bab ii kajian pustaka 2.1 kajianteori pengertian...

19
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KajianTeori Kajian teori belajar mencangkup hal Pengertian Belajar, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar, Hasil Belajar, dan Prinsip-prinsip Belajar. Hal-hal tersebut terjabar dalam penjelasan berikut: 2.1.1 Pengertian Belajar Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi belajar. Menurut Jamal Ma‟mur (2010: 63) belajar adalah proses membangun makna atau pemahaman oleh pembelajar terhadap pengalaman dan informasi yang disaring dengan pandangan, pikiran pengetahuan yang dimiliki dan perasaan. Selaras dengan pendapat di atas. Menurut Syaiful Bahri dan Aswan (2010: 10) belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Menurut Slameto (2010: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari pendapat yang disampaikan oleh ketiga tokoh pendidikan tersebut dapat dikumpulkan penulis bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku , baik yang menyangkut pandangan, pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap organisme atau pribadi. Maka dari itu siswa harus aktif mencari pengalaman, informasi dan keterampilan sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Thorndike (dalam Hamzah, 2007: 191) inti belajar adalah membentuk asosiasi-asosiasi antara perangsang (stimulus) yang mengenai organisme melalui sistem susunan saraf dan reaksi (respon) yang diberikan oleh organisme itu terhadap perangsang. Menurut Baharudin (2007: 11) belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Menurut Skinner yang( dalam Dimyati dan Mudjiono, 2009: 9) bahwa belajar merupakan hubungan antara stimulus dan respons yang tercipta melalui proses tingkah laku.

Upload: vutram

Post on 19-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KajianTeori Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1017/3/T1_292008518_BAB II.pdf · Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 KajianTeori

Kajian teori belajar mencangkup hal Pengertian Belajar, Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Belajar, Hasil Belajar, dan Prinsip-prinsip Belajar. Hal-hal

tersebut terjabar dalam penjelasan berikut:

2.1.1 Pengertian Belajar

Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi belajar. Menurut Jamal

Ma‟mur (2010: 63) belajar adalah proses membangun makna atau pemahaman

oleh pembelajar terhadap pengalaman dan informasi yang disaring dengan

pandangan, pikiran pengetahuan yang dimiliki dan perasaan. Selaras dengan

pendapat di atas. Menurut Syaiful Bahri dan Aswan (2010: 10) belajar adalah

proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Menurut Slameto

(2010: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Dari pendapat yang disampaikan oleh ketiga tokoh pendidikan tersebut

dapat dikumpulkan penulis bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku , baik

yang menyangkut pandangan, pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan

meliputi segenap organisme atau pribadi. Maka dari itu siswa harus aktif mencari

pengalaman, informasi dan keterampilan sebagai hasil pengalamanya sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya.

Menurut Thorndike (dalam Hamzah, 2007: 191) inti belajar adalah

membentuk asosiasi-asosiasi antara perangsang (stimulus) yang mengenai

organisme melalui sistem susunan saraf dan reaksi (respon) yang diberikan oleh

organisme itu terhadap perangsang. Menurut Baharudin (2007: 11) belajar

merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi,

keterampilan, dan sikap. Menurut Skinner yang( dalam Dimyati dan Mudjiono,

2009: 9) bahwa belajar merupakan hubungan antara stimulus dan respons yang

tercipta melalui proses tingkah laku.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KajianTeori Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1017/3/T1_292008518_BAB II.pdf · Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi

8

Dari rumusan tersebut dapat dilihat bahwa proses belajar tidak sama

dengan perbuatan (Performance) juga tidaklah sama dengan kematangan yaitu

dimana suatu fungsi berada dalam keadaan siap pakai. Tetapi langkah dalam

proses belajar memang membutuhkan kematangan dan usaha. Untuk

meningkatkan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,

keterampilan, daya pikir dan lain-lain.

Setelah mengupas mengenai pengertian belajar dari para ahli dapat

diperoleh kesimpulan bahwa belajar adalah perubahan pada diri seseorang yang

melakukan perbuatan belajar itu. Perubahan itu dapat dinyatakan sebagai suatu

kecakapan, suatu kebiasaan, suatu sikap, suatu pengertian sebagai pengetahuan

atau apresiasi (penerimaan atau penghargaan) dan lain-lain. Tujuan dari belajar

adalah untuk memperoleh hasil belajar yang baik maka setelah mengupas

mengenai belajar akan dilanjutkan pada pembahasan hasil belajar.

2.1.2 Pengertian Hasil Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2004: 65), hasil belajar merupakan hal

yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi

siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila

dibandingkan pada saat sebelum belajar. Menurut Agus Suprijono (2009: 5) hasil

belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,

apresiasi dan ketrampilan. Menurut Hamzah B. Uno (2008: 213) menyatakan

bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap dalam diri

seseorang sebagai akibat dari interaksi seseorang dengan lingkungannya.

Setelah mengkaji pengertian hasil belajar dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah perubahan tingkah laku yang lebih baik bila dibanding saat belum

belajar. Perubahan ini tentunya segala perubahan yang bersifat progresif yang

diharapkan kearah yang lebih baik. Bagi seorang siswa hasil belajar ini dapat

dilihat melalui perubahan yang terjadi pada seorang siswa mulai dari belum

pandai setelah belajar maka menjadi pandai, belum bisa menjadi bisa, belum

mampu manjadi mampu. Tentunya setelah anak tersebut berinteraksi dengan

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KajianTeori Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1017/3/T1_292008518_BAB II.pdf · Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi

9

lingkungan seperti interaksi dengan teman sejawatnya, interaksi didalam

kelompok belajar yang ada didalam kelas.

Nana Sudjana (2009) menyatakan bahwa proses penilaian terhadap hasil

belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam

upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya

dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan

siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu. Setiap

keberhasilan belajar diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang diperoleh siswa.

Keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pengajaran diwujudkan dengan nilai.

Nana Sudjana (2004: 23) Hasil belajar yang diperoleh siswa adalah

sebagai akibat dari proses belajar yang dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi

hasil belajar yang diperoleh siswa. Proses belajar merupakan penunjang hasil

belajar yang dicapai siswa.

Hasil belajar siswa meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif,

dan aspek psikomotorik. (1) Aspek kognitif, kemampuan kognitif yang meliputi:

pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. (2) Aspek

afektif, kemampuan afektif meliputi penerimaan, partisipasi, penilaian, dan

penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup. (3) Aspek

psikomotorik, kemampuan psikomotorik meliputi: persepsi, kesiapan, gerakan

tebimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, gerakan penyesuaian dan

kreativitas. (Hamalik, 2008: 161).

Jadi hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah

mengalami proses belajar, yang wujudnya berupa perubahan tingkah laku berupa

kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotornya. Hasil belajar aspek kognitif

yang digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai

suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami

belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.

2.1.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan

belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KajianTeori Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1017/3/T1_292008518_BAB II.pdf · Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi

10

Adapun faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman

konsep dan keterampilan, dan pembentukan sikap. Menurut Slameto (2010: 54)

faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua yaitu: faktor

intern meliputi: faktor jasmaniah, psikologis, dan kelelahan, dan ekstern meliputi:

faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.

1) Faktor-faktor intern

Faktor intern adalah faktor yang berasal dari diri siswa. Faktor intern ini

terbagi menjadi tiga faktor yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor

kelelahan.

a. Faktor jasmaniah

Pertama adalah faktor kesehatan. Sehat berarti dalam keadaan baik

segenap badan beseta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan

seseorang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Proses belajar

akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu ia akan cepat

lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, mengantuk jika badannya lemah,

kurang darah ataupun ada gangguan fungsi alat indera serta tubuhnya.

b. Faktor psikologis

Sekurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor

psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah: pertama

inteligensi yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam

situasi yang baru dengan cepat dan efektif, menggunakan konsep-konsep

yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan

cepat. Kedua perhatian yaitu keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun

semata-mata tertuju kepada suatu objek atau sekumpulan objek. Ketiga minat

adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang

beberapa kegiatan. keempat bakat yaitu kemampuan untuk belajar.

Kemampuan ini akan baru terealisasi menjadi kecakapan nyata sesudah

belajar atau berlatih. Kelima motif harus diperhatikan agar dapat belajar

dengan baik harus memiliki motif atau dorongan untuk berfikir dan

memusatkan perhatian saat belajar. Keenam kematangan adalah suatu tingkat

pertumbuhan seseorang. Ketujuh kesiapan adalah kesediaan untuk memberi

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KajianTeori Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1017/3/T1_292008518_BAB II.pdf · Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi

11

renspon atau bereaksi. Dari faktor-faktor tersebut sangat jelas mempengaruhi

belajar, dan apabila belajar terganggu maka hasil belajar tidak akan baik.

c. Faktor kelelahan

Kelelahan seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat

dibedakan menjadi dua macam, yaitu: kelelahan jasmani dan kelelahan rohani

(bersifat praktis).

Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul

untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena kekacauan

substansi sisa pembakaran di dalam tubuh. Sehingga darah tidak lancar pada

bagian-bagian tertentu.

Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan

kebosanan, sehingga minat untuk menghasilkan sesuatu hilang.kelelahan ini

sangat terasa pada bagian kepala sehingga sulit untuk berkonsentrasi, seolah-

olah otak kehabisan daya untuk bekerja. Kelelahan rohani dapat terjadi terus-

menerus karena memikirkan masalah yang dianggap berat tanpa istirahat,

menghadapi suatu hal yang selalu sama atau tanpa ada variasi dalam

mengerjakan sesuatu karena terpaksa dan tidak sesuai dengan bakat, minat

dan perhatiannya.

2) Faktor-faktor ekstern

Faktor eksten adalah faktor yang berasal dari luar siswa. Faktor ini

meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat yaitu dengan

penjelasan sebagai berikut:

a. Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode

mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,

disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan

gedung, metode belajar, dan tugas rumah.

Sekolah adalah lingkungan kedua yang berperan besar memberi

pengaruh pada hasil belajar siswa. Sekolah harus menciptakan suasana yang

kondusif bagi pembelajaran, hubungan dan komunikasi perorang di sekolah

berjalan baik, kurikulum yang sesuai, kedisiplinan sekolah, gedung yang

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KajianTeori Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1017/3/T1_292008518_BAB II.pdf · Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi

12

nyaman, metode pembelajaran aktif-interaktif, pemberian tugas rumah, dan

sarana penunjang cukup memadai seperti perpustakaan sekolah dan sarana

yang lainnya.

b. Faktor masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap

hasil belajar siswa. Pengaruh ini karena keberadaan siswa dalam masyarakat.

Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa ini meliputi: pertama kegiatan

siswa dalam mayarakat yaitu misalnya siswa ikut dalam organisasi

masyarakat, kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain, belajar akan

terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya. Kedua

multi media misalnya: TV, radio, bioskop, surat kabar, buku-buku, komik dan

lain-lain. Semua itu ada dan beredar di masyarakat. Ketiga teman bergaul,

teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang kita

duga. Teman bergaul yang baik akan memberi pengaruh yang baik terhadap

diri siswa begitu sebaliknya. Contoh teman bergaul yang tidak baik misalnya

suka begadang, pecandu rokok, keluyuran minum-minum, lebih-lebih

pemabuk, penjinah, dan lain-lain. Keempat bentuk kehidupan masyarakat.

Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh pada hasil belajar

siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar,

penjudi, suka mencuri, dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik akan

berpengaruh jelek kepada siswa yang tinggal di situ.

Dari penjelasan di atas ada dua faktor yang mempengaruhi hasil

belajar. Faktor tersebut yaitu: faktor intern meliputi: faktor jasmaniah,

psikologis, dan kelelahan, dan faktor ekstern meliputi: faktor keluarga,

sekolah, dan masyarakat.

Dari beberapa faktor di atas dapat disimpulkan bahwa untuk

memperoleh hasil belajar yang baik dan memuaskan, maka siswa harus

memperhatikan faktor-faktor di atas. Dimana faktor-faktor tersebut

digolongkan menjadi dua yaitu bisa faktor dari dalam siswa dan dari luar

siswa. Dan untuk meningkatkan hasil belajar maka siswa dituntut untuk

memiliki kebiasaan belajar yang baik.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KajianTeori Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1017/3/T1_292008518_BAB II.pdf · Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi

13

2.1.3 Ilmu Pengetahuan Alam

2.1.3.1 Pengertian IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan

atau Sains yang semula berasal dari bahasa Inggris „science‟. Kata „sciense‟

sendiri berasal dari kata dalam Bahasa Latin „scientia‟ yang berarti saya tahu.

„Science‟ terdiri dari social sciences (ilmu pengetahuan sosial) dan natural

sciences (ilmu pengetahuan alam).

Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) merupakan suatu ilmu

yang menawarkan cara-cara kepada kita untuk dapat menjawab pertanyaan-

pertanyaan itu, IPA pun menawarkan cara kepada kita untuk dapat

memahami kejadian, fenomena, dan keragaman yang terdapat d alam

semesta, dan yang paling penting adalah IPA juga memberikan pemahaman

kepada kita bagaimana caranya agar kita dapat hidup dengan cara

menyesuaikan diri terhadap hal-hal tersebut (Baharudin, 2011).

Menurut Trianto (2007: 136), IPA adalah suatu kumpulan teori yang

sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan

berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta

menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya.

Menurut Wasih Djojosoediro (2011) bahwa IPA merupakan cabang pengetahuan

yang dibangun berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data, dan biasanya disusun

dan diverifikasi dalam hukum-hukum yang bersifat kuantitatif, yang melibatkan

aplikasi penalaran matematis dan analisis data terhadap gejala-gejala alam.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan IPA adalah ilmu pengetahuan

yang mempelajari alam, sikap dan keadaan sekitar.

Secara sistematis, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara

mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya

penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau

prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan

IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri

sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam

menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan IPA dapat

dimasukkan dalam klasifikasi ilmu pendidikan karena dimensi pendidikan IPA

sangat luas dan sekurang-kurangnya meliputi unsur-unsur (nilai-nilai) social

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KajianTeori Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1017/3/T1_292008518_BAB II.pdf · Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi

14

budaya, etika, moral dan agama. Oleh sebab itu, belajar IPA bukan hanya sekedar

memahami konsep ilmiah dan aplikasi dalam masyarakat, melainkan juga untuk

mengembangkan berbagai nilai yang terkandung dalam dimensi Pendidikan IPA.

Dan dari penjelasan diatas dapat disimpulkan pengertian IPA merupakan

ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu yang terdapat di alam, baik itu zat

yang terkandung atau gejala yang terdapat di alam. IPA merupakan pengetahuan

mempunyai kebenaran melalui metode ilmiah baik secara induktif ataupun

deduktif, dengan ciri: objektif, metodik, sistimatis, universal, dan tentatif.

2.1.3.2 Pembelajaran IPA

Pembelajaran IPA di sekolah diharapkan memberi berbagai pengalaman

pada anak yang mengijinkan mereka melakukan berbagai penelusuran ilmiah yang

relevan, KTSP (2006).

Menurut Trianto (2007: 141) menyatakan bahwa cangkupan yang terdapat

dalam IPA meliputi alam semesta keseluruhan, benda-benda yang ada di

permukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat

diamati indera maupun yang tidak dapat diamati dengan indera. Menurut

Abruscato (1999: 58) mengatakan bahwa anak-anak diberi kesempatan agar

menggunakan strateginya sendiri dalam belajar secara sadar, sedangkan guru yang

membimbing siswa ke tingkat pengetahuan yang lebih tinggi, Ide pokoknya

adalah siswa secara aktif membangun pengetahuan mereka sendiri, otak siswa

sebagai mediator, yaitu memproses masukan dari dunia luar dan menentukan apa

yang mereka pelajari.

Menurut teori perkembangan kognitif Piaget (dalam Trianto, 2010: 70)

bahwa anak membangun sendiri skemanya serta membangun konsep-konsep

melalui pengalaman-pengalamannya. Piaget membedakan perkembangan kognitif

seorang anak menjadi empat taraf, yaitu 1) taraf sensorimotor (0-2 th), (2) taraf

pra-operasional (2-7 th), (3) taraf operasional konkrit (7-11 th), dan (4) taraf

operasional formal (11-15 th). Walaupun ada perbedaan individual dalam hal

kemajuan perkembangan, tetapi teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa

tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KajianTeori Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1017/3/T1_292008518_BAB II.pdf · Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi

15

berlangsung pada kecepatan yang berbeda. Perkembangan kognitif sebagian besar

bergantung seberapa jauh anak memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan

lingkungan. Piaget (2008) menyatakan peran guru sebagai fasilitator, bukan

sebagai pemberi informasi. Guru perlu menciptakan lingkungan belajar yang

kondusif bagi siswa-siswanya dan membantu siswa menghubungkan antara apa

yang sudah diketahui siswa dengan apa yang sedang dan akan dipelajari.

Dari uraian di atas, satu prinsip paling penting dalam pendidikan adalah

bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa

agar secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat

memberikan kepada siswa atau peserta didik pemahaman yang lebih tinggi,

dengan catatan siswa sendirilah yang harus membangun pengetahuan mereka

sendiri. Tugas guru bukan lagi sebagai pentransfer pengetahuan dari otaknya

kepada otak siswa. Tugas guru berubah menjadi lebih sebagai fasilitator yang

membantu agar siswa sendiri belajar dan menekuni bahan yaitu dengan

menggunakan ketrampilan proses.

2.1.4 Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil

penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang

berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implementasinya pada

tingkat operasional di kelas Agus Suprijono (2009: 46).

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas

atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-

perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer,

kurikulum, dan lain-lain. Selanjutnya setiap model pembelajaran

mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu

peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai

menurut Trianto (2007: 51)

Hal ini juga didukung oleh pendapat Aunurrahman (2009: 146) yang

menyatakan bahwa model pembelajaran diartikan sebagai kerangka konseptual/

perangkat rencana yang digunakan untuk merancang bahan pembelajaran untuk

mencapai tujuan pembelajaran di kelas atau di tempat lain yang melaksanakan

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KajianTeori Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1017/3/T1_292008518_BAB II.pdf · Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi

16

pembelajaran yang berfungsi sebagai pedoman bagi guru dan perancang

pembelajaran dalam aktifitas pembelajaran.

Menurut Trianto (2007: 8) mengatakan bahwa untuk melihat tingkat

kelayakan suatu model pembelajaran untuk aspek validitas dibutuhkan ahli dan

praktisi untuk memvalidasi model pembelajaran yang dikembangkan. Sedangkan

untuk aspek kepraktisan dan efektivitas diperlukan suatu perangkat pembelajaran

untuk melaksanakan model pembelajaran yang dikembangkan. Sehingga untuk

melihat ke dua aspek ini perlu dikembangkan suatu perangkat pembelajaran untuk

suatu topik tertentu yang sesuai dengan model pembelajaran yang dikembangkan.

Selain itu dikembangkan pula instrumen penelitian yang sesuai dengan tujuan

yang diinginkan.

Dari beberapa pengertian model pembelajaran yang telah disampaikan

oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah pola atau

kerangka konseptual yang digunakan oleh perancang pengajaran dan para guru

sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran atau merancang aktivitas

belajar mengajar secara sistematis di kelas. Model pembelajaran sangat berkaitan

dengan gaya belajar peserta didik dan guru mengajar.

2.1.5 Hakekat Pembelajaran Kontekstual

2.1.5.1 Pengertian Pembelajaran

Menurut Hamzah B. Uno (2006: 2) Pembelajaran atau pengajaran adalah

upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam pengertian secara implisit dalam

pengajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode

untuk mencapai hasil pengajaran yang diinginkan.

Menurut Trianto (2010: 51), pembelajaran adalah suatu perencanaan atau

suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran

di kelas atau pembelajaran dalam tutorial.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KajianTeori Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1017/3/T1_292008518_BAB II.pdf · Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi

17

2.1.5.2 Pengertian Kontekstual (CTL)

Model pembelajaran kontekstual (CTL) pada hakekatnya meliputi

pengertian, karakteristik, dan kelebihan. Adapun penjabarannya adalah sebagai

berikut:

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sebuah system yang

menyeluruh. Contextual Teaching and Learning (CTL) terdiri dari bagian-bagian

yang saling terhubung. Jika bagian-bagian ini terjalin satu sama lain, maka akan

dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan bagian-bagiannya secara

terpisah. Dengan demikian bagian-bagian CTL yang terpisah melibatkan proses-

proses yang berbeda, yang ketika digunakan secara bersama-sama, memampukan

para siswa membuat hubungan yang menghasilkan makna. Setiap bagian CTL

yang berbeda-beda ini memberikan sumbangan dalam menolong siswa memahami

tugas sekolah.

Menurut Johnson (2006: 65) Contextual Teaching and Learning (CTL)

merupakan proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna

di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan

subjek-subjek akademik dalam konteks kehidupan keseharian mereka, yaitu

dengan konteks keadaan pribadi,social dan budaya mereka.

Untuk mencapai tujuan ini, system tersebut meliputi tujuh komponen:

membuat keterkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti,

melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, melakukan kerjasama, membantu

individu untuk menumbuh dan kembangkan, berpikir kritis dan kreatif untuk

mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan penelitian autentik.

Menurut Johnson (2002: 35) Contextual Teaching and Learning adalah

pembelajaran dan pengajaran kontekstual melibatkan para siswa dalam aktivitas

penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks

kehidupan nyata yang mereka hadapai. Menurut Nanang dan cucu (2009: 67)

Contextual Teaching and Learning merupakan suatu proses pembelajaran holistik

(menyeluruh) yang bertujuan untuk membelajarkan peserta didik dalam

memahami dalam memahami bahan ajar secara bermakna (meaningfull) yang

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KajianTeori Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1017/3/T1_292008518_BAB II.pdf · Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi

18

dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata, beik berkaitan dengan lingkungan

pribadi, agama, sosial, ekonomi, maupun kultural.

Dari pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa pembelajaran kontekstual

adalah konsep belajar pada saat guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas

dan mendorong peserta didik membuat hubungan atau pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Sanjaya (dalam Udin Syaefudin, 2008: 162) pembelajaran

kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah suatu pendekatan

pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh

untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannyadengan

situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya

dalam kehidupan mereka.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kontekstual adalah konsep belajar pada saat guru menghadirkan dunia nyata ke

dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara

siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas,

sedikit demi sedikit, dan dari proses mengonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk

memecahkan masalah dalam kehidupannya sehari-hari.

2.1.5.3 Karakteristik Pembelajaran Kontekstual

Dalam bagian berikut akan di jelaskan beberapa karakteristik pembelajaran

kontekstual yang dikemukakan Johnson (dalam Kokom, 2002: 24). Ada delapan

komponen utama dalam system pembelajaran kontekstual , seperti dalam rincian

berikut:

a) Melakukan hubungan yang bermakna (Making meaningfull connections).

Siswa dapat mengatur diri sendiri sebagai orang yang belajar secara aktif

dalam mengembangkan minatnya secara individual, orang dapat bekerja sendri

atau bekerja dalam kelompok dan orang dapat belajar sambil berbuat (Learning

By Doing).

b) Melakukan kegiatan yang signifikan (Doing Significan Work).

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KajianTeori Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1017/3/T1_292008518_BAB II.pdf · Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi

19

Siswa membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai konteks

yang ada dalam kehidupan nyata sebagai pelaku bisnis dan sebagai anggota

masyarakat.

c) Belajar yang diatur sendiri (self-regulated learning)

Siswa membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai konteks

yang ada dalam kehidupan nyata sebagai pelaku bisnis dan sebagai anggota

masyarakat.

d) Bekerja sama (collaborating)

Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam

kelompok, membantu mereka memahami bagaimana mereka saling

mempengaruhi dan saling bekomunikasi.

e) Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking)

Siswa dapat menggunakan tingkat berfikir yang lebih tinggi secara kritis dan

kreatif yaitu dapat menganalisis, membuat sintesis, memecahkan masalah,

membuat keputusan, dan menggunkan logika dan bukti-bukti.

f) Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nurturing the individual)

Siswa memelihara pribadinya yaitu mengetahui, memberi perhatian, memiliki

harapan-harapan yang tinggi, memotivasi dan memperkuat diri sendiri. Siswa

menghormati temannya dan orang dewasa. Namun siswa tidak akan berhasil tanpa

dukungan orang dewasa.

g) Mencapai standar yang tinggi (reaching high standard)

Siswa mengenal dan mencapai setandar yang tinggi yaitu mengidentifikasi

tujuan dan memotifasi siswa untuk mencapainya.

h) Menggunakan penilaian yang autentik (using authentic assesment)

Proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran atau

informasi tentang perkembangan pengalaman belajar siswa. Gambaran

perkembangan pengalaman siswa perlu diketahui guru setiap saat agar bisa

memastikan benar tidaknya proses belajar siswa. Dengan demikian, penilaian

authentic diarahkan pada proses mengamati, menganalisa, dan menafsirkan data

yang telah terkumpul ketika atau dalam proses pembelajaran siswa berlangsung,

bukan hanya pada hasil pembelajaran. Penilaian autentik memberikan kesempatan

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KajianTeori Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1017/3/T1_292008518_BAB II.pdf · Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi

20

luas bagi siswa untuk menunjukkan apa yang telah mereka pelajari selama proses

belajar-mengajar. Adapun bentuk-bentuk penilaian yang dapat digunakan oleh

guru adalah portfolio, tugas kelompok, demonstrasi, dan laporan tertulis.

2.1.5.4 Prinsip Pembelajaran Kontekstual

Berkaitan dengan faktor kebutuhan individu siswa, untuk menerapkan

pembelajaran kontekstual guru perlu memegang prinsip pembelajaran berikut ini:

1) Merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran pengambangan mental

(Developmentally appropriate) siswa.

2) Membentuk kelompok belajar yang saling tergantung (Independent Learning

Group).

3) Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran yang mandiri (Self

Regulated Learning).

4) Lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri memiliki tiga

karakteristik umum yaitu kesadaran berfikir, penggunaan strategi penelitian

siswa usia 5-16 tahun secara bertahap mengalami perkembangan kesadaran

terhadap:

a. Keadaan pengetahuan yang dimilikinya.

b. Karakteristik tugas – tugas yang mempengaruhi pembelajaran secara

individual

c. Strategi belajarnya

d. Mempertimbangkan keragaman siswa (Disversity Of Students)

e. Di dalam kelas guru harus mengajar siswa dengan berbagai keragamanya,

misalnya latar belakang suku bangsa, status sosial ekonomi, bahasa utama

yang di pakai di rumah dan berbagai kekurangan yang mungkin mereka

miliki. Dengan demikian diharapkan guru dapat membantu siswa untuk

mencapai tujuan pembelajaranya.

f. Memperhatikan multi intelegensi (Multiple Intelligences Siswa).

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KajianTeori Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1017/3/T1_292008518_BAB II.pdf · Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi

21

2.1.5.5 Penerapan Pembelajaran Kontekstual di Kelas

Ada tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan

pembelajaran kontekstual di kelas. Ketujuh komponen utama itu adalah

kontruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry),

Masyarakat belajar (Learning Comminity), pemodelan (Modeling), refleksi

(Reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment). Sebuah kelas

di katakan menggunakan pendekatan kontekstual jika menerapkan ketujuh

komponen tersebut dalam pembelajaranya. CTL dapat diterapkan dalam

kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun

keadaanya.

Menurut Depdiknas (2004: 17) dalam pembelajaran kontekstual, program

pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelasa yang dirancang guru, yang

berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang dilakukan bersama siswanya

sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin

tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran,

langkah-langkah pembelajaran, dan authentic assessmentnya. Dalam konteks ini,

proses pembelajaran yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang apa

yang akan dikerjakan bersama siswanya.

Secara umum tidak ada perbedaan mendasarkan format antara program

pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran kontekstual. Program

pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan

dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program untuk pembelajaran

kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajarannya.

Berkaitan dengan pembahasan diatas, saran pokok dalam penyusunan

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis kontekstual adalah sebagai

berikut. Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan

kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara Standar Kompetensi,

Kompetensi dasar, Materi Pokok dan Pencapaian Hasil Belajar, nyatakan tujuan

umum pembelajarannya, rincilah media untuk mendukung kegiatan itu, buatlah

skenario tahap demi tahap kegiatan siswa, nyatakan authentic assessmentnya,

yaitu dengan data apa siswa dapat diamati partisipasinya dalam pembelajaran.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KajianTeori Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1017/3/T1_292008518_BAB II.pdf · Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi

22

Menurut Trianto (2007: 106) Secara garis besar langkah-langkah

penerapan CTL dalam kelas sebagai berikut:

1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan

cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri

pengetahuan dan ketrampilan barunya.

2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.

3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok)

5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.

6) Lakukan refleksi di akhir pertemuaan.

7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Dari teori di atas bahwa langkah-langkah penerapan model pembelajaran

kontekstual disimpulkan siswa belajar dengan cara bekerja sendiri, menemukan

sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya. Selain

itu, guru harus menciptakan proses pembelajaran dengan mengembangkan sifat

rasa ingin tahu siswa dengan bertanya, belajar kelompok. Pendidik melakukan

refleksi diakhir pertemuan dan melakukan penilaian yang sebenarnya dengan

berbagai cara, penilaian menekankan pada proses pembelajaran, data yang

dikumpulkan dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan

pembelajaran.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan merupakan hasil penelitian orang lain yang relevan

dijadikan titik tolak penelitian dalam mencoba melakukan pengulangan, merevisi,

memodifikasi dan sebagainya. Hasil penelitian yang relevan atau yang hampir

sama dengan penelitian ini adalah

a) “Peningkatan Kemampuan Mengarang Deskriftif Siswa Kelas V SD Negeri 5

Tambirejo Dengan Metode Contextual Teaching And learning Semester II

Tahun Pelajaran 2008/2009”,dengan menggunakan pembelajaran

kontekstual dalam mata pelajaran Sains/ IPA, dengan tujuan untuk

mengembangkan kemampuan spiritual siswa. Dan di dalam penelitian ini

peneliti mengharapkan pembelajaran dengan pemanfaataan Pembelajaran

kontekstual dapat mewujudkan pemahaman secara langsung yang di alami

oleh siswa tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan Sains

bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KajianTeori Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1017/3/T1_292008518_BAB II.pdf · Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi

23

Pendidikan Sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung

dan kegiatan praktis untuk mengembangkan kompetensi agar siswa

memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan Sains diarahkan untuk

mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh

pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Melalui pembelajaran

Sains di sekolah siswa dilatih berpikir, membuat konsep ataupun dalil melalui

pengamatan, dan percobaan. Namun hal tersebut berbeda dengan realita di

lapangan masih terkendala untuk mewujudkan idealita tersebut. Kajian ini

bertujuan menggali bagaimana lingkungan pembelajaran lebih menarik

dengan memunculkan penggunaan pembelajaran Kontekstual sebagai sarana

mewujudkan pembelajaran yang aktif kreaktif dan menyenangkan.

b) Peningkatan Hasil Belajar IPA Tentang Energi Panas Melalui Model

Pembelajaran CTL dan Benda Nyata Bagi Siswa Kelas IV SD Negeri 1

Purwasari [Tati hendrawati, 2011]. Hasil penelitiannya sebagai berikut :

Nilai hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan penelitian adalah dari

jumlah siswa 33 yang mampu mencapai KKM sebanyak 21 siswa, sedangkan

yang masih dibawah KKM sebanyak 12 siswa. Setelah dilakukan tindakan

penelitian, siklus I diperolah 31 siswa yang tuntas dan 2 siswa yang belum

tuntas. Secara presentase ketuntasan akhir tindakan adalah 91%, dengan

demikian PTK ini dianggap tuntas.

c) Upaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS Mengenal

pentingyya Koperasi Melalui Pembelajaran Kontekstual Siswa Kelas IV SD

Negeri 2 Kanding Kecamatan Somagede Kabupaten

Banyumas.(WarsitiWidiasih). Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui

pembelajaran kontesktual dapat meningkatkan hasil belajar siswa kompetensi

dasar mengenal pentingnya koperasi pada mata pelajaran Ilmu pengetahuan

Sosial. Peneliti menyarankan agar semua guru dapat mencari solusi pada

setiap permasalahan atau kesulitan yang dihadapi dalam melaksanakan

pembelajaran.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KajianTeori Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1017/3/T1_292008518_BAB II.pdf · Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi

24

2.3 Kerangka Pikir

Berkembangnya model pembelajaran pada saat kegiatan belajar mengajar

memiliki implikasi yang luas baik bagi siswa maupun bagi guru. Karena model

pembelajaran inovatif adalah penerapan model pembelajaran yang dipilih dan

diterapkan secara fleksibel untuk disesuaikan dengan perkembangan kemampuan

siswa dan pengalamannya. Bagi guru, pemahaman tentang penggunaan metode

inovatif akan mampu mengubah pola pembelajaran pada siswa di sekolah.

Sedangkan bagi siswa penerapan model pembelajaran di kelas akan memupuk

hasil belajar dan semangat siswa untuk menerima konsep materi dari guru.

Keberhasilan atas hasil belajar siswa dipengaruhi oleh banyak hal, baik yang

berasal dari dalam dan dari luar diri siswa. Salah satu faktor yang diangkat dalam

penelitian ini adalah model pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai

secara efektif dan efisien. Untuk mengimplementasikan model dan rencana

pembelajaran digunakanlah model pembelajaran kontekstual. Kerangka pikirnya

dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

Pembelajaran

Kontekstual (CTL)

Proses pembelajaran melibatkan

siswa dalam kehidupan sehari-

hari dan dunia nyata .

membangkitkan perhatian,

ketertarikan dan rasa senang

dalam belajar.

Proses pembelajaran

dengan menerapkan model

pembelajaran kontekstual

siswa aktif berpartisipasi

atau melibatkan diri secara

langsung.

Hasil

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KajianTeori Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1017/3/T1_292008518_BAB II.pdf · Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi

25

Mulanya tingkat pemahaman siswa masih rendah dalam pelajaran IPA

khususnya tentang “Energi Panas”. Hal yang dialami oleh peserta didik di SD

Negeri 4 Pelem Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan. Kesulitan yang dialami

peserta didik sebagian besar disebabkan oleh struktur mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam bersifat abstrak atau tidak nyata.

Salah satu upaya dalam mengatasi kesulitan tersebut adalah dengan

menggunakan model pembelajaran kontekstual yang berbantuan dengan melihat

dan meneliti sesuai dengan kenyataan atau dunia nyata. Melalui model

pembelajaran kontekstual pada pembelajaran IPA tentang pokok bahasan Energi

Panas, sehingga peserta didik mudah memahaminya, yang pada akhirnya akan

meningkatkan hasil belajar. Siswa dapat menemukan konsep-konsep dan faktanya

sendiri secara langsung.

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir yang telah diungkapkan di

kajian teori, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini dapat dirumuskan

sebagai berikut “Model pembelajaran kontekstual diduga dapat meningkatkan

hasil belajar IPA dengan materi Energi panas pada Siswa Kelas IV SD Negeri 4

Pelem Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2011/ 2012”.