proposal skripsi kerangka teoritis

83
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak-anak adalah generasi penerus bangsa, untuk mempersiapkan generasi yang kompeten diperlukan pendidikan dan pengarahan. Pendidikan dan pengarahan harusnya dimulai sejak anak usia prasekolah. Perkembangan yang penting pada anak prasekolah terdiri dari perkembangan psikososial, perkembangan kognitif, dan perkembangan moral. Perkembangan psikososial terjadi saat anak mulai mengenal dunia sekolah, diluar keluarga anak mengenal teman-temannya dan orang dewasa lainnya. Perkembangan moral di pelajari oleh anak dari perilaku baik dan buruk. Pada usia prasekolah perkembangan inti yang harus lebih diperhatikan secara intensif dan yang akan menjadi penentu anak menjadi sumber daya manusia yang berkualitas adalah perkembangan kognitif, Perkembangan 1

Upload: dani

Post on 02-Feb-2016

84 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

skripsi

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak-anak adalah generasi penerus bangsa, untuk mempersiapkan

generasi yang kompeten diperlukan pendidikan dan pengarahan.

Pendidikan dan pengarahan harusnya dimulai sejak anak usia prasekolah.

Perkembangan yang penting pada anak prasekolah terdiri dari

perkembangan psikososial, perkembangan kognitif, dan perkembangan

moral. Perkembangan psikososial terjadi saat anak mulai mengenal dunia

sekolah, diluar keluarga anak mengenal teman-temannya dan orang

dewasa lainnya. Perkembangan moral di pelajari oleh anak dari perilaku

baik dan buruk. Pada usia prasekolah perkembangan inti yang harus lebih

diperhatikan secara intensif dan yang akan menjadi penentu anak menjadi

sumber daya manusia yang berkualitas adalah perkembangan kognitif,

Perkembangan kognitif merupakan perkembangan yang mudah bagi anak

jika stimulus yang diberikan dari lingkungan sekitar juga optimal, anak

dapat menyerap informasi baru dengan mudah (Wong et al, 2008). Anak

yang mendapatkan stimulasi akan lebih cepat berkembang dari pada anak

yang kurang atau bahkan tidak mendapatkan stimulasi. Pemberian

stimulasi akan lebih efektif apabila memperhatikan kebutuhan-kebutuahn

anak sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya. (Soetjiningsih, 2003).

1

2

Tahap perkembangan kognitif anak usia prasekolah menurut

Piaget (1972) di mulai pada saat anak berumur 2-7 tahun. Tahap ini

disebut tahap preoperasional di mana anak mulai mempresentasikan dunia

dengan kata-kata dan gambar. Kata-kata dan gambar ini menunjukan

adanya peningkatan pemikiran simbolis dan melampaui hubungan

informasi sensor dan tindak fisik (Baharudin & Wahyuni, 2010)

Masa-masa prasekolah memiliki kemajuan pada pola

perkembangan, pada periode golden age (4-6 tahun) ini orang tua dan

keluarga serta lingkungan harus memberikan stimulus sebaik mungkin.

Stimulus positif dari luar dimaksudkan agar perkembangan otak dapat

berkembang dengan optimal, karena pada periode inilah kondisi anak

dapat menginternalisasi dan memahami lingkungan dengan optimal. Hal

tersebut dikarenakan pada periode ini anak-anak akan menentukan

keberhasilan dalam tumbuh kembang anak yang optimal. Hal tersebut

didukung oleh Hurlock (2000) mengatakan bahwa anak-anak mencapai

kematangan intelektual sebanyak 50% ketika berumur 4 tahun, sedangkan

mencapai angka 80% saat usia 8 tahun dan kematangan intelektual

mencapai 100% saat anak usia 18 tahun.

Usia prasekolah yaitu tepatnya usia 4-6 tahun perkembangan otak

anak mencapai 50%, apabila dalam usia tersebut otak anak tidak

mendapatkan stimulasi yang optimal dari luar,maka perkembangan otak

pun tidak akan maksimal. Apabila otak anak tidak terstimulasi dengan

baik, perkemabangan kognitifnya pun akan mengalami penurunan bahkan

3

akan terjadi penyusutan 20-30% dari ukuran normalnya. Akibat dari

penyusutan perkembangan kognitif tersebut maka perkembangan

kognitifnya tidak sesuai usianya (Hasan, 2009).

Bidang pengembangan kognitif yang perlu distimulasi adalah

pengenalan tentang bentuk dan warna. Pengenalan warna dan bentuk

termasuk dalam Kurikulum Taman Kanak-kanak Tahun 2010 dalam

bidang pengembangan kognitif pada kelompok A di mana anak usia 4-6

tahun dapat mengklasifikasikan benda berdasarkan bentuk dan warnanya

sesuai dengan tingkat pencapaian perkembangannya. Beaty (dalam

Suryaningrum) juga menyatakan bahwa bentuk merupakan konsep awal

yang harus dikuasai anak sebelum mengenal warna.

Berdasarkan data statistik jumlah anak usia prasekolah di

Indonesia pada tahun 2010 sebanyak 13.898.951 jiwa (12,5% dari total

penduduk) dan terdiri dari laki-laki sebanyak 41,5% dan perempuan

sebanyak 58,5%. Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi

yang jumlah penduduknya cukup tinggi di daerah Jawa yaitu sebanyak

16.091.112 jiwa penduduk laki-laki, dan 16.291545 jiwa penduduk

perempuan. Sedangkan jumlah usia prasekolah, sebanyak 3.516 .157 jiwa

atau 10,86% dari total penduduk Jawa Tengah, laki-laki sebanyak 51,4%

dan perempuan sebanyak 48,6%. Banyumas merupakan salah satu

kabupaten yang memiliki jumlah anak usia prasekolah cukup besar yaitu

125. 354 jiwa dari 1. 570. 598 jiwa (7,98%) penduduk di Kabupaten

Banyumas (BPS, 2010).

4

Pusat pengembangan kurikulum dan saran pendidikan Badan

Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

(Pusbang Kurrandik Balitbang Dikbud) secara nasional meneliti hal itu

dari 4994 siswa ditemukan sebanyak 696 peserta didik termasuk kategori

siswa dengan kesulitan belajar. Jumlah ini telah mencapai 13,9% secara

nasional. Sampel di Sidoarjo, khususnya di SD Kecamatan Waru,

menunjukkan bahwa 15,9% dari 599 siswa SD dengan kesulitan belajar.

Dari hasil tersebut yang dikategorikan siswa berintelegensi rendah

mencapai 52,6%, dan siswa berintelegensi tinggi berprestasi rendah

(underachiever) sebanyak 22%. Ini menandakan bahwa di antara siswa

dengan kesulitan belajar tersebut disebabkan karena faktor penyebab non

intelektif, yang berarti pula faktor sekolah dan keluarga memegang

peranan penting untuk mengatasinya. Selanjutnya hasil penelitian ini

merekomendasikan agar segera ditemukan pola penanganan siswa dengan

kesulitan belajar secara efektif. Dalam kenyataan, tidak semua siswa di

sekolah lancar mengikuti pelajaran di kelas. Sebagian di antara mereka

menunjukkan prestasi rendah yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor

(Widyastono dalam Ambartanti, 2009).

Berdasarkan data yang didapat meliputi jumlah usia anak

prasekolah baik di Indonesia, daerah Jawa Tengah dan di Banyumas.

Diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan angka cukup besar untuk

anak yang mengalami kesulitan belajar, yang diakibatkan kurang

menunjangnya pembelajaran selama di usia prasekolah. Untuk itu peneliti

5

melakukan survei pendahuluan ke salah satu TK yang ada di daerah

Sokaraja Banyumas yaitu TK pertiwi Kalikidang. Peneliti mengambil

penelitian di TK Pertiwi Kalikidang karena TK tersebut mempunyai alat

permainan edukatif yang minim dan tidak memadai. Fasilitas tersebut

tidak sebanding dengan jumlah siswa yang cukup banyak sehingga

kegiatan belajar mengajar pun tidak berjalan dengan efektif. Keunggulan

TK pertiwi Kalikidang dengan TK yang lainnya yaitu meskipun alat

penunjang kegiatan belajar mengajarnya tidak memadai tetapi diminati

oleh masyarakat sekitar dibuktikan dengan jumlah siswa yang lebih

banyak dari TK di sekitarnya. Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang

dilakukan di TK Pertiwi Kalikidang terdapat 60 siswa yang di kelompokan

menjadi 2 kelas yang di kategoriakn sebagai TK kelompok B1 dan TK

Kelompok B2.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah, media

pembelajaran yang digunakan sangat terbatas dan tidak sesuai dengan

jumlah siswanya. Kemampuan siswa dalam mengenal warna dan bentuk

diperkirakan dari masih kategori kurang, hanya 12 siswa dari 30 siswa di

TK kelompok A saja yang dulunya mengenyam pendidikan di play group

yang dapat memahami warna-warna dasar.  TK Pertiwi tidak menerapkan

pembelajaran dalam  pengembangan aspek kognitif dengan bantuan media

yang berorientasi pada pembelajaran konsep warna dan bentuk geometri

akan tetapi hanya terpaku pada buku kegiatan atau lembar kerja siswa

(LKS) tanpa adanya praktek langsung yang dilakukan oleh anak dengan

6

menggunakan media atau alat permainan edukasi salah satunya adalah

media lotto.

Peneliti akan menggunakan media visual yaitu media lotto,lotto

yang di gunakan adalah warna dan bentuk sebagai media pengajaran

dalam penelitian. Lotto warna dan bentuk adalah alat permainan edukatif

untuk anak usia 4 tahun ke atas dibuat dari triplek atau dupleks yang

terdiri dari papan lotto berukuran 17,5 cm x 17,5 cm, 9 kartu lotto yang

terdiri dari 9 macam warna dan bentuk geometri (Eliyawati, 2005). Hal

tersebut di dukung oleh penelitian yang di lakukan oleh (Laris) bahwa

pemanfaatan media lotto dapat mempengaruhi perkembangan kognitif.

Alat permainan ini dikembangkan untuk melatih daya kognitif anak, jadi

jika anak salah mengerjakannya anak tersebut dapat menyadarinya dan

membetulkannya sendiri. Media lotto warna dan bentuk dapat digunakan

sebagai media bermain dengan variasi permainan sesuai keinginan anak

seperti bermain kelompok atau individu. Oleh karena itu peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh media lotto terhadap

perkembangan kognitif anak usia prasekolah di TK Pertiwi Kalikidang”.

A. Rumusan Masalah

Peride golden age merupakan masa-masa dimana perkembangan otak

anak usia prasekolah memiliki perkembangan sebanyak 50% dari sebagian otak

saat dewasa. Stimulasi positif yang diberikan secara optimal akan membantu

kemajuan dalam perkembangan kognitif, karena otak anak mampu

menginternalisasi semua pengetahuan dengan maksimal (Liadewi, 2010). jika

7

orangtua atau pendidik mengabaikan hal tersebut, anak akan kehilangan masa-

masa terbaiknya dalam tumbuh kembang yang optimal. Adapun salah satu

tindakan yang dapat dilakukan untuk menstimulasi perkembangan kognitif pada

anak yaitu menggunakan media lotto warna dan bentuk , yang akan digunakan

sebagai salah satu alat permainan edukatif yang dapat meningkatkan motivasi dan

semangat anak dalam belajar tepatnya mengenal warna dan bentuk membedakan

macam-macam warna dengan baik, dengan cara mencocokkan atau memasangkan

kartu lotto sesuai dengan warna dan bentuk yang tepat serta melatih daya

nalarnya dan diharapakan dapat cepat menstimulasi daya kognitif anak dengan

baik, berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas maka yang menjadi

masalah peneliti dalam penelitian ini adalah “Apakah media lotto warna dan

bentuk mempengaruhi perkembangan kognitif pada anak usia prasekolah di TK

Pertiwi Kalikidang.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengidentifikasi pengaruh antara media lotto warna dan bentuk terhadap

perkembangan Kognitif pada anak prasekolah di TK Pertiwi Kalikidang.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengidentifikasi karakteristik siswa berdasarkan jenis kelamin

dan usia.

b. Untuk mengetahui perkembangan kognitif siswa sebelum dan sesudah

di kenalkan media lotto .

8

c. Untuk mengetahui pengaruh media lotto terhadap perkembangan

kognitif.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi :

a. Manfaat toeritis

Diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan kesehatan

dalam bidang ilmu keperawatan anak dan sebagai referensi bagi

penelitian selanjutnya sehingga pengetahuan tentang perkembangan

anak usia dini mendapatkan perhatian yang lebih intensif ,hal tersebut

berguna untuk mewujudkan kualitas sumber daya manusia yang

berkualitas.

b. Manfaat praktis

1) Bagi peneliti

Sebagai bahan masukan bagi penelitian yang sejenis pada masa yang

akandatang dan dapat diaplikasikan dalam kedalam kehidupan nyata

sehari hari . Dapat menyelesaikan dan mengatasi masalah bagi anak

anak yang belum optimal dalam perkembangan kognitifnya,sehingga

perkembangan otak anak menjadi lebih progesif dan maksimal. Selain

itu hasil penelitian ini dapat memotivasi untuk dapat mengembangkan

penelitian selanjutnya di bidang keperawatan anak.

2). Bagi responden

Media lotto warna dan bentuk diharapkan dapat membuat siswa

belajar lebih menyenangkan dan memudahakan siswa dalam

9

memahami dan mengenal warna,sehingga minat dan semangat

siswa dapat ditingkatkan dalam proses belajar.

3). Bagi Peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi pemahaman

peneliti untuk mengembangkan penelitian yang lebih baik lagi

dengan alat peraga edukasi yang lainnya dengan metode edukasi

yang lain yang dapat menstimulus kognitif anak.

E. Penelitian Terkait

Beberapa penelitian yang berhubungan dengan stimulus prekembangan

kognitif antara lain :

1. Penelitian yang berjudul “ Hubungan pendidikan anak usia dini (PAUD)

dengan perkembangan kognitif anak usia prasekolah di Kelurahan

Tinjomoyo Kecamatan Banyumanik Semarang” oleh Apriana (2009).

Penelitian kuantitatif ini menggunakan pendekatan metode cross sectional,

sampel sebanyak 54 responden anak usia PAUD 3-5 tahun Hubungan

Pendidikan Anak usia Dini (PAUD) dengan perkembangan kognitif anak

usia prasekolah dianalisis dengan menggunakan chi square corelation.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

Pendidikan anak Usia Dini (PAUD) dengan perkembangan kognitif anak

usia prasekolah (p value=0,000). Perbedaan dengan penelitian yang akan

dilakukan yaitu desain penelitian menggunakan Quasi eksperimen with

nonequivalent control group design, variabel bebas dalam penelitian ini

adalah media lotto warna dan bentuk sebagai pembelajaran di kelas.

10

Subjek penelitian anak usia prasekolah 4-6 tahun, dan tempat penelitian di

TK Pertiwi Kalikidang.

2. Yudhana (2009) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Stimulasi

Musik Klasik terhadap Perkembangan Kognitif (aspek bahasa) pada Anak

Usia Prasekolah (3-5 tahun) di play group Bina Insani Kediri. Penelitian

ini menggunakan desain cross secsional dengan pendekatan kuantitatif.

Dari hasil analisa data dengan menggunakan uji statistik Spearman Rank,

hasil signifikan maka ada pengaruh stimulasi musik klasik terhadap

perkembangan kognitif (aspek bahasa) pada anak usia prasekolah (3-5

tahun) di Play Group Plus Bina Insani Kediri. Persamaan penelitian ini

dengan sebelumnya terletak pada subjek penelitian yang sama-sama

ditujukan pada anak prasekolah. Penelitian yang dilakukan Yudhana

(2009) adalah desain cross sectional, sedangkan pada penelitian yang akan

dilakukan menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif yakni pra

experiment dengan desain penelitian one group pretest-postest. Variabel

bebas yang diteliti oleh Yudhana (2009) adalah stimulasi musik klasik

sedangkan variabel yang diteliti pada penelitian yang akan dilakukan ini

adalah metode media lotto waran dan bentuk. Persamaan terdapat pada

variabel terikatnya yaitu perkembangan kognitif. Selain itu terdapat

perbedaan pada lokasi penelitiannya sehingga penelitian yang peneliti

lakukan dapat dipertanggungjawabkan.

3. Penelitian yang berjudul “Penggunaan media kartu domino-kwartet dalam

pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jerman siswa kelas XI

11

Bahasa”, yang dilakukan oleh Heksanti (2011). Penelitian ini bertujuan

untuk mendeskripsikan penggunaan dan hasil penggunaan media kartu

Domtet pada siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Tumpang. Penelitian

ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif untuk

mendeskripsikan data-data yang diperoleh dari data observasi, data angket

dan data hasil tes keterampilan berbicara siswa. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa media kartu Domino-Kwartet (Domtet) selama tiga

hari berturut-turut berjalan dengan baik.. Adapun perbedaan dari penelitian

yang akan digunakan yaitu subjek penelitian ini anak usia prasekolah di

TK Pertiwi Kalikidang. Variabel bebas yaitu media lotto warna dan

bentuk, dan jenis penelitian merupakan penelitian kuantitatif yang

menggunakan teknik total sampling.

12

BAB II

TIJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Anak Usia Prasekolah

Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia 4-6 tahun. Anak usia

prasekolah ini menunjukkan perkembangan motorik, verbal, dan

keterampilan sosial secara progresif. Pada masa ini adalah meningkatnya

antusiasme dan energi untuk belajar dan menggali banyak hal (Hamlin,

2005). Kemampuan mereka dalam mengontrol diri, berinteraksi dengan

orang lain dan penggunaan bahasa dalam berinterkasi merupakan modal

awal anak dalam mempersiapkan tahap perkembangan berikutnya, yaitu

tahap sekolah (Wong dan Whaley dalam Ambartanti, 2009).

Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan Heidrun

Stoeger et al di Jerman, mengatakan bahwa kemampuan individu untuk

dapat berprestasi di masa sekolah dasar sangat ditentukan oleh

kemampuan kognitif di masa prasekolah. Jadi banyak hal yang harus

dilakukan secara optimal untuk menunjang kemampuan kognitif individu

di usia prasekolah, baik di lingkungan sekolah atau pun di rumah. Karena

individu yang mengalami gangguan prestasi (underachiever) di usia

prasekolah, akan mempunyai dampak yang berkelanjutan di usia

berikutnya (Stoeger, Ziegler, & Martzog, 2008).

12

13

2. Perkembangan Kognitif Anak Usia Prasekolah

Perkembangan adalah meningkatnya komponen dan struktural

kemampuan secara bertahap, serta ditandai dengan adanya perubahan

psikologis dalam proses pematangan fungsi fisik tubuh dari anak

(Suherman, 2000). Perkembangan adalah proses perubahan kapasitas

fungsional dan kemampuan kerja organ-organ tubuh ke arah keadaan yang

semakin terorganisasi. Semakin terorganisasi artinya organ-organ tubuh

makin bisa dikendalikan sesuai dengan kemauan. Semakin terspesialisasi

artinya organ-organ tubuh semakin bisa berfungsi sesuai dengan fungsinya

masing-masing (Sugianto, 2005).

Proses perkembangan yaitu suatu proses yang dapat

menimbulkan perubahan, perkembangan awal menentukan perkembangan

selanjutnya, perkembangan mempunyai pola yang tetap, perkembangan

memiliki tahap yang berurutan, perkembangan mempunyai kecepatan yang

berbeda, perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan (Rusmil, 2006).

Salah satu perkembangan pada anak yaitu perkembangan kognitif. Struktur

kognitif menurut Piaget adalah proses mengolah informasi dan

mengorganisasikan dari lingkungan (Slavin, 2008).

Kognitif merupakan hasil pembentukan adaptasi biologis.

Perkembangan kognitif terbentuk melalui interaksi yang konsisten antara

individu dan lingkungan melalui poses organisasi dan adaptasi.

Tahap organisasi merupakan proses penataan segala sesuatu yang ada

dilingkungan sehingga diketahui dan dikenali, sedangkan tahap adaptasi

14

merupakan penyesuaian dengan lingkungan. Bentuk adaptasi berupa

asimilasi dan akomodasi (Mulyati, 2004).

Sebelum melakukan asimilasi dan akomodasi hal yang utama

adalah pembentukan skema. Skema adalah pola-pola perilaku dan

pemikiran yang akan digunakan untuk menghadapi dan bertindak dengan

lingkungan (Slavin, 2008). Skema merupakan hasil dari interaksi yang

berupa konstruksi hipotesis, seperti intelegensi, kreativitas, kemampuan,

dan naluri (Monks, Knoers, & Haditono, 1990).

Piaget menjelaskan bahwa akomodasi merupakan salah satu

proses di mana konstruksi pengetahuan terjadi. Dalam akomodasi anak-

anak memodifikasi/mengadaptasi skema-skema yang telah dimiliki dengan

informasi baru. Contohnya, memisahkan mobil dari jenis kendaraan

lainnya. Sedangkan asimilasi adalah salah satu proses di mana konstruksi

pengetahuan terjadi. Dalam asimilasi, anak-anak mengevaluasi dan

mencoba memahami informasi baru berdasarkan skema-skema yang telah

dimiliki. Contohnya, semua kendaraan beroda empat adalah mobil

(Upton, 2012).

Tahap perkembangan kognitif anak meliputi empat tahap

diantaranya adalah tahap sensorimotor, praoperasional, operasional

konkret, dan operasional formal. Anak usia prasekolah 4-6 tahun berada

pada tahap praoperasional, tahapan ini merupakan tahapan kedua dari

empat tahapan (Santrock, 2007).

15

Piaget mengatakan bahwa pada tahap ini penambahan dan

pengurangan dalam hitung-hitungan merupakan aktivitas yang tidak

mudah. Tahap pra-operasional ini juga ditandai oleh beberapa hal, antara

lain egosentrisme, ketidakmatangan pikiran, ide atau gagasan tentang

sebab-sebab dunia di fisik, kebingungan antara simbol dan objek yang

anak wakili, kemampuan untuk fokus pada satu dimensi pada satu waktu

dan kebingungan tentang identitas orang dan objek (Muscari, 2001).

Pemikiran praoperasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan

tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah

operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam

tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek

dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris,

anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat

mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan

semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan

semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda (Adriana, 2011).

Piaget menjelaskan bahwa pada tahap pemikiran praoperasional

seorang anak dibagi menjadi dua yaitu subtahap simbolis dan subtahap

pemikiran intuitif. Subtahap fungsi simbolis adalah tahap di mana anak-

anak mengembangkan kemampuan untuk membayangkan secara mental

suatu objek yang tidak ada. Kemampuan untuk berpikir simbolis seperti itu

disebut fungsi simbolis, dan kemampuan itu mengembangkan secara cepat

dunia mental anak. Contohnya, anak-anak menggunakan desain coret-coret

16

untuk menggambarkan manusia, mobil, rumah, awan, dan lainnya

(Santrock, 2002).

Subtahap intuitif merupakan tahap dimana anak-anak mulai

menggunakan penalaran primitif dan ingin mengetahui jawaban atas

semua bentuk pertanyaan. Piaget menyebut periode waktu ini intuitif

karena anak-anak yakin tentang pengetahuan dan pemahaman mereka,

tetapi belum begitu sadar bagaimana mereka tahu apa yang mereka ketahui

itu. Maksudnya, mereka mengatakan mengetahui sesuatu, tetapi

mengetahuinya tanpa menggunakan pemikiran rasional. Contohnya, bila

anak mendasarkan kesimpulannya pada suatu peristiwa tertentu seperti

ayam bertelur, jadi semua binatang juga bertelur (Santrock, 2002).

Bidang kognitif pada anak prasekolah sesuai dengan Kurikulum

Taman Kanak-Kanak 2010 dibagi menjadi tiga bidang yaitu bidang

pengetahuan,umum dan sains. Konsep bentuk, warna, ukuran dan pola,

konsep bilangan, lambang bilangan dan huruf. Bidang pengembangan

konsep bentuk, warna, ukuran dan pola merupakan bidang kemampuan

dimana anak dapat mengklasifikasi benda berdasarkan bentuk, warna atau

ukurannya berdasarkan fungsi, ciri-ciri, dan jenisnya. Kemampuan yang

berhubungan dengan pengembangan konsep diantaranya adalah dapat

memilih dan mencocokkan benda menurut warna, bentuk dan ukurannya

(Sujiono, 2009). Adapun dalam penelitian ini bidang kognitif yang akan

diteliti adalah konsep bentuk dan warna.

17

Perkembangan kognitif terjadi sangat pesat dimulai dari anak-anak

sampai remaja. Usia prasekolah saat 4-6 tahun perkembangan otak anak

mencapai 50%, sedangkan puncak perkembangan intelegensi tercapai pada

remaja akhir. Perkembangan akan mencapai angka 100% terjadi pada usia

8-10 tahun (Combs et al., 2011) .

Soetjningsih (2002) mengatakan bahwa perkembangan kognitif

dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor genetik,

kondisi anak, dan motivasi.

a. Faktor genetik

Kecerdasan mempunyai kontribusi terhadap laju perkembangan

kognitif anak. Anak yang memiliki IQ tinggi akan menunjukkan

perkembangan kognitif yang lebih cepat dibandingkan dengan anak

dengan IQ normal atau dibawah normal. Hal tersebut didukung oleh

penelitian yang dilakukan Heidrun Stoeger et al di Jerman, mengatakan

bahwa saat masa-masa awal individu memiliki kemampuan kognitif yang

baik. Maka hal tersebut akan di bawa sampai masa-masa berikutnya.

Sebaliknya, jika pada masa-amasa awal individu memiliki kemampuan

kognitif yang buruk. Maka dapat diprediksi masa-masa berikutnya pun

akan seperti itu (Stoeger et al., 2008)

b. Kondisi anak

Tingkat status nutrisi anak akan mempengaruhi perkembangan

kognitif anak, apabila anak dalam status gizi yang buruk maka

perkembangan sel dan neuron otak akan terhambat. Hal tesebut didukung

18

oleh penelitian yang dilakukan Regina et al di Amerika, menyebutkan

bahwa anak-anak yang berada di kondisi kemiskinan memiliki efek pada

akademik yang buruk, dibandingkan dengan anak-anak yang berkebutuhan

cukup dalam segala hal (Milteer, Ginshburg, & Mulligan, 2011). Kondisi

kecacatan mental (retardasi mental) pada anak pun akan memperlambat

proses kognitif pada anak. Selain itu, kematangan dari struktur organ-

organ seperti otak, alat persepsi, dan sistem motorik dapat berkontribusi

dalam perkembangan kognitif anak. Secara garis besar kondisi anak yaitu

mewakili dari kondisi fisik anak secara menyeluruh.

c. Motivasi

Adanya stimulus dan dukungan baik dari keluarga atau lingkungan

sekitar, akan membuat anak semakin semangat dalam melakukan hal-hal

yang baik terutama dalam konteks belajar. Hal tersebut didukung dari hasil

penelitian yang dilakukan oleh (Ambartanti, 2009) yang mengatakan

bahwa salah satu contoh dalam pemberian motivasi adalah dengan

pemberian reinforcement positif jika anak sudah mampu melakukan hal

yang terpuji.

3. Media Lotto Warna dan Bentuk

a. Definisi Lotto warna dan bentuk

Brentz menyatakan “ciri utama dari media menjaditiga unsur

pokok yaitu suara, visual dangerak. Visual dibedakan menjadi tiga

yaitu gambar, garis (line graphic) dan simbol yang merupakan suatu

kontinum dari bentuk yang dapat di tangkap dengan indera

19

penglihatan”. Dari ciri utama media proses belajar mengajar dapat

berjalan dengan terarah karena media dapat digunakan oleh guru yang

lebih penting dapat pula digunakan oleh siswa dalam belajar. Sebagai

penyalur pesan dalam hal-hal tertentu media juga dapat mewakili guru

menyampaikan informasi secara teliti, jelas dan menarik (Sadiman,

2006).

Lotto adalah salah satu bentuk media visual dibuat dari

triplek yang terdiri dari papan lotto berukuran 17,5 x 17,5 cm, 9 kartu

lotto. Papan lotto dibuat 9 bagian yang masing- masing bagian

ditempeli dengan bentuk gambar dan warna yang berbeda yang dapat

digunakan secara perorangan atau kelompok oleh anak usia 4 tahun ke

atas untuk membantu mengembangkan daya konsentrasi dan daya

pengamatan anak (Eliyawati, 2005).

Menurut Sujiono (2005) adapun kelebihan media lotto

adalah sebagai berikut:

1) Mampu merangsang perkembangan syaraf kognitif anak.

2) Mampu mengembangkan kemampuan anak dalam memecahkan

Suatu masalah

2) Dapat menjalin kerjasama dan bersosialisasi dengan teman kelom-

Poknya karena dapat di mainakn dengan individu maupun

kelompok

4) Mengembangkan kemampuan anak dalam membedakan warna dan

yang ada pada media lotto (melatih intelektual).

20

5) Mampu mengembangkan edukasi anggota tubuh baik tangan atau

jari,mata.

6) Membiasakan anak bersosialisasi dengan teman-temannya karena

permainan ini dapat dilakukan perorangan dan kelompok.

b. Cara penggunaan media lotto adalah sebagai berikut.

1) Perkenalkan pada anak terlebih dahulu tentang media Lotto yang

sudah di siapkan sebelumnya lotto yang berisi berbagai macam warna,

bentuk, gambar, dan angka sesuai dengan konsep pembelajaran yang

akan diterapkan yang ada di papan lotto..

2) Cara memainkan permainan ini adalah dengan mencampur aduk kartu

3) Mintalah anak untuk menyusun kartu lotto pada papan lotto sesuai

dengan gambar, bentuk, warna dan angka yang ada pada papan lotto.

4) Berikan penjelasan singkat tentang cara permainan Lotto. Misal ada 1

pemain, si "A". Si "A" mendapat giliran pertama, dia harus

mengambil papan lotto dan melihat gambar yang ada pada papan lotto

setelah iu dia mencari gambar yang sama pada kartu lotto setelah

menemukan gambar yang sama Si "A” memasangkannya pada papan

lotto, sehingga papan lotto dipasangkan dengan kartu lotto menjadi

sempurna. Jika misalnya papan lotto yang diambil adalah berupa

konsep bentuk, warna dan angka Si “A” bisa menyesuaikan dengan

materi pada saat itu (Eliyawati, 2005).

Selama kegiatan belajar mengajar di TK Pertiwi Kalikidang,

media atau alat untuk menunjang pelajaran siswa sangat terbatas.

21

Pengajaran yang dilakukan oleh guru di kelas masih menggunakan

teknik tradisional yaitu berupa pengajaran menggunakan papan tulis.

Pada masa prasekolah alat permainan edukatif salah satunya seperti

media lotto sangatlah dibutuhkan untuk menunjang dan menstimulasi

perkembangan otak anak (Sudono, 1995).

Hal tersebut didukung oleh pendapat Zaman and Eliyawati

(2005) yang menyatakan bahwa untuk mengembangkan berbagai

potensi yang dimiliki anak secara optimal dapat menggunakan alat

permainana edukatif. Hal tersebut dimaksudkan untuk

terselenggaranya pembelajaran yang menyenangkan dan efektif.

Pendapat tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Tekin

G et al di Turki, menyebutkan bahwa belajar yang dilakukan dengan

media permainan dapat menjadi alat komunikasi utama dalam proses

pendidikan untuk anak-anak. Sehingga anak-anak akan lebih mudah

menyerap pelajaran dengan optimal (Tekin & Sezer, 2010).

Hal tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan

Artur M di USA, menyebutkan bahwa pengembangan proses kognitif

dapat dibantu oleh perantara atau media yang unik. Salah satu yang

disebutkan dalam penelitian tersebut yaitu mainan robotic. Sama

halnya dengan media domino yang menarik minat siswa dalam proses

belajar, pada mainan robotic ini sudah diprogram khusus untuk

membantu belajar anak seperti menggambar, membaca buku atau pun

22

melukis. Sehingga pengasuh atau orangtua lebih efisien dalam

mengajarkan anak-anak dalam belajar (Arsenio, 2005).

B. Kerangka Teori

Gamabar 2.1 Kerangka teori pengaruh media lotto terhadap perkembangan kognitif anak prasekolah Slavin (2008), Eliyawati (2005), Suryabrata (2001), Sujiono (2005),Sujiono (2009), Santrock (2007), Berman et al., (2008), Wong et al., (2008).

Faktor Kognitif:GenetikKondisi anakMotivasi

Anak Usia Prasekolah

PerkembanganKognitif

Media Lotto

KemampuanKognitif :PengetahuanPemahaman

23

B. Kerangka konsep

Kerangka konsep merupakan fokus penelitian yang akan

diteliti, kerangka konsep ini terdiri dari varibael bebas (independen)

dan variabel terikat (dependen). Adapun kerangka konsep dari

penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel dependen

Variabel Confuding

b. Motivasi

c. Kondisi anak (Tumbuh kembang

dan kondisi fisik)

Gamabar 2.2 Kerangka konsep pengaruh media lotto terhadap perkemabgan kognitif anak usia Prasekolah

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Media lottoPerkembangan kognitif anak usia prasekolah

a. Genetik(Usia dan jenis kelamin)

24

C. Hipotesis

Arikunto (2006) menjelaskan bahwa hipotesis adalah

sebagai dugaan sementara yang kebenrannya harus diuji. Terdapat dua

macam hipotesis yaitu hipotesis statistik atau biasa disebut sebagai

hipotesis nol (Ho), dan hipotesis kerja atau disebut juga hipotesis

alternatif (Ha). Hipotesis penelitian merupakan perkiraan atau

jawaban sementara terhadap penelitian yang akan dilakukan dan perlu

dibuktikan kebenarannya, dan akan terjawab dalam hasil penelitian

(Notoatmodjo, 2002). Adapun hipotesis yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu sebagai berikut :

Ha : Ada pengaruh antara media lotto warna dan bentuk terhadap

Perkembangan kognitif anak usia prasekolah di TK Pertiwi

Kalikidang.

25

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain Quasi

Experiment with Nonequivalent Control Group Design karena pada desain ini

terdiri dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kemudian

dilakukan pre test terlebih dahulu terhadap perkembangan kognitif anak

prasekolah pada kedua kelompok tersebut dan diikuti intervensi (X) pada

kelompok eksperimen. Setelah beberapa waktu kemudian dilakukan posttest

pada kedua kelompok tersebut dan untuk kelompok kontrol dan eksperimen

tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2012).

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

Kelompok eksperimen 01 X 02

Kelompok kontrol 03 04

Keterangan :

01 : Nilai pretest sebelum diberikan intervensi

02 : Nilai posttest sesudah diberikan intervensi

X : Intervensi (Mengenalkan media lotto)

03 : Nilai pretest pada kelompok kontrol

04 : Nilai postest pada kelompok kontrol

25

26

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2012). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa TK Pertiwi

Kalikidang Sokaraja Banyumas, dengan jumlah sebanyak 60 anak.

2. Sampel

Penelitian ini menggunakan total sampling. Total sampling adalah

metode pengambilan sampel dengan cara mengambil seluruh dari populasi

TK yang berjumlah 60 anak dengan rentang usia 4-6 tahun yang terdiri

dari 30 anak kelompok B1 dan 30 anak kelompok B2. Alasan penggunaan

metode ini didasarkan pada survey pendahuluan. Supaya hasil penelitian

sesuai denggan tujuan, maka penentuan sampel yang dikehendaki harus

sesuai dengan kriteria tertentu yang ditetapkan. Kriteria ini berupa inklusi

dan ekslusi. Kriteria inlusi adalah batasan karakter/ciri umum pada subjek

penelitian, sedangkan kriteria ekslusi adalah sebagian subjek yang

memenuhi kriteria inklusi yang dikeluarkan dari penelitian karena dapat

mempengaruhi hasil penelitian sehingga terjadi bias (Saryono, 2011).

1. Kriteria Inklusi

Menurut Notoatmodjo (2010), kriteria inklusi adalah kriteria atau

ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat

diambil sebagai sampel. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

27

a. Usia anak adalah antara 4-6 tahun.

b. Siswa yang bersekolah di TK Pertiwi Kalikidang dibuktikan

dengan daftar absensi siswa.

c. Orang tua klien bersedia anaknya menjadi responden.

2. Kriteria Eksklusi

a. Anak dalam kondisi sakit.

b. Anak dalam kondisi cacat tubuh seperti patah tulang

d. Anak yang sedang dirawat di rumah sakit dibuktikan dengan surat

Sakit dokter.

C. Waktu dan Tempat Peneltian

Penelitian dilakukan pada bulan April 2015, yang berlokasi di TK

Pertiwi Kalikidang Sokaraja Banyumas.

D. Variabel Penelitian

Variabel yang dikaji dalam penelitian ini terdiri dari variabel

independen (bebas) dan variabel dependen (terikat).

1. Variabel independen (bebas)

Variabel independen adalah variabel yang memengaruhi atau nilainya

menentukan variabel lain biasanya dimanupulasi, diamati dan diukur

untuk diketahui hubungannya atau pengaruhnya terhadap variabel lain

(Nursalam, 2009). Variabel ini juga dikenal dengan nama variabel

bebas artinya bebas dalam mempengaruhi variabel lain. Variabel

independen dalam penelitian ini adalah media lotto warna dan bentuk.

28

2. Variabel dependen (terikat)

Variabel dependen adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh

variabel lain.Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi

atau menjadi akibat karena variabel bebas. Variabel ini tergantung dari

variabel bebas terhadap perubahan. Variabel bebas dalam penelitian

terkait ini adalah perkembangan kognitif.

29

E. Definisi Operasional

Tabel 3.1

Variabel Definisi variabel Cara ukur Alat ukur hasil ukur skala ukur

Variabe Karakteristik

Umur Umur anak di hitung Angket Kuisioner Umur dalam Rasio Dari tgl lahir hingga tahun Pengambilan data

Jenis Untuk membedakan Angket Kuisioner 1. Laki-laki Nominal Kelamin laki-laki dan perem 2. Perempuan

Puan.Variabel Dependen

Perkem- Tingkat pengetahuan observasi Lembar Hasil pengukuran Ordinal bangan dan pemahaman anak observasi dinyatakan dengan kognitif dalam mengklasi- skor 1-4. usia pra fikasi ,menyebutkan, 1=Belum sekolah memasangkan kartu berkembang

lotto 2=Mulai berkembang

3=Berkembang Sesuai harapan

4=Berkembang Sangat baik

Variabel Independen

Media Alat permainan Intervensi Alat permainan - -lotto edukatif,berbentuk lotto

media visual yang terdiri dari papan

lotto berukuran 17,5 x 17,5 cm dan terdiri 9 bagian yang masing-masing bag-ian terdiri dari ben-tuk gambar dan warna yang berbeda

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk

pengumpulan data (Nursalam, 2009). Peneliti sebelum melakukan

30

pengumpulan data, perlu melihat alat ukur pengumpulan data agar dapat

mendukung dan memperkuat hasil penelitian (Hidayat, 2007)

Instrumen yang digunakan untuk mengukur perkembangan kognitif

adalah dengan menggunakan lembar observasi yang disesuaikan dengan

perkembangan kognitif anak usia prasekolah. Lembar observasi tersebut

berisi butir-butir pertanyaan berupa pengetahuan dan pemahaman tentang

media lotto, sehingga anak lebih mudah untuk memahami butir-butir

pertanyaan observasi tersebut. Pada penelitian ini, jenis observasi yang

digunakan yaitu observasi terstruktur karena dapat mengamati kegiatan

siswa secara langsung dan telah dirancang secara sitematis, tentang apa

yang diamati, kapan dan dimana tempatnya (Sugiyono, 2012).

Alat penilai yang di gunakan adalah menggunakan Rating scale dengan

skala 1-4 (Saryono, 2011).

Karena dalam penilaian perkembangan kognitif anak usia prasekolah

untuk mengetahui perkembangan kognitifnya di nilai dengan skor 1-4

dengan ketentuan sebagai berikut :

1 : Belum berkembang

2 : Mulai berkembang

3: Berkembang sesuai harapan

4 : Berkembang sangat baik

31

G. Validitas dan Reabilitas Instrumen

1. Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat instrumen

benar-benar dapat mengukur apa yang akan diukur (Notoatmodjo, 2002).

Adapun uji validitas yang digunakan yaitu validitas isi. Validitas isi

merupakan suatu uji yang menanyakan setiap butir pertanyaan kepada

ahlinya (guru kelas). Sehingga pertanyaan tersebut sudah memenuhi

kriteria yang akan diujikan kepada responden. Alat pengukur yang akan

digunakan oleh peneliti yaitu berupa lembar observasi yang berisikan

sebanyak 10 butir pertanyaan yang mengacu pada kurikulum KTSP

(Kurikulum tingkat satuan pendidikan) pelajaran yang akan diberikan

untuk siswa TK Pertiwi Kalikidang.

2. Realibilitas

Reabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana

suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan

(Saryono, 2011). Penelitian ini tidak melakukan uji reabilitas lagi,

karena instrumen yang digunakan untuk penilaian dalam penelitian

ini merupakan instrumen baku. Berdasarkan uji reabilitas yang telah

dilakukan, koefisien kesepakatan memiliki konsistensi yang baik

dengan koefisien sebesar 1 artinya instrumen yang digunakan

dalam penelitian ini reliable untuk di gunakan ( Julianto, 2012)

32

H. Mekanisme Penelitian dan Teknik Pengumpulan data

1. Tahap Persiapan

a. Permohonan ijin kepada pihak program studi ilmu keperawatan

jurusan keperawatan untuk melakukan studi pendahuluan, kemudian

peneliti meminta ijin kepada Unit Pendidikan Kecamatan (UPK)

Sokaraja setelah itu peneliti meminta ijin kepada Kepala sekolah TK

Pertiwi Kalikidang untuk melakukan studi pendahuluan dan

wawancara pada Kepala sekolah.

b. Mempersiapkan materi dan konsep yang mendukung penelitian

c. Pembuatan proposal penelitian yang dilanjutkan dengan pengajuan

proposal penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Peneliti memohon surat izin penelitian kepada jurusan

Keperawatan

b. Peneliti akan mengumpulkan data primer dan data sekunder

c. Peneliti akan menentukan responden sesuai dengan kriteria inklusi

dan eksklusi. Kemudian peneliti memberikan informed consest

kepada responden.

d. Pemberian pre-test hari pertama bidang pengembangan kognitif

yaitu mengenal warna, mencocokkan warna dan bentuk geometri

diberikan kepada tiap responden pada kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen, dalam sehari pemberian pre-test selama 10

menit pada tiap responden dari kelompok kontrol dan kelompok

33

eksperimen dalam sehari pre-test di berikan kepada 10 responden,

masing-masing 5 responden dari kelompok kontrol dan 5

responden dari kelompok eksperimen. Pre-test dilakukan selama 6

hari per 60 responden dalam sehari diberikan pada 10 responden

e. Melakukan intervensi dengan mengenalkan media lotto warna

dan bentuk secara bersamaan pada seluruh responden kelompok

eksperimen terhadap 5 responden di berikan pada hari pertama

setelah pre-test di lakukan. Perlakuan di berikan selama 15 menit.

f. Pemberian post-test kepada kelompok kontrol dan kelompok

eksperimen di hari kedua bidang pengembangan kognitif masing

masing 5 responden dari kelompok kontrol dan 5 responden dari

kelompok eksperimen. Tiap responden di berikan selama 10 menit.

Post-test di lakukan selama 6 hari per 60 responden, dalam sehari

di berikan kepada 10 responden.

g. Semua data dikumpulkan, dihitung kemudian dilakukan analisis

statistik menggunakan komputerisasi

3. Pengumpulan data terakhir

Semua data dikumpulkan, dihitung kemudian dilakukan analisis

statistik menggunakan komputerisasi

4. Teknik Pengumpulan data

1. Jenis data

a. Data Primer

34

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung. Pada

penelitian ini, data primernya berupa hasil nilai tes prestasi

sebelum dan setelah diberikan intervensi oleh peneliti

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung,

dengan cara melihat dokumen yang ada di institusi terkait. Dalam

penelitian ini data sekunder di peroleh dari data absensi siswa di

TK Pertiwi Kalikidang

I. Pengolahan Data dan Analisa Data

1. Proses pengolahan data dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tahap,

yaitu :

a. Editing

Editing dilakukan untuk memeriksa kembali lembar observasi yang

digunakan dalam penelitian ini. Tujuanya adalah untuk mengurangi

kesalahan atau kekurangan kesalahan pengisian.

b. Coding

Coding adalah mengklasifikasikan jawaban dari responden ke dalam

kategori. Klasifikasi data merupakan usaha untuk menggolongkan,

mengelompokan dan memilah data berdasarkan klasifikasi tertentu

untuk memudahkan dalam menguji hipotesis (Saryono, 2011). Peneliti

memberikan tanda pada masing-masing kolom dengan kode berupa

angka huruf atau simbol lainnya untuk mempermudah pembacaan hasil

35

dari pengklasifikasian dimasukan dalam tabel. Coding dilakukan pada

variabel karakteristik jenis kelamin yaitu :

Kode 1 :Llaki – laki

Kode 2 : Perempuan

c. Scoring

adalah memberikan penilaian terhadap item-item yang perlu

diberi penilaian atau skor.

Pada variabel perkembangan kognitif skor yang diberikan adalah 1- 4

dengan ketentuan :

Skor 1 : Belum berkembang

Skor 2 : Mulai berkembang

Skor 3 : Berkembang sesuai harapan

Skor 4 : Berkembang sangat baik

d. Memasukan data (Data Entry)

Mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode atau kartu kode

sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan. Cara lain yaitu

jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk “kode”

(angka atau huruf) dimasukan kedalam program atau software

komputer seperti SPSS (Notoatmodjo, 2010). Jawaban-jawaban yang

sudah diberi kode kategori kemudian dimasukan dalam tabel dengan

cara menghitung frekuensi data. Peneliti memasukan data dengan cara

melalui pengelolahan computer berdasarkan kriteria yang sudah ada.

36

e. Tabulasi data

Tabulasi data merupakan kelanjutan dari entry data dan disajikan dalam

bentuk grafik dan tabel.

f. Cleaning

Data yang berasal dari sumber data atau responden selesai dimasukan,

harus dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan-

kesalahan kode, ketidaklengkapan, kemudian dilakukan pembetulan

atau koreksi.

2. Analisa Data

a. Analisa Univariat

Analisa data univariat dilakukan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada

umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi

dan presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2012). Analisis

univariat dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

karakteristik anak meliputi umur, jenis, kelamin, perkembangan

kognitif sebelum dan sesudah di berikan perlakuan media lotto.

b. Analisis bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi. Terdapat uji parametric dan uji non

parametric pada analisa bivariat (Sugiyono, 2013). Dalam penelitian

ini untuk menganalisis pengaruh media lotto terhadap perkembangan

kognitif pada kelompok eksperimen dan kontrol peneliti menggunakan

37

uji statisitik non parametic untuk menguji hipotesis komparatif dua

sampel yang berkorelasi karena datanya berbentuk ordinal (berjenjang)

yaitu untuk mengetahui perubahan selisih nilai angka positif dan

negatif pada kedua kelompok tersebut. Peneliti menggunakan uji

wilcoxon match pairs test digunakan untuk mengukur besarnya selisih

nilai angka antara positif dan negatif sebelum dan sesudah intervensi.

Karena sampel dari kedua kelompok tersebut > 25 maka distribusinya

normal. Derajat kepercayaan yang dipakai adalah 95% dengan

ketentuan jika (p value) > 0,05 maka Ho diterima, sedangkan jika

probabilitas (p value) <0,05 maka Ho ditolak.

Rumus uji Wilcoxon match pairs test jika berdistribusi normal adalah

sebagai beikut :

Rumus :

Keterangan :

T = Jumlah jenjang / ranking yang kecil

n = Jumlah pasangan yang di jenjangkan

38

T - Untuk sampel yang berukuran kecil, n < 25   bandingkan Z dengan

Ztabel dari dari daftar uji tanda atau sign test

-Untuk  sampel yang berukuran besar, n ≥ 25 maka distribusinya

akan mendekati distribusi normal dan mendekati pendekatan

normal

Kesimpulan signifikansi dapat dilihat dari diterima tidaknya

Ho sebagai berikut:

Ho ditolak jika p value > 0,05 atau z hitung > z tabel (df= n-2)

Ha diterima jika p value > 0,05 atau z hitung < z tabel (df=n-2)

J . Etika Penelitian

Menurut Hidayat (2007) Masalah etika dalam penelitian keperawatan

merupakan masalah yang penting mengingat penelitian akan berhubungan

langsung dengan manusia. Oleh karena itu, penelitian harus

memperhatikan hak asasi manusia. Beberapa hal yang perlu diperhatikan

menyangkut etika penelitian antara lain:

1. Informed Consent(Lembar persetujuan)

Pada penelitian ini, peneliti menegakkan etika penelitian berupa

informed consent dengan cara meminta persetujuan untuk menjadi

responden. Informed consent diberikan sebelum penelitian dilakukan

dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden

kepada orang tua siswa dan siswa, permohonan menjadi responden di

berikan kepada orang tua siswa selaku wali murid dan persetujuan di

berikan kepada siswa.

39

2. Anonimity (Tanpa nama)

Anonimity merupakan masalah etika dalam penelitian dengan tidak

memberikan nama responden pada lembar alat ukur, hanya menuliskan

kode pada lembar observasi.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Confidentiality merupakan masalah etika dengan menjamin

kerahasiaan dari hasil penelitian. Semua informasi atau data dari

responden akan dijamin kerahasiaannya.

4. Right to justice (Prinsip keadilan )

Responden diperlakukan secara adil baik sebelum, selama, dan

sesuadah keikutsertaannya dalam penelitian pada kelompok kontrol

maupun kelompok eksperimen dengan tidak mendiskriminasi semua

kelompok. Pemberian media lotto pada kelompok intervensi diberikan

selama penelitian, untuk pemberian lotto pada kelompok kontrol

diberikan setelah penelitian selesai dilakukan.

.

40

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti yang

dilakukan di TK Pertiwi Kalikidang dengan pengambilan data menggunakan

kuesioner dilakukan dengan observasi sebanyak 60 responden yang terbagi 30

responden kelompok kontrol dan 30 responden kelompok intervensi,

diperoleh hasil sebagai berikut ini:

d. Karakteristik siswa berdasarkan jenis kelamin dan usia.

Tabel 4.1 Karakteristik siswa berdasarkan jenis kelamin dan usia.

Karakteristik respondenIntervensi Kontrol

f (30) % f (30) %

Umur Mean + SD Min + Max

5,40 + 0,5634 + 6

5,43 + 0,5045 + 6

Jenis kelamin

Laki-laki 20 66,7 16 53,3

Perempuan 10 33,3 14 46,7

Jumlah 30 100 30 100,0

Tabel 4.1 menunjukan bahwa rata-rata umur responden kelompok

intervensi adalah 5,40 tahun dengan nilai standar deviasi 0,563 dan nilai

umur terendah adalah 4 tahun sedangkan umur tertinggi adalah 6 tahun.

Pada kelompok kontrol umur rata-rata adalah 5,43 tahun dengan nilai

standar deviasi 0,504 dan umur terendah adalah 5 tahun sedangkan umur

40

41

tertinggi adalah 6 tahun. Jenis kelamin kelompok intervensi dan kontrol

didominasi oleh laki-laki yaitu kelompok intervensi sebanyak 20 siswa

dan kelompok kontrol 16 siswa.

e. Perkembangan kognitif siswa sebelum dan sesudah di kenalkan media

lotto .

Tabel 4.2 Perkembangan Kognitif Siswa Sebelum Dan Sesudah Di Kenalkan Media Lotto .

Perkembangan kognitif Sebelum Sesudah Selisih

Kelompok intervensiMean + SDMin + Max

29,50+3,8721+ 37

36,37+ 1,7732+ 39

6,87

Kelompok kontrolMean + SDMin + Max

27,43+ 3,8919 + 32

29,23 + 3,3722+ 34

1,8

Tabel 4.2 menunjukan bahwa nilai rata-rata perkembangan kognitif pada

kelompok intervensi sebelum dikenalkan media lotto sebesar 29,50

dengan standar deviasi 3,87 dan nilai minimal sebesar 21 serta maksimal

sebesar 37, sedangkan sesudah dikenalkan media lotto diperoleh nilai

rata-rata sebesar 36,37 dengan nilai standar deviasi sebesar 1,77 dan nilai

minimal 32 serta nilai maksimal 39. Nilai rata-rata perkembangan

kognitif pada kelompok kontrol sebelum dikenalkan media lotto sebesar

27,43 dengan standar deviasi 3,89 dan nilai minimal sebesar 19 serta

maksimal sebesar 32, sedangkan sesudah dikenalkan media lotto

diperoleh nilai rata-rata sebesar 29,23 dengan nilai standar deviasi

sebesar 3,37 dan nilai minimal 22 serta nilai maksimal 34.

42

f. Pengaruh media lotto terhadap perkembangan kognitif.

Tabel 4.3 Hasil Uji Wilcoxon Signed Ranks Test Pengaruh Media Lotto Terhadap Perkembangan Kognitif.

Perkembangan kognitif n p value

Kelompok intervensi 30 0,000

Kelompok kontrol 30 0,001

Tabel 4.3 menunjukan hasil analisis uji Wilcoxon Signed Ranks Test

dengan nilai p value sebesar 0,000, artinya ada pengaruh media lotto

terhadap perkembangan kognitif siswa pada kelompok intervensi dan

nilai p value sebesar 0,001, artinya ada pengaruh media lotto terhadap

perkembangan kognitif siswa pada kelompok kontrol.

B. Pembahasan

a. Karakteristik siswa berdasarkan jenis kelamin dan usia.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata umur

responden kelompok eksperimen adalah 5,40 tahun sedangkan pada

kelompok kontrol umur rata-rata adalah 5,43 tahun. Perkembangan

tingkat kognitif atau taraf intelegensi seseorang sangat pesat pada usia

prasekolah dan mulai menetap pada akhir masa remaja. Taraf intelegensi

tidak mengalami penurunan, hanya penerapannya saja yang berbeda hal

ini dikarenakan pada usia diatas 65 tahun kemampuan alat indera

mengalami penurunan (Raden, 1999 dalam Apriana 2009).

43

Anak mulai terjadi perkembangan dari aspek sosial, emosional,

dan intelektual yang berkembang pesat saat anak memasuki usia

prasekolah (3-6 tahun) dan bisa disebut dengan golden age. Masa

prasekolah adalah masa dimana kognitif anak mulai menunjukkan

perkembangan dan anak telah mempersiapkan diri untuk memasuki

sekolah (Hidayat, 2005).

Jenis kelamin kelompok intervensi dan kontrol didominasi oleh

laki-laki yaitu kelompok ekperimen sebanyak 20 siswa dan kelompok

kontrol 16 siswa. Pada perkembangan kognitif jika dilihat dari aspek

jenis kelamin tidak ada perbedaannya antara laki-laki dan perempuan.

Hal ini karena perkembangan kognitif anak ditentukan oleh stimulus dan

pengalaman yang mereka peroleh sebelum memasuki usia pra sekolah.

Hasil penelitian Pambudiono (2013) menunjukan bahwa tidak ada

perbedaan secara signifikan dalam aspek kemampuan berpikir pada siswa

laki-laki dan siswa perempuan.

b. Perkembangan kognitif siswa sebelum dan sesudah di kenalkan media

lotto .

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa nilai rata-rata

perkembangan kognitif pada kelompok intervensi sebelum dikenalkan

media lotto sebesar 29,50, sedangkan sesudah dikenalkan media lotto

diperoleh nilai rata-rata sebesar 36,37. Hasil analisis menunjukan adanya

peningkatan perkembangan kognitif pada kelompok intervensi setelah

dikenalkan media lotto dengan selisih perubahan skor sebesar 6,87.

44

Adanya peningkatan kemampuan kognitif pada responden terlihat

selama proses kegiatan pengenalan media lotto berlangsung. Sebelum

dijelaskan tentang media lotto anak-anak belum terbiasa dengan

penggunaan media lotto, sehingga mereka kesulitan selama kegiatan.

Anak-anak sudah mulai terbiasa dengan kegiatan yang dilaksanakan

setelah peneliti mengenalkan seperti apa itu media lotto, sehingga

membuat responden lebih mudah dalam melakukaknnya. Sebagian besar

anak mengaku senang dengan kegiatan yang dilakukan.

Sujiono, (2005) menyatakan bahwa media lotto memiliki

kelebihan yaitu mampu merangsang perkembangan syaraf kognitif anak.

Media Lotto mampu mengembangkan kemampuan anak dalam

memecahkan suatu masalah. Media lotto dapat menjalin kerjasama dan

bersosialisasi dengan teman kelompoknya saat memainkan media lotto.

Kemampuan anak dapat dikembangkan dalam membedakan warna yang

ada pada media lotto (melatih intelektual). Anak mendapatkan edukasi

anggota tubuh baik tangan atau jari dan mata melalui media lotto. Anak

dapat terbiasa bersosialisasi dengan teman-temannya karena permainan

ini dapat dilakukan perorangan dan kelompok.

Lotto merupakan media visual yang mampu membantu anak

dalam meningkatakan aspek perkembangan kognitif dalam mengenal

warna dan bentuk (Suryaningrum, 2012). Menurut Rostika dan Sugianto

(2013) bahwa kemampuan kognitif merupakan salah satu bidang

pengembangan yang ada di TK. Pengembangan kemampuan ini

45

diarahkan agar anak mampu menyelesaikan masalah sederhana dalam

kehidupan sehari-harinya, mengembangkan daya ciptanya dan mengenal

kondisi-kondisi yang terjadi di lingkungan sekitarnya.

Nilai rata-rata perkembangan kognitif pada kelompok kontrol

sebelum dikenalkan media lotto sebesar 27,43, sedangkan sesudah

dikenalkan media lotto diperoleh nilai rata-rata sebesar 29,23. Hasil

analisis menunjukan adanya peningkatan perkembangan kognitif pada

kelompok kontrol setelah dikenalkan media lotto dengan selisih

perubahan skor sebesar 1,8. Kemampuan kognitif seorang anak dapat

diobservasi dari kemandirian dan kemampuannya dalam pembelajaran

seperti media lotto. Pada kelompok kontrol mereka tidak mendapatkan

perlakuan yang sama seperti kelompok intervensi. Hasil observasi dan

analisis menunjukan adanya perubahan nilai rata-rata kemampuan

kognitif walaupun tidak besar seperti pada kelompok intervensi.

Hal ini dikarenakan anak pada kelompok kontrol sering

mendapatkan stimulus sebelum mereka memasuki usia pra sekolah.

Adanya stumulus memberikan pengalaman dan pembelajaran yang lebih

sehingga secara tidak langsung akan membantu perkembangan anak.

Menurut Utami (2009) bahwa pengalaman belajar yang diperlukan usia

prasekolah diantaranya mengenal warna, mengerti kata sifat, mengenal

huruf dan angka, berhitung sederhana, mengerti perintah sederhana, dan

mengenal bentuk suatu objek.

46

Yusiana dan Herenita (2012) dalam penelitiannya menyatakan

bahwa perkembangan kognitif yang baik pada anak disebabkan karena

taraf intelegensi atau kognitif sangatlah ditentukan oleh pengalaman dan

pengetahuan yang diperolehnya dari lingkungan hidupnya. Lingkungan

yang dimaksud adalah lingkungan tempat tinggal dan juga lingkungan

sekolah yang turut membentuk perkembangan kognitif anak tersebut.

c. Pengaruh media lotto terhadap perkembangan kognitif.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh media

lotto terhadap perkembangan kognitif siswa pada kelompok intervensi (p

value 0,000) maupun kelompok kontrol (p value 0,001). Pada hasil

analisis menunjukan bahwa pengaruh terhadap peningkatan skor

perkembangan kognitif dengan perbedaan selisih skor yaitu kelompok

intervensi sebesar 6,78 sedangkan kelompok kontrol sebesar 1,8. Hal

tersebut menunjukan bahwa pengenalan media lotto dapat digunakan

sebagai alat untuk meningkatkan perkembangan kognitif anak.

Kemampuan kognitif pada masa anak-anak harus terus dikembangkan

sehingga kemampuan intelektual dan mental dapat berkembang. Jika

seorang anak telah memiliki kemampuan kognitifnya tentu dia akan

mampu mengembangkan kemampuan lain setelah mengikuti jenjang

pendidikan selanjutnya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Julianto (2014)

bahwa ada pengaruh penggunaan media lotto warna terhadap

kemampuan kognitif pada anak kelompok A di TK PKK I Gintungan.

47

Hasil ini juga diperkuat oleh hasil penelitian Suryaningrum (2013) bahwa

ada pengaruh media loto warna dan bentuk berpengaruh terhadap

kemampuan kognitif anak dalam mengenal warna dan bentuk.

C. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu responden dalam penelitian

memiliki kemampuan daya ingat yang berbeda-beda sehingga ada

kemungkinan data yang diperoleh terjadi recall bias, baik karena lupa atau

responden yang mengalami efek cenderung lebih mengingat apa yang sudah

diberikan oleh peneliti. Oleh karena itu jika dilokasi penelitian waktunya

memungkinkan sebaiknya dalam penelitian ini di lakukan dalam satu waktu

untuk pretest, intervensi dan posttes supaya responden tidak cenderung

mengingat apa yang sudah diberikan oleh peneliti.

.

48

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian diatas maka dapat

disimpulkan sebagai berikut ini:

1. Rata-rata umur responden kelompok eksperimen adalah 5,40 tahun sedangkan

pada kelompok kontrol umur rata-rata adalah 5,43 tahun. Jenis kelamin

kelompok intervensi dan kontrol didominasi oleh laki-laki yaitu kelompok

intervensi sebanyak 20 siswa dan kelompok kontrol 16 siswa.

2. Nilai rata-rata perkembangan kognitif pada kelompok intervensi sebelum

dikenalkan media lotto sebesar 29,50, sedangkan sesudah dikenalkan

media lotto diperoleh nilai rata-rata sebesar 36,37. Nilai rata-rata

perkembangan kognitif pada kelompok kontrol sebelum dikenalkan media

lotto sebesar 27,43, sedangkan sesudah dikenalkan media lotto diperoleh

nilai rata-rata sebesar 29,23.

3. Ada pengaruh media lotto terhadap perkembangan kognitif siswa (dengan nilai p

value sebesar 0,000 kelompok intervensi dan p value 0,001 kelompok

kontrol).

B. Saran

49

1. Bagi Kepala TK Pertiwi Kalikidang

Diharapkan kepala TK Pertiwi Kalikidang suppaya mensosialisasikan

pada semua guru, tentang pentingnya penerapan metode yang tepat dalam

pembelajaran, salah satu metode yang di gunakan yaitu permainan agar.

Selain sebagai permainan, media lotto juga mampu meningkatkan

kemampuan kognitif anak.

2. Bagi Orang Tua

Diharapkan orang tua dan masyarakat umum, dapat menggunakan media

Lotto untuk membantu menstimulasi kemampuan kognitif bagi anak.

Terutama dalam mengenal warna dan bentuk geometri.

3. Bagi Keperawatan

Profesi perawat memegang peran penting dalam stimulasi tumbuh

kembang anak. Salah satunya adalah stimulasi tentang peningkatan

perkembangan kognitif anak. Media Lotto dengan berbagai macam

warna dan dipadukan dengan bentuk dapat digunakan sebagai salah satu

dari bentuk stimulasi dalam aspek kognitif. Serta dapat digunakan sebagai

bahan atau alat yang digunakan untuk terapi bermain dan belajar di

Rumah Sakit pada anak usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan penelitian ini dapat diteruskan oleh peneliti selanjutnya

dengan cara memodifikasinya seperti media yang digunakan dan desain

penelitian yang berbeda.

48

50

DAFTAR PUSTAKA

Adriana, D. (2011). Tumbuh kembang & terapi bermain pada anak. Jakarta: Salemba Medika.

Ambartanti, N. (2009). Hubungan antara pemberian reinforcement oleh ibu dengan perkembangan kognitif anak prasekolah di Taman Kanak Kanak kelurahan Beji. (Skripsi tidak dipublikasikan)., Universitas Indonesia, Jakarta.

Anwar, F. (2002). Model pengasuhan anak di bawah dua tahun dalam meningkatkan status gizi dan perkembangan sosial. (Thesis tidak dipublikasikan)., Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Apriana, R. (2009). Hubungan pendidikan anak usia dini (Paud) dengan perkembangan kognitif anak usia prasekolah di Kelurahan Tinjomoyo Kecamatan Banyumanik, Semarang.

Arikunto. (2002). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik (V ed.). Jakarta: PT Rineka Cipta Universitas Diponegoro Semarang.

Arsenio, A. M. (2005). Development of neural mechanism for machine learning. International Journal of Neural System, 15(1&2): 41-54.

Berman, A., Snyder, S. J., Kozier, B., & Erb, G. (2008). Fundamentals of nursing (8 ed.). New Jersey: Pearson Education

BPS. (2010). Sensus penduduk 2010. Retrieved 13 Juni 2013, from BPS http://sp2010.bps.go.id/index.php/site?id= 3300000000& wilayah=Jawa -Tengah nursing (8 ed.). New Jersey: Pearson Education.

Cahyono, D. (2013). Pengaruh pemberian alat permainan edukatif (APE) terhadap peningkatan kemampuan kognitif anak usia

51

sekolah di SD N 4 Rempoah. (Skripsi tidak dipublikasikan),, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.

Combs, T., Orme, Nixon, B. H., & Herrod, H. G. (2011). Anticipatory guidance and early child development: pediatrician advice, parent behaviors, and unmet needs as reported by parents from differents backgrounds. Clinical pediatrics, 50(8): 729-737. doi: 10.1177/0009922811403302.

Eliyawati,C.2005.Pemilihan dan pengemabangan sumber belajar untukanak usia dini. Jakarta: Universitas Terbuka.

Hamlin, J. J. (2005). Usia sekolah sampai remaja (Y. Asih, Trans.). In P. A. Potter & A. G. Perry (Eds.), Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan praktik (4 ed., Vol. 1). Jakarta: EGC.

Hasan, M. (2009). Pendidikan anak usia dini. Yogyakarta: Diva Press.

Hastono. (2001). Analisa data. Jakarta: Universitas Indonesia.

Heksanti, M. Y. (2011). Penggunaan media kartu domino-kwartet dalam pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jerman siswa kelas XI bahasa. Tumpang.

Hidayat, A. A. (2004). Pengantar ilmu keperawatan anak 1. Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, A. A. (2007). Metode penelitian keperawatan dan analisa data. Jakarta: Salemba Medika.

Hurlock. (2000). Perkembangan anak. Jakarta: Erlangga

Liadewi, V. N. (2010). Asuhan neonates bayi dan anak balita. Jakarta: Salemba Medika.

Mulyati, Y. (2004). Penggunaan alat permainan edukatif: Upaya membantu perkembangan bahasa dan kognitif anak usia 3-6 tahun. Universitas pendidikan Indonesia, Bandung. Retrieved from http://file.upi.edu.

52

Muscari. (2001). Keperawatan pediatrik (3 ed.). Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, S. (2002). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

. (2010). Metedologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT Rineke Cipta

Santrock, J. W. (2002). Life span development. Jakarta: Erlangga.

Santrock, J. W. (2003). Adolonsence : Perkembangan remaja. Jakarta: Erlangga.

Santrock, J. W. (2007). Perkembangan anak. Jakarta: Erlangga.

Sari, S. M. (2004). Peran warna interior terhadap perkembangan dan pendidikan anak di Taman Kanak-Kanak. Journals Interior, 2(1), 22-36.

Saryono. (2011). Metodologi penelitian keperawatan. Purwokerto: UPT Percetakan dan Penerbitan Unsoed.

Slavin. (2008). Psikologi pendidikan: teori dan praktek (8 ed.). Jakarta: Indeks.

Soetjiningsih. (2003). Perkembangan anak dan permasalahannya. Jakarta: EGC.

Soetjningsih. (2002). Gizi untuk tumbuh kembang anak. In IDAI (Ed.), Tumbuh Kembang Anak dan Remaja (1 ed.). Jakarta: CV. Sagung Seto.

Stoeger, H., Ziegler, A., & Martzog, P. (2008). Deficits in fine motor skill as an important factor in the identification of gifted underachievers in Primary School. Psychology Science Quarterly, 50(2), 134-146.

Sudono, A. (1995). Alat permainan dan sumber belajar TK. Jakarta: Depdiknas.

Suhardiyana. (2010). Peningkatan kemampuan kognitif anak melalui permainan kartu angka dan gambar siswa kelas persiapan tunarungu wicara. (Skripsi), Universitas Sebelas Maret Surakarta, Solo.

53

Suherman. (2000). Buku saku perkembangan anak. Jakarta: EGC.

Sujiono, Y. N. (2005). Metode pengembangan kognitif. Jakarta: Universitas Terbuka.

(2011). Metode pengembangan kognitif. Jakarta: Universitas Terbuka. .

Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2014). Stastitika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suryabrata. (2001). Pengembangan alat ukur psikologi. Yogyakarta: Andi Offset.

Suryaningrum, M. (2012). Pengaruh media lotto warna terhadap kemampuan kognitif anak kelompok A di RA AL-Islam Jetis Dagangan.Diakses tanggal 2 Desember 2014, dari hhtp:ojs.unesa.ac.id/index.php/coping/article/download/5596/4247.

Upton, P. (2012). Psikologi perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Wong, D. L., Hockenberry-Eaton, M., Wilson, D., Winkelstein, M. L., & Schwartz, p. (2008). Buku ajar keperawatan pediatrik (6 ed. Vol. 1). Jakarta: EGC.

Yudhana, A. (2009). Pengaruh stimulasi musik klasik terhadap perkembangan kognitif (aspek bahasa) pada anak usia prasekolah (3-5 Tahun) di PlayGroup dan Bina Insani Kediri. (Skripsi tidak dipublikasikan), Universitas Negri Sebelas Maret, Surakarta.

Yuniarti, N. (2009).Pengaruh pendidikan anak usia dini (PAUD) terhadap perkembangan anak usia 3-4 tahun di Desa Sukamulya KecamatanSingaparna.(Skripsitidakdipublikasikan),Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.

Zaman, H. B., & Eliyawati. (2005). Media dan sumber belajar TK modul Universitas Terbuka. Jakarta: Pusat Penerbitasn Universitas Terbuka

54