bab i skripsi hubungan

14
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan Indonesia Sehat 2015 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat adalah adanya sarana kesehatan lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan antara lain tersedianya jamban keluarga. Untuk meningkatkan cakupan jamban keluarga dan mewujudkan Indonesia Sehat di tahun 2010 diperlukan suatu perencanaan yang matang dan didukung data yang lengkap dan akurat. Untuk memperoleh gambaran cakupan jamban di masyarakat maka dirasakan perlu teknik pengumpulan data yang dapat menggambarkan keadaan sehat di masyarakat dan dapat digunakan sebagai 1

Upload: dhewie-venelove

Post on 01-Sep-2015

223 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bab I skripsi hubungan

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembangunan kesehatan Indonesia Sehat 2015 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat adalah adanya sarana kesehatan lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan antara lain tersedianya jamban keluarga.

Untuk meningkatkan cakupan jamban keluarga dan mewujudkan Indonesia Sehat di tahun 2010 diperlukan suatu perencanaan yang matang dan didukung data yang lengkap dan akurat. Untuk memperoleh gambaran cakupan jamban di masyarakat maka dirasakan perlu teknik pengumpulan data yang dapat menggambarkan keadaan sehat di masyarakat dan dapat digunakan sebagai penunjang dari sistem informasi yang ada (Burmawi S, 2004).

Berdasarkan data WHO pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 1.1 milyar orang atau 17% penduduk dunia masih buang air besar di area terbuka, dari data tersebut diatas sebesar 81% penduduk yang BABS /Open defecation terdapat di 10 negara dan Indonesia sebagai Negara kedua terbanyak ditemukan masyarakat buang air besar di area terbuka, yaitu India (58%), Indonesia (5%), China (4,5%), Ethiopia (4,4%), Pakistan (4,3%), Nigeria (3%), Sudan (1,5%), Nepal (1,3%), Brazil (1,2%) dan Niger (1,1%).

(1)

Keberadaan jamban di Indonesia menurut data Bank Dunia tahun 2003 dari jumlah penduduk Indonesia yaitu 203 juta orang yang menggunakan jamban baru 100 juta orang atau hanya 47 % saja (Depkes RI , 2004). Secara nasional pencapaian jumlah cakupan jamban di Indonesia terlihat dari laporan 19 Propinsi di Indonesia. Pada tahun 2005 telah dilakukan pemeriksaan rumah di beberapa Kabupaten / Kota di Indonesia tetapi hasilnya menunjukkan dari 401.780 rumah yang dilakukan pemeriksaan, ketersediaan jamban keluarga baru 68,54%. Di perkotaan yang menggunakan jamban sekitar 80,45 % (Depkes RI, 2005).

Di negara berkembang masih banyak terjadi pembuangan tinja secara sembarangan akibat tingkat sosial ekonomi yang rendah, pengetahuan dibidang kesehatan lingkungan yang kurang dan kebiasaan buruk dalam pembuangan tinja yang diturunkan dari generasi ke generasi. kondisi tersebut terutama ditemukan pada masyarakat di pedesaan dan daerah kumuh perkotaan (Chandra B, 2007).

Berdasarkan deklarasi Johannesburg yang dituangkan dalam Millennium Development Goals (MDGs) yang disepakati seluruh negara di dunia termasuk Indonesia, menetapkan bahwa pada tahun 2015 separuh dari penduduk dunia yang saat ini belum mendapatkan akses terhadap sanitasi dasar (jamban) harus mendapatkannya. Sedangkan pada tahun 2025 seluruh penduduk dunia harus mendapatkan akses terhadap sanitasi dasar. Penetapan ini mendorong pentingnya program untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap perlunya pemilikan dan penggunaan jamban.

Jamban merupakan fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit. Pembuangan tinja secara tidak baik dan sembarangan dapat mengakibatkan kontaminasi pada air, tanah atau menjadi sumber infeksi dan akan mendatangkan bahaya bagi kesehatan karena penyakit yang tergolong waterborne disease akan mudah terjangkit (Chandra B, 2007).

Faktor lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap status kesehatan, dibandingkan faktor lain. Faktor lingkungan terdiri dari 3 bagian besar, yaitu lingkungan fisik, lingkungan biologis dan lingkungan sosial budaya. Adapun faktor lingkungan fisik yang mempengaruhi penggunaan jamban seperti konstruksi jamban, kondisi daerah setempat atau letak geografis serta ketersediaan air bersih. Sedangkan faktor lingkungan sosial budaya meliputi adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, agama, pendidikan, pengetahuan, sikap, gaya hidup, serta pekerjaan. (Chandra, 2007).

Kebiasaan merupakan faktor pendukung perubahan perilaku, dimana masyarakat yang sudah biasa berak di jamban akan memanfaatkan jamban keluarga yang sudah mereka miliki. Menurut Sumengen dari hasil survei pola penggunaan sarana air minum dan jamban pedesaan Indonesia (1991), antara lain menunjukkan bahwa penduduk yang tidak membuang tinja di jamban dikarenakan kebiasaan dan tidak adanya biaya untuk membuat jamban. Hal ini juga diperkuat berdasarkan penelitian Kasim (2012) mengenai faktor yang mempengaruhi penggunaan jamban, mengemukaan bahwa kebiasaan masyarakat merupakan faktor yang mempengaruhi rendahnya penggunaan jamban.

Untuk mencegah kontaminasi terhadap lingkungan, maka pembuangan tinja manusia harus dikelola dengan baik, yaitu jamban. Jamban sehat menurut Notoatmojo (2007) adalah sebagai berikut: tidak mengotori permukaan tanah di sekelilingnya, tidak mengotori air permukaan tanah disekitarnya, tidak mengotori air tanah disekitarnya, tidak terjangkau oleh serangga, tidak menimbulkan bau, mudah di gunakan dan di pelihara, sederhana desainnya dan murah. Umumnya masyarakat pedesaan menggunakan jamban langsung dan permukaan tanah sebagai tempat pembuangan tinja (Dainur, 1995). Hal ini disebabkan karena faktor pendidikan yang masih rendah pada masyarakat desa. Faktor pendidikan yang rendah tentunya akan mempengaruhi faktor pengetahuan, dengan pendidikan rendah maka faktor pengetahuan juga akan ikut rendah (Joharudin, 2010).

Pengetahuan merupakan domain yang paling berpengaruh untuk terbentuknya tindakan seseorang dan dari pengalaman akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Haryanto, 2007). Frestya Presiosa (2005) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa pendidikan tinggi pada ibu sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan agar seseorang dapat berperilaku hidup bersih dan sehat, serta dapat merubah anggota keluarganya agar berperilaku hidup bersih dan sehat. Jika ibu rumah tangga mempunyai pengetahuan yang baik mengenai manfaat jamban keluarga dalam penggunaannya, maka ibu bisa berperilaku buang air besar menggunakan jamban dibanding ibu yang tidak memiliki pengetahuan.

Sejalan dengan penelitian di atas, Ait Bangkit Yina Sura Miharja (2002) dalam skripsinya yang berjudul Faktor faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan sarana jamban keluarga bantuan jamban keluarga bantuan UNICEF di Desa Kalang Anyar dan Desa Suka Mekarsari wilayah Puskesmas Kalang Anyar Kabupaten DT II Lebak, menjelaskan bahwa: Dari segi pendidikan responden, hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan pemanfaatan jamban sesuai dengan yang dinyatakan oleh Lapau (1980), bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, makin besar presentase kepala keluarga atau wakilnya yang mengetahui manfaat jamban. Sedangkan dari pengetahuan responden, diperlukan adanya upaya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui penyuluhan agar pengetahuan masyarakat meningkat khususnya mengenai pemanfaatan sarana jamban keluarga.

Berdasarkan data yang diambil dari Puskesmas Kersik Tuo tentang kepemilikan jamban di Sungai dalam terdapat 152 kepala keluarga, yang memiliki jamban keluarga hanya 12 kepala keluarga (Puskesmas Kersik Tuo, 2014). Dari data tersebut peneliti tertarik untuk meneliti Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Masyarakat dengan Penggunaan Jamban di Desa Sungai Dalam Kecamatan Kayu Aro Kabupaten Kerinci Tahun 2015.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah Apakah Ada Hubungan Tingkat Pendidikan, Pengetahuan, dan Kebiasaan Masyarakat dengan Penggunaan Jamban di Desa Sungai Dalam Kecamatan Kayu Aro Kabupaten Kerinci Tahun 2015

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Tingkat Pendidikan, Pengetahuan, dan Kebiasaan Masyarakat dengan Penggunaan Jamban di Desa Sungai Dalam Kecamatan Kayu Aro Kabupaten Kerinci Tahun 2015

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi Distribusi Frekuensi Penggunaan Jamban di Desa Sungai Dalam Kecamatan Kayu Aro Kabupaten Kerinci Tahun 2015

b. Mengidentifikasi Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Masyarakat di Desa Sungai Dalam Kecamatan Kayu Aro Kabupaten Kerinci Tahun 2015

c. Mengidentifikasi Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Masyarakat di Desa Sungai Dalam Kecamatan Kayu Aro Kabupaten Kerinci Tahun 2015

d. Mengidentifikasi Distribusi Frekuensi Kebiasaan Masyarakat di Desa Sungai Dalam Kecamatan Kayu Aro Kabupaten Kerinci Tahun 2015

e. Mengidentifikasi Hubungan Tingkat pendidikan Masyarakat dengan Penggunaan Jamban di Desa Sungai Dalam Kecamatan Kayu Aro Kabupaten Kerinci Tahun 2015

f. Mengidentifikasi Hubungan Pengetahuan Masyarakat dengan Penggunaan Jamban di Desa Sungai Dalam Kecamatan Kayu Aro Kabupaten Kerinci Tahun 2015

g. Mengidentifikasi Hubungan Kebiasaan Masyarakat dengan Penggunaan Jamban di Desa Sungai Dalam Kecamatan Kayu Aro Kabupaten Kerinci Tahun 2015

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Responden

Diharapkan agar penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penggunaan jamban sehingga masyarakat dapat menggunakan jamban yang sehat dan benar.

1.4.2 Bagi Instansi Pendidikan

Memberikan sumbangan ilmiah bagi mahasiswa dan institusi pendidikan khususnya Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Stikes Syedza Saintika Padang

1.4.3 Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi peneliti dalam hal pendidikan ilmiah dan dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dibangku kuliah

1.4.4 Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan tambahan (referensi), informasi dan perbandingan untuk penelitian selanjutnya agar bisa meneliti faktor lain yang berhubungan dengan penggunaan jamban.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup penelitian adalah penelitian tentang Hubungan Tingkat Pendidikan, Pengetahuan, dan Kebiasaan Masyarakat dengan Penggunaan Jamban di Desa Sungai Dalam Kecamatan Kayu Aro Kabupaten Kerinci Tahun 2015 dengan sampel penelitian adalah masyarakat di Desa Sungai Dalam Kecamatan Kayu Aro Kabupaten Kerinci, dengan cara membagikan kuesioner untuk melihat Hubungan Tingkat Pendidikan, Pengetahuan, dan Kebiasaan Masyarakat dengan Penggunaan Jamban di Desa Sungai Dalam Kecamatan Kayu Aro Kabupaten Kerinci Tahun 2015. Variabel independennya adalah tingkat pendidikan, pengetahuan, dan kebiasaan masyarakat, sedangkan variabel dependen adalah penggunaan jamban.

8