bab iv kajian sosio-teologis terhadap praktek devosi ......56 bab iv kajian sosio-teologis terhadap...

24
56 BAB IV Kajian Sosio-teologis terhadap Praktek Devosi Kelompok Persekutuan doa di jemaat GMIT Maranatha Soe. 4.1.Kajian Teologis. Dalam pandangan Rodney Stark dan Charles Glock, ritual dan devosi masuk dalam dimensi pengalaman seseorang. Ritual sendiri merupakan bagian dari tindakan-tindakan formal di dalam Gereja. Sedangkan devosi merupakan tindakan-tindakan yang kurang diformalkan. 1 Sedangakn bagi Michael Wals sebagaimana dikutip oleh Alex Jebadu, mengatakan bahwa devosi sebagai penghormatan, rasa kasih sayang, ketaatan, kekaguman terhadap pribadi-pribadi , roh-roh atau dewi-dewi yang dianggap suci. Devosi dapat dipahami juga sebgai kegiatan-kegiatan seperti, kebaktian, berdoa, dan melaksanakan janji-jani keagamaan. 2 Devosi menjadi salah satu bagian penting dalam upaya manusia untuk lebih mendekatkan diri dengan yang Ilahi. cara mendekatkan diri dengan yang Ilahi ini di buat dalam bentuk-bentuk praktik keagamaan. a. Faktor-faktor munculnya devosi dalam kelompok persekutuna doa Di dalam ruang lingkup devosi, devosi dapat dipahami sebagai sebuah gairah afeksi emosi semangat kasih sayang yang kuat, kesetiaan, kesalehan, dedikasi, penghormatan, kekaguman terhadap Ilahi sebagai yang suci. 3 Di dalam konteks sejarah, devosi yang berkembang dalam masyarakat disebabkan oleh keterasingan mereka dari liturgi. Keterasingan ini berdampak pada kerinduan masyarakat akan pengungkapan iman yang sederhana dan memuaskan afeksi emosi 1 Inger Furseth & Pål Repstad, An Introduction to the Sociology of Religion ;Classical and Comntemporary Perspective, (California: Ashgate, 2006) 2 Alex Jebadu, Bukan Berhala; Penghormatan Kepada Leluhur, (Maumere: Ledarero, 2009)196 3 Jebadu, Bukan Berhala…. 166

Upload: others

Post on 31-Oct-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV Kajian Sosio-teologis terhadap Praktek Devosi ......56 BAB IV Kajian Sosio-teologis terhadap Praktek Devosi Kelompok Persekutuan doa di jemaat GMIT Maranatha Soe. 4.1.Kajian

56

BAB IV

Kajian Sosio-teologis terhadap Praktek Devosi Kelompok Persekutuan doa di jemaat

GMIT Maranatha Soe.

4.1.Kajian Teologis.

Dalam pandangan Rodney Stark dan Charles Glock, ritual dan devosi masuk dalam dimensi

pengalaman seseorang. Ritual sendiri merupakan bagian dari tindakan-tindakan formal di dalam

Gereja. Sedangkan devosi merupakan tindakan-tindakan yang kurang diformalkan.1 Sedangakn

bagi Michael Wals sebagaimana dikutip oleh Alex Jebadu, mengatakan bahwa devosi sebagai

penghormatan, rasa kasih sayang, ketaatan, kekaguman terhadap pribadi-pribadi , roh-roh atau

dewi-dewi yang dianggap suci. Devosi dapat dipahami juga sebgai kegiatan-kegiatan seperti,

kebaktian, berdoa, dan melaksanakan janji-jani keagamaan.2 Devosi menjadi salah satu bagian

penting dalam upaya manusia untuk lebih mendekatkan diri dengan yang Ilahi. cara

mendekatkan diri dengan yang Ilahi ini di buat dalam bentuk-bentuk praktik keagamaan.

a. Faktor-faktor munculnya devosi dalam kelompok persekutuna doa

Di dalam ruang lingkup devosi, devosi dapat dipahami sebagai sebuah gairah afeksi emosi

semangat kasih sayang yang kuat, kesetiaan, kesalehan, dedikasi, penghormatan, kekaguman

terhadap Ilahi sebagai yang suci.3 Di dalam konteks sejarah, devosi yang berkembang dalam

masyarakat disebabkan oleh keterasingan mereka dari liturgi. Keterasingan ini berdampak pada

kerinduan masyarakat akan pengungkapan iman yang sederhana dan memuaskan afeksi emosi

1 Inger Furseth & Pål Repstad, An Introduction to the Sociology of Religion ;Classical and Comntemporary

Perspective, (California: Ashgate, 2006) 2 Alex Jebadu, Bukan Berhala; Penghormatan Kepada Leluhur, (Maumere: Ledarero, 2009)196

3 Jebadu, Bukan Berhala…. 166

Page 2: BAB IV Kajian Sosio-teologis terhadap Praktek Devosi ......56 BAB IV Kajian Sosio-teologis terhadap Praktek Devosi Kelompok Persekutuan doa di jemaat GMIT Maranatha Soe. 4.1.Kajian

57

mereka. Melalui hal inilah maka lahirlah berbagai praktek devosi yakni doa dan ungkapan

religius umat.4

Keterasingan ini terjadi karena ibadah yang dianggap begitu kaku. Seperti ungkapan salah

satu anggota persekutuan doa bahwa melalui kegiatan-kegiatan persekutuan doa yang dijalankan

maka ia lebih merasakan kehadiran Tuhan dan dia lebih memilih untuk banyak terlibat dalam

kegiatan persekutuan doa, meskipun dalam kesehariannya juga ia tidak meninggalkan berbagai

kegiatan di Gereja. Menurut Y. B. Haryono, praktik devosi dijalankan karena beberapa faktor

karena adanya kebutuhan rohani, pendekatan diri dengan Allah melalui simbol-simbol,

Klerikalisasi liturgi, liturgi yang terlalu dingin, Roh Kudus dalam Allah. Apakah faktor-faktor ini

juga merupakan faktor-faktor yang mendukung terjadinya devosi dalam kelompok persekutuan

doa ini ?

Praktik devosi yang dijalankan merupakan tujuan dari kebutuhan rohani. Bagi kelompok

persekutuan doa, praktik-praktik ini dijalankan untuk menjawab segala kebutuhan kehidupan

mereka. Kebutuhan ini biasanya berkaitan dengan persoalan kehidupan yang bagi mereka tidak

bisa diatasi hanya dengan berbagai-bagai cara yang rasional. Misalkan kebutuhan untuk terlepas

dari sakit penyakit yang sudah lama diderita dan belum ditemukan solusi akan penyakit tersebut

atau kebutuhan mereka untuk mendapatkan petunjuk terhadap masalah sosial yang dialami. Bagi

mereka yang menjalankannya, doa-doa, puasa dan puji-pujian yang dijalankan sebagai sebuah

bentuk ketaatan, kesalehan mereka kepada yang Ilahi. Devosi juga dijalankan sebagai sebuah

ungkapan syukur atas kehidupan yang diberikan Tuhan kepada manusia. Jika diperhatikan maka

berbagai cara devosi yang dilakukan ini merupakan salah satu bentuk ketergantungan manusia

terhadap Tuhan. Ketergantungan ini memiliki tujuan khusus yaitu pengharapan akan suatu

4 Martasudijta, pengantar liturgi, Makna dan Sejarah, (Yogyakarta:Kanisius, 1999) 143

Page 3: BAB IV Kajian Sosio-teologis terhadap Praktek Devosi ......56 BAB IV Kajian Sosio-teologis terhadap Praktek Devosi Kelompok Persekutuan doa di jemaat GMIT Maranatha Soe. 4.1.Kajian

58

mujisat yang terjadi dalam kehidupan mereka. Mujisat ini digunakan sebagai pemuasan akan

segala kebutuhan mereka. Ketergantungan akan kedekatan manusia dengan Allah ini akan

tersampaikan lewat pesan-pesan religius melalui simbol-simbol.

Menurut Dillistone, simbol merupakan kata atau barang atau objek atau tindakan atau pola

atau pribadi atau hal-hal kongkretyang menyampaikan atau mengunggah sebuah makna

transenden atau yang tertinggi dari makna, realitas, cita-cita, nilai, prestasi, masyarakat, konsep ,

lembaga dan suatu keadaan.5 Simbol-simbol religius bisa berupa simbol-simbol kata (mitos,

legenda, kredo, kitab suci), simbol-simbol tindakan (kultus, doa, tari religius, upacara-upacara

keagamaan), simbol-simbol benda (kuil, altar, tempat-tempat yang dikeramatkan) simbol-simbol

manusia (imam, guru-guru agama).6 Simbol-simbol yang diungkapkan dalam devosi menjadi

suatu bentuk pesan kekaguman yang diberikan kepada Tuhan. Pesan-pesan kekaguman ini

menunjukan suatu hubungan yang erat antara manusia dengan Tuhan. Pesan-pesan inilah yang di

simbolkan lewat berbagai tari-tarian, doa dll. Di dalam kelompok persekutuan doa, simbol-

simbol tindakan ini dapat di temukan. Pengalaman dengan Tuhan menjadi bentuk ekspresi dari

simbol-simbol tindakan kelompok-kelompok ini. Misalkan tari-tarian yang yang dilakukan

dalam kelompok-kelompok ini menjadi ekspresi dari pengungkapan kekaguman mereka terhadap

yang Ilahi. Tetapi harus dipahami juga bahwa simbol bukan menjadi salah satu faktor yang

menyebabkan orang-orang melakukan devosi. Karena simbol menjadi suatu ekspresi terhadap

pengalaman mereka dengan Tuhan. Banyak dari orang-orang terlibat dalam berbagai kegiatan-

kegiatan kelompok persekutuan karena pengalaman dengan Tuhan yang mereka dapatkan,

Bentuk kegaguman melalui pengalaman religius itulah yang menjadi simbol-simbol dalam

devosi.

5 F. W. Dillistone, The Power Of Symbols, (Yogyakarta: Kanisius, 2002) 20

6Dillistone, The Power ….333

Page 4: BAB IV Kajian Sosio-teologis terhadap Praktek Devosi ......56 BAB IV Kajian Sosio-teologis terhadap Praktek Devosi Kelompok Persekutuan doa di jemaat GMIT Maranatha Soe. 4.1.Kajian

59

Beberapa orang-orang yang terlibat dalam persekutuan doa mengaku bahwa ketika mereka

terlibat dalam kelompok-kelompok persekutuan doa, maka pengalaman mereka dengan yang

Ilahi menjadi lebih kuat dibanding dengan berbagai kegiatan di Gereja. Jika demikian maka

faktor liturgi mempengaruhi orang-orang yang terlibat dalam berbagai devosi-devosi kelompok

persekutuan doa. Seperti yang diungkapkan oleh Y. B. Haryono bahwa Klerikalisasi liturgi atau

liturgi yang hanya menjadi urusan para pemuka agama dan liturgi yang dingin berpegaruh pada

munculnya devosi-devosi dalam kehidupan masyarakat. Hal ini juga di temukan dalam

kelompok persekutuan-persekutuan doa. Berpuasa, doa, bernyanyi, menari yang lebih bernuansa

bebas tidak selalu ditemukan dalam Gereja tetapi hal-hal ini dipraktekan di dalam kelompok

persekutuan doa. Dalam tatah liturgi yang biasa, menjadi kewenangan dari pemimpi ibadah

sehingga terkesan bahwa pemimpin ibadah mempunyai kekuasaan yang penuh terhadap ibadah.

Berbeda dengan ibadah kelompok persekutuan doa yang lebih membebaskan angota-anggotanya

untuk berekspresi. Ekspresi yang bebas ini bisa dilihat dalam ekspresi doa-doa mereka,

kebebasan yang diberikan kepada mereka untuk memberikan pemahaman mereka tentang firman

Tuhan, kebebasan yang diberikan kepada anggota-anggota kelompok persekutuan doa untuk

menyampaikan pengalaman mereka dengan Tuhan.

Secara teologis, devosi dapat dipahami sebagai buah pekerjaan dari Roh Kudus.

Sebagaimana dalam roma 8:9 yang mengatakan bahwa “Roh Allah diam di dalam kamu”.

Bentuk dari devosi merupakan buah dari pekerjaan Roh Kudus dan harus dilihat sebagai

tindakan kesalehan umat.7 Pemahaman tentang Roh Kudus banyak yang berkembang dalam

kelompok-kelompok persekutuan doa. Bagi mereka, karunia-karunia yang mereka dapatkan

merupakan pekerjaan dari Roh Kudus. Praktek devosi yang dilakukan oleh kelompok-kelompok

7 Haryono, Devosi-devosi 16

Page 5: BAB IV Kajian Sosio-teologis terhadap Praktek Devosi ......56 BAB IV Kajian Sosio-teologis terhadap Praktek Devosi Kelompok Persekutuan doa di jemaat GMIT Maranatha Soe. 4.1.Kajian

60

ini bukan hanya bertujuan untuk mendapatkan keselamatan dari berbagai sakit penyakit atau

untuk mendapatkan jawaban atas segala persoalan yang mereka dapatkan. Lebih dari pada itu

praktek-praktek ini dijalankan dengan alasan untuk mendapatkan berbagai karunia. Karunia Roh

Kudus bagi yang mereka pahami adalah karunia untuk mendapatkan ayat-ayat Alkitab atau lagu-

lagu , karunia untuk mendapatkan petunjuk lewat penglihatan lewat doa, karunia penyembuhan

dan bahkan ada karunia untuk berbahasa roh. Beberapa orang mengaku bahwa karunia karunia

ini didapatkan ketika mereka menjalankan praktek-praktek devosi tersebut seperti berpuasa

ataupun melakukan doa-doa pribadi yang begitu intens dan butuh waktu lama. Menurut salah

satu narasumber, ia butuh waktu satu tahun sampai ia mendapatkan karunia tersebut. Beberapa

orang yang diwawancarai mengaku bahwa dulunya mereka mendapatkan karunia tetapi sekarang

hilang dan rasa penyesalan muncul dari dalam diri mereka. Jika diperhatikan maka harapan dari

prakatek devosi dilakukan adalah untuk mendapatkan jalan keluar tetapi juga bagi mereka

melakukan praktek-praktek ini untuk mendapatkan kepenuhan roh. Kepenuhan akan roh dan

mendapatkan karunia dapat dikatakan sebagai pengalaman religius yang tertinggi dari kelompok-

kelompok doa ini. Hal tersebut menjadi tingkatan tertinggi dari pengalaman religius dikarenakan

untuk mendapatkan karunia-karunia tersebut dibutuhkan proses yang begitu panjang, bukan

hanya itu kepenuhan akan roh adalah hal yang sangat diidamkan oleh orang-orang yang terlibat

dalam persekutuan doa untuk dapat menunjukan seberapa dekat mereka dengan Tuhan. Hal

mendapatkan karunia ini juga berpengaruh pada posisi seseorang dalam masyarakat terutama

pengaruh terhadap orang-orang yang mengikuti ibadah-ibadah kelompok persekutuan doa. Setiap

ucapan yang keluar dari mulut orang-orang yang mendapatkan karunia sering dianggap sebagai

sebuah kebenaran oleh karena adanya kepercayaan bahwa orang-orang yang mendapatkan

Page 6: BAB IV Kajian Sosio-teologis terhadap Praktek Devosi ......56 BAB IV Kajian Sosio-teologis terhadap Praktek Devosi Kelompok Persekutuan doa di jemaat GMIT Maranatha Soe. 4.1.Kajian

61

karunia roh sebagai orang-orang yang dipakai oleh Tuhan untuk membantu orang-orang dalam

segala pergumulan permasalahan kehidupan mereka.

Di lain sisi, sikap kritis juga harus diberikan kepada kelompok-kelompok persekutuan doa

tersebut. Terkadang praktik-praktik yang dijalankan menjadi sebuah praktik yang tidak sesuai

dengan ajaran-ajaran Gereja. Misalkan saja kasus yang terjadi Maumere seorang perempuan

bernama Veronica yang merupakan pemimpin dari suatu kelompok persekutuan doa,

mendapatkan suatu penglihatan bahwa ia harus berhubungan intim dengan anggota kelompok

bernama Petrus. Jika ia tidak melakukannya maka ia akan mati.8 Kejadian ini menimbulkan

suatu pertanyaan secara teologis apakah hal-hal semacam ini merupakan sebuah petunjuk

langsung yang di sampaikan oleh Roh Kudus ? Kesalahan dalam menjalankan berbagai praktik

kegagamaan di kelompok-kelompok persekutuan doa cenderung sangat besar. Penyebabnya

karena kepercayaan yang penuh terhadap apa yang dipercaya sebagai pengilhaman yang

didapatkan dari Tuhan dan akan berdampak bagi orang-orang yang mempercayai pengilhaman

tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh beberapa anggota-anggota persekutuan bahwa

terkadang ditemukan beberapa kelompok persekutuan doa yang menjalankan berbagai praktik

yang tidak sesuai dengan ajaran Gereja. Ada kecenderungan lain bahwa orang-orang akan lebih

banyak bergantung dengan praktik-praktik devosi ini tanpa harus menempu jalan lain dalam

menyelesaikan berbagai persoalan mereka. Jika melakukan devosi merupakan sebuah jalan

dalam menyelesaikan masalah buat apa lagi berurusan dengan hal-hal yang lain. Hal ini

menunujukan bahwa beriman tidak akan seimbang dengan tindakan-tindakan yang nyata.

Kecenderungan yang lain adalah devosi dipakai sebagai alat politisasi. Beberapa persekutuan doa

mengaku bahwa dalam berbagai kesempatan terdapat beberapa calon dewan yang meminta doa

8Pos Kupang, Pelaku Ajaran Sesat Ditangkap, dilangsir dari Kupang.tribunnews.com/2009/10/26/pelaku-

ajaran-sesat-ditangkap-, 22 juni, 2017

Page 7: BAB IV Kajian Sosio-teologis terhadap Praktek Devosi ......56 BAB IV Kajian Sosio-teologis terhadap Praktek Devosi Kelompok Persekutuan doa di jemaat GMIT Maranatha Soe. 4.1.Kajian

62

pentunjuk tetapi juga meminta doa restu. Dalam hal ini, devosi salah diartikan dan dipraktekan.

Devosi dipakai sebagai batu loncatan untuk kepentingan politik semata.

b. Praktik devosi yang dijalankan oleh kelompok persekutuan doa di jemaat GMIT

Maranatha Soe

Dalam devosi terdapat beberapa bentuk karateristik seperti objek yang sebagian besar adalah

iman Kristen, objek yang dilambangkan dalam suatu bentuk kongkret dan juga memainkan

peranaan perasaan. Objek yang berbentuk iman adalah sebuah pengakuan kepada yang ilahi

dengan memainkan peranan emosional manusia.9 Hal yang sama juga menjadi karateristik devosi

dari kelompok-kelompok persekutuan ini. Iman Kristen menjadi objek utama dalam devosi

mereka. Misalkan saja penekanan iman yang begitu kuat ketika mereka menjalankan doa.

penekanan iman diberikan devosioner kepada para anggota-anggotanya, seperti ajakan untuk

berdoa secara sungguh-sungguh. Doa yang dibawakan secara sungguh-sungguh ini tentu

memainkan suatu peranan emosi yang kuat. Peranan emosi ini dapat diperhatikan dari cara

mereka menyampaikan berbagai ungkapan doa dengan suara-suara yang begitu lantang meminta

permohonan dari Tuhan. Dalam beberapa bentuk devosi Gereja Roma katolik, objek dari

pengakuan iman biasanya dilambangkan dalam suatu bentuk yang kongkret seperti, Salib.

Obejek utama devosi dari kelompok-kelompok persekutuan doa ini adalah Alkitab. Posisi

Alkitab dalam berbagai kegiatan-kegiatan kelompok persekutuan doa ini menjadi begitu sakral.

Posisi sakral ini diberikan kepada Alkitab karena masih adanya kepercayaan bahwa Alkitab

memiliki suatu daya atau kekuatan. Posisi Alkitab juga menjadi begitu sakral karena bagi mereka

Alkitab menjadi satu bagian dari penyataan Allah kepada mereka. Ada kecenderungan yang kuat

dari dalam kelompok-kelompok doa ini untuk mengilahikan Alkitab atau penyembahan terhadap

9 Jebadu, Bukan Berhala,.. 143

Page 8: BAB IV Kajian Sosio-teologis terhadap Praktek Devosi ......56 BAB IV Kajian Sosio-teologis terhadap Praktek Devosi Kelompok Persekutuan doa di jemaat GMIT Maranatha Soe. 4.1.Kajian

63

Alkitab (bibliolatry). Misalkan saja penglihatan-penglihatan dari yang Ilahi disampaikan lewat

ayat-ayat Alkitab, sebagai sebuah pentujuk bagi kehidupan mereka. Peranan penghayatan juga

menjadi salah satu unsur yang penting dalam menjalankan devosi. Bentuk-bentuk devosi ini

ditunjukan melalui penghayatan. Pengahayatan-penghayatan ini yang nantinya akan

diungkapkan melalui bentuk-bentuk ungkapan dalam praktik devosi.

Bagi David Kinsley, bentuk-bentuk dari devosi ini berbentuk meditatif, perasaan yang

meluap-luap, situasi formal dan informal. Dalam bentuk meditatif ini, terdapat berbagai cara-cara

untuk mengungkapkannya, tergantung dengan latar belakang suasana hati, dan kelompok

masyarakat tertentu. Devosi dalam situasi formal merupakan devosi yang dijalankan di dalam

sebuah kelompok tertentu sedangkan devosi yang bersifat informal adalah devosi-devosi yang

dijalankan secara individual.10

Di dalam kelompok-kelompok persekutun doa ini, terdapat

berbagai cara-cara tersendiri untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Cara-cara tersebut

adalah dengan melakukan doa. Doa sendiri biasanya mempunyai banyak variasi. Misalkan doa-

doa yang diiringi dengan musik, doa-doa berwaktu, doa-doa pergumulan, dan doa-doa penopang.

Doa-doa ini dijalankan dengan berbagai tujuan dan maksud tertentu, misalkan doa-doa berwaktu,

Doa-doa berwaktu biasanya dijalankan secara teratur dengan jam-jam yang sudah ditetapkan.

Jam-jam yang ditetapkan misalkan jam 3, 6, 9 dan 12. Tiap jarum jam bersentuhan dengan jam

ini maka akan diadakan sebuah doa. Doa-doa seperti ini lebih banyak dijalankan secara

individual. Doa-doa pergumulan merupakan bentuk doa yang digunakan ketika kelompok-

kelompok ini menyampaikan segala bentuk persoalan yang mereka hadapi. Doa-doa ini di

jalankan secara bersama-sama tetapi bisa juga dijalankan secara individual. Doa ini biasanya

dibawakan secara bersama-sama dalam sebuah ibadah pergumulan. Ibadah pergumulan ini

10

Jebadu, Bukan Berhala,.. 170

Page 9: BAB IV Kajian Sosio-teologis terhadap Praktek Devosi ......56 BAB IV Kajian Sosio-teologis terhadap Praktek Devosi Kelompok Persekutuan doa di jemaat GMIT Maranatha Soe. 4.1.Kajian

64

merupakan ibadah yang dijalankan sehari sebelum sebuah ibadah persekutuan doa secara

bersama. Dalam doa-doa ini biasanya disampaikan berbagai pergumulan terkait dengan berbagai

permasalahan yang dihadapi oleh para anggota-anggota persekutuan doa. Yang terakhir adalah

doa-doa penopang. Yang dimaksud dengan doa-doa penopang ini adalah doa-doa yang

disampaikan oleh anggota-anggota persekutuan doa sebagai sebuah upaya bersama dalam

menggumuli sebuah pergumulan. Bagi orang-orang persekutuan doa, jika mereka tidak sama-

sama menopang satu dengan yang lain maka persoalan yang dihadapi seseorang tidak bisa cepat

diselesaikan, karena itu doa-doa pendukung dari masing-masing orang harus ada.

Dalam ibadahnya juga terdapat dua jenis ibadah berbeda. Ibadah-ibadah tersebut antara lain

adalah ibadah pergumulan dan ibadah persekutuan. Seperti yang telah disinggung di atas bahwa

ibadah pergumulan biasanya dibawakan untuk menggumuli hal-hal tertentu. Dalam ibadah ini

terdapat tim khusus yang ditunjuk untuk secara bersama-sama bergumul terhadap sebuah

permasalahan. Doa ini juga dijalankan ketika kelompok-kelompok ini akan menjalankan

berbagai kegiatan-kegiatan penting, seperti ketika kelompok-kelompok ini akan menjalankan

sebuah acara KKR (Kebaktian Kebangunan Rohani). Puji-pujian yang disampaikan dalam

ibadah juga beragam. Puji-pujian yang disampaikan kebanyakan merupakan puji-pujian

penyembahan yang dibawa secara secara berulang-ulang untuk menghadirkan suatu pengalaman

yang kuat lewat pujian. Ada juga dilakukan dengan tari-tarian yang disebut sebagai tarian

penyembahan.

Berbagai macam puasa juga dijalankan oleh kelompok-kelompok doa ini. Puasa dijalankan

oleh kelompok-kelompok doa ini sebagai sebuah bentuk pergumulan yang mendalam ketika

menghadapi sebuah masalah, puasa sebagai cara cara untuk belajar menahan segala nafsu dan

juga yang penting adalah untuk lebih dekata dengan Tuhan. Dalam melakukan puasa, terdapat

Page 10: BAB IV Kajian Sosio-teologis terhadap Praktek Devosi ......56 BAB IV Kajian Sosio-teologis terhadap Praktek Devosi Kelompok Persekutuan doa di jemaat GMIT Maranatha Soe. 4.1.Kajian

65

suatu kedisiplinanan pikiran agar puasa bisa berjalan dengan lancar. Devosi yang dilakukan oleh

kelompok-kelompok persekutuan ini juga terdapat dalam karya-karya sosial mereka. Misalkan

bantuan-bantuan yang diberikan kepada masyarakat dalam bentuk sembako dan juga uang untuk

pembangunan Gereja. Pemahaman mereka bahwa manusia adalah gambar dan rupa Allah,

karena itu sudah selayaknya ada sebuah upaya untuk saling bantu membantu diantara sesama.

Jika diperhatikan maka bentuk-bentuk devosi yang bersifat meditatif dijalankan oleh

kelompok-kelompok persektuan ini berupa puasa-puasa, puasa menjadi salah satu bentuk

meditatif dari ungkapan devosi kelompok persekutuan doa ini dikarenakan terdapat suatu

kedisiplinan emosi. Puasa dianggap sebagai suatu cara bagi mereka untuk mengendalikan

perasaa hawa nafsu. Bentuk devosi yang ditunjukan lewat perasaan yang meluap-luap ditunjukan

lewat serangkaian lagu penyembahan yang dinyanyikan dan juga berbagai doa yang diiringi

dengan musik. Lagu-lagu yang dijalankan memberikan begitu banyak memberikan banyak

sentuhan emosi. Devosi yang bersifat formal ditunjukan lewat berbagai kegiatan yang

dijalankan bersama yaitu dalam berbagai ibadah sedangkan devosi yang dijalankan secara

informal biasanya dilakukan secara pribadi, seperti doa-doa berwaktu yang dijalankan secara

pribadi.

Dari berbagai praktik devosi yang dijalankan di atas, dalam menjalankan kegiatan-kegiatan

persekutuan doa ini, terdapat 2 macam devosi yang dijalankan. 2 macam devosi itu antara lain

devosi dalam kaitannya dengan hubungan antara manusia dengan Tuhan dan hubungan antara

manusia dengan sesama. Devosi dalam kaitannya dengan Tuhan adalah berbagai praktik yang

dijalankan yang mengantarkan manusia ke dalam pengalaman bersama yang Ilahi. Pengalaman

akan yang Ilahi menjadi sebuah kebutuhan Rohani mereka. Ketika aspek rasa tidak menjadi

bagian dari kehidupan berGereja maka, orang-orang akan mencari aspek lain yang menyentuh

Page 11: BAB IV Kajian Sosio-teologis terhadap Praktek Devosi ......56 BAB IV Kajian Sosio-teologis terhadap Praktek Devosi Kelompok Persekutuan doa di jemaat GMIT Maranatha Soe. 4.1.Kajian

66

perasaan mereka terhadap Tuhan. Kebutuhan rohani tersebut misalkan mendapatkan kesembuhan

dan terlepas dari sebuah masalah. Devosi yang kedua adalah devosi dalam kaitannya dengan

sesama. Objek utama dalam devosi adalah iman manusia kepada yang Ilahi. dalam kaitannya

dengan sesama bahwa, representasi dari objek devosi tersebut bukan hanya sebagai sebuah objek

yang ditujukan kepada sebuah individu semata tetapi juga kepada sesama. Misalkan saja doa-doa

yang bertujuan untuk membantu sesama mereka yang membutuhkan pertolongan atau yang biasa

mereka sebut sebagai doa-doa penopang.

Doa-doa yang dijalankan memiliki satu tujuan bersama. Dengan saling mendoakan maka

tingkat relasi sosial yang dijalankan di dalam kelompok-kelompok ini menjadi begitu kuat.

Selain itu, devosi ini bukan hanya tentang doa untuk sesama tetapi ada juga devosi yang bersifat

karya sosial, misalkan saja bantuan-bantuan yang diberikan kepada Gereja dan masyarakat.

Mereka berpendapat bahwa manusia sebagai gambar dan rupa Allah, karena itu manusia juga

harus mendapatkan pelayanan. Seperti halnya bunda Teresa yang melihat pelayanan sebagai

bagian dari cara hidup, maka hal ini juga dilakukan kelompok-kelompok doa. Bentuk devosi

yang dijalankan oleh kelompok-kelompok doa ini masih sebatas dalam berbagai praktik seperti

doa-doa, puasa dll. Artinya bahwa penekanan terhadap hubungan antara manusia dengan Tuhan

lebih ditekanan agar mendapatkan suatu penyelesaian masalah namun upaya nyata dalam

menyelesaikan persoalan tersebut belum sepenuhnya dilakukan. Hanya sebagian kecil dalam

kelompok-kelompok doa ini yang melakukan devosi dalam hubungannya dengan manusia seperti

pemberian bantuan dll.

Page 12: BAB IV Kajian Sosio-teologis terhadap Praktek Devosi ......56 BAB IV Kajian Sosio-teologis terhadap Praktek Devosi Kelompok Persekutuan doa di jemaat GMIT Maranatha Soe. 4.1.Kajian

67

C. Devosi sebagai sebuah bentuk persaudaraan Ekumenis

Salah satu ciri yang unik dari kelompok-kelompok persekutuan doa ini adalah kehadiran

orang-orang yang berasal dari berbagai aliran denominasi lain seperti warga GMIT, Pentakosta,

dan Betel.11

Dalam observasi terdapat beberap anggota jemaat yang ternyata tidak berasal dari

Gereja denominasi lainnya. Mereka tergabung dalam persektuan doa yang ternyata bernaung di

bawah GMIT. Kelompok-kelompok ini membentuk suatu persaudaraan ekumenis.12

bahkan

terdapat juga pendeta dari denominasi lain yang turut bergabung dalam kegiatan persekutuan

doa.

Ada pemikiran yang mendasar dari kelompok-kelompok persekutuan doa ini bahwa ketika

Roh mulai bekerja maka aturan-aturan dan batasan-batasan yang ada dalam Gereja dan

denominasi tertentu tidak berlaku lagi.13

Dalam kelompok-kelompok doa ini, sentimen-sentimen

kegamaan yang kerap terjadi diantara denominasi tidak terjadi Saling mendoakan, bernyanyi

bersama-sama, saling menguatkan sesama anggota persekutuan doa menjadi ciri yang sangat

unik dari kelompok-kelompok-kelompok ini meskipun mereka berasal dari Gereja-gereja lain.

Hal ini menunjukan bahwa kelompok-kelompok persekutuan doa ini hidup dalam sebuah

solidaritas yang begitu erat. Perbedaan Gereja bukan menjadi sebuah penghalang bagi mereka

untuk bersama-sama bersekutu. Fakta ini menunjukan bahwa devosi menjadi sebuah sarana

dalam sebuah bentuk persaudaraan yang begitu ekumenis.

11

EbenHaizer I. Nuban Timo, Aku Memahami yang Aku Imani, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2013)150 12

Ekumenis adalah gerakan yang di inspirasi oleh Roh Kudus diantara Orang-orang Kristiani, melalui doa,

dan prakarsa-prakarsa lain untuk menghilangkan tembok pemisah sebagaimana dikehendaki Kristus (Yoh. 17:21, Ef.

4:4-5) lih. Gerarld O’collins & Edward G. Farrugia, Kamus Teologi, (Yogyakarta: Kanisius, 2006) 67 13

Timo, Aku Memahami… 150

Page 13: BAB IV Kajian Sosio-teologis terhadap Praktek Devosi ......56 BAB IV Kajian Sosio-teologis terhadap Praktek Devosi Kelompok Persekutuan doa di jemaat GMIT Maranatha Soe. 4.1.Kajian

68

4.2.Kajian Sosiologis.

A. Devosi sebagai salah satu bentuk tindakan sosial

Dalam perpespektif Weber mengenai tindakan sosial, maka dapat kita pahami bahwa bahwa

tindakan beragama merupakan bagian dari tindakan rasional yang berorientasi nilai. Sifat yang

nonrasional merupakan sebuah nilai akhir dan orang-orang akan menentukan tujuan mana yang

mereka pilih. Tindakan religius merupakan bentuk dasar dari tindakan ini. Pegalaman religius

bersama Tuhan menjadi nilai akhir dan individu akan menggunakan alat-alat seperti meditasi,

upacara keagamaan untuk bisa mendapatkan pengalaman religius.14

Tindakan –tindakan untuk

mengikuti berbagai kegiatan persekutuan doa merupakan tindakan yang rasional karena terdapat

tujuan dan harapan yang jelas.15

Jika demikian maka apa yang menjadi harapan-harapan orang-

orang dalam persekutuan doa ketika terlibat dalam berbagai devosi-devosi kelompok

persekutuan doa ?

Dalam sejarah terbentunya kelompok-kelompok persekutuan doa di kota Soe, tidak terlepas

dari dua situasi yang terjadi pada tahun 1965. Situasi-situasi itu antaralain munculnya

permasalahan Partai Komunis Indonesia dan juga bencana kelaparan yang terjadi. Ketika

meledaknya gerakan 30 September, orang-orang yang terlibat dalam partai ini mulai dicari dan

dibunuh. Dengan munculnya kelompok-kelompok penginjilan dari gerakan kebangunan rohani

inilah maka orang-orang mulai masuk untuk mendapatkan sebuah identitas. Identitas keagamaan

dibutuhkan untuk berhadapan dengan situasi yang terjadi saat itu. Seperti wawancara dengan

salah satu saksi dari gerakan kebangunan rohani bahwa bagi mereka, telah terjadi kerusakan

moral dan orang-orang tidak mengenal lagi Tuhan, karena itu sangat penting untuk membawa

14

Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, (Jakarta: Pt. Gramedia, 1988) 220 15

Tony Tampake, Redefinisi Tindakan Sosial dan Rekonstuksi Identitas Pasca Konflik Poso, (Salatiga:

Fakultas Teologi, Universitas Kristen Satya Wacana, 2014)

Page 14: BAB IV Kajian Sosio-teologis terhadap Praktek Devosi ......56 BAB IV Kajian Sosio-teologis terhadap Praktek Devosi Kelompok Persekutuan doa di jemaat GMIT Maranatha Soe. 4.1.Kajian

69

mereka ke jalan yang benar. Gerakan kebangunan rohani ini bermaksud juga untuk

mengembalikan identitas-identitas Kekristenan yang dianggap sudah rusak. Konteks kelaparan

juga turut menyumbang pengaruh yang kuat dalam terbentuknya berbagai kelompok-kelompok

doa. Kelaparan yang melanda kota Soe pada waktu itu memunculkan suatu pengharapan

eskatologis yang bisa melepaskan mereka dari berbagai persoalan kehidupan. Hal yang pokok

dari terbentuknya kelompok-kelompok doa tersebut adalah pencaharian akan identitas yang

terwujud dalam nilai-nilai moral kekristenan sebagai sebuah harapan untuk membentuk kembali

identitas-identitas kekristenan yang dianggap telah luntur seiring dengan munculnya partai

Komunis dan juga pengharapan akan keselamatan bahwa kebahagiaan akan keselamatan akan

datang bagi orang-orang yang merasakan kesusahan. .Jika kelompok persekutuan doa ini

terbentuk karena pengaruh dari gerakan kebangunan rohani tahun 1965,bagaimana dengan

kelompok-kelompok persekutuan doa dewasa ini ?

Dalam kerangka pikiran Smelser, tindakan sosial terbagi dalam empat komponen yaitu nilai,

norma, mobilisasi sosial dan fasilitas sosial.16

Nilai-nilai ini menjadi panduan bagi orang-orang

untuk melakukan sebuah tindakan sosial dan menjadi tujuan akhir dari kondisi yang mereka

harapkan. Kelompok-kelompok persekutuan doa di jemaat Maranatha Soe hidup dalam satu

bangunan sejarah kebangkitan rohani tahun 1965. Karena hidup mereka yang selalu terpengaruh

dari sejarah kebangunan rohani tahun 1965 inilah maka konsep-konsep nilai yang tertanam

dalam gerakan tersebut terus menjadi nilai-nilai yang menghidupkan tindakan sosial mereka.

Nilai-nilai tentang moralitas Kekristenan, dihidupkan dalam berbagai aturan mereka misalkan

larangan untuk menguyah sirih pinang, orang-orang harus rajin berdoa, atau berpuasa. Dalam

konteks tahun 1965, tindakan-tindakan ini sebagai tindakan untuk mengembalikan identitas

16

Tampake, Redefinisi Tindakan …42-43

Page 15: BAB IV Kajian Sosio-teologis terhadap Praktek Devosi ......56 BAB IV Kajian Sosio-teologis terhadap Praktek Devosi Kelompok Persekutuan doa di jemaat GMIT Maranatha Soe. 4.1.Kajian

70

Kekristenan, maka dalam konteks sekarang tindakan-tindakan ini sebagai tindakan untuk

mempertahankan identitas Kekristenan. Interaksi antara dua aktor menghasilkan upaya-upaya

untuk mempertahankan identitas. Dalam tindakan sosial menurut Parsons, aktor akan selalu

mengarahkan setiap tindakan dari setiap makna yang ia dapatkan di dunia luar. Aksi akan

berlangsung dalam setiap situasi. Setiap tindakan memperoleh makna baik untuk aktor maupun

untuk orang lain. Norma dan nilai dipandu oleh aktor dalam orientasi setiap tindakan17

Upaya–

upaya untuk mempertahankan identitas ini berkaitan dengan konteks liturgi gereja yang begitu

kaku dan juga pengaruh interaksi diantara agama di kota Soe, terutama antara agama Kristen

dan Islam. Dalam petikan wawancara dengan salah satu ketua kelompok persekutuan doa tersirat

bahwa upaya mereka menjalankan devosi sangat dipengaruhi oleh sentiment-sentimen

keagamaan.

Kami kelompok-kelompok persekutuan doa harus banyak memenangkan jiwa.

Supaya mereka menjadi anak Tuhan. Karena percaya kepada Tuhan Yesus adalah

kunci untuk masuk surga. Sekarang orang Islam di Soe semakin banyak. Jadi saya

kalau berdoa pagi saya selalu berusaha sebelum mesjid berbunyi saya sudah harus

bangun duluan. Kita harus malu kalau mereka yang berdoa duluan bukan kita.18

Petikan wawancara ini menunjukan bahwa adanya upaya-upaya untuk tetap menjaga

identitas mereka sebagai orang Kristen. Kelompok-kelompk persekutuan doa ini juga sangat

bersifat eksklusif. Konsep memenangkan jiwa yang hilang juga berkembang dalam kelompok-

kelompok persekutuan doa ini. Orang-orang yang berada di luar kekristenan dianggap sebagai

domba yang hilang karena itu harus di kembalikan kepada gembalanya. Upaya-upaya untuk

mempertahankan identitas mereka ini dilakukan dengan cara berdoa, berpuasa dll.

17

Inger Furseth & Pål Repstad, An Introduction to the Sociology of Religion ;Classical and

Comntemporary Perspective, (California: Ashgate, 2006) 45 18

wawancara dengan ibu Marselina Amtiran, 30 Agustus 2017

Page 16: BAB IV Kajian Sosio-teologis terhadap Praktek Devosi ......56 BAB IV Kajian Sosio-teologis terhadap Praktek Devosi Kelompok Persekutuan doa di jemaat GMIT Maranatha Soe. 4.1.Kajian

71

Nilai-nilai solidaritas yang terkandung dalam kelompok ini terlihat dalam partisipasi mereka

dalam membantu sesama yang mengalami kesusahan. Nilai solidaritas ini dibangun dalam

pemahaman mereka untuk saling mendoakan. Berbagai kegiatan mereka seperti saling

mendoakan satu dengan yang lain atau dengan istilah mereka yaitu doa penopang atau dalam

ibadah yang disebutkan oleh mereka sebagai ibadah pergumulan. Praktik ini menunjukan suatu

solidaritas kuat yang dibangun oleh kelompok-kelompok doa ini. Bagi mereka, untuk

menyelesaikan sebuah masalah yang dihadapi oleh seseorang maka tiap-tiap anggota harus

saling mendoakan dan saling menguatkan. Nilai yang terakhir adalah keselamatan. Bagi

kelompok-kelompok ini, untuk mendapatkan keselamatan, maka kedekatan dengan Tuhan harus

diupayakan. Hal inilah yang mendorong sehingga secara individu dan kelompok, mereka

memiliki jam-jam khusus untuk berdoa, seperti doa-doa berwaktu yang dijalankan secara teratur.

Secara organisatoris, kelompok-kelompok persekutuan doa ini dipimpin oleh seorang ketua

persekutuan doa. Ketua persekutuan doa merupakan salah satu diantara orang-orang yang

berada dalam kelompok doa yang dipercaya mempunyai karunia. Hal ini berakibat pada

kedudukannya dalam kelompok persekutuan doa sangat dihormati sebagai penasehat dan

pembimbing bagi anggota-anggota persekutuan doa. Dalam kegiatan persekutuan doa ini, ketua

persekutuan doa ini juga dibantu oleh beberapa anggota kelompok yang dipercaya memiliki

karunia-karunia tertentu. Mobilisasi orang-orang dalam kelompok doa ini terjadi ketika

kelompok-kelompok doa ini datang untuk mendoakan individu-individu yang membutuhkan

pertolongan. Nilai keselamatan dan solidaritas yang begitu kuat dibawa oleh kelompok-

kelompok persekutuan doa ini menjadi tawaran yang tidak bisa ditolak oleh individu-individu

yang merasakan kesusahan. Dalam perspektif inilah menurut Freud bahwa orang-orang akan

bertindak religius karena diperhadapkan dengan frustasi. Pilihan individu untuk terlibat dalam

Page 17: BAB IV Kajian Sosio-teologis terhadap Praktek Devosi ......56 BAB IV Kajian Sosio-teologis terhadap Praktek Devosi Kelompok Persekutuan doa di jemaat GMIT Maranatha Soe. 4.1.Kajian

72

kelompok-kelompok persekutuan doa ini juga dipengaruhi juga oleh situasi dalam berbagai

ibadah di dalam Gereja yang dianggap sangat kaku. Bagi sebagian orang-orang yang terlibat

dalam kelompok persekutuan, ibadah dalam kelompok persekutuan doa lebih mereka nikmati

karena lebih bebas bagi mereka untuk mengekspresikan apa yang mereka inginkan ketimbang

ibadah-ibadah Gereja yang kelihatan begitu kaku. Nilai-nilai moral kekristenan akan dibentuk

ketika orang-orang yang dimobilisasi mulai masuk ke dalam kelompok-kelompok doa ini.

Aspek-aspek seperti yang tertera di atas memperlihatkan bahwa dalam sebuah konteks, devosi

lahir sebagai sebuah tindakan sosial, yang mendorong orang-orang untuk terus terlibat dalam

bebagai praktek-praktek devosi di dalam kelompok-kelompok persekutuan doa.

B. Devosi sebagai bentuk pengobatan frustasi

Dalam teori Freud tentang motivasi beragama, rasa frustrasi menjadi salah satu alasan orang-

orang akan bersikap religius. Jika manusia gagal dalam memperoleh kebutuhan yang

dinginkannya seperti rasa cinta, kebutuhan duniawi, rasa hormat, penghargaan dll. Tetapi karena

gagal mendapatkan hal tersebut maka manusia akan mengarahkan keinginannya kepada Tuhan.19

Manusia mengarahkan diri mereka kepada Tuhan, selalu berkaitan dengan pengalaman

religius yang dimiliki oleh masing-masing orang. William James mengatakan bahwa

pengalaman-pengalaman keagamaan ini sebagai jenis pengalaman mistik.20

Relasi antara

individu dengan yang diyakini mereka sebagai yang ilahi melahirkan sebuah pengalaman

keagamaan. Dalam individu ini terdapat terdapat keyakinan tentang yang Ilahi yang dijadikan

sebagai pusat perhatian.21

Gagasan utama tentang sifat-sifat yang melekat pada yang Ilahi ini

adalah kesucian, keadilan, kemurahan, kemahatauan, pemberi ampun dll. Perenungan akan yang

19

Nico Syukur Dister, Pengalaman dan Motivasi Beragama, (Yogyakarta: Kanisius, 1992)74 20

Frank G. Goble, Mazhab Ketiga, (Yogyakarta: Kanisius, 2013) 101 21

Komarudin, Pengalaman bersua Tuhan : perspektif William James dan Al-Gazali (Semarang: IAIN

Walisongo no. 2)473

Page 18: BAB IV Kajian Sosio-teologis terhadap Praktek Devosi ......56 BAB IV Kajian Sosio-teologis terhadap Praktek Devosi Kelompok Persekutuan doa di jemaat GMIT Maranatha Soe. 4.1.Kajian

73

Ilahi ini mebawa suatu pengaruh kepada penganutnya. Pandangan mengenai realitas sangat

melekat kuat terhadap kehidupan manusia oleh karena manusia terpolarisasi dengan keberadaan-

keberadaan yang diyakini.22

Objek pikiran seperti di atas memberikan suatu kesadaran kepada

manusia tentang suatu realitas atau sebuah penerapan tentang sesuatu yang mendalam dari

sebuah pengindraan. Perasaan akan kehadiran ini merupakan sebuah pondasi bagi sebuah

pengalaman religius. Manusia merasakan kehadiran Tuhan secara positif, dan kehidupannya

dirasakan semakin selaras. Dengan hukum-hukum Tuhan. Hubungan yang intim antara manusia

dengan Tuhan sebagai sebuah realitas suci sangat dirasakan menguasai dan meyelimuti dirinya.

James menyebut hal ini sebagai pengalaman nonrasional yang menyakinkan.23

Bagi James,

sebuah pengalaman religius berakar pada keadaan mistis suatu konversi. Dasar yang paling

sederhana dari sebuah pengalaman mistis adalah sebuah perasaan yang mendalam akan

signifikansi aksioma.24

Kepercayaan yang begitu kuat dalam masyarakat tentang sebuah pribadi

yang dianggap sebagai sebuah pribadi yang mulia yang sanggup untuk melakukan segalanya

membuat orang-orang akan berusaha mendekati pribadi yang dianggap sangat suci tersebut. Cara

pendekatan inilah dilakukan dengan berbagai bentuk-bentuk praktik devosi. Dengan tujuan untuk

pengobatan rasa frustasi semata.

Bagi Freud, hal yang menyebabkan frustasi sosial adalah faktor-faktor yang melekat pada

kodrat manusia, sehingga masyarakat tanpa kelas tidak bisa menghilangkan frustasi sosial.

Manusia selalu ingin mengejar kepuasan dan kebebasan dari belenggu aturan dalam masyarakat.

Tetapi kebebasan yang diberikan hanya sangat terbatas, disinilah terjadi pemberontakan.

Pemberontakan yang dilakukan oleh individu tidak berhasil sehingga individu akan mencari

22

James William, The Varieties of Religious Experience: Pengalaman-pengalaman Religius, (Yogyakarta:

IRCiSoD, 2015) 64 23

Komarudin, Pengalaman bersua …… 474 24

William, The Varieties …. 367-368

Page 19: BAB IV Kajian Sosio-teologis terhadap Praktek Devosi ......56 BAB IV Kajian Sosio-teologis terhadap Praktek Devosi Kelompok Persekutuan doa di jemaat GMIT Maranatha Soe. 4.1.Kajian

74

kompesansi untuk perdamaian antara individu dengan masyarakat di akhirat. Karena di surgalah

terdapat keharmonisan antara individu dan masyarakat. Sehingga bagi Freud sangat mustahil

untuk memperdamaikan manusia dengan masyarakat.25

Dalam pengertian ini bahwa

pemberontakan akan aturan-aturan yang berlaku akan mengakibatkan orang-orang akan bersikap

religius. Dalam sejarahnya, devosi lahir dari pemberontakan-pemberontakan masyarakat tentang

kekakuan lutrgi dan klekarisasi liturgy (liturgi menjadi urusan dari imam).

Dalam konteks Gereja Katolik devosi lahir dari konteks dimana Umat menjadi sangat

terasing dengan liturgi resmi oleh karena liturgi menjadi urusan kaum klerus dan umat tidak tahu

mengenai perayaan liturgi yang sedang dijalankan. Umat-umat tidak memahami makna-makna

dan bahasa liturgi. Keterasingan umat inilah yang menyebabkan kerinduan mereka akan bentuk-

bentuk pengungkapan iman yang lebih mudah, sederhana dan memuaskan kebutuhan afeksi

mereka. Disinilah maka mulai lahir berbagai pratek devosi yakni doa dan ungkapan religius umat

seperti doa litany, jalan salib, Rosario dll.26

Sedangkan dalam tradisi Gereja reformasi ulah

kesalehan ini muncul karena kemerosotan moral di Jerman sebagai akibat perang 30 tahun

(1618-1648). Perang ini merupakan perang antara penganut Katolik dan Reformasi. Ketika

peperangan terjadi, Gereja Lutheran sangat bergantung kepada pemerintah. Sehingga pada

konteks itu Gereja mulai diperalat oleh pemerintahan. Raja-raja yang berada di Gereja Lutheran

umumnya tidak bisa dibanggakan karena mereka tidak segan-segan menggunakan kekerasan

dengan alasan kepentingan Tuhan. Kehidupan para pendeta juga diperalat oleh pemeritah untuk

menyampaikan peraturan-peraturan pemerintah lewat mimbar.27

Dalam konteks lain kekecewaan

terhadap pelayanan firman dalam Gereja yang bersifat intelektualitas. Cara ibadah seperti ini

dikecam secara keras oleh para pengikut gerakan Pietisme. Karena bagi mereka belum cukup

25

Dister, Pengalaman dan Motivasi … 87 26

Martasudijta, pengantar liturgi…144 27

Hale, Jujur terhadap…. 6

Page 20: BAB IV Kajian Sosio-teologis terhadap Praktek Devosi ......56 BAB IV Kajian Sosio-teologis terhadap Praktek Devosi Kelompok Persekutuan doa di jemaat GMIT Maranatha Soe. 4.1.Kajian

75

jika Gereja hanya mengajarkan ajaran-ajaran dogmatik. Para penganut gerakan ini menyadari

bahwa pelayanan firman merupakan konsumsi yang memuaskan bagi akal budi tetapi di lain sisi

tidak meberikan suatu rezeki bagi batin manusia.28

Devosi dalam konteks ini muncul sebagai

bentuk perlawanan terhadap aturan-aturan yang berlaku dalam Gereja yang dianggap oleh

sebagian orang tidak memberikan kebebasan bagi mereka untuk mengekspresikan apa yang

menjadi tuntutan kebutuhan rohani mereka.

Salah satu ciri dari kelompok-kelompok persekutuan doa ini adalah dalam kelompok-

kelompok doa ini ibadahnya begitu santai dan hidup. Perenungan firman Tuhan tidak hanya

dibawakan oleh satu orang, melainkan setiap orang bisa berbicara. Terdapat kesempatan bagi

orang-orang untuk menceritakan pengalaman mereka tentang yang percaya kepada Yesus.

Dalam pujia-pujian biasanya tidak hanya mulut yang bernyanyi tetapi diikuti oleh gerakan-

gerakan tubuh seperti tepuk tangan dan goyangan badan. Sangat berbeda dengan yang ibadah-

ibadah dalam Gereja yang sangat begitu kaku.29

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa

orang yang terlibat dalam persekutuan doa, bagi mereka mengikuti kegiatan persekutuan doa

lebih membebaskan mereka untuk mengungkapkan apa yang menjadi keingingan mereka. Sangat

berbeda dengan Gereja yang terlihat begitu kaku. Frustasi sosial dalam konteks persekutuan doa

ini sangat berkaitan dengan kepuasan rohani. Dalam tata aturan Gereja, liturgi yang terkesan

kaku dan menjadi otoritas dari para pemimpin agama menjadikan orang-orang tidak mengalami

sebuah kepuasan rohani. Kepuasan rohani ini akan diekspresikan lewat berbagai devosi yang

dijalankan dalam kelompok-kelompok doa.

Selain karena faktor sosial di atas frustasi juga datang dari tatanan moral. Bagi Freud tatanan

moral ini adalah rasa bersalah. Menurut Freud berbagai praktik dalam agama dipakai sebagai

28

Hartono, Pietisme di Eropa,…. 18 29

Timo, Aku Memahami ….150

Page 21: BAB IV Kajian Sosio-teologis terhadap Praktek Devosi ......56 BAB IV Kajian Sosio-teologis terhadap Praktek Devosi Kelompok Persekutuan doa di jemaat GMIT Maranatha Soe. 4.1.Kajian

76

wahana untuk menyebuhkan orang-orang dari rasa bersalah. Agama menjadi pemecah bagi

kesulitan yang dialami. Ketika orang-orang tersebut mengakui akan kesalahan mereka di depan

anggota-anggotanya, maka ia akan terlepas dari beban. Fungsi agama disini menjadi alat

pengampun dan sarana rehabilitasi.30

Dalam kelompok-kelompok persekutuan doa, devosi

menjadi sarana bagi kelompok-kelompok persekutuan doa agar bisa terlepas dri rasa bersalah.

Praktik-praktik untuk menebus rasa bersalah ini biasanya disebut sebagai doa kelepasan atau

dalam istilah tradisonal dikenal dengan nama naketi. Seperti yang sudah dijelaskan dalam bab

tiga bahwa praktek naketi sebenarnya sebuah praktek yang diadopsi dari budaya timor. Ketika

seseorang mengalami sebuah masalah maka ia akan datang kepada kelompok-kelompok

persekutuan doa untuk didoakan secara khusus. Sebelum doa dilaksanakan, maka terlebih dahulu

orang tersebut harus mengakui akan segala dosanya. Setelah didoakan maka orang tersebut akan

terlepas dari masalahnya.

Fakta unik yang terjadi di dalam kelompok-kelompok doa ini bahwa untuk mengakui akan

segala kesalahan orang-orang, kelompok-kelompok persekutuan doa ini menjadi tempat yang

lebih laris dibanding dengan mereka berpegian ke Gereja untuk mengakui dosa. Hal ini mungkin

berkaitan pilihan rasional seseorang. Kelompok-kelompok persekutuan doa ini menawarkan

sesuatu yang tidak bisa ditemukan dalam Gereja, seperti penglihatan-penglihatan terhadap

sesuatu. Dalam kelompok-kelompok persekutuan doa, biasanya terdapat orang-orang yang

dipercaya mempunyai karunia khusus untuk mendapatkan penglihatan. Penglihatan ini bisa

berkaitan dengan apa yang menjadi penyebab sehingga orang-orang terus mendapatkan masalah,

atau penglihatan tentang apa yang harus dilakukan oleh seseorang dalam menghadapi sebuah

masalah. Hal ini menjadi dayatarik tersendiri bagi orang-orang untuk terlibat dalam kelompok

persekutuan doa.

30

Dister, Pengalaman dan Motivasi ….92

Page 22: BAB IV Kajian Sosio-teologis terhadap Praktek Devosi ......56 BAB IV Kajian Sosio-teologis terhadap Praktek Devosi Kelompok Persekutuan doa di jemaat GMIT Maranatha Soe. 4.1.Kajian

77

Bagi Freud frustasi juga bisa datang karena maut. Bagi Freud, agar manusia bisa terlepas dari

cengkraman maut, maka manusia akan menciptakan tokoh yang dianggap sebagai tokoh yang

paling Ilahi yang bisa menyelamatkan manusia dari maut. Hal ini juga dungkapkan oleh Carl

Jung bahwa agama menjadi obat yang manjur untuk mengobati depresi oleh karena pandangan

bahwa iman kepada Tuhan akan membawa manusia kepada kehidupan yang kekal.31

Rasa

Frustasi karena maut menuntun orang-orang menjadi religius. Bagi Y. B. Haryono, salah satu

kebutuhan rohani masyarakat tradisional dalam melakukan devosi adalah agar dapat sembuh dari

sakit penyakit.32

Harapan akan kesembuhan merupakan salah satu bagian dari rasa frustasi akan

maut yang menanti. Hal ini yang mendorong orang-orang akan berpikir tentang Tuhan. Sosok

Tuhan akan dipahami sebagai sosok yang mampu untuk menyelamatkan mereka dari maut.

Frustasi akan maut ini juga banyak mengahantui orang-orang yang terlibat dalam kelompok-

kelompok persekutuan doa. Harapan akan kesembuhan juga datang ketika orang-orang ini mulai

masuk dalam berbagai praktik-praktik religius. Berdoa, berpuasa untuk memohon kesembuhan

yang datang dari Tuhan. Beberapa orang yang terlibat dalam kelompok persekutuan mengaku

bahwa keterlibatan mereka dalam kelompok-kelompok persekutuan doa ini karena mereka

pernah mengalami trauma karena sakit penyakit. Ketakutan akan maut mendorong mereka untuk

mencari cara agar terlepas dari maut. Cara-cara yang ditawarkan oleh kelompok-kelompok doa

ini adalah dengan melakukan berbagai praktik devosi seperti berdoa, berpuasa dll. Bagi mereka

mendekatkan diri dengan Tuhan maka orang-orang akan memperoleh keselamatan.

Hal diatas menunjukan bahwa ada orang-orang yang terlibat dalam suatu proses aktualisasi

diri dalam kehidupan masyarakat untuk mendapatkan sesuatu yang belum mereka dapatkan, jika

hal-hal tersebut tidak bisa didapatkan maka dalam konteks ini frustrasi mulai bermunculan..

31

Dister, Pengalaman dan Motivasi ….94 32

Haryono, Devosi-devosi…78

Page 23: BAB IV Kajian Sosio-teologis terhadap Praktek Devosi ......56 BAB IV Kajian Sosio-teologis terhadap Praktek Devosi Kelompok Persekutuan doa di jemaat GMIT Maranatha Soe. 4.1.Kajian

78

Berbagai Pergumulan mereka sehingga masuk ke dalam praktek-praktek devosi ini lebih banyak

berkaitan dengan persoalan untuk terlepas dari berbagai beban penyakit yang sudah tidak

sanggup lagi untuk di obati atau persoalan dengan pekerjaan mereka. Hal inilah yang

menyebabkan mengapa devosi-devosi yang di praktekan dalam kehidupan kelompok-kelompok

persekutuan doa ini begitu laku karena devosi dianggap sebagai sebuah jalan keluar bagi

permasalahan mereka.

c. Devosi sebagai pijakan berpolitik

Ada kecendrungan kesalahan dalam penggunaan praktek-praktek devosi ini. Salah satu hal

yang menjadi perhatian utama juga adalah penggunaan devosi sebagai batu loncatan berpolitik di

kota Soe. Dalam beberapa kesempatan, kelompok-kelompok persekutuan doa ini sering di

datangi oleh berbagai politisi dengan bermacam-macam alasan. Dalam beberapa wawancara, ada

sebagian politisi yang dengan sengaja datang dan terlibat dalam berbagai kegiatan-kegiatan

persekutuan doa. Tetapi ketika mereka sudah terpilih menjadi anggota dewan mereka malah

meninggalkan kegiatan dalam kelompok-kelompok doa. Terdapat juga beberapa politisi yang

dengan sengaja membuat kelompok-kelompok doa dalam lingkup pemerintahan mereka.33

Beberapa Politisi juga pernah terjerat kasus korupsi dan mereka datang kepada kelompok-

kelompok persekutuan doa untuk di doakan dan memohon agar mendapatkan petunjuk supaya

terlepas dari masalah yang menjerat mereka.34

Permasalahan-permasalahan diatas menunjukan bahwa devosi sebagai salah satu cara

masyarakat untuk mendekatkan diri terhadap Tuhan justru dipakai sebagai pijakan berpolitik

bagi beberapa politisi. Kelompok-kelompok ini didekati mengingat begitu banyak masyarakat

33

Wawancara dengan Ibu Marselina amtiran, 6 September 2017 34

Wawancara dengan Ibu Emi Kolnel, 2 September 2017

Page 24: BAB IV Kajian Sosio-teologis terhadap Praktek Devosi ......56 BAB IV Kajian Sosio-teologis terhadap Praktek Devosi Kelompok Persekutuan doa di jemaat GMIT Maranatha Soe. 4.1.Kajian

79

yang terlibat dalam kelompok persekutuan. Perkataan dari ketua-ketua kelompok persekutuan

doa biasanya menjadi tuntunan bagi orang-orang dalam bertindak. Hal inilah yang betul-betul

dimanfaatkan oleh para politisi dengan menggunakan kelompok-kelompok persekutuan doa.

Kedekatan dengan Tuhan dalam berbagai praktik devosi menjadi salah untuk diartikan. Bukan

aspek kedekatan yang menjadi tujuan utama, tetapi kebutuhan fisik semata menjadi tujuan utama

dalam melakukan devosi.

Dalam ilmu psikologi keadaan frustasi membuat orang-orang untuk berlaku religius agar

mengobati segala rasa frustasi. Kebutuhan biasanya diarahkan kepada obyek-obyek duniawi

seperti harta benda, hormat, penghargaan, rasa cinta. Namun kepuasan-kepuasan yang diinginkan

tidak tidak terpenuhi. Oleh karena itulah untuk memenuhi rasa keinginan itu, maka orang-orang

akan mengarahkan keinginannya kepada Tuhan untuk mendapatkan pemenuhan kebutuhan dari

Tuhan. Agama hanya dipraktekan sebagai pemuasaan akan kebutuhan mereka. selama agama

bisa menjadi pemuas bagi seseorang maka orang tersebut akan mempergunakan agama, tetapi

ketika agama tersebut tidak lagi memuaskan maka orang tersebut akan meninggalkan agama35

Berbagai upaya yang dilakukan oleh para politisi untuk berdevosi merupakan sebuah bentuk

frustasi. Frustasi ini berkaitan dengan kekalahan jika tidak terpilih dalam pemilihan umum.

Dalam pikiran ini maka para politisi yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan persekutuan doa

sebenarnya hanya ingin memuaskan apa yang menjadi hasrat mereka yaitu kekuasaan. Demi

kekuasaan maka upaya-upaya untuk memuaskan kebutuhan mereka ini dilakukan. Seperti

ungkapan dari beberapa kelompok persekutuan doa bahwa, beberapa anggota dewan malah tidak

terlibat aktif setelah terpilih menjadi anggota dewan. Devosi yang dilakukan menjadi pemuas

kebutuhan semata bagi beberapa kalangan tertentu.

35

Dister, Pengalaman….74