bab i pendahuluan - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/c0512019_bab1.pdf ·...

Download BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512019_bab1.pdf · perekonomian dengan Federasi Malaysia di kemudian hari. ... memproklamirkan diri pada

If you can't read please download the document

Upload: dangkhue

Post on 06-Feb-2018

223 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Persekutuan Tanah Melayu

    pada tahun 1960-an mengalami pasang surut. Hal ini diawali ketika Tengku

    Abdurachman mempunyai gagasan untuk membentuk suatu negara federal yaitu

    Federasi Malaysia. Ide untuk mendirikan Negara Federasi Malaysia yang meliputi

    daerah-daerah Malaya, Singapura, Serawak, Sabah dan Brunei telah dikemukakan

    oleh Perdana Menteri Malaya, Tengku Abdurachman Putra dalam suatu pertemuan

    pada tahun 19611. Inggris juga mendukung adanya Federasi Malaysia karena demi

    kepentingan Inggris kepada Malaysia yang berwujud adanya kepentingan dari segi

    ekonomi dan pertahanan. Karena Tengku Abdurachman selaku Perdana Menteri

    Negara Malaya itu lebih berhaluan ke Barat, diharap dengan adanya Federasi

    Malaysia-pun juga turut serta condong ke Barat.

    Federasi Malaysia direncanakan terbentuk pada tanggal 31 Agustus 1963.

    Sebelum pencetusan Federasi Malaysia terdapat beberapa permasalahan yaitu

    tuntutan Singapura dan Brunai mengenai permasalahan perekonomian dengan

    Federasi Malaysia di kemudian hari. Inggris yang turut andil dalam proses Federasi

    Malaysia turun tangan dalam menghadapi permasalahan ini.

    Pada bulan Januari 1963 Inggris mengadakan perundingan khusus antara

    Singapura dan Brunai dengan hasil Singapura menyerahkan 40% dari penghasilan

    1 Dinas Sejarah Militer TNI-AD, Sejarah TNI-AD, 1945-1973: Peranan

    TNI-AD dalam Mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia, (Bandung:

    Dinas Sejarah Militer TNI-AD, 1985), hlm. 170.

  • 2

    negaranya dan Brunai tetap bersikukuh untuk menghadapi tuntutan permasalahan

    perekonomian dengan Federasi Malaysia di kemudian hari. Pada tanggal 8 Juli

    1963 wakil-wakil dari Malaysia, Singapura, Serawak dan Sabah telah

    menandatangani persetujuan pembentukan Federasi Malaysia yang akan dibentuk

    dan diproklamasikan pada tanggal 31 Agustus 1963. Brunai yang direncanakan

    sebagai negara peserta yang kelima dari Federasi Malaysia ternyata tetap menolak

    dan tidak ikut menandatangani persetujuan 8 Juli 1963 itu dengan alasan Malaya

    telah mengkhianati syarat-syarat yang diajukan dan disetujui antara Brunai dan

    Malaya2. Syarat-syarat selain permasalahan perekonomian adalah adanya urutan

    kedudukan Sultan Brunai di antara Sultan-sultan Malaysia untuk menjadi yang

    Dipertuan Agung dari Negara Federasi Malaysia.

    Pembelotan terjadi tidak hanya di Brunai saja, tetapi terjadi pada masyarakat

    terutama partai oposisi Malaya, Singapura, maupun Kalimantan Utara.

    Pemberontakan-pun tidak terelakkan di tanah jajahan Inggris sehingga

    menimbulkan Negara Kesatuan Kalimantan Utara yang dipimpin oleh A.M.

    Azahari dengan perlawanan TNKU-nya (Tentara Nasional Kalimantan Utara).

    Pergerakan dari A.M. Azahari mendapat simpatik dari Indonesia karena sejalan

    dengan politik luar negeri Indonesia yang menentang imperialisme Inggris.

    Permasalahan baru pun muncul ketika Filipina menganggap wilayah Sabah

    merupakan daerahnya karena tuntutan Sultan Sulu atas wilayah Sabah yang masuk

    pada Federasi Malaysia. Akhirnya muncullah realisasi untuk meredakan

    ketegangan antara negara-negara tetangga baik dari pihak Persekutuan Tanah

    Melayu, Indonesia, dan Filipina akibat rencana pembentukan Federasi Malaysia.

    2 Dinas Sejarah Militer TNI-AD, Op. Cit., hlm. 175.

  • 3

    Konferensi tingkat tinggi yang diadakan di Filipina pada akhir Juli 1963 sampai

    degan tanggal 5 Agustus 1963 di Manila menghasilkan tiga dokumen persetujuan

    yaitu: Persetujuan Manila, Deklarasi Manila, dan Pernyataan bersama Manila3.

    Indonesia dan Filipina menyatakan akan menerima pembentukan negara

    Malaysia bila semua itu atas kehendak rakyat dan melibatkan PBB sebagai pihak

    penengah. PBB sebagai pihak penengah diharapkan mampu berpegang kepada hasil

    dari konferensi Manila serta dapat menjalankan missi PBB dengan baik, yaitu

    pengambilan keputusan rakyat Malaya tentang adanya pembentukan negara

    Malaysia.

    Sebelum missi PBB diumumkan, Federasi Malaysia telah

    memproklamirkan diri pada tanggal 16 September 1963 dan Perdana Menteri

    Tunku Abdul Rahman yang menandatangani dokumen mengenai pembentukan

    Federasi Malaysia tersebut4. Pembentukan Federasi Malaysia sudah menyimpang

    dari mufakat semula. Indonesia dan Filipina menyambut baik pembentukan

    Malaysia bilamana keinginan rakyat diselidiki kepada yang berpihak, yaitu

    Sekretaris Jenderal PBB. Tetapi, tindakan yang dilakukan tidak sesuai rencana yaitu

    pembentukan Malaysia pada tanggal 16 September 1963 tetap dilaksanakan tanpa

    menyampaikan hasil laporan penyelidikannya mengenai kehendak rakyat di daerah

    masing-masing.

    Negara Federasi Malaysia yang dimaksud adalah penggabungan negara-

    negara bekas jajahan Inggris di Asia Tenggara yang terdiri atas Persekutuan Tanah

    Melayu, Singapura, Sabah, Serawak, dan Brunei. Hal ini dinilai oleh Pemerintahan

    3 Dinas Sejarah Militer TNI-AD, Op. Cit., hlm. 179. 4 Sartono Kartodirdjo, dkk, Sejarah Nasional Indonesia VI, (Departemen

    Pendidikan dan Kebudayaan, 1975), hlm. 116.

  • 4

    Indonesia dan Filipina sebagai suatu pelanggaran persetujuan bersama yang

    sebelumnya telah diadakan antara pemerintah Malaya, Filipina dan Indonesia

    dalam suatu konfrensi di Manila pada tahun 1963 yang kemudian menghasilkan

    Manila Agreement5.

    Pada awalnya, hubungan Indonesia dan Malaysia memang tidak bisa

    terlepas dari sejarah, di mana antara kedua negara ini mempunyai beberapa

    kesamaan yaitu persamaan ras dan bahasa. Kerajaan atau kesultanan di Malaysia

    banyak yang berhubungan erat dengan kesultanan yang ada di Indonesia. Ada satu

    unsur yang selalu diperhitungkan jika membicarakan hubungan kedua negara yang

    sedang berselisih paham. Indonesia, karena sebagai negara besar dan memperoleh

    kemerdekaaan lebih dahulu, memiliki kecenderungan untuk bertindak sebagai

    saudara tua atau kakak dan menginginkan diperlakukan seperti itu. Indonesia

    menganggap Malaysia sebagai saudara muda atau adik yang harus menghormati

    kakaknya6.

    Indonesia menentang pembentukan Malaysia karena menganggap bahwa

    Malaysia adalah proyek neo-kolonialisme Inggris yang membahayakan revolusi

    Indonesia yang belum selesai. Dalam pandangan Presiden Soekarno, pembentukan

    Federasi Malaysia akan menjadi alat Inggris (Barat), yang akan memantapkan

    kehadiran dan pengaruhnya di Asia Tenggara. Hal ini dilihat oleh Presiden

    Soekarno sebagai NEKOLIM (Neo Kolonialisme dan Imperialisme) yang akan

    5 Departemen Penerangan, Gelora Konfrontasi Mangganjang Malaysia

    (Jakarta: Departemen Penerangan RI, 1964), hlm. 80. 6 Linda Sunarti, Politik Luar Negeri Malaysia terhadap Indonesia, 1957-

    1976: Dari Konfrontasi Menuju Kerjasama, Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan

    Sejarah Volume 2 (1), (Jakarta: Susur Galur, 2014), hlm. 70.

  • 5

    mengepung Indonesia7. Karena itu Malaysia harus dicegah berdirinya dan setelah

    tetap dipaksakan berdirinya, harus dihancurkan8.

    Pemerintah Republik Indonesia berpendapat bahwa lahirnya Malaysia

    adalah: Prinsipil, bertentangan dengan politik Indonesia yang anti kolonialisme dan

    anti imperialisme; Proseduril, karena pembentukannya tidak menurut prosedur

    yang telah ditentukan menurut Resolusi PBB No. 1514 (XV)9 mengenai penentuan

    nasib sendiri daerah koloni atau daerah tak berpemerintah, dilihat dari segi

    keamanan dan pertahanan akan dapat membahayakan Indonesia10 yaitu adanya

    pangkalan-pangkalan militer asing yang berada di daerah yang langsung berbatasan

    dengan wilayah Indonesia.

    Kebijakan luar negeri Indonesia adalah melihat dunia sebagai pertentangan

    antara OLDEFOS (Old Established Forces atau negara-negara kapitalis yang sudah

    mapan dan maju di Barat) dengan NEFOS (New Emerging Forces atau negara-

    negara yang baru merdeka dan sedang bangkit di Asia dan Afrika). Dalam konteks

    ini, Indonesia menilai Federasi Malaysia sebagai anggota OLDEFOS, karena

    Federasi Malaysia mempunyai ikatan pertahanan dan ekonomi yang kuat dengan

    Inggris yang merupakan bagian dari OLDEFOS11.

    7 Legge, Jhon D., Soekarno: A Political Biography, (New York: Praeger

    Publisher, 1972). 8 Sartono Kartodirdjo, dkk, Op. Cit., hlm. 115. 9 Resolusi PBB No. 1514 (XV) memuat garis-garis besar dari penentuan

    nasib sendiri bagi bangsa-bangsa yang masih terjajah antara lain: Penggabungan

    diri dengan bebas haruslah merupakan hasil pemilihan bebas atas kemauan sendiri

    dari rakyat daerah bersangkutan melalui proses-proses yang dimengerti dan

    demokratis. Keterangan lihat Departemen Penerangan RI, Op. Cit., hlm. 100. 10 Dinas Sejarah Militer TNI-AD, Op. Cit., hlm. 182-183. 11 Leifer, Michael., Indonesian Foreign Policy, (London: The Royal

    Institute of International Affairs, George Allem & Unwin Ltd, 1983), hlm. 59.

  • 6

    Dalam memuncaknya ketegangan antara Indonesia dan Federasi Malaysia,

    terjadilah demonstrasi di Kuala Lumpur terhadap Kedutaan Besar Republik

    Indonesia dan demonstrasi di Jakarta terhadap Kedutaan Besar Malaysia dan

    Kedutaan Besar Inggris. Maka, pada tanggal 17 September 1963 hubungan

    diplomatik dengan Kuala Lumpur oleh pemerintah Republik Indonesia diputuskan

    secara sepihak12.

    Konfrontasi Malaysia dicetuskan oleh Bung Karno dalam suatu rapat

    raksasa di Jakarta pada tanggal 3 Mei 1964 dengan mengumumkan perintah

    komando Dwi Komando Rakyat (Dwikora)13 yakni:

    1. Perhebatan ketahanan revolusi Indonesia

    2. Bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Sabah,

    Serawak, Brunai untuk membubarkan negara boneka Malaysia.

    Dwi Komando Rakyat merupakan reaksi dari diplokamirkannya Federasi

    Malaysia dan reaksi pemerintah Indonesia atas ketidaksetujuan dari pembentukan

    Federasi Malaysia. Untuk melaksanakan niat itu dilancarkanlah konfrontasi

    bersenjata yang dilakukan oleh sukarelawan yang sebagian diambil dari ABRI dan

    sebagian dari masyarakat luas14 karena dua hal itu dapat menjadi kunci keberhasilan

    pelaksanaan konfrontasi. Militer tidak berhubungan dengan perang saja tetapi juga

    berkaitan dengan aspek lain, seperti timbulnya sentimen kebangsaan15. Konflik

    antara Indonesia dan Malaysia tak terelakkan di daerah perbatasan baik dari

    12 Sartono Kartodirdjo, dkk, Op. Cit., hlm. 117. 13 Aristides Katoppo, dkk, Menyingkap Kabut Halim 1965, (Jakarta: PT.

    Pustaka Sinar Harapan, 1999) hlm. 20. 14 Sartono Kartodirdjo, dkk, Op. Cit., hlm. 115. 15 Henk Schukte Nordholt, dkk, Perspektif Baru Penulisan Sejarah

    Indonesia, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), hlm. 111.

  • 7

    sukarelawan, pasukan gerilya maupun pasukan regular. Tidak hanya menghadapi

    angkatan bersenjata Malaysia, Indonesia juga menghadapi angkatan bersenjata dari

    Inggris, Australia, Gurkha, dan gabungannya. Perang bergolak secara semesta16,

    walaupun keputusan akhirnya ditentukan oleh kalah menangnya kedua angkatan

    bersenjata yang berhadapan.

    Dua belas hari setelah dicetuskannya Dwikora17, maka Laksamana Madya

    Udara Omar Dani, diangkat oleh Bung Karno menjadi Panglima Komando Siaga

    (Koga) dengan tugas mempersiapkan operasi militer terhadap Malaysia18.

    Keberhasilan operasi militer Tri Komando Rakyat, menyebabkan Presiden

    Soekarno percaya akan keunggulan Angkatan Udara Republik Indonesia dan

    Angkatan Laut Republik Indonesia, dan menunjuk Menteri Panglima Angkatan

    Udara Laksamana Madya Udara Omar Dhani sebagai Panglima Komando Siaga

    (Koga)19. Koga merupakan suatu komando untuk operasi pengganyangan terhadap

    Malaysia yang terdiri dari angkatan-angkatan bersenjata Republik Indonesia antara

    lain Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI), Angkatan Laut Republik

    Indonesia (ALRI), Angkatan Darat (AD), dan Kepolisian.

    Naiknya posisi Laksamana Madya Udara Omar Dani dalam memimpin

    Angkatan Udara Republik Indonesia, yang secara kebetulan berbarengan dengan

    persiapan perang untuk membebaskan Irian Barat pada operasi militer Tri

    16 Semesta adalah seluruh; segenap; semuanya: semua yg ada di alam -- ini

    tidak dapat lepas dr takdirnya masing-masing; 2a (berlaku untuk) seluruh dunia;

    universal. Keterangan lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia Online,

    http://kbbi.web.id/semesta (diakses pada 24 Agustus 2015). 17 Dwikora dicetuskan pada tanggal 3 Mei 1964. Dua belas hari setelah

    Dwikora adalah pada tanggal 15 Mei 1964. 18 Aristides Katoppo, dkk, Op. Cit., hlm. 21. 19 Aristides Katoppo, dkk, Op. Cit., hlm. 23.

    http://kbbi.web.id/semesta

  • 8

    Komando Rakyat, dilanjutkan kemudian operasi militer Ganyang Malaysia, maka

    kekuatan udara menjadi tumpuan strategis dalam usaha menghancurkan musuh

    revolusi. Kekuatan AURI dengan beragam pesawat tempur canggih menumbuhkan

    keseganan bagi lawan-lawannya20.

    Panglima Komando Siaga Laksamana Madya Udara Omar Dani dibantu

    Wakil I Laksamana Muda Mulyadi, dan Wakil II Brigjen TNI A.

    Wiranatakusumah. Sebagai Kepala Staf Komando Siaga Komodor Udara L.W.J.

    Wattimena. Panglima Komando Siaga membawahi unsur-unsur sebagai kekuatan

    Komponen Angkatan Darat, Komponen Angkatan Laut, Komponen Angkatan

    Udara, dan Komponen Angkatan Kepolisian. Panglima Komando Siaga dibantu:

    Staf Gabungan 1 (Intelijen), Staf Gabungan 2 (Operasi dan Latihan), Staf Gabungan

    3 (Personalia), Staf Gabungan 4 (Logistik), Staf Gabungan 5 (Teritorial), dan Staf

    Gabungan 6 (Komunikasi)21.

    Pada tahun 1959-1965 merupakan puncak dari kebesaran Angkatan Udara

    Republik Indonesia yang dapat disebut sebagai masa pembangunan AURI. Apalagi

    jika dilihat dari perkembangan pesawat tempur bermesin jet sebagai generasi lanjut

    setelah era mesin piston propeller. Salah satunya adalah hadirnya Keluarga MiG

    dari Eropa Timur yang terkenal dengan kecepatan supersonik itu22. Pesawat tempur

    ini juga telah dilengkapi sistem avionik yang cukup canggih pada masa itu23.

    20 Julius Pour, Gerakan 30 September: Pelaku, Pahlawan, dan Petualang,

    (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2010), hlm. 468-469. 21 Nyoman Arsana, dkk, Sejarah Operasi Dwikora 1962-1966, (Jakarta:

    Markas Besar Tentara Nasional Indonesia Pusat Sejarah, 2014), hlm. 63. 22 Mabes TNI, Sejarah TNI Angkatan Laut 1959-1965, (Jakarta: Dinas

    Penerangan TNI Angkatan Laut, 2001), hlm. 19-20. 23 Avionik adalah instrumen elektronik yang ada di pesawat terbang, antara

    lain di dalamnya meliputisistem navigasi, komunikasi, radar, sistem persenjataan

    dan special equipment. Peralatan avionik itulah yang membuat pesawat terbang

  • 9

    Pada operasi Ganyang Malaysia tahun 1964 - 1966, Angkatan Udara

    Republik Indonesia (AURI) turut berperan aktif dalam melaksanakan operasi-

    operasi dalam rangka Dwikora. Operasi-operasi yang dilakukan oleh AURI adalah

    operasi udara di daerah lawan, baik secara rahasia maupun penerbangan tipuan

    kepada pihak musuh. Kegiatan-kegiatan AURI antara lain melakukan patroli udara

    untuk mengamankan wilayah udara Indonesia dari lawan, pengintaian dan

    pemotretan udara di wilayah lawan dan turut dalam operasi penyusupan berupa

    penerjunan yang dilakukan oleh Pasukan Gerak Tjepat (PGT) di daerah lawan

    melalui udara. Di samping itu, langkah yang ditempuh untuk memperoleh informasi

    terakhir tentang kekuatan dan gerakan lawan sebagai bahan perencanaan operasi,

    maka perlu melaksanakan peningkatan pengintaian udara oleh pesawat Tupolev TU

    - 16 yang merupakan salah satu unsur dalam pengintaian dan patroli24.

    Sesuai dengan ketentuan bahwa komando operasi serangan balas terbatas

    berada di tangan Panglima Komando Siaga yang berkedudukan di Jakarta,

    sedangkan Komando Strategis Siaga yang berada di tangan Panglima Komando

    Siaga yang berkedudukan di Pangkalan Udara Iswahyudi. Kegiatan Kolaga di

    samping operasi militer secara terbuka, juga mengadakan operasi khusus, yang

    dilakukan oleh para sukarelawan dengan cara bergerilya di daerah lawan. Jenis

    kegiatan yang dilakukan ialah operasi intel, territorial, pembuatan kantong-kantong

    gerilya, dan sabotase25.

    memiliki kemampuan yang handal. Keterangan lihat Bambang Slamet Riyadi,

    Perkembangan Kekuatan Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) 1959-

    1965, Skripsi, Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret hlm. 6. 24 Nyoman Arsana, dkk, Op. Cit., hlm. 92-93. 25 Nyoman Arsana, dkk, Op. Cit., hlm. 99.

  • 10

    B. Rumusan Masalah

    Dengan latar belakang di atas, maka masalah yang diangkat dalam

    penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1. Apa yang melatar belakangi operasi Ganyang Malaysia di Kalimantan pada

    tahun 1964 - 1966?

    2. Bagaimana peranan Angkatan Udara Republik Indonesia dalam operasi

    Ganyang Malaysia di Kalimantan pada tahun 1964 - 1966?

    C. Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

    1. Latar belakang adanya operasi Ganyang Malaysia antara Indonesia dengan

    Malaysia di Kalimantan pada tahun 1964-1966.

    2. Peranan dari Angkatan Udara Republik Indonesia dalam operasi Ganyang

    Malaysia di Kalimantan pada tahun 1964-1966.

    D. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan

    dalam ilmu sejarah khususnya di bidang sejarah militer tentang bagaimana peranan

    Angkatan Udara Republik Indonesia dalam operasi Ganyang Malaysia di

    Kalimantan tahun 1964-1966.

    E. Tinjauan Pustaka

    Tinjauan pustaka berarti meninjau atau mempelajari kembali pustaka-

    pustaka terkait tidak selalu harus tepat identik dengan bidang permasalahan yang

  • 11

    dihadapi, tetapi tetap seiring dan berkaitan. Dalam penelitian ini menggunakan

    beberapa pustaka antara lain sebagai berikut:

    Buku berjudul Pokok-Pokok Gerilya: Dan Pertahanan Republik Indonesia

    di Masa yang Lalu dan yang akan Datang26 dijelaskan bahwa perang gerilya

    adalah perang rakyat semesta. Kesatuan militer dan rakyat merupakan kunci

    keberhasilan dalam perang gerilya. Ilmu perang bukan lagi hanya ilmu perang yang

    khusus dengan strategi, taktik, dan logistiknya, melainkan mengenai pula politik

    militer, politik, psikologis dan ekonomi. Lapangan perang bukan cuma yang

    militer, melainkan juga sepenuhnya politik dan ekonomi. Syarat-syarat yang

    diminta dari pandangannya bukan lagi cuma keahlian di lapangan militer,

    melainkan seanteronya politik, militer, dan ekonomi.

    Buku ini membantu penulis dalam memahami mengenai keikutsertaan

    pasukan tentara beserta rakyat menjadi gerilyawan pada suatu operasi. Di dalam

    buku ini dijelaskan bahwa gerilyawan tidak hanya memegang senjata tetapi juga

    harus mengutamakan segi-segi politik dan sosial ekonomi dengan gerakan

    propaganda, infiltrasi, dan sebagainya. Pada operasi Ganyang Malaysia, operasi

    yang dilakukan oleh infiltran di daerah lawan adalah untuk menguasai dan

    mengacaukan lawan tidak hanya melalui unsur militer tetapi juga dari unsur politik

    maupun ekonomi.

    Buku berjudul Sejarah Operasi Dwikora 1962-196627 dijelaskan

    bagaimana latar belakang pembentukan Federasi Malaysia hingga ke-ikutsertaan

    26 A.H. Nasution, Pokok-Pokok Gerilya: Dan Pertahanan Republik

    Indonesia di Masa yang Lalu dan yang akan Datang, (Yogyakarta: Narasi, 2012). 27 Nyoman Arsana, dkk, Sejarah Operasi Dwikora 1962-1966, (Jakarta:

    Markas Besar Tentara Nasional Indonesia Pusat Sejarah, 2014).

  • 12

    Indonesia dalam menentang sikap neo-kolonialisme dan neo-imperialisme yang

    dijalankan oleh Inggris di Malaya dalam Federasi Malaysia pada dekade 1960-an.

    Maka dari itu, Presiden Soekarno mencetuskan Dwikora pada tanggal 3 Mei 1964.

    Operasi Dwikora merupakan operasi militer berskala besar karena

    melibatkan kekuatan dari Angkatan Udara, Angkatan Laut, Angkatan Darat,

    Kepolisian serta sukarelawan dalam satu komando yaitu KOLAGA. Pelaksanaan

    Dwikora juga melalui beberapa operasi dari unsur Korps Komando Angkatan Laut

    (KKO AL) dan operasi udara dengan keterlibatan Angkatan Udara Republik

    Indonesia, unsur-unsur tempur melalui Komando Armada Siaga (KOARGA) dan

    Komando Tugas Khusus Siaga (KOTUSUSGA).

    Buku ini membantu penulis dalam memahami bagaimana latar belakang

    operasi Ganyang Malaysia hingga dibentuknya KOLAGA sebagai komando

    pengganyangan Malaysia dengan diikutsertakannya ABRI pada komando ini.

    Penulis dengan buku ini mencoba melengkapi dalam skripsi penulis yang berjudul

    Peranan Angkatan Udara Republik Indonesia dalam Operasi Ganyang Malaysia

    di Kalimantan tahun 1964 1966 membahas mengenai KOLAGA dan peranan

    AURI pada operasi-operasi Ganyang Malaysia.

    Buku berjudul Peranan Angkatan Udara Republik Indonesia dalam

    Pelaksanaan Konfrontasi dengan Malaysia tahun 196328 memberikan penjelasan

    bahwa Angkatan Udara Republik Indonesia turut andil pada masa konfrontasi

    dengan Malaysia pada tahun 1963. Buku ini membantu penulis dalam memahami

    tentang bagaimana peran penting AURI dalam operasi Ganyang Malaysia pada

    28 Poengky Poernomo Djati, Peranan Angkatan Udara Republik Indonesia

    dalam Pelaksanaan Konfrontasi dengan Malaysia tahun 1963, (Jakarta: Sub

    Direktorat Sejarah Ditwatpersau, 1992).

  • 13

    operasi udara-nya, dari menggiatkan penerbangan patroli khususnya di daerah

    perbatasan daerah operasi untuk mencegah kemungkinan terjadinya pelanggaran

    yang dilakukan oleh pesawat terbang lawan di daerah perbatasan dan

    menyelenggarakan pengangkutan udara bagi pasukan ke daerah perbatasan untuk

    penerjunan pasukan.

    Perbedaan buku Peranan Angkatan Udara Republik Indonesia dalam

    Pelaksanaan Konfrontasi dengan Malaysia tahun 1963 dengan skripsi penulis yang

    berjudul Peranan Angkatan Udara Republik Indonesia dalam Operasi Ganyang

    Malaysia di Kalimantan tahun 1964 1966 adalah penulis mencoba

    mengembangkan dan melengkapi peranan AURI pada pelaksanaan operasi-operasi

    oleh AURI di Kalimantan pada tahun 1964 1966 serta membahas mengenai

    operasi-operasi gabungan dan koordinasi antar angkatan bersenjata Republik

    Indonesia antara lain dari AURI, ALRI, dan AD. Selain itu, skripsi penulis juga

    membahas pendukung AURI pada operasi Ganyang Malaysia antara lain pasukan

    khusus dari AURI yaitu Pasukan Gerak Tjepat (PGT) dan alutsista-alutsista udara

    AURI yang dioperasionalkan pada operasi Ganyang Malaysia.

    Jurnal yang digunakan sebagai tinjauan pustaka adalah Politik Luar Negeri

    Malaysia terhadap Indonesia, 1957-1976: Dari Konfrontasi Menuju

    Kerjasama29. Dijelaskan bahwa antara Indonesia dan Malaysia sebagai tetangga

    terdekat dan memiliki banyak persamaan dalam berbagai aspek, seperti warisan

    sejarah, agama, bahasa, dan kebudayaan, hubungan kedua negara tidak selalu

    berjalan mulus. Awal kerenggangan hubungan diplomatik antara Indonesia dan

    29 Linda Sunarti, Politik Luar Negeri Malaysia terhadap Indonesia, 1957-

    1976: Dari Konfrontasi Menuju Kerjasama, Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan

    Sejarah Volume 2 (1), (Jakarta: Susur Galur, 2014).

  • 14

    Malaysia adalah adanya pembentukan Federasi Malaysia. Pandangan Presiden

    Soekarno, pembentukan Federasi Malaysia akan menjadi alat Inggris yang akan

    memantapkan kehadiran dan pengaruhnya di Asia Tenggara. Pemerintah Indonesia

    kemudian mengumumkan Dwikora untuk melakukan apa yang disebutnya sebagai

    pengganyangan Malaysia.

    Melihat dinamika hubungan kedua negara ini, faktor kepentingan nasional

    dan figur pemimpin merupakan hal yang paling utama. Jika kepentingan nasional

    dan figur pemimpin kedua negara tersebut berbeda, maka hubungan kedua negara

    mengalami ketegangan, sebagaimana nampak pada masa pemerintahan Tunku

    Abdul Rahman di Malaysia yang pro-Barat dan pemerintahan Soekarno di

    Indonesia yang anti-Barat. Jurnal ini membantu penulis dalam memahami

    mengenai perjalanan hubungan diplomatik antara Indonesia dan Malaysia,

    termasuk membahas tentang konfrontasi yang telah kedua negara hadapi.

    Melalui penulisan yang berjudul Peranan Angkatan Udara Republik

    Indonesia dalam Operasi Ganyang Malaysia di Kalimantan tahun 1964 1966,

    penulis mencoba melengkapi pelaksanaan operasi-operasi Ganyang Malaysia

    dalam suatu komando yaitu KOLAGA yang terdiri dari angkatan-angkatan

    bersenjata Republik Indonesia. Pada operasi Ganyang Malaysia, AURI berperan

    dalam pelaksanaan operasi udara dengan penerbangan patroli udara khususnya di

    daerah perbatasan daerah operasi Kalimantan Utara dan Sumatera dan Malaya

    untuk mencegah kemungkinan terjadinya pelanggaran yang dilakukan oleh pesawat

    terbang lawan di daerah perbatasan serta penyusupan pasukan melalui udara ke

    daerah perbatasan untuk penerjunan pasukan guna memperkuat kedudukan.

  • 15

    AURI turut berkoordinasi dengan angkatan bersenjata lain untuk serang

    balas terhadap lawan dan mengamankan daerah operasi dari lawan. AURI didukung

    oleh pasukan khusus AURI yaitu Pasukan Gerak Tjepat (PGT) dengan

    kemampuan-kemampuan khusus dan alutsista udara modern AURI pada masanya.

    F. Metode Penelitian

    Dalam penelitian sejarah menggunakan metode sejarah. Metode sejarah

    adalah sekumpulan prinsip-prinsip dan aturan yang sistematis yang dimaksudkan

    untuk memberi bantuan penelitian sejarah, menilai secara kritis dan kemudian

    menyajikan dalam bentuk tulisan. Metode sejarah terbagi dalam empat tahap

    kegiatan yakni heuristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi30.

    1. Heuristik

    Heuristik merupakan langkah awal dalam melakukan penelitian sejarah,

    yaitu suatu kegiatan mencari sumber-sumber untuk mendapatkan data-data,

    atau materi sejarah atau evidensi sejarah31. Dalam proses ini, pengumpulan

    data harus relevan dengan tema penelitian yaitu Peranan Angkatan Udara

    Republik Indonesia dalam Operasi Ganyang Malaysia di Kalimantan pada

    Tahun 1964-1966.

    a. Studi Dokumen

    Studi dokumen bertujuan untuk memperoleh dokumen yang benar-

    benar berkaitan dengan penelitian dan mendukung penelitian. Studi

    30 Gottschalk, Louis, Mengerti Sejarah (terjemahan dari Nugroho

    Notosusanto), (Jakarta: UI Press, 1975) hlm. 32. 31 Saefur Rochmat, Ilmu Sejarah Dalam Perspektif Ilmu Sosial,

    (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), hlm. 153.

  • 16

    dokumen ini untuk memperoleh data primer berupa arsip, dokumen, foto-

    foto dan surat kabar sejaman. Studi dokumen yang diperoleh mengenai

    operasi Ganyang Malaysia yang dipegang oleh KOLAGA hingga

    menimbulkan infiltrasi antara Indonesia dan Malaysia. Selain itu, juga

    terdapat studi dokumen mengenai peranan Angkatan Udara Republik

    Indonesia dalam operasi Ganyang Malaysia di Kalimantan serta koordinasi

    antara Angkatan Udara Republik Indonesia dengan Angkatan Bersenjata

    lainnya, dan arsip-arsip mengenai penyelesaian hubungan diplomatik antara

    Indonesia dengan Malaysia setelah adanya operasi Ganyang Malaysia.

    b. Studi Pustaka

    Studi pustaka digunakan untuk mengumpulkan data. Studi pustaka

    sangat berguna dalam mendukung, melengkapi data-data penelitian dan

    juga sebagai referensi, artikel, laporan penelitian dan karya ilmiah lainnya

    yang sesuai dengan tema dan permasalahan yang akan dibahas. Studi

    pustaka ini sendiri diperoleh dari Perpustakaan Pusat Sejarah TNI Jakarta,

    Perpustakaan Dinas Penerangan TNI AU Jakarta, Perpustakaan Museum

    Pusat TNI AU Dirgantara Mandala Yogyakarta, Perpustakaan Nasional

    Jakarta, Perpustakaan Arsip Nasional Republik Indonesia Jakarta,

    Perpustakaan Monumen Pers Surakarta, Perpustakaan Program Studi Ilmu

    Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret.

    2. Kritik Sumber (Verifikasi)

    Kritik sumber dilakukan untuk melihat tingkat keaslian sumber dan

    tingkat kredibilitas sehingga tidak terjadi adanya kepalsuan. Kritik sumber

    adalah usaha untuk menilai, memeriksa untuk mengetahui mutunya, serta

  • 17

    menyaring serta memilih sumber-sumber yang telah dikumpulkan untuk

    mendapatkan sumber yang asli dan dapat dipercaya kebenarannya serta dapat

    dipertanggungjawabkan.

    Kritik sumber terdiri atas kritik intern dan kritik ekstern. Kritik intern

    adalah kritik sumber yang digunakan untuk meneliti kebenaran isi dokumen

    atau tulisan tersebut sesuai. Sedangkan kritik ekstern adalah kritik sumber yang

    digunakan untuk mengetahui keaslian sumber yang digunakan untuk

    mengetahui keaslian sumber yang digunakan dalam penulisan. Tujuan utama

    kritik sumber adalah untuk menyeleksi serta memeriksa data, sehingga

    diperoleh fakta.

    3. Interpretasi

    Interpretasi adalah menangkap dan menerangkan fakta-fakta yang telah

    diuji kebenarannya, kemudian menganalisa sumber yang pada akhirnya akan

    menghasilkan suatu rangkaian kejadian yang berlangsung. Dalam tahap ini

    penulis dituntut untuk mencermati dan mengungkapkan fakta yang diperoleh

    dan hubungan antara satu fakta dengan fakta yang lain. Oleh sebab itu di dalam

    interpretasi perlu dilakukan analisis untuk mengurangi unsur subjektivitas dan

    harus dilandasi oleh sikap obyektif.

    4. Penulisan Sejarah (Historiografi)

    Historiografi merupakan tahap akhir dalam metode sejarah.

    Historiografi dapat diartikan sebagai rekonstruksi imajinatif tentang masa

    lampau berdasarkan data yang diperoleh dengan menempuh proses menguji,

    dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau32

    32 Louis Gottschalk, loc.cit.

  • 18

    misalnya dengan cara membuat urutan peristiwa yang mana perlu prinsip

    dalam pengurutan waktu, hubungan sebab akibat serta kemampuan imajinasi

    yaitu menghubungkan peristiwa-peristiwa terpisah menjadi suatu rangkaian

    yang masuk akal.

    G. Sistematika Penulisan

    Skripsi dengan judul Peranan Angkatan Udara Republik Indonesia dalam

    Operasi Ganyang Malaysia di Kalimantan pada tahun 1964 - 1966 ini mempunyai

    sistematika penulisan sebagai berikut:

    Pada bab pertama berisi tentang latar belakang masalah, perumusan

    masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian,

    sistematika penulisan.

    Pada bab kedua, akan membahas tentang latar belakang awal hubungan

    antara Indonesia dengan Federasi Malaysia hingga menyebabkan terjadinya

    perseteruan antara kedua belah pihak dimana sebenarnya hubungan antara kedua

    negara ini mempunyai kesamaan ras dan bahasa. Pada bab ini juga membahas

    operasi Ganyang Malaysia yang dicetuskan oleh Presiden Soekarno, mengangkat

    Menteri Panglima Angkatan Udara Laksamana Madya Udara Omar Dani sebagai

    Panglima Komando Siaga (Koga) dengan tugas mempersiapkan operasi militer

    terhadap Malaysia.

    Pada bab ketiga akan membahas Komando Mandala Siaga (KOLAGA)

    yang meliputi proses pembentukan Komando Mandala Siaga pada tanggal 16 Mei

    1964 setelah tercetusnya Dwikora pada apel besar Presiden Soekarno tanggal 3 Mei

    1964 di Jakarta, membahas tugas dan wewenang serta keorganisasian Komando

  • 19

    Mandala Siaga. Selain itu, pada bab 3 akan membahas pelaksanaan Komando

    Mandala Siaga antara lain pembentukan pos-pos Komando Mandala Siaga,

    koordinasi antar Komponen Strategis Siaga yang terdiri dari beberapa angkatan

    bersenjata Indonesia dimana dalam suatu operasi militer tingkat nasional perlu

    adanya koordinasi sehingga peraturan dan tindakan yang akan dilaksanakan tidak

    saling bertentangan atau simpang siur. Pada bab ini juga akan membahas

    pelaksanaan Komando Mandala Siaga dalam operasi Ganyang Malaysia di

    Kalimantan.

    Pada bab keempat akan membahas peranan Angkatan Udara Republik

    Indonesia dalam Operasi Ganyang Malaysia di Kalimantan tahun 1964-1966 yang

    meliputi pelaksanaan, operasi-operasi, kekuatan pasukan dan alutsista Angkatan

    Udara Republik Indonesia dalam Rangka Konfrontasi Ganyang Malaysia di

    Kalimantan pada tahun 1964 - 1966. Selain itu, pada bab 4 juga membahas

    mengenai penyelesaian konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia melalui jalur

    diplomatik.

    Dalam bab terakhir yaitu kesimpulan sebagai hasil penelitian dan jawaban

    terhadap masalah yang diajukan.