dirinya jarang bertemu dengan

kesemua anaknya, tetapi komunikasi tetap berjalan lancar.

- Hubungan dengan oran lain:

Klien mengatakan dirinya tetap aktif mengikuti pengajian. Dalam

seminggu, dirinya bisa aktif mengikuti pengajian 3-4 kali. Klien

mengatakan senang mengikuti pengajian karena selain menambah ilmu

agama, juga dapat menambah teman, meningkatkan tali persaudaraan

dan silaturahmi. Hal ini terlihat saat klien di rawat di rumah sakit,

banyak teman-teman dan tetangga kline datang menjenguk klien secara

bergantian.

4) Spiritual dan kultural

Klien beragama islam dan bersuku sunda. Menurut keluarga, dalam

kesehariannya, klien taat melaksanakan ibadah sholat dan mengaji. Klien

juga rutin mengikuti pengajian disekitar lingkungan rumahnya. Terkait

budaya, menurut klien tidak ada ritual khusus yang dilakukannya terkait

pemeliharaan kesehatan.

H. Data Penunjang

1) Pemeriksaan EKG:

Hasil: normal sinus rhtym

2) Pemeriksaan CT Scan kepala:

Hasil: infark cerebri pada basal ganglia dextra dan paraventrikel lateralis

pada temporoparietal dextra

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 66: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

(Lanjutan)

3) Pemeriksaan Laboratorium ( Tanggal 5 Mei 2013)

Pemeriksaan Hasil

HEMATOLOGI

1. Hemoglobin

2. Trombosit

3. Leukosit

4. Hematokrit

13.0 g/dl

252.000 mm3

10.420 /mm3

(↑)

40 %

KIMIA DARAH

1. SGOT

2. SGPT

3. Ureum

4. Creatinin

5. GDS

25 U/L

26 U/L

49.8 mg/dl

0.94 g/dl

100 mg/dl

4) Daftar terapi medis:

- Citicolin 2 x 500 mg

- CPG 1 x 1 gram

- Aspilet 1 x 1 gram

- IVFD Ringer Laktat 6 jam/kolf

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 67: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

Lampiran 2: Analisa Data

ANALISA DATA

No Data Masalah Keperawatan

1. DS:

- Klien mengatakan kepala kadang-

kadang masih terasa pusing;

- Keluarga mengatakan klien awalnya

tampak gelisah dan kurang berespon

pada hari pertama dirawat;

- Keluarga mengatakan klien

mengalami kelemahan anggota tubuh

sebelah kiri sejak dua hari yang lalu

saat bangun tidur.

DO:

- Keadaan umum sakit sedang,

kesadaran CM;

- Klien tampak terbaring lemah;

- Tanda-tanda vital menunjukkan

tekanan darah 180/110 mmHg, nadi

88 x /menit, pernapasan 22 x/menit,

suhu 36,7oC;

- Pada pemeriksaan CT-Scan

didapatkan infark cerebri pada basal

ganglia dextra dan paraventrikel

lateralis pada temporoparietal dextra

Kerusakan perfusi

jaringan serebral

2. DS:

- Keluarga mengatakan klien

mengalami kelemahan anggota tubuh

sebelah kiri sejak dua hari yang lalu

saat bangun tidur;

- Klien mengatakan tangan dan kaki

Hambatan mobilitas fisik

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 68: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

kirinya sulit digerakkan dan terasa

berat jika diangkat;

- Klien mengatakan sudah tidak dapat

berjalan lagi ketika stroke menyerang

dirinya;

- Keluarga mengatakan klien hanya

berbaring saja sejak hari pertama di

rawat.

DO:

- Kekuatan otot ;

- Lengan dan kaki kiri tampak kaku dan

sulit digerakkan;

- ADL tampak dibantu;

- Klien tampak lemas.

3. DS:

- Keluarga mengatakan bicara klien

mulai tidak jelas sejak terkena stroke

dua hari lalu;

- Keluarga mengatakan sudah dua hari

ini klien menjadi malas bicara karena

merasa mulutnya terasa berat;

- Keluarga mengatakan apa yang

dikatakan klien masih dapat

dimengerti.

DO:

- Klien tampak kesulitan mengeja

artikulasi kata (bicara tampak pelo);

- Bibir tampak asimetris (cenderung

miring ke kanan).

Hambatan komunikasi

verbal

4. DS:

- Keluarga mengatakan ketika hari

pertama rawat, klien tampak seperti

orang yang mengalami syok dan

Berduka situasional

5555 3333

5555 3333

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 69: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

cenderung menyalahkan dirinya

sendiri serta sering terlihat

bersedih/menangis;

- Klien mengatakan andai saja dirinya

menjaga pola makan dan tidak makan

‘ikan asin’ pada malam harinya

mungkin dirinya tidak seperti saat ini.

DO:

- Ekspresi wajah klien tampak murung;

- Klien tampak tidak bersemangat;

- Klien tampak sering menyalahkan diri

sendiri;

- Klien tampak gelisah dan tidak

tenang.

5. DS:

- Klien mengatakan takut tidak dapat

kembali seperti dulu lagi dan tidak

dapat beraktivitas seperti dulu lagi;

- Klien mengatakan jika keadaannya

seperti ini terus dirinya tidak bisa lagi

menjaga warung, memasak, menjaga

cucu-cucunya dan mengikuti

pengajian seperti biasanya.

DO:

- Klien tampak lesu dan kurang

bersemangat;

- Ekspresi wajah klien tampak murung;

- Klien tampak gelisah dan tidak

tenang.

Ansietas

Diagnosa Keperawatan Prioritas:

1. Kerusakkan perfusi jaringan serebral

2. Hambatan mobilitas fisik

3. Berduka situasional

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 70: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

Lampiran 3: Rencana Asuhan Keperawatan

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Klien : Ibu A (66 tahun) Nama Mahasiswa : Rosiana Putri

Ruang : Antasena V NPM : 0806334413

No. RM : 0-26-23-68

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria

Hasil

Intervensi Rasional

1. Kerusakkan perfusi jaringan

serebral

Setelah 3 x 24 jam

pemberian asuhan

keperawatan, perfusi

serebral membaik

dengan kriteria hasil :

1. Tingkat kesadaran

tidak menurun

2. Fungsi kognitif,

memori, dan

motorik membaik

3. TIK normal

4. Tanda-tanda vital

stabil

5. Tidak ada tanda

perburukan

neurologis

Mandiri:

1. Tentukan faktor-faktor yang berhubungan

dengan situasi individu/ penyebab koma /

penurunan perfusi serebral dan potensial

PTIK

2. Berikan penjelasan kepada keluarga klien

tentang sebab-sebab gangguan perfusi

jaringan otak dan akibatnya

3. Evaluasi pupil dan ukuran bentuk

kesamaan serta reaksi terhadap cahaya

4. Observasi dan catat tanda-tanda vital dan

kelainan tekanan intracranial

5. Berikan posisi kepala lebih tinggi 15-30

dengan letak jantung (beri bantal tipis)

1. Mengetahui faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap penurunan perfusi

serebral

2. Keluarga lebih berpartisipasi dalam

proses penyembuhan

3. Mengkaji adanya penurunan perfusi

serebral

4. Mengetahui setiap perubahan yang

terjadi pada klien secara dini dan untuk

penetapan tindakan yang tepat

5. Mengurangi tekanan arteri dengan

meningkatkan draimage vena dan

memperbaiki sirkulasi serebral

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 71: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

(Lanjutan)

6. Pertahankan tirah baring, ciptakan

lingkungan yang tenang dan batasi

pengunjung

Kolaborasi:

1. Pemberian obat neuroprotektor

2. Berikan oksigen sesuai indikasi

6. Rangsangan aktivitas yang meningkat

dapat meningkatkan kenaikan TIK.

Istirahat total dan ketenangan mungkin

diperlukan untuk pencegahan terhadap

perdarahan dalam kasus stroke

1. Memperbaiki sel yang masih viable

2. Memperbaiki sirkulasi ke serebral

2. Hambatan mobilitas fisik

Setelah diberikan

asuhan keperawatan

selama 3x24 jam,

diharapkan dapat

mempertahankan

tingkat kemampuan

ototnya dengan kriteria

hasil:

1. Tidak ada

kontraktur atau

foot drop

2. Kontraksi otot

membaik

3. Terpeliharanya

integritas kulit

Mandiri:

1. Ubah posisi tiap dua jam (prone, supine,

miring)

2. Mulai latihan aktif / pasif rentang gerak

sendi pada semua ekstremitas

3. Topang ekstremitas pada posisi

fungsional. Pertahankan kepala dalam

keadaan netral

4. Evaluasi penggunaan alat bantu pengatur

posisi

5. Bantu meningkatkan keseimbangan duduk

6. Awasi bagian kulit diatas tonjolan tulang

Kolaborasi:

1. Konsul kebagian fisioterapi

1. Menjaga integritas kulit

2. Menjaga kekuatan otot agar tidak

semakin lemah atau membuat kekuatan

otot semakin membaik

3. Mencegah terjadinya foot drop

4. Mempermudah pengaturan posisi pada

klien

5. Membantu mobilisasi secara bertahap

6. Mempertahankan integritas kulit

1. Membantu dalam meningkatkan atau

mempertahankan kekuatan otot

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 72: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

(Lanjutan)

No Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi Implementasi Rasional

3. Berduka

situasional

TUM: Klien

dapat

melewati

tahapan proses

berduka yang

adaptif.

TUK 1: Klien

dapat membina

hubungan saling

percaya dengan

perawat.

Setelah 3x interaksi, klien

menunjukkan tanda-tanda

percaya kepada perawat :

1. Klien dapat berinteraksi secara

aktif dengan perawat, yang

ditunjukkan dengan:

- Ekspresi wajah

bersahabat

- Menunjukkan rasa senang

- Ada kontak mata

- Mau berjabat tangan

- Mau menyebutkan nama

- Mau duduk berdampingan

dengan perawat

- Bersedia mengungkapkan

masalah yang dihadapi

Bina hubungan saling percaya dengan

menggunakan prinsip komunikasi

terapeutik:

1. Sapa klien dengan ramah baik

verbal maupun non verbal;

2. Perkenalkan nama, nama panggilan

perawat dan tujuan perawat

berkenalan;

3. Tanyakan nama lengkap dan nama

panggilan yg disukai klien;

4. Tunjukkan sikap jujur dan menepati

janji setiap berinteraksi dengan

klien;

5. Tunjukkan sikap empati dan

menerima klien apa adanya;

6. Tanyakan perasaan klien dan

masalah yang dihadapi klien.

Hubungan saling percaya yang baik

merupakan dasar yang kuat bagi klien

dalam mengekspresikan perasaannya.

1. Menunjukkan keramahan dan sikap

bersahabat;

2. Agar klien tidak ragu kepada

perawat;

3. Menunjukkan bahwa perawat ingin

kenal dengan klien;

4. Agar klien percaya kepada perawat;

5. Penerimaan yang sesuai dengan

keadaan yang sebenarnya dapat

meningkatkan keyakinan pada

keluarga serta merasa adanya suatu

pengakuan.

6. Perhatian yang diberikan dapat

meningkatkan harga diri klien.

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 73: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

(Lanjutan)

TUK 2: Klien

mampu

mengungkapkan

perasaan

kehilangan akan

orang yang

dicintai dengan

cara yang

positif.

TUK 3 : Klien

mengetahui

tahapan proses

berduka. yang

Setelah 3x interaksi, klien

mampu:

1. Mengungkapkan perasaan

yang dialaminya saat

kehilangan orang yang

dicintainya;

2. Mengekspresikan

perasaannya akan proses

kehilangan dengan aman.

Setelah 3x interaksi, klien

mampu

1. Menyebutkan konsep

kehilangan;

Dengarkan dengan penuh perhatian;

7. Hindari respon mengkritik atau

menyalahkan saat klien

mengungkapkan perasaanya;

8. Buat kontrak interaksi yang jelas.

1. Tunjukkan sikap menerima sehingga

klien tidak takut mengungkapkan

perasaannya secara terbuka tentang

kehilangan. Dukung reaksi berduka

klien yang adaptif;

2. Identifikasi bersama klien apa yang

dirasakan saat kehilangan salah satu

fungsi tubuh.

1. Jelaskan pada klien tentang konsep

kehilangan, yaitu :

- Menyangkal, jelaskan manfaat

tahap menyangkal klien, jangan

7. Respon mengkritik atau menyalahkan

dapat menimbulkan adanya sikap

penolakan;

8. Memberi info tentang kontrak waktu.

1. Ungkapan perasaan dapat

meringankan beban klien;

2. Pengetahuan yang diterima tentang

perasaan yang berhubungan konsep

kehilangan dapat membantu

meringankan perasaan bersalah yang

menghasilkan respon tersebut.

1. Menghentikan presepsi idealis klien

dan agar klien mampu menerima

aspek positif dan negatif dari konsep

kehilangan.

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 74: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

(Lanjutan)

sedang

dialaminya.

2. Klien mengetahui posisi

berduka yang dialami klien

saat ini.

paksa klien melewati tahap

menyangkal dengan cepat tanpa

kesiapan emosional;

- Isolasi, perkuat harga diri klien

dengan memberikan privasi,

dorong klien untuk melakukan

aktivitas sosial secara bertahap;

- Depresi, identifikasi tingkat

depresi dan kembangkan

pendekatan yang sesuai, gunakan

rasa berbagi dan empati, hargai

rasa berduka;

- Marah, dorong untuk ungkapkan

kemarahan yang adaptif, redamkan

kemarahan klien secara bertahap,

yakinkan klien bahwa hal ini

adalah takdir Yang maha Kuasa;

- Rasa bersalah, anjurkan klien

untuk mengidentifikasi aspek

positif dari hubungan antar

manusia, dan hindari argumentasi

negatif klien tentang penyebab

peristiwa ini;

- Ketakutan, bantu klien mengenali

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 75: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

(Lanjutan)

TUK 4: Klien

dapat

menggambarkan

arti kematian

atau kehilangan.

Setelah 3x interaksi, klien dapat

menyebutkan arti kehilangan dan

hikmah yang dapat dipetik.

perasaannya, gali sikap-sikap

terhadap kematian dan kehilangan,

gali metode-metode koping klien;

- Histeria;

- Dukung privasi klien untuk

menunjukkan rasa berduka yang

adaptif.

2. Anjurkan klien menghubungkan

dengan konsep kehilangan. Dengan

dukungan sensitivitas, tunjukkan

kenyataan situasi yang dihadapi

klien saat ini.

1. Identifikasi bersama klien arti

kehilangan. Tanyakan apa yang

diharapkan klien terhadap peristiwa

ini;

2. Identifikasi bersama klien hikmah

yang dapat diambil dari peristiwa

ini.

2. Pengetahuan ini memudahkan

perawat mengidentifikasi tahap

penerimaan klien terhadap musibah

yang dialami

1. Klien tidak mangalami proses

berduka yang berkepanjangan dan

disfungsional;

2. Menambah kekuatan klien dalam

menghadapi kenyataan ini.

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 76: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

(Lanjutan)

TUK 5:Klien

dapat

menggunakan

koping yang

adaptif dalam

menghadapi

proses berduka.

TUK 6 :

Klien dapat

menyebutkan

cara kehilangan

dengan ikhlas.

Setelah 3x interaksi, klien dapat

menyebutkan faktor-faktor yang

mengancam penyelesaian proses

berduka

Setelah 3x interaksi, Klien dapat

menyebutkan cara menerima

kehilangan dengan ikhlas :

1. Mendekatkan diri kepada

Tuhan Yang Maha Esa,

melalui; perbanyak sholat

sunnah, membaca al-qur an,

berdoa, beristighfar,

membaca buku-buku agama;

2. Mengidentifikasi hikmah

dari peristiwa ini.

1. Identifikasi bersama klien faktor-

faktor yang mengancam

penyelesaian proses berduka:

- Ketergantungan kepada orang

lain;

- Konflik yang tidak teratasi;

- Sistem pemdukung tidak

adekuat;

- Jumlah kehilangan sebelumnya;

- Kesehatan fisik dan psikologis

klien.

1. Identifikasi bersama klien mengenai

cara menghadapi musibah dengan

ikhlas :

- Mendekatkan diri kepada Tuhan

Yang Maha Esa, melalui;

perbanyak sholat sunnah,

membaca Al-Qur’an, berdoa,

beristighfar, bersholawat,

membaca buku-buku agama;

- Mengidentifikasi hikmah dari

peristiwa ini seperti klien

1. Membantu klien menemukan koping

yang adaptif untuk menghadapi

proses berduka klien.

1. Membantu klien untuk mengambil

hikmah dari setiap kejadian sehingga

mampu menerima kehilangan dengan

ikhlas.

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 77: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

(Lanjutan)

TUK 7:Klien

dapat

menggunakan

sistem

pendukung yang

ada.

Setelah 3x interaksi, klien dapat

menggunakan sistem pendukung

yang ada.

menyebutkan “ini adalah takdir

Tuhan Yang Maha Esa dan ini

jalan yang terbaik”.

1. Libatkan keluarga sebagai sistem

pendukung klien dalam menghadapi

proses berduka dengan cara:

- Dukung reaksi berduka keluarga

yang adaptif;

- Identifikasi dan tekankan

kekuatan yang dimiliki keluarga;

- Dukung privasi keluarga untuk

saling menceritakan perasaan

berduka satu sama lain;

- Dukung keluarga untuk

menemani dan menasehati klien;

- Identifikasi lembaga-lembaga

yang dapat membantu misalnya,

majlis ta’lim, asuransi, dan

sebagainya.

1. Keluarga merupakan support system

yang dapat memberi kekuatan dan

dukungan klien dalam menghadapi

proses berduka.

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 78: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

Lampiran 4: Catatan Perkembangan

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Klien : Ibu A (66 tahun) Nama Mahasiswa: Rosiana Putri

Ruang : Antasena V NPM : 0806334413

No. RM : 0-26-23-68

Hari ke-1

Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi (SOAP)

Rabu,

8 Mei 2013

Pukul:

08.00-08.15 WIB

12.00-12.15 WIB

Kerusakkan perfusi jaringan

serebral

DS:

- Klien mengatakan

kepala masih sering

terasa pusing.

DO:

- Tingkat kesadaran CM;

- GCS: 15, dengan verbal

afasia;

- Tanda-tanda vital

menunjukkan tekanan

darah 180/110 mmHg,

nadi 88 x /menit,

Mandiri:

1. Mengkaji tingkat kesadaran dan GCS

klien;

2. Mengevaluasi pupil dan ukuran bentuk

kesamaan serta reaksi terhadap cahaya;

3. Memberikan penjelasan kepada klien

dan keluarga tentang sebab-sebab

gangguan perfusi jaringan otak dan

akibatnya;

4. Mengobservasi dan mencatat tanda-

tanda vital dan peningkatan tekanan

intrakranial tiap dua jam,

mengobservasi keluhan muntah;

5. Memberikan posisi kepala lebih tinggi

15-30 dengan letak jantung (beri bantal

tipis);

Subjektif:

- Klien mengatakan mual dan rasa ingin muntah mulai

berkurang;

- Klien mengatakan pusing sedikit berkurang.

Objektif:

- Tingkat kesadaran klien CM, GCS 15 dengan verbal afasia;

- TTV: TD=160/100 mmHg, Nadi=80 x/menit,

RR=22x/menit, Suhu=36.5°C;

- Pupil isokor, diameter pupil 2/2, reflek terhadap cahaya +/+;

- Posisi kepala klien tampak lebih tinggi (200);

- Klien tampak terpasang nasal kanul dengan aliran O2 2

L/menit.

Analisa:

Masalah kerusakkan perfusi jaringan serebral teratasi sebagian

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 79: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

(Lanjutan)

pernapasan 22 x/menit,

suhu 36,7oC;

- Pada pemeriksaan CT-

Scan didapatkan infark

cerebri pada basal ganglia

dextra dan paraventrikel

lateralis pada

temporoparietal dextra.

6. Menciptakan lingkungan yang tenang

dan membatasi pengunjung.

Kolaborasi:

1. Memberikan oksigen sesuai indikasi

melalui nasal kanul dengan aliran O2 2

L/menit;

2. Memberikan medikasi citicolin 2 x 500

mg sesuai kolaborasi.

Planning:

u/ perawat

- Observasi TTV dan tingkat kesadaran klien setiap 2 jam dan

tanda-tanda peningkatan TIK;

- Pertahankan posisi kepala lebih tinggi 15-30 dengan letak

jantung (beri bantal tipis);

- Lanjutkan terapi medikasi sesuai kolaborasi.

u/ klien

- Pertahankan tirah baring.

Rabu,

8 Mei 2013

Pukul:

09.00-09.30 WIB

11.00-11.15 WIB

13.00-13.15 WIB

Hambatan mobilitas fisik

DS:

- Klien mengatakan tangan

dan kaki kirinya sulit

digerakkan dan terasa

berat jika diangkat;

- Klien mengatakan sudah

tidak dapat berjalan lagi

ketika stroke menyerang

dirinya;

- Keluarga mengatakan

klien hanya berbaring saja

sejak hari pertama di

rawat.

Mandiri:

1. Mengubah posisi tiap dua jam (prone,

supine, miring, duduk) dan

menganjurkan keluarga untuk

membantu merubah posisi tidur klien

tiap 2 jam apabila sedang tidak ada

perawat;

2. Melatih ROM aktif asistif pada

ekstremitas yang lemah dan ROM aktif

pada ekstremitas yang normal;

3. Menganjurkan klien untuk berlatih

ROM secara teratur;

4. Mengawasi bagian kulit diatas tonjolan

tulang dan memberikan bantalan pada

sela-sela tonjolan tulang;

Subjektif:

- Keluarga mengatakan akan merubah posisi tidur klien tiap 2

jam;

- Klien mengatakan cukup lelah berlatih ROM bersama;

- Klien mengatakan akan berlatih ROM secara teratur sesuai

kemampuannya.

Objektif:

- Tidak terlihat adanya luka dekubitus pada bagian kulit klien;

- Klien masih belum semangat berlatih ROM;

- Kekuatan otot:

5555 3333

5555 3333

- Klien tampak mampu melakukan latihan ROM aktif pada

daerah ektremitas yang normal, sedangan pada ektremitas

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 80: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

(Lanjutan)

DO:

- Lengan dan kaki kiri

tampak kaku dan sulit

digerakkan;

- ADL tampak dibantu;

- Klien tampak lemas;

- Kekuatan otot:

5555 3333

5555 3333

5. Membantu meningkatkan

keseimbangan duduk klien;

6. Membantu pemenuhan ADL klien.

Kolaborasi:

1. Melakukan konsul kebagian fisioterapi

yang lemah, latihan ROM tampak dibantu;

Analisa:

Masalah hambatan mobilitas fisik teratasi sebagian

Planning:

u/ perawat

- Ubah posisi tidur klien tiap 2 jam;

- Berikan dan motivasi latihan ROM secara teratur;

- Pantau adanya luka dekubitus pada klien;

- Bantu pemenuhan ADL klien.

u/ klien

- Latihan ROM secara mandiri sesuai jadwal.

Rabu,

8 Mei 2013

Pukul:

10.00-10.30 WIB

Berduka situasional

DS:

- Keluarga mengatakan

ketika hari pertama rawat,

klien tampak seperti orang

yang mengalami syok dan

cenderung menyalahkan

dirinya sendiri serta sering

terlihat

bersedih/menangis;

1. Mempertahankan hubungan saling

percaya terhadap klien;

2. Menunjukkan sikap menerima

sehingga klien tidak takut

mengungkapkan perasaannya secara

terbuka tentang kehilangan;

3. Mendukung reaksi berduka klien yang

adaptif;

4. Mengidentifikasi bersama klien apa

yang dirasakan saat kehilangan salah

satu fungsi tubuh;

Subjektif:

- Klien mengatakan belum terlalu mengingat nama perawat

karena baru sekali bertemu;

- Klien mengatakan awalnya dirinya merasa sangat sedih dan

kesal karena tubuh sebelah kirinya tidak bisa digerakkan;

- Klien mengatakan dirinya seperti ini karena dirinya tidak

pernah peduli dengan kesehatannya sebelum terkena stroke;

- Klien mengatakan ingin rasanya dirinya memutar kembali

waktu agar semuanya tidak terjadi;

- Klien mengatakan jadi tahu bahwa dirinya saat ini berada

dalam fase tawar-menawar.

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 81: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

(Lanjutan)

- Klien mengatakan andai

saja dirinya menjaga pola

makan dan tidak makan

‘ikan asin’ pada malam

harinya mungkin dirinya

tidak seperti saat ini.

DO:

- Ekspresi wajah klien

tampak murung;

- Klien tampak tidak

bersemangat;

- Klien tampak sering

menyalahkan diri sendiri;

- Klien tampak gelisah dan

tidak tenang.

5. Menjelaskan kepada klien tentang

konsep kehilangan dan tahapan

berduka;

6. Mengidentifikasi bersama klien

tahapan berduka yang sedang dihadapi

klien saat ini.

Objektif:

- Klien tampak tidak bersemangat;

- Ekspresi wajah klien masih tampak murung.

Analisa:

Masalah berduka situasional teratasi sebagian

Planning:

u/ perawat

- Pertahankan hubungan saling percaya dengan klien;

- Identifikasi bersama klien arti kehilangan;

- Identifikasi bersama klien hikmah yang dapat diambil dari

peristiwa kehilangan ini;

- Identifikasi bersama klien faktor-faktor yang mengancam

penyelesaian proses berduka.

u/ klien

- Ungkapkan perasaan yang mengganjal pada keluarga atau

orang yang dipercaya.

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 82: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

(Lanjutan)

Hari ke-2

Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi (SOAP)

Jum’at,

10 Mei 2013

Pukul:

08.00-08.15 WIB

12.00-12.15 WIB

Kerusakkan perfusi jaringan

serebral

DS:

- Klien mengatakan

pusing sudah jarang

timbul

DO:

- Tingkat kesadaran CM;

- GCS: 15, dengan verbal

afasia;

- Tanda-tanda vital

menunjukkan tekanan

darah 150/100 mmHg,

nadi 84 x /menit,

pernapasan 20 x/menit,

suhu 36,5oC;

Mandiri:

1. Mengobservasi dan mencatat tanda-

tanda vital dan peningkatan tekanan

intrakranial tiap dua jam, serta

mengobservasi keluhan muntah;

2. Mengevaluasi keluhan pusing klien;

3. Mempertahankan posisi kepala lebih

tinggi 15-30 dengan letak jantung (beri

bantal tipis);

4. Menciptakan lingkungan yang tenang.

Kolaborasi:

1. Memberikan medikasi citicolin 2 x 500

mg sesuai kolaborasi.

Subjektif:

- Klien mengatakan lebih nyaman dengan posisi kepala lebih

ditinggikan dan pusing menjadi tidak terasa.

Objektif:

- TTV: TD=150/90 mmHg, Nadi=80 x/menit, RR=20x/menit,

Suhu=36.5°C;

- Klien tampak tenang;

- Posisi kepala klien tampak lebih tinggi (200).

Analisa:

Masalah kerusakkan perfusi jaringan serebral teratasi sebagian

Planning:

u/ perawat

- Observasi TTV dan tanda-tanda peningkatan TIK tiap 4jam;

- Pertahankan posisi kepala lebih tinggi 15-30 dengan letak

jantung (beri bantal tipis);

- Lanjutkan terapi medikasi sesuai kolaborasi.

u/ klien

- Lapor perawat jika ingin muntah.

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 83: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

(Lanjutan)

Jum’at

10 Mei 2013

Pukul:

08.30-09.00 WIB

10.30-10.40 WIB

12.30-12.40 WIB

Hambatan mobilitas fisik

DS:

- Klien mengatakan tangan

dan kaki kirinya mulai

terasa lebih ringan

digerakkan dari

sebelumnya;

DO:

- Lengan dan kaki kiri

masih tampak kaku;

- ADL tampak dibantu;

- Kekuatan otot:

5555 3333

5555 3333

Mandiri:

1. Mengubah posisi tiap dua jam (prone,

supine, miring, duduk) dan

menganjurkan keluarga untuk

membantu merubah posisi tidur klien

tiap 2 jam apabila sedang tidak ada

perawat;

2. Melatih ROM aktif asistif pada

ekstremitas yang lemah dan ROM aktif

pada ekstremitas yang normal;

3. Mengevaluasi latihan ROM secara

mandiri pada klien dan memotivasi

klien untuk berlatih ROM secara

teratur;

4. Mengawasi bagian kulit diatas tonjolan

tulang dan memberikan bantalan pada

sela-sela tonjolan tulang;

5. Membantu pemenuhan ADL klien.

Kolaborasi:

1. Melakukan konsul kebagian fisioterapi

Subjektif:

- Klien mengatakan sudah berlatih ROM secara mandiri,

meskipun baru 3 kali dalam sehari;

- Klien mengatakan selalu merubah posisi tidurnya, meskipun

kadang-kadang masih dibantu keluarganya;

- Keluarga mengatakan kemarin klien sempat dibawa ke poli

fisioterapi;

- Keluarga mengatakan klien tampak lebih bersemangat

berlatih ROM setelah merasa tubuhnya semakin lebih

ringan untuk digerakkan.

Objektif:

- Tidak terlihat adanya luka dekubitus pada bagian kulit klien;

- Klien tampak mampu melakukan latihan ROM aktif pada

daerah ektremitas yang normal, sedangan pada ektremitas

yang lemah, latihan ROM tampak dibantu;

- Klien tampak lebih bersemangat berlatih ROM;

- Kekuatan otot:

5555 3333

5555 3333

Analisa:

Masalah hambatan mobilitas fisik teratasi sebagian

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 84: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

(Lanjutan)

Planning:

u/ perawat

- Berikan dan motivasi latihan ROM secara teratur;

- Pantau adanya luka dekubitus pada klien;

- Bantu pemenuhan ADL klien.

u/ klien

- Latihan ROM secara mandiri sesuai jadwal;

- Ubah posisi tidur tiap 2 jam;

- Tingkatkan aktivitas ditempat tidur.

Jum’at,

10 Mei 2013

Pukul:

09.00-09.30 WIB

Berduka situasional

DS:

- Klien mengatakan sudah

mulai menerima

keadaannya saat ini

meskipun terkadang masih

dibayang-bayangi rasa

penyesalan;

- Keluarga mengatakan

klien sudah lebih terbuka

dan mulai mau bercerita

dengan keluarga.

1. Mempertahankan hubungan saling

percaya dengan klien;

2. Menunjukkan sikap menerima

sehingga klien tidak takut

mengungkapkan perasaannya secara

terbuka tentang kehilangan;

3. Mengidentifikasi bersama klien arti

kehilangan;

4. Mengidentifikasi bersama klien

hikmah yang dapat diambil dari

peristiwa kehilangan ini;

5. Mengidentifikasi bersama klien faktor-

faktor yang mengancam penyelesaian

proses berduka.

Subjektif:

- Klien mengatakan masih mengingat nama perawat dan

mengingat kontrak yang sudah disepakati;

- Klien mengatakan makna kehilangan adalah mensyukuri

apa yang masih ada pada dirinya;

- Klien mengatakan hikmah dibalik semua kejadian yang

menimpanya adalah harus lebih menyayangi tubuhnya dan

tidak menyia-nyiakan apa yang telah diberikan Tuhan

kepadanya untuk kedepannya;

- Klien mengatakan mensyukuri keadaannya ternyata lebih

baik dari hari ke hari dari yang dia bayangkan sebelumnya.

Objektif:

- Ekspresi wajah klien tampak lebih cerah;

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 85: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

(Lanjutan)

DO:

- Ekspresi wajah klien

tampak lebih cerah;

- Klien tampak lebih

bersemangat;

- Klien tampak tenang.

- Klien tampak tenang;

- Klien tampak lebih terbuka dalam mengungkapkan

perasaannya.

Analisa:

Masalah berduka situasional teratasi sebagian

Planning:

u/ perawat

- Pertahankan hubungan saling percaya dengan klien;

- Identifikasi bersama klien mengenai cara menghadapi

musibah dengan ikhlas;

- Motivasi keluarga sebagai sistem pendukung klien dalam

menghadapi proses berduka.

u/ klien

- Ungkapkan perasaan yang mengganjal pada keluarga atau

orang yang dipercaya.

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 86: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

(Lanjutan)

Hari ke-3

Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi (SOAP)

Sabtu,

11 Mei 2013

Pukul:

08.00-08.15 WIB

12.00-12.15 WIB

Kerusakkan perfusi jaringan

serebral

DS: -

DO:

- Tingkat kesadaran CM;

- GCS: 15, dengan verbal

afasia;

- Tanda-tanda vital

menunjukkan tekanan

darah 150/90 mmHg, nadi

82 x /menit, pernapasan

20 x/menit, suhu 36,4oC;

Mandiri:

1. Mengobservasi dan mencatat tanda-

tanda vital dan kelainan tekanan

intrakranial tiap empat jam, serta

mengobservasi keluhan muntah;

2. Mengevaluasi keluhan pusing klien;

3. Mempertahankan posisi kepala lebih

tinggi 15-30 dengan letak jantung (beri

bantal tipis);

4. Menciptakan lingkungan yang tenang.

Kolaborasi:

1. Memberikan medikasi citicolin 2 x 500

mg sesuai kolaborasi.

Subjektif:

- Klien mengatakan dari kemarin sama sekali tidak merasa

pusing;

- Klien mengatakan tidak ada keluhan mual muntah;

- Klien mengatakan tubuhnya sudah tidak terasa lemas lagi.

Objektif:

- TTV: TD=140/90 mmHg, Nadi=80 x/menit, RR=20x/menit,

Suhu=36.5°C;

- Klien tampak tenang;

- Posisi kepala klien tampak lebih tinggi (200);

- Tanda-tanda peningkatan TIK (-).

Analisa:

Masalah kerusakkan perfusi jaringan serebral teratasi sebagian

Planning:

u/ perawat

- Observasi TTV dan tanda-tanda peningkatan TIK tiap 4jam;

- Pertahankan posisi kepala lebih tinggi 15-30 dengan letak

jantung (beri bantal tipis);

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 87: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

(Lanjutan)

- Lanjutkan terapi medikasi sesuai kolaborasi.

u/ klien

- Lapor perawat jika pusing dan rasa ingin muntah kembali

muncul.

Sabtu

11 Mei 2013

Pukul:

08.30-09.00 WIB

10.30-10.40 WIB

12.30-12.40 WIB

Hambatan mobilitas fisik

DS:

- Klien mengatakan ADL

masih dibantu keluarga;

- Klien mengatakan

aktivitas hanya dilakukan

ditempat tidur saja.

DO:

- Lengan dan kaki kiri klien

tampak lebih luwes;

- ADL tampak dibantu;

- Kekuatan otot:

5555 3344

5555 3333

Mandiri:

1. Menganjurkan dan memotivasi klien

dan keluarga untuk mengubah posisi

tiap dua jam (prone, supine, miring,

duduk);

2. Melatih ROM aktif asistif pada

ekstremitas yang lemah dan ROM aktif

pada ekstremitas yang normal;

3. Mengevaluasi latihan ROM secara

mandiri pada klien dan memotivasi

klien untuk berlatih ROM secara

teratur;

4. Mengawasi bagian kulit diatas tonjolan

tulang dan memberikan bantalan pada

sela-sela tonjolan tulang;

5. Membantu pemenuhan ADL klien.

Subjektif:

- Klien mengatakan sudah berlatih ROM secara mandiri

sesuai jadwal yang sudah dibuat;

- Klien mengatakan selalu merubah posisi tidurnya, meskipun

kadang-kadang masih dibantu keluarganya;

- Klien mengatakan tangan kirinya terasa lebih kuat dari

sebelumnya, terutama saat menggenggam jari-jari tangan

kirinya;

- Keluarga mengatakan klien tampak lebih bersemangat

berlatih ROM setelah merasa tubuhnya semakin lebih

ringan untuk digerakkan.

Objektif:

- Tidak terlihat adanya luka dekubitus pada bagian kulit klien;

- Klien tampak mampu melakukan latihan ROM aktif pada

daerah ektremitas yang normal, sedangan pada ektremitas

yang lemah, latihan ROM sesekali tampak dibantu;

- Kekuatan otot tampak meningkat, yaitu:

5555 3344

5555 3333

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 88: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

(Lanjutan)

- Klien tampak lebih bersemangat berlatih ROM.

Analisa:

Masalah hambatan mobilitas fisik teratasi sebagian

Planning:

u/ perawat

- Berikan dan motivasi latihan ROM secara teratur;

- Bantu pemenuhan ADL klien.

u/ klien

- Latihan ROM secara mandiri sesuai jadwal;

- Ubah posisi tidur tiap 2 jam;

- Tingkatkan aktivitas ditempat tidur.

Sabtu,

11 Mei 2013

Pukul:

09.30-10.00 WIB

Berduka situasional

DS:

- Klien mengatakan sangat

mensyukuri dirinya masih

diberi umur panjang

meskipun dirinya harus

mengalami kehilangan

salah satu fungsi

tubuhnya;

- Keluarga mengatakan

1. Mempertahankan hubungan saling

percaya dengan klien;

2. Menunjukkan sikap menerima klien

ketika berinteraksi dengan klien;

3. Mengidentifikasi bersama klien

mengenai cara menghadapi musibah

dengan ikhlas;

4. Memotivasi keluarga untuk selalu

memberikan support atau dukungan

kepada klien karena keluarga

merupakan salah satu sistem

Subjektif:

- Klien mengatakan masih mengingat nama perawat dan

mengingat pertemuan yang sudah dijanjikan sebelumnya;

- Klien mengatakan merasa senang karena banyak yang

memperhatikan dirinya sehingga membuat dirinya menjadi

lebih bersemangat lagi;

- Klien mengatakan cara menghadapi musibah dengan ikhlas

adalah dengan terus mendekatkan diri kepada Tuhan Yang

Maha Esa dengan tetap menjalankan kewajiban sebagai

seorang muslim, memperbanyak sholat sunnah, membaca

Al-Qur an, berdoa, beristighfar, dan senantiasa bersholawat;

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 89: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

(Lanjutan)

klien sudah lebih ceria dan

lebih terbuka dan mulai

mau bercerita dengan

keluarga. Apalagi setelah

semua anaknya sudah

datang menjenguknya.

DO:

- Klien tampak tenang;

- Ekspresi wajah klien

tampak lebih cerah;

- Klien tampak lebih

bersemangat;

- Keluarga tampak

memperhatikan klien.

pendukung klien agar klien dapat

menghadapi proses berduka dengan

baik;

5. Memberikan informasi terhadap

keluarga tentang apa yang harus

dilakukan keluarga untuk mencegah

dampak lebih lanjut terjadinya proses

berduka berulang pada klien setelah

keluar dari rumah sakit.

- Klien mengatakan sudah mulai menyadari bahwa apa yang

menimpanya saat ini merupakan takdir Tuhan yang harus

diterimanya dengan ikhlas;

- Anak-anak klien mengatakan akan selalu bergantian

menemani klien di rumah nantinya dan akan terus

menyemangati klien agar cepat sembuh.

Objektif:

- Ekspresi wajah klien tampak cerah dan mulai tersenyum;

- Klien tampak lebih bersemangat;

Analisa:

Masalah berduka situasional teratasi

Planning:

u/ perawat

- Motivasi keluarga untuk terus memberikan dukungan dan

perhatian terhadap klien.

u/ klien

- Ungkapkan perasaan yang mengganjal pada keluarga atau

orang yang dipercaya.

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 90: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

Lampiran 5: Riwayat Hidup Penulis

BIODATA MAHASISWA

Nama Lengkap : Rosiana Putri, S.Kep

Nama Panggilan : Ochie

Tempat/ Tanggal Lahir : Metro, 31 Juli 1989

Jenis Kelamin : Perempuan

Kewarganegaraan : Indonesia

Suku : Lampung

Agama : Islam

Alamat Sekarang : Jl. Ketapang No 09 Pondok Cina, Kecamatan Beji

Depok, Jawa Barat, 16424

Alamat Rumah : Jl. Waluh No 39, 24 B Tejoagung, Metro Timur

Metro, Lampung, 34111

Nomor HP : 085658955589

Email : [email protected]

[email protected]

Motto Hidup : “Never Give Up”

RIWAYAT PENDIDIKAN FORMAL

Institusi Tahun

1. TK Pertiwi Teladan Metro, Lampung 1994-1995

2. SD Pertiwi Teladan Metro, Lampung 1995-2001

3. SMP N 1 Metro, Lampung 2001-2004

4. SMA N 4 Metro, Lampung 2004-2007

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013

Page 91: ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A … LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23 3.1 ... Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk ... (diabetes

(Lanjutan)

5. FMIPA Matematika UNILA, Lampung 2007-2008

6. FIK UI, Depok (Program Sarjana) 2008-2012

7. FIK UI, Depok (Program Ners) 2012-2013

PENGALAMAN ORGANISASI

1. BEM FIK UI 2011, September 2011-Januari 2012 (Bendahara Umum)

2. BEM FIK UI 2011, Febuari-Agustus 2011 (Kepala Departemen Dana, Usaha

dan Sponsorship)

3. BEM FIK UI 2009 ( Staff Biro Humas dan Media)

4. FPPI FIK UI 2009 (Staff Kewirausahaan)

5. Saimala 2009 (Kepala Biro Dana dan Usaha)

6. Himatika Unila 2007 (Anggota)

7. Animasi Unila 2007 (Anggota)

Analisi praktik..., Rosiana Putri, FIK UI, 2013