bab 2 landasan teori 2.1. psikologi perkembangan...

26
31 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Psikologi Perkembangan Orang Dewasa 2.1.1. Psikologi Perkembangan Menurut Zimbardo (2000), psikologi perkembangan adalah ilmu ilmiah yang mempelajari tentang perubahan kemajuan psikologis yang terjadi pada manusia dalam setiap periode hidupnya. Perkembangan manusia adalah proses pertumbuhan dan perubahan seumur hidup manusia yang meliputi fisik, kognitif (intelektual) dan sosio emosional. Menurut Zimbardo (2000), teori psikologi perkembangan membagi periode perkembangan manusia menjadi 8 tahap utama yaitu: 1. Masa sebelum lahir sampai lahir (dalam kandungan) 2. Masa pertumbuhan dan awal masa berjalan (dari lahir sampai18 bulan) 3. Masa kanak-kanak awal (18 bulan sampai 6 tahun) 4. Masa kanak-kanak akhir (6 sampai 12 tahun) 5. Masa remaja (12 sampai sekitar 20 tahun) 6. Masa dewasa awal (20 sampai 45 tahun) 7. Masa dewasa tengah (45 sampai 65 tahun) 8. Masa dewasa akhir (65 tahun sampai meninggal) Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan penelitian pada perkembangan masa dewasa awal yaitu dari usia 20 tahun sampai 45 tahun.

Upload: haque

Post on 01-Feb-2018

224 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

  • 31

    BAB 2

    LANDASAN TEORI

    2.1. Psikologi Perkembangan Orang Dewasa

    2.1.1. Psikologi Perkembangan

    Menurut Zimbardo (2000), psikologi perkembangan adalah ilmu ilmiah yang

    mempelajari tentang perubahan kemajuan psikologis yang terjadi pada manusia dalam

    setiap periode hidupnya. Perkembangan manusia adalah proses pertumbuhan dan

    perubahan seumur hidup manusia yang meliputi fisik, kognitif (intelektual) dan sosio

    emosional.

    Menurut Zimbardo (2000), teori psikologi perkembangan membagi periode

    perkembangan manusia menjadi 8 tahap utama yaitu:

    1. Masa sebelum lahir sampai lahir (dalam kandungan)

    2. Masa pertumbuhan dan awal masa berjalan (dari lahir sampai18 bulan)

    3. Masa kanak-kanak awal (18 bulan sampai 6 tahun)

    4. Masa kanak-kanak akhir (6 sampai 12 tahun)

    5. Masa remaja (12 sampai sekitar 20 tahun)

    6. Masa dewasa awal (20 sampai 45 tahun)

    7. Masa dewasa tengah (45 sampai 65 tahun)

    8. Masa dewasa akhir (65 tahun sampai meninggal)

    Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan penelitian pada perkembangan masa

    dewasa awal yaitu dari usia 20 tahun sampai 45 tahun.

  • 32

    2.1.2. Karakteristik Individu pada Masa Perkembangan Dewasa Awal

    Dalam kehidupan manusia selama masa dewasa awal, interaksi terjadi diantara berbagai

    aspek perkembangan seperti fisik, intelektual, dan sosio emosional sangat jelas terlihat

    dan menarik perhatian. Berbagai aspek ini terlihat perubahannya seiring dengan

    berkembangnya kehidupan individu.

    2.1.2.1. Perkembangan Fisik Masa Dewasa Awal

    Dalam perkembangan fisik, masa dewasa awal usia 20-30 tahun merupakan masa

    puncaknya. Ketangkasan jari tangan dan pergerakan tangan mulai menurun setelah usia

    pertengahan 30 tahun (Troll dalam Papalia, 1995).

    Kekuatan, koordinasi, kecerdasan, kecekatan dan ketangkasan tangan, kecepatan

    merespon, ketajaman pandangan dan indera perasa semuanya berada di puncaknya

    sebelum usia 30 tahun. Dan mulai menurun sekitar usia 40 tahun saat kecenderungan

    menuju penurunan jarak pandang jauh yang membuat usia 40 tahunan mengenakan

    kacamata untuk membantu ketajaman penglihatannya. Pendengaran berkurang dimulai

    dari usia 25 tahun dan semakin nyata dan jelas setelahnya, khususnya terhadap suara

    yang melengking (Papalia, 1995).

    2.1.2.2. Perkembangan Kognitif (Intelektual) Masa Dewasa Awal

    Menurut Wikipedia, perkembangan kognitif didefinisikan sebagai perkembangan

    pemikiran, pemecahan masalah, membuat keputusan, konsep pengertian, proses

    informasi, perkembangan bahasa, ingatan dan inteligensi dari masa kecil ke pubertas

    sampai masa dewasa.

    Piaget (dalam Papalia, 1995) menyatakan bahwa perkembangan kognitif dari

    bayi sampai pubertas menghasilkan kombinasi kematangan dan pengalaman. Dalam

    masa dewasa awal, pengalaman memainkan peranan penting dalam fungsi intelektual.

  • 33

    Pengalaman orang dewasa menjadikan mereka untuk mengevaluasi ulang kriteria

    mereka dalam menentukan apa yang benar dan adil. Pengalaman pula yang memiliki

    peranan penting seorang dewasa dalam memecahkan masalahnya. Karena pengalaman

    setiap orang dewasa berbeda-beda, maka efek yang ditimbulkan ke perkembangan

    kognitifnya pun berbeda. Namun, dalam segi psikologis secara umumnya, dalam masa

    perkembangan kognitif dewasa awal usia 20 tahunan sampai pertengahan 30 tahun,

    kebanyakan orang dewasa akan berubah peran dan tanggung jawab menuju kematangan,

    belajar berbisnis, memilih pekerjaan atau memiliki tujuan karir, mengejar pendidikan

    yang lebih tinggi, dan menikah. Serta memperoleh atau membangun kemampuan, hobi

    atau minat baru. Sementara di usia 40 tahunan, orang dewasa cenderung untuk lebih

    mantap dan pasti dalam kehidupannya, membuat komitmen yang lebih dalam dalam

    pekerjaan dan keluarganya, menyusun waktu untuk mencapai tujuan hidup lain yang

    lebih spesifik (Havighurst dalam Wrightsman, 1994).

    2.1.2.3. Perkembangan Sosio Emosional Masa Dewasa Awal

    Dalam perkembangan sosio emosional, seorang dewasa akan mengalami perubahan

    hubungan dewasa dengan orang tuanya, membangun hubungan yang dekat dan aman

    dengan sekitarnya, bekerja sama dengan sekitarnya, memiliki kemampuan untuk

    berhubungan lebih baik dengan orang lain, mengekspresikan dan mengatur emosi,

    kemampuan untuk menghadapi kehidupan dengan sikap serius, serta kemampuan dan

    kesediaan untuk mengatasi kesulitan.

    Beberapa pemaparan aspek penting dalam perkembangan masa dewasa awal

    diatas secara tidak langsung mempengaruhi orang dewasa dalam hal pembelajaran.

    Dalam subbab selanjutnya, penulis akan membahas mengenai konsep pembelajaran

    orang dewasa.

  • 34

    2.2. Konsep Pembelajaran

    2.2.1. Konsep Pembelajaran Orang Dewasa

    Salah satu aspek penting dalam pendidikan yang perlu mendapat perhatian adalah

    konsep pembelajaran orang dewasa. Teori untuk mengajar orang dewasa disebut

    andragogi. Andragogi berasal dari bahasa Yunani. Aner artinya orang dewasa dan

    agogus artinya memimpin. Kalau ditarik dari pengertian pedagogi, maka andragogi

    secara harfiah dapat diartikan sebagai seni dan pengetahuan mengajar dan belajar orang

    dewasa, kebalikan dari pedagogi yang diartikan sebagai seni mengajar anak kecil.

    Andragogi muncul pertama kali pada tahun 1833 di penulisan buku dari seorang

    guru dari Jerman bernama Alexander Kapp. Beliau mengulas teori pendidikan Plato dan

    membedakan andragogy (andr- berarti man-dewasa) dengan pedagogy (paid- berarti

    child- anak-anak) dan agogos berarti petunjuk.

    Semenjak itu konsep andragogi digunakan secara tidak teratur, lalu kemudian

    baru dipopulerkan lagi oleh Malcolm S.Knowles pada tahun 1979 di Amerika Serikat.

    Dan Knowles juga ditunjuk sebagai Ayah Pembelajaran Orang Dewasa.

    Dalam bukunya The Modern Practice of Adult Education (1980), Knowles

    menegaskan andragogi sebagai seni pembelajaran orang dewasa.

    Asumsi-asumsi Knowles mengenai orang dewasa adalah sebagai berikut :

    1. Konsep diri : ketika seseorang matang, konsep dirinya pindah dari seseorang

    yang bergantung pada yang lain menjadi seseorang yang bisa mengarahkan

    dirinya sendiri.

    2. Pengalaman : seseorang yang matang sudah mengumpulkan dan memiliki

    banyak pengalaman untuk belajar.

  • 35

    Dalam situasi belajar, seorang dewasa diharapkan bisa menggunakan

    pengalaman terdahulu untuk membantu orang dewasa belajar. Oleh karena itu,

    pelajar dewasa menggunakan sekaligus pengalaman lama dan pengalaman

    barunya untuk menganalisa pembelajaran.

    3. Kesiapan belajar : mereka siap untuk belajar saat melihat adanya peran atau

    tugas baru.

    4. Orientasi belajar : orang dewasa belajar untuk memecahkan masalah dan

    memperoleh pengetahuan baru secepatnya.

    5. Motivasi belajar : saat seseorang dewasa, motivasi untuk belajar bisa saja datang

    dari luar (seperti kenaikan pangkat, gaji tinggi, dan sebagainya), tetapi motivasi

    pendorong dari dalamlah yang lebih berpengaruh (seperti kualitas kehidupan,

    penghargaan dan sebagainya) (baru ditambahkan Knowles pada tahun 1984).

    Orang dewasa adalah orang yang sudah matang baik secara fisik maupun

    psikologis. Kematangan psikologis orang dewasa sebagai pribadi yang mampu

    mengarahkan diri sendiri mendorong timbulnya kebutuhan psikologi yang sangat dalam

    yaitu keinginan dipandang dan diperlakukan orang lain sebagai pribadi yang

    mengarahkan dirinya sendiri, bukan diarahkan, dipaksa atau dimanipulasi oleh orang

    lain. Dengan demikian apabila orang dewasa menghadapi situasi yang tidak

    memungkinkan dirinya untuk menjadi dirinya sendiri maka dia akan merasa dirinya

    tertekan dan merasa tidak senang, termasuk dalam hal belajar.

    Secara jelas Knowles (1980) menyatakan apabila pelajar sudah berusia 17 tahun,

    penerapan prinsip andragogi dalam kegiatan pembelajarannya menjadi suatu kelayakan.

    Karena upaya membelajarkan orang dewasa berbeda dengan upaya membelajarkan

    anak.

  • 36

    Membelajarkan anak (pedagogi) lebih banyak merupakan upaya

    mentransmisikan sejumlah pengalaman dan ketrampilan dalam rangka mempersiapkan

    anak untuk menghadapi kehidupan di masa datang. Sebaliknya, dalam pembelajaran

    orang dewasa (andragogi) lebih menekankan pada membimbing dan membantu orang

    dewasa untuk menemukan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap dalam rangka

    memecahkan masalah-masalah kehidupan yang dialaminya. Ketepatan pendekatan yang

    digunakan dalam suatu pembelajaran akan mempengaruhi hasil belajar.

    Walaupun orang dewasa tidak secepat kanak-kanak dan remaja dalam hal

    menyerap informasi, namun mereka dapat menukarnya dengan segudang pengalaman

    yang dapat mendukung proses pembelajaran. Dewasa adalah seorang yang mempunyai

    pengalaman dan kaya akan informasi. Kebanyakan orang dewasa sudah mendapat

    pendidikan lewat pengalaman-pengalaman selama hidupnya. Menurut Knowles (1980),

    bagi orang dewasa, proses belajar merupakan process of becoming a person, bukan

    process of being shaped, karena identitas diri seorang dewasa sudah terbentuk dari

    pengalaman masa lalu mereka.

    Pengalaman orang dewasa merupakan sumber belajar yang penting.

    Pembelajaran mereka akan lebih berkesan melalui teknik yang berasaskan pengalaman

    seperti perbincangan dan penyelesaian masalah. Orang dewasa menghubungkan

    pengetahuan dan informasi baru mereka dengan pengalaman-pengalaman mereka

    terdahulu. Oleh karena itu, orang dewasa sangatlah menghargai pengalamannya dan jika

    mereka tidak bisa menggunakan pengalaman-pengalaman mereka tersebut atau

    pengalaman mereka ditolak, maka bisa disamakan bahwa mereka ditolak secara

    individu.

  • 37

    Mereka juga lebih kritis dalam menerima informasi baru, khususnya jika informasi

    tersebut terlihat bertentangan dengan apa yang mereka percayai sebelumnya.

    Kebanyakan pelajar dewasa mengalami keragu-raguan dan cemas mengenai usia

    dan performa mereka. Mereka ini biasanya merasa kurang percaya diri, merasa bahwa

    pengetahuannya kurang mencukupi dan ragu untuk berbicara di kelas. Mereka takut

    berbuat kesalahan atau terlihat konyol atau gagal di depan yang lain. Mereka juga

    merasakan kewajiban untuk memberikan kepuasan bagi instruktur mereka daripada

    pelajar yang lebih muda. Mereka cenderung rendah hati terhadap kemampuan dan

    pengalaman mereka. Dan mereka akan merasa tidak sabar jika mereka merasa bahwa

    materi pembelajaran mereka tidak berguna bagi mereka.

    Aslanian dan Brickell (1980) menyatakan bahwa 83% dari pelajar dewasa

    mendeskripsikan bahwa beberapa perubahan masa lalu, masa sekarang dan masa depan

    dalam kehidupan mereka menjadi alasan untuk belajar. Mereka menghadapi perubahan

    yang di dalamnya mewajibkan mereka untuk belajar untuk membuat perubahan tersebut

    sukses. Alasan orang dewasa untuk belajar bermacam-macam, yaitu perubahan karir,

    pendapatan yang lebih baik, pencapaian aktualisasi diri, kebutuhan dengan rekan bisnis

    dan teman, penghargaan untuk diri sendiri, memuaskan pikiran akan suatu hal atau

    bahkan untuk suatu alasan yang sederhana, sebuah gelar. Bahkan ada orang dewasa yang

    memang menyukai belajar dan ingin melakukannya sepanjang hidup mereka (Papalia,

    1995).

    Dalam penelitian, mayoritas orang dewasa (sebanyak 56%) mengatakan alasan

    mereka untuk belajar adalah demi perubahan karir yang lebih baik. Mayoritas orang

    dewasa yang belajar adalah wanita sebanyak 58% (Aslanian dan Brickell, 1980).

  • 38

    Sudah jelas bahwa orang dewasa belajar karena mereka ingin memperoleh dan

    menggunakan pengetahuan. Orang dewasa memiliki kesadaran penuh dalam

    mempelajari sesuatu yang baru.

    Biasanya mereka mau mempelajari hal tersebut dikarenakan mereka ingin mendapatkan

    pengetahuan ataupun skill dari hal yang mereka pelajari itu untuk mendapatkan hasil

    yang lebih baik atau memperbaiki kehidupan mereka di masa depan. Dari hal itu pula,

    oleh karena itu orang dewasa siap untuk belajar.

    Orang dewasa adalah pelajar yang bisa mengatur dirinya sendiri dan secara

    umum mampu untuk memonitor kemajuan diri mereka sendiri dalam hal belajar. Saat si

    pelajar semakin bertambah usianya, waktu semakin terbatas dan berharga (Draves,

    1984) Mereka sangat menghargai waktu karena mengingat semakin bertambahnya usia

    mereka dan kesadaran bahwa mereka tidak dapat mengembalikan waktu yang hilang.

    Dalam teori andragoginya, Knowles juga menyebutkan bahwa anak kecil lebih

    memiliki orientasi belajar dengan memusatkan pada subjeknya, sementara orang dewasa

    lebih mengarah pada belajar untuk menyelesaikan masalah. Dan apa yang dipelajari dan

    situasi belajar seperti apa, harus berdasarkan pada keinginan dan kebutuhan orang

    dewasa tersebut. Perlu juga dipahami apa pendorong bagi orang dewasa yang belajar,

    apa hambatan yang dialaminya, apa yang ingin dipelajarinya, apa yang diharapkannya,

    bagaimana seorang dewasa dapat belajar dengan paling maksimal dan sebagainya.

    Orang dewasa memiliki sistem nilai yang berbeda, mempunyai pendapat dan

    pendirian yang berbeda. Dengan terciptanya suasana belajar yang baik, orang dewasa

    dapat mengemukakan isi hati dan isi pikirannya tanpa rasa takut dan cemas, walaupun

    mereka saling berbeda pendapat. Orang dewasa harus memiliki perasaan bahwa dalam

    suatu situasi belajar yang bagaimanapun, mereka boleh berbeda pendapat dan boleh

  • 39

    berbuat salah tanpa dirinya terancam oleh sesuatu sanksi (dipermalukan, dicemooh, dan

    sebagainya).

    Dengan menanamkan sikap seperti ini, maka halangan psikologis kurang percaya diri

    yang ada di kebanyakan orang dewasa belajar akan hilang, dan bisa mempercepat

    kemajuan pembelajaran mereka.

    Menurut Lunandi dalam bukunya Pendidikan Orang Dewasa (1993), kemampuan

    orang dewasa belajar dapat diperkirakan sebagai berikut : (a) 1% melalui indera perasa,

    (b) 1,5% melalui indera perasa, (c) 3,5% melalui indera penciuman, (d) 11% melalui

    indera pendengaran, dan (e) 83% melalui indera penglihatan. Selain itu, orang dewasa

    belajar lebih efektif apabila ia dapat melihat sekaligus mendengarkan.

    2.2.2. Perbandingan Pembelajaran antara Anak Usia Sekolah dengan Orang

    Dewasa

    Belajar bahasa adalah proses seumur hidup, dimulai dari bulan pertama dalam hidup dan

    terus berlanjut sampai dewasa. Dalam masa kanak-kanak awal, kemajuan seseorang

    paling banyak adalah dalam hal mempelajari bahasa. Dalam usia 6 tahun, seorang anak

    sudah menguasai pengucapan dasar dan dasar tata bahasa. Juga menguasai lebih dari

    10.000 kata kosakata dasar (90%) dalam bahasa asli mereka (Corsini, 1994).

    Anak sebelum usia sekolah memperoleh sebagian besar bahasa pertamanya

    secara informal dari orang-orang sekitarnya, televisi, ataupun di lingkungan. Mereka

    belajar bahasa tanpa suatu kesadaran dan tanpa suatu usaha.

    Banyak teori yang mengatakan bahwa dalam mempelajari bahasa asing, anak

    kecil lebih sukses jika dibandingkan dengan orang dewasa. Salah satu teori yang

  • 40

    terkenal adalah dari seorang ahli bahasa bernama Eric Lenneberg dalam bukunya

    Biological Foundation of Language (1967) yang menyatakan bahwa masa kritis dalam

    mempelajari suatu bahasa berakhir di sekitar umur 12 tahun atau masa pubertas.

    Beliau menyatakan bahwa bila tidak mempelajari sebuah bahasa asing sebelum umur

    tersebut, maka perolehan bahasa akan mengalami kesulitan. Karena menurutnya, otak

    anak umur di bawah 12 tahun masih dalam masa perkembangan sehingga akan lebih

    mudah untuk mempelajari suatu bahasa.

    Secara logika, dalam ilmu syaraf, fungsi otak dari anak usia sebelum pubertas

    lebih plastis dalam arti masih berkembang. Dan setelah usia pubertas lewat, maka otak

    secara bertahap akan kehilangan plastisitasnya dan kematangan akan menghentikan

    masa kritis perolehan bahasa asing. Pada saat ini, struktur otak yang biasanya digunakan

    untuk belajar dan memroses bahasa akan kehilangan fungsinya dan digantikan oleh

    fungsi lainnya.

    Pendukung utama teori masa kritis adalah seorang ahli bahasa yang terkenal

    yaitu Noam Chomsky. Chomsky (dalam Crain, 2000) menyatakan bahwa otak manusia

    memiliki language acquisition device (LAD : alat untuk memperoleh bahasa), yaitu

    sebuah mekanisme atau proses yang menyebabkan anak untuk mengembangkan

    kemampuan bahasanya. Menurut teori ini, semua anak terlahir dengan universal

    grammar (tata bahasa umum) yang mana membuat mereka bersifat menerima terhadap

    seluruh bahasa. Oleh karena latar belakang ini, maka anak kecil dengan mudah

    menyerap sebuah bahasa saat mereka terekpos oleh bahasa tersebut.

    Teori ini juga didukung dengan studi yang dilakukan oleh Johnson dan Newport

    (1989) yang membahas mengenai maturational state hypothesis (hipotesis tingkatan

  • 41

    kematangan) yang menyatakan bahwa saat masa awal kehidupan (dari bayi sampai

    pubertas) manusia memiliki kemampuan terbaik untuk memperoleh bahasa.

    Kemampuan ini menghilang seiring dengan meningkatnya kematangan.

    Mereka juga menyatakan bahwa pelajar yang terekspos bahasa asing di masa dewasa

    menunjukkan performa yang lebih rendah daripada mereka yang terekspos di masa kecil

    awal.

    David Singleton (1995) menyatakan bahwa dalam mempelajari bahasa asing,

    semakin muda = lebih baik. Tetapi beliau juga mengatakan banyak pengecualian,

    menambahkan bahwa 5% dari pelajar bahasa asing dewasa menguasai bahasa asing

    dengan fasih walaupun mereka mulai mempelajarinya saat mereka sudah dewasa, jauh

    sesudah masa kritis berlalu.

    Banyak penelitian yang juga menunjukkan bahwa teori masa kritis ini tidaklah

    sepenuhnya benar. Penelitian oleh seorang profesor dari Harvard, Chaterine E.Snow

    (2002) menunjukkan bahwa dalam mempelajari bahasa asing, walaupun anak kecil

    memiliki keuntungan dapat mencapai pelafalan native speaker, namun sesungguhnya

    orang dewasa lebih cepat dalam mempelajari bahasa. Dan dalam mempelajari bahasa

    asing, antara orang dewasa dan anak kecil memiliki keuntungan dan kerugiannya

    masing-masing.

    Tabel berikut di bawah ini merupakan perbandingan pembelajaran antara anak

    kecil dengan orang dewasa.

    Anak Kecil Orang Dewasa

    a. Pembelajarannya berpusat pada subjek a. Pembelajarannya berpusat pada

  • 42

    pelajaran, bersifat kompetitif dan formal. masalah, bersifat respektif dan informal.

    b. Pelajarannya bersifat transmisi, guru

    berkata, murid mendengarkan.

    b. Pelajarannya bersifat diskusi dan

    pembicaraan masalah dengan teknik

    pengalaman.

    c. Bergantung pada orang dewasa untuk

    mengatur hidupnya dan memutuskan apa

    yang mereka mereka pelajari dan

    menganggapnya penting karena diberitahu

    bahwa itu penting dan akan

    menguntungkan mereka di masa depan.

    c. Bergantung pada diri sendiri untuk

    mengatur hidupnya, menentukan sendiri

    apa yang ingin mereka pelajari dan kuasai.

    Mengetahui apa saja yang mereka

    butuhkan untuk menunjang kehidupannya

    di masa depan.

    d. Belum memiliki pengalaman hidup, oleh

    karena itu mereka cenderung terbuka

    terhadap informasi baru dan siap untuk

    menerimanya. Tanpa ragu mereka akan

    belajar apa disuruhkan oleh orang tuanya

    dan menyerap informasi walaupun tanpa

    secara detil.

    d. Memiliki banyak pengalaman hidup,

    menggunakan pengalaman baru dan lama

    sekaligus untuk menyerap informasi.

    Walaupun mereka cenderung lebih lama

    dalam menyerap informasi baru yang

    diberikan, namun seorang dewasa benar-

    benar menyerap dengan detail seluruh

    informasi yang diberikan.

    e. Sistem kognitif anak-anak yang belum

    berkembang sempurna, belum memiliki

    kemampuan untuk membuat teknik dan

    strategi untuk kemajuan belajar mereka.

    e. Sistem kognitif orang dewasa sudah

    berkembang sempurna sehingga mereka

    bisa membuat teknik dan strategi

    bagaimana cara terbaik mereka untuk

    mendapat hasil yang baik dalam belajar.

  • 43

    f. Anak kecil belajar karena disuruh oleh

    orang tuanya dan belum memikirkan hasil

    pembelajarannya akan digunakan untuk

    apa.

    f. Orang dewasa berharap bahwa hasil

    pembelajarannya itu dapat digunakan

    sesegera mungkin dalam waktu dekat.

    g. Anak-anak lebih mampu untuk

    memahami kata dan mendengar perbedaan

    kecil dalam bunyi yang seringkali

    dilewatkan oleh orang dewasa yang mana

    menyebabkan pemahaman lebih sulit. Dan

    mereka lebih bersedia untuk

    bereksperimen dengan suara atau

    rangkaian bunyi-bunyi asing.

    g. Dalam hal menguasai tata bahasa,

    mereka lebih maju dibandingkan dengan

    anak kecil, karena kemampuan sistem

    kognitif mereka sudah berkembang matang

    dan dapat memroses bahasa dalam level

    lebih tinggi (pemahaman hubungan

    kalimat dan kosakata serta struktur bahasa)

    dan kemampuan untuk menerjemahkan.

    h. Anak kecil belajar tanpa kesadaran dan

    mereka dapat menggunakan sebagian besar

    waktu mereka untuk belajar. Mereka tidak

    butuh motivasi untuk mempelajari bahasa

    asing, dimana kesuksesan pembelajaran

    orang dewasa sebagian juga tergantung

    dari motivasi mereka untuk

    mempelajarinya.

    h. Orang dewasa belajar dengan kesadaran

    penuh dan motivasi. Motivasi sangat

    mendukung orang dewasa dalam belajar

    dan membantu mereka untuk maju

    (perasaan akan keberhasilan, penghargaan

    terhadap diri sendiri, kehidupan yang

    lebih baik dan sebagainya).

    i. Anak kecil lebih sulit untuk beradaptasi

    dengan kelas baru dan metode pengajaran

    yang asing dan baru.

    i. Orang dewasa lebih mudah beradaptasi

    dengan metode pembelajaran dan suasana

    kelas yang baru dan asing.

  • 44

    j. Anak kecil belajar tanpa paksaan dan

    kesungguhan. Konsentrasi anak kecil

    sering terpecah, karena anak kecil di dalam

    kelas lebih tertarik melihat teman

    sekelasnya melakukan apa daripada

    memperhatikan apa yang diucapkan oleh

    guru.

    j. Orang dewasa belajar dengan sungguh-

    sungguh dan berkonsentrasi dalam

    mempelajari suatu hal baru untuk tujuan

    yang jelas dan berguna bagi keperluan

    hidup mereka. Mereka akan mengeluarkan

    kemampuan terbaiknya jika melihat

    adanya keuntungan dari hasil belajarnya

    dapat membuat hidupnya lebih baik.

    k. Anak-anak dapat berbicara dengan

    lantang dalam bahasa asing, mereka dapat

    bertanya kapanpun dan dimanapun tanpa

    harus khawatir akan membuat kesalahan.

    Walaupun mereka salah berbicara, mereka

    tidak merasakan malu atau apapun.

    k. Orang dewasa lebih condong untuk

    merasa tidak percaya diri dan malu dalam

    berbicara bahasa asing, mereka takut akan

    membuat kesalahan dan terlihat konyol di

    hadapan orang lain.

    l. Anak dalam usia masa kritis yang

    mempelajari bahasa asing mendapatkan

    satu keuntungan yang pasti yaitu pelafalan

    bahasa asing yang fasih seperti native

    speaker. Penelitian oleh Oyama (1976)

    menyatakan bahwa semakin muda

    seseorang belajar bahasa asing, maka

    mereka akan semakin mendekati kefasihan

    pelafalan seperti seorang native speaker.

    l. Walaupun orang dewasa menghasilkan

    pelafalan dengan aksen bahasa ibunya,

    tetapi secara keseluruhan mereka dapat

    menguasai bahasa asing dengan fasih.

  • 45

    Chaterine E.Snow juga memberikan bukti-bukti yang menentang teori masa

    kritis. Dalam penelitiannya yang membandingkan antara anak kecil dan orang dewasa

    belajar bahasa asing, membuktikan bahwa pelajar di atas usia masa kritis (pubertas atau

    12 tahun) memiliki performa yang lebih baik daripada anak kecil di bawah kondisi

    terkontrol, kecuali dalam hal pelafalan.

    Dalam bukti-bukti tersebut jelas memperlihatkan bahwa tidak ada masa kritis untuk

    mempelajari bahasa asing. Bahwa tidak ada penetapan dalam batas kapan seharusnya

    seseorang mempelajari bahasa asing. Tetapi, memang ada banyak sekali perbedaan

    antara pelajar dewasa dan pelajar anak dalam mempelajari suatu hal yang baru seperti

    kimia, musik, matematika, dan sebagainya termasuk bahasa. Dalam hal belajar, orang

    dewasa memiliki keuntungan dan kerugiannya masing-masing. Dan semua keuntungan

    dan kerugian itu memiliki variasi dalam berbagai usia pula.

    Robertson (2002) mengamati bahwa dalam memperoleh kesuksesan dalam

    mempelajari bahasa asing tidak hanya dilihat dari faktor usia saja, bahwa banyak faktor

    utama lain yang mempengaruhi perolehan bahasa asing tersebut seperti motivasi diri,

    kecemasan, kemampuan pemahaman dan pengekspresian, pengaturan dan komitmen

    waktu dan sebagainya.

    Beberapa keahlian menguasai bahasa asing memang lebih baik jika diperoleh saat

    usia muda, namun beberapa juga lebih baik diperoleh di saat usia dewasa. Anak usia

    sekolah lebih unggul dari pelajar dewasa dalam pemahaman pendengaran dan

    kemampuan berkomunikasi (kefasihan berbicara dan aksen, yang mana bisa diperoleh

    dari pendidikan informal), dimana keuntungan pelajar dewasa adalah pemahaman

    membaca dan kemampuan akademik bahasa (kemampuan menerjemahkan dan

  • 46

    kemampuan lain yang dapat diperoleh dari pendidikan formal) (Cummins, dalam Taylor

    1990).

    Jika seorang anak belajar bahasa asing dalam masa usia 6-12 tahun, biasanya

    mereka berbicara dengan kefasihan tanpa disertai aksen bahasa ibunya. Tetapi bila

    pembelajaran ditunda sampai setelah usia 12 tahun, maka aksen bahasa asli akan jelas

    terlihat (Birdsong dalam Smith, 2005).

    Penelitian beliau mengindikasikan bahwa masa kritis memang ada di sekitar usia 6-12

    tahun. Ini disebabkan karena seiring dengan bertambahnya usia, kita kehilangan

    kapasitas untuk mengadaptasi otak kita dari pelafalan bahasa asli ke pelafalan bahasa

    asing yang baru (seperti konsonan dan vokal).

    Teori ini didukung oleh Kennedy (dalam Smith, 2005) yang menyatakan jika

    sistim pelafalan sudah terpaku mati dalam otak kita, maka bahasa asli kita akan menolak

    segala jenis perubahan ataupun penambahan yang mencakup segala bunyi baru atau

    pelafalan baru dari bahasa asing. Ditambah dengan faktor fisik seperti otot bicara. Saat

    usia muda, otot yang mengontrol logat bicara kita masih lunak dan bisa dilatih dan bisa

    mencapai pelafalan seperti native. Dan selanjutnya dengan bertambahnya usia, maka

    otot-otot pun semakin melemah dan kaku. Inilah sebabnya mengapa dalam usia masa

    kritis, anak-anak lebih mudah mencapai pelafalan bahasa asing seperti native tetapi tidak

    dengan orang dewasa.

    Penelitian oleh Coppetier dan Scovel (1981) menyatakan bahwa bahkan pelajar

    bahasa asing dewasa yang sudah di tingkat kemahiran tinggi tidak berperfoma secara

    sempurna dalam pelafalan. Oyama (1976) menyatakan pelajar bahasa asing dewasa

    hampir selalu memiliki aksen bahasa ibu mereka dalam pengucapan bahasa asing yang

    mereka pelajari, aksen mereka hampir selalu dapat dikenali bahkan termasuk mereka

  • 47

    yang berbicara dengan tata bahasa yang sempurna. Berbeda dengan anak kecil di bawah

    usia pubertas yang mempelajari bahasa asing, mereka hampir tidak memiliki aksen

    dalam pelafalan bahasa asing yang mereka peroleh. Ini menjelaskan pengalaman melihat

    anak kecil berbicara bahasa asing dengan natural dan melihat orang dewasa berbicara

    bahasa asing dengan aksen yang tidak natural. Namun bagi anak kecil yang ingin

    memperoleh pelafalan seperti native harus diekspos secara cukup untuk memperoleh

    pelafalan yang alami.

    Orang dewasa memiliki kemajuan yang lebih cepat dalam masa pembelajaran

    bahasa asing di tahap awal, tetapi bagi mereka yang menerima ekspos bahasa asing

    secara alami selama masa kecilnya, secara hebat dapat meraih level yang lebih tinggi

    dalam pelafalannya (Krashen, Long, dan Scarcella, 1979). Singleton (1995) menyatakan

    bahwa tidak ada masa kritis untuk belajar kosakata bahasa asing bagi orang dewasa.

    Perbedaan gaya belajar orang dewasa yang belajar secara analisis dan anak kecil

    yang belajar secara natural adalah hal yang membedakan pembelajaran bahasa dan

    perolehan bahasa mereka.

    2.2.3. Faktor Halangan dalam Proses Belajar Orang Dewasa

    Menurut Verner dan Davidson dalam Lunandi (1993) ada 6 faktor utama yang secara

    fisik dan psikologis dapat menghambat orang dewasa dalam belajar:

    1. Dengan bertambahnya usia, titik dekat penglihatan atau titik terdekat yang dapat

    dilihat secara jelas mulai bergerak menjauh. Pada usia 20 tahun, seseorang dapat

    melihat jelas suatu benda pada jarak 10 cm dari matanya. Sekitar usia 40 tahun,

    titik dekat penglihatan itu sudah menjauh sampai 23 cm.

    2. Begitu pula dengan titik jauh penglihatan. Seiring dengan bertambahnya usia,

    titik terjauh yang dapat dilihat secara jelas mulai berkurang, yakni makin pendek.

  • 48

    Sekitar usia 40 tahunan, kesulitan untuk membaca huruf kecil adalah umum.

    Karena disebabkan oleh penambahan ukuran lensa yang ditambah dengan otot

    mata yang melemah yang mengakibatkan mata untuk sulit memfokuskan objek

    (Berk, 2003).

    3. Makin bertambah usia, makin besar pula jumlah penerangan yang diperlukan

    dalam suatu situasi belajar. Kalau seseorang pada usia 20 tahun memerlukan 100

    watt cahaya, maka pada usia 40 tahun diperlukan 145 watt cahaya dan pada usia

    70 tahun seterang 300 watt baru cukup untuk dapat melihat secara jelas.

    4. Pendengaran atau kemampuan menerima suara berkurang dengan bertambahnya

    usia. Pada umumnya seseorang mengalami kemunduran dalam kemampuannya

    membedakan nada secara tajam pada tiap dasawarsa dalam hidupnya. Pria

    cenderung lebih cepat mundur dalam hal ini daripada wanita. Hanya 11% dari

    orang berusia 20 tahun yang mengalami kurang pendengaran. Sampai 51% dari

    orang yang berusia 70 tahun ditemukan mengalami kurang pendengaran.

    5. Kemampuan untuk membedakan bunyi juga semakin mengurang dengan

    bertambahnya usia. Dengan demikian bicara orang lain yang terlalu cepat makin

    sukar ditangkapnya dan bunyi sampingan dan suara di latar belakangnya bagai

    menyatu dengan bicara orang. Makin sukar pula membedakan bunyi konsonan

    seperti t, g, b, c, dan d.

    6. Makin bertambah usia, lebih sulit untuk membedakan warna-warna lembut, hal

    ini disebabkan oleh menguningnya kornea atau lensa mata, sehingga cahaya yang

    masuk agak terasing. Untuk jelasnya perlu digunakan warna-warna cerah yang

  • 49

    kontras untuk alat-alat peraga.

    Selain halangan-halangan di atas, orang dewasa belajar juga memiliki halangan-

    halangan lain, yaitu orang dewasa yang mempelajari suatu hal cenderung membutuhkan

    waktu yang lebih lama untuk menyerap informasi-informasi baru di dalam otaknya.

    Mereka tidak sebaik anak muda dalam mengingat kembali hal yang sudah dipelajari.

    Kecepatan bekerja otak menurun seiring bertambahnya usia. Juga adanya penurunan

    kecepatan di pergerakan dan waktu bereaksi. Menurunnya proses kecepatan otak

    menyulitkan orang dewasa yang berusia 40 tahunan untuk membagi perhatian dan

    konsentrasi mereka dalam belajar. Juga lebih menyulitkan dalam hal mengubah dari

    tugas yang satu langsung ke tugas yang lain (Berk, 2003).

    Jika dibandingkan dengan anak muda, dalam mempelajari sesuatu orang dewasa

    akan mengalami krisis percaya diri. Kecemasan merupakan salah satu faktor penting

    yang menentukan apakah seseorang dapat sukses dalam hal belajarnya atau tidak. Orang

    dewasa biasanya akan lebih takut akan kegagalan dan terlihat atau terdengar konyol di

    hadapan orang lain (Twyford dalam Smith, 2005). Ini bisa menghalangi kemajuan

    seseorang dalam belajar. Kurangnya percaya diri seperti ini lebih menghalangi orang

    dewasa dalam belajar daripada penurunan fisik itu sendiri.

    Selain perubahan fisik berpengaruh dalam kemampuan belajar, faktor usia pun

    bisa menyebabkan fungsi otak juga menurun seperti kapasitas ingatan, kecepatan

    menghitung, kecepatan mengingat kembali dan sebagainya. Selain itu juga, hambatan

    seperti gangguan sirkulasi darah, depresi, stress ataupun penyakit kronis bisa menjadi

    halangan bagi seorang dewasa untuk belajar (Merriam, 2001).

    Edward L.Thorndike (1927) melaporkan bahwa kemampuan untuk belajar

    menurun perlahan sebanyak 1% setiap tahunnya setelah usia 25 tahun. Bagi sebagian

  • 50

    orang dewasa, mempelajari suatu bahasa asing yang baru merupakan pekerjaan yang

    sulit. Setiap tahunnya, jutaan pelajar SMU dan mahasiswa yang mempelajari bahasa

    asing, hanya sedikit dari mereka yang benar-benar fasih.

    Orang dewasa dapat menggunakan kemampuan intelektualnya yang sudah matang

    untuk menggantikan kemampuan memori mereka yang menurun dan kontrol motor

    mereka (Steinburg dalam Taylor, 1990).

    Dan juga walaupun orang dewasa tidak secepat anak muda dalam hal belajar, namun

    mereka bisa menambal kekurangan ini dengan kayanya pengalaman mereka yang

    terkadang bisa membantu mereka dalam menganalisis permasalahan. Walaupun orang

    dewasa membutuhkan waktu yang lebih lama untuk belajar, namun mereka mempelajari

    hal tersebut di level yang lebih dalam dan relevan dengan hal lainnya.

    Penelitian menunjukkan dengan bertambahnya usia jika orang dewasa menjaga

    kesehatannya dan tetap aktif secara mental, maka kemampuan intelektual dan

    kemampuan belajarnya tidak akan menurun (Ostwald dan Williams, 1981)

    2.3. Bahasa Mandarin

    Bahasa Mandarin merupakan bahasa utama bagi suku Han, yang juga merupakan bahasa

    nasional Negara China. Bahasa Mandarin atau Putonghua adalah Standar Bahasa

    Mandarin yang dipakai sekarang ini, sesuai dengan dialek dari bagian utara.

    2.3.1. Huruf Han

    Menurut Wikipedia, tulisan huruf Mandarin berasal dari China sekitar 3500 tahun yang

    lalu. Memiliki sekitar 5000 karakter umum yang digunakan untuk mewakili sebuah

    morfem. Tidak seperti huruf abjad, huruf Mandarin tersusun dari karakter. Kombinasi

    dari berbagai karakter menghasilkan huruf Han.

  • 51

    Kebanyakan dari huruf Han tersusun dari satu atau dua karakter, sebagian besar

    dari karakter tersusun dari satu atau dua radikal akar. Sekitar 90% dari karakter huruf

    Mandarin disusun dan dikembangkan menurut prinsip (xng shng), yaitu prinsip

    yang memiliki unsur simbol dan unsur nada yang tergabung menjadi satu membentuk

    satu huruf baru. Cara dari prinsip ini adalah menggunakan satu bentuk radikal yang

    memiliki arti dan satu karakter lagi yang dibaca sama sesuai radikalnya.

    Pengertian dan pemakaian prinsip ini sangat leluasa digunakan.

    2.3.2. Keistimewaan Karakteristik Bahasa Mandarin Dibandingkan dengan

    Bahasa Asing Lain

    Bahasa Mandarin merupakan salah satu dari bahasa asing yang sulit dipelajari

    bersamaan dengan bahasa Jepang, bahasa Korea dan bahasa Arab. Tidak semua bahasa

    asing sulit untuk dipelajari, tergantung bahasa ibu si pelajar tersebut. Seorang Indonesia

    akan lebih mudah mempelajari bahasa Inggris yang menggunakan bahasa alfabet yang

    sama dibandingkan jika mempelajari bahasa Mandarin yang menggunakan bahasa

    simbol. Seorang Amerika akan lebih mudah mempelajari bahasa Spanyol jika

    dibandingkan dengan seorang Jepang.

    Dengan banyaknya karakteristik dan keistimewaan tersendiri yang terdapat

    dalam bahasa Mandarin menjadikan bahasa ini merupakan bahasa yang sulit bagi orang-

    orang yang ingin mempelajarinya. Beberapa karakteristik bahasa Mandarin yang

    istimewa sekaligus merupakan aspek kesulitan dalam mempelajarinya adalah sebagai

    berikut :

    1. Huruf Han yang merupakan tulisan bahasa Mandarin menggunakan huruf

    simbol. Sistem tulisan bahasa Mandarin menggunakan karakter dan setiap

  • 52

    karakter mewakili morfem atau suku kata. Total karakter huruf Han yang ada

    sebanyak 47035 kata dalam kamus Kangxi (Wikipedia). Karakter umum yang

    biasa digunakan sekitar 1400-2500 huruf.

    2. Penulisan huruf Han memiliki aturan dalam menulis setiap susunan guratan.

    Guratan yang ditulis harus berdasarkan urutan-urutan tertentu dan jika salah atau

    kurang guratan maka arti dari huruf tersebut pun akan berbeda atau salah.

    3. Bahasa Mandarin memiliki 4 intonasi nada. Setiap huruf dengan nada yang

    berbeda memiliki arti yang berbeda. Dan ada banyak suku kata dengan bunyi dan

    pelafalan yang sama namun dengan arti yang berbeda. Contoh (gn) yang

    mempunyai arti mengikuti dengan (gn) yang mempunyai arti akar tumbuhan.

    Total tulisan pinyin (ejaan) dengan arti yang ada sebanyak 1382 pinyin (ejaan).

    4. Dalam mempelajari bahasa Mandarin, kita harus membiasakan lidah untuk

    membedakan huruf konsonan dengan jelas seperti j, q, zh, ch, sh, z, s, c, x, dan

    sebagainya. Untuk menguasai hal ini, harus banyak berlatih dengan

    mengucapkannya dengan berulang-ulang.

    5. Jika sudah mempelajari cukup kosakata yang umum, secara perlahan sudah bisa

    membaca sebuah paragraf atau kalimat. Tetapi bentuk penulisan kalimat dalam

    bahasa Mandarin merupakan kalimat yang mengalir dengan karakter tanpa

    menggunakan spasi untuk membagi-bagi kalimat tersebut kedalam kata atau

    frase. Untuk bisa membaca dengan lancar, si pembaca harus bisa dengan cepat

    mengenali yang mana kata ganti kata benda, kata depan, kata bilangan, kata

    singkatan dan sebagainya. Dan banyak huruf Mandarin dalam kalimat yang

  • 53

    disingkat seperti (y jng) menjadi (y).

    6. Untuk melihat suatu huruf dalam kamus, membutuhkan waktu dan kecepatan

    mencari. Karena mencari huruf Mandarin di dalam kamus, pertama harus

    menemukan radikal akar dari karakter tersebut, kemudian baru mencarinya

    dengan huruf pinyin (ejaan). Hal itu membutuhkan waktu dibandingkan dengan

    mencari arti kata dalam bahasa alfabet.

    7. Keistimewaan dari grammar bahasa Mandarin adalah peraturannya tidak terlalu

    ketat. Tidak ada perubahan dalam kata benda dan tidak menggunakan perbedaan

    bahasa bagi wanita dan pria. Bahasa Mandarin sangat bergantung pada ketepatan

    pengaturan huruf dan kegunaan kata itu sendiri, tepatnya pada penggunaan

    partikel yang mengindikasikan sebuah tindakan atau kejadian yang sudah terjadi

    ( le), yang sedang terjadi ( zh) ataupun yang sudah dialami ( gu).

    8. Seperti yang kita ketahui, otak kita terbagi menjadi 2 bagian yaitu otak sebelah

    kiri (left hemisphere) dan otak sebelah kanan (right hemisphere). Seperti yang

    diketahui, kemampuan untuk berbahasa berada di otak sebelah kiri. Di 95%

    orang bertangan kanan, bagian kiri otaknya dominan untuk bahasa. Bahkan di

    60-70% orang bertangan kidal, otak kirinya juga dominan untuk bahasa. Setiap

    bagian dari otak terbagi untuk beberapa fungsi, seperti di otak kanan yang lebih

    berfungsi untuk spatial abilities (kemampuan yang berhubungan dengan ruang

    atau tempat), pengenalan wajah, imaginasi visual, dan musik. Sementara otak

    kiri lebih mempunyai fungsi yaitu untuk bahasa, matematika dan logika.

    Mempelajari bahasa Mandarin tidak sama seperti mempelajari bahasa Inggris.

  • 54

    Bahasa Mandarin merupakan bahasa simbol dan juga bahasa ucapan. Peneliti Dr.

    Sophie Scott dari Wellcome Trust dari Inggris, menemukan bahwa orang yang

    mempelajari bahasa Mandarin menggunakan kedua bagian otaknya untuk

    memahami bahasa tersebut. Dibandingkan dengan bahasa Inggris sebagai bahasa

    alfabet yang hanya menggunakan satu sisi dari otaknya yaitu sebelah kiri yang

    memang berfungsi untuk memroses bahasa. Perbedaan intonasi nada dalam

    bahasa Mandarin dipercaya oleh para peneliti menjadi alasan mengapa orang

    yang belajar Mandarin menggunakan kedua bagian otaknya untuk

    memahaminya. Karena otak sebelah kanan biasanya dihubungkan dengan fungsi

    untuk memproses musik atau nada. Penelitian lain (Hatta, Tzeng, Hung, Cotton

    & Wang dalam Taylor, 2001) menemukan bahwa untuk memproses sebuah

    karakter dalam bahasa Mandarin menggunakan otak sebelah kanan, yang mana

    salah satu fungsinya adalah imaginasi visual atau gambar. Sementara memroses

    dua buah karakter huruf Mandarin, menggunakan otak sebelah kiri. Dengan

    penjelasan sebagai berikut jika kita mencari arti sebuah karakter di dalam kamus,

    kita akan mengingatnya dengan otak sebelah kanan yang berfungsi sebagai

    imaginasi visual atau gambar. Tetapi jika kita membaca dua buah karakter,

    proses itu akan beralih ke otak sebelah kiri yang mana fungsinya adalah untuk

    memroses tata bahasa. Oleh karena itu mempelajari bahasa Mandarin yang

    merupakan bahasa simbol, bahasa alfabet (pinyin), dan bahasa yang

    menggunakan intonasi untuk pengucapannya, serta membutuhkan kedua bagian

    otak untuk memahami keseluruhannya, menjadikan bahasa Mandarin lebih sulit

    untuk dipelajari.

  • 55

    2.4. Kerangka Pemikiran Peneliti

    Dalam penelitian ini, penulis membahas mengenai proses belajar orang dewasa.

    Mengingat bahasa Mandarin merupakan bahasa yang cukup penting dan banyak orang

    dewasa yang mulai mempelajarinya di masa sekarang ini dan di masa depan nantinya,

    maka menginspirasi penulis untuk memilih tema kesulitan orang dewasa dalam

    mempelajari bahasa Mandarin. Penulis memfokuskan penelitian ini pada orang dewasa

    awal dalam cakupan usia 20-45 tahun yang belajar bahasa Mandarin di tempat kursus di

    Jakarta.

    Dalam penelitian ini, penulis memasukkan teori perkembangan orang dewasa

    awal, konsep pembelajaran orang dewasa awal, dan teori faktor halangan orang dewasa

    belajar. Penulis juga membandingkan pembelajaran antara anak kecil dengan orang

    dewasa untuk memperlihatkan apa perbedaan pembelajaran dan perolehan bahasa asing

    antara anak kecil dan orang dewasa. Karena ada teori yang mengatakan bahwa belajar

    bahasa asing sebelum usia pubertas (12 tahun) lebih mudah daripada usia dewasa.

    Teori oleh Eric Lenneberg menyatakan bahwa masa kritis (critical period) untuk

    mempelajari bahasa asing harus dilakukan sebelum usia 12 tahun atau masa pubertas,

    karena otak anak usia di bawah 12 tahun masih berkembang sehingga mengakibatkan

    kemudahan dalam hal belajar bahasa. Teori lain yang menentang teori tersebut adalah

    penelitian dari Chaterine E.Snow yang menyatakan bahwa dalam mempelajari bahasa

    orang dewasa dan anak kecil memiliki keuntungan dan kerugiannya tersendiri. Begitu

    pula dengan Robertson yang menyatakan bahwa dalam memperoleh kesuksesan belajar

    bahasa tidak hanya dilihat dari faktor usia saja. Banyak faktor lain yang juga

    mempengaruhi perolehan bahasa asing.

  • 56

    Dalam penelitian ini, penulis membagi responden menjadi 2 kelompok yaitu

    kelompok I (20-34 tahun) dan kelompok II (35-45 tahun), karena faktor halangan untuk

    dewasa usia 20 tahun berbeda dengan usia 40 tahun. Selain ingin mengetahui secara

    umum kesulitan orang dewasa awal di Jakarta yang mempelajari bahasa Mandarin,

    penulis juga ingin meneliti apakah halangan belajar dewasa usia 20 tahun dengan usia 40

    tahun sama ataukah berbeda dilihat dari halangan segi fisik dan psikologisnya. Penulis

    menggunakan metode kuesioner dengan menyebarkan kuesioner kepada 120 orang (60

    orang dewasa usia 20-34 tahun dan 60 orang dewasa usia 35-45 tahun) yang belajar

    bahasa Mandarin di berbagai tempat les di Jakarta. Untuk bagian landasan teori, penulis

    menggunakan metode kepustakaan untuk mendapatkan berbagai sumber teori. Selain

    teori-teori yang telah disebutkan di atas, penulis juga memasukkan karakteristik

    keistimewaan bahasa Mandarin dibandingkan dengan bahasa asing lain yang mana

    menyebabkan bahasa Mandarin lebih sulit untuk dipelajari dibandingkan dengan bahasa

    lain bagi pelajar yang bahasa ibunya merupakan bahasa alfabet.