bab ii tinjauan teoritis a. gambaran umum perkebunan...
TRANSCRIPT
10
Delly Yohanna Tumanggor, 2012 Dampak Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Pt Perkebunan Nusantara Iv Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Gambaran Umum Perkebunan
1. Pengertian Perkebunan
Selanjutnya perkebunan juga memiliki pengertian yang bervariasi tergantung
kepada aspek apa yang akan dikelompokkan, apakah akan lebih menekankan
kepada fungsinya, pengelolaan, atau produk yang dihasilkan. Hal ini sebagaimana
yang diungkapkan oleh Bahri (1966:521) mengenai perkebunan :
Perkebunan berdasarkan fungsinya dapat diartikan sebagai usaha untuk
menciptakan lapangan kerja, peningkatan pendekatan serta devisa negara dan
pemeliharaan sumberdaya alam. Berdasarkan pengelolaannya perkebunan dapat
dibagi menjadi perkebunan rakyat, perkebunan besar, perkebunan Perusahaan Inti
Rakyat (PIR) dan Unit Pelaksanaan Proyek (UPP). Perkebunan berdasarkan
produknya dapat diartikan sebagai usaha budidaya tanaman yang ditujukan untuk
menghasilkan bahan industri (misalnya tebu, teh, kopi, dan kayu manis).
Dari macam-macam pengertian perkebunan diatas dapat disimpulkan bahwa
perkebunan adalah budidaya tanaman pangan maupun non pangan yang berfungsi
untuk menyerap tenaga kerja, meningkatkan pendapatan, menghasilkan devisa
negara, pemeliharaan sumberdaya alam yang dilakukan baik oleh rakyat maupun
oleh perusahaan (perkebunan besar).
2. Macam-macam Usaha Perkebunan
Perkebunan merupakan salah satu bidang usaha yang dilakukan oleh
masyarakat Indonesia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Adapun pengertian
10
11
Delly Yohanna Tumanggor, 2012 Dampak Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Pt Perkebunan Nusantara Iv Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
macam-macam usaha perkebunan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian
No. 325/Kpts/Um/1982 (Rahardi dkk, 1995: 20-21) yakni :
Perusahaan perkebunan adalah usaha budidaya tanaman perkebunan yang
dilaksanakan di atas lahan Hak Guna Usaha (HGU). Perusahaan perkebunan
terdiri dari perkebunan besar dan perkebunan selain perkebunan besar.
Perkebunan besar adalah perusahaan perkebunan yang lahannya seluas 25 hektar
atau lebih dan diusahakan oleh Badan Hukum Indonesia (BHI). Perkebunan besar
ini dapat dikelola secara sendiri atau bentuk kerjasama yang saling
menguntungkan dengan perkebunan rakyat, atau dengan perusahaan perkebunan
di luar perkebunan besar dengan pola PIR maupun dengan pola lainnya.
Perusahaan perkebunan di luar perkebunan besar dapat diusahakan oleh
perseorangan (Warga Negara Indonesia) atau Badan Hukum Indonesia.
Perkebunan rakyat merupakan usaha budidaya tanaman perkebunan yang
diusahakan tidak di atas lahan HGU.
Berdasarkan jenis usaha perkebunan di atas pengelolaan perkebunan ada yang
diusahakan oleh rakyat dalam bentuk perkebunan rakyat dan oleh perusahaan
perkebunan. Perbedaan antara perkebunan rakyat dan perusahaan perkebunan
(perkebunan besar) terletak pada luas lahan yang digunakan dan adanya hak
pengelolaan lahan yang disebut dengan lahan hak Guna Usaha (HGU). Terkait
dengan hak guna usaha sebenarnya hak ini merupakan perubahan dari
pengundangan Hukum Agraria pada tahun 1870 pada masa pemerintahan kolonial
Belanda. Di dalam Hukum Agraria tersebut ada hak-hak bagi pemegang modal
baik berasal dari negara Belanda maupun dari negara Eropa Barat lainnya. Hak-
hak tersebut dikenal dengan nama hak erfpacth yang meliputi jangka waktu
maksimum75 tahun dengan luas maksimum 360 hektar. Selain erfpacth adapula
hak postal yaitu hak untuk mendirikan bangunan pabrik dan hak eigendom
terutama untuk rumah-rumah tempat tinggal. Rumah terdiri dari rumah pegawai,
buruh, dan pimpinan perkebunan beserta pabrik yang berada dalam satu kawasan
12
Delly Yohanna Tumanggor, 2012 Dampak Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Pt Perkebunan Nusantara Iv Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
yang disebut estate. Kemudian UU Agraria pada tahun 1870 dirubah oleh
pemerintah Indonesia dengan Undang-Undang Pokok Agraria 1961 yang
merubah erfpacth menjadi hak guna usaha dan hak opstal menjadi hak guna
bangunan masing-masing maksimum 10 tahun. Berkaitan dengan hak eigendom
sampai sekarang masih tetap diberlakukan, hal ini dapat diidentifikasi dengan
tetap beradanya rumah pegawai, buruh dan pimpinan perkebunan dalam satu
kawasan (Mubyanto,1991:18-20).
Perusahaan perkebunan di Indonesia sebagian besar merupakan milik negara
Belanda yang dulunya merupakan perkebunan bekas modal yang telah dibeli oleh
pemerintah Indonesia. Salah satu perusahaan perkebunan yang berstatus BUMN
adalah PT. Perkebunan Nusantara IV yang dibentuk berdasarkan PP RI NO, 09
Tahun 1996 yang berkantor pusat dikota Medan.
B. Gambaran Umum Kelapa Sawit
1. Kelapa Sawit
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman industri penghasil
minyak masak, minyak industri dan bahan bakar (biodiesel). Selain itu, kelapa
sawit juga merupakan bahan baku untuk industri sabun, industri lilin, industri
pembuatan lembaran-lembaran timah dan industri kosmetik. Produktivitas dari
perkebunan kelapa sawit menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan
dan perkebunan yang sudah lama terbengkalai dikonversi menjadi perkebunan
kelapa sawit.
a. Ekologi Kelapa Sawit
13
Delly Yohanna Tumanggor, 2012 Dampak Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Pt Perkebunan Nusantara Iv Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
Daerah pengembangan kelapa sawit yang sesuai berada pada 150
LU - 150
LS.
Ketinggian tanaman kelapa sawit yang ideal berkisar antara 0 - 1500 m dpl.
Kelapa sawit menghendaki curah hujan sebesar 1500 - 4000 mm/tahun. Suhu
optimum untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 29 - 300
C. intensitas penyinaran
matahari sekitar 5 - 7 jam/hari. Kelembaban optimum yang ideal sekitar 80 - 90%.
Kecepatan angin 5 - 6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan. Kelapa sawit
dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu, Alluvial
atau Regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai. Nilai pH
(tingkat keasaman) yang optimum adalah 5,0-5,5. Kelapa sawit menghendaki
tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase (beririgasi) baik dan memiliki
lapisan solum yang cukup dalam dalam (80 cm) tanpa lapisan padas. Kondisi
topografi tanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 150.
b. Varietas Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit termasuk ke dalam family palmae, subkelas
Monocotyledoneae. Dikenal banyak jenis varietas kelapa sawit. Varietas-varietas
tersebut dapat dibedakan berdasarkan morfologinya. Namun, diantara varietas
tersebut terdapat varietas unggul yang mempunyai beberapa keistimewaan
dibandingkan dengan varietas lainya, diantaranya tahan terhadap hama dan
penyakit, produksi tinggi, serta kandungan minyak yang dihasilkan tinggi.
Berikut ini beberapa jenis varietas yang banyak digunakan oleh para petani
dan perkebunan kelapa sawit :
- Varietas berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah
14
Delly Yohanna Tumanggor, 2012 Dampak Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Pt Perkebunan Nusantara Iv Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, beberapa varietas
kelapa sawit yang banyak digunakan para petani dan perkebunan kelapa sawit di
Indonesia diantaranya Dura, Psifera, Tenera. (Yan Fauzi,2002).
Tabel 2.1
Karakteristik Kelapa Sawit Varietas Dura,
Tenera dan Pisifera
Kriteria Dura Tenera Pisifera
Ketebalan Cangkang (mm) 2-5 mm Tidak ada 1-2,5 mm
Persentase cangkang (buah) 20-50 % N.A. 3-20 %
Persentase mesokarp (daging buah) 20-65 % 90-92 % 60-90 %
Persentase inti buah 4-20 % 3-8 % 3-15 %
Kadar minyak rendah tinggi sedang
(Lubis dan Widanarko, 2011)
- Varietas berdasarkan warna kulit
Berdasarkan warna buah dikenal ada 3 tipe yaitu : Nigrescens, Viriscens dan
Albescens. Karakteristik jenis varietas berdasarkan warna kulit dapat terlihat dari
buah yang masih muda sampai buah yang sudah masak.
Tabel 2.2
Karakteristik Kelapa Sawit Berdasarkan Warna Kulit
Varietas Warna Buah
Muda Warna Buah Masak
Nigrescens Ungu kehitam-
hitaman
Jingga kehitam-
hitaman
Viriscens Hijau
Jingga kemerah-
merahan, tetapi ujung
buah tetap hijau
15
Delly Yohanna Tumanggor, 2012 Dampak Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Pt Perkebunan Nusantara Iv Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
Albescens Keputih-putihan
Kekuning-kuningan
dan ujungnya ungu
kehitaman
- Varietas unggul
Pada saat ini, telah dikenal beberapa varietas unggul kelapa sawit yang
dianjurkan untuk ditanam di perkebunan. Varietas-varietas unggul tersebut
dihasilkan melalui hibridisasi atau persilangan buatan antara varietas Dura sebagai induk betina
dengan varietas pisifera sebagai induk jantan. Terbukti dari hasil pengujian yang dilakukan
selama bertahun-tahun, bahwa varietas-varietas tersebut mempunyai kuwalitas dan kuantitas
yang lebih baik dibandingkan varietas lainnya.
2. Fisiologi Kelapa Sawit
Menurut Benediktus Sihotang, (2010) tanaman kelapa sawit memiliki ciri-ciri
morfologi sebagai berikut :
a. Akar
Tanaman kelapa sawit termasuk ke dalam tanaman berbiji satu (monokotil)
yang memiliki akar serabut. Perakaran kelapa sawit yang telah terbentuk
sempurna umumnya memiliki akar primer dengan diameter 5-10 mm, akar
sekunder 2-4 mm, akar tersier 1-2 mm, dan akar kuartener 0,1-0,3 mm. akar yang
paling aktif menyerap air dan unsur hara adalah akar tersier dan kuartener yang
berada di kedalaman 0-60 cm dengan jarak 2-3 meter dari pangkal pohon.
b. Batang
16
Delly Yohanna Tumanggor, 2012 Dampak Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Pt Perkebunan Nusantara Iv Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
Tanaman kelapa sawit memiliki batang lurus, melawan arus gravitasi bumi,
dan dapat berbelok jika tanaman tumbang. Tinggi batang bertambah sekitar 45
cm/tahun. Dalam kondisi lingkungan yang sesuai, pertambahan tinggi dapat
mencapai 100 cm/tahun. Pada saat tanaman berumur 25 tahun, tinggi batang
kelapa sawit dapat mencapai 13-18 meter.
Batang kelapa sawit berbentuk slinder dengan diameter sekitar 10 cm pada
tanaman muda hingga 75 cm pada tanaman tua. Bagian bawah batang memiliki
diameter lebih besar 10-20% dari batang bagian atas. Pangkal pelepah kelapa
sawit mulai rontok pada umur 15 tahun. Namun, untuk spesies tertentu, spesies
varietas dura, kerontokan pelepahnya mulai saat tanaman berumur 10 tahun.
c. Daun
Daun merupakan pusat produksi energi dan bahan makanan bagi tanaman.
Bentuk daun, jumlah daun, dan susunannya sangat berpengaruh pada luas
tangkapan sinar matahari untuk diproses menjadi energi. Pada saat kecambah,
bakal daun pertama yang muncul membelah menjadi dua helai daun pada umur
satu bulan. Seiring bertambahnya daun, anak daun mulai membelah pada umur 3-
4 bulan sehingga terbentuk daun sempurna. Pada bagian pangkal pelepah terdapat
duri (spine). Awalnya, spine merupakan barisan seludang yang gagal membentuk
daun sehingga menyempit dan membentuk duri.
Daun kedua dihitung sesuai susunan spiral atau pola susunan daun
(filotaksis). Pola spiral ini dihitung dari titik tumbuh mengikut sudut divergen
yang besarnya 137,50
(sudut fibonacci). Pola spiral ini dapat berubah spiral kanan
17
Delly Yohanna Tumanggor, 2012 Dampak Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Pt Perkebunan Nusantara Iv Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
atau spiral kiri, tergantung pada genetic tanaman. Pola ini tidak mempengaruhi
produktivitas atau kecepatan tumbuh kelapa sawit.
d. Bunga
Tanaman kelapa sawit mulai berbunga pada umur 2,5 tahun, tetapi umumnya
bunga tersebut gugur pada fase awal pertumbuhan generatifnya. Bunga sawit
muncul dari ketiak daun yang disebut infloresen (bunga majemuk). Bakal bunga
tersebut dapat berkembang menjadi bunga jantan atau bunga betina tergantung
pada kondisi tanaman. Namun, tidak jarang juga organ betina (gynoecium) dapat
berkembang bersama-sama dengan organ jantan (androecium) dan menghasilkan
organ hermaprodit. Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu jenis tanaman
berumah satu. Rangkaian bunga jantan terpisah dengan rangkaian bunga betina.
Umumnya tanaman kelapa sawit melakukan penyerbukan silang.
e. Buah
Buah kelapa sawit digolongkan sebagai buah drupe. Susunan buah kelapa
sawit yaitu daging buah yang terbungkus oleh kulit, mesocarp, dan cangkang yang
membungkus 1-4 inti atau kernel. Sementara itu, inti memiliki testa (kuli),
endosperm, dan sebuah embrio.
Tandan kelapa sawit terdiri dua ribu buah sawit dengan tingkat kematanga
yang bervariasi. Secara praktis, tandan yang dianggap matang atau layak panen
dicirikkan dengan tanda berwarna merah jingga yang menandakan adanya
kandungan karotena. Buah yang masih muda berwarna hijau pucat, semakin tua
warnanya berubah menjadi hijau hitam hingga kuning. Sementara itu buah sawit
yang masih mentah berwarna hitam.
18
Delly Yohanna Tumanggor, 2012 Dampak Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Pt Perkebunan Nusantara Iv Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
f. Biji
Biji kelapa sawit memiliki ukuran dan bobot yang berbeda untuk setiap
jenisnya. Umumnya, biji kelapa sawit memiliki waktu dorman. Perkecambahan
bisa berlangsung dari enam bulan dengan tingkat keberhasilan 50%.
3. Produksi Kelapa Sawit
Menurut Kiswanto dkk, (2008:8-17) tanaman kelapa sawit memiliki ciri-ciri
morfologi sebagai berikut:
a. Pembibitan
Pembibitan merupakan awal kegiatan lapangan yang harus dimulai paling
lambat satu tahun sebelum penanaman di lapangan. Lokasi pembibitan harus
mendapat perhatian, terutama hal-hal sebagai berikut:
- Dekat dengan sumber air
- Bebas genangan air atau banjir
- Dekat dari pengawasan, mudah dikunjungi
- Tidak jauh dari areal yang akan ditanami
- Tidak terlalu jauh dengan sumber tanah (top soil) untuk mengisi polybag.
Pada dasarnya dikenal dua sistem pembibitan yaitu sistem pembibitan ganda
(double stage system) dan sistem pembibitan tunggal (single stage system).
Kegiatan pada proses pembibitan meliputi:
19
Delly Yohanna Tumanggor, 2012 Dampak Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Pt Perkebunan Nusantara Iv Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
- Pembuatan pembibitan awal (0 – 3 bulan), meliputi pekerjaan : persiapan lahan dan
perataan lahan, pengadaan alat dan bahan, pembuatan naungan, pembuatan
jaringan irigasi dan penanaman.
- Pembuatan pembibitan utama (3 – 9 bulan), meliputi pekerjaan : persiapan lahan
dan perataan lahan, pengadaan alat dan bahan, pemindahan tanaman dari plastik
kecil ke plastik besar, pengaturan jarak, dll.
- Pemeliharaan tanaman meliputi : pemupukan, penyiraman, pengendalian hama
penyakit, penyiangan gulma, dan seleksi bibit.
b. Pembukaan lahan dan penyiapan lahan
Dalam pembukaan areal perkebunan yang perlu diperhatikan adalah tetap
terjaganya lapisan olah tanah. Metode pembukaan lahan yang sebaiknya
dilakukan adalah pembukaan lahan tanpa bakar. Pemerintah telah mengeluarkan
SK Dirjen Perkebunan No. 38 tahun 1995, tentang pelarangan membakar hutan.
Selain itu alasan menggunakan metode ini adalah:
- mempertahankan kesuburan tanah
- menjamin pengembalian unsur hara
- mencegah erosi permukaan tanah
- membantu pelestarian lingkungan
Tahapan untuk pembukaan lahan adalah sebagai berikut : membabat rintisan,
mengimas, menebang, merancek, membuat pancang kepala dan membersihkan
jalur. Sedangkan tahapan untuk penyiapan lahan adalah : pembuatan teras dan
pembuatan benteng (tanggul) sinambung dan rorak. Pembuatan saluran drainase,
20
Delly Yohanna Tumanggor, 2012 Dampak Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Pt Perkebunan Nusantara Iv Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
penanaman tanaman penutup tanah (cover crop), dan pembuatan jalan
transportasi.
c. Penanaman
Penanaman di lapangan sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan atau
pada bulan Oktober sampai Februari. Tahapan pekerjaan penanaman adalah
sebagai berikut:
- Penentuan Pola Tanaman
- Pembuatan Lubang Tanam
- Cara Penanaman
Kelapa sawit ditanam pada awal musim hujan, atau setelah turun hujan
dengan teratur. Poses penanaman kelapa sawit secara gais besar dapat
disimpulkan sbagai berikut :
a. Lubang tanaman dipupuk dengan pupuk fostat Agrophos 250 g/lubang.
b. Lepaskan plastik polybag dan masukkan bibit.
c. Timbun bibit dengan galian atas tanah, padatkan.
d. Beri mulsa disekitar batan
d. Pemeliharaan tanaman
Tanaman menghasilkan (TM) pada masa TBM (tanaman belum
menghasilkan) merupakan masa pemeliharaan yang banyak memerlukan tenaga
dan biaya, karena pada dasarnya merupakan penyempurnaan dari pembukaan
lahan dan persiapan tanaman, selain itu pada masa ini sangat menentukan
21
Delly Yohanna Tumanggor, 2012 Dampak Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Pt Perkebunan Nusantara Iv Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
keberhasilan pada masa TM. Pekerjaan-pekerjaan dalam pemeliharaan tanaman
TBM adalah sebagai berikut:
- Konsolidasi,
- Pemeliharaan jalan, benteng, teras, parit dan lain-lain,
- Penyulaman,
- Pengendalian gulma,
- Pemupukan
- Pemeliharaan tanaman penutup tanah,
- Kastrasi/ablasi
- Penyerbukan (polinasi),
- Pengendalian hama dan penyakit.
e. Panen dan produksi
- Umur panen
Kelapa sawit berbuah setelah berumur 2,5 tahun dan buahnya masak 5,5
bulan setelah penyerbukan. Kelapa sawit dapat dipanen jika tanaman berumur 31
bulan, sedikitnya 60 % buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan
buah matang panen. Satu tandan beratnya berkisar 10 kg lebih.
- Cara panen
1). Tandan matang dipanen semuanya dengan kriteria 25 - 75 % buah luar
memberondol atau
2). Kurang matang dengan 12,5 - 25 % buah luar memberondol
3). Potong pelepah daun yang menyangga buah
4). Tandan dipotong
22
Delly Yohanna Tumanggor, 2012 Dampak Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Pt Perkebunan Nusantara Iv Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
5). Bertanda di bekas potongan dengan nama atau tanggal panen
6). Tumpuk pelepah daun yang dipotong secara teratur di gawangan dengan cara
ditelungkupkan.
- Periode panen
Panen dilakukan 5 hari dalam seminggu, 2 hari untuk pemeliharaan alat.
Tingkat produksi dipengaruhi kualitas tanaman, kesuburan tanah, keadaan iklim,
umur tanaman, pemeliharaan tanaman dan serangan hama penyakit.
Pada dasarnya, ada dua macam hasil olahan utama tandan buah segar di
pabrik yaitu minyak sawit yang merupakan hasil pengolahan daging buah dan
minyak inti sawit yang dihasilkan dari ekstraksi inti sawit. Secara ringkas, tahap-
tahap proses pengolahan tandan buah segar sampai dihasilkan minyak diuraikan
sebagai berikut:
1. Pengangkutan tandan buah segar ke Pabrik
2. Perebusan tandan buah segar
3. Perontokan dan Pelumatan Buah
4. Pemerasan atau Ekstraksi Minyak Sawit
5. Pemurnian dan Penjernihan Minyak Sawit
6. Pengeringan dan Pemecahan Kulit
7. Pemisahan Inti Sawit dari Tempurung
C. Pemanfaatan Crude Palm Oil dan Crude Palm Ketel Oil Kelapa Sawit
23
Delly Yohanna Tumanggor, 2012 Dampak Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Pt Perkebunan Nusantara Iv Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
Pemanfaatan ini sesuai spesifikasi kebutuhan produk, yang dikemukakan Yan
Fauzi dkk (2012:125) maka dapat diturunkan lagi menjadi :
1. Produk turunan Crude Palm Oil (CPO)
Produk turunan crude palm oil selain minyak goreng kelapa sawit, dapat
dihasilkan Margarine, Shortening, Vanaspati (Vegetable ghee), Ice creams,
Bakery Fats, Instans Noodle, Sabun dan Detergent, Cocoa Butter Extender,
Chocolate dan Coatings, Specialty Fats, Dry Soap Mixes, Sugar Confectionary,
Biskuit Cream Fats, Filled Milk, Lubrication, Textiles Oils dan Bio Diesel.
Khusus untuk biodiesel, permintaan akan produk ini pada beberapa tahun
mendatang akan semakin meningkat, terutama dengan diterapkannya
kebijaksanaan di beberapa negara Eropa dan Jepang untuk menggunakan
renewable energy.
2. Produk Turunan Crude Plam Ketel Oil (CPKO)
Dari produk turunan minyak inti sawit dapat dihasilkan Shortening, Cocoa
Butter Substitute, Specialty Fats, Ice Cream, Coffee Whitener/Cream, Sugar
Confectionary, Biscuit Cream Fats, Filled Mild, Imitation Cream, Sabun,
Detergent, Shampoo dan Kosmetik.
D. Gambaran Umum Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit
1. Pengertian Limbah
Menurut Rohman (2000) “karakteristik limbah dapat dilihat dari jumlah
(banyak limbah), sifat (dinamis atau statis) dan dampak yang diakibatkan dari
24
Delly Yohanna Tumanggor, 2012 Dampak Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Pt Perkebunan Nusantara Iv Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
keberadaan limbah tersebut. Limbah ada yang berbentuk cair, padat, gas, dan
limbah B3 (bahan bahaya beracun)”.
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga) atau lebih dikenal sebagai sampah yang
kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan
karena tidak memiliki nilai ekonomis. Limbah akan berdampak negatif ataupun
positif tergantung bagaimana cara penanganannya. Dengan konsentrasi dan
kuantitas tertentu kehadiran limbah seringkali berdampak negatif terhadap
lingkungan terutama bagi kesehatan manusia sehingga perlu dilakukan
penanganan terhadap limbah.
2.Jenis-Jenis Limbah
Berdasarkan karakteristiknya, limbah dapat digolongkan menjadi 4 macam,
yaitu:
a. Limbah cair
Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang berwujud
cair (PP 82 thn 2001).
b. Limbah padat
Limbah padat berasal dari kegiatan industri dan domestik. Limbah domestik
pada umumnya berbentuk limbah padat rumah tangga, limbah padat kegiatan
25
Delly Yohanna Tumanggor, 2012 Dampak Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Pt Perkebunan Nusantara Iv Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
perdagangan, perkantoran, peternakan, pertanian serta dari tempat-tempat umum.
Jenis-jenis limbah padat: kertas, kayu, kain, karet/kulit tiruan, plastik, metal,
gelas/kaca, organik, bakteri, kulit telur, dll
c. Limbah gas dan partikel
Polusi udara adalah tercemarnya udara oleh berberapa partikulat zat (limbah)
yang mengandung partikel (asap dan jelaga), hidrokarbon, sulfur dioksida,
nitrogen oksida, ozon (asap kabut fotokimiawi), karbon monoksida dan timah.
d. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan
berbahaya atau beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun
tidak langsung, dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup atau
membahayakan kesehatan manusia.Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah
bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak,
sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan
penanganan dan pengolahan khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila
memiliki salah satu atau lebih karakteristik berikut: mudah meledak, mudah
terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lain-
lain, yang bila diuji dengan toksikologi dapat diketahui termasuk limbah B3.
Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dapat diklasifikasikan menjadi:
a) Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada
pemisahan awal dan banyak mengandung biomassa senyawa organik yang stabil
dan mudah menguap
b) Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan flokulasi
26
Delly Yohanna Tumanggor, 2012 Dampak Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Pt Perkebunan Nusantara Iv Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
c) Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dengan
lumpur aktif sehingga banyak mengandung padatan organik berupa lumpur dari
hasil proses tersebut.
d) Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan
digested aerobic maupun anaerobic di mana padatan/lumpur yang dihasilkan
cukup stabil dan banyak mengandung padatan organik.
3. Limbah Kelapa Sawit
Limbah kelapa sawit adalah sisa tanaman kelapa sawit yang tidak termasuk
dalam produk utama atau merupakan hasil ikutan dari proses pengolahan kelapa
sawit
Jumlah limbah kelapa sawit yang dihasilkan tiap pabrik kelapa sawit berbeda-
beda tergantung dari jumlah bahan baku yang digunakan oleh pabrik tersebut dan
juga jumlah produksinya. Menurut Yan Fauzi dkk (2012) pada umumnya dari
setiap ton tandan buah segar yang diolah dapat menghasilkan 140-200 kg crude
palm oil. Pengolahan tersebut juga menghasilkan limbah, antara lain limbah cair,
cangkang sawit, fiber/serabut dan tandan kosong kelapa sawit. Komposisi limbah
yang dihasilkan kelapa sawit dalam perton adalah:
a. Limbah cair 600 – 700 kg
b. Serat dan cangkang sampai 190 kg yang umumnya digunakan sebagai bahan bakar
boiler
c. Tandan kosong kelapa sawit mencapai 230 kg.
Limbah kelapa sawit yang dibiarkan menumpuk begitu saja tanpa perlakuan
apapun akan menimbulkan dampak bagi lingkungan baik polusi udara,
27
Delly Yohanna Tumanggor, 2012 Dampak Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Pt Perkebunan Nusantara Iv Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
pencemaran air dan terhambatnya pertumbuhan tanaman yang nantinya akan
berdampak pada waktu panen tanaman.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa volume limbah
kelapa sawit jauh lebih besar dibandingkan jumlah crude palm oil dan crude palm
ketel oil. Limbah kelapa sawit yang dibiarkan menumpuk begitu saja akan
berdampak terhadap udara (polusi udara), kondisi air (pencemaran air),
petumbuhan tanaman dan juga membutuhkan tempat pembuangan yang luas.
Dengan demikian agar dampak dari keberadaan limbah kelapa sawit tidak meluas
atau lebih parah maka harus dilakukan penanganan yang tepat terhadap limbah
tersebut.
4. Jenis Limbah Kelapa Sawit
Menurut Yan Fauzi (2012:195) berdasarkan tempat pembentukannya, limbah
kelapa sawit dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu limbah perkebunan
kelapa sawit dan limbah industri kelapa sawit.
a. Limbah perkebunan kelapa sawit
Limbah perkebunan kelapa sawit aalah limbah yang dihasilkan dari sisa
tanaman yang tertinggal pada saat pembukaan areal perkebunan, peremajaan, dan
panen kelapa sawit. Jenis limbah ini antara lain kayu, pelepah dan gulma. Dalam
setahun setiap hektar perkebunan kelapa sawit rata-rata menghasilkan limbah
pelepah daun sebanyak 10,4 ton bobot kering.
b. Limbah industri kelapa sawit
28
Delly Yohanna Tumanggor, 2012 Dampak Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Pt Perkebunan Nusantara Iv Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
Limbah industri kelapa sawit adalah limbah yang dihasilkan pada saat proses
pengolahan kelapa sawit. Limbah jenis ini digolongkan dalam tiga jenis yaitu
limbah padat, limbah cair dan limbah gas.
1). Limbah padat
Limbah padat industri kelapa sawit yang dihasilkan dari proses pengolahan
kelapa sawit adalah tandan kosong, serat dan tempurung (cangkang). Limbah
padat tandan kosong kadang – kadang mengandung buah tidak lepas diantara
celah-celah ulir dibagian dalam. Kejadian ini timbul, bila perebusan dan bantingan
yang tidak sempurna sehingga pelepasan buah sangat sulit.
Serat yang merupakan hasil pemisahan dari fibre cyclone mempunyai
kandungan cangkang, minyak dan inti. Kandungan tersebut tergantung pada
proses ekstraksi di screw press dan pemisahan pada fibre cyclone. Tempurung
yang dihasilkan dari kernel plant yaitu shell separator masih mengandung biji
bulat dan inti sawit (Ponten M. Naibaho, 1996).
2). Limbah cair
Limbah cair juga dihasilkan pada proses pengolahan kelapa sawit. Limbah
ini berasal dari kondensat, stasiun klarifikasi, dan dari hidrosiklon. Limbah kelapa
sawit memiliki kadar bahan organik yang tinggi. Tingginya kadar tersebut
menimbulkan beban pencemaran yang besar, karena diperlukan degradasi bahan
organik yang lebih besar pula.
Lumpur (sludge) disebut juga lumpur primer yang berasal dari proses
klarifikasi merupakan salah satu limbah cair yang dihasilkan dalam proses
29
Delly Yohanna Tumanggor, 2012 Dampak Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Pt Perkebunan Nusantara Iv Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
pengolahan kelapa sawit, sedangkan lumpur yang telah mengalami proses
sedimentasi disebut lumpur sekunder. Kandungan bahan organik lumpur juga
tinggi yaitu pH berkisar 3-5
3). Limbah gas
Selain limbah padat dan cair, industri pengolahan kelapa sawit juga
menghasilkan limbah bahan gas. Limbah gas ini antara lain gas cerobong dan uap
air buangan pabrik kelapa sawit.
5. Dampak Limbah Industri
Limbah dari industri dapat membahayakan kesehatan manusia karena dapat
merupakan pembawa suatu penyakit (sebagai vehicle), merugikan segi ekonomi
karena dapat menimbulkan kerusakan pada benda/bangunan maupun tanam –
tanaman dan peternakan, dapat merusak atau membunuh kehidupan yang ada di
dalam air seperti ikan dan binatang peliharaan lainnya, dan dapat merusak
keindahan (aestetika), karena bau busuk dan pemandangan yang tidak sedap
dipandang terutama di daerah hilir sungai yang merupakan daerah rekreasi
(Sugiharto, 1987:21)
6. Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit
Untuk mengurangi dampak yang diakibatkan oleh limbah padat kelapa sawit
maka salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan cara memanfaatkan
limbah tersebut sebagai sesuatu yang memiliki kegunaan terutama bagi
perusahaan dan perkebunan tersebut karena pihak tersebut adalah pihak yang
terlibat langsung dalam pengelolaan kelapa sawit.
30
Delly Yohanna Tumanggor, 2012 Dampak Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Pt Perkebunan Nusantara Iv Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
Dalam usaha industri kelapa sawit terdapat hasil sampingan yang bernilai
ekonomis baik untuk dijual maupun dimanfaatkan kembali. Besarnya volume
limbah padat kelapa sawit seringkali menjadi masalah bagi pihak industri
pengolahan itu sendiri maupun lingkungan sehingga dengan memanfaatkan
limbah tersebut menjadi produk yang berguna merupakan cara bijak yang harus
ditempuh untuk mengatasi masalah.
Menurut Yan Fauzi dkk (2012:198) Limbah hasil pengolahan kelapa sawit
mempunyai potensi dimanfaatkan sebagai berikut :
a. Tandan Kosong Kelapa Sawit untuk Pupuk Organik
Tandan kosong kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk
organik yang memiliki kandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanah dan
tanaman. Tandan kosong kelapa sawit mencapai 23% dari jumlah pemanfaatan
limbah kelapa sawit tersebut sebagai alternatif pupuk organik juga akan
memberikan manfaat lain dai sisi ekonomi. Bagi perkebunan kelapa sawit dapat
menghemat penggunaan pupuk sintesis sampai dengan 50%. Pupuk oganik yang
dihasilkan dari tandan kosong kelapa sawit dapat berupa pupuk kompos dan
pupuk kalium
b. Tandan Kosong Kelapa Sawit untuk Bahan Serat
Tandan kosong kelapa sawit juga menghasilkan serat kuat yang dapat
digunakan untuk berbagai hal, diantaranya serat berkaret sebagai bahan pengisi
jok dan matras, polipot (pot kecil, papan ukuran kecil, dan bahan pengepak
industri)
31
Delly Yohanna Tumanggor, 2012 Dampak Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Pt Perkebunan Nusantara Iv Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
Serat tandan kosong dapat diperoleh dengan cara mengepresnya sehingga
keluar air, minyak dan kotoran yang terkandung didalamnya, selanjutnya tandan
kosong tersebut diurai memakai mesin pengurai sehingga seratnya terpisah denga
komponen bukan serat seperti gabus, pati, dan kotoran. Setelah terurai, serat
diayak untuk memisahkan serat panjang, pendek dan debu yang menempel. Serat
kelapa sawit memiliki diameter yang lebih besar, lebih kaku, dan lebih lentur
dibandingkan dengan serat kelapa. Pabrik dengan kapasitas 30 ton tandan buah
segar per jam mampu menghasilkan serat sebanyak 30 ton per hari
c. Tandan Kosong Kelapa Sawit sebagai Sumber Karetonoid
Pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit sebagai sumber karetonoid
merupakan suatu inovasi yang bermanfaat bagi dunia industri makanan. Hasil
penelitian menunjukkan tandan kosong kelapa sawit yang mengalami satu kali
sterilisasi rata-rata mengandung karetonoid total sebesar 37, 8 ppm, sedangkan
tandan kosong kelapa sawit yang mengalami dua kali sterilisasi kandungannya
rat-rata 25,9 ppm. Komposisi karetonoid di dalam tandan kosong kelapa sawit
didominasi oleh alpha-karoten (12,9 ppm), beta-karoten (6,4 ppm), lutein (4,1
ppm) dan zeakaroten (3,9 ppm), sedangkan karotenoid lainnya sebesar 5,2 ppm.
Senyawa beta-karoten bersifat lebih stabil daripada senyawa karotenoid lainnya.
d. Tempurung Buah Sawit untuk Arang Aktif
Tempurung kelapa sawit merupakan salah satu limbah pengolahan minyak
kelapa sawit yang cukup besar, yaitu mencapai 60% dari produksi minyak.
Tempurung buah kelapa sawit dapat dimanfaatkan. Arang aktif dimanfaatkan oleh
berbagai industri antara lain industri minyak, karet, gula dan farmasi. Selama ini
32
Delly Yohanna Tumanggor, 2012 Dampak Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Pt Perkebunan Nusantara Iv Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
tempurung kelapa sawit digunakan hanya sebagai bahan bakar pembangkit tenaga
uap dan bahan pengeras jalan.
Arang aktif dapat dibuat dengan melalui proses karbonisasi pada suhu 5500C
selama kurang lebih tiga jam. Karakteristik arang aktif yang dihasilkan melalui
proses tersebut memenuhi standar industri Indonesia, kecuali untuk kadar abu.
Tingkat keaktifan arang cukup tinggi. Hal ini terlihat dari daya serat larutan
ionnya sebesar 28,9%.
e. Batang Kelapa Sawit untuk Perabot dan Papan Artikel
Kebutuhan pulp kertas di Indonesia sampai saat ini masih dipenuhi dari
impor. Padahal potensi untuk menghasilkan pulp di dalam negri cukup besar.
Salah satu alternatif itu adalah dengan memanfaatkan batang dan tandan kosong
kelapa sawit untuk digunakan sebagai bahan pulp kertas dan papan serat. Di
Indonesia sudah mulai banyak industri kertas memanfaatkan limbah kelapa sawit
tersebut sebagai alternatif bahan baku. Proses pembuatan pulp kertas dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu proses dengan NaOH dan proses dengan sulfat
(silfat tissue). Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa pengolahan dengan
sulfat tissue memenuhi Standar Industri Indonesia (SII 1411 – 85 ).
f. Batang dan Pelepah Sawit untuk Pakan Ternak
Batang kelapa sawit yang sudah tua dan tidak berproduktif lagi, dapat
dimanfaatkan menjadi produk yang bernilai tinggi. Batang kelapa sawit tersebut
dapat dibuat fiber board sebagai bahan baku perabot rumah tangga seperti mebel,
33
Delly Yohanna Tumanggor, 2012 Dampak Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Pt Perkebunan Nusantara Iv Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
furniture, atau sebagai bahan partikel. Batang kelapa sawit dapat digunakan
sebagai bahan baku papan partikel.
g. Limbah Kelapa Sawit untuk Biodiesel
Sejak tahun 2000, minyak kelapa sawit dan beberapa minyak nabati lainnya
telah digunakan sebagai bahan pembuat biodiesel, yang disebut pemerintah
sebagai biodesel generasi I. Hingga tahun 2011 telah berhasil dikembangkan
biodiesel yang berasal dari minyak kelapa sawit sebanyak 20.000 kiloliter per
tahun. Namun, akibat harga jual biodiesel yang lebih rendah daripada minyak
sawit mentah (crude palm oil), menyebabkan pengusaha sawit lebih memilih
ekspor mentah.