bab ii tinjauan pustaka 2.1 piper betle l.) 2.1eprints.umm.ac.id/50808/3/bab ii.pdf · 7 bab ii...

35
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Daun Sirih (Piper betle L.) 2.1.1 Klasifikasi Tanaman Klasifikasi dari Piper betle L. adalah sebagai berikut (Purnama, 2017) : Kingdom : Plantae Divisio : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida Ordo : Piperales Family : Piperaceae Genus : Piper Spesies : Piper betle A B C D Gambar 2.1Bagian Tanaman Piper betle L. A) Tanaman Sirih Hijau; B) Batang Sirih Hijau ; C) Daun Sirih Hijau; D) Bunga dan Buah Sirih Hijau (Purnama, 2017). 2.1.2 Nama Daerah Indonesia merupakan negara yang terbagi atas beberapa provinsi dengan bahasa yang berbeda beda hal ini ditunjukkan pada sebutan dari suatu tanaman salah satunya pada tanaman daun sirih hijau ( Piper betle L.) terdapat berbagai macam sebutan nama diantaranya : Ranub (aceh), sereh (Gayo), Belo Batak (karo), Burangir (Mandailing),Cabai (Mentawai), Sirih (Palembang, Minangkabau), Seureuh (Sunda), Sere(Madura), Uwit (Dayak), Nahi (Bima), Malu (Solor), Mokeh (Alor), Mota(Flores), Bido (Bacan) (Sulastri, 2017).

Upload: others

Post on 03-Nov-2019

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1eprints.umm.ac.id/50808/3/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Daun Sirih (Piper betle L.) 2.1.1 Klasifikasi

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tanaman Daun Sirih (Piper betle L.)

2.1.1 Klasifikasi Tanaman

Klasifikasi dari Piper betle L. adalah sebagai berikut (Purnama, 2017) :

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Piperales

Family : Piperaceae

Genus : Piper

Spesies : Piper betle

A B C D

Gambar 2.1Bagian Tanaman Piper betle L.

A) Tanaman Sirih Hijau; B) Batang Sirih Hijau ; C) Daun Sirih Hijau; D)

Bunga dan Buah Sirih Hijau (Purnama, 2017).

2.1.2 Nama Daerah

Indonesia merupakan negara yang terbagi atas beberapa provinsi dengan

bahasa yang berbeda – beda hal ini ditunjukkan pada sebutan dari suatu tanaman

salah satunya pada tanaman daun sirih hijau (Piper betle L.) terdapat berbagai

macam sebutan nama diantaranya : Ranub (aceh), sereh (Gayo), Belo Batak

(karo), Burangir (Mandailing),Cabai (Mentawai), Sirih (Palembang,

Minangkabau), Seureuh (Sunda), Sere(Madura), Uwit (Dayak), Nahi (Bima),

Malu (Solor), Mokeh (Alor), Mota(Flores), Bido (Bacan) (Sulastri, 2017).

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1eprints.umm.ac.id/50808/3/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Daun Sirih (Piper betle L.) 2.1.1 Klasifikasi

8

2.1.3 Penyebaran

Sirih ditemukan di bagian timur pantai afrika, di sekitar pulau Zanzibar,

daerah sekitar sungai indus ke timur menelusuri sungai Yang Tse Kiang,

kepulauan Bonin, kepulauan Fiji, dan kepulauan Indonesia.Sirih tersebar di

Nusantara dengan skala yang tidak terlalu luas. Di Jawa tumbuh liar di hutan jati

atau hutan hujan sampai ketinggian 300m di atas permukaan laut. Untuk

memperoleh pertumbuhan yang baik diperlukan tanah yang kaya akan humus,

subur, dan pengairan yang baik (Buto, 2013).Tanaman sirih hijau (Piper batle L.)

tumbuh subur disepanjang Asia tropis hingga Afrika Timur menyebar hampir di

seluruh wilayah Indonesia, Malaysia, Thailand, Sri Lanka, India hingga

Madagaskar (Purnama, 2017).Di Indonesia, tanaman ini dapat ditemukan di pulau

Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua (Carolia, 2016).

2.1.4 Morfologi Tanaman

Sirih termasuk dalam tanaman dengan famili Piperaceae, merupakan jenis

tumbuhan yang merambat dan bersandar di pohon lain, yang tingginya 5-15 meter

(Inayatullah, 2012).

1. Batang Sirih Hijau

Batang sirih lunak berwarna coklat kehijauan,berbentuk bulat, beruas,

permukaan kulitnya kasar serta berkerut – kerut dan merupakan tempat keluarnya

akar (Susanto et al., 2017)

Gambar 2.2Batang Sirih Hijau (Purnama, 2017)

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1eprints.umm.ac.id/50808/3/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Daun Sirih (Piper betle L.) 2.1.1 Klasifikasi

9

2. Daun Sirih Hijau

Sirih memiliki daun tunggal yang letaknya berseling dengan memiliki

bentuk bervariasi mulai dari bundar telur atau bundar telur lonjong, pangkal

berbentuk jantung atau agak bundar berlekuk sedikit, ujung daun runcing, pinggir

daun rata agak menggulung kebawah, panjang 5-18cm, lebar 3-12 cm. Daun

berwarna hijau, permukaan atas rata, licin agak mengkilat, tulang daun agak

tenggelam, permukaan bawah agak kasar, kusam, tulang daun menonjol, bau

aromatiknya khas, rasanya pedas (Inayatullah, 2012). Daun sirih memiliki bentuk

seperti jantung, berujung runcing, bertangkai, teksturnya kasar jika diraba, dan

mengeluarkan bau yang sedap aromatis (Carolia, 2016).

Gambar 2.3Daun Sirih Hijau (Purnama, 2017)

3. Bunga dan Buah Sirih Hijau

Tanaman sirih memiliki bunga majemukberkelamin 1, berumah 1 atau 2.

Bulir berdiri sendiri, di ujung danberhadapan dengan daun. Panjang bulir sekitar 5 -

15 cm dan lebar 2 – 5cm. Pada bulir jantan panjangnya sekitar 1,5 - 3 cm dan

terdapat duabenang sari yang pendek sedang pada bulir betina panjangnya sekitar

2,5 -6 cm dimana terdapat kepala putik tiga sampai lima, buah berwarna putihdan

hijau kekuningan (Prayoga, 2013).

Gambar 2.4Bunga dan Buah Sirih Hijau (Purnama, 2017)

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1eprints.umm.ac.id/50808/3/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Daun Sirih (Piper betle L.) 2.1.1 Klasifikasi

10

2.1.5 Kandungan Tanaman

Daun sirih hijau mengandung 4,2% minyak atsiri yang komponen utamanya

terdiri dari bethel phenol dan beberapa derivatnya diantaranya Eugenol

allypyrocathechine 26.8-42.5%, Cineol 2.4-4.8%, methyl eugenol 4.2-15.8%,

Caryophyllen (seskuiterpen) 3-9.8, hidroksi kavikol, kavikol 7.2-16.7%, kavibetol

2.7-6.2%, estragol, ilypyrokatekol 0-9.6%, karvakrol 2.2-5.6%, alkaloid,

flavonoid, triterpenoid atau steroid, saponin, terpen, fenilpropan, terpinen, diastase

0.8-1.8% dan tanin 1-1.3% (Inayatullah, 2012). Pada tanaman daun sirih juga

mengandung polifenol (Putri, 2010).Senyawa fitokimia lainyang terkandung dalam

tanaman inimeliputieugenol,pcymene, cineole, caryofelen, kadimen estragol,

terpenena, danfenilpropada. Oleh karena kandungansenyawa kimia yang dimiliki

tanaman inisangat banyak, maka daun sirih jugamempunyai manfaat yang luas

sebagaibahan obat (Priyanto,2018). Daun sirih mempunyai aroma yang

khaskarena mengandung minyak atsiri 1-4,2%, air,protein, lemak, karbohidrat,

kalsium, fosfor,vitamin A, B, C, yodium, gula dan pati (Susanto et al., 2017).

Daun sirih mengandung asam amino kecuali lisin, histidin, dan arginin.

Asparagin terdapat dalam jumlah yang besar, sedangkan glisin dalam bentuk

gabungan, kemudian prolin dan ornitin. Daun sirih hijau yang lebih muda

mengandung minyak atsiri (pemberi bau aromatik khas), diastase dan gula yang

jumlahnya lebih banyak dibandingkan daun yang lebih tua, sedangkan untuk

kandungan tanin pada daun muda dan pada daun yang sudah tua sama. Komposisi

kimia daun sirih hijau dalam 100 gram bahan segar ditunjukkan pada tabel.

Tabel II.1Kandungan Kimia Daun Sirih Hijau (Inayatullah 2012)

No. Komponen

Kimia

Jumlah No. Komponen

kimia

Jumlah

1. Kadar air 85.14% 11. Karoten ( Vit. A ) 96000 IU

2. Protein 3.1% 12. Tiamin 70mg

3. Lemak 0.8% 13. Riboflavin 30 mg

4. Karbohidrat 6.1% 14. Asam nikotinat 0.7 mg

5. Serat 2.3% 15. Vit. C 5 mg

6. Bahan mineral 2.3% 16. Yodium 3.4 mg

7. Kalsium 230mg 17. Kalium nitrit 0,26-0.42mg

8. Fosfor 40mg 18. Kanji 1-1.2%

9. Besi 7mg 19. Gula non reduksi 0.6-2.5%

10. Besi ion 3.5mg 20. Gula reduksi 1.4-3.2%

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1eprints.umm.ac.id/50808/3/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Daun Sirih (Piper betle L.) 2.1.1 Klasifikasi

11

2.1.6 Khasiat Tanaman

Sirih sudah dikenal lama dan telah banyak dimanfaatkan oleh kebanyakan

masyarakat di Indonesia. Sirih di Indoenasia sudah dikenal sejak tahun 600 SM,

sedangkan di Eropa baru diintroduksi setelah tahun 1295 yaitu setelah Marcopolo

menjelajahi Indonesia. Selain itu, sirih juga telah tercantum dalam farmakope

Inggris, Perancis dan India.Pada pengobatan tradisional India, daun sirih

kebanyakan dikenal sebagai zat aromatik yang menghangatkan, bersifat

antiseptik, dan bahkan meningkatkan gairah seksual. Kandungann tanin pada daun

sirih dipercaya memiliki khasiat untuk mengurangi sekresi cairan pada vagina,

melindungi fungsi hati, dan mencegah diare. Sirih juga mengandung arecoline

diseluruh bagan tanaman yang bermanfaat untuk merangsang saraf pusat dan

daya pikir, meningkatkan peristaltik, dan meredakan dengkuran. Kandungan

eugenol pada daun sirih mampu membunuh jamur Candida albicans, mencegah

ejakulasi dini, dan bersifat analgesik. Daun sirih juga sering digunakan oleh

masyarakat untuk menghilangkan bau mulut, mengobati luka, menghentikan gusi

berdarah, sariawan dan menghilangkan bau badan (Inayatullah, 2012). Selain

beberapa khasiat tersebut simplisia daun sirih memiliki khasiat yang lain sebagai

antisariawan, antibatuk, astringent (Putri, 2010).

Daun sirih dapat digunakan sebagaiantibakteri karena mengandung 4,2%

minyakatsiri yang sebagian besar terdiri dari betephenolyang merupakan isomer

Euganolallypyrocatechine, Cineol methil euganol,Caryophyllen (siskuiterpen),

kavikol, kavibekol,estragol dan terpinen (Hermawan, 2007). Air rebusan daun

sirih dapat digunakan untukmengobati batuk maupun berfungsi sebagaibakteriosid

terutama terhadap Haemophylusinfluenzae, Staphylococcus aureus

danStreptococcus haemoliticus (Hermawan, 2007). Selain itu daun sirih juga

dapat digunakan untukpengobatan berbagai macam penyakitdiantaranya obat sakit

gigi dan mulut,sariawan, abses rongga mulut, luka bekascabut gigi, penghilang

bau mulut, batuk danserak, hidung berdarah, keputihan, wasir, tetesmata,

gangguan lambung, gatal-gatal, kepalapusing, jantung berdebar dan trachoma

(Hermawan, 2007).Daun sirih dipercaya memiliki banyak khasiat untuk

mengobati berbagai penyakit yang ada di masyarakat, yaitu sebagai obat sariawan,

luka, gatal, mata gatal dan merah, mimisan atau keluarnya darah dari hidung, serta

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1eprints.umm.ac.id/50808/3/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Daun Sirih (Piper betle L.) 2.1.1 Klasifikasi

12

menghilangkan bau badan, bau mulut, jerawat, dan menguatkan gigi agar tidak

mudah tanggal. Namun, hanya sedikit yang mengetahui bahwa daun sirih hijau

berfungsi sebagai antibiotik (Purnama, 2017).

2.2 Tinjauan Staphylococcus aureus

2.2.1 Klasifikasi

Klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut (Inayatullah,

2012) :

Divisi : Protophyta

Kelas : Schizomycetes

Bangsa : Eubacteriales

Suku : Micrococcaceae

Marga : Staphylococcus

Jenis : Staphylococcus aureus

2.2.2 Morfologi dan Sifat

Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri Gram positif berbentuk

bulat berdiameter 0,7-1,2µm, tersusun dalam kelompok – kelompok yang tidak

teratur seperti buah anggur, non motil, tidak membentuk spora, dapat tumbuh

pada berbagai media pada suasana aerob dan memproduksi katalase yang

merupakan bakteri patogen bagi manusia. Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum

37ºC, tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar (20º-25ºC). Koloni

pada pembenihan padat berwarna abu – abu sampai kuning keemasan, berbentuk

bundar, halus, menonjol, dan berkilau. Bakteri ini dapat memfermentasikan

beberapa karbohidrat dan dapat menghasilkan pigmen yang berwarna, tidak larut

dalam air (Inayatullah, 2012).Staphylococcus aureus dapat berkembang pada pH

4,2-9,3 (Paryati, 2002).

Staphylococcus aureus pada media Mannitol Salt Agar (MSA) akan

membentuk koloni yang berwarna kuning yang dikelilingi dengan warna kuning

keemasan hasil dari fermentasi mannitol oleh Staphylococcus aureus (Dewi,

2013). Dinding sel tersusun atas polisakarida dan protein yang bersifat antigenik,

selain itu juga terdapat peptidoglikan yang merupakan derivat dari polisakarida

yang terdiri dari subunit-subunit yang tergabung, merupakan eksoskeleton yang

kaku pada dinding sel. Peptidoglikan dapat dirusak oleh asam kuat atau lisozim.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1eprints.umm.ac.id/50808/3/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Daun Sirih (Piper betle L.) 2.1.1 Klasifikasi

13

Hal tersebut penting dalam patogenesis infeksi, yaitu merangsang pembentukan

interleukin-1 (pirogen endogen) dan antibodi opsonik, juga dapat menjadi penarik

kimia (kemotraktan) leukosit polimorfonuklear, mempunyai aktifitas mirip

endotoksin dan mengaktifkan komplemen (Jawetz et al., 2005). Bakteri ini

tumbuh dengan baik pada suhu tubuh manusia dan juga pada pangan yang

disimpan pada suhu kamar serta menghasilkan toksin pada suhu tersebut. Toksin

ini disebut enterotoksin karena dapat menyebabkan gastroenteritis atau radang

lapisan saluran usus (Amanati, 2014).

Gambar 2.5Morfologi Staphylococcus aureus (Gupte, 1990)

Gambar 2.6Fotomikroskopik Hasil Pewarnaan Staphylococcus sp. (Toelle,

2014)

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1eprints.umm.ac.id/50808/3/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Daun Sirih (Piper betle L.) 2.1.1 Klasifikasi

14

2.2.3 Patogenik

Bakteri Staphylococcus aureus ditemukan pada pakaian, sprei, dan benda

lain disekitar lingkungan manusia. Kemampuan dari patogenik dari galur

Staphylococcus aureus adalah pengaruh gabungan oleh faktor ekstraseluler dan

toksin bersama dengan sifat daya sebar yang invasive. Staphylococcus aureus

yang patogenik dari yang bersifat invasive menghasilkan koagulase dan

cenderung untuk menghasilkan pigmen kuning dan menjadi hemolitik (Jawetz,

2001). Patogenesis dari Staphylococcus aureusberasal dari berbagai protein

permukaan bakteri dengan berbagai reseptor di permukaan sel inang. Faktor

virulen sulit ditentukan karena banyaknya virulen yang dimiliki oleh

Staphylococcus aureus(Yuwono, 2009). Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh

Staphylococcus aureusdikelompokkan sebagai berikut (Gupte, 1990):

1. Kelainan kulit (bintikan, luka lepuh, abses, impetigo, neonatorum, dan lain-

lain)

2. Infeksi dalam (osteomyelitis akut, tonsilitas, faringitis, sinusitis, pneumonia,

abses paru-paru, abses payudara, meningitis, dan lain-lain)

3. Keracunan makanan.

Infeksi Staphylococcus aureus juga bisa berasal dari kontamiansi langsung

dari luka misalnya pasca operasi infeksi Staphylococcus aureus. Keracunan

makanan menyebabkan enterotoksin stafilokal yang diitandai dengan periode

inkulasi yang pendek (1-8 jam), mual hebat, muntah dan diare cepat sembuh.

Sindrom syok toksik yang berhubungan dengan Staphylococcus aureus dapat

ditemukan di vagina, pada luka area infeksi yang pada tenggorokan tapi tidak

pada aliran darah. Kelainan-kelainan oleh Staphylococcus aureus ditandai dengan

ciri khas yaitu terlokalisasi (Jawetz, 2001).Staphylococcus aureusdapat

menyebabkan infeksi supuratif padahewan maupun manusia dan

seringmenimbulkan mastitis pada sapi dan kambing,pioderma pada anjing

maupun kucing sertamenimbulkan abses pada semua spesieshewan termasuk

unggas (Hermawan, 2007).

Pada Staphylococcus aureusterdapat protein A yang ada dipermukaan

bakteri dan dapat berikatan dengan imunoglobulin G (IgG) sehingga

menyebabkan hambatan fagositosis serta terjadi opsoniasi complement cascade.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1eprints.umm.ac.id/50808/3/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Daun Sirih (Piper betle L.) 2.1.1 Klasifikasi

15

Selain itu protein A juga berfungsi untuk melenyapkan antibodi sehingga dapat

membahayakan bakteri pada awal infeksi. Staphylococcus aureusmenghasilkan

dua macam binding protein A dan B yang berikatan dengan fibrinoktin dan

fibrinogen yang terdapat di permukaan sel inang digunakan sebagai penyembuhan

luka dan mengangkat zat asing pada perlatan medis. Binding protein pada

Staphylococcus aureus berfungsi untuk pelekatan ada jaringan dan alat medis

seperti kateter pada intravena (O'Neill E,2009).

Staphylococcus aureus menyebabkan rentang sindrom infeksi yang luas.

Infeksi kulit dapat terjadi pada kondisi hangat yang lembap atau saat kulit terbuka

akibat penyakit seperti eksim, luka pembedahan, atau akibat alat intravena. Infeksi

ditransmisikan dari orang ke orang. Pneumonia akibat Staphylococcus

aureusjarang terjadi, tetapi dapat terjadi setelah influenza. Endokarditis akibat

Staphylococcus aureusjuga berkembang dengan cepat dan bersifat destruktif dan

dapat terjadi setelah penyalahgunaan obat intravena atau kolonisasi pada alat

intravena. Staphylococcus aureusmerupakan agen yang paling sering

menyebabkan osteomielitis dan artritis septik (Gillespie et al.,

2009).Staphylococcus aureus merupakan satu patogen terpenting yang paling luas

penyebarannya di rumah sakit dan penyebab utama infeksi nosokomial.

Staphylococcus aureus merupakan penyebab infeksi yang relatif ringan sampai

yang dapat mengancam jiwa (Wikansari et al., 2012).

Staphylococcus aureus memproduksi koagulase yang mengkatalis

perubahan fibrinogen menjadi fibrin dan dapat membantu organisme ini untuk

membentuk barisan perlindungan. Bakteri ini juga memiliki reseptor terhadap

permukaan sel pejamu dan protein matriks (misalnya fibronektin, kolagen) yang

membentuk organisme ini untuk melekat. Eksotoksin beberapa meliputi toksin

yang bersifat letal dan menyebabkan nekrosis pada kulit. Toksin sindroma syok

tocix menyebabkan demam syok yang mengenai beberapa sistem termasuk ruam

kuliah deskuamatif (Jawetz, 2001). Berdasarkan hasil penelitian Refdanita et al.,

(2004) pola kepekaan kuman Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumonia

dan Streptococcus β haemolyticus terhadap enam jenis antibiotika di wilayah

Jakarta Timur menunjukkan bahwa kuman ini telah resisten terhadap antibiotika

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1eprints.umm.ac.id/50808/3/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Daun Sirih (Piper betle L.) 2.1.1 Klasifikasi

16

dengan urutan tetrasiklin 53,3% diikuti streptomisin 44,8 %, kloramfenikol

23,6%, ampisilin 18,1%, eritromisin 6,6% dan penisilin 4,2 %.

2.3 Tinjauan Antibakteri

2.3.1 Pengertian Bakteri

Bakteri merupakan organisme ber sel tunggal yang hidup bebas tanpa

klorofil dan memiliki naik DNA maupun RNA. Mereka mampu menunjukkan

semua proses-proses dasar kehidupan misalnya tumbuh, metabolisme dan

perkembangbiakan. Bakteri dan ganggang hijau termasuk prokaryota (Gupte,

1990). Bakteri termasuk golongan prokariota dan tidak memiliki nukleus,

mitokondria dan plastid. Golongan prokariota hanya memiliki satu kromosom dan

tidak memiliki histon yang bergabung dengan kromosom tersebut. Prokariota

tidak mempunyai mikrotubula (mungkin ada satu perkecualian) dan kerena itu

tidak terdapat sentriol, gelendong dan badan basal. Beberapa prokariota

mempunyai flagela, tetapi strukturnya tidak dibangun dari mikrotubula

sebagaimana flagela dan silia pada eukariota. Ribosom pada prokariota berbeda

dari ribosom pada eukariota dalam strukturnya (Kimbal, 1990). Anatomi umum

dari bakteri dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:

Gambar 2.7Anatomi Umum dari Bakteri(Fardiaz, 1987)

Bakteri dibagi menjadi dua golongan, yaitu bakteri gram positif dan bakteri

gram negatif. Perbedaan golongan bakteri ini dapat ditentukan dengan pewarnaan

bakteri. Bakteri diwarnai dengan zat warna violet dan yodium, dibilas dengan

alkohol, kemudian diwarnai lagi dengan zat warna merah. Struktur dinding sel

akan menentukan respon pewarnaan. Bakteri Gram positif yang sebagian besar

dinding selnya terdiri dari peptidoglikan akan menjerat warna violet. Bakteri gram

negatif memiliki lebih sedikit peptidoglikan, yang terletak di suatu gel

periplasmik antara membrane plasma dan suatu membran bagian luar. Zat warna

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1eprints.umm.ac.id/50808/3/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Daun Sirih (Piper betle L.) 2.1.1 Klasifikasi

17

violet yang digunakan dalam pewarnaan gram sangat mudah dibilas oleh alkohol

pada bakteri gram negatif, tetapi selnya tetap menahan zat warna merah

(Campbell et al., 2003).

2.3.2 Pengertian Antibakteri

Antibakteri merupakan zat yang berperan untukmembunuh atau

menghambat pertumbuhan bakteri. Berdasarkan cara kerjanya,antibakteri

dibedakan menjadi bakterisida dan bakteriostatik. Bakteriostatikadalah zat yang

bekerja menghambat pertumbuhan bakteri, sedangkan bakterisidaadalah zat yang

bekerja mematikan bakteri (Shahab,2016). Namunpenggunaan antibiotik memiliki

dampak negatif. Menurut Oliver dan Murinda(2012) peningkatan penggunaan

antibakteri umumnya diikuti dengan peningkatankejadian penyakit dan resistensi

bakteri.Bakteri dapat menjadi resisten terhadap suatu antibakteri melalui

tigamekanisme, yaitu obat tidak dapat mencapai tempat kerja aktif dalam sel

bakteri,inaktivasi obat, dan mekanisme bakteri merubah ikatan (binding site).

Ditinjau dari aspek toksikologi, residu antibakteri bersifat toksikterhadap hati,

ginjal, dan pusat hemopoitika (pembentukan darah), sedangkan dariaspek

mikrobiologis, residu antibakteri dapat mengganggu mikroflora dalamsaluran

pencernaan dan menyebabkan terjadinya resistensi bakteri yang

dapatmenimbulkan masalah kesehatan manusia dan hewan. Bahaya potensial

residuantibakteri dari aspek imunopatologis dapat menimbulkan reaksi alergi

ringan danlokal, hingga menyebabkan shock yang berakibat fatal (Shahab,

2016).Kadar Hambat Minimum (KHM) merupakan konsentrasi antibiotik

terendah yang masih dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme tertentu.

Mekanisme kerja antibakteri dengan target antibakteri adalah sebagai berikut

(Inayatullah, 2012) :

a. Dinding sel

Bakteri memiliki lapisan luar yang kaku, disebut dinding sel yang dapat

mempertahankan bentuk bakteri dan melindungi membran protoplasma

dibawahnya. Struktur dinding sel dapat dirusak dengan cara menghambat

pembentukannya atau mengubahnya setelah selesai terbentuk. Antibiotik yang

bekerja dengan mekanisme ini diantaranya adalah antibiotik golongan penisilin.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1eprints.umm.ac.id/50808/3/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Daun Sirih (Piper betle L.) 2.1.1 Klasifikasi

18

b. Perubahan permeabilitas sel

Membran sitoplasma mempertahankan bahan – bahan tertentu didalam sel

serta mengatur aliran keluar masuknya bahan – bahan lain. Membran memelihara

integritas komponen –komponen seluler. Kerusakan pada membran ini akan

mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau matinya sel. Polimiksin

bekerja dengan merusak struktur dinding sel, dan kemudian antibiotik tersebut

dengan membran sel, sehingga menyebabkan disorientasi komponen – komponen

lipoprotein serta mencegah berfungsinya membran sebagai penghalang osmotik.

c. Molekul protein dan asam nukleat

Hidup suatu sel berganutng pada terpeliharanya molekul – molekul protein

dan asam nukleat dalam keadaan alamiahnya. Suatu antibakteri dapat mengubah

keadaan ini dengan mendenaturasikan protein dan asam – asma nukleat sehingga

sel tanpa dapat diperbaiki lagi. Salah satu antimikrobial kimiawiyang bekerja

dengan cara mendenaturasi protein dan merusak membran sel adalah fenolat dan

persenyawaan fenolat.

d. Enzim

Setiap enzim dari beratus – ratus enzim berbeda – beda yang ada didalam

sel merupakan sasaran potensial bagi bekerjanya suatu penghambat. Penghambat

ini banyak mengakibatkan terganggunya metabolisme atau matinya sel.

Sulfonamid merupakan zat kemoterapeutik sintesis yang bekerja dengan cara

bersaing dengan PABA (asam p-aminobenzoat) didalam reaksi, karena molekul

PABA dan sulfonamid hampir sama, sehingga dapat menghalangi sintesis asam

folat yang merupakan koenzim esensial yang berfungsi dalam sintesis purin dan

pirimidin, dengan demikian karena tidak adanya koenzim, maka aktivitas seluler

yang normal akan terganggu.

e. Asam nukleat dan protein

DNA, RNA dan protein memegang peranan penting dalam proses

kehidupan normal sel. Hal ini berarti bahwa gangguan apapun yang terjadi pada

pembentukkan atau pada fungsi zat – zat tersebut dapat mengakibatkan kerusakan

total pada sel. Tetrasiklin merupakan salah satu antibiotik yang dapat

menghambat sintesis protein dengan cara menghalangi terikatnya RNA (RNA

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1eprints.umm.ac.id/50808/3/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Daun Sirih (Piper betle L.) 2.1.1 Klasifikasi

19

transfer aminoasil) pada situs spesifik ribosom, selama pemanjangan rantai

peptida.

2.3.3 Tinjauan Antibiotik

Antibiotik adalah semua substansi yang diketahui memiliki kemampuan

untuk menghalangi pertumbuhan organisme lain khususnya mikroorganisme

(Miranti et al., 2013). Antibiotik dapat dikelompokkan berdasarkan spektrum

aktivitas, tempat kerja dan struktur kimianya, yaitu:

1. Antibiotik dengan spektrum luas, efektif terhadap Gram-positif maupun

Gram- negatif, contoh: turunan tetrasiklin, turunan amfenikol, turunan

aminoglikosida, turunan penisilin dan turunan mikrolida.

2. Antibiotika dengan aktivitas lebih dominan terhadap bakteri Gram-positif,

contoh: eritromisin, basitrasin, dan beberapa golongan sefalosporin.

3. Antibiotika dengan aktivitas lebih dominan terhadap bakteri Gram-negatif,

contoh: kolistin, polimiksin B sulfat, dan sulfomisin.

4. Antibiotika dengan aktivitas lebih dominan terhadap Mycobacteriae

(antituberkulosis), contoh : streptomisin, kanamisin, dan rifampisin.

5. Antibiotik aktif terhadap jamur (antijamur), contoh: grisofulvin,

nistatin,amfoterisin B, dan kandisidin.

6. Antibiotik aktif terhadap neoplasma (antikanker), contoh: aktinomisin,

bleomisin, daunorubisin, mitomisin, dan mitramisin (Soekardjo et al.,

2008).

2.3.4 Tinjauan Amoksisilin

Amoksisilin adalah salah satu senyawa antibiotik golongan beta-laktamdan

memiliki nama kimia alfa-amino-hidroksilbenzil-penisilin. Obat iniawalnya

dikembangkan memiliki keuntungan lebih dibandingkanampisilin yaitu dapat

diabsorpsi lebih baik di traktus gastrointestinal.Obat ini tersedia dalam bentuk

amoksisilin trihidrat untuk administrasioral dan amoksisilin sodium untuk

penggunaan parenteral. Amoksisilintelah menggantikan ampisilin sebagai

antibiotik yang sering digunakandi berbagai tempat. Secara kimiawi, amoksisilin

adalahasam (2S,5R,6R)-6-[[(2R)-2-Amino-2-(4-hidroksifenil) asetil] amino]-3,3 -

dimetil- 7- okso - 4- tia - 1 - aza - bisiklo [3.2.0]heptan-2-karboksilat (Kaur et al.,

2011).

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1eprints.umm.ac.id/50808/3/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Daun Sirih (Piper betle L.) 2.1.1 Klasifikasi

20

Gambar 2.8Struktur Kimia Amoksisilin (Kaur et al., 2011)

Amoksisilin merupakan salah satu antibiotik golongan penisilin yang

banyak beredar di pasaran dan banyak digunakan karena hargaantibiotik golongan

ini relatif murah (Harianto dan Transitawuri, 2006).

Amoksisilin berspektrum luas dan sering diberikan pada pasien untuk

pengobatan beberapa penyakit seperti pneumonia, otitis, sinusitis,

infeksi saluran kemih, peritonitis, dan penyakit lainnya. Obat ini

tersedia dalam berbagai sediaan seperti tablet, kapsul, suspensi oral, dan

tablet dispersible (UNICEF, 2013).

Obat golongan penisilin, menghambat pertumbuhan bakteri dengan

mengganggu reaksi transpeptidasi sintesis dinding sel bakteri yang mengakibatkan

sel bakteri rusak dan mengalami lisis. Dindingsel adalah lapisan luar yang rigid

yang unik pada setiap spesies bakteri.Dengan terhambatnya reaksi ini maka akan

menghentikan sintesispeptidoglikan dan mematikan bakteri (Katzung, 2007).

Selain itu mekanisme kerja dari amoksisilin yaitu mencegah terjadinya ikatan dari

peptidoglikan pada tahap terakhir sintesis dinding sel, dengan cara melakukan

penghambatan terhadap protein yang mengikat penisilin. Protein tersebut adalah

enzim yang berada dalam membran plasma pada bakteri yang pada normalnya

akan terlibat dalam penambahan terhadap asam amino yang saling terikat dengan

peptidoglikan pada dinding sel bakteri (Pratiwi, 2008).

Secara spesifik,amoksisilin memiliki efek antimikroba yang baik

terhadapmikroorganisme seperti Haemophilus influenzae, Eschericia coli,

danProteus mirabilis. Biasanya obat ini diberikan bersamaan dengansenyawa

inhibitor beta-laktamase seperti klavulanat atau salbaktamuntuk mencegah

hidrolisis oleh beta-laktamase spektrum luas yangditemukan pada bakteri gram

negatif (Brunton et al., 2006).Amoksisilin memiliki sifat farmakokinetik dan

farmakodinamik yangmirip dengan ampisilin (Grayson, 2010). Amoksisilin

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1eprints.umm.ac.id/50808/3/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Daun Sirih (Piper betle L.) 2.1.1 Klasifikasi

21

diserap denganbaik daritraktus gastrointestinal, dengan atau tanpa adanya

makanan,berbeda dengan obat golongan penisilin lainnya yang lebih

baikdiberikan setidaknya 1-2 jam sebelum atau sesudah makan (Katzung,2007).

Obat ini banyak digunakan karena memiliki spektrumantibakteri yang luas dan

memiliki bioavailabilitas oral yang tinggi,

dengan puncak konsentrasi plasma dalam waktu 1-2 jam (Kaur et al.,

2011).

2.3.5 Golongan Senyawa yang Mempunyai Aktivitas Antibakteri

Metabolit sekunder adalah senyawa organik yang dihasilkan tumbuhan yang

tidak memiliki fungsi langsung pada fotosintesis, pertumbuhan atau respirasi,

transport solute, translokasi, sintesis protein, asimilasi nutrient, diferensiasi,

pembentukan karbohidrat, protein, dan lipid. Metabolit sekunder umumya hanya

dijumpai pada satu spesies atau kelompok spesies, berbeda dari metabolit primer

(asam amino, nukleotida, gula, dan lipid) yang dijumpai hampir disemua kingdom

tumbuhan (Mastuti, 2016).

1. Flavonoid

Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar

yang ditemukan di alam. Senyawa- senyawa ini merupakan zat warna merah,

ungu dan biru dan sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-

tumbuhan (Markham, 1988). Golongan flavonoid memiliki kerangka karbon yang

terdiri atas dua cincin benzene tersubstitusi yang disambungkan oleh rantai

alifatik tiga karbon. Pengelompokan flavonoid berdasarkan pada cincin

heterosiklik- oksigen tambahan dan gugus hidroksil yang tersebar (Robinson,

1995). Golongan terbesar flavonoid memiliki cincin piran yang yang

menghubungkan rantai tiga – karbon dengan salah satu cincin benzene (Harborne,

1987).

Gambar 2.9Struktur Flavonoid (Markham, 1988)

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1eprints.umm.ac.id/50808/3/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Daun Sirih (Piper betle L.) 2.1.1 Klasifikasi

22

Aktivitas farmakologi dari flavonoid adalah sebagai anti-inflamasi,

antibakteri, analgesik, anti-oksidan. Flavanoid merupakan senyawa polar yang

umumnya mudah larut dalam pelarut polar seperti etanol, menthanol, butanol, dan

aseton. Flavanoid merupakan golongan terbesar dari senyawa fenol, senyawa

fenol mempunyai sifat efektif menghambat pertumbuhan virus, bakteri, dan jamur

(Kurniawan, 2015). Oleh karena itu, makanan yang kaya flavonoid dianggap

penting untuk mengobati penyakit-penyakit, seperti kanker dan penyakit jantung

(Heinrich et al., 2010). Flavonoid selain berfungsi sebagaibakteriostatik juga

berfungsi sebagai antiinflamasi (Hermawan, 2007). Peran penting flavonoid dari

sayuran dan buah segar adalah mengurangi resiko terkena penyakit jantung dan

stroke (Carolia, 2016).

Flavonoid merupakan senyawa fenol yang dapat menyebabkan denaturasi

protein maka proses metabolisme bakteri akan terganggu dan terjadi lisis yang

akan menyebabkan kematian bakteri tersebut (Susanto, 2017). Senyawa flavonoid

diduga memiliki mekanisme kerja mendenaturasi protein sel bakteri dan merusak

membran sel tanpa dapat diperbaiki lagi (Carolia, 2016).Mekanisme kerja

flavonoid sebagai antimikroba dapat dibagi menjadi 3 yaitu menghambat sintesis

asam nukleat, menghambat fungsi membran sel dan menghambat metabolisme

energi. Mekanisme antibakteri flavonoid menghambat sintesis asam nukleat

adalah cincin A dan B yang memegang peran penting dalam proses interkelasi

atau ikatan hidrogen dengan menumpuk basa asam nukleat yang menghambat

pembentukan DNA dan RNA. Flavonoid menyebabkan terjadinya kerusakan

permeabilitas dinding sel bakteri,mikrosom,dan lisosom sebagai hasil

interaksiantara flavonoid dengan DNA bakteri. Mekanisme antibakteri senyawa

fenol dalam membunuh mikroorganisme yaitu dengan mendenaturasi protein sel.

Ikatan hidrogen yang terbentuk antara fenol dan protein mengakibatkan struktur

protein menjadi rusak. Ikatan hidrogen tersebut akan mempengaruhi permeabilitas

dinding sel dan membran sitoplasma sebab keduanya tersusun atas protein.

Permeabilitas dinding sel dan membran sitoplasma yang terganggu dapat

menyebabkan ketidakseimbangan makromolekul dan ion dalam selsehingga sel

menjadi lisis (Kursia, 2016).

2. Saponin

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1eprints.umm.ac.id/50808/3/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Daun Sirih (Piper betle L.) 2.1.1 Klasifikasi

23

Saponin merupakan senyawa aktif yang kuat dan menimbulkan busa bila

dikocok. Mekanisme kerja saponin termasuk dalam kelompok antibakteri yang

mengganggu permeabilitas membran sel bakteri, yang mengakibatkan kerusakan

membran sel dan menyebabkan keluarnya berbagai komponen penting dari dalam

sel bakteri yaitu protein, asam nukleat dan nukleotida. Hal ini akhirnya

mengakibatkan sel bakteri mengalami lisis (Kurniawan, 2015).

Saponin yang bekerja sebagai bakteriostatik yang biasanya digunakan untuk

infeksi pada luka (Shahab, 2016). Saponin bersifat sebagai antiseptik padaluka

permukaan, bekerja sebagai bakteriostatikyang biasanya digunakan untuk infeksi

padakulit, mukosa dan melawan infeksi pada luka (Hermawan, 2007).

Gambar 2.10Struktur Saponin (Hidayah,2016)

3. Alkaloida

Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar.

Alkaloid memiliki kemampuan sebagai antibakteri. Mekanisme yang diduga

adalah dengan cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel

bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan

menyebabkan kematian sel tersebut (Kurniawan, 2015).Bagi tumbuhan, alkaloid

berfungsi sebagai senyawa racun yang melindungi tumbuhan dari serangga atau

herbivora (hama dan penyakit), pengatur tumbuh atau sebagai basa mineral untuk

mempertahankan keseimbanagan ion (Rohyani, 2014).

Menurut Harborne (1987) alkaloid umumnya tidak ditemukan pada

gymnospermae, paku-pakuan, lumut dan tumbuhan rendah lainnya. Senyawa

alkaloid dalam bidang kesehatan memiliki efek berupa pemicu sistem syaraf,

menaikan tekanan darah,mengurangi rasa sakit, antimikroba, obat penenang, obat

penyakit jantung dan lainnya (Robinson, 1995). Senyawa alkaloid yang berjumlah

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1eprints.umm.ac.id/50808/3/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Daun Sirih (Piper betle L.) 2.1.1 Klasifikasi

24

sedikit juga berperan sebagai antimikroba melalui mekanisme kerjanya yang

berhubungan dengan kemampuan untuk berinteraksi dengan DNA bakteri

(Purnama, 2017).Alkaloid merupakan metabolit sekunderyang baling banyak di

produksi tanaman. Alkaloid adalah bahan organik yang mengandung nitrogen

sebagai bagian dari sistem heterosiklik (Priyanto, 2018).Mekanisme kerja alkaloid

sebagai antibakteri diprediksi melalui penghambatan sintesis dinding sel yang

akan menyebabkan lisis pada sel sehingga sel akan mati ( Amalia, 2013 ).

4. Terpenoid

Terpenoid mencakup sejumlah besar senyawa tumbuhan, istilah ini

digunakan untuk menunjukkan bahwa secara biosintesis semua senyawa

tumbuhan itu berasal dari senyawa yang sama. Jadi, semua terpenoid berasal dari

molekul isoprene dan kerangka karbonnya dibangun oleh penyambungan dua atau

lebih satuan C(Salni, 2011).Terpenoid terdiri atas beberapa macam senyawa,

mulai dari komponen minyak atsiri, yaitu monoterpena dan seskuiterpena yang

mudah menguap, diterpena yang lebih sukar menguap, sampai ke senyawa yang

tidak menguap, yaitu triterpenoid dan sterol, serta pigmen karotenoid. Senyawa

ini menunjukkan pita serapan yang kuat di daerah spektrum (λmaks 400-500 nm).

Masing-masing golongan terpenoid penting, baik pada pertumbuhan dan

metabolisme maupun pada ekologi tumbuhan (Salni, 2011).

5. Tanin

Tanin merupakan senyawa polifenol yang berarti termasuk dalam senyawa

fenolik. Keberadaan senyawa tanin dapat diidentifikasi dengan reaksi

menggunakan FeCl3. Perkiraan reaksi antara tanin dengan FeCl3 (Harborne,

1996).Tanin bersifat sebagai antiseptik padaluka permukaan, bekerja sebagai

bakteriostatikyang biasanya digunakan untuk infeksi padakulit, mukosa dan

melawan infeksi pada luka (Hermawan, 2007).Tanin yang juga terkandung dalam

daunsirih segar dapat menghambat kerja enzim-enzimtermasuk enzim katalase.

Salah satu darienzim tersebut adalah enzim C-14 dimethylase yang berfungsi

untukmemacu pembentuk ergosterol.Ergosterol merupakan komponen

utamamembran plasma fungi dan khamir.Dengan terganggunya fungsi enzim

inimaka fungi tidak dapat mensintesisergosterol secara normal. Hal tersebut

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1eprints.umm.ac.id/50808/3/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Daun Sirih (Piper betle L.) 2.1.1 Klasifikasi

25

menyebabkan struktur membran plasma tidak terbentuk denganbaik dan fungsinya

pun terganggu (Amalia, 2013).

6. Minyak Atsiri

Minyak atsiri bukanlah senyawa murni akan tetapi merupakan campuran

senyawa organik yang kadang kala terdiri dari lebih besar dari 25 senyawa atau

komponen yang berlainan. Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung

dalam tanaman. Minyak ini disebut juga minyak menguap, minyak eteris, minyak

esensial karena pada suhu kamar mudah menguap. Istilah esensial dipakai karena

minyak atsiri mewakili bau dari tanaman asalnya (Gunawan dan Mulyani, 2004).

Dalam keadaan segar dan murni, minyak atsiri umumnya tidak berwarna.

Namun, pada penyimpanan lama minyak atsiri dapat teroksidasi. Untuk

mencegahnya, minyak atsiri harus disimpan dalam bejana gelas yang berwarna

gelap, diisi penuh, ditutup rapat, serta disimpan ditempat yang kering dan sejuk

(Gunawan dan Mulyani, 2004).

Daun sirih hijau mempunyai peransebagai antibakteri dengan efektifitas

kuat karena mengandung minyak atsiridengan bethel phenol dan turunannya yang

dapat menghambat pertumbuhanbakteri dengan cara merusak dinding sel bakteri.

Minyak atsiri daun sirihhijau disebabkan oleh adanya senyawa fenol dan

turunannya yang dapatmendenaturasi protein sel bakteri, mengandung kavikol dan

kavibetol yang merupakan turunan dari fenol yangmempunyai daya antibakteri 5

kali lipat dari fenol biasa terhadap bakteri Grampositif (Shahab, 2016).

7. Steroid

Senyawa-senyawa steroid adalah turunan skualena, suatu triterpena; juga

karoten dan retinol. Steroid merupakan senyawa yang memiliki kerangka dasar

triterpena asiklik. Ciri umumsteroid ialah sistem empat cincin yang tergabung.

Cincin A, B dan C beranggotakan enam atom karbon, dan cincin D beranggotakan

lima (Melati, 2009).

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1eprints.umm.ac.id/50808/3/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Daun Sirih (Piper betle L.) 2.1.1 Klasifikasi

26

Gambar 2.11Struktur Steroid (Melati, 2009)

Steroid adalah senyawa organik bahan alam yang dihasilkan oleh

organisme melalui metabolit sekunder, senyawa ini banyak ditemukan pada

jaringan hewan dan tumbuhan. Steroid merupakan obat ampuh dalam mengatasi

peradangan dan meredakan nyeri, selain itu steroid yang langsung bekerja pada

kimiawi otak juga bermanfaat untuk meningkatkan mood. Seseorang yang tidak

mengalami peradangan tetapi mengkonsumsi steroid dapat merasa nyaman dalam

waktu yang relatif cepat. Tetapi penggunaan steroid sebagai pereda nyeri dan

meningkatkan mood juga mempunyai efek samping yang kadang-kadang justru

membahayakan (Melati, 2009).Steroid dapat berinteraksi dengan membran

fosfolipid sel yang bersifat impermeabel terhadap senyawasenyawa lipofilik

sehingga menyebabkan integritas membran menurun, morfologi membran sel

berubah, dan akhirnya dapat menyebabkan membran sel rapuh dan lisis (Amalia,

2013). Mekanisme kerja steroid sebagai antibakteri yaitu dapat menyebabkan

kebocoran pada liposom yang berhubungan dengan membran lipid dan

sensitivitas terhadap komponen steroid. Steroid dapat berinteraksi dengan

membran fosfolipid sel yang bersifat permeabel terhadap senyawa – senyawa

lipofilik sehingga menyebabkan integritas membran menurun serta morfologi

membran sel berubah yang menyebabkan sel rapuh dan lisis ( Rijayanti, 2014 ).

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1eprints.umm.ac.id/50808/3/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Daun Sirih (Piper betle L.) 2.1.1 Klasifikasi

27

2.3.6 Tinjauan Identifikasi Bakteri

Untuk metode uji antibakteri diadaptasi dari metode Lay (1994) dengan

menggunakan teknik Sumuran (Difusi Agar) yang telah dimodifikasi. Kemudian

alat-alat non gelas disterilkan terlebih dahulu di dalam autoklaf pada suhu 121°C

selama 15 menit dan alat-alat gelas disterilkan di oven suhu 160-170°C selama 2

jam. Jarum ose dibakar dengan api Bunsen (Ngajowet al., 2013). Media adalah

suatu bahan yang digunakan untuk menumbuhkan mikroba yang terdiri atas

campuran nutrisi atau zat-zat makanan.

Selain untuk menumbuhkan mikroba, media dapat juga digunakan untuk

isolasi, memperbanyak, pengujian sifat-sifat fisiologis dan perhitungan jumlah

mikroba (Lay, 1994). Syarat media yang baik untuk pertumbuhan mikroba adalah

lingkungan kehidupannya harus sesuai dengan lingkungan pertumbuhan mikroba

tersebut, yaitu: susunan makanannya (media harus mengandung air untuk menjaga

kelembaban dan untuk pertukaran zat/metabolisme, juga mengandung sumber

karbon, mineral, vitamin dan gas), tekanan osmose yaitu harus isotonik, derajat

keasaman/pH umumnya netral tapi ada juga yang alkali, temperatur harus sesuai

dan steril (Lay, 1994). Media harus mengandung semua kebutuhan untuk

pertumbuhan mikroba, yaitu: sumber energi (contoh: gula), sumber nitrogen, juga

ion inorganik essensial dan kebutuhan yang khusus, seperti vitamin (Jawetz et al.,

1995). Berdasarkan komposisi kimianya, media dapat dibedakan menjadi media

sintetik yaitu media yang susunan kimianya diketahui dengan pasti, medium ini

biasanya digunakan untuk mempelajari kebutuhan makanan mikroba. Media non

sintetik (kompleks) yaitu media yang susunan kimianya tidak dapat diketahui

dengan pasti, media ini digunakan untuk menumbuhkan dan mempelajari

taksonomi mikroba. Berdasarkan konsistensinya media dapat dibedakan menjadi:

media cair, media padat, dan media padat yang dapat dicairkan (Jawetz et al.,

1996).

Menurut Davis dan Stout (1971), kriteria kekuatan daya antibakteri sebagai

berikut: diameter zona hambat 5 mm atau kurang dikategorikan lemah, zona

hambat 5-10 mm dikategorikan sedang, zona hambat 10-20 mm dikategorikan

kuat dan zona hambat 20 mm atau lebih dikategorikan sangat kuat. Konsentrasi

yang memberikan zona hambat paling luas yaitu pada konsentrasi 100 % dengan

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1eprints.umm.ac.id/50808/3/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Daun Sirih (Piper betle L.) 2.1.1 Klasifikasi

28

zona bening sebesar 27,8 mm. Menurut Ajizah (2004), selain faktor konsentrasi,

jenis bahan antimikroba yang dihasilkan juga menentukan kemampuan

menghambat pertumbuhan bakteri. Identifikasi bakteri meliputi pewarnaan gram,

dan uji biokimia antara lain: uji katalase dan uji koagulase.Identifikasi bakteri

dilakukan dalam beberapa uji antara lain:

1. Pewarnaan Gram

Pewarnaan Gram bertujuan untuk mempermudah pengamatan bentuk sel

bakteri, memperluas ukuran jasad, mengamati struktur dalam dan luar sel bakteri,

dan melihat reaksi jasad terhadap pewarna yang diberikan sehingga sifat fisika

atau kimia jasad dapat diketahui (Rosalina et al., 2013). Pewarnaan yang

digunakan untuk melihat salah satu struktur sel disebut pewarnaan khusus.

Sedangkan pewarnaan diferensial untuk memilahkan mikroorganisme yaitu

bakteri menjadi kelompok Gram positif dan Gram negatif. Pewarnaan diferensial

lainnya ialah pewarnaan ziehl neelsen yang memilihkan bakterinya menjadi

kelompok tahan asam dan tidak tahan asam (Dwidjoseputro, 1998).

Cara kerja dari pewarnaan Gram yaitu suspensikan bakteri dengan ose,

kemudian letakkan pada obyek dan difiksasi, tetesi dengan larutan Gram A yang

mengandung kristal violet, kemudian tetesi dengan larutan Gram B yang

mengandung lugol, tetesi dengan larutan Gram C yang mengandung alkohol, dan

yang terakhir tetesi dengan larutan gram D yang mengandung safranin.

Pewarnaan Gram memberikan hasil yang baik, bila digunakan biakan segar yang

berumur 24-48 jam. Pewarnaan Gram dilakukan dalam 4 tahap, yaitu:

a. Pemberian cat warna utama (cairan kristal violet) berwarna ungu,

b. Pengintensifan cat warna dengan penambahan larutan mordan,

c. Pencucian (dekolarisasi) dengan larutan alkohol asam,

d. Pemberian cat lawan yaitu cat warna safranin.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1eprints.umm.ac.id/50808/3/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Daun Sirih (Piper betle L.) 2.1.1 Klasifikasi

29

2. Uji Katalase

Tujuan uji katalase adalah untuk mengetahui sifat bakteri dalam

menghasilkan enzim katalase. Cara kerja dari uji katalase yaitu larutan HO 3%

diteteskan pada 2 obyek, kemudian suspensikan koloni bakteri dengan ose

(Rosalina et al., 2013).

3. Uji Koagulase

Uji koagulase dilakukan dengan 2 metode, yaitu uji slide dan uji tabung. Uji

slide atau clumping factor digunakan untuk mengetahui adanya ikatankoagulase.

Uji slide dikerjakan dengan cara setetesaquadest atau NaCl fisiologis steril

diletakkan padakaca benda, kemudian satu ose biakan yang diuji, disuspensikan.

Setetes plasma diletakkan di dekat suspensi biakan tersebut, keduanya dicampur

dengan menggunakan ose dan kemudiandigoyangkan. Reaksi positif terjadi

apabila dalamwaktu 2-3 menit terbentuk presipitat granuler(Rosalina et al., 2013).

2.3.7 Tinjauan Uji Aktivitas Antibakteri

Uji aktivitas antimikroba dapat dilakukan dengan tiga metode yaitu, metode

difusi, metode dilusi, dan bioautografi. Metode difusi dan bioautografi merupakan

metode pengukuran antibakteri secara kualitatif yaitu untuk mengetahui senyawa

yang dapat sebagai aktivitas antimikroba. Sedangkan, metode dilusi merupakan

metode dengan pengukuran kuantitatif yaitu untuk mengetahui nilai daya hambat

atau konsentrasi suatu antibakeri atau untuk menentukan Konsentrasi Hambat

Minimum (KHM) (Choma et al., 2010). Uji aktivitas antibakteri dapat dilakukan

dengan beberapa metode, yaitu:

A. Metode difusi

Metode difusi merupakan salah satu metode yang sering digunakan. Metode

difusi dapat dilaukan dengan 3 cara yaitu metode parit, metode cakram kertas dan

metode lubang / sumuran.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1eprints.umm.ac.id/50808/3/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Daun Sirih (Piper betle L.) 2.1.1 Klasifikasi

30

1. Metode cakram kertas (Cara Kirby Bauer)

Gambar 2.12Metode Difusi Cakram (Hudzucki, 2012)

Pada metode cakram kertas (Cara Kirby Bauer) digunakan suatu kertas

cakram saring (paper dis)berfungsi sebagai tempat menampung antimikroba,

kertas saring yang mengandung zat antimikroba tersebut diletakkan pada lempeng

agar yang telah diinokulasikan dengan menggunakan mikroba uji, kemudian

dilakukan inkubasi pada waktu dan suhu tertentu, yang disesuaikan dengan

kondisi optimum dari mikroba uji yaitu pada suhu 37ºC selama 18-24 jam. Pada

metode difusi dalam penentuan aktivitas didasarkan pada kemampuan difusi dari

zat antimikroaba dalam lempeng agar yang telah diinokulasi dengan mikroba uji.

Ada dua macam zona hambat yang dapat terbentuk dari cara Kirby Bauer

(Inayatullah, 2012):

a. Zona radikal yaitu daerah yang terdapat disekitar disk dimana sama sekali

tidak ditemukan adanya pertumbuhan bakteri. Potensi antibakteri diukur

dengan mengukur mengukur diameter zona radikal.

b. Zona irradikal yaitu suatu daerah disekitar disk dimana terdapat

pertumbuhan bakteri dihambat oleh antibakteri tetapi tidak dimatikan.

Disc diffusion test atau uji difusi disk dilakukan dengan mengukur diameter

clear zone (zona bening yang tidak memperlihatkan adanya pertumbuhan bakteri

yang terbentuk disekeliling zat antimikroba pada masa inkubasi bakteri) yang

merupakan petunjuk adanya respon penghambatan pertumbuhan bakteri oleh

suatu senyawa antibakteri dalan ekstrak. Semakin besar zona hambatan yang

terbenttuk, maka semakin besar pula kemampuan aktivitas zat antimikroba. Syarat

jumlah bakteri untuk uji kepekaan/ sensitivitas yaitu 105-10

8CFU/ml. Efektifitas

dari aktivitas antibakteri didasarkan pada klasifikasi respon penghambatan

pertumbuhan bakteri ( Inayatullah, 2012).

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1eprints.umm.ac.id/50808/3/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Daun Sirih (Piper betle L.) 2.1.1 Klasifikasi

31

Tabel II.2Klasifikasi daya hambat pertumbuhan bakteri

(CLSI, 2018)

Diameter Zona

Terang

Daya Hambat

Pertumbuhan

≥20 mm Susceptable

16-19 mm Intermediate

≤14 mm Resistant

2. Metode Lubang

Pada lempeng agar yang telah diiokulasi dengan bakteri uji dibuat suatu

lubang yang selanjutnya diisi dengan zat antimikroba uji. Cara ini dapat diganti

dengan meletakkan cawa porselin kecil yang biasa disebut fish spines diatas

medium agar. Kemudian cawan – cawan tersebut diisi dengan zat uji. Setelah

inkubasi pada suhu 37ºC selama 18-24 jam dilakukan pengamatan dengan melihat

ada atau tidaknya zona hambatan disekeliling lubang atau cawan (Inayatullah,

2012).

3. Metode parit

Suatu lempeng agar yang telah diinokulasi dengan bakteri uji dibuat

sebidang parit. Parit tersebut diisi dengan zat antimikroba, kemudian diinkubasi

pada waktu dan suhu optimum yang sesuai dengan mikroba uji. Hasil pengamatan

yang akan diperoleh adalah ada atau tidaknya zona hambatan disekitar parit,

interpretasi sama dengan cara Kirby Bauer (Inayatullah, 2012).

B. Metode Pengenceran (Dilusi Cair atau Dilusi Padat)

Metode ini biasanya digunakan untuk menentukan konsentrasi hambat

minimal dan konsentrasi bunuh minimal dari suatu bahan uji atau obat terhadap

kuman percobaan. Pada prinsipnya bahan antibakteri uji diencerkan sampai

diperoleh beberapa konsentrasi. Pada dilusi cair, masing – masing konsentrasi

obat ditambah suspensi kuman dalam media. Sedangkan pada dilusi padat tiap

konsentrasi obat dicampur dengan media agar, lalu ditanami bakteri (Inayatullah,

2012).

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1eprints.umm.ac.id/50808/3/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Daun Sirih (Piper betle L.) 2.1.1 Klasifikasi

32

C. Bioautografi

Prosedur dalam metode bioautografi mirip dengan yang digunakan dalam

metode difusi agar. Perbedaannya adalah bahwa senyawa uji berdifusi dari kertas

kromatografi ke media agar yang diinokulasi. Metode bioautografi dibagi lagi

menjadi bioautografi kontak, imersi dan langsung. Dalam bioautografi kontak,

pelat KLT atau kromatogram kertas diletakkan pada permukaan agar, diinokulasi

selama beberapa menit atau jam untuk memungkinkan difusi. Selanjutnya,

lempeng dilepas dan lapisan agar diinkubasi. Zona pertumbuhan penghambatan

akan muncul di tempat dimana senyawa antimikroba bersentuhan dengan lapisan

agar (Choma et al., 2010).

Dalam bioautografi immersion (agar-overlay), lempeng tersebut terlebih

dahulu direndam atau ditutup dengan medium agar, selanjutnya dibekukan dan

ditumbuhkan dengan mikroorganisme yang akan diuji dan kemudian diinkubasi.

Untuk memungkinkan difusi yang lebih baik dari senyawa yang diuji pada

permukaan agar, plat dapat bertahan pada suhu rendah selama beberapa jam

sebelum inkubasi. Metode ini adalah kombinasi antara kontak dan bioautografi

langsung, karena senyawa antimikroba dipindahkan dari kromatogram ke media

agar, seperti pada metode kontak, namun lapisan agar tetap berada di permukaan

kromatogram selama inkubasi dan visualisasi, seperti pada biootografi langsung

(Choma et al., 2010).

Di antara semua metode bioautografi, yang paling banyak digunakan adalah

bioautografi langsung. Prinsip dari metode ini adalah bahwa plat TLC yang

dikembangkan dicelupkan ke dalam suspensi mikroorganisme yang tumbuh dan

kemudian diinkubasi dalam atmosfir lembab. Permukaan silika dari plat KLT

yang dilapisi media kaldu menjadi sumber nutrisi dan memungkinkan

pertumbuhan mikroorganisme secara langsung di atasnya. Namun, di tempat agen

antimikroba terlihat, zona penghambatan pertumbuhan mikroorganisme terbentuk.

Pengamatan zona ini biasanya dilakukan dengan menggunakan aktivitas

dehidrogenase yang mendeteksi reagen. Akibatnya, bintik-bintik putih krem

muncul di atas latar belakang ungu di permukaan pelat TLC, menunjukkan adanya

agen antibakteri (Choma et al., 2010).

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1eprints.umm.ac.id/50808/3/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Daun Sirih (Piper betle L.) 2.1.1 Klasifikasi

33

2.4 Fraksinasi

Proses yang dilakukan untuk menarik senyawa – senyawa kimia yang ada

dalam tumbuhan, hewan dan lain – lain dengan mengguankan suatu pelarut

tertentu merupakan suatu proses ekstraksi. Dalam menentukkan metode ekstraksi

yang digunakan tergantung pada kandungan air, tekstur serta senyawa yang

diisolasi dari sutu hewan atau tumbuhan sehingga senyawa yang tertarik baik sifat

maupun strukturnya tidak berubah. Sedangkan dalam pemilihan pelarut yang

digunakan harus mengetahui sifat dari metabolit sekunder yang akan diisolasi dari

suatu tanaman karena dalam proses ekstraksi untuk memperoleh senyawa yang

diinginkan harus menggunakan pelarut yang sesuai. Suatu senyawa polar akan

lebih mudah larut pada pelarut polarut sedangkan suatu senyawa non polar lebih

mudah larut pada senyawa non polar (Akhsanita, 2012). Sedangkan fraksinasi

dilakukan untuk menarik suatu senyawa kimia yang terkandung didalam tanaman

dengan menggunakan berbagai pelarut dengan tingkat kepolaran yang berbeda –

beda sehingga pada masing – masing palrut diperoleh senyawa dengan tingkat

kepolaran yang berbeda – beda pula (Akhsanita, 2012).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Sri Purwanto (2015) bertujuan untuk

menguji aktivitas antibakteri pada fraksi aktif daun Senggani terhadap

pertumbuhan bakteri Echerhichia coli dalam proses ekstraksi digunakan metode

maserasi dengan pelarut yang diguanakn etanol 96% untuk simplisia yang

digunakan sebanyak 200g diperoleh ekstrak kentalnya sebanyak 60,4g sehingga

diketahui %randemennya sebesar 30,2 %. dari hasik ekstraksi yang dilakukan

kemudian dilakukan fraksinasi dengan menggunakan tiga jenis pelarut dengan

tingkat kepolaran yang berbeda mulai dari pelarut non – polar : semi polar : polar

pada peneletian tersebut menggunakan pelarut n-heksan : etil asetat : etanol. Hasil

fraksinansi yang diperoleh dari ekstrak daun Senggani untuk farksi n-heksan

ekstrak kental yang diperoleh sebesar 9,1g maka untuk % rendemennya sebesar

30% sedangkan pada fraksi etil asetat diperoleh ekstrak kental sebanyak 7,7 g

dengan hasil % randemen sebesar 25,5% dan terakhir pada fraksi methanol

ekstrak kental yang diperoleh sebesar 30,5g maka untuk % randemen yang

didapat sebesar 44,5% dan pada pengujian aktivitas antibakteri menunjukkan hasil

bahwa untuk konsentrasi pada masing – masing fraksi sebesar 8000 µg/ml

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1eprints.umm.ac.id/50808/3/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Daun Sirih (Piper betle L.) 2.1.1 Klasifikasi

34

diketahui bahwa pada fraksi n-heksan diameter hambatnya sebesar 0 + 0

sedangkan untuk fraksi etil asetat diameter zona hambatnya sebesar 21.00 + 0,82

mm dan untuk fraksi methanol dapat menghambat bakteri sebesar 13.75+ 0,96

mm hal ini menunjukkan bahwa ekstrak dari daun Senggani memiliki potensi

sebagai antibakteri terhada pertumbuhan bakteri E. coli

Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Soemari dan Magfiroh

(2016) bertujuan untuk menguji ativitas antibakteri pada ekstrak etanol 70% daun

Senggani terhadap pertumbuhan koloni bakteri pada sapi. Pada penelitian dalam

proses pengambilan senyawanya dipilih dengan metode maserasi dengan simplisia

sebanyak 500g oelarut yang digunakan etanol 70% sebanyak 5L diperoleh hasil

ekstrak kental sebanyak 102,22g dengan total randemen sebesar 20,44%. Dalam

proses pengujian aktivitas antibakteri menggunakan 4 jenis konsentrasi yaitu 5%,

10%, 15% dan 20% menunjukkan hasil bahwa pada hari ketiga jumlah koloni

bakteri yang terlihat pada kontrol negatif memiliki jumlah yang plaing banyak

yaitu sebesar 15 x 104

CFU/gsedangkan yang diberi perlakuan dengan ekstrak

etanol 70% daun senggani memberikan hasil bahwa semakin tinggi konsentrasi

daun Senggani semakin sedikit jumlah koloni bakteri yang tumbuh. Dengan hasil

yang ditunjukkan berturut – turut sebesar 8 x 104CFU/g, 6 x 10

4 CFU/g, 5x 10

4

CFU/g dan 4 x 104

CFU/g selain itu dari hasil pewarnaan menunjukkan bahwa

bakteri yang tumbuh termasuk bakteri dalam golongan basil dan kokus.

Dari kedua penelitian tersebut menunjukkan bahwa dengan metode fraksinasi

dapat diketahui lebih spesifik jumlah %randemen pada masing – masing fraksi

sehingga dapat diketahui pula fraksi yang paling berpotensi dalam menghambat

pertumbuhan bakteri berdasarkan tingkat kepolarannya sehingga dalam

mengetahui senyawa kimia yang memilki kemampuan dalam menghambat

pertumbuhan bakteri lebih mudah jika kemampuan dalam menghambat

pertumbuhan bakteri yang paling berpotensi pada fraksi semi polar maka senyawa

kimia yang berpotensi sebagai antibakteri adalah golongan senyawa semi polar

juga. Berbeda dengan pengujian aktivitas antibakteri yang hanya dari suatu

ekstrak dengan satu jenis pelarut hasil senyawa yang tertarik kemungkinan dalam

jumlah yang banyak karena kemungkinan senyawa polar, semi polar maupun non

polar juga tertarik.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1eprints.umm.ac.id/50808/3/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Daun Sirih (Piper betle L.) 2.1.1 Klasifikasi

35

2.5 Tinjauan Tentang Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

2.5.1 Pengertian Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Kromatografi lapis tipis adalah salah satu contoh kromatografi plannar. Fase

diamnya (stationary phase) berbentuk lapisan tipis yang melekat pada gelas/kaca,

plastik, alumunium. Sedangkan fase geraknya (mobile phase) berupa cairan atau

campuran cairan. Biasanya pelarut organik dan kadang-kadang juga air. Fase diam

yang berupa lapisan tipis ini dapat dibuat dengan membentangkan/ meratakan fase

diam (adsorbent=penjerap=sorbent) diatas plat/lempeng kaca plastik ataupun

alumunium (Depkes RI, 1980). Banyak sekali keuntungan penggunaan KLT dan

salah satu keuntungannya adalah mampu memisahkan beberapa sampel secara

bersamaan, yang lebih menguntungkan dibandingkan KCKT. Densitometri

merupakan metode analisis instrumental yang didasarkan pada interaksi radiasi

elektro magnetik dengan analit yang merupakan bercak pada KLT. Densitometri

dimaksud untuk analisis kuantitatif analit dengan kadar kecil, yang sebelumnya

dilakukan pemisahan dengan KLT. KLT merupakan kromatografi sederhana

dengan bentuk kromatografi planar yang memisahkan campuran analit

berdasarkan distribusi komponen tersebut diantara 2 fase, yaitu fase diam dan fase

gerak (Ihsanto, 2009).

2.5.2 Fase Diam

Sifat fase diam yang satu dengan fase diam yang lain berbeda karena

strukturnya, ukurannya, kemurniannya, zat tambahan sebagai pengikat dll. Fasa

diam yang digunakan TLC tidak sama dengan yang digunakan untuk kromatografi

kolom, terutama karena ukuran dan zat yang ditambahkan (Depkes RI, 1980).

2.5.3 Fase Gerak

Fase gerak atau eluen adalah pelarut yang dipakai dalam proses

migrasi/pergerakan dalam membawa komponen-komponen zat sampel atau fasa

yang bergerak melalui fasa diam dan membawa komponen-komponen senyawa

yang akan dipisahkan.Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut

yang dapat bercampur yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan

resolusi. Daya elusi dan resolusi ini ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut,

polaritas fase diam, dan sifat komponen-komponen sampel (Johnson, 1991).Fase

gerak yang biasanya digunakan adalah pelarut organik. Dapat digunakan satu

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1eprints.umm.ac.id/50808/3/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Daun Sirih (Piper betle L.) 2.1.1 Klasifikasi

36

macam saja pelarut organik ataupun campuran. Bilamana fase gerak merupakan

campuran pelarut organik dengan air maka mekanisme pemisahan adalah partisi.

Pemilihan pelarut organic ini sangat penting karena akan menentukan

keberhasilan pemisahan. Pendekatan polaritas adalah yang paling sesuai untuk

pemilihan pelarut. Senyawa polar akan mudah terelusi oleh fase gerak yang

bersifat polar dari pada fase gerak yang bersifat nonpolar. Sebaliknya senyawa

non polar akan mudak terelusi oleh fase gerak non polar dari pada fase gerak

polar.

Dalam kromatografi cair komposisi pelarut atau fase gerak adalah satu

variabel yang mempengaruhi pemisahan. Terdapat keragaman yang luas dari fase

gerak yang digunakan dalam semua mode KCKT, tetapi ada beberapa sifat-sifat

yang diinginkan yang mana umumnya harus dipenuhi oleh semua fase gerak.

Fase gerak harus (Depkes RI, 1980):

a. Murni; tidak ada pencemar/kontaminan

b. Tidak bereaksi dengan pengemas

c. Sesuai dengan detektor

d. Melarutkan cuplikan

e. Mempunyai viskositas rendah

f. Mudah rekoveri cuplikan, bila diinginkan

g. Tersedia diperdagangan dengan harga yang pantas.

2.5.4 Prinsip Kromatografi Lapis Tipis ( KLT )

Kromatografi lapis tipis digunakan pada pemisahan zat secara cepat, dengan

menggunakan zat penyerap berupa serbuk halus yang dilapiskan serba rata pada

lempeng kaca. Lempeng yang dilapis, dapat dianggap sebagi “kolom kromatografi

terbuka” dan pemisahan didasarkan pada penyerapan, pembagian, atau

gabungnya, tergantung dari jenis zat penyerap dan cara pembuatan lapisan zat

penyerap dan jenis pelarut. Kromatografi lapis tipis dengan penyerap dan jenis

pelarut. Kromatografi lapis tipis dengan penyerap penukar ion dapat digunakan

untuk pemisahan. Senyawa polar. Harga Rf yang diperoleh pada kromatografi

lapis tipis, tidak tetap jika dibandingkan dengan yang diperoleh pada kromatografi

kertas. Karena itu pada lempeng yang sama disamping kromatogram dari zat

pembanding kimia, lebih baik dengan kadar yang berbeda – beda. Perkiraan

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1eprints.umm.ac.id/50808/3/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Daun Sirih (Piper betle L.) 2.1.1 Klasifikasi

37

identifikasi diperoleh dengan pengamatan 2 bercak dengan harga Rf dan ukuran

yang lebih kurang sama. Ukuran dan itensitas bercak dapat digunakan untuk

memperkirakan kadar. Penetapan kadar yang lebih teliti dapat dilakukan dengan

cara spektrofotometri. Pada kromatografi lapis tipis dua dimensi, lempeng yang

telah dieluasi diputar 90° dan dieluasi lagi, umumnya menggunakan bejana lain

yang berisi pelarut lain (Depkes RI, 1980).

Prinsip kerja KLT adalah dengan menotolkan cuplikan atau sampel pada

lempeng KLT, kemudian lempeng dimasukkan kedalam wadah berisi fase gerak,

sehingga komponen-komponen dalam sampel tersebut terpisah. Komponen yang

mempunyai afinitas besar terhadap fase gerak atau afinitas yang lebih kecil

terhadap fase diam akan bergerak lebih cepat dibanding komponen dengan sifat

sebaliknya (Ihsanto, 2009).Pada prinsipnya pemisahan KLT diusahakan dilakukan

dalam keadaan netral (Surya, 2011). KLT dapat digunakan untuk tujuan preparatif

dan kuantitatif, meskipun KLT kuantitatif kurang teliti bila dibandingkan dengan

sistem kromatografi lainnya. Sistem KLT telah banyak digunakan untuk analisis

obat dan senyawa bahan alam. Analisis kualitatif pada KLT menggunakan nilai

Rf. Dua senyawa dikatakan identik bila mempunyai nilai Rf yang sama dengan

dan diukur pada kondisi KLT yang sama. Analisis kuantitatif pada KLT didukung

dengan teknik densitometri. Untuk menguji validitas dari metode ini dilakukan

pengujian antara lain uji akurasi dengan parameter % perolehan kembali (%

recovery), uji presisi dengan parameter simpangan baku (SD) dan koefisien

variasi (KV) (Rofita, 2009).

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1eprints.umm.ac.id/50808/3/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Daun Sirih (Piper betle L.) 2.1.1 Klasifikasi

38

2.5.5 Indeks Polaritas

Polaritas sering diartikan sebagai adanya pemisahan kutub bermuatan positif

dan negatif dari suatu molekul sebagai akibat terbentuknya konfigurasi tertentu

dari atom-atom penyusunnya. Dengan demikian, molekul tersebut dapat tertarik

oleh molekul yang lain yang juga mempunyai polaritas yang kurang lebih sama.

Besarnya polaritas dari suatu pelarut proporsional dengan besarnya konstanta

dielektriknya (Adnan 1997). Fase gerak pada KLT dapat dipilih dari pustaka,

tetapi lebih sering dengan mencoba-coba karena waktu yang diperlukan hanya

sebentar. Sistem yang paling sederhana ialah campuran 2 pelarut organik karena

daya elusi campuran kedua pelarut ini dapat mudah diatur sedemikian rupa

sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal (Gholib, 2007).

Kemampuan suatu analit terikat pada permukaan silika gel dengan adanya

pelarut tertentu dapat dilihat sebagai pengabungan 2 interaksi yang saling

berkompetisi. Pertama, gugus polar dalam pelarut dapat berkompetisi dengan

analit untuk terikat pada permukaan silika gel. Dengan demikian, jika pelarut

yang sangat polar digunakan, pelarut akan berinteraksi kuat dengan permukaan

silika gel dan hanya menyisakan sedikit tempat bagi analit untuk terikat pada

silika gel. Akibatnya, analit akan bergerak cepat melewati fasa diam dan keluar

dari kolom tanpa pemisahan. Dengan cara yang sama, gugus polar pada pelarut

dapat berinteraksi kuat dengan gugus polar dalam analit dan mencegah interaksi

analit pada permukaan silika gel. Pengaruh ini juga menyebabkan analit dengan

cepat meninggalkan fasa diam. Kepolaran suatu pelarut yang dapat digunakan

untuk kromatografi dapat dievaluasi dengan memperhatikan tetapan dielektrik (ε)

dan momen dipol (δ) pelarut. Semakin besar kedua tetapan tersebut, semakin

polar pelarut tesebut. Sebagai tambahan, kemampuan berikatan hidrogen pelarut

dengan fasa diam harus dipertimbangkan (Sholeh, 2009).

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1eprints.umm.ac.id/50808/3/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Daun Sirih (Piper betle L.) 2.1.1 Klasifikasi

39

Tabel II.3Indeks polaritas pelarut (Sholeh, 2009) :

Pelarut Indeks Polaritas

Pentana 0

1,1,2-triklorotrifluoroetana 0

Siklopentana 0,1

Heptana 0,1

Heksana 0,1

Iso oktana 0,1

Petroleum eter 0,1

Sikloheksana 0,2

N-butilklorida 1.0

Toluena 2,4

Metal t-butil eter 2,5

O-xylene 2,5

Klorobenzena 2,7

o-diklorobenzena 2,7

Etil eter 2,8

Diklorometana 3,1

Etilen diklorida 3.5

N-butil alkohol 3,9

Isopropil alkohol 3,9

N-butil asetat 4.0

Isobutyl alcohol 4.0

Metal isoamil keton 4.0

N-propoil alcohol 4.0

Tetrahidrofuran 4.0

Kloroform 4,1

Metal isobutyl keton 4,2

Etil asetat 4,4

Metal n-propil ketone 4,5

Metal etil ketone 4,7

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1eprints.umm.ac.id/50808/3/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Daun Sirih (Piper betle L.) 2.1.1 Klasifikasi

40

2.6 Tinjauan Tentang Pelarut

2.6.1 Pengertian Pelarut

Pelarut adalah benda cair atau gas yang melarutkan benda padat, cair, atau

gas, yang menghasilkan sebuah larutan (Guenther, 1987). Pelarut merupakan

salah satu faktor yang sangat mempengaruhi proses ekstraksi. Pelarut yang

digunakan dalam proses ekstraksi adalah pelarut yang baik yang dapat

memisahkan senyawa yang diinginkan dari bahan dan senyawa kandungan lain.

Pelarut diinginkan yang dapat melarutkan hampir semua metabolit sekunder yang

terkandung (Depkes RI, 2000). Pemilihan pelarut pada umumnya dipengaruhi

oleh faktor-faktor antara lain (Susanti et al., 2012) :

1. Selektivitas Pelarut dapat melarutkan semua zat yang akan diekstrak dengan

cepat dan sempurna

2. Titik didih pelarut harus mempunyai titik didih yang cukup rendah sehingga

pelarut mudah diuapkan tanpa menggunakan suhu tinggi pada proses

pemurnian dan jika diuapkan tidak tertinggal dalam minyak.

3. Pelarut tidak larut dalam air.

4. Pelarut bersifat inert sehingga tidak bereaksi dengan komponen lain.

5. Harga pelarut semurah mungkin.

6. Pelarut mudah terbakar.

Pelarut minyak atau lemak yang biasa digunakan dalam proses ekstraksi

antara lain (Susanti et al., 2012) :

1. Etanol sering digunakan sebagi pelarut dalam laboratorium karena

mempunyai kelarutan yang relatif tinggi dan bersifat inert sehingga tidak

bereaksi dengan komponen lainnya. Etanol memiliki titik didih yang rendah

sehingga memudahkan pemisahan minyak dari pelarutnya dalam proses

distilasi.

2. n-Heksana merupakan pelarut yang paling ringan dalam mengangkat

minyak yang terkandung dalam biji–bijian dan mudah menguap sehingga

memudahkan untuk refluk. Pelarut ini memiliki titik didih antara 65–70ºC.

3. Etil asetat merupakan jenis pelarut yang bersifat semi polar. Pelarut ini

memiliki titik didih yang relatif rendah yaitu 77ºC sehingga memudahkan

pemisahan minyak dari pelarutnya dalam proses destilasi.

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1eprints.umm.ac.id/50808/3/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Daun Sirih (Piper betle L.) 2.1.1 Klasifikasi

41

2.6.1.1 n-heksana

Heksana adalah suatu hidrokarbon alkana dengan rumus kimia C6H14.

Heksana merupakan hasil refining minyak mentah. Komposisi dan fraksinya

dipengaruhi oleh sumber minyak. Seluruh isomer heksana dan sering digunakan

sebagai pelarut organik yang bersifat inert karena non-polarnya. Rentang kondisi

distilasi yang sempit, maka tidak perlu panas dan energi tinggi untuk proses

ekstraksi minyak (Utomo, 2017). n-heksan merupakan pelarut non-polar sehingga

dalam penggunaannya hanya dapat melarutkan senyawa – senyawa non-polar saja

(Romadanu et al., 2014). Dalam beberapa penelitian yang dilakukan dengan

menggunakan pelarut n-heksan menunjukkan bahwa n-heksan mampu menarik

golongan senyawa flavonoid (Mu’awwanah et al., 2015). Selain itu juga mampu

menarik senyawa golongan triterpenoid ,steroid (Prabowo et al., 2014) serta tanin

yang terdapat didalam ekstrak tanaman (Romadanu et al., 2014 ).