bab ii tinjauan pustaka 2.1 2.1eprints.umm.ac.id/54906/3/bab ii.pdfmata menutupi mata, dan kedua...

15
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Astenopia 2.1.1 Definisi Astenopia Astenopia atau sering disebut sebagai kelelahan visual merupakan kelainan yang ditandai dengan gejala somatik atau persepsi seperti sakit kepala, penglihatan kabur, mata kering, dan sensasi benda asing disekitar mata(Guo et al., 2018). Terdapat hubungan antara gejala dengan jenis aktivitas yang dilakukan. Aktivitas jarak dekat seperti membaca, menggunakan komputer, smartphone, dan menonton televisi adalah faktor risiko tersering timbulnya keluhan astenopia(Chandra & Kartadinata, 2018). Kelelahan mata merupakan gangguan yang dialami mata karena otot-otot (siliaris) mata yang dipaksa bekerja keras, terutama saat harus melihat objek dekat dalam jangka waktu lama. Kelelahan mata dapat dikategorikan ke dalam dua jenis yaitu internal daneksternal. Kelelahan mata internal ditandai perasaan tegang dan sakit di dalam mata yang disebabkan oleh stres akibat gerakan akomodasi dan konvergensi.Kelelahan mata eksternal ditandai dengan timbulnya gejala mata kering dan iritasipada permukaan mata yang disebabkan kondisi lingkungan(Chandra & Kartadinata, 2018). 2.1.2 Gejala Astenopia Kelelahan pada mata juga ditandai oleh adanya iritasi pada mata atau konjungtivitis (konjungtiva berwarna merah dapat mengeluarkan air mata),

Upload: others

Post on 29-Oct-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.umm.ac.id/54906/3/BAB II.pdfmata menutupi mata, dan kedua bola matabergerak bolak-balik ke kedua sisi. Seseorang yang tidur pada tahap I dapat

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Astenopia

2.1.1 Definisi Astenopia

Astenopia atau sering disebut sebagai kelelahan visual merupakan kelainan yang

ditandai dengan gejala somatik atau persepsi seperti sakit kepala, penglihatan kabur,

mata kering, dan sensasi benda asing disekitar mata(Guo et al., 2018). Terdapat

hubungan antara gejala dengan jenis aktivitas yang dilakukan. Aktivitas jarak dekat

seperti membaca, menggunakan komputer, smartphone, dan menonton televisi adalah

faktor risiko tersering timbulnya keluhan astenopia(Chandra & Kartadinata, 2018).

Kelelahan mata merupakan gangguan yang dialami mata karena otot-otot (siliaris)

mata yang dipaksa bekerja keras, terutama saat harus melihat objek dekat dalam

jangka waktu lama. Kelelahan mata dapat dikategorikan ke dalam dua jenis yaitu

internal daneksternal. Kelelahan mata internal ditandai perasaan tegang dan sakit di

dalam mata yang disebabkan oleh stres akibat gerakan akomodasi dan

konvergensi.Kelelahan mata eksternal ditandai dengan timbulnya gejala mata kering

dan iritasipada permukaan mata yang disebabkan kondisi lingkungan(Chandra &

Kartadinata, 2018).

2.1.2 Gejala Astenopia

Kelelahan pada mata juga ditandai oleh adanya iritasi pada mata atau

konjungtivitis (konjungtiva berwarna merah dapat mengeluarkan air mata),

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.umm.ac.id/54906/3/BAB II.pdfmata menutupi mata, dan kedua bola matabergerak bolak-balik ke kedua sisi. Seseorang yang tidur pada tahap I dapat

8

penglihatan ganda, sakit kepala, daya akomodasi dan konvergensi menurun,

ketajaman penglihatan kepekaan kontras dan kecepatan persepsi(Kurnia, 2009).

Persepsi visual yang mengalami stress hebat tanpa disertai efek lokal pada otot

akomodasi atau retina maka keadaan ini akan menimbulkan kelelahan syaraf. Gejala

umum lainnya yang dapat timbul akibat dari mata lelah adalah sakit punggung dan

vertigo. Penglihatan yang kabur pada penggunaan gadget seperti laptop, notebook ini

dapat bermanifestasi menjadi myopia, hipermetropi dan astigmat(Kurnia, 2009).

2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Astenopia

Kejadian mata lelah ini tentunya terjadi karena dipengaruhi oleh dua faktor,

yaitu faktor internal dan eksternal.

1) Faktor Internal.. Faktor – factor internal merupakan faktor yang muncul dalam

diri seseorang yang mempengaruhi terjadnya mata lelah yaitu :

a. Umur, semakin tua seseorang lensa semakin kehilangan kekenyalan sehingga

daya akomodasi makin berkurang dan otot-otot semakin sulit dalam

menebalkan dan menipiskan mata. Daya akomodasi menurun pada usia 45 –

50 tahun, menurunnya daya akomodasi. Daya akomodasi merupakan

kemampuan lensa untuk menebal atau menipis sesuai dengan jarak benda

yang dilihat agar bayangan jatuh tepat di retina. Daya akomodasi ini

disebabkan oleh penurunan fisiologis mengakibatkan penurunan fungsi organ

mata sehingga terjadi penurunan kemampuan penglihatan yang dapat dilihat

melalui uji visus. Uji visus ini menggambarkan kemampuan penglihatan

dibanding dengan penglihatan orang normal(Susanti, 2016).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.umm.ac.id/54906/3/BAB II.pdfmata menutupi mata, dan kedua bola matabergerak bolak-balik ke kedua sisi. Seseorang yang tidur pada tahap I dapat

9

b. Kelainan refraksi

Kelainan Refraksi, yaitu keadaan bayangan tegas yang tidak dibentuk di retina.

Kelainan refraksi terjadi akibat ketidak seimbangan sistem optic pada mata

sehingga menghasilkan bayangan yang kabur. Kelainan refraksi ini sangat

berpotensi kejadian mata lelah karena daya akomodasi pada mata sudah

menurun(Susanti, 2016).

2) Faktor External. Faktor eksternal merupakan pengaruh yang berasal dari luar

individu yang dapat membuat mata lelah seperti :

a. Tingkat Pencahayaan (Illumination Levels), pencahayaan yang baik

memungkinkan tenaga kerja melihat obyek-obyek yang dikerjakannya secara

jelas, cepat dan tanpa upaya-upaya yang tidak perlu. Selain itu, penerangan

yang buruk dapat berakibat pada kelelahan mata dengan berkurangnya

kinerja. Pencahayaan lingkungan yang memadai baik yang alami atau buatan

memegang peranan yang cukup penting dalam upaya peningkatan kesehatan,

keselamatan dan produktivitas tenaga kerja(Susanti, 2016).

b. Lama paparan, waktu yang lama menyebabkan mata untuk melihat secara

terus– menerus pada monitor. Berada di depan monitor dengan waktu lebih

dari 2 (dua) jam beresiko mengalami refraksi pada mata. Objek yang terlalu

kecil dan dengan bentuk yang rumit membuat mata berupaya lebih focus,

sehingga mata dipaksa untuk bekerja lebih keras. Berdasarkan penelitian

Permana (2015) berada lama didepan monitor dapat menyebabkan kelelahan

pada mata, serta gejala-gejala lainnya yang timbul. Pengguna gadget merasakn

mata lelah di akibat karena memusatkan pandangan pada monitor di mana

obyek yang dilihat terlalu kecil. Menyebabkan mata berkonsentrasi dan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.umm.ac.id/54906/3/BAB II.pdfmata menutupi mata, dan kedua bola matabergerak bolak-balik ke kedua sisi. Seseorang yang tidur pada tahap I dapat

10

kurang berkedip, sehingga penguapan air mata meningkat dan mata menjadi

kering. Mata lelah harus diputuskan mata rantainya dengan berada

mengurangi waktu di depan monitor atau banyak mengistirahatkan mata.

Lama paparan ini dapat di kategorikan sebagai berikut; Ringan (kurang dari 2

jam), Sedang (2-4 jam) dan berat (lebih dari 4 jam)(Kurmasela, Saerang, &

Rares, 2013).

c. Kualitas tidur yang buruk. Penelitian Han et al (2014) menyebutkan Kualitas

tidur yang buruk dapat meningkatkan resiko seseorang untuk terkena

Astenopia

2.1.4 Cara Mengurangi Gejala Astenopia

Mata lelah akibat stress atau penggunaan mata yang terlalu ekstra ini dapat

dikurangi dengan beberapa cara seperti :

1. Blink (kedipan mata), refleks berkedipnya berkurang 66% yaitu 3-6 kali per

menit saat berada di depan monitor. Menyebabkan mata menjadi kering, selain

itu juga menyebabkan ketegangan pada otot mata. Pada keadaan normal mata

manusia berkedip 15-20 kali per menit. berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh Crnovrsanin, Wang dan Liu Ma (2014) dimana mereka meneliti pengaruh

kedipan mata untuk mengurangi mata lelah. Hasil dari penelitian ini

mengungkapkan bahwa dengan mengedipkan mata, berhasil mengurangi gejala

mata lelah seperti mata yang kering dan perih.

2. Eye exercises, melakukan terapi pada mata dapat membantu mata menjadi sehat,

dan mengurangi ketidaknyamanan pada mata. Melatih mata diharapkan mata

dapat menjadi lebih segar karena sirkulasi darah pada mata menjadi

lancar(Bansal & Moudgil, 2014).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.umm.ac.id/54906/3/BAB II.pdfmata menutupi mata, dan kedua bola matabergerak bolak-balik ke kedua sisi. Seseorang yang tidur pada tahap I dapat

11

3. Lubricating eye drops, merupakan intervensi farmakologi dengan meneteskan pada

mata. Mata yang telah ditetesi diharapkan akan mengurangi gejala mata kering

saat berada didepan monitor (Bansal & Moudgil, 2014).

2.1.5 Pengukuran Astenopia

Pengukuran astenopia dapat dilakukan menggunakan kuesioner. Kuesioner

adalah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi yang

dibutuhkan dari responden(Nazir, 2014). Kuesioner yang akan digunakan dalam

penelitian ini diadopsi dari Vardanjani et al (2014)

yang berjudul “Designing and validation a visual fatigue questionnaire for video display

terminals operators”. Instrument berjumlah 15 items, terdiri dari 4 pertanyaan

mengenai mata lelah, 5 pertanyaan mengenai penglihatan buruk, 3 pertanyaan

mengenai gejala pada permukaan mata yang memburuk dan 3 pertanyaan mengenai

gejala yang dirasakan selain pada daerah mata. Kemudian kuesioner akan

dijumlahkan dan di skor untuk mengetahui responden masuk pada kategori

tingkatan mata lelah.

2.2 Konsep Tidur

2.2.1 Definisi Tidur

Tidur merupakan kata yang berasal dari bahasa Latin Somnus yang berarti alami

periode pemulihan, keadaan fisiologis dari istirahat untuk tubuh dan pikiran. Tidur

merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi semua orang. Tidur yang cukup

akan membuat tubuh berfungsi secara optimal. Tidur adalah status perubahan

kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun.

Hampir sepertiga dari waktu yang dimiliki digunakan untuk tidur. Seseorang

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.umm.ac.id/54906/3/BAB II.pdfmata menutupi mata, dan kedua bola matabergerak bolak-balik ke kedua sisi. Seseorang yang tidur pada tahap I dapat

12

dikatakan sedang tidur jika terdapat tanda-tanda, yaitu adanya aktivitas yang minim,

tingkat kesadaran yang bervariasi, terjadi perubahan proses fisiologis tubuh dan

terjadi penurunan respons terhadap rangsangan dari luar. Selama tidur tubuh

mengalami perubahan fisiologis, yaitu penurunan tekanan darah dan denyut nadi,

dilatasi pembuluh darah perifer, relaksasi otot-otot rangka, basal metabolic rate (BMR)

menurun 10-30(Mubarak, 2016).

2.2.2 Fisiologi Tidur

Fisiologis tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan

mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat

otak suatu aktifitas yang melibatkan system saraf pusat, saraf perifer, endokrin

kardiovaskular, dan respirasi muskulokeletal. Sistem yang mengatur siklus atau

perubahan dalam tidur adalah reticular activating system (RAS) dan bulbar

synchronizing regional (BSR) yang terletak pada batang otak(Mubarak, 2016).

RAS berlokasi pada batang otak teratas. RAS terdiri dari sel yang

mempertahankan kewaspadaan dan terjaga. RAS menerima stimulus sensori visual,

auditori, nyeri, dan taktil. Aktivitas korteks serebral (missal, proses emosiatau

pikiran) juga menstimulasi RAS. Keadaan terjaga atau siaga yang berkepanjangan

sering dihubungkan dengan gangguan proses berpikir yang progresif dan terkadang

dapat menyebabkan aktivitas perilaku yang abnormal. Para peneliti meyakini bahwa

kenaikan sistem yang mengaktifkan retikular (Reticular Activating Sistem/RAS) yang

terletak di bagian atas batang otak memuat sel-sel khusus yang mempertahankan

kondisi sadar dan terjaga. RAS menerima stimulus indra penglihatan, pendengaran,

nyeri, dan peraba. Aktivitas dari korteks serebral (misal:emosi dan proses berpikir)

juga menstimulasi RAS. Gairah, keadaan terjaga, dan keadaan tetap sadar dihasilkan

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.umm.ac.id/54906/3/BAB II.pdfmata menutupi mata, dan kedua bola matabergerak bolak-balik ke kedua sisi. Seseorang yang tidur pada tahap I dapat

13

dari saraf di dalam RAS yang melepaskan katekolamin seperti norepinefrin(Perry &

Potter, 2010).

Tidur dapat dihasilkan dari pengeluaran serotonin dalam sistem tidur raphe

pada pons dan otak depan bagian tengah. Daerah juga disebut bulbar synchronizing

region (BSR). Ketika individu mencoba tertidur, mereka akan menutup mata dan

berada dalam keadaan rileks. Stimulus ke SAR menurun. Jika ruangan gelap dan

tenang, aktivasi RAS selanjutnya akan menurun. BSR mengambil alih yang

kemudian menyebabkan tidur(Mubarak, 2016).

2.2.3 Fungsi Tidur

Tubuh membutuhkan tidur secara rutin untuk memulihkan proses biologis

tubuh. Selama tidur, gelombang lambat dan dalam (NREM tahap 4), tubuh

melepaskan hormon pertumbuhan manusia untuk perbaikan dan pembaruan sel

epitel dan sel-sel yang khusus seperti sel-sel otak (Perry & Potter, 2010). Pada saat

tidur, tubuh akan meregenerasi sel-sel yang rusak menjadi baru. Tidur juga

membuat produksi hormon pertumbuhan menjadi lancar, meningkatkan kekebalan

tubuh dari serangan penyakit, memlihara fungsi jantung, serta menambah

konsentrasi dan kemampuan fisik(Wahyudi & Wahid, 2016).

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.umm.ac.id/54906/3/BAB II.pdfmata menutupi mata, dan kedua bola matabergerak bolak-balik ke kedua sisi. Seseorang yang tidur pada tahap I dapat

14

2.2.4 Tahapan Tidur

Tidur terdiri dari 2 tahap, yaitu REM (Rapid Eye Movement)dan NREM (Non

Rapid Eye Movement)(Wahyudi & Wahid, 2016).

Gambar 2. 1Tahapan tidur

1. NREM (Non Rapid Eye Movement)

Pola tidur biasa atau biasa disebut NREM(Non Rapid Eye Movement= gerakan

mata tidak cepat). Pola tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam

tidur gelombang pendek karena gelombang otak selama NREM lebih lambat

daripada gelombang alpha dan beta pada orang yang sadar atau tidak tidur.

Tanda – tanda tidur NREM yaitu mimpi berkurang, otot mulai relaksasi,

tekanan darah turun, kecepatan pernafasan turun, metabolisme turun, gerakan

mata lambat. Fase NREM ini berlangsung sekitar 1 jam. Pada fase ini biasanya

orang masih bisa mendengarkan suara disekitarnya sehingga akan mudah

terbangun. Tidur Nrem mempunyai 4 tahap yang masing-masing ditandai

dengan pola gelombang otak(Wahyudi & Wahid, 2016).

Tahap Tidur

NREM/tidur

biasa

REM/tidur

paradoksal/tidur

nyenyak

Tahap 1 Tahap 2

2

Tahap 3 Tahap 4

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.umm.ac.id/54906/3/BAB II.pdfmata menutupi mata, dan kedua bola matabergerak bolak-balik ke kedua sisi. Seseorang yang tidur pada tahap I dapat

15

a. Tahap I

Merupakan saat dimana seseorang baru memasuki tidur. Berlangsung selama 5

menit. Penurunan aktivitas fisiologis yang diawali dengan bertahapnya

penurunan tanda vital dan metabolisme, seluruh otot menjadi lemas, kelopak

mata menutupi mata, dan kedua bola matabergerak bolak-balik ke kedua sisi.

Seseorang yang tidur pada tahap I dapat dibangunkan dengan mudah, ketika

bangun seseorang merasa seperti melamun.

b. Tahap II

Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh semakin menurun. Mata masih

bergerak-gerak, mudah terjaga, serta fungsi tubuh yang terus melambat. Tahap

berlangsung selama 10-15menit.

c. Tahap III

Merupakan tahap awal tidur nyenyak. Gelombang otak menjadi lebih teratur.

Seseorang sulit untukdibangunkan dan digerakkan, ditandai dengan keadaan

otot yang menjadi relaks, tanda-tanda vital mengalami penurunan tetapitetap

teratur. Tahap ini berlangsung selama 15-30 menit.

d. Tahap IV

Merupakan tahap terdalam dari tidur. Sangat sulit untuk dibangunkan. Jika

sudah tertidur seseorang akan menghabiskan sebagian besar dari malam dalam

tahap ini. Tanda-tanda vital secara signifikan lebih rendah daripada jam

bangun. Tahap ini berlangsung sekitar 15-30 menit. Kadang bisa terjadi tidur

sambil berjalan danenuresis atau mengompol.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.umm.ac.id/54906/3/BAB II.pdfmata menutupi mata, dan kedua bola matabergerak bolak-balik ke kedua sisi. Seseorang yang tidur pada tahap I dapat

16

2. REM (Rapid Eye Movement ) atau Pola Tidur Paradoksial

REM ditandai dengan gerakan mata yang cepat dan tiba-tiba peningkatan aktivitas

saraf otonom serta munculnya mimpi. Pada tidur REM terdapat fluktuasi luas dari

tekanan darah, denyut nadi dan frekuensi nafas. Keadaan ini disertai dengan

penurunan tonus otot, peningkatan aktivitas otot involunter (gerakan bola mata

yang cepat atau rapid eye movement), dan lebih sulit dibangunkan. REM disebut juga

aktivitas otak yang tinggi dalam tubuh yang lumpuh atau tidur paradox.

2.2.5 Kebutuhan Tidur Berdasarkan Usia

Berbeda usia maka berbeda pula kebutuhan akan waktu tidur. Semakin tua usia,

maka semakin sedikit waktu tidur yang dibutuhkakan(Mubarak, 2016).

1. Bayi baru lahir/masa neonatus (0-1bulan)

Tidur 14-18 jam sehari, pernafasan teratur, gerak tubuh sedikit, 50% tidur

NREM, banyak waktu tidurnya dilewatkan pada tahap III dan IV tidur NREM.

Setiap siklus sekitar 45 – 60 menit.

2. Masa bayi (1-8 bulan)

Tidur 12-14 jam sehari, 20-30% tidur REM, tidur lebih lama pada malam hari

dan punya pola terbangun sebentar.

3. Toodler/masa anak (18 bulan sampai 3 tahun)

Tidur sekitar 10-11 jam sehari. Ada teori yang menyatakan 11-12 jam sehari,

25% tidur REM, banyak tidur pada malam hari, terbangun dini hari berkurang,

siklus bangun tidur normal sudah menetap pada umur 2-3 tahun.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.umm.ac.id/54906/3/BAB II.pdfmata menutupi mata, dan kedua bola matabergerak bolak-balik ke kedua sisi. Seseorang yang tidur pada tahap I dapat

17

4. Prasekolah (3-6 tahun)

Tidur sekitar 11 jam sehari, 20% tidur REM, periode terbangun kedua hilang

pada umur 3 tahun. Pada umur 5 tahun tidur siang tidak ada, kecuali kebiasaan

tidur sore hari.

5. Usia sekolah (6-12 tahun)

Tidur sekitar 10 jam sehari, 18,5% tidur REM. Sisa waktu tidur relatif konstan.

6. Remaja (12-18 tahun)

Tidur sekitar 8,5 jam sehari, 20% tidur REM.

7. Dewasa muda (18-40 tahun)

Tidur sekitar 7-9 jam sehari, 20-25% tidur REM, 5-10 % tidur tahap 1, 50%

tidur tahap II, dan 10-20% tidur tahap III dan IV.

8. Dewasa pertengahan (40-60 tahun)

Tidur sekitar tujuh jam sehari, 20% tidur REM, Mungkin mengalami insomnia

dan sulit untuk tidur.

9. Dewasa tua (60 tahun)

Tidur sekitar 6 jam sehari, 20-25 % tidur REM, tidur tahap IV nyata berkurang

kadang-kadang tidak ada. Mungkin mengalami insomnia dan sering terbangun

sewaktu tidur di malam hari.

2.2.6 Kualitas Tidur

Kualitas tidur adalah suatu keadaan tidur yang dijalani seorang individu

menghasilkan kesegaran dan kebugaran saat terbangun. Kualitas tidur mencakup

aspek kuantitatif dari tidur, seperti durasi tidur, latensi tidur serta aspek subjektif

dari tidur. Kualitas tidur adalah kemampuan setiap orang untuk mempertahankan

keadaan tidur dan untuk mendapatkan tahap tidur REM dan NREM yang pantas.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.umm.ac.id/54906/3/BAB II.pdfmata menutupi mata, dan kedua bola matabergerak bolak-balik ke kedua sisi. Seseorang yang tidur pada tahap I dapat

18

Indikator atau ciri-ciri untuk mengetahui tidur yang berkualitas adalah dengan

merasakan apakah badan merasa segar dan fresh setelah terbangun dan tidur merasa

lelap(Hidayat & Uliyah, 2015).

2.2.7 Faktor yang Mempengaruhi Kuantitas dan Kualitas Tidur

Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur berbeda-beda tiap orang. Ada yang

kebutuhannya terpenuhi dengan baik, ada yang mengalami gangguan. Kualitas dan

kuantitas tidur seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor(Mubarak, 2016).

1. Status kesehatan/penyakit. Seseorang dengan kondisi tubuh yang sehat akan

dapat tidur dengan nyanyak. Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau distress

fisik yang akan menyebabkan gangguan tidur. Disamping itu, siklus bangun-

tidur selama sakit juga dapat mengalami gangguan. Misalnya pada klien yang

menderita gangguan pada sistem pernafasan. Dalam kondisinya yang sesak

nafas, maka seseorang tidak dapat istirahat dean tidur.

2. Lingkungan. Faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses

tidur. Pada lingkungan yang tenang memungkinkan seseorang dapat tidur

dengan nyenyak dan sebaliknya. Sebagai contoh, temperatur yang tidak nyaman

(ramai, ribut, bisisng, dll) atau ventilasi yang buruk akan menyebabkan

seseorang sulit untuk tidur. Namun sebaliknya jika lingkungan nyaman, akan

membuat dan mempercepat tidur seseorang, meskipun seiring waktu, individu

bisa beradaptasi dan tidak lagi terpengaruh dengan kondisi tersebut.

3. Aktifitas Fisik. Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur

seseorang. Semakin lelah seseorang, semakin pendek siklus tidur REM yang

dilaluinya. Setelah beristirahat biasanya siklus REM akan kembali memanjang.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.umm.ac.id/54906/3/BAB II.pdfmata menutupi mata, dan kedua bola matabergerak bolak-balik ke kedua sisi. Seseorang yang tidur pada tahap I dapat

19

4. Gaya Hidup. Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Kelelahan

tingtkat menengah orang dapat tidur dengan nyenyak. Sementara pada

kelelahan yang berlebihan akan menyebabkan periode tidur REM lebih pendek.

Individu yang sering berganti jam kerja harus mengatur aktivitasnya agar dapat

tidur pada waktu yang tepat.

5. Stres emosional. Ansietas dan depresi seringkali mengganggu tidur seseorang.

Kondisi ansietas dapat meningkatkan kadar Norepinefrin darah melalui

stimulasi sistem saraf simpatis. Kondisi ini meyebabkan berkurangnya siklus

tidur NREM tahap IV dan tidur REM serta seringnya terjaga saat tidur.

6. Stimulan dan alkohol. Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman dapat

merangsang SSP sehingga dapat mengganggu pola tidur. Sementara konsumsi

alkohol yang berlebihan dapat mengganggu siklus tidur REM. Alkohol

menekan REM secara normal, sesorang yang tahan minum alkohol dapat

meyebabkan insomnia dan lekas marah, ketika pengaruh alkohol telah hilang,

individu seringkali mengalami mimpi buruk.

7. Diet atau nutrisi. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat

mempercepat proses tidur. Protein yang tinggi seperti pada keju, susu, daging,

dan ikan tuna dapat mempercepat proses tidur, karena adanya L-Triptofan yang

merupakan asam amino dari protein yang dicerna. Sebaliknya, minuman yang

mengandung kafein atau alkohol akan menggangu tidur. Penurunan berat

badan dikaitkan dengan penurunan waktu tidur dan seringnya tejaga di malam

hari. Sebaliknya, penambahan berat badan dikaitkan dengan peningkatan total

tidur dan sedikitnya periode terjaga dimalam hari.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.umm.ac.id/54906/3/BAB II.pdfmata menutupi mata, dan kedua bola matabergerak bolak-balik ke kedua sisi. Seseorang yang tidur pada tahap I dapat

20

8. Merokok. Nikotin yang terkandung dalam rokok memiliki efek stimulasi pada

tubuh. Akibatnya, perokok seringkali kesulitan untuk tidur dan mudah

terbangun dimalam hari.

9. Medikasi. Oabt-obatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang.

Hipnotik dapat menganggu tahap III dan IV NREM, beta-bloker dapat

meyebabkan insomnia dan mimpi buruk, sedangkan narkotik (misalnya,

meperidin hidroklorida dan morfin) diketahui dapat menekan tidur REM dan

menyebabkan seringnya terjaga dimalam hari.

10. Motivasi. Motivasi dapat mempengaruhi dan dapat menimbulkan keinginin

untuk tetap bangun dan menahan tidak tidur sehingga dapat menimbulkan

gangguan proses tidur, sebab keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat

menutupi perasaan lelah seseorang. Sebaliknya, perasaan bosan atau tidak

adanya motivasi untuk terjaga seringkali dapat mendatangkan kantuk.

2.2.8 Pengukuran Kualitas Tidur

Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) adalah instrument efektif yang digunakan

untuk mengukur kualitas tidur dan pola tidur orang dewasa. PSQI dikembangkan

untuk mengukur dan membedakan individu dengan kualitas tidur yang baik dan

kualitas tidur yang buruk. Kualitas tidur merupakan fenomena yang kompleks dan

melibatkan beberapa dimensi yang seluruhnya dapat tercakup dalam PSQI. Dimensi

tersebut antara lain kualitas tidur subjektif, sleep latensi, durasi tidur, gangguan

tidur, efesiensi kebiasaan tidur, penggunaan obat tidur , dan disfungsi tidur pada

siang hari. Dimensi tersebut dinilai dalam bentuk pertanyaan dan memiliki bobot

penialaian masing-masing sesuai dengan standar baku(Mirghani, Mohammed,

Almurtadha, & Ahmed, 2015).

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.umm.ac.id/54906/3/BAB II.pdfmata menutupi mata, dan kedua bola matabergerak bolak-balik ke kedua sisi. Seseorang yang tidur pada tahap I dapat

21