bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 hakikat...

23
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar Menurut Slameto, (2010: 2) belajar ialah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Menurut R. Gagne (dalam Susanto, 2013: 1) Belajar didefinisikan “sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”. Gagne juga memaknai belajar sebagai suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasan dan tingkah laku. Sedangkan menurut Winkel (dalam Susanto 2013: 4) belajar adalah “ suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang dengan lingkungan dan menghasilkan perubahan- perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap yang relatif konstan dan berbekas”.Menurut Susanto, 2013: 4 belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perilaku yang relatif tetap baik dalam berfikir, merasa maupun bertindak”. Setiap orang dapat dikatakan belajar apabila terjadi perubahan sebelum orang itu belajar dan sesudah belajar. Perubahan ini terjadi sebagai akibat dari adanya aktivitas atau kegiatan yang menghasilkan pengalaman. Dari beberapa pendapat tentang pengertian belajar dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku, pengetahuan, pemahaman,keterampilan, dan nilai sikap sebagai latihan dalam interaksi dengan lingkungan.

Upload: vuthu

Post on 23-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16408/2/T1_292011152_BAB II...hasil belajar merupakan uraian untuk menjawab pertanyaan

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hakikat Belajar

Menurut Slameto, (2010: 2) belajar ialah “suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya”. Menurut R. Gagne (dalam Susanto, 2013:

1) Belajar didefinisikan “sebagai suatu proses dimana suatu organisme

berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”. Gagne juga memaknai

belajar sebagai suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam

pengetahuan, ketrampilan, kebiasan dan tingkah laku.

Sedangkan menurut Winkel (dalam Susanto 2013: 4) belajar

adalah “ suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif

antara seseorang dengan lingkungan dan menghasilkan perubahan-

perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap

yang relatif konstan dan berbekas”.Menurut Susanto, 2013: 4 belajar adalah

“suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan

sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman atau pengetahuan baru

sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perilaku yang relatif tetap

baik dalam berfikir, merasa maupun bertindak”.

Setiap orang dapat dikatakan belajar apabila terjadi perubahan

sebelum orang itu belajar dan sesudah belajar. Perubahan ini terjadi sebagai

akibat dari adanya aktivitas atau kegiatan yang menghasilkan pengalaman.

Dari beberapa pendapat tentang pengertian belajar dapat disimpulkan

bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku, pengetahuan,

pemahaman,keterampilan, dan nilai sikap sebagai latihan dalam interaksi

dengan lingkungan.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16408/2/T1_292011152_BAB II...hasil belajar merupakan uraian untuk menjawab pertanyaan

8

2.1.2. Hasil Belajar

2.1.2.1 Hakikat Hasil Belajar

Menurut Furchan (2005:39) hasil belajar merupakan uraian untuk

menjawab pertanyaan “apa yang harus digali, dipahami, dan dikerjakan

siswa”. Hasil belajar ini merefleksikan keluasan, kedalaman, dan

kompleksitas (secara berdegradasi) dan digambarkan secara jelas serta

dapat diukur dengan teknik-teknik tertentu. Perbedaan antara kompetensi

dan hasil belajar terdapat pada batasan dan patokan-patokan kinerja siswa

yang dapat diukur.

Rusman (2012:123) mengatakan bahwa hasil belajar adalah sejumlah

pengalaman yang diperoleh siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif,

dan psikomotorik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:486), hasil

belajar adalah sesuatu yang diadakan, diciptakan, dibuat, dijadikan dengan

usaha pikiran.

Hasil belajar menurut Mulyasa (2008:212) merupakan prestasi

belajar peserta didik secara keseluruhan yang menjadi indicator kompetensi

dasar dan derajat perubahan perilaku yang berlangsung. Hasil belajar

merupakan prestasi peserta didik secara keseluruhan yang mencapai

indicator kompetensi dasar yang ada perubahan perilaku secara langsung.

Menurut Susanto, (2013: 5) Hasil Belajar yaitu “perubahan-

perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek

kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil kegiatan belajar”.Sedangkan

menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 3) hasil belajar adalah:

“hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru.

Hasil belajar dari sisi siswa merupakan tingkat perkembangan mental

yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.Sisi guru

adalah bagaimana guru bisa menyampaikan pembelajaran dengan baik

dan siswa bisa menerimanya”.

Hasil belajar merupakan dampak dari adanya proses belajar dan

pembelajaran. Selama proses belajar dan pembelajaran dapat terjadi

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16408/2/T1_292011152_BAB II...hasil belajar merupakan uraian untuk menjawab pertanyaan

9

perubahan pada siswa sebelum mengikuti pembelajaran dan sesudah

mengikuti proses belajar. Hasil belajar menyangkut aspek kognitif atau

pengetahuan siswa yang mana berhubungan dengan pemahaman siswa

terhadap materi pelajaran, afektif berupa sikap siswa yang menunjukkan

perubahan ke arah positif setelah mengikuti pelajaran dan psikomotor

siswa berupa tindakan aktif siswa selama mengikuti proses pembelajaran.

Hasil belajar siswa yang optimal dapat juga menandakan

keberhasilan guru dalam menyampaikan pembelajaran, siswa dapat

menerima pelajaran dengan baik dan mendapat hasil yang memuaskan.

Menurut Bloom dalam Sudjana (2011: 22-31) mengemukakan

secara garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu:

1) Ranah kognitif

RanahKognitifberkenaan dengan hasil belajar intelektual yang

terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan,

pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek

pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek

berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

2) Ranah afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri

dari lima aspek. Kelima aspek dimulai dari tingkat dasar atau

sederhana sampai tingkat yang kompleks sebagai berikut:

a) Reciving/ attending (penerimaan)

b) Responding (jawaban)

c) Valuing (penilaian)

d) Organisasi

e) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai

3) Ranah psikomotoris

Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan

(skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan

keterampilan, yakni:

a) Gerakan refleks yaitu keterampilan pada gerakan yang

tidak sadar. Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16408/2/T1_292011152_BAB II...hasil belajar merupakan uraian untuk menjawab pertanyaan

10

b) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya

membedakan visual, membedakan auditif, motoris dan

lain-lain.

c) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan,

keharmonisan dan ketepatan.

d) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana

sampai pada keterampilan yang kompleks.

e) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-

decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.

Faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Munadi(dalam

Rusman 2012:124) adalahsebagai berikut :

a. Faktor internal

1. Faktor fisiologis

Faktor fisiologis meliputi kondisi kesehatan yang prima, tidak dalam

keadaan lelah dan capek,tidak dalam keadaancacat, jasmani dan

sebagainya.

2. Faktor psikologis

Setiap individu dalam hal ini siswa pada dasarnya memiliki kondisi

psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini mempengaruhi hasil

belajarnya. Beberapa faktor psikologis meliputi intelegensi (IQ),

perhatian, minat, bakat, motif, motivasi kognitif, dan daya nalar siswa.

b. Faktor Eksternal

1. Faktor lingkungan.

Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan sosial, lingkungan

alam.

2. Faktor instrumental

3. Faktor-faktor instrumen adalah yang keberadaan dan penggunaanya

dirancang sesuaihasil belajar yang diharapkan.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16408/2/T1_292011152_BAB II...hasil belajar merupakan uraian untuk menjawab pertanyaan

11

Sedangkan Clark dalam Sudjana (2011:39) berpendapat bahwa hasil

belajar peserta didik disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan dan 30%

dipengaruhi oleh lingkungan.Faktor dari luar diri (ekstrinsik) peserta didik

yang turut mempengaruhi keberhasilan antara lain adalah: kurikulum, materi

ajar, perkaidahan pembelajaran (proses pembelajran, strategi, pendekatan,

metode, media, evaluasi) serta kualitas guru dan lingkungan pembelajaran.

Cara untuk mengukur hasil belajar adalah dengan melakukan

evaluasi hasil belajar. Menurut Hamalik (2011: 159) evaluasi hasil belajar

adalah “keseluruhan kegiatan pengukuran pengumpulan dan informasi,

pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang

tingkat hasil belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan”. Tujuan evaluasi belajar adalah :

a. Memberikan informasi tentang kemajuan siswa dalam upaya

mencapai tujuan-tujuan belajar melalui berbagai kegiatan.

b. Memberikan informasi yang dapat digunakan untuk membina

kegiatan-kegiatan belajar siswa lanjut, baik keseluruhan kelas

maupun masing-masing individu.

c. Untuk mengetahui kemampuan siswa, menetapkan kesulitan-

kesulitannya dan menyarankan kegiatan-kegiatan remedial

(perbaikan)

d. Untuk mendorong motivasi belajar siswa dengan cara mengenal

kemajuannya sendiri dan merangsangnya untuk melakukan

upaya perbaikan

e. Memberikan informasi tentang semua aspek tingkah laku siswa,

sehingga guru dapat membantu perkembangnya menjadi warga

masyarakat dan pribadi yang berkualitas

f. Untuk membimbing siswa memilih sekolah, atau jabatan yang

sesuai dengan kecakapan, minat dan bakat.

Menurut aliran psikologi kognitif memandang hasil belajar adalah

mengembangkan berbagai strategi untuk mencatat dan memperoleh

informasi, siswa harus aktif menemukan informasi-informasi tersebut dan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16408/2/T1_292011152_BAB II...hasil belajar merupakan uraian untuk menjawab pertanyaan

12

guru menjadi partner siswa dalam proses penemuan berbagai informasi dan

makna-makna dari informasi yang diperolehnya dalam pelajaran yang

dibahas dan dikaji bersama.

Menurut Hamalik (2011: 163 ) prosedur yang dilakukan dalam

mengukur hasil belajar adalah sebagai berikut :

a. Persiapan

Pada tahap ini, guru menyusun kisi-kisi. Melalui instrumen

evaluasi yang direvisi terus sesuai dengan kebutuhan proses

belajar mengajar. Menurut Purwanto (2010:57) instrument adalah

alat ukur yang digunakan untuk mengukur dalam rangka

pengumpulan data. Dalam penyusunan kisi-kisi yang dilakukan

adalah :

Menetapakan ruang lingkup materi pelajaran yang akan

diuji berdasarkan pokok bahasan.

Merumuskan tujuan pengajaran khusus sesuai dengan

tujuan pembelajaran

Menetapkan jumlah butir soal berdasarkan tujuan/ranah,

yang disusun dan tersebar secara proposional

Mengidentifikasi bentuk-bentuk soal berupa tes obyektif

atau bentuk esai

Menetapkan proporsi tingkat kesulitan butir-butir soal

yang mencakup keseluruhan perangkat instrumen

penelitian.

b. Penyusunan alat ukur dibagi menjadi dua jenis yaitu penilaian

dengan tes dan non tes. Menurut Purwanto (2010:56) tes

merupakan alat ukur pengumpulan data yang mendorong peserta

memberikan penampilan maksimal. Sedangkan non tes

merupakan alat ukur yang mendorong peserta untuk melaporkan

keadaan dirinya dengan respon yang jujur sesuai dengan pikiran

dan perasaan.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16408/2/T1_292011152_BAB II...hasil belajar merupakan uraian untuk menjawab pertanyaan

13

c. Pelaksanaan pengukuran yaitu, dirancang dengan model desain

evaluasi yang mencakup evaluasi sumantif, evaluasi formatif,

evaluasi reflektif dan kombinasi ketiga model. Di dalam

penelitian, inti evaluasi yang digunakan adalah evaluasi formatif

yaitu suatu bentuk pelaksanaan evaluasi yang dilakukan selama

berlangsungnya program dan kegiatan pembelajaran. Evaluasi ini

bertujuan untuk memperoleh informasi balikan terhadap proses

belajar mengajar. Pelaksanaan evaluasi ini berfungsi untuk

perbaikan, yang dilakukan dengan metode pengajaran remedial.

2.1.3 Kepemimpinan Belajar

2.1.3.1 Hakikat Kepemimpinan Belajar

Menurut Shartle pemimpin adalah seseorang yang mempunyai

pengaruh terhadap orang lain, yang mempunyai lebih banyak pengaruh

positif terhadap orang lain, daripada anggota-anggota lain dalam suatu

organisai, yang dipilih dalam kelompok, seseorang yang paling banyak

berpengaruh dalam menentukan dan mencapai tujuan kelompok atau

organisasi.

Kepemimpinan menurut Dubin sebagaimana telah dikutip oleh

Fieldler dan sMartin M.Chemers, 1974 dalam bukunya “ Leadership and

Effective Management by Scott, Foresman and Company, Glenview, Illionis

“ adalah aktivitas para pemegang kekuasaan dan membuat keputusan. Sedangkan

menurut Stogdill, kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi aktivitas

kelompok dalam rangka perumusan dan pencapaian tujuan.

Pemimpin adalah seseorang yang mampu mempengaruhi orang lain

untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang diinginkan.

Kepemimpinan adalah suatu proses dalam mempengaruhi orang lain agar

mau atau tidak mau melakukan sesuatu yang diinginkan dalam rangka

perumusan dan pencapaian tujuan., Gaya kepimpinan sering mempengaruhi

berhasil tidaknya suatu kegiatan. Gaya kepimpinan adalah pola sikap dan

perilaku yang ditampilkan dalam proses mempengaruhi orang lain. Beberapa

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16408/2/T1_292011152_BAB II...hasil belajar merupakan uraian untuk menjawab pertanyaan

14

macam gaya kepimpinan (a) gaya kepimpinan memberitahu (telling), (b)

gaya kepimpinan berkonsultasi (consulting), (c) gaya berpartisipasi

(participating), (d) gaya kepimpinan mendelegasikan (delegating).

Stodgill dalam bukunya Personal Fictors Associated with Leadership

yang dikutip oleh A. Lee dalam bukunya Management Theories and

Prescription, menyatakan bahwa pemimpin harus memiliki kelebihan yaitu

1. Kapasitas kecerdasan

2. Prestasi/achievement

3. Tanggung jawab, mandiri, inisiatif, percaya diri

4. Partisipatif

5. Status

Menurut Winardi, S.E. sejumlah sifat yang diperlukan sebagai

seorang pemimpin adalah

1. Keaneka macam kemampuan

2. Menunjukan prestasi sendiri, “ingin ber-arti” di dunia

3. Inisiatif

4. Materialisme pada tingkat tertentu

5. Rangsangan ekspansif

6. Kemampuan untuk meneruskan sesuatu

7. Percaya diri sendiri

8. Kritik terhadap diri sendiri

9. Tanggung jawab dan identifikasi

10. Keteraturan dan luwes

Teori-teori yang menjadi dasar kemimpinan diantaranya adalah teori

“Big Bang”, berpandangan bahwa peristiwa besar membuat seseorang

menjadi pemimpin, yang sebenarnya adalah manusia biasa.Teori Genetik

(heredity theory) menyatakan bahwa pemimpin lahir karena mewarisi bakat

yang diturunkan oleh orang tua dan atau leluhur. Teori Sosial, mengatakan

bahwa pemimpin bukan diwariskan tetapi diciptakan (the leader is made),

pemimpin bukan warisan tetapi dibentuk.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16408/2/T1_292011152_BAB II...hasil belajar merupakan uraian untuk menjawab pertanyaan

15

Sedangkan Teori Ekologi menyatakan bahwa pemimpin diciptakan

oleh lingkungan, serta Robert House yang mengemukakan Teori “Jalan-

Tujuan” (Path-Goal Theory) menyatakan efektifitas seorang pemimpin

didasarkan didasarkan atas kemampuannya didalam menimbulkan kepuasan

dan motivasi para anggota kelompok dengan menggunakan rancangan

insentif untuk ganjaran dan hukuman bagi mereka yang gagal dalam

mencapai tujuan kelompok. Teori Kepemimpinan Transformasional

(Transformational Leadership) pemimpin membimbing atau memotivasi

pengikutnya kearah tujuan yang telah ditentukan dengan cara menjelaskan

ketentuan-ketentuan tentang peran dan tugas.

Teori tentang analisis kepemimpinan berdasarkan ciri dalam Bahasa

Inggris dikenal dengan “Traits Theory”memberi petunjuk bahwa ciri-ciri

pemimpin yang ideal adalah

a. Pengetahuan umum yang luas

b. Kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang

c. Sifat inskuisitif

d. Kemampuan analitik

e. Daya ingat yang kuat

f. Kapasitas integrative

g. Ketrampilan berkomunikasi secara efektif

h. Ketrampilan mendidik

i. Rasionalitas

j. Objektivitas

k. Pragmatism

l. Kemampuan menentukan skala prioritas

m. Kemampuan membedakan yang urgen dan yang penting

n. Rasa tepat waktu

o. Rasa kohesi yang tinggi

p. Naluri relevansi

q. Keteladanan

r. Kesedian menjadi pendengar yang baik

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16408/2/T1_292011152_BAB II...hasil belajar merupakan uraian untuk menjawab pertanyaan

16

s. Adaptabilitas

t. Ketegasan

u. Keberanian

v. Orientasi masa depan

w. Sikap yang antisipatif

Aspek-aspek sikap kepemimpinan meliputi 4 hal yaitu :

1. Membimbing

Meminta semua anggota kelompok terlibat langsung dalam

mengerjakan tugas.

2. Motivasi

Sangat semangat dalam memberikan penjelasan kepada

anggota kelompok.

3. Tolerasi

Meminta seluruh anggota kelompok untuk membantu teman

lain yang sedang mengalami kesulitan.

4. Kerjasama

Meminta anggota kelompoknya untuk belajar bersama dengan

kelompok lain.

Pemimpin dan kepemimpinan yang dimaksud dalam penelitian ini

yaitu : Pemimpin adalah seorang yang mewarisi bakat yang diturunkan dari

orangtua, dibentuk dari lingkungan dan muncul pada peristiwa besar.

Kepemimpinan adalah suatu aktivitas membimbing dan memotivasi untuk

menimbulkan kepuasan kelompok dalam rangka perumusan dan pencapaian

tujuan.

2.1.3.2 Keterlibatan Murid dalam Kepemimpinan Belajar

Dengan mempertimbangkan karakteristik peserta didik guru dapat

melibatkan siswa secara langsung pada proses pembelajaran. Dengan

memperhatikan faktor yang dimiliki siswa selama proses pembelajaran yang

sudah berlangsung misalnya perolehan hasil belajar yang tinggi, daya nalar

yang tinggi, daya ingat yang baik dan aktif dalam pembelajaran

dibandingkan dengan teman yang lain. Sehingga siswa yang memiliki

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16408/2/T1_292011152_BAB II...hasil belajar merupakan uraian untuk menjawab pertanyaan

17

kemampuan lebih, dapat menjadi pemimpin dalam suatu kelompok kecil

maupun kelompok besar dapat juga menjadi tutor dalam proses

pembelajaran. Dengan melibatkan siswa dalam proses pembelajar akan

menumbuh sikap kepemimpinan yang baik dan mengurangi dampak negatif

bagi siswa yang memiliki kelebihan atau keistimewaan yaitu kesombongan.

2.1.4 Pembelajaran Matematika SD

2.1.4.1 Hakikat Matematika

Menurut Andi Hakim Nasution(dalam Karso dkk, 2011:1.39) Istilah

matematika berasal dari bahasa yunani “mathein atau manthenein” artinya

mempelajari,namun diduga kata itu ada hubungannya dengan bahasa

sansekerta “medha” atau “widya” yang artinya “kepandaian”, “ketahuan”,

atau “intelegensi”.

Matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-

sifat atau teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang

tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan

kebenarannya; matematika adalah ilmu tentang pola keteraturan pola atau

ide; dan matematika itu adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada

keterurutan dan keharmonisannya.

Tambunan (dalam Karso dkk, 2011:1.42) menyatakan matematika

adalah pengetahuan mengenai kuantiti dan ruang, salah satu cabang dari

sekian banyak ilmu yang sistematis, teratur, dan eksak. Menurut Wahyudi

dan Inawati (2009:5) mengemukakan bahwa “matematika merupakan suatu

ilmu yang mempelajari jumlah-jumlah yang diketahui melalui proses

perhitungan dan pengukuran yang dinyatakan dengan angka-angka atau

simbol”.

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesai (KBBI)

(2008:566)matematika didefinisikan sebagai ilmu tentang bilangan,

hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam

menyelesaikan masalah mengenai bilangan.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16408/2/T1_292011152_BAB II...hasil belajar merupakan uraian untuk menjawab pertanyaan

18

2.1.4.2 Karakteristik Matematika

Secara umum matematika memiliki ciri-ciri sebagaimana telah

disepakati bersama oleh para ahli yaitu : (Abdul Halim Fathani , 2009: 58)

1. Memiliki objek kajian yang nyata

Matematika mempunyai objek kajian yang bersifat

abstrak, walaupun tidak setiap yang abstrak adalah

matematika. Sementara beberapa matematikawan

menganggap objek matematika itu “konkret” dalam

pemikiran mereka, maka kita dapat menyebut objek

matematika secara lebih tepat sebagai objek mental atau

pikiran. Ada empat objek kajian matematika, yaitu fakta,

operasi atau relasi, konsep, dan prinsip.

2. Bertumpu pada kesepakatan

Simbol-simbol dan istilah-istilah dalam matematika

merupakan kesepakatan atau konvensi yang penting. Dengan

simbol dan istilah yang disepakati dalam matematika, maka

pembahasan selanjutnya aka menjadi mudah dilakukan dan

dikomunikasikan.

3. Berpola pikir deduktif

Dalam matematika, hanya diterima pola pikir yang

bersifat deduktif. Pola pikir deduktif secara sederhana dapat

dikatakan pemikiran yang berpangkal dari hal yang bersifat

umum diterapkan atau diarahkan kepada hal yang bersifat

khusus.

4. Konsisten dalam sistemnya

Dalam matematika, terdapat berbagai macam sistem

yang dibentuk dari beberapa aksioma dan memuat beberapa

teorema. Ada sistem-sistem yang berkaitan, ada pula sistem-

sistem yang dapat dipandang lepas satu dengan yang lainnya.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16408/2/T1_292011152_BAB II...hasil belajar merupakan uraian untuk menjawab pertanyaan

19

Sistem-sistem aljabar dengan sistem-sistem geometri dapat

dipandang lepas satu dengan yang lainnya.

5. Memiliki simbol yang kosong arti

Secara umum, model atau simbol matematika

sesungguhnya kosong dari arti. Ia akan bermakna sesuatu bila

kita mangaitkannya dengan konteks tertentu. Secara umum, hal

ini pula yang membedakan simbol matematika dengan simbol

bukan matematika. Kosong arti dari model-model matematika

itu merupakan “kekuatan” matematika, yang dengan sifat

tersebut, ia bisa masuk pada berbagai macam bidang

kehidupan, dari masalah teknis, ekonomi, hingga kebidang

psikologi.

6. Memerhatikan semesta pembicaraan

Sehubungan dengan kosongnya arti dari simbol-simbol

matematika, bila kita menggunakannya kita seharusnya

memmerhatikan pula lingkup pembicaraannya. Lingkup atau

sering disebut semesta pembicaraan bisa sembit bisa pula luas.

Bila kita bebicara tentang bilangan-bilangan, maka simbol-

simbol tersebut menunjukkan bilangan-bilangan pula.

7. Karakteristik Matematika sekolah.

Sehubungan dengan karakteristik umum matematika diatas,

dalam pelaksanaan pembelajaran matematika disekolah harus

memerhatikan ruang lingkup matematika sekolah. Ada sedikit

perbedaan antara matematika sebagai “ilmu” dengan matematika

sekolah, perbedaan itu dalam hal: 1) penyajian, 2) pola pikir, 3)

keterbatasan semesta, dan 4) tingkat keabstrakan.

2.1.4.3 Ruang Lingkup Matematika

Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi

aspek-aspek sebagai berikut :

1. Bilangan

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16408/2/T1_292011152_BAB II...hasil belajar merupakan uraian untuk menjawab pertanyaan

20

2. Geometri dan pengukuran

3. Pengolahan data

2.1.4.4. Teori Pembelajaran Matematika

Usia rata-rata anak Indonesia saat masuk Sekolah Dasar adalah 6

tahun dan selesai pada usia 12 tahun, pada tahap ini mereka mengalami dua

masa perkembangan yaitu masa kanak-kanak tengah (6-9 tahun), dan masa

kanak-kanak akhir (10-12 tahun). Anak-anak usia sekolah ini memiliki

karakteristik yang berbeda dengan anak-anak usia lebih muda. Mereka

senang bermain, rasa ingin tahu besar, senang bergerak, senang bekerja

dalam kelompok dan denang dalam merasakan atau melakukan sesuatu

secara langsung.

Pendidikan matematika diberbagai Negara, terutama dinegara-negara

maju telah berkembang dengan cepat, disesuaikan dengan kebutuhan dan

tantanganyang bernuansa kemajuan sains dan teknologi. Sebagian

pengetahuanmempunyai cirri khusus antara lain abstrak, deduktif, konsisten,

hierarkis, dan logis. Ciri keabstrakan matematika beserta ciri-ciri lainnya

yang tidak sederhana menyebabkan matematika tidak mudah untuk

dipelajari dan pada akhirnya banyak siswa yang kurang tertarik pada

pembelajaran matematika.

Oleh karena itu guru harus dapat memilih model pembelajaran yang

tepat agar tidak keliru dalam penerapannya.Model pembelajaran matematika

yang berkembang didasarkan pada teori-teori belajar.

Teori – terori tersebut antara lain :

1. Teori Thorndike yang bersifat behavioristik (mekanistik)

2. Teori Holistik yang merupakan teori kognitif belajar dan

dikembangkan berdasarkan teori pembelajaran bermakna dari

Aussubel

3. Teori Jean Piaget, menyatakan bahwa kemampuan intelektual

anak berkembang secara bertingkat atau bertahap yaitu sensorik

motor (0-2 th), pra operasional (2-7 th), operasional konkret (7-11

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16408/2/T1_292011152_BAB II...hasil belajar merupakan uraian untuk menjawab pertanyaan

21

th), operasional ≥ 11 th. Teori ini merekomendasikan perlunya

mengamati tingkatan perkembangan intelektual anak sebelum

suatu bahan pelajaran matematika diberikan.

4. Teori Vigotsky berusaha mengembangkan model konstruktivistik

belajar mandiri dari Piaget menjadi belajar kelompok

5. Teori Jerome Bruner berkaitan erat dengan perkembangan mental

yaitu kemampuan anak berkembang secara bertahap mulai dari

yang sederhana ke yang rumit, dari yang mudah ke yang sulit dan

dari yang nyata atau konkret ke yang abstrak.

Bruner (dalam Karso dkk, 2011:1.12-13) menyebutkan 3 tingkatan

yang perlu diperhatikan dalam mengakomodasi keadaan peserta didik yaitu :

a. Tahap Enaktif atau Tahap Kegiatan (Enactive)

Pada tahap pertama anak belajar konsep adalah berhubungan

dengan benda-benda real atau mengalami peristiwa didunia

sekitarnya (serupa dengan tahap sensori motor dari Piaget)

b. Tahap Ikonik atau Tahap Gambar Bayangan (Iconic)

Pada tahap ini, anak telah mengubah, menandai, dan

menyimpan peristiwa atau benda dalam bentuk bayangan

mental (tahap pra operasional dari Piaget)

c. Tahap Simbolik (Symbolic)

Pada tahap terakhir ini anak dapat mengutarakan bayangan

mental tersebut dalam bentuk symbol dan bahasa (serupa

dengan tahap operasi konkrit dan formal dari Piaget)

2.1.4.5 Karakteristik Peserta Didik

Menurut Havighurst, tugas perkembangan anak usia sekolah dasar

meliputi :

1. Menguasai ketrampilan fisik yang diperlukan dalam

permainan dan aktifitas fisik

2. Membina hidup sehat

3. Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16408/2/T1_292011152_BAB II...hasil belajar merupakan uraian untuk menjawab pertanyaan

22

4. Belajar menjalankan peranan social sesuai dengan jenis

kelamin

5. Belajar membaca, menulis dan berhitung agar mampu

berpartisipasi dalam masyarakat

6. Memperoleh sejumlah konsep yang diperlukan untuk berfikir

efektif

7. Mengembangkan kata hati, moral dan nilai-nilai

8. Mencapai kemandirian pribadi.

Dalam upaya mencapai setiap tugas perkembangan tersebut guru

dituntut untuk memberikan bantuan berupa, menciptakan lingkungan teman

sebaya yang mengajarkan ketrampilan fisik, melaksanakan pembelajaran

yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar bergaul dan

bekerja dengan teman sebaya sehingga kepribadian sosialnya

berkembang.Selain itu guru juga mengembangkan kegiatan pembelajaran

yang memberikan pembelajaran yang konkret atau langsung dalam

membangun konsep.

2.1.5 Metode tutor sebaya

2.1.5.1 Hakikat Tutor Sebaya

Menurut Aria Djalil dkk ( 2012 : 3.45 ) tutor sebaya adalah seorang

murid membantu belajar murid lainnya dalam tingkat kelas yang sama.

Menurut Ischak dan Warji (dalam Suherman, 2003:276) tutor sebaya

adalah sekelompok siswa yang telah tuntas terhadap bahan pelajaran,

memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam

memahami bahan pelajaran yang dipelajarinya.

Aria Djalil ( 2012 : 2.52) mengemukakan langkah-langkah tutor

sebaya sebagai berikut

1. Tahap 1

Pilihlah siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.

2. Tahap 2

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16408/2/T1_292011152_BAB II...hasil belajar merupakan uraian untuk menjawab pertanyaan

23

Berikan tugas khusus untuk membantu temannya dalam bidang tertentu.

3. Tahap 3

Guru selalu memantau proses saling membantu tersebut.

4. Tahap 4

Berikan penguatan kepada kedua belah pihak agar baik anak yang

membantu maupun yang dibantu merasa senang.

Menurut Hisyam Zaini (2001:1) (dalam Amin Suyitno, 2004:34) langkah-

langkah Tutor Sebaya adalah sebagai berikut :

1) Guru memilih materi yang memungkinkan materi tersebut dapat

dipelajari siswa secara mandiri

2) Siswa dibagi menjadi kelompok kecil yang heterogen, siswa yang pandai

disebar dalam setiap kelompok dan bertindak sebagai tutor sebaya

3) Masing-masing kelompok diberi tugas mempelajari satu sub materi/

kompetensi dasar. Setiap kelompok dibantu siswa yang pandai sebagai

tutor

4) Tutor mendapat penjelasan materi terlebih dahulu dari guru

5) Tutor kembali kekelompok dan menjelaskan materi kepada teman dalam

kelompok

6) Siswa diberi LKS untuk dikerjakan dalam kelompok

7) Setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja LKSnya. Guru

memberikan masukan yang kurang dan menyamakan materi tentang

persepsi.

Tutor sebaya dirancang untuk mengembangkan sikap dan kebiasaan

saling membantu antar teman sebaya. Miller ( dalam Aria Djalil 2012 : 2.52-

2.53 ) memberikan beberapa saran untuk berhasilnya program tutorial sebagai

berikut :

1. Mulailah dengan tujuan yang jelas dan mudah dicapai.

2. Jelaskan tujuan itu kepada seluruh kelas.

3. Siapkan bahan dan sumber belajar yang memadai.

4. Gunakanlah cara yang praktis.

5. Hindari kegiatan pengulangan yang telah dilakukan guru.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16408/2/T1_292011152_BAB II...hasil belajar merupakan uraian untuk menjawab pertanyaan

24

6. Pusatkan kegiatan tutorial pada keterampilan pikiran yang diminta di

kelas, siswa

7. Berikan latihan singkat mengenai yang akan dilakukan tutor.

8. Lakukan pemantauan terhadap proses belajar yang terjadi melalui tutorial.

Seorang tutor hendaknya memiliki criteria sebagai berikut :

o Memiliki kemampuan akademis di atas rata-rata siswa satu kelas

o Memiliki motivasi tinggi untuk meraih prestasi akademis yang baik

o Memiliki sikap toleransi dan tenggang rasa dengan sesame

o Memiliki motivasi tinggi untuk menjadikan kelompok diskusinya yang

terbaik

o Bersikap pemberani, rendah hati dan tanggung jawab

o Suka membantu sesama teman yang mengalami kesulitan

Tutor atau ketua kelompok memiliki tugas dan tanggung jawab

sebagai berikut :

1. Memberi tutorial kepada anggota terhadap materi ajar yang sedang

dipelajari

2. Mengkoordinir proses diskusi agar berlangsung kreatif dan dinamis

3. Menyampaikan permasalahan kepada guru pembimbing apabila

ada materi ajar yang belum dikuasai

4. Melaporkan perkembangan akademis kelompoknya kepada guru

pembimbing pada setiap materi yang dipelajari

Arikunto(1995) mengemukakan beberapa keungulan dan kelemahan

dengan menggunakan tutor sebaya sebagai berikut :

a. Keunggulan dari tutor sebaya

1. Adakalanya hasilnya lebih baik bagi beberapa siswa yang mempunyai

perasaan takut atau enggan kepada gurunya.

2. Bagi tutor pekerjaan tutoring akan dapat memperkuat konsep yang

sedang dibahas.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16408/2/T1_292011152_BAB II...hasil belajar merupakan uraian untuk menjawab pertanyaan

25

3. Bagi tutor merupakan kesempatan untuk melatih diri memegang

tanggung jawab dalam mengemban suatu tugas dan melatih

kesabaran.

4. Mempererat hubungan antar siswa sehingga mempertebal perasaan

sosial.

b. Kekurangan dari tutor sebaya :

1. Siswa yang dibantu seringkali belajar kurang serius karena hanya

berhadapan dengan temannya sendiri sehingga hasilnya kurang

memuaskan.

2. Ada beberapa orang siswa yang merasa malu atau enggan untuk

bertanya karena takut kelemahannya diketahui oleh temannya.

3. Pada kelas-kelas tertentu pekerjaan tutoring ini sukar dilaksanakan

karena perbedaan jenis kelamin antara tutor dengan siswa yang diberi

program perbaikan.

4. Bagi guru sukar untuk menentukan seorang tutor sebaya karena tidak

semua siswa yang pandai dapat mengajarkannya kembali kepada

teman-temannya.

5. Bagi guru harus tetap selalu memantau tutor sebaya karena pada anak

usia sekolah dasar memiliki keterbatasan dalam hal berfikir ataupun

menyampaikan materi kepada siswa yang lain.

(http://berbagireferensi.blogspot.com/2010/02/pengajaran-

denganpendekatan-tutor.html,diunduh tanggal 12 Januari 2015 )

Kelemahan-kelemahan tutor sebaya tersebut dapat ditanggulangi

dengan tetap melibatkan guru dalam proses pembelajaran dan memilih

materi-materi yang ringan dan tidak terlalu sulit untuk diterima siswa yang

menjadi tutor maupun siswa yang lain.

Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak, untuk

memahami konsep matematika yang abstrak dibutuhkan aktifitas dan

kreatifitas siswa dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu guru harus

mengarah dan mengembangkan kreatifitas siswa tersebut, salah satu contoh

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16408/2/T1_292011152_BAB II...hasil belajar merupakan uraian untuk menjawab pertanyaan

26

adalah dengan menggunakan metode tutor sebaya dalam proses

pembelajaran.

Tutor sebaya tepat digunakan untuk siswa yang memiliki potensi

kepandaaian dan kecakapan didalam kelas dalam menjelaskan dan

membimbing siswa yang memiliki kepandaian kurang maupun lambat

dalam menerima materi yang disampaikan guru. Hal ini sesuai dengan

pembelajaran matematika yang dikaitkan dengan menggunakan metode tutor

sebaya dalam penyelesaian soal operasi hitung pengurangan dan

penjumlahan pecahan biasa yang dapat memberi peran aktif dan memotivasi

siswa agar dapat belajar dengan sungguh-sungguh.

Sehingga di harapkan dengan penggunaan metode tutor sebaya siswa

menjadi lebih bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran, dan pada

akhir pembelajaran siswa tidak mengalami banyak kesulitan dalam

menyelesaikan soal evaluasi pada materi operasi hitung pecahan biasa.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah

1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Endang Wiwik Sarwani dalam

skripsinya yang berjudul “Upaya Peningkatkan hasil belajar matematika

melalui metode tutor sebaya pada siswa kelas V SDN Kalibeluk 01

Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang semester II Tahun Pelajaran

2011/2012”. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa Pada awal sebelum

diadakan penelitian tindakan kelas ketuntasan belajar hanya mencapai 30%

dari rata-rata kelas 62. Pada siklus I pertemuan I menjadi 61,5%,

pertemuan 2 76,9% dan pertemuan 3 92,3%. Pada siklus 2 pertemuan 1

6,5%, pertemuan 2 84,6% dan pertemuan 3 92,3% rata-rata kelas 74. Dari

hasil penelitian tindakan kelas dapat diambil kesimpulan bahwa melalui

metode tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan dapat

diterapkan pada mata pelajaran lain sehingga hasil belajar siswa meningkat

sesuai dengan harapan Untuk meningkatkan hasil belajar metode tutor

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16408/2/T1_292011152_BAB II...hasil belajar merupakan uraian untuk menjawab pertanyaan

27

sebaya dapat menjadi salah satu alternatif dalam mencapai tujuan

pembelajaran. Selain

2. Penelitian yang dilakukan oleh mariana dengan judul skripsi “Peningkatan

Hasil Belajar dan Kepemimpinan Melalui Metode Tutor sebaya Mata

Pelajaran IPA pada Siswa Kelas V SDN 1 Mungeng Kecamatan

Temanggung Kabupaten Temanggung Tahun Pelajaran 2011/2012” .

Rendahnya hasil belajar siswa dan kepemimpinan dikarenakan siswa pasif

saat pembelajaran berlangsung serta guru lebih banyak menggunakan

metode konvensional yaitu ceramah. Rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah”Apakah melalui metode tutor sebaya dapat meningkatkan hasil

belajar IPA pada siswa kelas V SDN 1 Mungseng Kecamatan

Temanggung Kabupaten Temanggung?” dan “Apakah melalui melalui

metode tutor sebaya dapat meningkatkan kepemimpinan siswa kelas V

SDN 1 Mungseng?”.Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan

hasil belajar dan kepemimpinan siswa kelas V SDN 1 Mungseng mata

pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) melalui metode tutor

sebaya.Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas

terdiri dari 2 siklus.Siklus I terdiri dari 3 kali pertemuan dan siklus II

terdiri dari 3 kali pertemuan.Teknik pengumpulan data menggunakan

bentuk tes pilihan ganda di akhir pembelajaran untuk mengukur hasil

belajar siswa dan menggunakan angket untuk mengukur kepemimpinan

siswa.Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah terjadinya

peningkatan hasil belajar dan peningkatan kepemimpinan siswa kelas V

SDN 1 Mungseng pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

melalui metode tutor sebaya.

Dari kedua penelitian yang relevan tersebut menunjukkan peningkatan hasil

belajar Matematika dan IPA dengan menggunakan metode tutor sebaya, selain

dapat meningkatkan hasil belajar, metode tutor sebaya dapat meningkatkan sikap

kepimpinan siswa dalam proses pembelajaran.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16408/2/T1_292011152_BAB II...hasil belajar merupakan uraian untuk menjawab pertanyaan

28

2.3 Kerangka Berfikir

Pendekatan tutor sebaya memberi kesempatan kepada siswa untuk

bekerja dalam kelompok dengan teman sebaya, dengan demikian diharapkan

siswa dengan mudah dan tidak malu untuk menyampaikan kesulitan yang

dialami dalam proses pembelajaran yang berlangsung. Dengan menggunakan

metode tutor sebaya ini siswa menjadi aktif dan mudah memahami materi

pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi efektif dan keberhasilan

pembelajaran pun dapat meningkat.

Metode tutor sebaya juga dijadikan dalah satu metode pembelajaran yang

dapat meningkatkan sikap kepemimpinan siswa. Dalam metode pembelajaran

tutor sebaya, siswa akan bekerja dalam kelompok, siswa yang memiliki

keistimewaan dalam menangkap materi akan menjadi tutor dalam kelompok dan

menjadi pemimpin untuk menjelaskan materi kepada kelompok. Dengan melalui

metode tutor sebaya, siswa belajar mengenal dan membentuk sikap

kepemimpinan.

Dengan upaya pembelajaran menggunakan metode tutor sebaya

diharapkan hasil belajar Matematika siswa kelas IV SD N Tengaran dapat

meningkat

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16408/2/T1_292011152_BAB II...hasil belajar merupakan uraian untuk menjawab pertanyaan

29

Gambar 2.3.1 Kerangka Berfikir

2.4 Hipotesis Penilitian

Penggunaan metode tutor sebaya diduga dapat meningkatkan :

1. Sikap kepemimpinan siswa kelas IV SD Negeri Tengaran

2. Hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri Tengaran

Kondisi Awal

Siklus I

Siklus II

Guru menggunakan

model ceramah dalam

proses pembelajaran

matematika.

Guru menggunakan

metode tutor sebaya

dalam proses

pembelajaran

matematika.

Akibatnya sikap

kepemimpinan siswa

dalam pemecahan

masalah matematika

meningkat tetapi

belum mencapai

KKM sehingga hasil

belajar juga belum

mencapai KKM.

Akibatnya sikap

kepemimpinan siswa tidak terarah dalam

pemecahan masalah

matematika kurang

sehingga hasil belajar

rendah.

Guru menggunakan

metode tutor sebaya

dalam proses

pembelajaran

matematika.

Akibatnya sikap

kepemimpinan siswa

dalam pemecahan

masalah matematika

meningkat mencapai

KKM sehingga hasil

belajar juga mencapai

KKM.