bab ii tinjauan pustakaeprints.umm.ac.id/47576/3/bab 2.pdf · buah tanaman rosella berbentuk bulat...

26
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa L) 2.1.1. Taksonomi Gambar 2.1 Hibiscus Sabdariffa L (Huasamah, 2011) Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Superdivisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Subkelas : Dilleniidae Ordo : Malvales Famili : Malvaceae Genus : Hibiscus Spesies : Hibiscus sabdariffa L. (Plantamor, 2018)

Upload: others

Post on 06-Dec-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/47576/3/BAB 2.pdf · Buah tanaman rosella berbentuk bulat telur memiliki ukuran 13-22 mm x 11-20 mm dimana tiap buah berisi 30-40 biji. Ukuran

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa L)

2.1.1. Taksonomi

Gambar 2.1 Hibiscus Sabdariffa L

(Huasamah, 2011)

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Dilleniidae

Ordo : Malvales

Famili : Malvaceae

Genus : Hibiscus

Spesies : Hibiscus sabdariffa L.

(Plantamor, 2018)

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/47576/3/BAB 2.pdf · Buah tanaman rosella berbentuk bulat telur memiliki ukuran 13-22 mm x 11-20 mm dimana tiap buah berisi 30-40 biji. Ukuran

7

2.1.2. Morfologi

Rosela merupakan tumbuhan semak umur satu tahun, tinggi tumbuhan

mencapai 2,4 m.

a. Batang

Tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L) mempunyai batang bulat,

tegak, berkayu dan berwarna merah. Tumbuh dari biji dengan

ketinggian bisa mencapai 3-5 meter (Widyanto dan Nelistya, 2009).

b. Akar

Tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L) mempunyai akar tunggal

(Widyanto dan Nelistya, 2009).

c. Daun

Daun rosella berwarna hijau, berbentuk bulat telur dan berseling

antara 3-5 helai dengan panjang 7,5-12,5 cm. Adapun tangkai daun

dari tumbuhan ini berukuran pendek yaitu 0,3- 12 cm. Pangkal daun

meruncing sedikit berambut, tepi daun beringgit (Widyanto dan

Nelistya, 2009).

d. Bunga

Tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L) mempunyai bunga

berwarna cerah. Kelopak bunga atau kaliksnya berwarna merah gelap

dan lebih tebal jika dibandingkan dengan bunga raya/sepatu.

Bunganya merupakan bunga tunggal sehingga pada setiap tangkai

hanya terdapat satu bunga. Bunga ini mempunyai 8-11 helai kelopak

yang berbulu, panjangnya 1 cm, yang pangkalnya saling berlekatan

dan berwarna merah. Kelopak bunga ini sering dianggap sebagai

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/47576/3/BAB 2.pdf · Buah tanaman rosella berbentuk bulat telur memiliki ukuran 13-22 mm x 11-20 mm dimana tiap buah berisi 30-40 biji. Ukuran

8

bunga oleh masyarakat. Bagian inilah yang sering dimanfaatkan

sebagai bahan makanan dan minuman. Tangkai bunga berukuran 5-20

mm, kelopak bunga berbentuk lonceng. Mahkota bunga berbentuk

bulat telur terbalik berwarna kuning atau kuning kemerahan. Benang

sari terletak pada suatu kolom pendukung benang sari dimana panjang

kolom pendukung benang sari sampai 20 mm. Kepala sari berwarna

merah, panjang tangkai sari 1 mm. Adapun jumlah kepala putik yaitu

5 buah dan berwarna merah (Widyanto dan Nelistya, 2009).

e. Buah

Buah tanaman rosella berbentuk bulat telur memiliki ukuran 13-22

mm x 11-20 mm dimana tiap buah berisi 30-40 biji. Ukuran biji 3-5

mm x 2-4 mm, warna coklat kemerahan (BPOM RI, 2010).

2.1.3. Kandungan Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L)

Dalam 100 gram bunga rosella mengandung Air 86,58 gram, Energi

49 kcal, Protein 0,96 gram, Karbohidrat 11,31 gram, Total Lipid 0,64

gram (USDA Nutrient database, 2018).

Tabel 2.1. Kandungan Bunga Rosella

Nutrient Unit Value per 100 mg

Minerals

Calcium, Ca mg 215

Iron, Fe mg 1,48

Magnesium, Mg mg 51,1

Phosphorus, P mg 37,1

Potassium, K mg 208,1

Sodium, Na mg 6,1

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/47576/3/BAB 2.pdf · Buah tanaman rosella berbentuk bulat telur memiliki ukuran 13-22 mm x 11-20 mm dimana tiap buah berisi 30-40 biji. Ukuran

9

Vitamins

Vitamin C, total ascorbic acid mg 12

Thiamin mg 0,011

Riboflavin mg 0,028

Niacin mg 0,31

Vitamin A, RAE µg 14

Vitamin A IU 287

(USDA Nutrient Database, 2018).

Tabel 2.2. Kandungan Bahan Kimia pada Tanaman Rosella

Kandungan

Antioksidan

Daun Kelopak Buah Biji Batang Akar

Flavonoid + + - - + +

Fenol + + - + - +

Saponin + + - - + +

Alkaloid + + - - + +

Tannin + + - - + +

Sterol - - - + - -

Asam Sitrat - - + - - -

(Abdallah, 2016 ; Komala et al, 2013 ; Mahadevan et al, 2009 ; Mungole &

Chaturvedi, 2011).

2.1.4. Mekanisme Antibakteri Kelopak Bunga Rosella

a. Alkaloid

Alkaloid merupakan senyawa yang dapat menghambat

pertumbuhan bakteri dengan cara bekerja pada komponen penyusun

peptidoglikan sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara

sempurna sehingga sel menjadi mati dan menginhibisi enzim

topoisomerase (Campbell, 2010).

b. Flavonoid

Flavonoid dapat membentuk senyawa kompleks dengan

protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak membran

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/47576/3/BAB 2.pdf · Buah tanaman rosella berbentuk bulat telur memiliki ukuran 13-22 mm x 11-20 mm dimana tiap buah berisi 30-40 biji. Ukuran

10

sel bakteri dan diikuti dengan keluarnya senyawa intraseluler dan

kematian sel (Godstime dkk, 2014).

c. Tannin

Tannin dapat membentuk kompleks polisakarida yang dapat

merusak dinding sel bakteri dimana mengakibatkan metabolisme

bakteri terganggu dan menyebabkan kematian bakteri (Nurhalimah,

2015).

d. Saponin

Saponin merupakan senyawa aktif yang dapat meningkatkan

permeabilitas membran sel dengan cara berdifusi pada membran

luar dan dinding sel. Peningkatan permeabilitas membran

menyebabkan sel lisis atau pecah (Poelongan dan Praptiwi, 2010).

2.1.5. Hasil Penelitian Menggunakan Ekstrak Kelopak Bunga Rosella

Menurut penelitian Abdallah tahun 2016, ekstrak kelopak bunga

rosella dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan gram

negatif. Pemberian ekstrak kelopak bunga rosella pada bakteri gram

positif (Staphylococcus epidermidis dan Bacillus cereus) menunjukkan

kadar hambat yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan Penicilin dan

Gentamicin. Adapun pemberian ekstrak bunga rosella pada bakteri gram

negatif (Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli, Klebsiella

pneumonia dan Proteus vulgaris) menunjukkan kadar hambat yang lebih

tinggi jika dibandingkan dengan Penicilin akan tetapi lebih rendah jika

dibandingkan dengan Gentamicin. Akan tetapi pemberian ekstrak

kelopak bunga rosella pada bakteri Salmonella enterica menunjukkan

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/47576/3/BAB 2.pdf · Buah tanaman rosella berbentuk bulat telur memiliki ukuran 13-22 mm x 11-20 mm dimana tiap buah berisi 30-40 biji. Ukuran

11

kadar hambat lebih tinggi jika dibandingkan dengan Penicilin dan

Gentamicin. Kadar hambat ekstrak kelopak bunga rosella pada

Pseudomonas aeruginosa 15,5 mm, Escherichia coli 14,5 mm,

Klebsiella pneumonia 17,5 mm, Salmonella enterica 17,5 mm, Proteus

vulgaris 14,5 mm, Staphylococcus epidermidis 17,5 mm dan Bacillus

cereus 13,5 mm. Sedangkan kadar hambat Penicilin pada Pseudomonas

aeruginosa 6,0 mm, Escherichia coli 6,0 mm, Klebsiella pneumonia 7,0

mm, Salmonella enterica 9,0 mm, Proteus vulgaris 6,5 mm,

Staphylococcus epidermidis 6,0 mm dan Bacillus cereus 7,0 mm. Kadar

hambat Gentamicin pada Pseudomonas aeruginosa 20,0 mm,

Escherichia coli 18,0 mm, Klebsiella pneumonia 21,0 mm, Salmonella

enterica 12,0 mm, Proteus vulgaris 20,0 mm, Staphylococcus

epidermidis 6,5 mm dan Bacillus cereus 10,0 mm.

Tabel 2.3. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kelopak Bunga Rosella

terhadap Bakteri Gram-Negatif dengan Metode Disc Diffusion Perlakuan Rata-rata Zona Hambat (mm)*

Pseudomonas

aeruginosa

Escherichia

coli

Klebsiella

pneumonia

Salmonella

enterica

Proteus

vulgaris

Ekstrak

Kelopak

Bunga

Rosella

15,5 ± 0,5 14,5 ± 0,5 17,5 ± 0,5 17,5 ± 1,5 14,5 ± 0,5

Penisilin

6,0 ± 0,0 6,0 ± 0,0 7,0 ± 0,0 9,0 ± 0,0 6,5 ± 0,0

Gentamisin 20,0 ± 0,0 18,0 ± 0,0 21,0 ± 0,0 12,0 ± 0,0 20,0 ± 0,0

(Abdallah, 2016)

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/47576/3/BAB 2.pdf · Buah tanaman rosella berbentuk bulat telur memiliki ukuran 13-22 mm x 11-20 mm dimana tiap buah berisi 30-40 biji. Ukuran

12

2.2. Salmonella typhi

2.2.1 Taksonomi

Gambar 2.2 Salmonella typhi

(CDC, 2017)

Super kingdom : Bacteria

Kingdom : Bacteria

Phylum : proteobacteria

Class : Gammaprotobacteria

Order : Enterobacteriales

Family : Enterobacteriaceae

Genus : Salmonella

Species : Enterica

Subspecies : Enterica

Serovar : Typhi

(Jaroni, 2014).

2.2.2 Morfologi

Salmonella typhi merupakan golongan dari bakteri gram negatif

yang berbentuk batang, motil dan tidak membentuk spora. S. typhi

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/47576/3/BAB 2.pdf · Buah tanaman rosella berbentuk bulat telur memiliki ukuran 13-22 mm x 11-20 mm dimana tiap buah berisi 30-40 biji. Ukuran

13

memiliki alat gerak berupa flagel peritik. Bakteri ini berukuran 0,7-1,5

atau 2-5 mikro meter. S. typhi berifat intraseluler fakultatif dan anaerob

fakultatif (Karsinah dkk, 2009).

2.2.3 Struktur Antigen S. typhi

Seperti halnya semua Enterobacteriaceae, S. typhi memiliki tiga

antigen utama yaitu somatik, permukaan (surface) dan flagel (Todar,

2009).

2.2.3.1. Antigen Somatik (O)

Antigen somatik (O) merupakan antigen yang tahan terhadap

pemanasan 100o C, alkohol dan asam. Sebagian besar antigen ini

digunakan untuk identifikasi serologi. Faktor O dengan jumlah angka

yang sama berkaitan erat meskipun tidak selalu sebagai antigen identik

(Todar, 2007). Antibodi yang lebih utama dibentuk oleh antigen

somatik (O) yaitu IgM (Karsinah dkk, 2009).

2.2.3.2. Antigen permukaan (Vi)

Antigen Vi merupakan polimer dari poliskarida yang bersifat asam.

Antigen ini terdapat pada bagian luar dari badan kuman atau bakteri.

Antigen Vi dapat dirusak dengan pemanasan 60o C selama satu jam,

pada penambahan fenol dan asam. Bakteri atau kuman yang memiliki

antigen Vi lebih virulen terhadap binatang manupun manusia. Antigen

Vi juga dapat menentukan kepekaan kuman terhadap bakteriofage.

Dalam laboratorium, antigen Vi sangat berguna untuk diagnosis cepat

bakteri S. typhi yaitu dengan teg agglutination slide dengan Vi

antiserum (Karsinah dkk, 2009).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/47576/3/BAB 2.pdf · Buah tanaman rosella berbentuk bulat telur memiliki ukuran 13-22 mm x 11-20 mm dimana tiap buah berisi 30-40 biji. Ukuran

14

Antigen Vi adalah permukaan polisakarida kapsul yang diproduksi

oleh S. typhi, S. dublin dan S. paratyphi C. Meskipun antigen Vi tidak

diperlukan untuk kolonisasi di saluran pencernaan, kapsul antigen Vi

menambah virulen dengan cara meningkatkan resistensi bakteri untuk

fagositosis dan mengganggu imun dengan cara menurunkan ekspresi

Pathogen-Associated Molecular Pattern (PAMP) dan paparan terhadap

permukaan bakteri. Antigen Vi jenis lokus via B berlokasi di SPI-7

island dan dibawah control RcsB-RcsC dan OmpR-EnvZ yang

merupakan satu komponen sitem regulator. Aktifitas lokus via B

berperan pada produksi antigen Vi dan secara bersamaan menekan

flagelar master regulator fhDC yang dilakukan oleh protein regulator

TviA. Ekspresi antigen Vi dapat tidak terdeteksi saat pemeriksaan

laboratorium dan antigen Vi bisa ditemukan tidak aktif pada beberapa

pasien yang terisolasi (Gunn dkk, 2014).

2.2.3.3. Antigen Flagel (H)

Pada Salmonella antigen ini ditemukan dalam dua fase yaitu fase

spesifik (fase 1) dan tidak spesifik (fase 2). Antigen H rusak pada

pemanasan diatas 60o C, alkohol dan asam. Antibodi yang dibentuk

yaitu IgG (Karsinah dkk, 2009).

Penggolongan bakteri Salmonella kedalam serogrup dan

serotipnya didasarkan pada persamaan faktor-faktor antigen O dan

antigen H. Apabila terdapat persamaan faktor-faktor yang dominan

pada antigen O digolongkan dalam serogrup yang sama (serogrup A, B

dan C). apabila terdapat persamaan faktor-faktor antigen H (fase 1 dan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/47576/3/BAB 2.pdf · Buah tanaman rosella berbentuk bulat telur memiliki ukuran 13-22 mm x 11-20 mm dimana tiap buah berisi 30-40 biji. Ukuran

15

2) serta faktor-faktor lain pada antigen O maka digolongkan dalam

serotip (dulu disebut spesies) yang sama. Salmonella typhi dan

Salmonella cholerasuis maisng-maisng terdiri dari satu serotip

sedangkan Salmonella enteritidis terdiri dari 1400 serotip (Karsinah

dkk, 2009).

2.2.4 Daya Tahan S. typhi

Bakteri S. typhi mati pada suhu 56o C dan dapat pula pada keadaan

yang kering. Bakteri ini dapat bertahan selama empat minggu dalam air. S.

typhi hidup subur pada medium yang mengandung garam empedu dan juga

dapat bertahan terhadap zat warna hijau bilirubin, senyawa Natrium

tetrationat dan Natrium deoksikolat (Karsinah dkk, 2009). Senyawa-

senyawa ini menghambat pertumbuhan bakteri koliform sehingga

senyawa-senyawa tersebut dapat digunakan dalam media untuk isolasi

bakteri S. typhi (Brooks et al, 2013).

2.2.5 Patogenesis S. typhi

S. typhi bersifat infeksius terutama pada manusia. Adapun infeksi

oleh bakteri tersebut menunjukkan sumber infeksi dari manusia. Namun,

sebagian besar Salmonella bersifat patogen terutama bagi hewan yang

menjadi reservoar untuk infeksi manusia, antara lain : unggas,babi, hewan

pengerat, hewan ternak, hewan peliharaan (dari kura-kura hingga burung

beo) dan lain sebagainya (Brooks et al, 2013).

Bakteri ini hampir selalu masuk melalui jalur oral (per oral) yang

biasanya melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri

tersebut. Dosis infeksi rata-rata untuk menghasilkan infeksi klinis atau

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/47576/3/BAB 2.pdf · Buah tanaman rosella berbentuk bulat telur memiliki ukuran 13-22 mm x 11-20 mm dimana tiap buah berisi 30-40 biji. Ukuran

16

subklinis adalah 105-108 Salmonella (tetapi mungkin hanya 103 untuk

Salmonella typhi). Adapun faktor-faktor yang dapat berperan untuk

melawan infeksi Salmonella antara lain asam lambung, flora mikroba usus

normal, dan imunitas lokal pada usus (Brooks et al. 2013).

Salmonella menyebabkan tiga tipe penyakit utama pada manusia

dimana yang paling sering muncul adalah tipe campuran. Gejala yang

muncul yaitu demam enterik (demam tifoid). Ketika bakteri Salmonella

mencapai usus kecil, bakteri tersebut kemudian masuk ke kelenjar getah

bening dan sampai ke aliran darah. Mereka dibawa oleh aliran darah ke

beberapa organ, termasuk usus. Jumlah bakteri tersebut meningkat di

dalam jaringan getah bening intestinal dan dikeluarkan dalam tinja.

Setelah masa inkubasi selama 10-14 hari maka muncul manifestasi

klinis (demam, rasa tidak enak badan, sakit kepala, konstipasi, bradikardi,

dan myalgia). Demam meningkat ke masa stabil dan terjadi pembesaran

limpa dan ginjal. Rose spots biasanya ada di atas kulit perut atau dada

(kelihatan jelas dalam beberapa kasus). Jumlah sel darah putih (leukosit)

normal atau rendah. Pada masa preantibiotik, komplikasi utama dari

demam enterik adalah hemorrhage dan perforasi. Pada masa ini angka

kematian rata-rata yaitu 10-15 %. Akan tetapi, pengobatan dengan

antibiotik telah menurunkan angka kematian rata-rata hingga kurang dari

1%. Lesi yang paling utama adalah hyperplasia dan nekrosis jaringan getah

bening (misalnya potongan Payer’s), hepatits, nekrosis dari ginjal, dan

peradangan limpa, periosteum, paru-paru, dan organ lain (Brooks et al,

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/47576/3/BAB 2.pdf · Buah tanaman rosella berbentuk bulat telur memiliki ukuran 13-22 mm x 11-20 mm dimana tiap buah berisi 30-40 biji. Ukuran

17

2013). Adapun beberapa fator yang mempengaruhi patogenitas S. typhi

yaitu :

a. Daya invasi

Bakteri di usus halus penetrasi ke dalam epitel, melalui lapisan

epitel masuk ke lapisan sub epitel hingga lamina propia. Mekanisme

biokimi saat bakteri melakukan penetrasi tidak diketahui dengan jelas

tetapi prosesnya menyerupai fagositosis. Saat bakteri mendekati

epitel, brush border mengalami degenerasi kemudian masuk kedalam

sel. Mereka dikelilingi oleh membran sitoplasma yang inverted seperti

vakuol fagositik. Terkadang penetrasi ke epitel terjadi pada

interseluler junction. Setelah penetrasi maka organisme difagosit oleh

makrofag, berkembang biak lalu dibawa oleh makrofag menuju

bagian tubuh yang lain (Karsinah dkk, 2009).

b. Atigen Permukaan

Adanya antigen Vi mungkin menyebabkan Salmonella untuk

hidup interseluler (Karsinah dkk, 2009).

c. Endotoksin

Peran pasti endotoksin yang mungkin ada dalam proses infeksi

Salmonella belum diketahui dengan jelas. Pada binatang percobaan

endotoksin Salmonella menyebabkan efek yang bervariasi dimana

terjadi demam dan syok. Sedangkan uji coba pada manusia yang

toleran terhadap endotoksin yang telah diinfeksi dengan S.typhi, maka

timbul demam dengan gejala klinik dari demam tifoid. Demam ini

disebabkan oleh endotoksin yang merangsang pelepasan zat pirogen

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/47576/3/BAB 2.pdf · Buah tanaman rosella berbentuk bulat telur memiliki ukuran 13-22 mm x 11-20 mm dimana tiap buah berisi 30-40 biji. Ukuran

18

dari sel-sel makrofag dan sel leukosit PMN. Tidak hanya itu,

endotoksin dapat mengaktivasi kemanapun kemotaktik dari system

komplemen yang menyebabkan lokalisasi sel leukosit pada lesi di

usus halus (Karsinah dkk, 2009).

d. Enterotoksin

Beberapa spesies Salmonella menghasilkan enterotoksin yang

dihasilkan oleh kuman Enterotoxigenic E.coli baik yang termolabil

maupun yang termostabil. S. typhirium, S. enteriditis menghasilkan

enterotoksin yang termolabil, toksin diduga berasal dari dinding sel

atau mebran luar. Aktivitas toksin dapat diukur dengan cara Rabbit

ileal loop dan Sucking mouse assary (Karsinah dkk, 2009).

2.2.6 Pemeriksaan Laboratorium

Bahan untuk pemeriksaan laboratorium dapat berupa darah, urin,

feses dan sumsum tulang (Brooks et al. 2013). Adapun hingga saat ini baku

emas diagnosis tifoid adalah dengan pemeriksaan biakan empedu

walaupun hanya 40%-60% kasus biakan positif, terutama pada awal

perjalanan penyakit. Biakan spesimen tinja dan urin menjadi positif setelah

akhir minggu pertama infeksi (sensivitas lebih rendah). Di negara

berkembang ketersediaan dan penggunaan antibiotik secara luas

menyebabkan sensivitas biakan darah menjadi rendah. Biakan sumsusm

tulang lebih sensitive namun sulit dikarenakan terlalu invasif (Prayitno

dkk, 2012). Adapun pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu :

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/47576/3/BAB 2.pdf · Buah tanaman rosella berbentuk bulat telur memiliki ukuran 13-22 mm x 11-20 mm dimana tiap buah berisi 30-40 biji. Ukuran

19

a. Pemeriksaan Hematologi

Pemeriksaan ini tidak spesifik untuk diagnosis demam tifoid.

Jumlah hitung leukosit yang rendah sering berhubungan dengan

demam dan toksisitas penyakit, namun kisaran jumlah leukosit bisa

lebar. Trombositopeni dapat merupakan marker penyakit berat dan

disertai dengan koagulasi intravaskuler diseminata. Pemeriksaan

fungsi hati dapat berubah, namun gangguan hati yang bermakna

jarang ditemukan.

b. Pemeriksaan Widal

Pemeriksaan widal yaitu mengukur kadar antibodi terhadap

antigen O dan H S. typhi dan sudah digunakan lebih dari 100 tahun.

Pemeriksaan Widal memiliki sensivitas dan spesifisitas yang rendah

(sensisivitas 40%, spesivisitas 91,4% dan nilai prediksi positif 80%).

Pemeriksaan ini dugunakan sebagai satu-satunya pemeriksaan

penunjang di daerah endemis tetapi dapat mengakibatkan

overdiagnosis.

c. Pemeriksaan Serologi terhadap Spesimen Darah

Terdapat pemeriksaan diagnostik baru yang saat ini tersedia

seperti Thyphoiot atau Tubex yang dilakukan untuk mendeteksi

antibodi IgM antigen spesifik O9 lipopolisakarida S. typhi. Dalam

dua dekade ini, pemeriksaan antibodi IgM dan IgG spesifik terhadap

antigen S. typhi berdasarkan enzyme-lingked immunosorbent assay

(ELISA) berkembang. Pemeriksaan ini memiliki sensivitas dan

spesifisitas hampir 100% pada pasien demam tifoid dengan biakan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/47576/3/BAB 2.pdf · Buah tanaman rosella berbentuk bulat telur memiliki ukuran 13-22 mm x 11-20 mm dimana tiap buah berisi 30-40 biji. Ukuran

20

darah positif S. typhi. Pemeriksaan antibodi IgM O9 lipolisakari S.

typhi (Tubex) dan IgM terhadap S. typhi (Typhoidot) memiliki

sensivitas dan spesivisitas 70%-80%.

Pemeriksaan serologi dapat dibaca secara visual selama 10 menit

dengan membandingkan warna akhir reaksi terhadap skala warna

dan nilai kurang dari sama dengan 6 dianggap positif kuat. Namun

interpretasi hasil serologi yang positif harus dilakukan secara hati-

hati pada kasus tifoid di daerah endemis karena IgM dapat bertahan

sampai 3 bulan, sedangkan IgG sampai 6 bulan.

d. Pemeriksaan PCR

Pemeriksaan whole blood culture PCR terhadap S. typhi

hanya membutuhkan waktu kurang dari delapan jam. Pemeriksaan

ini memiliki sensitivitas 93,58% dan spesivisitas 87,9%.

Pemeriksaan nested Polymerase Chain Reaction (PCR)

menggunakan polimer H1-d dapat digunakan untuk

mengamplifikasikan gen yang menjanjikan. Pemeriksaan nested

PCR terhadap gen flagek (fliC) dari S. typhi dapat dideteksi dari

spesimen urin 21/22 (95,5%), diikuti dari specimen darah 20/22

(90%), dan tinja 15/22 (68,1%).

e. Pemeriksaan Serologoi dari Spesimen Urin

Pemeriksaan ELISA terhadap antibodi monoklonal spesifik

antigen 9 grup D Salmonella dari spesimen urin pada satu kali

pemeriksaan memiliki sensitivitas 65%, namun pemeriksaan urin

secara serial menunujukkan sensitivitas 95%. Pemeriksaan ELISA

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/47576/3/BAB 2.pdf · Buah tanaman rosella berbentuk bulat telur memiliki ukuran 13-22 mm x 11-20 mm dimana tiap buah berisi 30-40 biji. Ukuran

21

menggunakan antibody monoklonal terhadap antigen 9 somatik

(O9), antigen di flagella (d-H), dan antigen virulensi kapsul (Vi)

pada spesimen urin memiliki sensitivitas tertinggi pada akhir

minggu pertama, yaitu terhadap ketiga atigen Vi terdeteksi 9 kasus

(100%), O9 pada 4 kasus (44%) dan d-H pada 4 kasus (44%).

Spesivisitas untuk Vi lebih dari 90% sehingga deteksi antigen Vi

pada urin menjanjikan untuk menunjang diagnosis demam tifoid

(terutama dalam minggu pertama sejak timbulnya demam).

f. Pemeriksaan antibody IgA dari specimen saliva

Pemeriksaan diagnostik yang mendeteksi antibodi IgA dari

lipopolisakarida S. typhi dari spesimen saliva memberikan hasil

positif pada 33/37 (87,2%) kasus demam tifoid. Pemeriksaan ELISA

ini menunjukkan sensitivitas 71,4%, 100%, 100%, 9,1% dan 0%

pada minggu pertama, kedua, ketiga, keempat dan kelima perjalanan

penyakit tifoid (Prayitno dkk, 2012).

2.2.7 Pengobatan

Sampai saat ini, pengobatan demam tifoid masih menganut trilogy

penatalaksanaan, yaitu:

a. Istirahat dan Perawatan

Tirah baring dan perawatan professional bertujuan untuk mencegah

komplikasi. Tirah baring dengan perawatan sepenuhnya di tempat

seperti makan, minum, mandi, buang air kecil dan buang air besar

bertujuan untuk mempercepat masa penyembuhan. Dalam perawatan

sangat perlu untuk dijaga kebersihan tempat tidur, pakaian dan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/47576/3/BAB 2.pdf · Buah tanaman rosella berbentuk bulat telur memiliki ukuran 13-22 mm x 11-20 mm dimana tiap buah berisi 30-40 biji. Ukuran

22

perlengkapan yang dipakai. Posisi pasien perlu diawasi untuk

mencegah dekubitus dan pneumonia ortostatik serta higiene perorangan

tetap perlu diperhatikan dan dijaga.

b. Diet dan Terapi Penunjang

Diet merupakan hal yang cukup penting dalam proses penyembuhan

penyakit demam tifoid. Hal itu dikarenakan makanan yang kurang akan

menurunkan keadaan umum dan gizi penderita sehingga proses

penyembuhan akan semakin lama. Di masa lampau penderita demam

tifoid diberi bubur saring, kemudian ditingkatkan menjadi bubur kasar

dan akhirnya diberikan nasi dimana perubahan diet tersebut disesuaikan

dengan tingkat kesembuhan pasien. Pemberian bubur saring untuk

pasien ditujukan untuk menghindari komplikasi perdarahan saluran

cerna atau perforasi usus. Akan tetapi, beberapa peneliti menunjukkan

bahwa pemberian makanan padat dini yaitu nasi dengan lauk pauk

rendah selulosa aman utnuk diberikan pada pasien demam tifoid.

Pemberian vitamin dan mineral yang cukup juga dapat dilakukan untuk

mendukung keadaan umum pasien.

c. Pemberian Antimikroba

Obat-obat antimikroba yang sering digunakan untuk mengobati

demam tifoid adalah kloramfenikol, kotrimoksazol, tiamfenikol,

ampisilin dan amoksisilin, sefalosporin gerenerasi ketiga, dan golongan

fluorokuinolon (Widodo, 2014). Menurut WHO tahun 2011 DOC

(Drug of Choice) untuk pengobatan infeksi S. typhi yaitu Siprofloksasin

dan Kloramfenikol sebagai alternatif (WHO, 2011). Tetapi, S. typhi

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/47576/3/BAB 2.pdf · Buah tanaman rosella berbentuk bulat telur memiliki ukuran 13-22 mm x 11-20 mm dimana tiap buah berisi 30-40 biji. Ukuran

23

sudah banyak mengalami resistensi. Adapun Kloramfenikol,

Amoksisilin, dan Danampisilin mengalami resistensi terhadap bakteri

S. typhi (Hartoyo, 2006; Silvan, 2012). Penggunaan antibiotik

Kloramfenikol, Amoksisilin dan Seftrikson untuk pengobatan infeksi S.

typhi telah terjadi resistensi di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

(Suswati, 2011).

Tabel 2.4. Terapi Antimikroba untuk S. typhi

Optimal Therapy

Susceptibility Antibiotic Daily dose

(mg/kg)

Days

Fully sensitive Ciprofloxacin 15 5-7

MDR (Multi Drug Resistant) As above or

Cefixime

15

15 – 20

7 - 14

7 - 14

Quinolone resistance Azythromycin

Rocephin

8 – 10

75

7

10 - 14

Alternative Effective Drugs

Susceptibility

Fully sensitive Chloramphenicol

Amoxycilin

Cotrimoxazole

50 -75

75 – 100

8 - 40

14 – 21

14

14

MDR (Multi Drug Resistant) Azythromycin

Cefixime

8 – 10

15 - 20

7

7 - 14

Quinolone resistance Cefixime 20 7 - 14

(WHO, 2011)

DOC (Drug of Choice) untuk infeksi S. typhi yaitu Siprofloksasin.

Adapun alternatif pengobatan untuk infeksi S. typhi yaitu

Kloramfenikol. Apabila terjadi MDR (Multi Drug Resistant) maka bisa

menggunakan Sefiksim. Untuk pasien yang resisten terhadap golongan

Kuinolon maka pengobatan yang diberikan yaitu Azitromisin (WHO,

2011). Kloramfenikol merupakan antibiotik yang bekerja dengan cara

mengambat sintesis protein bakteri. Obat ini berikatan pada ribosom

subunit 50s dan juga menghambat enzim peptidil-transferase sehingga

tidak terbentuk ikatan peptide pada proses sintesis protein (Gunawan,

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/47576/3/BAB 2.pdf · Buah tanaman rosella berbentuk bulat telur memiliki ukuran 13-22 mm x 11-20 mm dimana tiap buah berisi 30-40 biji. Ukuran

24

2017). Siprofloksasin merupakan antibakteri golongan fluorokuinolon.

Obat ini bekerja dengan cara menghambat DNA gyrase dan

topoisomerase IV yang dibutuhkan bakteri untuk replikasi DNA

(Katzung, 2014). Obat ini cepat diabsorbsi di saluran pencernaan dan

kadar serum puncaknya yaitu sekitar 1-3 jam setelah pemberian oral.

Adapun waktu paruh siprofloksasin yaitu 3-5 jam. Adapun efek

samping penggunaan siprofloksasin yaitu mual, muntah, halusinasi,

kejang, delirium dan lain-lain (Gunawan, 2017).

Kloramfenikol dapat diabsorbsi dengan cepat di saluran pencernaan

kemudian didistribusikan ke seluruh tubuh. Kloramfenikol yang

diberikan secara oral diekskresi melalui ginjal (Katzung, 2014). Efek

samping penggunaan kloramfenikol yaitu mual, muntah, diare, anemia

aplastik (pada pemberian parenteral) serta sindrom grey pada neonates

(Gunawan, 2017).

2.3. Antimikroba

Antimikroba adalah obat yang dapat membasmi mikroba yang dapat

merugikan manusia. Antibiotik adalah zat yang dihalsilkan oleh suatu mikroba,

terutama fungi, yang dapat menghambat atau membunuh mikroba jenis lain.

Antibiotik harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin. Obat

tersebut harus bersifat sangat toksik terhadap mikroba tetapi tidak toksik

terhadap hospes (Gunawan, 2017).

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/47576/3/BAB 2.pdf · Buah tanaman rosella berbentuk bulat telur memiliki ukuran 13-22 mm x 11-20 mm dimana tiap buah berisi 30-40 biji. Ukuran

25

2.3.1. Aktivitas Antimikroba

Antimikroba dibedakan berdasarkan sifat toksisitas selektif yaitu

bakteriostatik (antimikroba yang bersifat menghambat pertumbuhan mikroba)

dan bakterisid (antimikroba yang bersifat membunuh mikroba).

Kadar hambat Minimal (KHM) adalah Kadar minimal yang diperlukan

untuk menghambat pertumbuhan mikroba. KBM (Kadar Bunuh Minimal)

merupakan kadar minimal yang diperlukan untuk membunuh mikroba.

Aktivitas antimikroba tertentu dapat meningkat dari bakteristatik menjadi

bakterisid bila kadar antimikroba ditingkatkan melebihi KHM.

2.3.2. Mekanisme Kerja

a. Menghambat metabolisme sel mikroba

Mikroba membutuhkan asam folat untuk kelangsungan hidupnya.

Adapun asam folat tersebut disintesa sendiri dari asam amino benzoate

(PABA). Apabila antimikroba menang bersaing dengan PABA dalam

pembentukan asam folat, maka analog asam folat nonfungsional

terbentuk sehingga kelagsungan hidup mikroba akan terganggu.

b. Menghambat sintesa dinding sel mikroba

Dinding sel bakteri terdiri dari peptidoglikan yaitu suatu koplek

polimer mukopeptida (glikopeptida). Sikloserin menghambat reaksi

yang paling dini dalam proses pembenukan dinding sel kemudian

diikuti oleh basitasin, vakomisin, penisilin dan sefalosporin, yang

menghambat reaksi akhir (transpeptidasi). Tekanan osmotik dalam sel

kuman lebih tinggi dari tekanan luar selsehingga kerusakan dinding sel

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/47576/3/BAB 2.pdf · Buah tanaman rosella berbentuk bulat telur memiliki ukuran 13-22 mm x 11-20 mm dimana tiap buah berisi 30-40 biji. Ukuran

26

kuman akan menyebabkan kuman lisis. Hal ini menjadi dasar terjadinya

efek bakterisidal pada kuman yang peka.

c. Mengganggu keutuhan membran sel mikroba

Membran sel pada mikroba memiliki fungsi-fungsi penting yaitu

: berperan sebagai barrier permeabilitas selektif, membawa fungsi

transpor aktif dan mengontrol komposisi internal sel (Brooks et al.,

2001). Antimikroba yang mengubah tegangan permukaan (surface-

active agent), dapat merusak permeabilitas selektif pada membran sel

mikroba. Kerusakan membrane sel menyebabkan keluarnya berbagai

komponen penting dari dalam sel mikroba yaitu protein, asam nukleat,

nukleotida, dll (Farmakologi FK UI, 2007).

d. Menghambat sintesa protein sel mikroba

Sintesa protein berlangsung di ribosom, dengan bantuan mRNA

dan tRNA. Pada bakteri, ribosom terdiri atas 2 sub unit, yaitu 3OS dan

5OS yang berdasarkan konstanta sedimentasi. Kedua komponen ini

akan bersatu pada pangkal rantai mRNA menjadi ribosom 7OS untuk

berfungsi pada sintesa protein (Farmakologi FK UI, 2007).

Antimikroba berikatan dengan komponen ribosom 3OS dan 5OS

sehingga kode pada mRNA salah dibaca oleh tRNA dan translokasi

kompleks tRNA-peptida terhambat, akibatnya akan terbentuk protein

yang abnormal dan nonfungsional. Antimikroba yang termasuk

golongan ini yaitu kloramfenikol, eritromisin, linkomisin, tetrasiklin

dan aminoglikosida (Brooks et al., 2001).

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/47576/3/BAB 2.pdf · Buah tanaman rosella berbentuk bulat telur memiliki ukuran 13-22 mm x 11-20 mm dimana tiap buah berisi 30-40 biji. Ukuran

27

e. Menghambat sintesa asam nukleat sel mikroba

Antimikroba golongan ini bekerja dengan cara menghambat

sintesis mRNA pada proses transkripsi atau menghambat proses

replikasi DNA pada proses pembelahan sel. Antimikroba golongan ini

adalah rifampisin dan kuinolon (Dzen dkk, 2003).

2.3.3. Resistensi

Resistensi bakteri terhadap obat antimikroba disebabkan oleh

beberapa mekanisme antara lain : obat tidak dapat mencapai tempat

kerjanya di dalam sel mikroba, inaktivasi obat dan mikroba mengubah

tempat ikatan (binding-site) (Farmakologi FK UI, 2007).

2.3.4. Daya Hambat Antimikroba

Daya hambat antimikroba merupakan kemampuan suatu antibiotik

dalam menghambat pertumbuhan kuman. Adanya daya hambat ditunjukkan

dengan terbentuknya zona hambat. Zona hambat merupakan daerah bening

(clear zone) yang terbentuk dari respon kuman akibat pemberian suatu

antibiotik tertentu (Karen, 2013). Adapun beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi terbentuknya zona hambat pada bakteri antara lain :

kepekaan pertumbuhan, reaksi antara bahan aktif dengan medium dan suhu

inkubasi, pH lingkungan, komponen media, kerapatan koloni, waktu

inkubasi dan aktivitas metabolik mikroorganisme. Faktor lain yang

mempengaruhi besar kecilnya luas zona bening adalah jumlah kandungan

zat aktif yang terdapat dalam larutan tersebut (Dali 2011). Berdasarkan

standart, diameter zona hambat dapat menunjukkan tingkat sensitivitas

suatu antibiotik terhadap bakteri termasuk dalam sensitif, intermediet atau

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/47576/3/BAB 2.pdf · Buah tanaman rosella berbentuk bulat telur memiliki ukuran 13-22 mm x 11-20 mm dimana tiap buah berisi 30-40 biji. Ukuran

28

resisten. Dengan kata lain, zona hambat dapat membedakan suatu bakteri

sensitif atau resiten terhadap pemberian antibitotik (Keith, 2017).

Sensitivitas bakteri pada dasarnya merupakan kemampuan alamiah

bakteri dalam bertahan hidup (Ryan & Ray, 2004). Perbedaan sensitivitas

terhadap pemberian antibiotik masing-masing daerah mempunyai pola

kepekaan yang berbeda dan bervariasi pada waktu dan tempat yang berbeda.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sensitivitas dapat disebabkan

overuse dan missuse antibiotik oleh para dokter, penggunaan bebas

antibiotik oleh masyarakat, pengobatan yang lama dengan dosis yang

rendah (Dzen, 2004).

Adapun beberapa uji yang dapat dilakukan untuk megetahui daya

hambat antimikroba secara in vitro yaitu :

a. Metode Dilusi Tabung

Metode dilusi tabung digunakan untuk menentukan KHM (Kadar

Hambat Minimal) dan KBM (Kadar Bunuh Minimal) dari obat

antimikroba (Dzen dkk, 2003). Metode ini menggunakan antimikroba

dengan kadar berbeda yang menurun secara bertahap, baik dengan media

cair maupun padat (Brooks et al., 2001).

Metode dilusi dengan menggunakan media cair menggunakan satu

seri tabung reaksi yang diisi media cair dan sejumlah tertentu sel mikroba

yang diuji. Masing-masing tabung kemudian diisi dengan obat yang telah

diencerkan secara serial. Selanjutnya, seri tabung diikubasi pada suhu 37º

C selama 18-24 jam lalu diamati terjadinya kekeruhan pada tabung.

Konsentrasi terendah obat pada tabung yang ditunjukkan dengan hasil

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/47576/3/BAB 2.pdf · Buah tanaman rosella berbentuk bulat telur memiliki ukuran 13-22 mm x 11-20 mm dimana tiap buah berisi 30-40 biji. Ukuran

29

biakan yang mulai tampak jernih (tidak ada pertumbuhan mikroba)

adalah KHM dari obat. Selanjutnya biakan dari semua tabung yang jernih

diinokulasikan pada media agar padat, diinkubasikan dan diamati ada

tidaknya koloni mikroba yang tumbuh pada keesokan harinya.

Konsentrasi terendah obat pada biakan padat yang ditunjukkan dengan

tidak adanya pertumbuhan koloni mikroba adalah KBM dari obat

terhadap bakteri uji (Dzen dkk, 2003).

b. Metode Difusi

Metode yang paling sering digunakan adalah metode difusi agar

(Brooks et al, 2001). Prinsip dari metode difusi agar/cakram adalah obat

dijenuhkan ke dalam kertas saring (cakram kertas) yang kemudian

ditanam pada media perbenihan agar padat yang telah dicampur dengan

mikroba uji, kemudian diinkubasi pada suhu 37℃ selama 18-24 jam.

Selanjutnya diamati adanya area (zona) jernih disekitar cakram kertas

yang menunjukkan tidak adanya pertumbuhan mikroba (Dzen dkk,

2003).

Untuk mengevaluasi hasil uji difusi cakram dapat dilakukan dua

cara, yaitu :

Cara Kirby Bauer, yaitu dengan cara membandingkan diameter dari

area jernih (zona hambat) disekitar cakram dengan tabel standar yang

dibuat oleh NCCLS (National Committee for Clinical Laboratory

Standard) untuk mengetahui kriteria sensitif, sensitif intermediet, dan

resisten. Metode ini tidak dapat dilakukan untuk antibakteri yang

belum tercantum standar zona hambatnya dalam tabel NCCLS.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/47576/3/BAB 2.pdf · Buah tanaman rosella berbentuk bulat telur memiliki ukuran 13-22 mm x 11-20 mm dimana tiap buah berisi 30-40 biji. Ukuran

30

Berikut merupakan tabel strandart interpretasi antibiotik pada bakteri

S. typhi :

Tabel 2.5. Standart Interpretasi Diameter Zona Hambat S. typhi

No.

Grup Antibiotik

Antibiotik

Isi

disk

(µg)

Standar Interpretasi

hasil diameter zona

hambat (mm)

S I R

1. Β-Laktam Ampisilin 10 ≥17 14-16 ≤13

2. Sefalosporin Sefalotin 30 ≥18 15-17 ≤14

3. Aminoglikosida Gentamisin 10 ≥15 13-14 ≤12

Streptomisin 10 ≥15 12-14 ≤11

4. Fluoroquinolon Siprofloksasin 5 ≥31 21-30 ≤20

Enrofloksasin 5 ≥23 17-22 ≤16

Asam

Nalidiksat

30 ≥19 14-18 ≤13

5. Makrolida Eritromisin 15 ≥23 14-22 ≤13

6. Fenikol Kloramfenikol 30 ≥18 13-17 ≤12

7. Potentiated

sulfonamid

Trimetropin

sulfametoksaz

ol

1,25/

23,75

≥16 11-15 ≤10

8. Tetrasiklin Tetrasiklin 30 ≥19 15-18 ≤14

S = Sensitif, I = Intermediet, R = Resisten

Sumber : NCCLS, 2004

Adapun dikatakan Sensitif (S) menunjukkan bahwa antibiotik

tersebut memiliki daya hambat yang lebih besar dari kriteria yang

seharusnya, intermediet (I) berada pada rentang minimum terendah

hingga mencapai sensitif, dan resisten (R) menunjukkan daya hambat

yang terbentuk berada jauh dibawah kriteria yang telah ditentukan

(Dzen dkk, 2003).

Cara Joan-Stokes, yaitu dengan cara membandingkan radius zona

hambatan yang terjadi antara bakteri kontrol yang sudah diketahui

kepekaanya terhadap obat tersebut dengan isolat bakteri yang diuji

(Dzen dkk, 2003).

Metode difusi agar dipengaruhi oleh beberapa faktor fisik dan

kimia, selain faktor antara obat dan organisme (misalnya sifat medium

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/47576/3/BAB 2.pdf · Buah tanaman rosella berbentuk bulat telur memiliki ukuran 13-22 mm x 11-20 mm dimana tiap buah berisi 30-40 biji. Ukuran

31

dan kemampuan difusi, ukuran molekular, dan stabilitas obat).

Meskipun demikian, standardisasi faktor tersebut memungkinkan

melakukan uji kepekaan yang baik (Brooks et al., 2001).