bencana - s geo 056815 chapter2

21
10 BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Bencana 2.1.1. Pengertian Bencana Secara umum pengertian bencana adalah kejadian tiba-tiba atau musibah yang besar yang mengganggu susunan dasar dan fungsi normal dari suatu masyarakat atau komunitas (UNDP 2007). Pengertian bencana dalam Kepmen No. 17/kep/Menko/Kesra/x/95 adalah sebagai berikut : Bencana adalah Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, manusia, dan atau keduanya yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana prasarana dan fasilitas umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat. Menurut Coburn, A. W. dkk. 1994. Di dalam UNDP mengemukakan bahwa : Bencana adalah Satu kejadian atau serangkaian kejadian yang memberi meningkatkan jumlah korban dan atau kerusakan, kerugian harta benda, infrastruktur, pelayanan-pelayanan penting atau sarana kehidupan pada satu skala yang berada di luar kapasitas norma. Sedangkan Heru Sri Haryanto (2001 : 35 ) Mengemukakan bahwa: Bencana adalah Terjadinya kerusakan pada pola pola kehidupan normal, bersipat merugikan kehidupan manusia, struktur sosial serta munculnya kebutuhan masyarakat.

Upload: anindita-aditya

Post on 02-Aug-2015

117 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bencana - s Geo 056815 Chapter2

10

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Bencana

2.1.1. Pengertian Bencana

Secara umum pengertian bencana adalah kejadian tiba-tiba atau musibah yang

besar yang mengganggu susunan dasar dan fungsi normal dari suatu masyarakat atau

komunitas (UNDP 2007).

Pengertian bencana dalam Kepmen No. 17/kep/Menko/Kesra/x/95 adalah

sebagai berikut :

Bencana adalah Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, manusia, dan atau keduanya yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana prasarana dan fasilitas umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat.

Menurut Coburn, A. W. dkk. 1994. Di dalam UNDP mengemukakan bahwa :

Bencana adalah Satu kejadian atau serangkaian kejadian yang memberi meningkatkan jumlah korban dan atau kerusakan, kerugian harta benda, infrastruktur, pelayanan-pelayanan penting atau sarana kehidupan pada satu skala yang berada di luar kapasitas norma.

Sedangkan Heru Sri Haryanto (2001 : 35 ) Mengemukakan bahwa:

Bencana adalah Terjadinya kerusakan pada pola pola kehidupan normal, bersipat

merugikan kehidupan manusia, struktur sosial serta munculnya kebutuhan

masyarakat.

Page 2: Bencana - s Geo 056815 Chapter2

11

Bencana pada dasarnya di bagi dua yaitu yang di akibatkan oleh ulah manusia

seperti kebakaran, kecelakaan laulintas, pencemaran, ledakan Bom, kecelakaan

industri. Maupun dari alam sendiri seperti Gempa Bumi, Tsunami, Longsor lahan,

Angin Puting beliung, terjadinya secara mendadak maupun secara bertahap yang akan

mengakibatkan penderitaan terhadap masyarakat (Sutikno 2001 : 270) .

Menurut Heru Sri Haryanto (2001 : 35) Berpendapat bahwa karakteristik

bencana mempunyai pengertian sebagai berikut :

1. Gangguan terhadap kehidupan normal, yang biasanya merupakan gangguan cukup besar, mendadak dan tidak terkirakan terjadinya, serta meliputi daerah dengan jangkauan luas. 2. bersifat merugikan manusia, seperti kehilangan jiwa, luka di badan, kesengsaraan, gangguan kesehatan, serta kehilangan harta benda. 3. mempengaruhi struktur sosial masyarakat, seperti kerusakan sistem pemerintahan, gedung gedung, atau bangunan, sarana komunikasi, dan pelayanan masyarakat.

Dari beberapa pendapat di atas bisa disimpulkan bahwa bencana adalah

Peristiwa atau rangkaian peristiwa secara tiba tiba yang disebabkan oleh alam,

manusia, dan atau keduanya yang mengakibatkan korban, kerusakan fasilitas serta

akan merusak kehidupan normal masyarakat dalam skala wilayah tertentu.

2.1.2. Pengertian Bencana Alam

Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu

peristiwa fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan aktivitas

manusia. Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen

keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan

Page 3: Bencana - s Geo 056815 Chapter2

12

struktural, bahkan sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada

kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan mereka.

Pemahaman ini berhubungan dengan pernyataan: "bencana muncul bila ancaman

bahaya bertemu dengan ketidakberdayaan". Dengan demikian, aktivitas alam yang

berbahaya tidak akan menjadi bencana alam di daerah tanpa ketidakberdayaan

manusia, misalnya gempa bumi di wilayah tak berpenghuni. Konsekuensinya,

pemakaian istilah "alam" juga ditentang karena peristiwa tersebut bukan hanya

bahaya atau malapetaka tanpa keterlibatan manusia. Besarnya potensi kerugian juga

tergantung pada bentuk bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran, yang mengancam

bangunan individual, sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang berpotensi

mengakhiri peradaban umat manusia

(http//setawiriawan.blogspot.com/2007/12/pengertian-bencana-alam.html).

Namun demikian pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi (hazard)

serta memiliki kerentanan/kerawanan (vulnerability) yang juga tinggi tidak akan

memberi dampak yang hebat/luas jika manusia yang berada disana memiliki

ketahanan terhadap bencana (disaster resilience). Konsep ketahanan bencana

merupakan valuasi kemampuan sistem dan infrastruktur-infrastruktur untuk

mendeteksi, mencegah & menangani tantangan-tantangan serius yang hadir. Dengan

demikian meskipun daerah tersebut rawan bencana dengan jumlah penduduk yang

besar jika diimbangi dengan ketetahanan terhadap bencana yang cukup.

Page 4: Bencana - s Geo 056815 Chapter2

13

2.2. Gempa Bumi

2.2.1. Fenomena Gempa Bumi

Planet bumi mempunyai struktur tertentu, yaitu kerak bumi, lapisan selubung,

dan inti bumi yang dapat memicu terjadinya dinamika dari bagian dalam bumi yaitu

tektonik dan vulkanik. Dinamika ini memberi dampak pada banyak hal, antara lain

pergeseran kerak bumi yang berakibat pembentukan berbagai jenis pegunungan dan

cekungan sedimen. Fenomena pergeseran kerakbumi, pertemuan (tumbukan

lempeng), serta peristiwa vulkanik dapat menyebabkan terjadinya gempa. Gempa

merupakan akibat dari terjadinya perubahan yang terus menerus dari planet bumi,

yang terutama dikendalikan oleh proses-proses endogenik dan eksogenik. Sejak 4.000

tahun yang lalu hingga kini, Gempa bumi telah memakan korban lebih dari 13 juta

jiwa, yang sebagian besar berada di wilayah perkotaan. Selama dua decade terakhir,

walaupun angka kematian karena bencana dan jumlah tahun bencana telah menurun

sekitar 30 %, tetapi jumlah penduduk yang terkena dampak gempa telah meningkat

hingga 50% (Walker dan Wisner, 2005). Menurut Prof. Sampurno, kerusakan berat

akibat gempa bumi terjadi pada wilayah yang berada atau berdekatan dengan wilayah

seismic dan "Sabuk Api”.Negara-negara yang sering dilanda gempa bumi di

antaranya India, Pakistan, Iran, Cina, Jepang, Venezuela, Meksiko, Filipina,

Indonesia, Amerika Serikat, serta beberapa negara di Afrika dan Eropa Timur.

Kerugian terbanyak terjadi akibat dari besarnya getaran yang menyebabkan

runtuhnya bangunan dengan struktur yang lemah. Peristiwa likuifaksi juga

Page 5: Bencana - s Geo 056815 Chapter2

14

mengakibatkan amblasnya bangunan, miring, dan melongsor, seperti yang terjadi di

Niigata, Jepang dan di Maumere, Indonesia, tahun 1994.

Perilaku gempa (jalur seismic, titik pusat gempa, serta kecenderungan

pergeseran kulit bumi), secara makro harus dipahami untuk kepentingan

meminimalisir dampak kerusakan bangunan dan/atau kota akibat terjadinya gempa.

Beberapa kasus bencana gempa bumi di perkotaan korban jiwa terbesar diakibatkan

oleh terjadinya ”keruntuhan” bangunan pasca guncangan gempa, serta karena

kebakaran sebagai akibat sampingan. Kondisi ini jelas menjadi perhatian bagi para

pakar baik dari akademisi maupun praktisi, untuk memberikan sumbangan pemikiran

guna memperkecil jumlah korban jiwa akibat bencana gempa bumi. Pemikiran-

pemikiran tentang sistem peringatan dini, perencanaan dan perancangan kota

(planning for safe city), penggunaan material, disain dan rekayasa bangunan tahan

gempa, menjadi isue yang menarik untuk didiskusikan. Menurut Prof. Sampurno,

kerugian terbesar akibat bencana gempa di kota dikarenakan perencanaan tata ruang

dan wilayah yang tidak tepat. Mitigasi dampak bencana sangat perlu diperhatikan

tentang karakter dari kejadian bencana seperti sifatnya yang mendadak, transien yang

ditandai gejala awal, gejala utama, gejala akhir serta susulan, dan bencana yang akan

terjadi berulang meskipun waktunya belum dapat ditentukan.

2.2.2. Pengertian Gempa Bumi

Menurut pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Gempa Bumi

merupakan pelepasan energy yang menyebabkan dislokasi (pergeseran) pada bagian

Page 6: Bencana - s Geo 056815 Chapter2

15

dalam bumi secara tiba-tiba. Kata gempa bumi juga digunakan untuk menunjukkan

daerah asal terjadinya kejadian gempa bumi tersebut. Bumi kita walaupun padat,

selalu bergerak, dan gempa bumi terjadi apabila tekanan yang terjadi karena

pergerakan itu sudah terlalu besar untuk dapat ditahan.

2.2.3. Penyebab Gempa Bumi

Menurut Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (tanpa

tahun:4) Lempeng samudera yang rapat massanya lebih besar, ketika bertumbukkan

dengan lempeng benua di zona tumbukan (subduksi) akan menyusup ke bawah.

Gerakan lempeng itu akan mengalami perlambatan akibat gesekan dari selubung

bumi. Perlambatan gerak itu menyebabkan penumpukkan energi di zona subduksi

dan zona patahan.Akibatnya di zona-zona itu terjadi tekanan, tarikan, dan geseran.

Pada saat batas elastisitas lempeng terlampaui maka terjadilah patahan batuan yang

diikuti oleh lepasnya energi secara tiba-tiba. Proses ini menimbulkan getaran partikel

ke segala arah yang disebut gelombang gempabumi.

Gempa bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan lempengan tersebut.

Gempa bumi yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan

kompresional dan translasional. Gempa bumi fokus dalam kemungkinan besar terjadi

karena materi lapisan litosfer yang terjepit kedalam mengalami transisi fase pada

kedalaman lebih dari 600 km.

Page 7: Bencana - s Geo 056815 Chapter2

16

2.2.4. Intensitas dan Kekuatan Gempabumi

Menurut Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (tanpa

tahun:6) gempabumi dapat diukur tingkat kerusakannya, berikut pernyataannya:

Intensitas gempabumi adalah tingkat kerusakan yang terasa pada lokasi terjadinya. Angkanya akan ditentukan dengan menilai kerusakan yang dihasilkannya, pengaruhnya pada benda-benda, bangunan, dan tanah, dan akibatnya pada orang-orang. Skala ini disebut MMI (Modified Mercalli Intensity) diperkenalkan oleh Giuseppe Mercalli pada tahun 1902. Magnitude adalah parameter gempabumi yang diukur berdasarkan yang terjadi pada daerah tertentu, akibat goncangan gempa pada sumbemya.Satuan yang digunakan adalah Skala Richter. Skala ini diperkenalkan oleh Charles F. Richter tahun 1934. Sebagai contoh, gempabumi dengan kekuatan 8 Skala Richter setara kekuatan bahan peledak TNT seberat 1 giga ton atau 1 milyar toa.

Hampir sama dengan Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana

Geologi Coburn dkk( 1994:20) menulis bahwa :

Skala ukuran (Richter, Momen Seismik) memmjukkan jumlah energi yang dikeluarkan pada episenter-ukuran dari satu daerah yang terlanda gempabumi secara kasar terkait dengan jumlah energi yang dikeluarkan. Skala intensitas (Mercall i yang dimodifikasi, MSK) menunjukkan kekuatan dari getaran bumi pada satu lokasi-kekuatan getaran juga terkait dengan banyaknya energi yang dikeluarkan, jarak dari episenter gempabumi dan kondisi-kondisi tanah setempat..

Di Indonesia satuan ukuran yang digunakan adalah Skala Richter untuk

mengukur magnitudo dan MMI (Modified Mercalli Intensity) untuk

mengukur t ingkat kerusakan.

2.2.5. Akibat yang Ditimbulkan Gempabumi

Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (tanpa tahun:6)

menyatakan tentang akibat gempabumi, yaitu:

Page 8: Bencana - s Geo 056815 Chapter2

17

Akibat utama gempabumi adalah hancurnya bangunan-bangunan karena goncangan tanah. Jatuhnya korban jiwa biasanya terjadi karena tertimpa reruntuhan bangunan, terkena longsor, dan kebakaran. Jika sumber gempabumi berada di dasar lautan maka bisa membangkitkan gelombang tsunami yang tidak saja menghantam pesisir pantai di sekitar sumber gempabumi tetapi juga mencapai beberapa km ke daratan. Coburn dkk(1994:19) menulis :

Energi getaran yang dikirimkan lewat permukaan bumi dari kedalaman. Getaran menyebabkan kerusakan dan menghancurkan bangunan-bangunan, yang pada gilirannya bisa membunuh dan melukai orang-orang yang bertempat tinggal disitu. Getaran juga mengakibatkan tanah longsor, pencairan, runtuhnya bebatuan dan kegagalan-kegagalan daratan yang lain, yang merusak tempat-tempat human di dekatnya. Getaran juga memicu kebakaran berganda, kecelakaan industri atau transportasi dan bisa memicu banjir lewat jebolnya bendungan-bendungan dan tanggul-tanggul penahan banjir.

Dari pernyataan-pernyataan yang berkenaan dengan akibat-akibat yang

dit imbulkan gempabumi di atas, dapat disimpulkan bahwa gempabumi

ini dapat menyebabkan timbulnya bencana-bencana lain yaitu tanah

longsor, tsunami, banjir, bahkan kebakaran.

2.2.6. Dampak Gempabumi

Besar kecilnya kerusakan dan/atau korban akibat bencana Gempa di perkotaan

sebenarnya merupakan efek sekundair dari kejadian Gempa bumi. Seperti kita

ketahui bahwa kejadian gempa akan memberikan efek langsung (direct effect) dan

efek sekunder (secondary effect). Efek langsung kejadian gempa bumi biasanya

terjadi pada daerah yang relatif dekat dengan pusat gempa, seperti patahan, lipatan

lapisan (lempengan bumi), beberapa gempa tidak juga menimbulkan kerusakan di

Page 9: Bencana - s Geo 056815 Chapter2

18

bagian permukaan tanah. Kejadian Gempa di Hyogo-Ken Nanbu, Jepang (18 Januari

1995) terjadi di daerah rural pulau Awaji dengan penurunan tanah lebih dari 3 meter.

Kejadian seperti ini biasanya menyebabkan kerusakan infrastruktur yang berada di

dekatnya seperti, jalan, saluran irigasi, saluran distribusi minyak/gas dan lain-lain.

Variasi kerusakan akibat bencana gempa bumi dipengaruhi oleh beberapa faktor,

yang secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua, yakni faktor alam dan faktor

buatan (perencanaan dan perancangan bangunan dan/atau kota).

Sebagian besar kerusakan akibat gempa bumi lebih banyak disebabkan

karena efek sekunder gempa. Efek sekunder terjadi karena adanya gerakan susulan

yang dapat mencapai pada wilayah yang lebih luas, yang menyebabkan kerusakan

yang relatif besar. Menurut J. Louie (1996), Efek sekunder ini antara lain: seismic

shaking (goncangan); landslides (pergeseran tanah); liquefaction; fissuring;

settlement (penurunan tanah); and the triggering of aftershocks dan gempa susulan

(additional earthquakes).

Efek gempa (baik langsung maupun sekunder) dipengaruhi oleh beberapa

faktor yakni:

1. Karakteristik gempa; magnitude, type, lokasi dan kedalaman pusat gempa

2. Kondisi Geologi, akan mempengaruhi jarak dari pusat gempa, lintasan

gerakan seismic, types of soil, water saturation of soil,serta,

Page 10: Bencana - s Geo 056815 Chapter2

19

3. Kondisi masyarakat mengantisipasi gempa, kualitas konstruksi, kesiapan

masyarakat, serta waktu terjadinya gempa.

2.2.7. Wilayah Rawan Gempa Bumi

Potensi gempa di Indonesia memang terbilang besar, sebab berada dalam

pertemuan sejumlah lempeng tektonik besar yang aktif bergerak. Daerah rawan

gempa tersebut membentang di sepanjang batas lempeng tektonik Australia dengan

Asia, lempeng Asia dengan Pasifik dari timur hingga barat Sumatera sampai Selatan

Jawa, Nusa Tenggara, serta Banda.

Kemudian interaksi lempeng India-Australia, Eurasia dan Pasifik yang

bertemu di Banda serta pertemuan lempeng Pasifik-Asia di Sulawesi dan Halmahera,

terjadinya gempa juga berkaitan dengan sesar aktif. Di antaranya sesar Sumatera,

sesar Palu, atau sesar di yang berada di Papua. Ada juga sesar yang lebih kecil di

Jawa seperti sesar Cimandiri, Jawa Barat.

Pada dasarnya, seluruh wilayah Indonesia rentan terhadap bencana gempa

bumi, kecuali Kalimantan. Gempa-gempa tektonik banyak dijumpai di jalur subduksi

Sunda (Sumatra-Jawa-Bali-Nusa Tenggara), subduksi Banda (wilayah Laut Banda),

Zone Tumbukan Maluku dan Papua.Tektonik lempeng di Pulau Jawa sendiri

didominasi dengan subduksi dari lempeng Australia sebelah utara-timur dibawah

lempeng Sunda dengan kecepatan pergerakan 59 mm/tahun. Wilayah sekitar lempeng

Page 11: Bencana - s Geo 056815 Chapter2

20

antar alempengAustralia dan lempeng Sunda secara seismic sangat aktif, yang sering

menimbulkan gempa di wilayah ini.

Program mitigasi yang terpadu pada dasarnya dikembangkan oleh Badan

Geologi bekerjasama dengan institusi lainnya, meliputi pengembangan sistem

pemantauan, pengembangan sistem peringatan dini (early warning system),

pembuatan peta-peta informasi bencana, sosialisasi, dll.

Berhubung sampai saat ini belum ada teknologi yang dapat memprediksi baik

waktu, tempat dan intensitas Gempa di Indonesia, maka zona-zona yang masuk rawan

Gempa harus mendapat perhatian.Berikut ini adalah 25 daerah wilayah rawan Gempa

Bumi Indonesia yaitu: Aceh, Sumatera Utara (Simeulue), Sumatera Barat-Jambi,

Bengkulu, Lampung, benten, Pandeglang, Jawa Barat, Bantar Kawung, Yogyakarta,

Lasem, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kepulauan Aru, Sulawesi Selatan, Sulawesi

Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Sangir, Talaud, Maluku Utara, Maluku

Selatan, Kepala Burung-Papua Utara, Jayapura, Nabire, Wamena, dan Kalimantan

Timur. (http://pengertian-gempa-dan letak-indonesia)

2.2.8. Berkah dari Lempeng Tektonik Indonesia

Tidak seluruhnya dari hal ini kita anggap bencana. Jalur gunung api yang

terjadi akibat subduksi antar lempeng dari erupsi gunungapi yang terjadi berupa abu

gunungapi membawa unsur hara yang menyuburkan tanah. Endapan mineral logam,

seperti emas, tembaga dan nikel, akan banyak dijumpai berasosiasi dengan

lingkungan gunungapi.

Page 12: Bencana - s Geo 056815 Chapter2

21

Di wilayah jalur gunung api/magmatic biasanya akan terbentuk zona

mineralisasi emas, perak dan tembaga, sedangkan pada jalur penujaman akan

ditemukan mineral kromit. Setiap wilayah tektonik memiliki cirri atau indikasi

tertentu, baik batuan, mineralisasi, struktur maupun kegempaan. Intrusi-intrusi

dangkal di sekitar gunungapi menyediakan energi panas bumi yang sangat besar yang

bisa dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik.

Magmatic arc di sepanjang Sumatra-Jawa-Nusa Tenggara kaya disseminated

(poryphyry) copper dalam tubuh-tubuh intrusifnya, vein depositnya kaya akan timbal,

emas, perak, molybdenum, seng, timah, dan tungsten. Ofiolit di bekas-bekas jalur

subduksi atau obduksi seperti di Sulawesi dan Halmahera kaya akan nikel dan

kromium. Emas, polymetallic suphide, platinum, perak benar-benar tersebar

mengikuti tepi lempeng. Lempeng tektonik juga yang penyebab kekayaan minyak

dan gasbumi, serta batubara di cekungan-cekungan sedimen di Indonesia Barat

maupun Indonesia Timur. Kalau tak ada pergerakan lempeng di timur Sulawesi,

niscaya wilayah ini tak mempunyai minyak dan gas.

2.2.9. Gempabumi Tasikmalaya

Pada tanggal 2 september 2009, pukul 07:55:01 (UTC) atau pukul 14:55:01

(WIB) waktu setempat, telah terjadi gempabumi besar dengan moment magnitude

Mw=7.0 dengan kedalaman 49.9 km pada posisi 7.7770S, 107.3260E (Sumber :

USGS). Gempabumi ini mengakibatlan kerusakan berbagai prasarana dan sarana fisik

serta 74 orang korban jiwa manusia di Propinsi Jawa Barat. Kerusakan bangunan

Page 13: Bencana - s Geo 056815 Chapter2

22

secara umum yang teramati di daerah survey (Kabupaten Tasikmalaya dan

Pangalengan) bervariasi dari kerusakan ringan, kerusakan parah, sampai runtuhnya

bangunan-bangunan sekolah, kantor pemerintah, rumah sakit/puskesmas, dan

perumahan juga banyak yang mengalami kerusakan parah. Prasarana jalan, jembatan,

tanggul, instalasi listrik dan telepon diidentifikasi masih dalam kondisi baik dan

beberapa hanya mengalami kerusakan ringan.

Gambar 2.1 Episentrum Gempa Tasikmalaya

Sumber: (http://upload.wikimedia.org/wikipedia.com)

Gempabumi Tasik menimbulkan goncangan tanah (ground shaking) yang

telah menyebabkan dampak yang bersifat destruktif baik terhadap bangunan maupun

Page 14: Bencana - s Geo 056815 Chapter2

23

infrastruktur bangunan. Beberapa jenis dampak yang ditimbulkannya goncangan

gempa yang teramati antara lain:

1. Keretakan tanah dan potensi kelongsoran

2. Semburan lumpur dingin

3. Kerusakan bangunan

Dampak gempabumi lainnya seperti kerusakan infrastruktur jalan, jaringan

telpon, listrik, dan air minum relatif kecil tingkat kerusakannya, walau di beberapa

lokasi listrik mengalami pemadaman pada saat survey. Sedangkan kejadian likuifaksi,

berdasarkan hasil pengamatan, tidak teridentifikasi di lapangan karena daerah yang

mengalami kerusakan merupakan daerah pegunungan dan secara umum lapisan tanah

permukaan merupakan lempung atau lanau.

2.3. Dampak Gempa Bumi Terhadap Kondisi Fasilitas sosial

Gempabumi yang terjadi tentunya menimbulkan dampak yang negatif, salah

satunya dampaknya yang terjadi yaitu berdampak pada kondisi Fasilitas sosial.

Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa bencana alam memberikan pengaruh

yang besar pada keadaan makroekonomi suatu negara dakam jangka pendek,

penemuan yang relatif baru dari penelitan-penelitian sebelumnya yang terfokus pada

pengaruh jangka panjang. Hal tersebut tidak terlalu mengejutkan mengingat efek

biaya membuat lambatnya kegiatan produksi. Hal yang menarik adalah negara

berkembang dengan skala ekonomi yang relatif kecil mengalami dampak kerugian

Page 15: Bencana - s Geo 056815 Chapter2

24

ekonomi yang lebih besar (dengan skala magnitude yang hampir sama) dibandingkan

dengan negara maju yang skala ekonominya lebih besar.Begitu pun dengan korban

jiwa, di negara berkembang korban jiwa akibat bencana alam lebih besar dari negara

maju. Hal ini disebabkan di negara maju sudah ada sistem peringatan dini dan

evakuasi yang efektif disamping perencanaan kota yang lebih baik dengan standar

bangunan yang cukup ketat dan Studi-studi terkini tentang penyebab biaya output

makroekonomi yang merugikan menunjukkan beberapa pola yang menarik.

Suatu negara dengan tingkat pendidikan yang tinggi, institusi yang baik,

pendapatan perkapita yang tinggi, tingkat keterbukaan ekonomi yang tinggi, tingkat

pengeluaran pemerintah yang tinggi lebih bisa tahan terhadap kejutan (shock) akibat

bencana dan lebih dapat menjaga menjalarnya dampak bencana terhadap keadaan

makroekonomi. Negara-negara tersebut dapat mengatur secara optimal mobilisasi

sumber daya (resources) dalam rangka rekonstruksi disamping itu negara dengan

keadaan finansial dalam hal ini cadangan devisa dan tingkat kredit domestik yang

tinggi dapat lebih menjaga keadaan makroekonominya dari goncangan bencana alam.

Frekuensi bencana alam dalam skala yang lebih luas semakin sering terjadi.

Peristiwa ini dapat dipastikan akan meninglatkan kerawanan jumlah pengangguran

dan penduduk miskin. Paling tidak ada tiga penyebab semakin sulitnya kondisi yang

dialami oleh masyarakat akibat bencana alam seperti turunnya pendapatan, kerusakan

Page 16: Bencana - s Geo 056815 Chapter2

25

atas aset yang dimiliki seperti rumah, ternak, sawah dan terakhir ancaman terjadinya

inflasi.

Benson and Clay (2000, 2004) membagi dampak bencana alam menjadi tiga

bagian. Pertama dampak langsung dari bencana, kedua dampak tidak langsung, ketiga

dampak sekunder atau dampak lanjutan.

2.3.1. Dampak Langsung

Dampak dari gempa bumi meliputi dampak langsung meliputi kerugian

financial dilihat dari kerusakan asset-aset ekonomi. Misalnya rusaknya bangunan baik

bangunan tempat tinggal, bangunan sekolah, tempat usaha, infrastruktur, lahan

pertanian, dan sebagainya. Dalam istilah ekonomi, nilai kerugian ini dikategorikan

sebagai stock value. Untuk dampak langsung dapat kita perbaiki karena kerusakan

hanya meliputi aspek-aspek Ekonomi saja, kita dapat bangun kembali atau adakan

perbaikan pada bangunan yang megalami kerusakan tidak begitu parah. Namun untuk

dampak langsung terhadap masyarakat korban Gempa seperti kematian, ataupun

cacat tidak dapat dipulihkan.

Di daerah Kecamatan Pameungpeuk sendiri sudah melakukan perbaikan

mulai dari perbaikan bangunan tempat tinggal, tempat usaha ataupun bangunan

sekolah yang rusak karena Gempa yang dikerjakan secara bersama-sama, adapun

biaya yang didapatkan yaitu berasal dari sumbangan pemerintah, instansi, ataupun

biaya sendiri.

Page 17: Bencana - s Geo 056815 Chapter2

26

2.3.2. Dampak Tidak Langsung

Dampak ekonomi tak langsung seperti guncangan pada dunia bisnis,

berkurangnya pendapatan dan meningkatnya pengeluaran sektor publik, dan juga

kerugian yang ditanggung individu dan rumah tangga seperti cacat, kematian dan

kehilangan pekerjaan. Dampak tidak langsung ini juga meliputi terhentinya proses

produksi, hilangnya output dan sumber penerimaan. Dalam istilah ekonomi, nilai

kerugian ini dikategorikan sebagai flow value.

Dampak tidak langsung disini masih bisa diperbaiki dengan diusahakan,

seperti guncangan pada dunia bisnis, berkurangnya pendapatan dan meningkatnya

pengeluaran sektor publik, hal tersebut dapat kita pulihkan sehingga kembali pada

keadaan normal.

2.3.3. Dampak sekunder atau dampak lanjutan

Dampak sekunder bisa berwujud terhambatnya pertumbuhan ekonomi,

terganggunya rencana-rencana pembangunan yang telah disusun, meningkatnya

defisit, meningkatnya utang dan meningkatnya angka kemiskinan.

Dampak langsung akibat bencana alam lebih mudah diestimasi dibandingkan

dengan dampak tidak langsung dan dampak sekunder. Konsekuensinya sangat sulit

untuk tepat mengestimasi total kerugian ekonomi akibat bencana alam. Padahal,

untuk menentukan skala bantuan yang optimum dibutuhkan perhitungan kerugian

yang tepat.

Page 18: Bencana - s Geo 056815 Chapter2

27

Pemulihan terhadap kondisi yang diakibatkan oleh bencana ini sangat

tergantung pada kondisi ketahanan ekonomi di wilayah yang terkena bencana.

Wilayah yang memiliki ketahanan ekonomi yang kuat akan cenderung memiliki

kecepatan pemulihan lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah dengan tingkat

ketahanan ekonomi yang lemah. Masalahnya struktur perekonomian, tingkat

pembangunan, kondisi perekonomian serta kebijakan yang ada di berbagai pelosok

wilayah Indonesia tidak seragam. Bahkan bisa dikatakan bahwa kondisi ketahanan

ekonomi antar wilayah Indonesia memiliki ketimpangan yang sangat besar. Hal ini

merupakan masalah mendasar dari pembangunan ekonomi yang perlu mendapat

perhatian dalam rangka pengelolaan risiko bencana di masa depan.

Upaya untuk meningkatkan ketahanan ekonomi memerlukan dukungan baik

dari pemerintah maupun dari masyarakat. Stromberg (2007) menemukan hubungan

positif antara efisiensi dan akuntabilitas pemerintah dengan kemampuan mengurangi

dampak bencana alam di berbagai Negara di dunia. Bagi Indonesia sebagai Negara

berkembang yang rawan bencana, hasil studi ini tentu sangat relevan untuk

mengingatkan akan peran sentral pemerintah dalam mengatasi dampak bencana di

wilayahnya. Berdasarkan pengalaman selama ini, masalah efisiensi dan akuntabilitas

pemerintah pusat dan daerah dalam menjalankan kebijakan/ program penanganan

bencana menjadi hambatan utama proses pemulihan.

Page 19: Bencana - s Geo 056815 Chapter2

28

2.4. Kondisi Sosial Ekonomi

Kondisi sosial ekonomi merupakan suatu keadaan atau tingkat sosial dan

ekonomi masyarakat. Untuk melihat suatu keadaan tersebut, dapat dilihat dari

beberapa indikator sebagai berikut:

2.4.1. Kepemilikan

Kepemilikan adalah kekuasaan yang didukung secara sosial untuk memegang

kontrol terhadap sesuatu yang dimiliki secara eksklusif dan menggunakannya untuk

tujuan pribadi. Definisi ini mirip dengan definisi kekayaan, baik pribadi atau publik.

Akibat Gempabumi tentunya sangat berpengaruh terhadap kepemilikan,

walaupun pengaruhnya juga ditentukan oleh tingkat kerusakan yang terjadi pada

daerah yang bersangkutan. Untuk daerah yang mengalami tingkat kerusakan yang

ringan mungkin tidak akan berpengaruh terhadap rusaknya kepemilikan, tetapi untuk

daerah yang mengalami tingkat kerusakan yang parah tentunya akan merusak

kepemilikan misalnya untuk kepemilikan berupa rumah, alat-alat furniture, alat-alat

elektronik, ataupun kendaraan.

2.4.2. Kesehatan

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam menjalani berbagai

kehidupan. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia serta kesejahteraan keluarga

dan masyarakat akan tercapai bila derajat kesehatan masyarakat meningkat.

Page 20: Bencana - s Geo 056815 Chapter2

29

Pada umumnya tingkat kesehatan pada masyarakat perkotaan lebih baik

dibandingkan dengan masyarakat pedesaan. Hal ini terjadi karena fasilitas kesehatan

didaerah perkotaan lebih memadai dengan didaerah pedesaan.

2.4.3. Mata Pencaharian

Mata pencaharian merupakan usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya dengan bekerja pada berbagai sektor. Mata pencaharian merupakan hal

yang sangat penting dalam kehidupan suatu masyarakat karena dapat

menggambarkan tingkat pendapatan penduduk dan dapat mengetahui taraf

kesejahteraan hidupnya.

Mata pencaharian penduduk pada suatu wilayah merupakan salah satu aspek

yang sangat penting dalam mendukung laju pertumbuhan dan perkembangan wilayah

tersebut. Usaha ini erat kaitannya dengan lingkungan sekitarnya. Daerah yang berada

di lingkungan agraris maka sebagian besar penduduk disekitar bekerja sebagai petani.

Begitu pula dengan daerah yang berada di lingkungan industri maka sebagian besar

penduduk disekitarnya bekerja pada sektor industri.

Perubahan terhadap Mata Pencaharian akibat Gempabumi kemungkinannya

kecil, apabila dilihat dari pekerjaan penduduk di desa Pameungpeuk yang kebanyakan

berprofesi sebagai buruh, petani, pedagang, dan sebagian kecil yang berprofesi

sebagai Pegawai Negeri Sipil.

Page 21: Bencana - s Geo 056815 Chapter2

30

2.4.4. Tingkat Pendapatan

Tinggi rendahnya tingkat pendapatan dapat menunjukkan tinggi rendahnya

keadaan sosial ekonomi masyarakat pada suatu wilayah. Besar kecilnya tingkat

pendapatan tergantung beberapa faktor diantaranya tingkat pendidikan, modal serta

jenis pekerjaanya.

Pada umumnya tingkat pendapatan masyarakat pada daerah perkotaan lebih

besar dibandingkan dengan masyarakat pada daerah pedesaan. Hal ini disebabkan

karena tingkat pendidikan masyarakat pada daerah perkotaan lebih tinggi sehingga

memiliki kedudukan yang lebih tinggi pula dalam pekerjaanya. Akibat Gempabumi

akan berpengaruh terhadap pendapatan apabila ada perubahan terhadap mata

pencahariannya, tetapi apabila mata pencahariannya tetap tidak akan ada perubahan

yang terlalu signifikan.