bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan teori 1. stresrepository.ump.ac.id/4974/3/argiansa afrian bab...

30
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Stres a. Pengertian Stres Stres adalah reaksi/respons tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan mental/beban kehidupan). Stres dewasa ini digunakan secara bergantian untuk menjelaskan berbagai stimulus dengan intensitas berlebihan yang tidak disukai berupa respons fisiologis, perilaku, dan subjektif terhadap stres. Konteks yang menjembatani pertemuan antara individu dengan stimulus yang membuat stres, semua sebagai suatu sistem (WHO, 2003). Stres dapat didefinisikan melalui tiga cara yang berbeda, yaitu sebagai stimulus, sebagai respon, dan sebagai interaksi. Sebagai stimulus, apabila fokus pada lingkungan, misalnya memiliki pekerjaan dengan tingkat stres tinggi. Sebagai respon, apabila fokus pada reaksi terhadap stressor, misalnya ketika seseorang mengucapkan kata stres sewaktu berada pada kondisi tertekan “saya merasa stres ketika harus memberikan pidato”. Sebagai interaksi, hubungan seseorang dengan stimulus lingkungannya, seseorang disini merupakan agen aktif yang bisa mempengaruhi akibat dari stressor melalui tingkah laku, kognisi dan strategi emosi (Brannon dan Feist, 2007). Stres adalah respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan tubuh yang terganggu, suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan Hubungan Tingkat Stres.., Argiansa Afrian, Keperawatan S1 UMP, 2014

Upload: letram

Post on 26-Aug-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Stresrepository.ump.ac.id/4974/3/Argiansa Afrian BAB II.pdf · seseorang dengan stimulus lingkungannya, seseorang disini merupakan agen

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI

1. Stres

a. Pengertian Stres

Stres adalah reaksi/respons tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan

mental/beban kehidupan). Stres dewasa ini digunakan secara bergantian untuk

menjelaskan berbagai stimulus dengan intensitas berlebihan yang tidak disukai

berupa respons fisiologis, perilaku, dan subjektif terhadap stres. Konteks yang

menjembatani pertemuan antara individu dengan stimulus yang membuat stres,

semua sebagai suatu sistem (WHO, 2003).

Stres dapat didefinisikan melalui tiga cara yang berbeda, yaitu sebagai

stimulus, sebagai respon, dan sebagai interaksi. Sebagai stimulus, apabila fokus

pada lingkungan, misalnya memiliki pekerjaan dengan tingkat stres tinggi.

Sebagai respon, apabila fokus pada reaksi terhadap stressor, misalnya ketika

seseorang mengucapkan kata stres sewaktu berada pada kondisi tertekan “saya

merasa stres ketika harus memberikan pidato”. Sebagai interaksi, hubungan

seseorang dengan stimulus lingkungannya, seseorang disini merupakan agen

aktif yang bisa mempengaruhi akibat dari stressor melalui tingkah laku, kognisi

dan strategi emosi (Brannon dan Feist, 2007).

Stres adalah respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan

tubuh yang terganggu, suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan

Hubungan Tingkat Stres.., Argiansa Afrian, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Stresrepository.ump.ac.id/4974/3/Argiansa Afrian BAB II.pdf · seseorang dengan stimulus lingkungannya, seseorang disini merupakan agen

sehari-hari dan tidak dapat dihindari setiap orang yang mengalaminya (Rasmun,

2004).

Sedangkan suatu kejadian eksternal yang menyebabkan respon-respon stres

internal, baik secara fisik maupun emosi tersebut disebut dengan stressor.

b. Sumber Stres

Sumber stres adalah semua kondisi stimulasi yang berbahaya dan

menghasilkan reaksi stres, misalnya jumlah semua respons fisiologis

nonspesifik yang menyebabkan kerusakan dalam sistem biologis. Stress

reaction acute (reaksi stres akut) adalah gangguan sementara yang muncul pada

seorang individu tanpa adanya gangguan mental lain yang jelas, terjadi akibat

stres fisik dan atau mental yang sangat berat, biasanya mereda dalam beberapa

jam atau hari. Kerentanan dan kemampuan koping (coping capacity) seseorang

memainkan peranan dalam terjadinya reaksi stres akut dan keparahannya

(Sunaryo, 2004).

Bayi, anak-anak dan dewasa semua dapat mengalami stres. Sumber stres

bisa berasal dari diri sendiri, keluarga, dan komunitas sosial (Alloy, 2004).

Menurut Maramis (2009) dalam bukunya, ada empat sumber atau penyebab

stres psikologis, yaitu frustasi, konflik, tekanan, krisis.

1) Frustasi

Timbul akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena ada aral

melintang, misalnya apabila ada perawat puskesmas lulusan SPK bercita-cita

ingin mengikuti D3 AKPER program khusus puskesmas, tetapi tidak

diizinkan oleh istri/suami, tidak punya biaya dan sebagainya. Frustasi ada

yang bersifat intrinsik (cacat badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik

Hubungan Tingkat Stres.., Argiansa Afrian, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Stresrepository.ump.ac.id/4974/3/Argiansa Afrian BAB II.pdf · seseorang dengan stimulus lingkungannya, seseorang disini merupakan agen

(kecelakaan, bencana alam, kematian orang yang dicintai, kegoncangan

ekonomi, pengangguran, perselingkuhan, dan lain-lain).

2) Konflik

Timbul karena tidak bisa memilih antara dua atau lebih macam-macam

keinginan, kebutuhan atau tujuan. Ada 3 jenis konflik, yaitu :

a) Approach-approach conflict, terjadi apabila individu harus memilih satu

diantara dua alternatif yang sama-sama disukai, misalnya saja seseorang

yang sulit menentukan keputusan diantara dua pilihan karir yang sama-

sama diinginkan. Stres muncul akibat hilangnya kesempatan untuk

menikmati alternatif yang tidak diambil. Jenis konflik ini biasanya sangat

mudah dan cepat diselesaikan.

b) Avoidance-avoidance conflict, terjadi bila individu dihadapkan pada dua

pilihan yang sama-sama tidak disenangi, misalnya wanita muda yang

hamil diluar pernikahan, di satu sisi ia tidak ingin aborsi tapi disisi lain ia

belum mampu secara mental dan finansial untuk membesarkan anaknya

nanti. Konflik jenis ini lebih sulit diputuskan dan memerlukan lebih

banyak tenaga dan waktu untuk menyelesaikannya karena masing-masing

alternatif memiliki konsekuensi yang tidak menyenangkan.

c) Approach-avoidance conflict, merupakan situasi dimana individu merasa

tertarik sekaligus tidak menyukai atau ingin menghindar dari seseorang

atau suatu objek yang sama, misalnya seseorang yang berniat berhenti

merokok, karena khawatir merusak kesehatannya tetapi ia tidak dapat

membayangkan sisa hidupnya kelak tanpa rokok.

Hubungan Tingkat Stres.., Argiansa Afrian, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Stresrepository.ump.ac.id/4974/3/Argiansa Afrian BAB II.pdf · seseorang dengan stimulus lingkungannya, seseorang disini merupakan agen

3) Tekanan

Timbul sebagai akibat tekanan hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasal

dari dalam diri individu, misalnya cita-cita atau norma yang terlalu tinggi.

Tekanan yang berasal dari luar individu, misalnya orang tua menuntut

anaknya agar disekolah selalu rangking satu, atau istri menuntut uang belanja

yang berlebihan kepada suami.

4) Krisis

Keadaan mendadak yang menimbulkan stres pada individu, misalnya

kematian orang yang disayangi, kecelakaan dan penyakit yang harus segera

dioperasi.

c. Jenis-jenis Stres

Quick dan Quick (1984) dalam Girdano (2005) mengatakan bahwa

terdapat dua jenis stres, yaitu

1) Eustres, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif,

dan konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk

kesejahteraan individu dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan

pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat

performance yang tinggi. Ini adalah semua bentuk stres yang mendorong

tubuh untuk beradaptasi dan meningkatkan kemampuan untuk

beradaptasi. Ketika tubuh mampu menggunakan stres yang dialami untuk

membantu melewati sebuah hambatan dan meningkatkan performa, stres

tersebut bersifat positif, sehat, dan menantang (Walker.J, 2002).

2) Distres, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat,

negatif, dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk

Hubungan Tingkat Stres.., Argiansa Afrian, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Stresrepository.ump.ac.id/4974/3/Argiansa Afrian BAB II.pdf · seseorang dengan stimulus lingkungannya, seseorang disini merupakan agen

konsekuensi individu terhadap penyakit sistemik dan tingkat

ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan dengan

keadaan sakit, penurunan, dan kematian. Distres adalah semua bentuk

stres yang melebihi kemampuan untuk mengatasinya, membebani tubuh,

dan menyebabkan masalah fisik atau psikologis. Ketika seseorang

mengalami distres, orang tersebut akan cenderung bereaksi secara

berlebihan, bingung, dan tidak dapat berperforma secara maksimal

(Walker.J, 2002).

d. Tahapan Stres

Gejala stres pada seseorang seringkali tidak disadari, kerana perjalanan

awal tahapan stres timbul secara lambat. Dan baru dirasakan bilamana

tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupannya sehari-

hari. Menurut Amberg (1979) sebagaimana dikemukakan Hawari (2001)

bahwa tahapan stres dibagi sebagai berikut:

1) Stres tahap I

Tahapan ini merupakan tahapan stress yang paling ringan dan biasanya

disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut :

a) Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting);

b) Penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya;

c) Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, namun

tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.

2) Stres tahap II

Dalam tahapan ini dampak stress yang semula “menyenangkan”

sebagaimana diuraikan pada tahap I di atas mulai menghilang, dan timbul

keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi yang tidak lagi

Hubungan Tingkat Stres.., Argiansa Afrian, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Stresrepository.ump.ac.id/4974/3/Argiansa Afrian BAB II.pdf · seseorang dengan stimulus lingkungannya, seseorang disini merupakan agen

cukup sepanjang hari, karena tidak cukup waktu untuk beristirahat. Istirahat

yang dimaksud antara lain dengan tidur yang cukup, bermanfaat untuk

mengisi atau memulihkan cadangan energi yang mengalami defisit.

Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada

stres tahap II adalah sebagai berikut :

a) Merasa letih sewaktu bangun pagi yang seharusnya merasa segar;

b) Merasa mudah lelah sesudah makan siang;

c) Lekas merasa capai menjelang sore hari;

d) Sering mengeluh lambung/perut tidak nyaman (bowel discomfort);

e) Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar);

f) Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang;

g) Tidak bisa santai.

3) Stres Tahap III

Apabila seseorang tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa

menghiraukan keluhan-keluhan pada stres tahap II, maka akan menunjukkan

keluhan-keluhan yang semakin nyata dan mengganggu, yaitu:

a) Gangguan lambung dan usus semakin nyata : misalnya keluhan

“maag”(gastritis), buang air besar tidak teratur (diare);

b) Ketegangan otot-otot semakin terasa;

c) Perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin

meningkat;

d) Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulai masuk

tidur (early insomnia), atau terbangun tengah malam dan sukar kembali

tidur (middle insomnia), atau bangun terlalu pagi atau dini hari dan tidak

dapat kembali tidur (Late insomnia);

Hubungan Tingkat Stres.., Argiansa Afrian, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Stresrepository.ump.ac.id/4974/3/Argiansa Afrian BAB II.pdf · seseorang dengan stimulus lingkungannya, seseorang disini merupakan agen

e) Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa oyong dan serasa mau

pingsan).

Pada tahapan ini seseorang sudah harus berkonsultasi pada dokter

untuk memperoleh terapi, atau bisa juga beban stres hendaknya dikurangi

dan tubuh memperoleh kesempatan untuk beristirahat guna menambah

suplai energi yang mengalami defisit.

4) Stress Tahap IV

Gejala stress tahap IV, akan muncul yang ditandai dengan hal-hal

sebagai berikut

a) Merasa sulit untuk bertahan sepanjang hari;

b) Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan

menjadi membosankan dan terasa lebih sulit;

c) Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan

untuk merespon secara memadai (adequate);

d) Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari;

e) Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang menegangkan;

f) Seringkali menolak ajakan (negativism) karena tidak ada semangat dan

tidak ada kegairahan;

g) Daya konsentrasi dan daya ingat menurun;

h) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan

apa penyebabnya.

5) Stres Tahap V

Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stress

tahap V, yang ditandai dengan hal-hal sebagai berikut:

Hubungan Tingkat Stres.., Argiansa Afrian, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Stresrepository.ump.ac.id/4974/3/Argiansa Afrian BAB II.pdf · seseorang dengan stimulus lingkungannya, seseorang disini merupakan agen

a) Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical dan

psychological exhaustion);

b) Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang

ringan dan sederhana;

c) Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastrointestinal

disorder);

d) Timbul perasaan ketakutan, kecemasan yang semakin meningkat,

mudah bingung dan panik.

6) Stres Tahap VI

Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami

serangan panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang

yang mengalami stress tahap VI ini berulang dibawa ke Unit Gawat

Darurat bahkan ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan karena tidak

ditemukan kelainan fisik organ tubuh. Gambaran stres tahap VI ini adalah

sebagai berikut:

a) Debaran jantung amat keras;

b) Susah bernapas (sesak dan megap-megap);

c) Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran;

d) Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan;

e) Pingsan atau kolaps (collapse).

Bila dikaji maka keluhan atau gejala sebagaimana digambarkan di atas

lebih didominasi oleh keluhan-keluhan fisik yang disebabkan oleh

gangguan faal (fungsional) organ tubuh, sebagai akibat stressor psikososial

yang melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasinya.

Hubungan Tingkat Stres.., Argiansa Afrian, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Stresrepository.ump.ac.id/4974/3/Argiansa Afrian BAB II.pdf · seseorang dengan stimulus lingkungannya, seseorang disini merupakan agen

e. Pengukuran Tingkat Stres

Tingkat stres adalah hasil penilaian terhadap berat ringannya stres yang

dialami seseorang. Tingkatan stres ini bisa diukur dengan banyak skala.

Antaranya adalah dengan menggunakan Depression Anxiety Stres Scale 42

(DASS 42) atau lebih diringkaskan sebagai Depression Anxiety Stres Scale 21

(DASS 21) oleh Lovibond & Lovibond (1995). Psychometric Properties of

The Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS) terdiri dari 42 item dan

Depression Anxiety Stres Scale 21 terdiri dari 21 item. DASS adalah

seperangkat skala subjektif yang dibentuk untuk mengukur status emosional

negatif dari depresi, kecemasan dan stres. DASS 42 dibentuk tidak hanya

untuk mengukur secara konvensional mengenai status emosional, tetapi untuk

proses yang lebih lanjut untuk pemahaman, pengertian, dan pengukuran yang

berlaku di manapun dari status emosional, secara signifikan biasanya

digambarkan sebagai stres. DASS dapat digunakan baik itu oleh kelompok

atau individu untuk tujuan penelitian (Lovibond & Lovibond, 1995).

Selain itu, ada juga skala-skala lain yang bisa digunakan seperti

Perceived Stres Scale(PSS) atau Profile Mood States(POMS). Alat-alat ini

digunakan sebagai instrument untuk mendeteksi stres dan tahap stres dan

bukannya sebagai alat untuk mendiagnosa (Cohen, 1983).

f. Tingkat Stres

Setiap individu mempunyai persepsi dan respon yang berbeda-beda

terhadap stres. Persepsi seseorang didasarkan pada keyakinan dan norma,

pengalaman, pola hidup, faktor lingkungan, struktur dan fungsi keluarga,

tahap perkembangan keluarga, pengalaman masa lalu dengan stres serta

Hubungan Tingkat Stres.., Argiansa Afrian, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Stresrepository.ump.ac.id/4974/3/Argiansa Afrian BAB II.pdf · seseorang dengan stimulus lingkungannya, seseorang disini merupakan agen

mekanisme koping. Berdasarkan studi literatur, ditemukan tingkatan stres

menjadi lima bagian, antara lain :

1) Stres normal

Stres normal yang dihadapi secara teratur dan merupakan bagian

alamiah dari kehidupan. Seperti dalam situasi : kelelahan setelah

mengerjakan tugas, takut tidak lulus ujian, merasakan detak jantung

berdetak lebih keras setelah aktivitas (Crowford & Henry, 2003). Stres

normal alamiah dan menjadi penting, karena setiap orang pasti pernah

mengalami stres.

2) Stres ringan

Stres ringan adalah stressor yang dihadapi secara teratur yang dapat

berlangsung beberapa menit atau jam. Situasi seperti banyak tidur,

kemacetan atau dimarahi dosen. Stressor ini dapat menimbulkan gejala,

antara lain bibir sering kering, kesulitan bernafas (sering terengah-engah),

kesulitan menelan, merasa goyah, merasa lemas, berkeringat berlebihan

ketika temperature tidak panas dan tidak setelah beraktivitas, takut tanpa

alas an yang jelas, menyadari denyut jantung walaupun tidak setelah

melakukan aktivitas fisik, tremor pada tangan, dan merasa sangat lega jika

situasi berakhir (Psychology Foundation of Australia, 2010). Dengan

demikian, stressor ringan dengan junlah yang banyak dalam waktu singkat

dapat meningkatkan resiko penyakit bagi seseorang.

3) Stres sedang

Stres ini terjadi lebih lama, anatara beberapa jam sampai beberapa

hari. Misalnya masalah perselisihan yang tidak dapat diselesaikan dengan

teman atau pacar. Stressor ini dapat menimbulkan gejala, anatara lain

Hubungan Tingkat Stres.., Argiansa Afrian, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Stresrepository.ump.ac.id/4974/3/Argiansa Afrian BAB II.pdf · seseorang dengan stimulus lingkungannya, seseorang disini merupakan agen

mudah marah, bereaksi berlebihan terhadap situasi, sulit untuk beristirahat,

merasa lelah karena cemas, tidak sabar ketika mengalami penundaan dan

menghadapi gangguan terhadap hal yang sedang dilakukam, mudah

tersinggung, gelisah dan tidak dapat memaklumi hal apapun yang

menghalangi ketika sedang mengerjakan sesuatu hal, tugas kuliah

(Psychology Foundation of Australia, 2010).

4) Stres berat

Stres berat adalah situasi kronis yang dapat terjadi dalam beberapa

minggu sampai beberapa tahun, seperti perselisihan dengan dosen atau

teman secara terus-menerus, kesulitan financial yang berkepanjangan dan

penyakit fisik jangka panjang. Makin sering dan lama situasi stres, makin

tinggi resiko stres yang ditimbulkan. Stressor ini dapat menimbulkan

gejala, antara lain merasa tidak dapat merasakan perasaan positif, merasa

tidak kuat lagi untuk melakukan suatu kegiatan, merasa tidak ada hal yang

dapat diharapkan di masa depan, sedih dan tertekan, putus asa, kehilangan

minat akan segala hal, merasa tidak berharga sebagai seorang manusia,

berpikir bahwa hidup tidak bermanfaat. Semakin meningkat stres yang

dialami mahasiswa secara bertahap maka akan menurunkan energi dan

respon adaptif (Psychology Foundation of Australia, 2010).

5) Stres sangat berat

Stres sangat berat adalah situasi kronis yang dapat terjadi dalam

beberapa bulan dan waktu yang tidak dapat ditentukan. Seseorang yang

mengalami stres sangat berat tidak memiliki motivasi untuk hidup dan

cenderung pasrah. Seseorang dalam tingkatan stres ini biasanya

teridentifikasi mengalami depresi berat.

Hubungan Tingkat Stres.., Argiansa Afrian, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Stresrepository.ump.ac.id/4974/3/Argiansa Afrian BAB II.pdf · seseorang dengan stimulus lingkungannya, seseorang disini merupakan agen

g. Reaksi Tubuh Terhadap Stres

1) Rambut

Warna rambut yang semula hitam pekat, lambat laun mengalami

perubahan warna menjadi kecokelat-cokelatan serta kusam. Ubanan (rambut

memutih) terjadi sebelum waktunya, demikian pula dengan kerontokan

rambut.

2) Mata

Ketajaman mata seringkali terganggu misalnya kalau membaca tidak

jelas karena kabur. Hal ini disebabkan karena otot-otot bola mata mengalami

kekenduran atau sebaliknya sehingga mempengaruhi fokus lensa mata.

3) Telinga

Pendengaran seringkali terganggu dengan suara berdenging (tinitus).

4) Daya pikir

Kemampuan bepikir dan mengingat serta konsentrasi menurun. Orang

menjadi pelupa dan seringkali mengeluh sakit kepala pusing.

5) Ekspresi wajah

Wajah seseorang yang stres nampak tegang, dahi berkerut, mimik

nampak serius, tidak santai, bicara berat, sukar untuk senyum atau tertawa

dan kulit muka kedutan (tic facialis).

6) Mulut

Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering minum. Selain

daripada itu pada tenggorokan seolah-olah ada ganjalan sehingga ia sukar

menelan, hal ini disebabkan karena otot-otot lingkar di tenggorokan

mengalami spasme (muscle cramps) sehingga serasa “tercekik”.

Hubungan Tingkat Stres.., Argiansa Afrian, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Stresrepository.ump.ac.id/4974/3/Argiansa Afrian BAB II.pdf · seseorang dengan stimulus lingkungannya, seseorang disini merupakan agen

7) Kulit

Pada orang yang mengalami stress reaksi kulit bermacam-macam; pada

kulit dari sebahagian tubuh terasa panas atau dingin atau keringat

berlebihan. Reaksi lain kelembaban kulit yang berubah, kulit menjadi lebih

kering. Selain itu perubahan kulit lainnya adalah merupakan penyakit kulit,

seperti munculnya eksim, urtikaria (biduran), gatal-gatal dan pada kulit

muka seringkali timbul jerawat (acne) berlebihan, juga sering dijumpai

kedua belah tapak tangan dan kaki berkeringat (basah).

8) Sistem Pernafasan

Pernafasan seseorang yang sedang mengalami stres dapat terganggu

misalnya nafas terasa berat dan sesak disebabkan terjadi penyempitan pada

saluran pernafasan mulai dari hidung, tenggorokan dan otot-otot rongga

dada. Nafas terasa sesak dan berat dikarenakan otot-otot rongga dada (otot-

otot antartulang iga) mengalami spasme dan tidak atau kurang elastic

sebagaimana biasanya. Sehingga ia harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk

menarik nafas. Stres juga dapat memicu timbulnya penyakit asma (asthma

bronchiale) disebabkan karena otot-otot pada saluran nafas paru-paru juga

mengalami spasme.

9) Sistem Kardiovaskuler

Sistem jantung dan pembuluh darah atau kardiovaskuler dapat

terganggu faalnya karena stress. Misalnya, jantung berdebar-debar,

pembuluh darah melebar (dilatation) atau menyempit (constriction)

sehingga yang bersangkutan nampak mukanya merah atau pucat. Pembuluh

darah tepi (perifer) terutama di bagian ujung jari-jari tangan atau kaki juga

menyempit sehingga terasa dingin dan kesemutan. Selain daripada itu

Hubungan Tingkat Stres.., Argiansa Afrian, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Stresrepository.ump.ac.id/4974/3/Argiansa Afrian BAB II.pdf · seseorang dengan stimulus lingkungannya, seseorang disini merupakan agen

sebahagian atau seluruh tubuh terasa “panas” (subfebril) atau sebaliknya

terasa “dingin”.

10) Sistem Pencernaan

Orang yang mengalami stress seringkali mengalami gangguan pada

sistem pencernaannya. Misalnya, pada lambung terasa kembung, mual dan

perih, hal ini disebabkan karena asam lambung yang berlebihan

(hiperacidity). Dalam istilah kedokteran disebut gastritis atau dalam istilah

awam dikenal dengan sebutan penyakit maag. Selain gangguan pada

lambung tadi, gangguan juga dapat terjadi pada usus, sehingga yang

bersangkutan merasakan perutnya mulas, sukar buang air besar atau

sebaliknya sering diare.

11) Sistem Perkemihan

Orang yang sedang menderita stres faal perkemihan (air seni) dapat

juga terganggu yang sering dikeluhkan orang adalah frekuensi untuk buang

air kecil lebih sering dari biasanya, meskipun ia bukan penderita kencing

manis (diabetes mellitus).

12) Sistem Otot dan Tulang

Stres dapat pula menjelma dalam bentuk keluhan-keluhan pada otot dan

tulang (musculoskeletal). Penderita sering mengeluh otot terasa sakit seperti

ditusuk-tusuk, pegal dan tegang. Selain daripada itu keluhan-keluhan pada

tulang persendian sering pula dialami, misalnya rasa ngilu atau rasa kaku

bila menggerakan anggota tubuhnya. Masyarakat awam sering mengenal

gejala ini sebagai keluhan ”pegal-linu”.

13) Sistem Endokrin (hormon)

Hubungan Tingkat Stres.., Argiansa Afrian, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Stresrepository.ump.ac.id/4974/3/Argiansa Afrian BAB II.pdf · seseorang dengan stimulus lingkungannya, seseorang disini merupakan agen

Gangguan pada sistem endokrin (hormonal) pada mereka yang

mengalami stress adalah kadar gula yang meninggi, dan bila hal ini

berkepanjangan bisa mengakibatkan yang bersangkutan menderita penyakit

kencing manis (diabetes mellitus), gangguan hormonal lain misalnya pada

wanita adalah gangguan menstruasi yang tidak teratur dan rasa sakit

(dysmenorrhoe).

h. Manajemen Stres

Manajemen stress merupakan upaya mengelola stres dengan baik,

bertujuan untuk mencegah dan mengatasi stres agar tidak sampai ke tahap

yang paling berat. Beberapa manajemen stres yang dapat dilakukan yaitu

1) Mengatur diet dan nutrisi.

Pengaturan diet dan nutrisi merupakan cara yang efektif dalam

mengurangi dan mengatasi stres. Ini dapat dilakukan dengan mengonsumsi

makanan yang bergizi sesuai porsi dan jadwal yang teratur. Menu juga

sebaiknya bervariasi agar tidak timbul kebosanan.

2) Istirahat dan tidur.

Isirahat dan tidur merupakn obat yang terbaik dalam mengatasi stress

karena istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan keletihan fisik dan

kebugara tubuh. Tidur yang cukup juga dapat memperbaiki sel-sel yang

rusak.

3) Olahraga teratur.

Olahraga yang teratur adalah salah satu cara daya tahan dan kekebalan

fisik maupun mental. Olahraga yang dilakukan tidak harus sulit. Olahraga

yang sederhana sepeti jalan pagi atau lari pagi dilakukan paling tidak dua

kali seminggu dan tidak harus sampai berjam-jam. Seusai berolahraga,

Hubungan Tingkat Stres.., Argiansa Afrian, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Stresrepository.ump.ac.id/4974/3/Argiansa Afrian BAB II.pdf · seseorang dengan stimulus lingkungannya, seseorang disini merupakan agen

diamkan tubuh yang berkeringat sejenak lalu mandi untuk memulihkan

kesegarannya.

4) Berhenti merokok.

Berhenti merokok adalah bagian dari cara menanggulangi stres karena

dapat meningkatkan status kesehatan serta menjaga ketahanan dan

kekebalan tubuh.

5) Menghindari minuman keras.

Minuman keras merupakan faktor pencetus yang dapat mengakibatkan

terjadinya stres. Dengan menghindari minuman keras, individu dapat

terhindar dari banyak penyakit yang disebabkan oleh pengaruh minuman

keras yang mengandung akohol.

6) Mengatur berat badan.

Berat bada yang tidak seimbang (terlalu gemuk atau terlalu kurus)

merupakan faktor yang dapat menyebabkan timbulnya stres. Keadaan tubuh

yang tidak seimbang akan menurunkan ketahanan dan kekebalan tubuh

terhadap stres.

i. Dampak Yang Ditimbulkan Akibat Stres

Sarafino menjabarkan tentang dua aspek utama dari dampak yang

ditimbulkan akibat stres yang terjadi pada manusia, yaitu:

1) Aspek Biologis

Beberapa gejala fisik yang dirasakan ketika seseorang sedang

mengalami stres, diantaranya adalah sakit kepala yang berlebihan, tidur

menjadi tidak nyenyak, gangguan pencernaan, hilangnya nafsu makan,

gangguan kulit, dan produksi keringat yang berlebihan di seluruh tubuh.

Hubungan Tingkat Stres.., Argiansa Afrian, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Stresrepository.ump.ac.id/4974/3/Argiansa Afrian BAB II.pdf · seseorang dengan stimulus lingkungannya, seseorang disini merupakan agen

2) Aspek Psikologis

Terdapat tiga gejala psikologis yang dirasakan ketika seseorang sedang

mengalami stres, diantaranya:

a) Gejala Kognisi

Gejala-gejala yang muncul pada aspek kognisi seperti menurunnya

daya ingat, perhatian dan konsentrasi yang berkurang sehingga seseorang

tidak fokus dalam melakukan sesuatu hal.

b) Gejala Emosi

Gejala-gejala yang muncul pada aspek emosi seperti mudah marah,

kecemasan yang berlebihan terhadap segala sesuatu, merasa sedih, dan

depresi.

c) Gejala Tingkah Laku

Gejala-gejala yang muncul pada aspek tingkah laku seperti mudah

menyalahkan dan mencari kesalahan orang lain, melanggar norma karena

tidak bisa mengontrol perbuatannya, bersikap tak acuh pada

lingkungannya, serta suka melakukan penundaan pekerjaan.

2. Mekanisme koping

a. Pengertian Koping

Kemampuan koping diperlukan oleh setiap manusia untuk mampu

bertahan hidup didalam lingkungan yang selalu berubah dengan cepat.

Koping merupakan proses pemecahan masalah dimana seseorang

mempergunakannya untuk mengelola kondisi stres. Dengan adanya

penyebab stres (stresor) orang akan secara sadar atau tidak sadar bereaksi

untuk mengatasi masalah tersebut (Smeltzer, Suzanne dan Brenda, 2000).

Hubungan Tingkat Stres.., Argiansa Afrian, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Stresrepository.ump.ac.id/4974/3/Argiansa Afrian BAB II.pdf · seseorang dengan stimulus lingkungannya, seseorang disini merupakan agen

Menurut Lazarus koping terdiri atas usaha kognitif dan perilaku yang

dilakukan untuk mengatur hubungan keluar (external) dan kedalam

(internal) tertentu yang membatasi sumber seseorang. Mekanisme koping

adalah cara yang dilakukan oleh individu dalam menyelesaikan masalah,

menyesuaikan diri terhadap perubahan, respon terhadap situasi yang

mengancam.

b. Jenis koping dan strategi koping

1) Lazarus

Mengemukakan 2 jenis proses koping yaitu berfokus emosi dan

berfokus pada masalah. Fokus emosi ini digunakan untuk mengatur

respon emosi terhadap stres. Penyatuannya melalui perilaku individu,

bagaimana menghilangkan fakta-fakta yang tidak menyenangkan dengan

srategi kognitif. Metode ini dipakai jika individu merasa tidak mampu

mengubah kondisi yang membuat stres. Sedangkan koping yang

berfokus pada masalah adalah koping yang digunakan untuk mengurangi

stresor individu, mengatasi dan mempelajari cara-cara baru atau

ketrampilan baru. Individu akan menggunakan strategi ini bila dirinya

dapat mengubah situasi (Smeltzer, Suzanne, dan Brenda, 2000).

2) Bell

Membagi koping menjadi 2 yaitu koping jangka pendek dan

koping jangka panjang. Koping jangka pendek mempunyai ciri yaitu:

penyelesaian masalah cepat dan hanya bersifat sementara namun bersifat

merusak, sedangkan koping jangka panjang bersifat konstruktif dan

realistis (Pilletry, 1999).

Hubungan Tingkat Stres.., Argiansa Afrian, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Stresrepository.ump.ac.id/4974/3/Argiansa Afrian BAB II.pdf · seseorang dengan stimulus lingkungannya, seseorang disini merupakan agen

3) Shafer

Mengemukakan 3 pendekatan koping yaitu: mengganggu stressor,

adaptasi terhadap stres, menghindari stressor (Taylor dan Carol, 1997).

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi koping

Mekanisme koping seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor

diantaranya (Taylor dan Carol, 1997):

1) Peran dan hubungannya.

2) Gizi dan metabolisme.

3) Tidur dan istirahat.

4) Rasa aman dan nyaman.

5) Pengalaman masa lalu.

6) Tingkat pengetahuan seseorang.

7) Lingkungan tempat tinggal.

d. Karakteristik mekanisme koping

Menurut Stuart dan Sundeen (1998), rentang respon mekanisme

koping sebagai berikut :

1) Adaptif Maladaptif

2) Kurang Adaptif

3) Maladaptif

Jadi karakterisistik mekanisme koping adalah sebagai berikut:

1) Adaptif jika memenuhi kriteria sebagai berikut:

a) Masih mampu mengontrol emosi pada dirinya.

b) Memiliki kewaspadaan yang tinggi, lebih perhatian pada masalah.

c) Memiliki persepsi yang luas.

d) Dapat menerima dukungan dari orang lain.

Hubungan Tingkat Stres.., Argiansa Afrian, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Stresrepository.ump.ac.id/4974/3/Argiansa Afrian BAB II.pdf · seseorang dengan stimulus lingkungannya, seseorang disini merupakan agen

2) Kurang adaptif jika memenuhi kriteria sebagai berikut:

a) Memiliki perasaan yang takut terhadap apa yang terjadi pada dirinya.

b) Memiliki perasaan malu terhadap keadaan pada dirinya sendiri.

c) Memiliki pikiran yang tidak adekuat atau mispersepsi.

3) Maladaptif jika memenuhi kriteria sebagai berikut:

a) Tidak mampu berfikir apa–apa atau disorientasi.

b) Tidak mampu menyelesaikan masalah.

c) Perilakunya cenderung merusak.

Menurut National Safety Council (2004), strategi koping yang berhasil

mengatasi stres harus memiliki 4 komponen yaitu:

1) Peningkatan kesadaran terhadap masalah: fokus obyektif yang jelas dan

prespektif yang utuh terhadap situasi yang tengah berlangsung.

2) Pengolahan informasi: situasi pendekatan yang mengharuskan anda

mengalihkan persepsi sehingga ancaman dapat diredam. Pengolahan

informasi juga meliputi pengumpulan informasi dan pengkajian semua

sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah.

3) Pengubahan perilaku: tindakan yang dipilih secara sadar yang dilakukan

bersama sikap yang positif, dapat meminimalkan atau menghilangkan

stresor.

4) Resolusi damai : suatu perasaan bahwa situasi telah berhasil diatasi.

3. Gagal Ginjal Kronik

a. Pengertian Gagal Ginjal Kronik

National Kidney Foundation (2002), mendefinisikan penyakit gagal

ginjal kronik adalah kerusakan ginjal atau filtrasi glomerulus rate (GFR)

Hubungan Tingkat Stres.., Argiansa Afrian, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Stresrepository.ump.ac.id/4974/3/Argiansa Afrian BAB II.pdf · seseorang dengan stimulus lingkungannya, seseorang disini merupakan agen

kurang dari 60 mL/min/1.73 m2 untuk 3 bulan atau lebih dalam kurun waktu

yang sama. Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (GGK)

merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana

kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan

keseimbangan cairan dan elektrolit, yang dapat menyebabkan terjadinya

uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Smeltzer &

Bare, 2002).

Brunner & Studdarth (2002), mendefinisikan gagal ginjal terjadi ketika

ginjal tidak mampu mengangkut sampah metabolik tubuh atau melakukan

fungsi regulernya. Suatu bahan yang biasanya dieliminasi di urin menumpuk

dalam cairan tubuh akibat gangguan ekskresi renal dan menyebabkan

gangguan fungsi endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit, serta asam-basa.

Gagal ginjal merupakan penyakit sistemik dan merupakan jalur akhir yang

umum dari berbagai penyakit traktus urinarius dan ginjal.

Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan

etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang

progresif dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Gagal ginjal

adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal

yang irreversibel dan memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa

dialisis atau transplantasi ginjal (Sukandar, 2006).

b. Patofisiologi Gagal Ginjal Kronik

Secara ringkas patofisiologis gagal ginjal kronis dimulai pada fase

awal gangguan, keseimbangan cairan penanganan garam, serta penimbunan

zat-zat sisa masih bervariasi dan bergantung pada bagian ginjal yang sakit.

Sampai fungsi ginjal turun kurang dari 25 % normal, manifestasi klinis

Hubungan Tingkat Stres.., Argiansa Afrian, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Stresrepository.ump.ac.id/4974/3/Argiansa Afrian BAB II.pdf · seseorang dengan stimulus lingkungannya, seseorang disini merupakan agen

gagal ginjal kronik mungkin minimal karena nefron-nefron sisa yang sehat

mengambil alih fungsi nefron yang rusak. Nefron yang tersisa

meningkatkan kecepatan filtrasi, reabsobrpsi, dan sekresinya, serta

mengalami hipertrofi (Arif mutaqin, 2011).

Seiring dengan makin banyaknya nefron yang mati, maka nefron yang

tersisa menghadapi tugas yang semakin berat sehingga nefron-nefron

tersebut ikut rusak dan akhirnya mati. Sebagian dari siklus kematian ini

tampaknya berkaitan dengan tuntutan pada nefron-nefron yang ada untuk

meningkatkan reabsorbsi protein. Pada saat penyusutan progresif nefron-

nefron, terjadi pembentukan jaringan parut dan aliran darah ginjal akan

berkurang. Pelepasan renin akan meningkat bersama dengan kelebihan

beban cairan sehingga dapat menyebabkan hipertensi.

Hipertensi akan memperburuk kondisi gagal ginjal, dengan tujuan agar

terjadi peningkatan filtrsi protein-protein plasma. Kondisi akan bertambah

buruk dengan semakin banyak terbentuk jaringan parut sebagai respon dari

kerusakan nefron dan secara progresif fungsi ginjal menurun drastis dengan

manifestasi penumpukan metabolit-metabolit yang seharusnya dikeluarkan

dari sirkulasi sehingga akan terjadi sindrom uremia berat yang memberikan

banyak manifestasi pada setiap organ tubuh.

c. Penyebab Gagal Ginjal Kronik

Menurut Price (2002) penyebab gagal ginjal kronik yaitu:

1) Infeksi saluran kemih

Infeksi saluran kemih (ISK) sering terjadi dan menyerang manusia

tanpa memandang usia, terutama wanita. Infeksi saluran kemih

umumnya dibagi dalam dua kategori : Infeksi saluran kemih bagian

Hubungan Tingkat Stres.., Argiansa Afrian, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Stresrepository.ump.ac.id/4974/3/Argiansa Afrian BAB II.pdf · seseorang dengan stimulus lingkungannya, seseorang disini merupakan agen

bawah (uretritis, sistitis, prostatis) dan infeksi saluran kencing bagian

atas (pielonepritis akut). Sistitis kronik dan pielonepritis dan infeksi

saluran kencing bagian ginjal tahap akhir pada anak-anak.

2) Penyakit Peradangan

Kematian yang diakibatkan oleh gagal ginjal umumnya disebabnya

oleh glomerulonepritis kronik. Pada glomerulonepritis kronik, akan

terjadi kerusakan glomerulus secara progresif yang pada akhirnya akan

menyebabkan terjadinya gagal ginjal (Price, 2002).

3) Hipertensi

Hipertensi dan gagal ginjal kronik memiliki kaitan yang erat.

Hipertensi mungkin merupakan penyakit primer dan menyebabkan

kerusakan pada ginjal, sebaliknya penyakit ginjal kronik dapat

menyebabkan hipertensi atau ikut berperan pada hipertensi melalui

mekanisme retensi natrium dan air, serta pengaruh vasopresor dari sistem

renin angitensin (Price, 2002).

4) Gangguan kongenital dan herediter

Asidosis tubulus ginjal dan penyakit polikistik ginjal merupakan

penyakit herediter yang terutama mengenai tubulus ginjal. Keduanya

dapat berakhir dengan gagal ginjal meskipun lebih sering di jumpai pada

penyakit polikistik (Price, 2002).

5) Gangguan metabolik

Penyakit metabolik yang dapat mengakibatkan gagal ginjal kronik

antara lain diabetes melitus, gout, hiperparatiroidisme primer dan

amiloidosis (Price, 2002).

6) Nefropati Toksik

Hubungan Tingkat Stres.., Argiansa Afrian, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Stresrepository.ump.ac.id/4974/3/Argiansa Afrian BAB II.pdf · seseorang dengan stimulus lingkungannya, seseorang disini merupakan agen

Ginjal khusnya rentan terhadap efek toksik, obat-obatan dan bahan-

bahan kimia karena alasan-alasan, menurut (Price, 2002):

a) Ginjal menerima 25% dari curah jantung, sehingga sering dan

mudah kontak dengan zat kimia dalam jumlah yang besar.

b) Interstitium yang hiperosmotik memungkinkan zat kimia

dikonsentrasikan pada daerah yang relatif hipovaskular.

c) Ginjal merupakan jalur ekskresi obligatorik untuk kebanyakan obat,

sehingga insufisiensi ginjal mengakibatkan penimbunan obat dan

meningkatkan konsentrasi dalam cairan tubulus.

d. Gejala Gagal Ginjal Kronik

Perubahan frekuensi kencing, sering ingin berkemih pada malam hari

pembengkakan pada bagian pergelangan kaki, kram otot pada malam hari

lemah dan lesu, kurang berenergi, nafsu makan turun, mual, dan muntah ,

Sulit tidur, bengkak seputar mata pada pagi waktu bangun pagi hari atau

mata merah dan berair (uremic red eyes) karena deposit garam kalsium

fosfat yang dapat menyebabkan iritasi hebat pada selaput lendir mata, kulit

gatal dan kering (Anggota IKAPI, 2008).

e. Pencegahan

Upaya pencegahan terhadap penyakit gagal ginjal kronik dilakukan

pada stadium dini penyakit gagal ginjal kronik. Upaya pencegahan yang

telah terbukti bermanfaat dalam mencegah penyakit gagal ginjal dan

kardiovaskular yaitu pengobatan hipertensi (semakin rendah tekanan darah

semakin semakin kecil resiko penurunan fungsi ginjal) pengendalian gula

darah, lemak darah, anemia penghentian merokok, peningkatan aktivitas

fisik dan pengendalian berat badan (Roesly R, 2008).

Hubungan Tingkat Stres.., Argiansa Afrian, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Stresrepository.ump.ac.id/4974/3/Argiansa Afrian BAB II.pdf · seseorang dengan stimulus lingkungannya, seseorang disini merupakan agen

f. Komplikasi

Komplikasi penyakit gagal ginjal kronik menurut Smletzer dan Bare (2001)

yaitu:

1) Hiperkalemia akibat penurunan eksresi, asidosis metabolik, katabolisme

dan masukan diet berlebihan.

2) Perikarditis, efusi pericardial dan tamponade jantung akibat retensi

produk sampah uremik dan dialysis yang tidak adekuat.

3) Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system

rennin-angiostensin-aldosteron.

4) Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah

merah, perdarahan gastrointestinalakibat iritasi oleh toksin dan

kehilangan darah selama hemodialisis.

5) Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatic akibat retensi fosfat, kadar

kalsium serum yang rendah, metabolism vitamin D abnormal dan

peningkatan kadar alumunium.

4. Terapi Hemodialisis

a. Pengertian hemodialisis

Hemodialisis merupakan suatu proses yang digunakan untuk

mengeluarkan cairan dan produk limbah di dalam tubuh kita, ginjal tidak

mampu melaksanakan proses tersebut (Brunner & Suddarth, 2011). Salah

satu terapi yang diberikan pada pasien dengan gagal ginjal kronik adalah

hemodialisis.

Hubungan Tingkat Stres.., Argiansa Afrian, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Stresrepository.ump.ac.id/4974/3/Argiansa Afrian BAB II.pdf · seseorang dengan stimulus lingkungannya, seseorang disini merupakan agen

b. Jalan masuk ke aliran darah (vascular access point)

Sebelum memulai hemodialisa, melalui tindakan pembedahan, pada tubuh

pasien akan dibuat jalan masuk ke aliran darah (vascular access point)

yaitu, pembuluh darah arteri akan dihubungkan dengan arteial line, yang

membawa darah dari tubuh menuju ke dialyzer. Sedangkan pembuluh darah

vena akan dihubungkan dengan venous line, yang membawa darah dari

dialyzer kembali ke tubuh (Novicki, 2007).

c. Tujuan hemodialisis

Sebagai terapi pengganti, kegiatan hemodialisis mempunyai tujuan:

1) Membuang produk metabolisme protein seperti urea, kreatinin dan asam

urat.

2) Membuang kelebihan air.

3) Mempertahankan atau mengembalikan sistem buffer tubuh.

4) Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh.

5) Memperbaiki status kesehatan penderita.

d. Proses hemodialisis

1) Akses Vaskuler

Seluruh dialisis membutuhkan akses ke sirkulasi darah pasien.

Kronik biasanya memiliki akses permanent seperti fistula atau graf

sementara. Akut memiliki akses temporer seperti vascoth.

2) Membran semi permeable

Hal ini ditetapkan dengan dialiser actual dibutuhkan untuk

mengadakan kontak diantara darah dan dialisat sehingga dialisis dapat

terjadi.

3) Difusi

Hubungan Tingkat Stres.., Argiansa Afrian, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Stresrepository.ump.ac.id/4974/3/Argiansa Afrian BAB II.pdf · seseorang dengan stimulus lingkungannya, seseorang disini merupakan agen

Dalam dialisat yang konvesional, prinsip mayor yang menyebabkan

pemindahan zat terlarut adalah difusi substansi. Berpindah dari area yang

konsentrasi tinggi ke area dengan konsentrasi rendah. Gradien

konsentrasi tercipta antara darah dan dialisat yang menyebabkan

pemindahan zat pelarut yang diinginkan. Mencegah kehilangan zat yang

dibutuhkan.

4) Konveksi

Saat cairan dipindahkan selama hemodialisis, cairan yang

dipindahkan akan mengambil bersama dengan zat terlarut yang

tercampur dalam cairan tersebut.

5) Ultrafiltrasi

Proses dimana cairan dipindahkan saat dialisis dikenali sebagai

ultrafiltrasi artinya adalah pergerakan dari cairan akibat beberapa bentuk

tekanan. Tiga tipe dari tekanan dapat terjadi pada membrane:

a) Tekanan positf merupakan tekanan hidrostatik yang terjadi akibat

cairan dalam membrane. Pada dialisis hal ini dipengaruhi oleh

tekanan dialiser dan resisten vena terhadap darah yang mengalir

balik ke fistula tekanan positip “mendorong” cairan menyeberangi

membrane.

b) Tekanan negatif merupakan tekanan yang dihasilkan dari luar

membrane oleh pompa pada sisi dialisat dari membrane tekanan

negative “menarik” cairan keluar darah.

c) Tekanan osmotic merupakan tekanan yang dihasilkan dalam larutan

yang berhubungan dengan konsentrasi zat terlarut dalam larutan

tersebut. Larutan dengan kadar zat terlarut yang tinggi akan menarik

Hubungan Tingkat Stres.., Argiansa Afrian, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Stresrepository.ump.ac.id/4974/3/Argiansa Afrian BAB II.pdf · seseorang dengan stimulus lingkungannya, seseorang disini merupakan agen

cairan dari larutan lain dengan konsentrasi yang rendah yang

menyebabkan membrane permeable terhadap air.

e. Frekuensi Hemodialisis

Frekuensi, tergantung kepada banyaknya fungsi ginjal yang tersisa,

tetapi sebagian besar penderita menjalani dialisis sebanyak 2 kali/minggu.

Program dialisis dikatakan berhasil jika :

1) Penderita kembali menjalani hidup normal.

2) Penderita kembali menjalani diet yang normal.

3) Jumlah sel darah merah dapat ditoleransi.

4) Tekanan darah normal.

5) Tidak terdapat kerusakan saraf yang progresif.

Dialisis bisa digunakan sebagai pengobatan jangka panjang untuk

gagal ginjal kronik atau sebagai pengobatan sementara sebelum penderita

menjalani pencangkokan ginjal. Pada gagal ginjal akut, dialisis dilakukan

hanya selama beberapa hari atau beberapa minggu, sampai fungsi ginjal

kembali normal.

f. Komplikasi pada Hemodialisis

Komplikasi dalam pelaksanaan hemodialisis yang sering terjadi pada

saat dilakukan terapi adalah:

1) Hipotensi

2) Kram otot

3) Mual atau muntah

4) Sakit kepala

5) Sakit dada

6) Gatal-gatal

Hubungan Tingkat Stres.., Argiansa Afrian, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Stresrepository.ump.ac.id/4974/3/Argiansa Afrian BAB II.pdf · seseorang dengan stimulus lingkungannya, seseorang disini merupakan agen

B. KERANGKA TEORI

Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber : Friedman (1998), Smeltzer

& Bare (2002), Nadesul (2002), Darmono (2007)

Penderita Gagal

Ginjal Kronik

Perubahan Fisiologis :

Sering BAK

Cepat Haus

Cepat Lapar

Keringat dingin

Perubahan Psikologis :

Menolak

Cemas

Marah

Depresi

Stres

Koping Pasien

Strategi Koping

Adaptif Maladaptif

Tingkat Stres

Normal

Ringan

Sedang

Berat

Sangat Berat

Hubungan Tingkat Stres.., Argiansa Afrian, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Stresrepository.ump.ac.id/4974/3/Argiansa Afrian BAB II.pdf · seseorang dengan stimulus lingkungannya, seseorang disini merupakan agen

C. KERANGKA KONSEP

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

D. HIPOTESIS

Menurut Arikunto (2010, h.110) hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat

sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang

terkumpul.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ho : Tidak terdapat hubungan tingkat stres dengan strategi koping pada pasien

gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis di RSUD Dr. R. Goeteng

Taroenadibrata Purbalingga tahun 2014.

Ha : Terdapat hubungan tingkat stres dengan strategi koping pada pasien gagal

ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis di RSUD Dr. R. Goeteng

Taroenadibrata Purbalingga tahun 2014.

Pasien Gagal Ginjal

Kronik yang

menjalani terapi

hemodialisis

Strategi koping :

Adaptif

Maladaptif

Tingkat Stres :

Normal

Ringan

Sedang

Berat

Sangat Berat

Hubungan Tingkat Stres.., Argiansa Afrian, Keperawatan S1 UMP, 2014