bab 2 tinjauan pustaka 2.1 2.1eprints.umm.ac.id/39380/3/bab 2.pdf · ini dikonversi menjadi asam...
TRANSCRIPT
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jeruk Lemon (Citrus limon L)
2.1.1 Taksonomi Jeruk Lemon
(Mohanapriya, 2013)
Gambar 2.1 Jeruk lemon
Klasifikasi tanaman jeruk lemon adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Famili : Rutaceae
Marga : Citrus
Jenis : Citrus limon (L) (Chaturvedi et al, 2016)
2.1.2 Morfologi Jeruk Lemon
Jeruk lemon merupakan tanaman berduri, tinggi pohon tanaman yang kecil
mencapai 10-20 kaki. Daun lemon berbentuk oval dan berwarna hijau gelap. Daun
jeruk lemon tumbuh tersusun pada batangnya. Jeruk lemon memiliki arglikosida
6
Aroma harum pada bunganya yang berwarna putih dan tersusun atas 5
kelopak. Jeruk lemon memiliki warna kuning kehijauan hingga kuning cerah
dengan bentuk membundar (panjang 8-9 cm). Jeruk lemon sangat mirip dengan
jeruk nipis, namun jeruk lemon akan berwarna kuning saat matang, dimana jeruk
nipis akan tetap berwarna hijau dan jeruk lemon memiliki ukuran yang lebih besar
pula. (Chaturvedi et al, 2016).
2.1.3 Kandungan Jeruk Lemon
Jeruk lemon memiliki kandungan vitamin C yang tinggi dibandingkan
jeruk nipis serta sebagai sumber vitamin A, B1, B2, fosfor, kalsium, pektin,
minyak astiri 70% limone, felandren, kumarins bioflavonoid, geranil asetat, asam
sitrat, linalil asetat, kalsium, dan serat. Lemon memiliki berbagai macam
penggunaan. Buah lemon terkenal sebagai bahan untuk diperas dan diambil sari
buahnya sebagai pembuatan minuman. Dalam pengobatan tradisional air perasan
lemon dapat ditambahkan ke dalam teh untuk mengurangi demam, asam lambung,
radang sendi, membasmi kuman pada luka, dan menyembuhkan sariawan
(Noghata et al, 2006).
2.1.4 Kulit Jeruk Lemon
Kulit dari jeruk lemon memiliki banyak khasiat. Pada kulit lemon terdapat
2 lapisan yaitu flavedo dan albedo. Flavedo adalah kulit lemon bagian luar yang
memiliki varian warna mulai hijau hingga kuning. Di situ kaya akan minyak
esensial yang dari dulu sering digunakan oleh produk industri perasa dan aroma
makanan. Albedo adalah komponen utama dari kulit jeruk lemon berupa lapisan
seperti spons dan selulosa yang berada di bawah flavedo. Ketebalan dari albedo
berbeda-beda tergantung dari beberapa variabel, diantaranya adalah varietas dari
8
Hesperidin memiliki fungsi protektif terhadap fungal dan infeksi mikroba
lainnya pada tumbuhan. Selain aktivitas fisiologisnya sebagai anti mikroba,
peneliti juga menemukan banyak manfaat dari hesperidin yaitu sebagai aplikasi
terapi dalam pencegahan maupun pengobatan dari berbagai penyakit pada
manusia. Paling banyak dari manfaat hesperidin adalah sebagai antioksidan dan
anti inflamasi. Dalam penelitian di Perancis yang melibatkan manusia sebagai
relawan uji coba yang mengkonsumsi jus jeruk atau hesperidin selama 4 minggu
telah mengubah ekspresi genetik 3422 dan 1819. Penelitian ini memberikan
penjelasan dari mekanisme molekular di balik efek proteksi terhadap
kardiovaskular oleh hesperidin. Dan juga bahan neuroprotektif oleh hesperidin
telah menarik perhatian peneliti pada dekade terakhir. Manfaat tambahan yang
bisa didapat dari konsumsi hesperidin termasuk proteksi radio dan sinar UV, anti
diabetes, anti osteoporosis, dan efek anti kanker. (Rath, 2014)
2.2.1 Absorbsi, Metabolisme, dan Ekskresi
Hesperidin akan diabsorbsi oleh bagian distal usus halus dan usus besar.
Dalam bentuk glikosida, hesperidin akan dihidrolisis oleh bakteri usus besar dan
membentuk aglycone yaitu hesperitin, kemudian masuk ke dalam sirkulasi dalam
bentuk sulphoglukuronida dan glukuronida. Berbagai penelitian yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa hesperidin aman untuk berbagai organ dan
jaringan, tidak terakumulasi di jaringan ataupun menimbulkan reaksi alergi.
Hesperidin juga terbukti tidak berinteraksi bila dikonsumsi dengan makanan, obat,
vitamin, maupun preparat hormon, akan tetapi bila dikonsumsi bersama makanan,
absorbsi hesperidin akan menurun karena matriks makanan dapat mengganggu
proses absropsinya. Beberapa penelitian yang telah dilakukan membuktikan
9
bahwa hesperidin mempunyai bioavailabilitas rendah yaitu < 25 %. Penelitian
Manach dkk menunjukkan metabolit hesperidin dapat ditemukan dalam plasma
setelah 3 jam jus jeruk dikonsumsi dan puncaknya dalam 5 – 7 jam. Hesperetin
yang ditemukan di dalam plasma setelah 20 menit dan puncaknya setelah 3,5 – 4
jam selnajutnya ditunjukkan oleh penelitian Kanaze dkk. Proses absorbsi yang
telah dilalui, hesperidin di dalam tubuh mengalami siklus entero-hepatik dan
diekskresikan melaluifeses dan urin dalam waktu 24 jam pertama. Hesperidin
sangat aman untuk dikonsumsi, bahkan oleh ibu hamil. (Haryanto et al, 2013).
2.2.2 Kandungan Hesperidin Dalam Jeruk
Hesperidin terdapat dalam setiap lapisan jeruk, dan dalam jumlah besar
dapat diisolasi dari kulitnya. Hesperidin dengan konsentrasi tinggi dapat
ditemukan pada lapisan dalam kulit jeruk dan membran segmen jeruk yang sudah
matang,. Sedangkan konsentrasi hesperidin yang lebih rendah ditemukan pada
vesikel jus (Haryanto et al, 2013).
Tabel 2.1 Perbandingan kandungan hesperidin jeruk lemon Nama Senyawa Kulit Jus/perasan
Hesperidin (μg/gm) 125,3 9,4 (Adham, 2015)
2.2.3 Fungsi Hesperidin
Hesperidin memiliki berbagai pengaruh pada tubuh, salah satunya pada
pembuluh darah. Hesperidin terbukti menurunkan fragilitas dinding kapiler dan
permeabilitas kapiler sehingga dipakai sebagai terapi untuk menurunkan edema,
hemoroid, perdarahan, scurvy, hipertensi dan berbagai tukak. Hesperidin juga
mempunyai fungsi sebagai anti inflamasi, antihipertensif dan diuretik,
antibakterial dan antiviral. Selain itu, hesperidin sebagai antioksidan bekerja
10
dengan menangkap radikal bebas dan mencegah kerusakan akibat proses oksidasi.
Hesperidin memiliki efek signifikan untuk meningkatkan kadar kol-HDL dan
menurunkan kadar kolesterol total, kadar kol-LDL, serta kadar trigliserida.
Hesperidin merupakan flavonoid yang paling banyak ditemukan pada jeruk dan
dalam beberapa penelitian telah terbukti bersifat hipokolesterolemik (Haryanto et
al, 2013).
2.3 Kolesterol
Kolesterol adalah lipida struktural (pembentuk struktur sel) yang berfungsi
sebagai komponen yang dibutuhkan dalam kebanyakan sel tubuh. Kolesterol
merupakan bahan yang menyerupai lilin, sekitar 80% dari kolesterol diproduksi
oleh hati dan selebihnya diperoleh dari makanan yang kaya kandungan kolesterol
seperti daging, telur dan produk berbahan dasar susu. Kolesterol sangat berguna
dalam membantu pembentukan hormon, vitamin D, lapisan pelindung sel syaraf,
membangun dinding sel, pelarut vitamin (vitamin A, D, E, K) dan
mengembangkan jaringan otak pada anak-anak (Silalahi, 2006).
Pengangkutan kolesterol dalam tubuh di perantarai oleh lipoprotein.
Lipoprotein densitas rendah (LDL) menjadi kendaraan untuk membawa kolesterol
dan ester kolesterol ke jaringan. Kolesterol bebas dikeluarkan dari jaringan oleh
lipoprotein densitas tinggi (HDL) dan diangkut kembali ke hati, tempat senyawa
ini dikonversi menjadi asam empedu dalam proses yang dikenal sebagai transport
kolesterol terbalik (Reverse cholesterol transport). Faktor pembentukan
aterosklerosis pada pembuluh arteri merupakan peranan kolesterol dalam proses
patologis, sehingga menimbulkan penyakit jantung koroner, serebrovaskuler, dan
pembuluh darah perifer, (Murray et al, 2003).
11
Tabel 2.2 Kisaran Kolesterol Normal pada tikus Pemeriksaan Laboratorium
Kisaran yang ideal (mg/dL darah)
Kolesterol total 10-54 LDL 7 – 27,2 HDL ≥35
2.3.1 Sintesis Kolesterol
Biositesis kolesterol dapat dibagi menjadi lima tahap:
1. 2 molekul asetil-KoA berkondensasi dengan asetoasil-KoA yang
dikatalis HMG-KoA sintase membentuk HMG-KoA
2. HMG-KoA dikonversi menjadi mevalonat dengan katalisis enzim
HMGKoA reduktase.
3. Mevalonat mengalami fosforilasi oleh ATP dengan tiga kinase
kemudian dikarboksilasi terbentuk unit isoprenoid aktif yaitu
isopentenil pirofosfat.
4. Isopentenol pirofosfat mengalami isomerasi membentuk dimetil
pirofosfat, berkondensasi menjadi geranil pirofosfat. Pada proses
Kondensasi selanjutnya dengan isopentenil pirofosfat membentuk
farsenil difosfat. Kondensasi dua molekul farsenil pirofosfat dengan
skualen sintase sehingga NADPH tereduksi dan eliminasi radikal
pirofosfat anorganik sisanya menghasilkan skualen.
5. Skualen berubah menjadi 2,3-oxidoskualen dengan bantuan skualen
epoxidase dan kemudian elektron dikatalisis oleh enzim oksidoskualen
sehingga menghasilkan lanosterol. Setelah itu terjadi reaksi hasil
konversi dari lanosterol menjadi kolesterol (Hager, 2011)
(Herwiyarirasanta, 2010)
12
2.3.2 Esterifikasi Kolesterol
Gugus hidroksi pada kolesterol dapat mengalami esterifikasi ke asam
lemak, hingga menghasilkan ester kolesterol. Esterifikasi ini menjadikan molekul
kolesterol lebih hidrofobik sehingga mudah dikemas dalam partikel lipoprotein
atau butir lemak dalam sitosol sel. Proses ini diperantai oleh beberapa enzim yaitu
(1) lesitin:kolesterol asiltransferase (LCAT), berkaitan dengan HDL dan (2) asil:
11 kolesterol asiltransferase (ACAT) yang terdapat dalam sel. Terutama sel yang
perlu menyimpan kolesterol untuk membentuk hormon steroid (Marks et al,
2000).
2.3.3 Low Density Lipoprotein (LDL)
LDL disebut sebagai kolesterol jahat karena kolesterol dalam LDL mudah
melekat pada pembuluh darah yang menyebabkan penumpukan lemak dan akan
mengeras (membentuk plak) seiring dengan waktu sehingga terjadi penyumbatan.
(Zubaidah et al. 2016). LDL adalah lipoprotein yang mengangkut lipid dari hepar
menuju ke perifer (ekstra hepatik) (Harini et al, 2009).
Partikel LDL merupakan lipoprotein yang mempunyai kandungan
kolesterol tertinggi dan bagian inti kolesterol ester, namun pada permukaan
memiliki kandungan protein yang paling sedikit. Apoprotein partikel LDL, yaitu
Apo B100 yang berperan untuk merangkai ikatan dengan reseptor spesifik Apo
B100 atau reseptor LDL di jaringan hepatik dan non-hepatik. Proses
pembentukannya berasal dari partikel VLDL yang telah kehilangan kandungan
trigliseridanya. Sebanyak 60 % LDL ditranspor ke hepar untuk merangkai ikatan
dengan reseptor LDL yang akan mengalami endositosis. Sedangkan 40 % lainnya,
ditranspor ke jaringan ekstrahepatik seperti adrenokortikal dan sel gonad yang
13
juga memiliki reseptor spesifik Apo B100. Dengan adanya reseptor spesifik Apo
B100, menyebabkan jaringan dapat menangkap LDL dan menggunakan kolesterol
yang terdapat di dalamnya (Haryanto et al, 2013).
2.3.4 High Density Lipid (HDL)
HDL (High-density lipoprotein) merupakan lipoprotein berdensitas tinggi
yang membawa kolesterol yang berlebih dari jaringan dan pembuluh darah untuk
dibawa kembali menuju hati untuk di daur ulang dan diekskresikan, dimana
aktivitas tersebut akan menghambat proses aterosklerois (penyempitan pembuluh
darah). HDL memproteksi bersamaan dengan anti inflamasi untuk melindungi
dinding pembuluh darah terhadap LDL (Low Density Lipid) dan sebagai aktivitas
antioxidan. Oleh sebab itu, HDL sering disebut dengan “kolesterol baik”,
sehingga akan lebih baik apabila memiliki banyak kadar HDL dalam darah
(American heart Association, 2015). Komponen HDL ialah 13% kolesterol,
kurang dari 5% trigliserida dan kolesterol dalam plasma. Kadar HDL menurun
pada kegemukan, perokok dan penderita diabetes yang tidak terkontrol (Suyatna
et al., 1995).
2.3.5 Metabolisme Lipoprotein
Secara garis besar ada tiga jalur metabolisme lipoprotein yang teradi di
dalam tubuh, yaitu jalur eksogen, endogen dan jalur reverse cholesterol transport.
Kedua jalur pertama lipoprotein berhubungan dengan metabolisme kolesterol
LDL dan trigliserida, sedangkan jalur terakhir berhubungan dengan metabolisme
kolesterol HDL.
2.3.6 Jalur Eksogen
Pada jalur ini, trigliserida dan kolesterol yang berasal dari makanan
berlemak masuk ke usus dan dicerna. Selain itu, dalam usus juga terdapat
15
2.3.7 Jalur Endogen
Hati memiliki kemampuan mensintesis kolesterol dan trigliserida. Kedua
produk ini disekresikan ke dalam sirkulasi darah dalam bentuk lipoprotein very
low density lipoprotein (VLDL) (gambar 2.5). Dalam sirkulasi, trigliserida di
VLDL akan dihidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase (LPL) sehingga VLDL
berubah menjadi intermediate density lipoprotein (IDL). IDL sebagian kembali ke
hati dan sebagian lainnya akan dihidrolisis kembali oleh LPL sehingga berubah
menjadi low density lipoprotein (LDL). LDL adalah lipoprotein yang paling
banyak mengandung kolesterol. Sebagian LDL akan dibawa ke hati dan jaringan
steroidogenik lainnya seperti kelenjar adrenal, testis dan ovarium yang memiliki
reseptor untuk kolesterol LDL. Sebagian lainnya akan dioksidasi dan ditangkap
oleh reseptor scavenger-A (SR-A) di makrofag dan akan menjadi sel busa. Jika
konsentrasi kolesterol LDL dalam plasma banyak, maka makin banyak yang akan
mengalami oksidasi dan ditangkap oleh sel makrofag (Kwiterovich, 2000)
2.3.8 Reverse Cholesterol Transport (RCT)
Jalur ini berkaitan dengan metabolisme kolesterol HDL. HDL dilepaskan
sebagai partikel kecil yang miskin koletserol dan mengandung apolipoprotein
(apo) A, C dan E. HDL ini disebut HDL nescent. HDL ini berasal dari usus halus
dan hati. HDL nascent akan mendekati makrofag untuk mengambil kolesterol
yang tersimpan di makrofag dan kemudian berubah menjadi HDL dewasa
(gambar 2.4). Kolesterol yang telah diambil oleh HDL akan diesterifikasi oleh
enzim lecithin cholesterol acyltransferase (LCAT) menjadi kolesterol ester.
Kolesterol ester ini kemudian ditransport dalam dua jalur. Pertama, jalur ke hati
17
meningkatnya kadar kolesterol dalam darah adalah aterosklerosis (Guyton & Hall,
2013).
2.4 Minyak Goreng
Makanan yang digoreng dikenal luas karena aroma, rasa dan tekstur yang
dihasilkannya. Pada saat makanan digoreng, lemak atau minyak panas akan
diserap masuk ke dalam bahan makanan dan menggantikan air yang menguap
sehingga bahan makanan menjadi lebih lembut dan tekstur makanan menjadi
renyah ( Ghidurus et al., 2010). Pada umumnya masyarakat menggoreng
menggunakan minyak. Minyak goreng merupakan trigliserida dengan komposisi
asam lemak tertentu, berasal dari lemak tumbuhan atau hewan, berbentuk cair
dalam suhu kamar (Lestari, 2010). Selain lemak, minyak goreng juga
mengandung lesitin, sefalin, fosfatida lain, lilin, pigmen larut lemak, dan
hidrokarbon, termasuk karbohidrat dan protein dalam jumlah kecil (Rukmini,
2007). Berdasarkan ada atau tidak ikatan ganda dalam struktur molekulnya,
minyak goreng terbagi menjadi (Ketaren , 2005) :
a. Minyak dengan asam lemak jenuh ( saturated fatty acids ).
Merupakan asam lemak yang mengandung ikatan tunggal pada rantai
hidrokarbonnya. Bersifat stabil dan tidak mudah bereaksi atau berubah
menjadi asam lemak jenis lain. Asam lemak jenuh yang terkandung dalam
minyak goreng pada umumnya terdiri dari asam miristat, asam palmitat,
asam laurat dan asam kaprat.
b. Minyak dengan asam lemak tak jenuh tunggal (mono-unsaturated fatty
acids/MUFA) maupun majemuk (poly-unsaturated fatty acids)
18
Merupakan asam lemak yang memiliki ikatan atom karbon rangkap pada
rantai hidrokarbonnya. Semakin banyak jumlah ikatan rangkap itu
(polyunsaturated), semakin mudah bereaksi atau berubah menjadi asam
lemak jenuh. Asam lemak tidak jenuh yang terkandung dalam minyak
goreng adalah asam oleat, asam linoleat dan asam linolenat. Minyak yang
baik adalah minyak dengan kandungan asam lemak tak jenuh yang lebih
banyak dibandingkan dengan kandungan asam lemak jenuhnya, salah
satunya adalah minyak nabati. Minyak goreng jenis ini mengandung
sekitar 80% asam lemak tak jenuh kecuali minyak goreng kelapa sawit
(Sartika, 2009). Minyak goreng kelapa sawit dibuat melaluidua fase yang
berbeda, yaitu fase padat disebut stearin dengan asam lemaknya stearat
dan fase cair disebut olein dengan asam lemaknya oleat. Dengan
penyaringan (pemisahan fase padat dari fase cair) sebanyak 2 kali,
kandungan asam lemak tak jenuh dalam minyak kelapa sawit menjadi
lebih tinggi sehingga minyak menjadi lebih mudah rusak oleh proses
penggorengan deep frying (Sartika, 2009; Lestari, 2010).
2.4.1 Minyak Goreng Deep Frying
Deep frying adalah proses menggoreng dengan cara merendam bahan
makanan ke dalam minyak goreng pada suhu 163-196oC. Kerusakan minyak
akibat proses penggorengan pada suhu tinggi (200-250oC) yang merusak ikatan
rangkap pada asam lemak tidak jenuh sehingga hanya tinggal asam lemak jenuh
saja. Hal tersebut berisiko membuat kolesterol darah semakin tinggi. Selain itu,
vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E, dan K) juga mengalami
kerusakan, sehingga fungsi nutrisi minyak goreng jauh menurun, bahkan
19
berpengaruh negatif terhadap tubuh. Umumnya kerusakan oksidasi terjadi pada
asam lemak tidak jenuh, tetapi bila minyak dipanaskan pada suhu 100oC atau
lebih, asam lemak jenuh pun dapat teroksidasi, sehingga disebut asam lemak trans
(Ratu, 2009). Asam lemak jenuh trans dapat menyebabkan terjadinya penurunan
aktivitas enzim acyl-CoA:cholesterol acyltransferase (ACAT) di hepar sehingga
terjadi penurunan proses esterifikasi dari kolesterol bebas menjadi ester-kolesteril
yang dapat meningkatan akumulasi kolesterol bebas dan pada akhirnya
meningkatkan kadar kolesterol total dalam serum (Raharjo et al, 2015). Reaksi
oksidasi pada penggorengan suhu 200°C menimbulkan kerusakan lebih mudah
pada minyak dengan derajat ketidakjenuhan tinggi, sedangkan reaksi hidrolisis
mudah terjadi pada minyak dengan asam lemak jenuh rantai panjang (LCFA).
Suhu pemanasan yang baik adalah sekitar 95-120°C. Ditinjau dari segi ekonomis,
suhu pemanasan yang tinggi antara 163-199°C dapat menekan biaya produksi,
karena waktu penggorengan yang relatif lebih singkat. Untuk makanan pre-
cooked sebaiknya digoreng pada suhu 185°C selama 3-5 menit (Ratu, 2009).
Penggunaan minyak goreng deep frying akan meningkat polaritas minyak
dan menurunkan tegangan permukaannya antara bahan pangan dan minyak
sehingga penyerapan lemak akan semakin meningkat (Ghidurus et al, 2010).
Selain menyerap minyak, makanan yang digoreng menggunakan minyak goreng
deep frying juga menyerap produk degradasi seperti radikal bebas, keton, aldehid,
polimer yang menyebabkan perubahan pada organ misalnya bertambahnya berat
organ ginjal dan hati serta timbulnya berbagai penyakit seperti kanker, disfungsi
endotelial, hipertensi dan obesitas (Rukmini, 2007; Castillo’n et al, 2011). Akibat
dari kenaikan asam lemak trans adalah peningkatan kadar low density lipoprotein
20
(LDL), trigliserol dan lipoprotein, penurunan high density lipoprotein (HDL), dan
mempengaruhi metabolisme asam lemak bebas yang akan menyebabkan
dislipidemia dan arterosklerosis (Sartika, 2009).
Dampak lain dari penggunaan minyak goreng deep frying adalah
meningkatnya radikal bebas, substansi yang mempunyai satu atau lebih elektron
tidak berpasangan. Radikal bebas yang mengandung oksigen diklasifikasikan
sebagai Reactive Oxigen Species (ROS). Produksi ROS yang berlebihan atau
kerusakan perlindungan terhadap ROS akan menimbulkan stress oksidasi yang
memicu proses peroksidasi terhadap lipid sehingga dapat menimbulkan penyakit
kanker, inflamasi, aterosklerosis, dan proses penuaan (Koch et al, 2007; Jusup dan
Raharjo, 2010).
2.5 Pengaruh Ekstrak Kulit Jeruk Lemon terhadap Peningkatan kadar HDL
Minyak goreng deep frying berasal dari asam lemak tak jenuh berikatan
rangkap yang dipanaskan berkali-kali sehingga menjadi asam lemak trans (Ibnu et
al, 2015). Konsumsi minyak goreng deep frying menyebabkan terjadinya proses
oksidatif antara asam lemak trans dengan Reactive Oxygen Species (ROS) di
dalam tubuh, sehingga akan terbentuk hidroperoksida (radikal bebas) yang dapat
membuat sel-sel hati mengalami stres oksidatif dan mengalami kerusakan. Zat
gizi yang paling sensitif terhadap kerusakan oleh radikal bebas adalah asam lemak
tak jenuh berikatan rangkap yang disebut dengan peroksidasi lipid. Hasil
peroksidasi lipid oleh radikal bebas berefek langsung terhadap kerusakan
membran sel, antara lain dengan mengubah fluiditas, cross-linking, struktur dan
fungsi membran serta menyebabkan kematian sel, sehingga akan terjadi
ketidakseimbangan Reverse Cholesterol Transport dan kadar HDL akan menurun.
21
Selain itu, asam lemak trans juga dapat menginhibisi aktifitas enzim pada
metabolisme lipid yitu Lecithin Choleslerol Acyl Transferase (LCAT) yang
berperan dalam fungsi HDL untuk mengangkut kolesterol yang beredar di dalam
darah untuk dibawa kembali ke hati yang selanjutnya akan diuraikan lalu dibuang
ke dalam kandung empedu sebagai asam (cairan) empedu, sehingga kadar HDL
menurun (Ratu, 2008). Untuk meningkatkan kadar HDL, kulit jeruk lemon
memiliki kandungan hesperidin yang berfungsi sebagai antioksidan yang akan
menangkap radikal bebas akibat reaksi oksidatif asam lemak trans dengan ROS
sehingga peroksidasi lipid akan menurun dan Reverse Cholesterol Transport akan
berjalan dengan seimbang, selain itu hesperidin meningkatkan Apo-A1 protein
utama pembentuk HDL serta sebagai aktivator enzim LCAT sehingga apabila
aktivasi ditingkatkan, enzim LCAT meningkat dan HDL meningkat. (Denny et al,
2013; Muthia, 2014).