bab ii tinjauan pustaka 2.1 bahan baku 2.1.1...
TRANSCRIPT
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bahan Baku
2.1.1 Cabe
Tanaman cabe (Capsicum sp) termasuk ke dalam famili solanaceae, ordo
Tubiflorae, genus Capsicum, dan spesies Capsicum Anum L. Ada dua spesies cabe
yang terkenal yaitu, cabe besar atau cabe merah ialah paprika (belt pepper), cabe
manis (cayenne pepper), dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk dalam cabe
kecil ialah cengek, cabe kancing, cabe undel yang biasanya dipelihara sebagai
tanaman hias (Sunaryono, 1989).
Buah cabe merah banyak digunakan sebagai sayuran dan disenangi banyak
orang karena rasanya yang pedas. Dalam keadaan segar, cabe merah sering
digunakan sebagai campuran atau hiasan makanan karena warnanya menarik.
Cabe merah juga digunakan sebagai bahan campuran pada industri makanan dan
indutri farmasi (Setiadi, 1994).
Kualitas bahan baku cabe untuk olahan pada industri komersial dan industri
rumah tangga adalah sebagai berikut :
a. Kondisi cabe yang diinginkan oleh industri pengolahan adalah bulat, lurus,
licin, mengkilat dan segar.
b. Ukuran buah cabe yang diinginkan dalam industri pengolahan dengan
panjang antara 10–12,5 cm dan diameter 1–1,5 cm. Ukuran panjang buah
terkecil berkisar antara 7–7,5 cm dan diameter 0,5–1 cm. (Santika, 1999).
5
Komposisi cabe merah bervariasi tergantung varietas, kondisi
pertumbuhan, derajad kematangan, dan penanganan. Secara umum komposisi
cabe merah adalah seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Cabe merah Per 100 g
Komposisi Jumlah
Kalori (kal) 31,00
Protein (gram) 1,00
Karbohidrat (gram) 7,30
Lemak (gram) 0,30
Kalsium (mg) 29,00
Posfor (mg) 24,00
Besi (mg) 0,50
Vitamin A (SI) 470,00
Vitamin B1 (mg) 0,05
Vitamin C (mg) 18,00
Air (gram) 90,00
Bdd (%) 85,00
Sumber : Setiadi, (1994).
Warna yang menarik pada cabe disebabkan adanya pigmen karatenoid di
dalamnya. Karatenoid berdasarkan daya kelarutannya dalam pelarut organik
digolongkan dalam dua kelompok pigmen yaitu karatenoid dan xanthofil (Apandi,
1984).
Karatenoid yang terdapat pada buah cabe digolongkan pada xantofil yang
mempunyai gugus hidroksil yang biasa disebut capsathin. Capsathin merupakan
karatenoid dengan rumus C40H56O3, bersifat larut dalam lemak dan mudah
teroksidasi selama penyimpanan (Winarno dan Aman, 1980).
6
Zat yang menyebabkan cabe terasa pedas adalah capsaicin yang tersimpan
dalam urat putih cabe, tempat biji cabe melekat. Capsaicin cabe bersifat stomakik,
dan mampu merangsang produksi hormon endorphin yang membangkitkan
sensasi kenikmatan (Gobel, 2010)
Zat capsaicin yang menimbulkan rasa pedas menghalangi aktivitas otak
untuk menerima sinyal rasa sakit, bila kepala pusing ketika mengonsumsi
masakan yang mengandung cabe pedas. Untuk mengurangi rasa pedas cabe,
biasanya dibuang bijinya dan urat putihnya (Gobel, 2010).
2.1.2 Bahan Tambahan
2.1.2.1 Gula
Gula dikonsumsi dalam jumlah besar baik dalam bentuk gula yang biasa
digunakan dalam rumah tangga maupun sebagai makanan seperti biskuit,
kembang gula, coklat, es krim, selai buah-buahan, dan minuman ringan (Gaman
dan Sherrington, 1994)
Kelompok gula pada umumnya mempunyai rasa manis, tetapi masing-
masing bahan dalam komposisi gula ini memiliki suatu rasa manis yang khas yang
saling berbeda. Kekuatan rasa manis yang ditimbulkan dipengaruhi oleh beberapa
factor yaitu jenis pemanis, konsentrasi, suhu, serta sifat mediumnya. Tujuan
penambahan gula adalah untuk memperbaiki flavor bahan makanan sehingga rasa
manis yang timbul dapat meningkatkan kelezatan (Sudarmadji, 1988).
Penambahan gula dalam produk bukanlah untuk menghasilkan rasa manis
saja meskipun sifat ini penting. Jadi gula bersifat menyempurnakan rasa asam dan
7
cita rasa lainnya dan juga memberikan kekentalan, daya larut yang tinggi dari
gula, kemampuan mengurangi kelembaban relatif dan daya mengikat air adalah
sifat-sifat yang menyebabkan gula dipakai dalam pengawetan pangan (Buckle,
1987)
2.1.2.2 Garam
Garam dapur (NaCl) merupakan racun untuk jasad renik, mikroba perusak
yang terdapat pada buah menjadi mati bila ditambahkan garam. Jika
dikombinasikan dengan asam, daya bunuhnya terhadap jasad renik menjadi lebih
kuat (Satuhu, 1996).
Penambahan garam pada produk tertentu dapat berfungsi untuk
meningkatkan cita rasa dari produk itu sendiri. Kebutuhan garam sebagai
pemantap cita rasa adalah sebanyak 2 – 5 % dari total bahan bakunya (Suprapti,
2000).
Garam memberi sejumlah pengaruh bila ditambahkan pada jaringan
tumbuh-tumbuhan yang segar. Pertama-tama garam akan berperan sebagai
penghambat selektif pada mikroorganisme pencemar tertentu. Mikroorganisme
pembusuk atau proteolitik dan juga pembentuk spora, adalah yang paling mudah
terpengaruh walau dengan kadar garam yang rendah sekalipun (yaitu sampai 6%).
Mikroorganisme patogenik, termasuk clostridium botulinum dengan pengecualian
pada streptococus aureus dapat dihambat dengan konsentrasi garam 10 -12 %
(Buckle, 1987).
8
Garam juga mempengruhi aktivitas air (Aw) dari bahan, jadi mengendalikan
pertumbuhan mikroorganisme dengan suatu metoda yang bebas dari pengaruh
racunnya, beberapa mikroorganisme seperti bakteri halofilik dapat tumbuh dalam
larutan garam yang hampir jenuh, tetapi mikroorganisme ini membutuhkan waktu
penyimpanan yang lama untuk tumbuh dan selanjutnya terjadi pembusukan
(Buckle, 1987).
2.1.2.3 Bawang Putih
Bawang putih juga digunakan dalam pengolahan saos. Bawang putih
termasuk tanaman rempah yang bernilai ekonomis tinggi karena memiliki
beragam kegunaan, tidak hanya di dapur bawang putih memegang peranan
sebagai tanaman apotik. Manfaat utama bawang putih adalah sebagai bumbu
penyedap masakan yang membuat masakan menjadi beraroma dan mengundang
selera, meskipun kebutuhan untuk bumbu namun tanpa kehadirannya masakan
akan terasa hambar (Wibowo, 1995).
Selain sebagai bumbu masak, bawang putih dipercaya sebagai obat untuk
menyembuhkan berbagai macam penyakit, khasiat bawang putih sudah mulai
dibuktikan secara ilmiah, berhubungan erat dengan zat kimia yang dikandungnya.
Allicin adalah komponen utama yang berperan memberi aroma bawang putih dan
merupakan salah satu zat aktif yang diduga dapat membunuh kuman-kuman
penyakit (bersifat antibakteria) (Wibowo, 1995).
9
2.1.2.4 Bawang Merah
Selain bawang putih bawang merah juga ditambahkan dalam pembuatan
saos, bawang merah merupakan sayuran umbi multiguna, dan yang paling penting
didayagunakan sebagai bahan bumbu dapur sehari-hari dan penyedap berbagai
masakan. Kegunaan lain bawang merah adalah sebagai obat tradisional untuk
pelayanan kesehatan masyarakat, sebagai obat nyeri perut karena masuk angin dan
penyembuhan luka atau infeksi. Khasiat bawang merah sebagai obat diduga
karena mempunyai efek antiseptik dari senyawa allin atau allisin. Senyawa allin
ataupun allisin oleh enzim allisin liase diubah menjadi asam piruvat ammonia.
Dan allisin anti mikroba yang bersifat bakterisida (Rukmana, 1994).
2.1.2.5 Lada
Bagian tanaman lada yang dimanfaatkan adalah buahnya. Lada putih dapat
dimanfaatkan dalam bentuk bumbu dalam berbagai masakan. Lada sebagai bumbu
masakan bisa memberikan aroma yang sedap dan dapat menambah kelezatan
masakan (Sarpian, 1999).
Sejak dahulu kala biji lada digemari, dihargai, diperjuangkan mati-matian
oleh umat manusia, karena dua sifatnya yang khas, yaitu :
Rasanya yang pedas, yang diakibatkan adanya zat piperin, piperanian,
chavicin yang merupakan persenyawaan piperin dengan semacam
alkaloid.
Aromanya yang khas, akibat dari adanya minyak atsiri yang terdiri dari
beberapa jenis minyak terpene (Rismunandar, 2000).
10
2.1.2.6 Cuka
Cuka dapat berada dalam makan awet sebagai akibat dari penambahan asam
pada bahan-bahan pangan yang tidak difermentasi atau sebagai hasil fermentasi
dari mikroorganisme pada jaringan-jaringan berkarbohidrat dan bahan-bahan
dasar lainnya (Buckle, et al., 1987).
Pada pembuatan saos cabe di tambahkan asam cuka untuk mengikat cita
rasa dan sekaligus sebagai pengawet, untuk pembuatan saos dengan bahan baku 5
kg dibutuhkan asam cuka 25% sebanyak 8 ml (Musaddad dan Hartuti, 2003)
2.2 Saos Cabe
Saos adalah produk yang berbentuk pasta yang dibuat dari bahan baku buah
atau sayuran dan mempunyai aroma serta rasa yang merangsang. Saos yang
umum diperjualbelikan di Indonesia adalah saos tomat dan saos cabe, adapula
yang membuat saos pepaya, tetapi pepaya hanya digunakan sebagai bahan
campuran. Rasa saos cabe biasanya bervariasi tergantung bumbu yang
ditambahkan, adapun warna merah saos cabe sesuai dengan warna merah bahan
bakunya. Saos cabe dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama, hal tersebut
disebabkan selain mengandung asam, gula, dan garam pada saos cabe juga
ditambahkan bahan pengawet (Hambali, 2006).
Saos cabe adalah bubur kental yang diperoleh dari pengolahan buah cabe
yang dicampur dengan gula, asam cuka, garam, bumbu dan bahan lainnya seperti
zat pewarna dan bahan pengawet. Di Indonesia saos cabe digunakan sebagai
pelengkap hidangan dan di kemas dalam botol (Susanto dan Saneto, 1994).
11
Saos dapat berupa tick sauce atau saos kental dan thin sauce atau saos encer
dengan dasar utama rasa asam, manis, pedas, asin dan sebagainya, ketchup adalah
contoh saos yang kental (Susanto dan Saneto, 1994).
Beberapa produk saos cabe di Indonesia selain menggunakan cabe sebagai
bahan dasar juga ditambahkan buah pepaya dan labu siam. Penambahan pepaya
dan labu siam dalam pembuatan saos cabe dapat meningkatkan volume saos dan
dapat meningkatkan nilai ekonomis buah pepaya mengingat produksinya yang
besar di Indonesia (Haryoto, 1995).
Adapun syarat mutu saos cabe dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini :
Tabel 2. Syarat Mutu Saos Cabe
Karakteristik Syarat Mutu
Jumlah padatan % (bobot/bobot) 20 – 40
Kandungan cabe % (bobot/bobot), minimum 4
Kadar asam benzoate, mg/kg (ppm), maksimum 800
Kadar Cu, mg/kg (ppm) maksimum 20
Kandungan As, Pb, Hg -
Jamur -
pH (keasaman) 4 – 5
Bahan baku Cabe
Zat warna tambahan Yang diijinkan
Sumber : Direktorat Pembinaan Sarana Perdagangan, Departemen Pedagangan
dan Koperasi, 1978.
12
2.3 Analisis Organoleptik (analisis sensoris)
Sensoris berasal dari kata “sense” yang berarti timbulnya rasa, dan
timbulnya rasa selalu dihubungkan dengan panca indera. Leptis berarti
menangkap atau menerima. Jadi pengujian sensoris atau organoleptik mempunyai
pengertian dasar melakukan suatu kejadian yang melibatkan pengumpulan data-
data, keterangan-keterangan atau catatan mekanis dengan tubuh jasmani sebagai
penerima/panelis (Madbardo, 2010).
Penilaian dengan indra juga disebut Penilaian Organoleptik atau Penilaian
Sensorik merupakan suatu cara penilaian yang paling primitif. Penilaian dengan
indra menjadi bidang ilmu setelah prosedur penilaian dibakukan, dirasionalkan,
dihubungkan dengan penilaian secara obyektif, analisa data mejadi lebih
sistematis, demikian pula metoda statistik digunakan dalam analisa serta
pengambilan keputusan (Susiwi, 2009).
Penilaian organoleptik sangat banyak digunakan untuk menilai mutu
dalam industri pangan dan industri hasil pertanian lainnya. Kadang-kadang
penilaian ini dapat memberi hasil penilaian yang sangat teliti. Dalam beberapa hal
penilaian dengan indera bahkan melebihi ketelitian alat yang paling sensitive
(Susiwi, 2009).
Pengujian secara sensoris/organoleptik dilakukan dengan sensasi dari rasa,
bau/ aroma, penglihatan, sentuhan/rabaan, dan suara/pendengaran pada saat
makanan dimakan. Menurut Madbardo (2010) keterlibatan panca indera dalam uji
organoleptik, yaitu:
13
1. Rasa (“taste”) merupakan hasil pengamatan dengan indra pengecap
dengan 4 dasar sifat rasa, yaitu manis, asam, asin dan pahit.
2. Tekstur (“konsistensi”) adalah hasil pengamatan yang berupa sifat lunak,
liat, keras, halus, kasar, dan sebagainya.
3. Bau (“odour”) dengan berbagai sifat seperti harum, amis, apek, busuk, dan
sebagainya.
4. Warna merupakan hasil pengamatan dengan penglihatan yang dapat
membedakan antara satu warna dengan warna lainnya, cerah, buram,
bening, dan sebagainya.
5. Suara merupakan hasil pengamatan dengan indera pendengaran yang akan
membedakan antara kerenyahan (dengan cara mematahkan sampel),
melempem, dan sebagainya.
2.3.1 Panelis Pencicip
Untuk penilaian mutu atau analisa sifat-sifat sensorik suatu komoditi panel
bertindak sebagai instrumen atau alat. Panel adalah satu atau sekelompok orang
yang bertugas untuk menilai sifat atau mutu benda berdasarkan kesan subyektif.
Jadi penilaian makanan secara panel adalah berdasarkan kesan subyektif dari para
panelis dengan prosedur sensorik tertentu yang harus dituruti (Winiati, 2001).
Dalam penilaian organoleptik dikenal beberapa macam panel. Penggunaan
panel-panel ini dapat berbeda tergantung dari tujuannya. Ada 6 macam panel yang
biasa digunakan, yaitu :
14
2.3.1.1 Panel pencicip perseorangan (individual expert).
Panel perseorangan adalah orang yang sangat ahli dengan kepekaan
spesifik yang sangat tinggi yang diperoleh karena bakat atau latihan-latihan yang
sangat intensif. Panel perseorangan sangat mengenal sifat, peranan dan cara
pengolahan bahan yang akan dinilai dan menguasai metoda-metoda analisis
organoleptik dengan sangat baik.
Keuntungan menggunakan panelis ini adalah kepekaannya tinggi, bias
dapat dihindari, penilaian cepat, dan efisien. Panel perseorangan biasanya
digunakan untuk mendeteksi penyimpangan yang tidak terlalu banyak dan
mengenali penyebabnya. Keputusan sepenuhnya ada pada tangan sesorang.
2.3.1.2 Panel pencicip terbatas (small expert panel).
Panel terbatas terdiri dari 3-5 orang yang mempunyai kepekaan tinggi
sehingga bias lebih dapat dihindari. Panelis ini mengenal dengan baik faktor –
faktor dalam penilaian organoleptik dan dapat mengetahui cara pengolahan dan
pengaruh bahan baku terhadap hasil akhir. Keputusan diambil setelah berdiskusi
diantara anggota-anggotanya.
2.3.1.3 Panel terlatih (trained panel).
Panel terlatih terdiri dari 15-25 orang yang mempunyai kepekaan cukup
baik. Untuk menjadi panelis yang terlatih perlu didahului dengan seleksi dan
latihan-latihan. Panelis ini dapat menilai beberapa sifat rangsangan sehingga tidak
terlampau spesifik. Keputusan diambil setelah data di analisis secara statistik.
15
2.3.1.4 Panel tidak terlatih (untrained panel).
Panel tidak terlatih terdiri lebih dari 25 orang awam yang dapat dilatih
berdasarkan jenis kelamin, suku bangsa, tingkat sosial dan pendidikan. Panel tidak
terlatih hanya diperbolehkan menilai sifat-sifat organoleptik yang sederhana
seperti sifat kesukaan, tetapi tidak boleh digunakan dalam uji pembedaan. Untuk
itu panel tidak terlatih biasanya terdiri dari orang dewasa dengan komposisi
panelis pria sama dengan panelis wanita.
2.3.1.5 Panel agak terlatih
Panel agak terlatih terdiri dari 15-25 orang yang sebelumnya dilatih untuk
mengetahui sifat sensorik tertentu. Panel agak terlatih dapat dipilih dari kalangan
terbatas dengan menguji kepekaannya terlebih dahulu. Sedangkan data yang
sangat menyimpang boleh tidak digunakan dalam analisis.
2.3.1.6 Panel konsumen (consumer panel).
Panel konsumen terdiri dari 30 hingga 100 orang yang tergantung pada
target pemasaran suatu komoditi. Panel ini mempunyai sifat yang sangat umum
dan dapat ditentukan berdasarkan daerah atau kelompok tertentu.
2.3.1.7 Panel anak-anak
Panel yang khas adalah panel yang menggunakan anak-anak berusia 3-10
tahun. Biasanya anak-anak digunakan sebagai panelis dalam penilaian produk-
produk pangan yang di sukai anak-anak seperti coklat, permen, es krim dan
sebagainya.
16
Cara penggunaan panel anak-anak harus bertahap, yaitu dengan
pemberitahuan atau undangan bermain bersama, kemudian dipanggil untuk
diminta responnya terhadap produk yang dinilai dengan alat bantu gambar seperti
boneka.
Keahlian seorang panelis biasanya diperoleh melalui pengalaman dan
latihan yang lama. Meskipun keahlian yang diperoleh itu merupakan bawaan sejak
lahir, tetapi untuk mendapatkannya perlu latihan yang tekun dan terus-menerus
(Winiati, 2001).