bab ii tinjauan pustaka a. tinjaun umum tentang hipertensi...

42
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaun Umum Tentang Hipertensi 1. Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari satu periode. Hal ini terjadi bila arteriole arteriole konstriksi. Konstriksi arteriole membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah. Hipertensi juga didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolic ≥ 90 mmHg yang terjadi pada seorang klien pada tiga kejadian terpisah (ignatavicius, 1994). Menurut WHO, batasan tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg, sedangkan tekanan darah ≥ 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Kaplan memberikan batasan hipertensi dengan memperhatikan usia dan jenis kelamin (Soeparman, 1990; 205) 1. Pria berusia < 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darah pada waktu berbaring ≥130/90 mmHg 2. Pria berusia > 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darahnya > 145/95 mmHg 3. Wanita, hipertensi bila tekanan darah ≥ 160/95 mmHg

Upload: others

Post on 11-Dec-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaun Umum Tentang Hipertensi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1496/3/BAB II.pdf · intravascular, luka bakar, dan stress. 4. Patofisiologi Patofisiologi

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjaun Umum Tentang Hipertensi

1. Definisi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal

tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus – menerus lebih dari

satu periode. Hal ini terjadi bila arteriole – arteriole konstriksi. Konstriksi

arteriole membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan

dinding arteri. Hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila

berlanjut dapat menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah.

Hipertensi juga didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik ≥ 140

mmHg dan atau tekanan darah diastolic ≥ 90 mmHg yang terjadi pada

seorang klien pada tiga kejadian terpisah (ignatavicius, 1994). Menurut

WHO, batasan tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90

mmHg, sedangkan tekanan darah ≥ 160/95 mmHg dinyatakan sebagai

hipertensi.

Kaplan memberikan batasan hipertensi dengan memperhatikan usia dan

jenis kelamin (Soeparman, 1990; 205)

1. Pria berusia < 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darah pada

waktu berbaring ≥130/90 mmHg

2. Pria berusia > 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darahnya >

145/95 mmHg

3. Wanita, hipertensi bila tekanan darah ≥ 160/95 mmHg

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaun Umum Tentang Hipertensi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1496/3/BAB II.pdf · intravascular, luka bakar, dan stress. 4. Patofisiologi Patofisiologi

8

Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami.

Bayi dan anak - anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih

rendah daripada dewasa. Sejalan dengan bertambahnya usia. Hampir setiap

orang mengalami kenaikan tekanan darah: tekanan sistolik terus meningkat

sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningat sampai 55-60

tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.

Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktifitas fisik di mana akan lebih tinggi

pada saat melakuka aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan

darah dalam satu hari juga berbeda: paling tinggi di waktu pagi hari dan paling

rendah pada saat tidur malam hari.

Menurut Crea (2008) hipertensi adalah istilah medis untuk penyakit

tekanan darah tinggi dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat

yang banyak diderita di dunia termasuk di Indonesia. Hipertensi termasuk

penyakit umum, tanpa disertai gejala khusus dan biasanya dapat ditangani

secara mudah, namun bila dibiarkan tanpa penanganan dapat menyebabkan

bebagai komplikasi yang lebih parah berupa penyakit jantung dan pembuluh

darah seperti aterosklerosis, infark miokard, gagal jantung, gangguan fungsi

ginjal dan kematian dini.

Menurut Shanty (2011) menyatakan bahwa hipertensi atau tekanan

darah tinggi adalah penyakit yang umum terjadi dalam masyarakat kita.

Keadaan itu terjadi jika tekanan darah pada arteri utama didalam tubuh terlalu

tinggi. Hipertensi kini semakin sering dijumpai pada orang lanjut usia.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaun Umum Tentang Hipertensi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1496/3/BAB II.pdf · intravascular, luka bakar, dan stress. 4. Patofisiologi Patofisiologi

9

Berdasarkan beberapa pengertian hipertensi tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa hipertensi adalah salah satu penyakit yang biasanya

gangguan terjadi pada sistem peredaran darah yang dapat menyebabkan

kenaikan tekanan darah di atas nilai normal, yaitu melebihi 140 / 90 mmHg.

2. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi hipertensi menurut JNC (Joint National Committee On

Prevention, Detection, Evaluation, And The Treatment Of High Blood

Pressure), yang dikaji oleh 33 ahli hipertensi nasional Amerika Serikat. Data

terbaru menunjukkan bahwa nilai tekanan darah yang sebelumnya

dipertimbangkan normal ternyata dapat menyebabkan peningkatan resiko

komplikasi kardiovaskuler. Sehingga mendorong pembuatan klasifikasi baru

pada JNC 7, yaitu terdapat pra hipertensi dimana tekanan darah sistol pada

kisaran 120-139 mmHg, dan tekanan darah diastole pada kisaran 80-89

mmHg. Hipertensi level 2 dan 3 disatukan menjadi level 2. Tujuan dari

klasifikasi JNC 7 adalah untuk mengidentifikasi individu-individu yang

dengan penanganan awal berupa perubahan gaya hidup, dapat membantu

menurunkan tekanan darahnya ke level hipertensi yang sesuai dengan usia.

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII

Klasifikasi tekanan darah

Tekanan darah

Sistol (mmHg)

Tekanan darah

Diastol (mmHg)

Normal < 120 Dan < 80

Prehipertensi 120-139 Atau 80-89

Hipertensi stadium 1 140-159 Atau 90-99

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaun Umum Tentang Hipertensi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1496/3/BAB II.pdf · intravascular, luka bakar, dan stress. 4. Patofisiologi Patofisiologi

10

Hipertensi stadium 2 > 160 Atau > 100

(Sumber: Crea, 2008:8)

WHO dan ISHWG (International Society Of Hypertension Working

Group) mengelompokkan hipertensi ke dalam klasifikasi optimal, normal,

normal-tinggi, hipertensi ringan, hipertensi sedang, dan hipertensi berat yaitu

sebagai berikut:

Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO

Kategori Sistol Diastol

Optimal < 120 < 80

Normal < 130 < 85

Normal – tinggi 130 – 139 85 – 89

Tingkat 1 (hipertensi ringan)

Sub grup: perbatasan

140 – 159

140 – 149

90 – 99

90 – 94

Tingkat 2 (hipertensi

sedang)

160 – 179 100 – 109

Tingkat 3 (hipertensi berat) ≥ 180 ≥ 110

Hipertensi sistol terisolasi

Sub-gruo: perbatasan

≥ 140

140 – 149

< 90

< 90

(Sumber: Crea, 2008:9)

Perhimpunan Hipertensi Indonesia pada januari 2007 meluncurkan

pedoman penanganan hipertensi di Indonesia, yang diambil dari pedoman

Negara maju dan Negara tetangga. Dan klasifikasi hipertensi ditentukan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaun Umum Tentang Hipertensi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1496/3/BAB II.pdf · intravascular, luka bakar, dan stress. 4. Patofisiologi Patofisiologi

11

berdasarkan ukuran tekanan darah sistolik dan diastolic dengan merujuk

hasil JNC 7 dan WHO yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.3 Klasifikasi Hipertensi Hasil Consensus Perhimpunan

Hipertensi Indonesia

Kategori tekanan darah

Tekanan darah

Sistol (mmHg)

Tekanan darah

Diastol (mmHg)

Normal < 120 Dan < 80

Prehipertensi 120 – 139 Atau 80-89

Hipertensi stadium 1 140 – 159 Atau 90-99

Hipertensi stadium 2 > 160 Atau > 110

Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90

Sumber: Crea, 2008:9)

3. Etiologi Hipertensi

Menurut Mansjoer (2001 : 582) bahwa penyebab hipertensi dibagi

menjadi dua golongan yaitu :

a. Hipertensi Primer atau hipertensi esensial

Merupakan 90% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi esensial

yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang tidak

diketahui penyebabnya (idiopatik). Beberapa faktor diduga berkaitan

dengan berkembangnya hipertensi esensial seperti berikut ini :

1) Genetic : individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan

hipertensi, beresiko tinggi untuk mengalami penyakit ini

2) Jenis kelamin dan usia : laki – laki berusia 35 – 50 tahun dan wanita

pasca menopause beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaun Umum Tentang Hipertensi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1496/3/BAB II.pdf · intravascular, luka bakar, dan stress. 4. Patofisiologi Patofisiologi

12

3) Diet : konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung

berhubungan dengan berkembangnya hipertensi

4) Berat badan : Obesitas (> 25% di atas BB Ideal) dikaitkan dengan

berkembangnya hipertensi

5) Gaya hidup : merokok dan konsumsi alcohol dapat meningkatkan

tekanan darah, bila gaya hidup menetap

b. Hipertensi sekunder

Merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi

sekunder, yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah karena

suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau

gangguan tiroid. faktor pencetus munculnya hipertensi sekunder antara

lain : penggunaan kontrasepsi oral, coartation aorta, neurogenik (tumor

otak, ensefalitis, gangguan psikiatris), kehamilan, peningkatan volume

intravascular, luka bakar, dan stress.

4. Patofisiologi

Patofisiologi hipertensi masih belum jelas, banyak faktor yang saling

berhubungan terlibat dalam peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensi

esensial. Namun, pada sejumlah kecil pasien penyakit ginjal atau korteks

adrenal (2% dan 5%) merupakan penyebab utama peningkatan tekanan darah

(hipertensi sekunder) namun selebihnya tidak terdapat penyebab yang jelas

pada pasien penderita hipertensi esensial. Beberapa mekanisme fisiologi turut

berperan aktif pada tekanan darah normal dan yang terganggu. Hal ini

mungkin berperan penting pada perkembangan penyakit hipertensi esensial.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaun Umum Tentang Hipertensi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1496/3/BAB II.pdf · intravascular, luka bakar, dan stress. 4. Patofisiologi Patofisiologi

13

Terdapat banyak faktor yang saling berhubungan terlibat dalam peningkatan

tekanan darah pada pasien hipertensi.

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini

bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan

keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.

Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang

bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada

titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang

serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan

dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.

Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon

pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan

hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui

dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi .

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga

terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla

adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks

adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat

respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang

mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.

Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaun Umum Tentang Hipertensi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1496/3/BAB II.pdf · intravascular, luka bakar, dan stress. 4. Patofisiologi Patofisiologi

14

menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya

merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini

menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan

peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan

keadaan hipertensi (Crea, 2008).

Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan struktural

dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada

perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut

meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan

dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan

kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya,

aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi

volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan

penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Rohaendi, 2008).

5. Gejala Hipertensi

Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak

memiliki gejala khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah

diamati antara lain yaitu :

a. Gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala

b. Sering gelisah

c. Wajah merah

d. Tengkuk terasa pegal

e. Mudah marah

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaun Umum Tentang Hipertensi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1496/3/BAB II.pdf · intravascular, luka bakar, dan stress. 4. Patofisiologi Patofisiologi

15

f. Telinga berdengung

g. Sukar tidur

h. Sesak napas

i. Rasa berat ditengkuk

j. Mudah lelah

k. Mata berkunang-kunang

l. Mimisan (keluar darah dari hidung).

Menurut Crea (2008) gejala hipertensi adalah sakit kepala bagian

belakang dan kaku kuduk, sulit tidur dan gelisah atau cemas dan kepala

pusing, dada berdebar-debar dan lemas, sesak nafas, berkeringat, dan pusing.

6. Komplikasi Hipertensi

Menurut Shanty (2011), hipertensi dapat berpotensi menjadi

komplikasi berbagai penyakit. Komplikasi hipertensi diantaranya adalah

stroke penyakit jantung, Tersumbat atau pecahnya pembuluh darah otak

(stroke), Gagal ginjal, Kelainan mata, Diabetes mellitus.

a. Penyakit jantung

Darah tinggi dapat menimbulkan penyakit jantung karena jantung

harus memompa darah lebih kuat untuk mengatasi tekanan yang harus

dihadapi pada pemompaan jantung. Ada dua kelainan yang dapat terjadi

pada jantung yaitu:

1. kelainan pembuluh darah jantung, yaitu timbulnya penyempitan

pembuluh darah jantung yang disebut dengan penyakit jantung

koroner.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaun Umum Tentang Hipertensi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1496/3/BAB II.pdf · intravascular, luka bakar, dan stress. 4. Patofisiologi Patofisiologi

16

2. payah jantung, yaitu penyakit jantung yang diakibatkan karena beban

yang terlalu berat suatu waktu akan mengalami kepayahan sehingga

darah harus dipompakan oleh jantung terkumpul di paru-paru dan

menimbulkan sesak nafas yang hebat. Penyakit ini disebut dengan

kelemahan jantung sisi kiri.

b. Tersumbat atau pecahnya pembuluh darah otak (stroke)

Tersumbatnya pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh darah

otak dapat menyebabkan terjadinya setengah lumpuh.

c. Gagal ginjal

Kegagalan yang ditimbulkan terhadap ginjal adalah tergangguanya

pekerjaan pembuluh darah yang terdiri dari berjuta-juta pembuluh darah

halus. Bila terjadi kegagalan ginjal tidak dapat mengeluarkan zat-zat yang

harus dikeluarkan oleh tubuh misalnya ureum.

d. Kelainan mata

Darah tinggi juga dapat menimbulkan kelainan pada mata berupa

penyempitan pembuluh darah mata atau berkumpulnya cairan di sekitar

saraf mata. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya gangguan penglihatan.

e. Diabetes mellitus

Diabetes melitus atau yang sering dikenal dengan penyakit kencing

manis merupakan gangguan pengolahan gula (glukosa) oleh tubuh karena

kekurangan insulin.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komplikasi

penyakit yang ditimbulkan dari tekanan darah tinggi atau yang sering

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaun Umum Tentang Hipertensi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1496/3/BAB II.pdf · intravascular, luka bakar, dan stress. 4. Patofisiologi Patofisiologi

17

disebut dengan hipertensi antara lain adalah penyakit jantung, stroke, gagal

ginjal, kelainan pada mata yang dapat mengalibatkan kebutaan dan

penyakit gula atau yang lebih dikenal dengan diabetes melitus.

7. Pencegahan Hipertensi

Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan

pencegahan yang baik (stop High Blood Pressure), antara lain menurut

(Crea, 2008), dengan cara sebagai berikut:

a. Mengurangi konsumsi garam.

Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 g

garam dapur untuk diet setiap hari

b. Menghindari kegemukan (obesitas).

Hindarkan kegemukan (obesitas) dengan menjaga berat badan (b.b)

normal atau tidak berlebihan. Batasan kegemukan adalah jika berat badan

lebih 10% dari berat badan normal.

c. Membatasi konsumsi lemak.

Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah

tidak terlalu tinggi. Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat

mengakibatkan terjadinya endapan kolesterol dalam dinding pembuluh

darah. Lama kelamaan, jika endapan kolesterol bertambah akan

menyumbat pembuluh nadi dan menggangu peredaran darah. Dengan

demikian, akan memperberat kerja jantung dan secara tidak langsung

memperparah hipertensi.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaun Umum Tentang Hipertensi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1496/3/BAB II.pdf · intravascular, luka bakar, dan stress. 4. Patofisiologi Patofisiologi

18

d. Olahraga teratur.

Menurut penelitian, olahraga secara teratur dapat meyerap atau

menghilangkan endapan kolesterol dan pembuluh nadi. Olahraga yang

dimaksud adalah latihan menggerakkan semua sendi dan otot tubuh

(latihan isotonik atau dinamik), seperti gerak jalan, berenang, naik

sepeda. Tidak dianjurkan melakukan olahraga yang menegangkan seperti

tinju, gulat, atau angkat besi, karena latihan yang berat bahkan dapat

menimbulkan hipertensi.

e. Makan banyak buah dan sayuran segar.

Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan mineral.

Buah yang banyak mengandung mineral kalium dapat membantu

menurunkan tekanan darah.

f. Tidak merokok dan minum alkohol.

g. Latihan relaksasi atau meditasi.

Relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stress atau

ketegangan jiwa. Relaksasi dilaksanakan dengan mengencangkan dan

mengendorkan otot tubuh sambil membayangkan sesuatu yang damai,

indah, dan menyenangkan. Relaksasi dapat pula dilakukan dengan

mendengarkan musik, atau bernyanyi.

h. Berusaha membina hidup yang positif.

Dalam kehidupan dunia modern yang penuh dengan persaingan,

tuntutan atau tantangan yang menumpuk menjadi tekanan atau beban

stress (ketegangan) bagi setiap orang. Jika tekanan stress terlampau besar

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaun Umum Tentang Hipertensi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1496/3/BAB II.pdf · intravascular, luka bakar, dan stress. 4. Patofisiologi Patofisiologi

19

sehingga melampaui daya tahan individu, akan menimbulkan sakit

kepala, suka marah, tidak bisa tidur, ataupun timbul hipertensi. Agar

terhindar dari efek negative tersebut, orang harus berusaha membina

hidup yang positif. Beberapa cara untuk membina hidup yang positif

adalah sebagai berikut:

1. Mengeluarkan isi hati dan memecahkan masalah

2. Membuat jadwal kerja, menyediakan waktu istirahat atau waktu

untuk kegiatan santai.

3. Menyelesaikan satu tugas pada satu saat saja, biarkan orang lain

menyelesaikan bagiannya.

4. Sekali-sekali mengalah, belajar berdamai.

5. Cobalah menolong orang lain.

6. Menghilangkan perasaan iri dan dengki.

8. Pathway Hiprtensi

Intoleransi Nyeri Merangsang

Kelelahan

Respon R A A

Resiko cidera

Iskemik Miokard

Afterload

Vasokontriksi

Blood Flow Menurun

Koroner

Sistemik

Spasme Arteriol

Vasokontriksi Pembuluh Darah

Pembuluh Darah

Retina

Ginjal

Ketidakefektifan Koping

Ketidakefektifan perfusi

Jaringan otak

Resistensi pembuluh darah ke otak meningkat

Metode Koping Tidak Efektif

suplai O2 ke otak berkurang

otak

Gangguan sirkulasi

Krisis Situasional

penyumbatan pembuluh darah

Vaskontriksi

Defesiensi Pengetahuan

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Informasi Yang Minim

Perubahan Situasi

Hipertensi

Faktor Predidposisi: Usia, Jenis Kelamin, Merokok, Stres, Kurang Olaraga, Faktor Genetik, Alkohol, Konsentrasi Garam, Obesitas

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaun Umum Tentang Hipertensi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1496/3/BAB II.pdf · intravascular, luka bakar, dan stress. 4. Patofisiologi Patofisiologi

20

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaun Umum Tentang Hipertensi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1496/3/BAB II.pdf · intravascular, luka bakar, dan stress. 4. Patofisiologi Patofisiologi

21

B. Tinjaun Umum Tentang Diet/Kebiasaan Makan

1. Kebiasaan Makan Konsumsi Lemak

Kebiasaan mengkonsusmsi lemak jenuh erat kaitannya dengan

peningkatan badan yang beresiko terjadinya hipertensi. Konsumsi lemah

jenuh juga meningkatkan risiko aterosklerosis yang berkaitan dengan

kenaikan tekanan darah. Penurunan konsusmsi lemak jenuh, terutama lemak

dalam makanan yang bersumber dari hewan dan peningkatan konsumsi

lemak tidak jenuh secukupnya yang berasal dari minyak sayuran, biji-bijian

dan makanan lain yang bersumber dari tanaman dapat menurunkan tekanan

darah.

Konsumsi jenis pangan berikut ini merupakan contoh bahan makanan

yang mengandung lemak sedang sampai lemak yang cukup tinggi antara

lain meliputi ayam dengan kulit, bebek, telur ayam, daging sapi hati sapi,

hati ayam, telur bebek susu kental manis, ikan sarden dalam kaleng, minyak

goring mentega (Atmasier, 2006).

Kadar lemak yang tinggi di dalam menu sehari – hari akan berakibat

meningkatkan tekanan darah. Kita di anjurkan untuk mengkonsumsi lemak

kurang dari 30 % total kalori. Tetapi lebih penting dari itu ialah kita harus

membatasi konsumsi lemak jenuh yang banyak terkadang dalam minyak

kelapa. Kalo ada pilihan sebaiknya kita gunakan minyak jagung atau

minyak sayur yang kandunagan lemak jenuhnaya lebih rendah. (Khomasan,

2006)

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaun Umum Tentang Hipertensi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1496/3/BAB II.pdf · intravascular, luka bakar, dan stress. 4. Patofisiologi Patofisiologi

22

2. Konsumsi Natrium

Garam merupakan faktor penting dalam pathogenesis hipertensi.

Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan

garam yang rendah. Apabila asupan garam kurang dari 3g/hari, maka

prevalensi hipertensinya rendah, sedangkan asupan garam antara 5-15 g/hari

prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-20% pengaruh asupan garam

terhadap hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah

jantung dan tekanan darah. Konsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih

dari 6 g/hari yang setara dengan 110 mmol natrium atau 2400 mg/hari.

Asupan natrium yang tinggi dapat menyebaban tubuh meretensi cairan

sehingga meningkatan volume darah (Anonim 2009).

3. Kebiasaan Konsumsi Alkohol

Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah dibuktikan.

Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas.

Namun, diduga peningkatan kadar kortisol, dan peningkatan volume sel

darah merah serta kekentalan darah berperan dalam menaikan tekanan

darah. Alkohol hanya mengandung energi tanpa mengandung zat gizi lain,

kebiasaan minum alkohol dapat mengakibatkan kurang gizi, penyakit

gangguan hati, kerusakan saraf otak dan jaringan serta dapat mengakibatkan

hipertensi apabila konsumsi terlalu banyak (Setiawati dan Bustami, 2005).

Orang-orang yang minum alkohol terlalu sering atau terlalu banyak,

akan cenderung memiliki tekanan darah yang tinggi dari pada individu yang

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaun Umum Tentang Hipertensi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1496/3/BAB II.pdf · intravascular, luka bakar, dan stress. 4. Patofisiologi Patofisiologi

23

tidak mengkonsumsi alkohol. Berlebihan mengkonsumsi alkohol ( > 2 gelas

bir/wine/whiskey/hari) merupakan faktor risiko hipertensi (Sustrani, 2006).

Peminum alkohol berat cenderung hipertensi meskipun mekanisme

timbulnya hipertensi belum diketahui secara pasti. Orang-orang yang

minum alkohol terlalu sering atau yang terlalu banyak memiliki tekanan

yang lebih tinggi dari pada individu yang tidak minum atau minum sedikit.

Menurut Ali Khomsan konsumsi alkohol harus diwaspadai karena survei

menunjukkan bahwa 10 % kasus hipertensi berkaitan dengan konsumsi

alkohol. Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum

jelas. Namun diduga, peningkatan kadar kortisol dan peningkatan volume

sel darah merah serta kekentalan darah merah berperan dalam menaikkan

tekanan darah (Yogiantoro, 2006).

Diperkirakan konsumsi alkohol berlebihan menjadi penyebab sekitar 5-

20% dari semua kasus hipertensi. Mengkonsumsi tiga gelas atau lebih

minuman berakohol per hari meningkatkan risiko mendapat hipertensi

sebesar dua kali. Bagaimana dan mengapa alkohol meningkatkan tekanan

darah belum diketahui dengan jelas. Namun sudah menjadi kenyataan

bahwa dalam jangka panjang, minum-minuman beralkohol berlebihan akan

merusak jantung dan organ-organ lain (Shanty, 2011).

4. Kebiasaan Konsumsi Kopi

Konsumsi kopi yang berlebihan dalam jangka yang panjang dan jumlah

yang banyak diketahui dapat meningkatkan risiko penyakit Hipertensi atau

penyakit Kardiovaskuler. Beberapa penelitian menunjukan bahwa orang

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaun Umum Tentang Hipertensi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1496/3/BAB II.pdf · intravascular, luka bakar, dan stress. 4. Patofisiologi Patofisiologi

24

yang mengkonsumsi kafein (kopi) secara teratur sepanjang hari mempunyai

tekanan darah rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan didalam 2-3 gelas

kopi (200-250 mg) terbukti meningkatkan tekanan sistolik sebesar 3-14

mmHg dan tekanan diastolik sebesar 4-13 mmHg pada orang yang tidak

mempunyai hipertensi (Crea, 2008).

Mengkonsumsi kafein secara teratur sepanjang hari mempunyai tekanan

darah rata-rata lebih tinggi di bandingkan dengan kalau mereka tidak

mengkonsumsi sama sekali. Kebiasaan mengkonsumsi kopi dapat

meningkatkan kadar kolesterol darah dan meningkatkan risiko terkena

penyakit jantung (Sustrani, 2006).

Menurut Rohaendi (2008) kebiasaan minum kopi diklasifikasikan menjadi:

1. Minum kopi ringan bila konsumsi kopi kurang dari 200 mg perhari

(1-2 gelas sehari ) atau kurang dari 4 sdm perhari

2. Minum kopi sedang bila konsumsi kopi 200-400 mg perhari (3-4

gelas sehari) atau konsumsi 4-8 sdm perhari

3. Minum kopi berat bila konsumsi lebih dari 400 mg perhari (> 5

gelas sehari) atau konsumsi lebih dari 8 gelas perhari.

4. Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak

menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan

tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah (untuk

hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa

apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat

karena adanya kondisi tertentu. Peningkatan intensitas aktivitas

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaun Umum Tentang Hipertensi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1496/3/BAB II.pdf · intravascular, luka bakar, dan stress. 4. Patofisiologi Patofisiologi

25

fisik, 30 – 45 menit per hari, penting dilakukan sebagai strategi

untuk pencegahan dan pengelolaan hipertensi.

B. Tinjauan Tentang Nyeri

1. Definisi Nyeri

International Association for Studi of Pain, (1979) Nyeri merupakan

suatu sensorik subjektif dan pengalaman emosional yang tidak

meyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan yang bersifat

sementara atau potensial yang dirasakan pada bagian-bagian yang terjadi

kerusakan (prasetyo,2010).

Melzack dan Wall (1998) dalam judha dkk (2012) nyeri merupakan

pengalaman pribadi, subjektif yang dipengaruhi oleh budaya, persepsi

seseorang, perhatian, dan variable-variabel psikologis lainnya, yang

menyebabkan prilaku terganggu berkelanjutan dan mencari cara untuk

menghentikan rasa nyeri tersebut (Andarmoyo, 2013).

Nyeri adalah kondisi perasaan yang tidak menyenangkan yang bersifat

subjektif karena nyeri yang dialami setiap orang berbeda dalam hal skala

atau tingkatnya dan hanya penderita tersebut yang bisa menjelaskan dan

mengevaluasi kejadian yang dia alami(andarmoyo, 2013).

2. Proses Fisiologi Nyeri

Andarmoyo (2013) menggambarkan proses terjadinya nyeri adalah

sebuah rangkaian yang rumit. Dalam hal ini dibutuhkan pengetahuan

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaun Umum Tentang Hipertensi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1496/3/BAB II.pdf · intravascular, luka bakar, dan stress. 4. Patofisiologi Patofisiologi

26

mengenai struktur dan fisiologi sistem saraf karena system in lah yang

memegang kendali dalam terciptanya nyeri, ada lima proses terjadinya nyeri

yaitu : stimulsi, transduksi, transmisi, persepsi, dan modulasi.

Sel saraf atau neuron terdiri dari badan sel dan dua sel tonjolan yang

bertanggung jawab untuk transmisi implus saraf, termasuk implus nyeri,

tonjolan dari badan sel merupakan tonjolan pendek bercabang yang

dinamakan dendrite yang menerima rangsangan sensorik dari lingkungan

luar sel dan membawahnya menuju badan sel. Tonjolan ini disebut neuron

atau aferen (sensorik), yaitu saraf yang memantau sensori dan membawah

informasi dari prifer ke SSP (system saraf pusat), yang merupakan reseptor

untuk stimulasi implus yang tidak menyenangkan (nyeri). Pada masing-

masing sel juga memiliki tonjolan tunggal yang disebut akson dengan

panjang bervariasi, disepanjang akson itulah implus saraf dikonduksikan

menjauhi badan sel neuron menuju ke dendrite neuron lain atau struktur

eferen, contohnya kelenjar atau otot, saraf ini disebut neuron eferen

(motorik) yaitu, saraf yang membawah implus saraf dari SSP ke dalam

tubuh (Bresnick, 2003, andarmoyo, 2013 dalam Afdal, 2018).

a. Stimulasi

Stimulasi yang disadari dimana persepsi nyeri diantarkan oleh

neuron khusus yang bertindak sebagai reseptor, pendeteksi stimutus,

penguat, dan penghantar menuju SSP. Respon Khusus tersebut

dinamakan nociceptor.Mereka tersebar luas dalam lapisan superficial

kulit dan juga dalam jaringan seperti periosteum, dinding arteri,

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaun Umum Tentang Hipertensi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1496/3/BAB II.pdf · intravascular, luka bakar, dan stress. 4. Patofisiologi Patofisiologi

27

permukaan sendi serta falks dan tentorium serebri.Ada tiga kategori

respon nyeri, yaitu nosiseptor mekanis yang berrespon terhadap

kerusakan mekanis, contohnya tusukan, benturan atau cubitan.

Nosiseptor termal yang berrespon terhadap suhu yang berlebihan

terutama suhu panas : nosiseptor polimodal, yang berespon setara

terhadap semua jenis rangsangan yang merusak termaksud iritasi zat

kimia yang dikeluarkan dari jaringan yang cederah.

b. Transduksi

Transduksi adalah suatu stimulus nyeri yang diubah menjadi suatu

aktifitas listrik yang akan diterima dari ujung-ujung saraf yang berupa

stimulus fisik (TD), suhu (panas), dan kimia (subtansi nyeri). Terjadi

perubahan yang patologis karena mediator-mediator kimia misalnya

prostaglandin dari sel rusak, bradikinin dari plasma, histamine dari sel

mast, serotonin dari trombasit, dan subtansi p dari ujung saraf nyeri

yang mempengaruhi nosiseptor pada daerah luar trauma yang

menyebabkan nyeri meluas.

c. Transmisi

Transmisi adalah proses penerusan implus nyeri dari nociceptor

saraf perifer melewati cornu dorsalis dan cardo spinalis menuju korteks

serebri. Cornu dorsalis dari medulla spinalis dapat dianggap sebagai

tempat proses sensorik. Serabut prifer (mis, reseptor nyeri) berakhir

disini dan serabut traktus sensori asendes berawal dari sini.Yang

berkoneksi antara system neuronal desenden dan traktus sensori

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaun Umum Tentang Hipertensi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1496/3/BAB II.pdf · intravascular, luka bakar, dan stress. 4. Patofisiologi Patofisiologi

28

asenden.Traktus asenden berakhir pada bagian bawah otak dan bagian

tengah maka implus-implus dipancarkan ke korteks serebri. Agar nyeri

dapat dirasakan secara sadar, neuron pada system asenden harus

diaktifkan yang akan terjadi sebagai akibat inputdari reseptor yang

terletak dalam kulit dan ronga internal.

d. Modulasi

modulasi merupakan proses pengendalian internal oleh saraf, yang

dapat mengurangi atau meningkatkan implus nyeri. Hambatan terjadi

melalui system analgesic endogen yang melibatkan bermacam-macam

neurotrasnsmitter antara lain endorphin yang dikeluarkan oleh sel otak

dan neuron dispinalis. Implus ini bermula dari area periaquaductuagrey

(PAG) dan menghambat transmisi implus pre maupun pascasinaps di

tingkat spinalis.Modulasi nyeri dapat timbul di nosiseptor perifer

medulla spinalis atau suprespinalis.

e. Presepsi

Presepsi merupakan hasil rekontruksi susunan saraf pusat tengah

implus nyeri yang diterima, rekonstruksi adalah hasil interaksi system

saraf sensori, informasi kognitif (korteks serebri), dan pengalaman

emosional. Persepsi menentukan berat ringannya nyeri yang

dirasakan,setelah sampai ke otak nyeri dirasakan secara sadar dan

menimbulkan respon berupa perilaku dan verbal yang merespon adanya

nyeri, atau ucapan akibat respon misalnya, aduh, aw ah (andarmoyo,

2013).

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaun Umum Tentang Hipertensi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1496/3/BAB II.pdf · intravascular, luka bakar, dan stress. 4. Patofisiologi Patofisiologi

29

3. Klasifikasi Nyeri

a. Klasifikasi nyeri berdasarkan durasi:

1. Nyeri akut merupakan nyeri yang terjadi setelah cederah akut,

penyakit, intervensi bedah, dan memiliki dutasi yang cepat. Dengan

intensitas yang berfariasi (ringan sampai berat) dan berlangsung

untuk waktu singkat (Smeltzer, 2002)

2. Nyeri kronik merupakan nyeri konstan atau intermiten yang menetap

sepanjang suatu periode waktu. Nyeri kronik berlangsung lama,

intensitas yang bervariasi, biasanya berlangsung lebih dari enam

bulan (Potter & Perry, 2005).

Tabel 2.1 perbedaan nyeri akut dan nyeri kronik berdasarkan

durasi

Karakteristik Nyeri akut Nyeri kronik

Pengalaman Satu kejadian Satu situasi, status

ekstensi

Sumber Sebab internal

atau penyakit dari

dalam

Tidak diketahui atau

pengobatan terlalu

lama

Serangan Mendadak Bisa mendadak,

perkembang, dan

terselubung

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaun Umum Tentang Hipertensi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1496/3/BAB II.pdf · intravascular, luka bakar, dan stress. 4. Patofisiologi Patofisiologi

30

Waktu Sampai 6 bulan Lebih dari 6 bulan

sampai bertahun

tahun

Pernyataan

nyeri

Daerah nyeri tidak

diketahui secara

pasti

Daerah nyeri sulit

dibedahkan

intensitasnya

sehingga sulit di

evaluasi (perubahan

perasaan)

Gejala-gejala

klinis

Pola respon yang

khas dengan gejala

yang jelas

Pola respon yang

bervariasi dengan

sedikit gejala

(adaptasi)

b. Klasifikasi nyeri berdasarkan asas (Andarmoyo, 2013)

1. Nyeri nosiseptif adalah nyeri yang diakibatkan oleh aktifitas atau

sensitisasi nosiseptor perifer yang merupakan reseptor khusus yang

mengantarkan stimulasi noxious. Nyeri nosiseptif perifer dapat

terjadi karna adanya stimulus yang mengenai kulit, tulang, sendi,

otot, jaringan ikat.

2. Nyeri neuropatik adalah cedera atau abnormalitas yang didapat

pada struktur saraf perifer maupun sentral. Berbeda dengan nyeri

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaun Umum Tentang Hipertensi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1496/3/BAB II.pdf · intravascular, luka bakar, dan stress. 4. Patofisiologi Patofisiologi

31

nosiseptif, nyeri neuropatik bertahan lebih lama dan merupakan

proses input saraf sensorik yang abnormal oleh system saraf

perifer.

c. Klasifikasi nyeri berdasarkan lokasi (Andarmoyo, 2013)

1. Superficial atau kutaneus merupakan nyeri yang disebabkan oleh

stimulus kulit. Nyeri berlangsung sebentar dan terlokalisir, nyeri

bisanya terasa seperti sensasi yang tajam, misalnya tertusuk jarum

suntik, luka potong yang kecil dan laserasi.

2. Visceral dalam merupakan nyeri yang terjadi akibat stimulus

organ-organ internal, nyeri bersifat difus dan menyebar ke

beberapa area, durasinya bervariasi tapi pada umumnya

berlangsung lebih lama dari pada nyeri superficial.

Tabel 2.2 Perbedaan nyeri akut dan nyeri kronik berdasarkan

lokasi

Karakteristik

Nyeri Stomatik Nyeri

viseral Superficial Dalam

Kualitas Tajam,menusuk,

membakar

Tajam,

tumpul, nyeri

terus

Tajam,

tumpul,

nyeri terus,

kejang

Menjalar Tidak Tidak Ya

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaun Umum Tentang Hipertensi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1496/3/BAB II.pdf · intravascular, luka bakar, dan stress. 4. Patofisiologi Patofisiologi

32

Stimulasi Torehan, abrasi,

terlalu panas dan

dingin

Torehan,

panas,

iskemia,

pergeseran

Distensi,

iskemia,

Spasmus,

iritasi

kimiawi

Reaksi otonom Tidak Ya Ya

Reflex

kontraksi otot

Tidak Ya Ya

4. Factor-faktor yang mempengaruhi nyeri

a) Usia

Usia adalah varibel yang penting yang mempengaruhi nyeri pada

individu. Anak kecil mempunyai kesulitan dalam memahami nyeri

dan prosedur pengobatan yang dapat menyebabkan nyeri, anak kecil

juga belum dapat mengucapkan kata-kata dimana dia masih

mengalami kesulitan dalam ungkapan secara verbal dalam

mengekspresikan nyeri pada kedua orang tua atau pada

perawat.Sedangkan pada lansia seorang perawat harus melakukan

pengkajian lebih rinci ketika seorang lansia melaporkan adanya

nyeri, seringkali lansi memiliki sumber nyeri lebih dari satu.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaun Umum Tentang Hipertensi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1496/3/BAB II.pdf · intravascular, luka bakar, dan stress. 4. Patofisiologi Patofisiologi

33

b) Jenis kelamin

Pria dan wanita tidak berbeda secara siknifikan dalam respon

terhadap nyeri, ada beberapa budaya yang menganggap bawha seorang

anak laki-laki lebih kuat atau berani dan tidak boleh menangis

dibandingkan anak permpuan dalam situasi yang sama merasakan

nyeri.

c) Ansietas

Hubungan nyeri dan ansietas bersifat kompleks, ansietas yang

dirasakan seseorang sering kali meningkatkan persepsi nyeri, akan

tetapi nyeri juga bisa menimbulkan perasaan cemas, misalnya

seseorang yang menderita kanker kronik dan merasa takut akan kondisi

penyakitnya nyeri yang dia alami akan semakin meningkat.

d) Keletihan

Keletihan atau kelelahan yang dialami seseorang akan

meningkatkan sensasi nyeri dan menurunkan kemampuan koping

individu.

e) Lokasi dan tingkat keparahan nyeri

Nyeri yang dirasakan bervariasi dalam intensitas dantingkat

keparahanya pada masing-masing individu, nyeri yang dirasakan

mungkin terasa ringan sedangkan pada individu lain merupakan nyeri

yang hebat.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaun Umum Tentang Hipertensi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1496/3/BAB II.pdf · intravascular, luka bakar, dan stress. 4. Patofisiologi Patofisiologi

34

5. Penilaian respon intensitas nyeri

a. Skala deskritif

Skala deskritif adalah alat pengukur tingkat keparahan nyeri yang

lebih objektif skala pendeskripsi verbal yaitu sebuah garis yang terdiri dari

tiga sampai lima kata pendeskipsi yang tersusun dengan jarak yang sama

di sepanjang garis.

Keterangan :

0 : tidak nyeri

1-3 : nyeri ringa yaitu dimana secara objektif pasien dapat

berkomunikasi

4-6 : nyeri sedang yaitu secara objektif pasien menyeringai

7-9 : nyeri berat terkontrol yaitu secara objektif pasien tidak

dapat dapat mengikuti perintah tetapi masih berespon

terhadap tindakan

10 : nyeri berat tidak terkontrol yaitu pasien memukul dan tidak

mampu lagi berkomunikasi (Potter & Perry, 2005).

b. Skala numeric

Skala numeric digunakan sebagai alat penganti pendeskripsi kata,

dalam hal ini pasien manila nyeri dengan mengunakan skala angka 0-10

yang digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan sesudah

intervensi dilkukan(Potter & Perry, 2006)

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaun Umum Tentang Hipertensi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1496/3/BAB II.pdf · intravascular, luka bakar, dan stress. 4. Patofisiologi Patofisiologi

35

Keterangan:

0 : tidak nyeri (nyaman)

4-6 :nyeri sedang yaitu pasien menyeringgai dan dapat

menunjukan lokasi nyeri

7-10 : nyeri berat : dimana pasien tidak dapat mengikuti perintah

tetapi masih berespon terhadap tindakan dan dapat

menunjukan lokasi nyeri.

c. Visual Analog Scale (VAS)

Skala analog visual merupakan suatu garis lurus atau horizontal

sepanjang 10 cm, yang mewakili identitas nyeri yang terus menerus dan

pendeskripsian verbal di setiap ujungnya, biasanya pasien diminta untuk

menunjukan titik pada garis untuk menentukan letak nyeri terjadi

sepanjang garis tersebut, ujung kiri menandakan tidak ada nyeri

(nyaman) dan ujung kanan menandakan nyeri berat atau nyeri yang

paling hebat.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaun Umum Tentang Hipertensi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1496/3/BAB II.pdf · intravascular, luka bakar, dan stress. 4. Patofisiologi Patofisiologi

36

C. Asuhan Keperawatan Pada Hipertensi

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau tahap praktik

keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien atau pasien di

berbagai tatanan pelayanan kesehatan.

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan suatu tahap awal dari asuhan keperawatan yang

sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data, baik dari

data primer maupun data sekunder. Macam-macam data yang diperoleh

berupa data dasar, data fokus, data subjektif dan data objektif.

1) Identitas terdiri dari identitas pasien (nama, umur, agama, jenis

kelamin, status, pendidikaan, pekerjaan, suku bangsa, alamat, taggal

masuk, tanggal pengkajian, nomor register, dan diagnose medis),

dan identitas penanggung jawab (nama, umur, hubungan dengan

pasien, pekerjaan, dan alamat).

2) Riwayat penyakit sekarang

Hal yang perlu dikaji :

a) Keluhan yang dirasakan klien

b) Upaya yang dilakukan untuk mengatasi keluhan

3) Riwayat penyakit dahulu

Hal yang perlu dikaji yaitu :

a) Pernah menderita tuberculosis Paru

b) Apakah mempunyai penyakit lain yang memperberat

tuberculosis paru seperti Diabetes Melitus

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaun Umum Tentang Hipertensi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1496/3/BAB II.pdf · intravascular, luka bakar, dan stress. 4. Patofisiologi Patofisiologi

37

c) Obat-obatan yang sering dikonsumsi

d) Apakah ada alergi obat

4) Riwayat penyakit keluarga

Apakah penyakit tuberculosis paru pernah dialami oleh anggota

keluarga

5) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada pasien tuberculosis paru meliputi

pemeriksaan fisik umum persistem dari observasi keadaan umum,

pemeriksaan tanda-tanda vital, B1-B6

a) B1 Breathing/ Sistem Pernafasan

1) Inspeksi : Bentuk dada, peningkatan frekuensi nafas, dan

menggunakan otot bantu pernafasan.

2) Palpasi : Vokal fremitus meningkat

3) Perkusi : Bunyi resonan atau sonor

4) Auskultasi : Suara nafas tambahan (ronchi)

b) B2 Blood/ Sistem Kardiovaskuler

1) Inspeksi : Kelemahan fisik

2) Palpasi : Denyut nadi perifer melemah

3) Perkusi : Batas jantung mengalami pergeseran pada

tuberculosis paru dengan efusi pleura massif mendorong ke

sisi sehat

4) Auskultasi : Tekanan darah biasanya normal

c) B3 Brain/ Sistem persarafan

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaun Umum Tentang Hipertensi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1496/3/BAB II.pdf · intravascular, luka bakar, dan stress. 4. Patofisiologi Patofisiologi

38

Kesadaran biasanya composmentis, adanya sianosis perifer

apabila gangguan perfusi jaringan berat. Pada mata didapatkan

konjungtiva anemis pada tuberculosis paru dengan hemoptoe

masif dan kronis, dan sclera ikterik pada tuberculosis paru dengan

gangguan fungsi hati.

d) B4 Bladder/ Sistem perkemihan

Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake

cairan. Klien diinformasikan agar terbiasa dengan urine yang

berwarna jingga pekat dan berbau yang menandakan fungsi ginjal

masih normal sebagai eksresi karena meminum OAT terutama

Rifampisin.

e) B5 Bowel/ Sistem pencernaan & Eliminasi

Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu

makan, dan penurunan berat badan.

f) B6 Bone/ Sistem integument

Kelemahan dan keleleahan fisik secara umum sering

menyebabkan ketergantungan klien terhadap bantuan orang lain

dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Diagnosa I Penurunan Curah Jantung

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaun Umum Tentang Hipertensi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1496/3/BAB II.pdf · intravascular, luka bakar, dan stress. 4. Patofisiologi Patofisiologi

39

1) Penyebab

a) Perubahan irama jantung

b) Perubahan frekuensi jantung

c) Perubahan kontraktilitas

d) Perubahan preload

e) Perubahan afterload

f) Gejala dan Tanda Mayor

2) Subjektif

a) Perubahan irama jantung : Palpitasi

b) Perubahan preload : Lelah

c) Perubahan afterload : Dipsnea

d) Perubahan kontraktilitas

• Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND)

• Ortopnea

• Batuk

3) Objektif

Perubahan irama jantung

• Bradikardia/takikardi

• Gambaran EKG aritmia

b. Diagnosa Nyeri Akut

1) Definisi

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaun Umum Tentang Hipertensi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1496/3/BAB II.pdf · intravascular, luka bakar, dan stress. 4. Patofisiologi Patofisiologi

40

Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan

kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau

lambat dan berintensitas ringan hingga berat berlangsung kurang dari 3

bulan.

2) Penyebab

• Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, meoplasma)

• Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)

• Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong,

mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik

berlebihan)

• Gejala dan Tanda Mayor

3) Subjektif

• Mengeluh nyeri

4) Objektif

• Tampak meringis

• Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindar nyeri)

• Gelisah

• Frekuensi nadi meningkat

• Sulit tidur

• Gejala dan Tanda Minor

c. Diagnosa Intoleransi Aktivitas

1) Penyebab

• Ketidakseimbangan antara suplei dan kebutuhan oksigen

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaun Umum Tentang Hipertensi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1496/3/BAB II.pdf · intravascular, luka bakar, dan stress. 4. Patofisiologi Patofisiologi

41

• Tirah baring

• Kelemahan

• Imobilitas

• Gaya hidup monoton

• Gejala dan Tanda Mayor

• Subjektif

2) Subjektif

• Mengeluh lelah

3) Objektif

• Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat

• Gejala dan Tanda Minor

3. Intervensi

a. Penurunan curah jantung

1) Tujuan

Menunjukkan curah jantung yang memuaskan, dibuktikan oleh

efektivitas pompa jantung, status sirkulasi, perfusi jaringan (organ

abdomen, jantung serebral, selular, perifer, dan pulmonal); dan status

tanda-tanda vital

2) Criteria hasil

a. Mempunyai indeks jantung dan fraksi ejeksi dalam batas normal

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaun Umum Tentang Hipertensi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1496/3/BAB II.pdf · intravascular, luka bakar, dan stress. 4. Patofisiologi Patofisiologi

42

b. Mempunyai haluaran urine, berat jenis urine, blood urea nitrogen (BUN)

dan keratin plasma dalam batas normal

c. Mempunyai warna kulit yang normal

d. Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas fisik (mis. Tidak

mengalami dispnea, nyeri dada, atau sinkope)

e. Menjelaskan diet, obat, aktivitas, dan batasan yang diperlukan (mis.

Untuk penyakit jantung)

f. Mengidentifikasi tanda dan gejala perburukan kondisi yang dapat

dilaporkan

3) Intervensi NIC

Aktivitas Keperawatan

a) Kaji dan dokumentasikan tekanan darah, adanya sianosis, status

pernapasan, dan status mental

b) Pantau tanda kelebihan cairan (mis. Edema dependen, kenaikan berat

badan)

c) Kaji toleransi aktifitas pasien dengan memerhatikan adanya awitan napas

pendek, nyeri, palpitasi, atau limbung

d) Evaluasi respon psien terhadap terapi oksigen

e) Kaji kerusakan kognitif

Penyuluhan untuk pasien/keluarga

1. Jelaskan tujuan pemberian oksigen per kanula nasal atau sungkup

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaun Umum Tentang Hipertensi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1496/3/BAB II.pdf · intravascular, luka bakar, dan stress. 4. Patofisiologi Patofisiologi

43

2. Intruksikan mengenai pemeliharaan keakuratan asupan dan haluaran

3. Ajarkan penggunaan, dosis, frekuensi, dan efek samping obat

4. Ajarkan untuk melaporkan dan menggambarkan awitan palpitasi dan nyeri,

faktor pencetus, daerah, kualitas, dan intesitas

5. Intruksikan pasien dan keluarga dalam perencanaan untuk perawatan

dirumah, meliputi pembatasan aktivitas, pembatasan diet, dan penggunaan

alat terapeutik

6. Berikan informasi tentang teknik penurunan stress seperti biofeed-back,

relaksasi otot progresif, meditsi dan latihan fisik

7. Ajarkan kebutuhan untuk menimbang berat badan setiap hari

Aktivitas kolaboratif

1. Konsultasikan dengan dokter menyangkut parameter pemberian atau

penghentian obat tekanan darah

2. Berikan dan titrasikan obat antiaritmia, inotropik, nitrogliserin,dan

vasodilator untuk mempertahankan kontraktilitas, preload, dan afterload

sesuai dengan program medis atau protocol

3. Berikan antikoagulan untuk mencegah pembentukan thrombus perifer,

sesuai dengan program atau protocol (Wilkinson, 2016, pp. 65-66)

2. Nyeri akut

a) Tujuan

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaun Umum Tentang Hipertensi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1496/3/BAB II.pdf · intravascular, luka bakar, dan stress. 4. Patofisiologi Patofisiologi

44

Memperlihatkan pengendalian nyeri, yan dibuktikan oleh indicator sebagai

berikut (sebutkan 1-5: tidak oernah, jarang, kadang-kandang, sering, atau

selalu).

• Mengenali awitan nyeri

• Menggunakan tindakan pencegahan

• Melaporkan nyeri yang dapat dikendalikan

b) Criteria hasil

• Memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk

mencapai kenyamanan

• Mempertahankan tingkat nyeri pada atau kurang (dengan skala 0-10)

• Melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologi

• Mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk

memodifikasi faktor tersebut

• Melaporkan nyeri kepada penyedia layanan kesehatan

• Menggunakan tindakan meredakan nyeri dengan analgesic dan non

analgesic secara teapat

• Tidak mengalami gangguan dalam frekuensi pernapasan, denyut

jantung, atau tekanan darah

• Mempertahankan selera makan yang baik

• Melaporkan pola tidur yang baik

• Melaporkan kemampuan untuk mempertahankan performa peran dan

hubungan interpersonal

4) Intervensi NIC

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaun Umum Tentang Hipertensi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1496/3/BAB II.pdf · intravascular, luka bakar, dan stress. 4. Patofisiologi Patofisiologi

45

Aktivitas keperawatan

a) Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk

mengumpulkan onformasi pengkajian.

b) Minta pasien untuk menilai nyeri atau ketidaknyamanan pada skala 0

sampai 10 (0= tidak ada nyeri atau ketidaknyamanan, 10= nyeri berat)

c) Gunakan bagan alir nyeri untuk memantau peredaan nyeri oleh analgesic

dan kemungkinan efek sampingnya

d) Kaji dampak agama, budaya, kepercayaan, dan lingkungan terhadap nyeri

respon pasien

e) Dalam mengkaji pasien, gunakan kata-kata yang sesuai usia dan tingkat

perkembangan pasien

Penyuluhan untuk pasien/keluarga

a) Sertakan dalam intruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus

diminum, frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping, kemungkinan

interksi obat, kewaspadaan khusus saat mengonsumsi obat tersebut (mis,

pembatasan aktivitas fisik, pembatasan diet)l dan nama orang yang harus

dihubungi bila mengalami nyeri membandel

b) Intruksikan oasien untuk menginformasikan kepada perawat jika peredaan

nyeri tidak dapat dicapai

c) Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan

nyeri dan tawarkan strategi koping yang disarankan

d) Perbaiki kesalahan presepsi tentang analgesic narkotik atau opioid (mis,

risiko ketergantungan atau overdosis)

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaun Umum Tentang Hipertensi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1496/3/BAB II.pdf · intravascular, luka bakar, dan stress. 4. Patofisiologi Patofisiologi

46

Aktivitas kolaboratif

a) Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiate yang terjadwal

(mis, setiap 4 jam selam 36 jam) atau PCA

b) Manajemen nyeri NIC

Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih berat

Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat ini

merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien dimasalalu

(Wilkinson, 2016, pp. 297-298)

3. Intoleransi aktivitas

• Tujuan

Menoleransi aktivitas yang bisa dilakukan, yang dibuktikan oleh toleransi

aktivitas, ketahanan, penghematan energy, tingkat kelelahan, energy

psikomotorik, istirahat, dan perawatan diri : ASK (dan AKSI)

• Criteria hasil

a. Mengidentifikasi aktivitass atau situasi yang menimbulkan kecemasan

yang dapat mengakibatkan intoleran aktivitas

b. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang dibutuhkan dengan

peningkatan denyut jantung, frekuensi pernapasan, dan tekanan darah

serta memantau pola dalam batas normal

c. Pada (tanggal target) akan mencapai tingkat aktivitas (uraikan tingkat

yang diharapkan dari daftar pada saran penggunaan)

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaun Umum Tentang Hipertensi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1496/3/BAB II.pdf · intravascular, luka bakar, dan stress. 4. Patofisiologi Patofisiologi

47

d. Mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang kebutuhan oksigen,

obat dan atau peralatan yang dapat meningkatkan toleransi terhadap

aktivitas

e. Menampilkan aktivitas kehidupas sehrihari (AKS) dengan beberapa

bantuan (mis, eliminasi dengan bantuan ambulasi tuntuk kekamar

mandi)

f. Menampilkan managemen pemeliharaan rumah dengan bantuan (mis,

membutuhkan bantuan untuk kebersihan setiap minggu)

• Intervensi NIC

Aktifitas keperawatan

a. Kaji tingkat kemmpuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur,

berdiri, ambulasi, dan melakukan AKS dan AKSI

b. Kaji respon emosi, sosial, dan spiritual terhadap aktivitas

c. Evaluasi metovasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas

Penyuluhan untuk pasien/keluarga

a. Penggunaan teknik napas terkontrol selama aktivitas, jika perlu

b. Mengenali tanda dan gejala intoleran aktivitas, termasuk kondisi yang

belum dilaporrkan kepada dokter

c. Pentingnya nutrisi yang baik

d. Penggunaan peralatan, seperti oksigen selama aktivitas

e. Penggunaan teknik relaksasi (mis, distraksi, fisualisasi) selama aktivitas

f. Dampak intoleran aktivitas terhadap tanggung jawab peran dalam

keluarga dan tempat kerja

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaun Umum Tentang Hipertensi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1496/3/BAB II.pdf · intravascular, luka bakar, dan stress. 4. Patofisiologi Patofisiologi

48

g. Tindakan untuk menghemat energy, sebagai contoh : menyimpan alat

atau benda yang sering digunaakan ditempat yang mudah terjangkau

Aktivitas kolaboratif

a. Berikan pengobatan nyeri sebelum aktivitas, apabila nyeri merupakan salah

satu faktor penyebab

b. Kolaborasikan dengan alat ahli terapi okupasi, fisik (mis, untuk latihan

ketahanan), atau reasi untuk merencanakan dan memantau program

aktivitas, jika perlu

c. Untuk pasien yang mengalami sakit jiwa, rujuk pelayanan kesehatan jiwa

dirumah

d. Rujuk pasien kepelayanan kesehatan rumah untuk mendapatkan pelayanan

bantuan peralatan rumah, jika perlu

e. Rujuk pasien kepelayanan kesehatan rumah untuk mendapatkan pelayan

bantuan perawatan rumah, jika perlu

f. Rujuk pasien keahli gizi untuk pelayanan diet guna meningkatlan asupan

yang kaya energy

g. Rujuk pasien kepusat rehabilitasi jantung jika keletihan berhubungan

dengan penyakit jantung (Wilkinson, 2016, pp. 17-18) .