b a b iv - ms-aceh.go.id iv.pdflaporan tahun 2011 editoril : ansharullah, sh., mh. mahkamah...

28
Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH. Mahkamah Syar’iyah Aceh 55 B A B IV PENGAWASAN INTERNAL DAN EKTERNAL Mahkamah Syar’iyah Aceh selaku Kawal Depan Mahkamah Agung di Daerah, mempunyai kewajiban untuk melakukan pengawasan dan pembinaan baik yang menyangkut Tugas Pokok dan Fungsinya Peradilan di bidang Kepaniteraan (Tehnis Yustisial) maupun dibagian Kesekretariatan (Tehnis Non Yusticial), baik mengawasi di dalam (Internal) maupun mengawasi keluar (Eksternal) yaitu Mahkamah Syar’iyah yang ada dalam Yurisdiksi Mahkamah Syar’iyah Aceh (19 Mahkamah Syar’iyah Tk. Pertama). Mahkamah Syar’iyah/Peradilan Agama sesuai Tugas Pokok dan Fungsinya sebagaimana tersebut dalam pasal 49 Undang Undang Nomor 3 Tahun 2006 yaitu menerima, memeriksa, mengadili dan memutuskan perkara perkara tertentu yang terjadi antara masyarakat yang beragama Islam dengan konpetensi Absolut dan relatifnya yang semakin hari semakin luas kewenangannya. Mahkamah Syar’iyah dalam rangka menjalankan Tugas Pokok dan Fungsinya mengacu kepada Pola Bindalmin, baik dalam menerima sampai dengan memberi putusan yang seadil-adilnya kepada pencari keadilan, maka perlu dilakukan pengawasan dan pembinaan secara berkala dan terus menerus, baik di dalam maupun ke luar. Untuk melakukan pengawasan ini Ketua Mahkamah Syar’iyah membuat Surat Tugas dengan berbagai konsekwensinya.

Upload: dinhthuan

Post on 17-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.

Mahkamah Syar’iyah Aceh

55

B A B IV

PENGAWASAN INTERNAL DAN EKTERNAL

Mahkamah Syar’iyah Aceh selaku Kawal Depan Mahkamah Agung di Daerah,

mempunyai kewajiban untuk melakukan pengawasan dan pembinaan baik yang

menyangkut Tugas Pokok dan Fungsinya Peradilan di bidang Kepaniteraan (Tehnis

Yustisial) maupun dibagian Kesekretariatan (Tehnis Non Yusticial), baik mengawasi di

dalam (Internal) maupun mengawasi keluar (Eksternal) yaitu Mahkamah Syar’iyah yang

ada dalam Yurisdiksi Mahkamah Syar’iyah Aceh (19 Mahkamah Syar’iyah Tk.

Pertama).

Mahkamah Syar’iyah/Peradilan Agama sesuai Tugas Pokok dan Fungsinya

sebagaimana tersebut dalam pasal 49 Undang Undang Nomor 3 Tahun 2006 yaitu

menerima, memeriksa, mengadili dan memutuskan perkara perkara tertentu yang terjadi

antara masyarakat yang beragama Islam dengan konpetensi Absolut dan relatifnya yang

semakin hari semakin luas kewenangannya.

Mahkamah Syar’iyah dalam rangka menjalankan Tugas Pokok dan Fungsinya

mengacu kepada Pola Bindalmin, baik dalam menerima sampai dengan memberi

putusan yang seadil-adilnya kepada pencari keadilan, maka perlu dilakukan pengawasan

dan pembinaan secara berkala dan terus menerus, baik di dalam maupun ke luar. Untuk

melakukan pengawasan ini Ketua Mahkamah Syar’iyah membuat Surat Tugas dengan

berbagai konsekwensinya.

Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.

Mahkamah Syar’iyah Aceh

56

A. Pengawasan Internal

Sistem pengawasan Internal dilingkungan Lembaga Peradilan saat ini

terdiri dari dua bagian besar, yaitu :

1. Pengawasan melekat

Pengawasan melekat dalam organisasi Mahkamah Agung dan Lembaga

Peradilan di bawahnya adalah Pengawasan secara struktural yang melekat dalam

suatu organisasi, sebagaimana yang dimaksudkan oleh pedoman umum Angka 1

huruf a Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 1989 tentang Pedoman Pengawasan

Melekat adalah serangkaian kegiatan yang bersifat sebagai pengendalian yang

terus menerus dilakukan oleh atasan langsung terhadap bawahannya, secara

preventif atau represif agar pelaksanaan tugas bawahan tersebut berjalan secara

efektif dan efesien sesuai dengan rencana kegiatan dan peraturan perundang-

undangan yang berlaku,” Dalam hal Mahkamah Syar`iyah, maka pengawasan

melekat secara mikro dilakukan oleh masing-masing atasannya, dan secara

Makro dilaksanakan secara berjenjang yaitu Mahkamah Syar`iyah dan

Mahkamah Syar`iyah Tingkat Pertama.

2. Pengawasan Fungsional

Dengan ditetapkannya Hakim-hakim pengawas Bidang dan Hakim-

Hakim Pengawas Daerah terhadap jalannya tugas pokok dan fungsi Mahkamah

Syar’iyah Aceh pada tahun 2011, pengawasan fungsional seperti ini berada pada

Ketua Mahkamah Syar’iyah Aceh, yang kemudian menurut fungsinya membagi

tugas pengawasan kepada Wakil Ketua sebagai Koordinator Pengawasan dengan

Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.

Mahkamah Syar’iyah Aceh

57

memfungsikan Hakim Tinggi untuk melakukan pengawasan fungsional baik ke

dalam maupun melakukan pengawasan ke daerah daerah secara berkala atau

insidentil menurut kebutuhan.

Kedua bentuk pengawasan tersebut dapat dilakukan melalui lima

pendekatan atau sifat yaitu :

1. Preventif.

2. Persuatif.

3. Akomodatif.

4. Apresiatif.

5. Represif.

Dalam rangka melaksanakan Pengawasan dan Pembinaan ke dalam

Ketua membagi tugas kepada seluruh Hakim Mahkamah Syar’iyah Aceh untuk

mengawasi dan melakukan pembinaan baik di bidang Kepaniteraan maupun

bagian Kesekretariatan dengan mengeluarkan Surat Perintah Tugas dengan

merincikan tugas dan ruang lingkup tugas masing masing yaitu Surat Keputusan

Nomor : W1-A/1883/PS.01/XI/2010 tanggal 16 November 2010. Bertepatan

dengan tanggal 09 Dzulhijjah 1431 H Tentang Penunjukan Hakim Pengawas

Wilayah dan Bidang pada Mahkamah Syar’iyah Aceh, dengan rinciannya seperti

tabel di bawah ini :

Tabel I

HAKIM PENGAWAS BIDANG

No Nama / Nip Pangkat/

Gol Ruang

Jabatan

Dinas

Jabatan

dalam Tim

Bidang

Pengawasan

01

Drs, H. Idris Mahmudy, SH,

MH

Pembina

Utama

Hakim

Utama/

Penanggung

Jawab

-

Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.

Mahkamah Syar’iyah Aceh

58

02

03

04

05

19491212 197803 1 003

Drs. H. Armia Ibrahim, SH

19500724 197803 1 001

Drs. H. Abd. Mannan

Hasyim, SH. MH.

19570913 198303 1 002

M. Ridwan Siregar, SH

19521115 197703 1 001

Dra. Hj. Hafidhah Ibrahim

19480907 198003 2 001

(IV/e)

Pembina

Utama

(IV/e)

Pembina

Utama Muda

(IV/c)

Pembina Tk.

I (IV/b)

Pembina

Utama

Madya

(IV/d)

Ketua

Hakim

Utama/

Wakil

Ketua

Hakim

Madya

Utama

Hakim

Madya

Muda

Hakim

Utama

Muda

Koordinator/

Ketua

Sekretaris

Anggota

Anggota

Bidang

Sekretariatan

Bidang

Kepaniteraan

Tabel II

HAKIM TINGGI PENGAWAS WILAYAH

No Nama / Nip Pangkat Gol.

Ruang

Jabatan

Dalam

Dinas

Jabatan

dalam Tim

Wil/Daerah

Pengawasan

01

02

03

04

05

06

Drs, H. Idris Mahmudy,SH, MH

19491212 197803 1 003

Drs. H. Armia Ibrahim, SH

19500724 197803 1 001

Drs. H. Abd. Mannan Hasyim,

SH. MH.

19570913 198303 1 002

Dra. Hj. Hafidhah Ibrahim

19480907 198003 2 001

Drs. H. Humam A. Hadie, SH.,

MH

19511129 198103 1 002

Drs. H. Mukhlas, SH

150 177 202

Pembina

Utama

(IV/e)

Pembina

Utama

(IV/e)

Pembina

Utama Muda

(IV/c)

Pembina

Utama Madya

(IV/d)

Pembina

Utama Madya

(IV/d)

Pembina

Utama Muada

(IV/c)

Hakim

Utama/

Ketua

Hakim

Utama/

Wakil Ketua

Hakim

Madya

Utama

Hakim

Utama

Muda

Hakim

Utama

Muda

Hakim

Madya

Utama

Penanggung

Jawab

Koordinator/

Ketua

Sekretaris

Anggota

Anggota

Anggota

-

Semua MS

Kab /Kota

Semua MS

Kab / Kota

MS B. Aceh

dan MS

Jantho

MS. Bireuen

MS

Lhokseuma

we

Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.

Mahkamah Syar’iyah Aceh

59

07

08

09

10

11

12

13

14

15

16

Drs. H. Turiman, SH

19540511 198003 1 001

Drs. Baidhowi, SH

19520202 198512 1 001

Drs. Abdul Muin

150 169 247

M. Ridwan Siregar, SH

19521115 197703 1 001

Drs. Ridhuan Santoso

19500523 198103 1 002

Drs. H. Syamsir Suleman

150 210 957

Dra. Masdarwiaty, MA

19531025 198603 2 001

Drs. A. Mukhti, MH

150 215 998

Drs. H. Abd. Mahid Pulungan,

SH., MH

19580705 198603 1 001

Drs. H. Daroini, M.Hum

Pembina

Utama Muda

(IV/c)

Pembina

Utama Muda

(IV/c)

Pembina

Utama Muda

(IV/c)

Pembina Tk. I

(IV/b)

Pembina Tk. I

(IV/b)

Pembina Tk. I

(IV/b)

Pembina Tk. I

(IV/b)

Pembina

Utama Muda

(IV/c)

Pembina

Utama Muda

(IV/c)

Pembina

Utama Muda

(IV/c)

Hakim

Madya

Utama

Hakim

Madya

Utama

Hakim

Madya

Utama

Hakim

Madya

Muda

Hakim

Madya

Muda

Hakim

Madya

Muda

Hakim

Madya

Muda

Hakim

Madya

Utama

Hakim

Madya

Utama

Hakim

Madya

Utama

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

MS.

Takengon

MS

Lhoksukon

dan MS Idi

MS Calang

dan MS

Meulaboh

MS

Kutacane

dan MS

Blangkejere

n

MS

Meureudu

MS Sabang

dan MS

Sigli

MS Langsa

dan MS

Kualasimpa

ng

MS

Tapaktuan

MS Singkil

MS

Sinabang

B. Pengawasan Eksternal.

Dalam rangka melakukan Pembinaan dan pengawasan terhadap

Pelaksanaan tugas pada Mahkamah Syar’iyah Kabupaten / Kota dalam wilayah

Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.

Mahkamah Syar’iyah Aceh

60

Yuridiksi Mahkamah Syar’iyah Aceh di samping melakukan Pemeriksaan terhadap

laporan laporan berkala, baik di Bidang Kepaniteraan maupun laporan laporan

Kesekretariatan dari seluruh Mahkamah Syar’iyah di Aceh, memberikan instruksi

tertulis baik dalam bentuk Surat Edaran maupun surat-surat dinas yang berbentuk

Petunjuk dan perintah untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu, juga

menugaskan Para Hakim Tinggi dan Pejabat dalam bidangnya untuk melakukan

Pengawasan, Pemeriksaan dan Pembinaan ke Mahkamah Syar’iyah Kabupaten Kota

di Aceh dengan menerbitkan Surat Perintah Tugas.

C. Hasil Hasil yang Ditemukan dalam Pembinaan di daerah.

Oleh : Dra. Hj. Hafidhah

No Pokok Masalah Temuan Petunjuk Tindak Lanjut

1.

2.

3.

Tanggal pada ku-

lit bundel A dan

bun-del B.

Urutan / susunan

bundel.

Panjar biaya

perkara/SKUM

/resi pembayaran

bank.

Masih beragam tanggal yang

tercantum pada kulit bundel A

dan bundel B.

Masih beragam urutan/ su-

sunan bundel, ada yang ke-

lompok dan ada yang kro-

nologis berdasarkan kelom-pok.

Slip/resi pembayaran Bank

tidak dilampirkan dalam

berkas.

Tanggal Akta Pernyataan

Banding lebih dahulu dari

tanggal skum/resi pemba-yaran

bank.

Pengambilan tambahan panjar

biaya perkara setelah perkara

diputus.

Pada kulit bundel A ditulis tanggal

register dan pada kulit bundel B tanggal

putusan.

Susunan bundel berdasarkan krono-logis

murni.

Resi pembayaran Bank harus dilampirkan

dalam berkas.

Akta pernyataan banding dibuat se-talah

panjar biaya perkara banding dibayar

lunas (pasal 7 ayat 4 UU No 20 tahun

1947 / buku II hal. 7).

Setelah perkara diputus tidak dibe-narkan

lagi (haram) mengambil tambahan panjar.

Hakim Tinggi Mahkamah Syar’iyah Aceh

Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.

Mahkamah Syar’iyah Aceh

61

No Pokok Masalah Temuan Petunjuk Tindak Lanjut

4.

5.

6.

7.

PMH

PHS

PPP

PJSP

Masih ada penggugat / pe-

mohon yang belum mengambil

sisa panjar.

Perincian biaya perkara pada

akhir putusan ditulis : HHK. I

dan HHK. II

PMH dibuat berdasarkan pa sal

17 UU No. 4 Th. 2004.

Pergantian Hakim Anggota

Majelis tanpa PMH baru

Pembuatan PMH tidak ber-

dasarkan senioritas hakim

Sidang penyaksian ikrar ta-lak

tanpa PMH baru

Blangko PHS yang diguna-kan

adalah blangko biasa padahal

ada permohonan sita.

Setelah penundaan mengam

bang, tidak dibuat phs baru.

Pertimbangan penunjukan

panitera pengganti sama dengan

pertimbangan penunjukan

hakim (PMH) yaitu untuk

memeriksa dan mengadili.

PJSP tidak dilampirkan dalam

berkas.

JSP yang menyampaikan

panggilan kepada para pihak

bukan JSP yang ditunjuk dalam

PJSP.

Panitera mengirim surat pemberi-tahuan

kepada penggugat/pemohon untuk segera

mengambil sisa panjar dan apabila dalam

tenggang waktu 180 hari sejak

pemberitahuan tidak diambil, maka sisa

panjar tersebut harus disetor ke kas

negara.

Ditulis : biaya pendaftaran dan biaya

redaksi.

PMH dibuat berdasarkan pasal 11 UU No.

48 tahun 2009

Pergantian Hakim anggota majelis harus

dengan PMH baru dan dicatat dalam BAP

PMH harus berdasarkan senioritas Hakim.

Dibuat PMH baru, meskipun majelis

hakim tidak berganti (buku II Revisi hal.

37).

Bila ada permohonan sita, PHS yang

digunakan agar disesuaikan.

Harus dibuat PHS baru setelah penundaan

mengambang

Pertimbangan penunjukan PP untuk

membantu kelancaran tugar majelis

Hakim dalam memeriksa dan mengadili

perkara.

PJSP harus dilampirkan dalam berkas

JSP yang menyampaikan panggilan hen-

daknya yang ditunjuk dalam PJSP.

Upaya damai dari majelis hakim terlebih

dahulu, baru dilanjutkan dengan mediasi.

Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.

Mahkamah Syar’iyah Aceh

62

No Pokok Masalah Temuan Petunjuk Tindak Lanjut

8.

9.

Upaya damai /

mediasi.

Kuasa khusus /

kuasa insidentil

Mediasi dilakukan sebelum

upaya damai dari majelis

hakim.

Upaya damai dari Majelis

Hakim (dalam perkara selain

perceraian) dilakukan pada

setiap kali sidang.

Proses mediasi tidak tam-pak

dalam BAP.

Terdapat ketidaksesuaian cara

pemilihan mediator dalam BAP

dengan dalam penetapan

mediator.

hakim mediator yang ditunjuk

adalah hakim anggota majelis

yang mena-ngani perkara

tersebut.

Tidak diberi waktu kepada

para pihak untuk berfikir

setelah dimediasi, langsung

dibuat laporan (gagal)

Terdapat perbedaan nama

mediator dalam BAP

/Penetapan Mediator dan LHM

dengan nama mediator dalam

putusan.

Penetapan mediator dan LHM

tidak dilampirkan dalam

berkas.

Surat Kuasa khusus tidak

memenuhi syarat.

Masih ada Surat Kuasa khusus

Dalam perkara selain perceraian upaya

damai dari Majelis Hakim cukup

dilakukan dalam sidang pertama saja.

Proses mediasi harus tampak dalam BAP.

Cara pemilihan mediator dalam BAP dan

dalam penetapan mediator harus sesuai.

Sebaiknya ditunjuk Hakim yang bukan

anggota majelis, sepanjang masih ada

Hakim mediator yang lain demi

kelancaran pemeriksaan dan kesungguhan

dalam mendamaikan para pihak.

Harus diberi waktu kepada para pihak

untuk berpikir setelah dime-diasi, baru

kemudian dibuat laporan hasil mediasi.

Nama mediator dalam BAP /Penetapan

mediator dan LHM harus sesuai dengan

nama mediator dalam putusan.

Penetapan mediator dan LHM harus

dilampirkan dalam berkas.

Surat Kuasa khusus harus menyebutkan:

- Nama dan kedudukan pihak

berperkara

- Masalah tertentu

- Nomor perkara

- Pengadilan/Mahkamah tertentu

Kuasa khusus termasuk kategori

perjanjian sepihak. Oleh karena itu

pencabutannya adalah otoritas pemberi

kuasa (pasal 1813 KUH Perdata).

Surat izin dari ketua Mahkamah Syar’iyah

harus ada dan dilampirkan dalam berkas

dan bagi Surat kuasa insidentil yang

dibuat di depan Panitera tetap harus ada

surat izin Ketua

Pemeriksaan sidang descente sama

Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.

Mahkamah Syar’iyah Aceh

63

No Pokok Masalah Temuan Petunjuk Tindak Lanjut

10.

11.

12.

13.

Descente /

pemeriksaan

lapangan

Berkas Banding

Administrasi

Perkara

Dll

yang mencantum-kan poin yang

berbunyi : kuasa ini tidak dapat

dica-but secara sepihak …..dst.

Masih ditemukan kuasa

insidentil tidak memenuhi

syarat, karena :

- hubungan antara pembe-ri

dan penerima kuasa tidak

sesuai ketentuan

- Penerima kuasa tidak

mendapat izin dari Ketua

Mahkamah Syar’iyah untuk

beracara dimuka sidang

Sidang descente tidak dibuka

dan dilakukan setelah

kesimpulan akhir

Perincian biaya descente ditulis

secara rinci yaitu :

- transpor Hakim, PP, JSP,

dan sopir.

- minyak mobil

- makan minum

- kespeg

Berkas banding yang dikirim ke

MS Aceh dalam keadaan tidak

lengkap

Pengiriman berkas banding ke

MS Aceh lebih dari satu bulan

setelah permohonan banding

Buku Induk Keuangan Perkara,

Buku Keuangan Biaya Eksekisi

dan Buku Penerimaan HHK

dipegang dan dikerjakan oleh

Kasir tanpa SK Ketua MS

Pengisian buku register perkara

belum tertib

Masih beragam sebutan untuk

Ketua Majelis (Hakim Ketua

Majelis, Ketua Majelis Hakim,

dengan persidangan di kantor. Oleh

karena itu sidang harus dibuka (di MS, di

kantor desa, di lapangan) dan dilakukan

sebelum kesimpulan akhir

Tidak ada pembebanan biaya yang besifat

honor / uang makan, kecuali untuk

transportasi jika tidak mema-kai

kendaraan dinas

(SE MARI No. 5 tahun 1994 ) jo. SEMA

No. 7 tahun 2001

Sebelum menandatangani surat pengantar

pengiriman Panitera / petugas yang

ditunjuk diwajibkan meneliti kelengkapan

berkas

Harus dikirim dalam waktu satu bulan

Ketiga buku tersebut seharusnya dipegang

dan dikerjakan oleh Panitera atau

ditugaskan kepada pegawai lain selain

kasir yang ditunjuk dengan SK Ketua MS

Petugas meja II hendaknya mengisi buku

register secara tertib, rapi dan cermat.

Untuk itu instrumen agar digunakan

secara efektif

Sebutan harus sesuai dengan PMH yaitu

Ketua Majelis

- Harus ada

- Harus ada

Cukup satu Hakim yang senior bersama

Panitera Pengganti

Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.

Mahkamah Syar’iyah Aceh

64

No Pokok Masalah Temuan Petunjuk Tindak Lanjut

Hakim Ketua, Ketua)

Susunan persidangan sama

dengan sidang yang lalu

padahal tidak sama

Tidak ada perintah Panitera

untuk menyampaikan salinan

putusan kepada PPN dalam

amar Putusan

Penundaan sidang karena ketua

majelis berhalangan oleh dua

hakim + PP

Penundaan sidang dilakukan

dalam keadaan sidang tertutup

Identitas pihak baik dalam

berita acara maupun dalam

putusan tidak lengkap

Tidak ada perintah kepada juru

sita pengganti untuk

memberitahukan isi putusan

kepada pihak yang didak hadir

baik berupa penetapan maupun

dalam BAP

Relas pemberitahuan isi

putusan ada yang dilampirkan

dalam bundel A dan ada yang

dalam bundel B

Pertimbangan hukum mengenai

biaya perkara dalam bidang

perkawinan ditulis berdasarkan

pasal 89 ayat 1 UU No. 7 tahun

1989 yang telah diubah dengan

pasal 90 UU No. 3 tahun 2006

dst

Bahasa yang digunakan dalam

BAP maupun dalam putusan

tidak mudah dimengerti

Penggunaan bahasa daerah baik

dalam BAP maupun dalam

putusan

Penundaan sidang harus dilakukan dalam

sidang terbuka

Harus pakai Bin / Binti

Harus ada

Dalam bundel B

Pasal 89 ayat 1 UU No. 7 tahun 1989

tidak pernah diubah dengan pasal 90 UU

No. 3 tahun 2006

Menggunakan bahasa Indonesia yang baik

dan benar

Jika menggunakan bahasa daerah harus

disertai dengan artinya dalam bahasa

Indonesia agar dapat dimengerti oleh

semua orang yang membacanya

Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.

Mahkamah Syar’iyah Aceh

65

MATERI RAPAT KOORDINASI TENTANG TEMUAN BERKAS BANDING

Oleh : H. Abd. Hamid Pulungan

===============================================================

1. Panggilan para pihak

Dalam pemeriksaan berkas perkara banding ditemukan beberapa hal sebagai

berikut :

Apabila Tergugat telah dipanggil 2 (dua) kali ternyata tergugat tidak hadir, maka

untuk sidang selanjutnya Tergugat tidak dipanggil lagi dan perkara tersebut

diputus dengan verstek.

Praktek yang seperti itu menyalahi pasal 26 ayat (1) peraturan pemerintah

nomor 9 tahun 1975 yaitu : setiap kali diadakan sidang pengadilan yang

memeriksa gugatan perceraian, baik Penggugat maupun Tergugat atau Kuasa

mereka akan dipanggil untuk menghadiri sidang tersebut. Dan pasal 151 Rbg

menyebutkan, Tergugat-Tergugat yang tidak hadir diperintahkan agar

dipanggil lagi.

Dasar hukum putusan verstek adalah apabila Tergugat telah dipanggil secara

sah dan patut sesuai dengan pasal 149 ayat (1) Rbg “apabila pada hari yang

telah ditentukan Tergugat tidak datang meskipun sudah dipanggil dengan

sepatutnya, dan juga tidak mengirimkan wakilnya, maka gugatan dikabulkan

tanpa kehadirannya (verstek)”. Oleh karena itu apabila putusan dijatuhkan

secara verstek, tetapi Tergugat tidak dipanggil secara sah dan patut, maka

putusan tersebut batal demi hukum.

Hakim Tinggi Mahkamah Syar’iyah Aceh

Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.

Mahkamah Syar’iyah Aceh

66

Penggugat atau Tergugat tidak hadir dalam persidangan, tetapi hadir pada

persidangan berikutnya tanpa ada surat panggilan.

Ada kemungkinan Panitera Pengganti berhubungan dengan pihak, baik

secara langsung maupun melalui komunikasi HP. Majelis dan Panitera

Pengganti tidak boleh berhubungan dengan pihak kecuali di dalam

persidangan.

2. Pemeriksaan saksi

Dalam pemeriksaan berkas perkara banding ditemukan beberapa hal sebagai

berikut :

Pemeriksaan kepada saksi tidak menggunakan rumus 5 h dan 1 w.

Dalam memeriksa saksi, majelis harus menggunakan rumus 5 h dan 1 w,

yaitu :

1. Who siapa

2. What apa

3. Why kenapa

4. Where dimana

5. When kapan

1. How bagaimana

Majelis mempertanyakan pendapat saksi tentang solusi penyelesaian perkara.

Majelis tidak boleh menanyakan kepada saksi tentang penyelesaian satu

kasus. misalnya dengan pertanyaan, bagaimana menurut pendapat saksi

rumah tangga Penggugat dan Tergugat ?

Ingat, Pedoman perilaku Hakim (PPH)

Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.

Mahkamah Syar’iyah Aceh

67

Penyelesaian suatu kasus yang ditangani Majelis adalah menjadi tanggung

jawab Majelis tersebut dengan menganalisa fakta persidangan.

Majelis memutus dengan berdasarkan kepada bukti saksi testimonium de auditu

(atas dasar cerita orang lain).

Menurut pasal 308 ayat (1) : tiap-tiap kesaksian harus disertai alasan

mengenai pengetahuan saksi. oleh karena itu, keterangan saksi tersebut harus

yang dialami, didengar dan dilihat sendiri, bukan atas dasar cerita orang lain.

1 (satu) orang saksi dipertimbangkan sebagai bukti.

1 (satu) orang saksi bukanlah saksi (unus testis nulus testis). menurut pasal

306 Rbg dan pasal 1905 KUH Perdata, seorang saksi tanpa alat bukti lainnya

tidak dianggap sebagai pembuktian yang cukup. dalam pemeriksaan saksi

yang lebih dari 1 (satu) orang, sebaiknya saksi yang telah diperiksa tetap di

ruangan sidang sampai selesai pemeriksaan saksi tersebut. hal ini

dimaksudkan agar saksi yang telah diperiksa tidak menyampaikan materi

perkara kepada saksi yang lain.

3. Tidak semua petitum diadili

Dalam pemeriksaan berkas perkara banding ditemukan beberapa hal sebagai

berikut :

Majelis tidak mengadili semua petitum Penggugat.

Berdasarkan pasal 189 ayat (2) Rb.g, Majelis wajib memberi keputusan

tentang semua bagian gugatan. apabila petitumnya ada 10 (sepuluh), maka

wajib diadili semuanya dan dituangkan dalam amar putusan. apabila ada

Untuk lebih lengkapnya pemahaman tentang alat bukti saksi ini, dapat dibaca Buku Penerapan Hukum

Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama, hal 144, oleh H. Abdul Manan.

Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.

Mahkamah Syar’iyah Aceh

68

permohonan sita dalam surat gugat, maka dijawab di dalam PHS dan diadili

dalam amar putusan.

Majelis memberikan putusan yang tidak diminta.

Berdasarkan Pasal 189 ayat (3) Rb.g, Majelis dilarang memberi keputusan

tentang hal-hal yang tidak dimohon atau memberikan lebih dari yang

dimohon. Misalnya, Penggugat mohon agar hutang pada Bank BRI

ditetapkan sebagai hutang bersama. Lalu Majelis menetapkan hutang tersebut

sebagai hutang bersama dan memerintahkan para pihak untuk melunasi

hutang tersebut. Amar tentang perintah melunasi hutang adalah amar yang

melebihi tuntutan pada surat gugat.

4. Minutasi berkas perkara.

Dalam pembinaan dan pengawasan Hakim Tinggi ke Mahkamah Syar’iyah

Kabupaten / Kota banyak ditemukan hal-hal sebagai berikut :

Berkas perkara tidak diminut melebihi 1 (satu) bulan.

Berdasarkan Pasal 49 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989,

Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan

menyelesaikan perkara-perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang

beragama Islam di bidang : a.perkawinan. b kewarisan, wasiat dan hibah

yang dilakukan berdasarkan hukum Islam. c wakaf dan shadaqah.

Format Putusan tidak seragam

Menurut pengamatan Mahkamah Agung, bahwa penerapan Pola Bindalmin di Lingkungan Peradilan Agama ada gejala menurun, oleh karena itu mari kita tingkatkan kembali penerapan Pola Bindalmin tersebut untuk meningkatkan citra dan martabat Mahkamah Syar’iyah Kabupaten / Kota se Aceh

Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.

Mahkamah Syar’iyah Aceh

69

Agar format Putusan seragam pada Mahkamah Syar’iyah Kabupaten / Kota

se Aceh, maka Putusan dengan format sebagai berikut :

- Ukuran kertas adalah folio, bukan kwarto

- Huruf Putusan menggunakan Arial atau Times New Roman dengan font

size 12

- Tidak ada garis-garis putus ( --------- ), tetapi di ujung kalimat diketik ;

(titik koma).

- Halaman Putusan tidak menggunakan angka, tetapi menggunakan footer

and page x of y yang ditempatkan pada sudut kanan bawah Putusan.

- Penulisan nama Ketua Majelis sejajar dengan Hakim Anggota senior

pada kaki Putusan.

contoh :

Hakim Anggota : Ketua Majelis,

Drs. BAIDHOWI HB. SH. M. RIDWAN SIREGAR, SH.

Drs. H. ABD. HAMID PULUNGAN, SH. MH.

Panitera Pengganti,

Drs. AZMI

Format Putusan dapat dilihat dan dipedomani Putusan Kasasi Mahkamah Agung sejak Tahun 2010 dan seterusnya.

Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.

Mahkamah Syar’iyah Aceh

70

MATERI RAPAT KOORDINASI TENTANG TEMUAN BERKAS BANDING

Oleh : Baidhowi. HB

===============================================================

A. Surat gugat

Surat gugat harus memuat 3 (tiga) unsur, yaitu (1). Identitas para pihak (2).

Posita / pundamentum petendi yang memuat peristiwa hukum dan alasan-alasan hukum

(3). Petitum yang harus jelas dan tegas. Syarat formil gugatan tersebut harus terpenuhi,

apabila ada syarat gugatan yang tidak terpenuhi berakibat gugatan cacat dan harus

dinyatakan NO (Niet Ontvankelijk Verklssrd).

Unsur-unsur syarat formil surat gugat :

1. Melanggar konpetensi absolut atau kompetensi relatif. Apabila ada eksepsi

setentang kompetensi tersebut harus dimuat dalam pertimbangan hukum dan

diputus.

2. Error in Persona, yang terdiri dari diskualifikasi inpersona, Tergugat tidak tepat,

misalnya yang digugat seharusnya Yayasan tetapi digugat pribadi. Orang yang

ditarik sebagai Tergugat tidak lengkap.

3. Obscur libel.

4. Nebis in Idem, yaitu perkara yang telah diputus dan diajukan kembali dalam perkara

baru, terhadap obyek, subyek dan materinya sama.

5. Prematur.

6. Yang digugat masih tergantung (ann hanging).

Hakim Tinggi Mahkamah Syar’iyah Aceh

Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.

Mahkamah Syar’iyah Aceh

71

7. Apa yang telah digugat telah dikesampingkan.

B. Berita acara persidangan (BAP) harus sejalan dengan Putusan..

Dalam memeriksa gugatan harus digali sampai tuntas, jangan ada yang

tergantung. Contohnya dalam perkara Harta Bersama. Harus diperiksa apa saja harta

bersama tersebut, kapan diperoleh, bagaimana diperoleh, berapa jumlahnya dan dimana

sekarang berada dan lain-lain yang dianggap penting. Begitu juga setentang luasnya

apabila harta bersama dalam bentuk tanah dan disarankan agar melakukan pemeriksaan

setempat.

Apabila dalam pemeriksaan awal ternyata surat gugat tersebut tidak jelas dan

kabur, maka Majelis menganjurkan agar surat gugat tersebut diperbaiki. Kalau

Penggugat tetap bertahan dengan gugatannya itu, putus saja di NO tanpa harus diperiksa

lebih jauh. Dalam pemeriksaan Harta Bersama, tidak saja memeriksa kapan terjadi

perceraian, tetapi harus diperiksa juga kapan terjadi pernikahan.

Dalam menyusun berita acara persidangan harus diperhatikan penggunaan

bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dalam pemeriksaan perkara banding ditemukan

kalimat “Penggugat hadir menghadap Kuasa”. Kalimat tersebut tidak jelas maksudnya.

Semestinya dibuat dengan kalimat “Penggugat hadir dengan didampingi Kuasa, atau

dihadiri oleh Kuasa.

Dalam hal pemeriksaan setempat, harus dibuat dengan gambar dan situasi yang

jelas disertai dengan ukuran yang jelas.

Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.

Mahkamah Syar’iyah Aceh

72

C. Putusan.

Putusan adalah mahkota Hakim, artinya kwalitas Hakim dapat diketahui

dengan Putusannya. Dalam hal pembuatan Putusan, harus diperhatikan hal-hal sebagai

berikut :

1. Setiap dalil / alasan di petitum gugatan harus dipertimbangkan, jangan sampai

muncul pada amar Putusan tetapi tidak ada dalam pertimbangan hukum.

2. Analisa dalam pertimbangan hukum, harus logis dan argumentatif yang didasari

aturan hukum / Undang-undang.

3. Nafkah / hak asuh untuk kepentingan anak agar didasari dengan Undang-undang

Perlindungan Anak, selain itu didasari dengan Kompilasi Hukum Islam (KHI).

4. Cerai gugat dengan dasar Kekerasan dalam rumah tangga, agar disebut dasarnya

dengan Undang-undang Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

5. Kantu Advokat (foto copy) harus ada dan dimasukkan dalam berkas perkara.

6. Apabila ada permohonan sita dalam surat gugat, harus dipertimbangkan dalam

Putusan.

7. Dalam berkas banding ditemuka pembuatan PMH, PHS, Penetapan Mediator, dan

laporan Mediator dibuat pada tanggal yang sama. Semestinya dibuat sesuai tahap-

tahapannya.

8. Ditemukan pertimbangan hukum yang tumpang tindih. Semestinya pertimbangan

hukum tersebut dibuat secara sistimatis.

9. Ditemukan amar yang tidak tegas. Amar Putusan harus dibuat tegas dan jelas

sehingga tidak menimbulkan multi tafsir.

Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.

Mahkamah Syar’iyah Aceh

73

MATERI RAPAT KOORDINASI TENTANG TEMUAN BERKAS BANDING

Oleh : H. Abdul Muin

===============================================================

HAKAM

Temuan

Banyak ditemukan dalam pemeriksaan banding, perkara syiqaq ditetapkan

dalam proses sidang gugatan cerai. Penetapan perkara syiqaq ada dengan putusan sela

ada yang dinyatakan langsung sebagai perkara syiqaq tidak melalui putusan sela. Setelah

dinyatakan perkara syiqaq lalu menunjuk hakam bagi para pihak;

Penyelesaian yang benar sebagai berikut:

a. Hakam bertalian erat dengan perkara perceraian dengan alasan siqaq.

b. Apabila gugatan perceraian didasarkan atas alasan syiqaq, maka untuk mendapatkan

putusan perceraian harus didengar keterangan saksi-saksi yang berasal dari

keluarga atau orang-orang yang dekat dengan suami isteri.

c. Pengadilan setelah mendengar keterangan saksi tentang sifat persengketaan antara

suami isteri dapat mengangkat seoarng atau lebih dari keluarga masing-masing

pihak atau orang lain untuk menjadi hakam.

d. (Pasal 76 ayat (1) dan ayat (2) UU. No. 7 tahun 1989).

e. Sejak awal, perkara syiqaq sudah ditentukan sebagai perkara syiqaq sama halnya

dengan penentuan terhadap perkara ta'lik talak.

f. Tidak boleh perkara syiqaq ditetapkan dengan putusan sela sebagai perkara syiqaq

dalam proses sidang (Buku II hal 156).

Hakim Tinggi Mahkamah Syar’iyah Aceh

Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.

Mahkamah Syar’iyah Aceh

74

g. Penunjukkan hakam oleh Majelis Hakim setelah tahap pembuktian dengan

menggunakan putusan sela yang dibuat lengkap dalam BAP.

h. Dalam putusan sela setelah menentukan pengangkatan hakam, ditentukan tugas

hakam untuk mengupayakan musyawarah dengan meneliti sebaik mungkin apa

yang membuat terjadinya perpecahan dalam rumah tangga, dan untuk keperluan

tersebut hakam diberikan waktu oleh Majelis Hakim, dan dimintakan laporannya

dalam sidang berikutnya.

Contoh putusan sela:

- Mengangkat ………………………………. sebagai hakam Penggugat, dan

………………… sebagai hakam tergugat;

- Memerintahkan hakamain untuk mengupayakan musyawarah dengan Penggugat

dan Tergugat dalam jangka waktu ………. Hari;

- Memerintahkan kepada hakamain untuk menyampaikan hasil musyawarah

tersebut kepada Majelis hakim dalam sidang yang akan datang.

i. Hakam melaporkan dan menyampaikan pendapatnya kepada Majelis Hakim

tentang keadaan rumah tangga Penggugat dengan Tergugat

j. Apabila menurut hakamain perselisihan dan pertengkaran mereka sudah sangat

memuncak dan tidak mungkin didamaikan lagi, dan jalan satu-satunya bagi mereka

adalah cerai, maka usulan mereka itu harus dipertimbangkan oleh Majelis Hakim,

Hakimlah yang menceraikan suami isteri tersebut, bukan para hakam ;.

k. Untuk keseragaman, amar putusan cerai dengan alasan syiqaq berbunyi;

- Menjatuhkan talak satu bain shugra tergugat (nama…….. bin………) terhadap

penggugat (nama ……binti……….)

Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.

Mahkamah Syar’iyah Aceh

75

MATERI RAPAT KOORDINASI (STRESSING PIMPINAN)

Oleh : H. Armia Ibrahim

A. BIDANG KESEKRETARIATAN

1. Keuangan rutin.

a. Buku keuangan rutin agar sudah diterapkan buku elektronik.

b. Dokumen bukti pengeluaran / pembelian barang harus lengkap. Tidak

cukup kwitansi saja, tetapi harus dilengkapi faktur.

c. Petugas yang diberi Kartu ke KPKNL harus yang berstatus PNS (tidak

boleh pegawai kontrak).

d. Biaya perjalanan dinas pada tahun 2012 cukup besar + Rp. 90.000.000,00

(sembilan puluh juta rupiah) per satker, oleh karena itu perlu diperhatikan

hal-hal sebagai berikut :

- Penggunaannya tidak saja oleh Ketua dan Panitera/Sekretaris, tetapi

dapat digunakan oleh pegawai lain yang melakukan tugas dinas,

misalnya ke KPKNL.

2. Kepegawaian.

a. Data kepegawaian / SIMPEG agar selalu di up date.

b. Untuk penegakan disiplin pegawai masuk dan pulang kantor agar

mengguna-kan absen elektronik disamping absen manual.

- Pengamprahan remunerasi harus sesuai dengan absen elektronik (BPK

turut mengecek absen elektronik untuk dicocokkan dengan pembayaran

remunerasi).

Wakil Ketua Mahkamah Syar’iyah Aceh

Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.

Mahkamah Syar’iyah Aceh

76

c. Konversi NIP lama ke NIP baru harus tuntas semua dalam waktu dekat

dengan mengisi formulir BKN.

3. Umum.

a. Administrasi BMN harus lengkap dokumennya (seperti tanah harus

bersertifikat an. Mahkamah Agung RI.

b. Harus ada Surat Keputusan Ketua Mahkamah Syar’iyah tentang

Penunjukan pemakai kenderaan dinas dan Surat Keputusan tentang

Penunjukan penghuni rumah dinas yang lengkap dengan besaran sewa

yang harus dibayar setiap bulan (sewa rumah dinas dipotong langsung oleh

KPKNL).

c. ATK dari DIPA tidak boleh digunakan untuk penyelesaian perkara.

- ATK perkara diambil dari biaya proses sebesar Rp. 50.000,00 (lima

puluh ribur rupiah).

d. Buku-buku dalam perpustakaan agar diregister dengan baik dan agar

disediakan ruang pustaka secara khusus.

B. KEPANITERAAN / ADMINISTRASI PERKARA

1. Administrasi perkara harus tertib dan sesuai dengan ketentuan Pola Bindalmin.

2. Buku register harus tersedia semuanya dan pengisiannya harus lengkap sesuai

dengan keadaan ril.

3. Keuangan perkara.

- Setoran harus via Bank Pemerintah.

- Pembukuannya harus tertib.

Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.

Mahkamah Syar’iyah Aceh

77

- Penggunaannya hanya untuk proses biaya perkara.

- Tidak boleh dipinjam untuk pegawai atau keperluan lain.

- PNBP harus dipungut semua sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 53

Tahun 2008.

- Penyetoran PNBP ke kas negara harus dilakukan 1 (satu) kali seminggu.

- Pemberian Salinan Putusan kepada para pihak atas permohonannya, oleh

karena itu dipungut biaya PNBP.

- Ketentuan Pasal 64A Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 Tentang

Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang

Peradilan Agama, telah ada Surat Edaran Mahkamah Agung RI Nomor 1

Tahun 2011 yang menafsirkan Pasal 64A tersebut.

4. Laporan perkara.

- Harus diisi dengan benar dan lengkap semua formulir.

- Pengirimannya ke Mahkamah Syar’iyah Aceh harus tepat waktu.

- Laporan SMS gate way harus dikirim tepat waktu.

C. ADMINISTRASI PERSIDANGAN DAN PENYELESAIAN PERKARA

a. PMH harus dibuat yang baru apabila ada pergantian Hakim.

b. Sidang Ikrar Talak harus ada PMH baru.

c. Minutasi harus diselesaikan dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah perkara

diputus (dahulu waktu minutasi selama 30 hari).

d. Jangan menunda-nunda minutasi berkas perkara.

e. Surat panggilan harus distempel (untuk keseragaman).

Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.

Mahkamah Syar’iyah Aceh

78

f. Harus membuat dokumen elektronik sebagai kelengkapan permohonan Kasasi

dan PK sesuai Surat Edaran Mahkamah Agung RI Nomor 14 Tahun 2010 jo

Petunjuk Pelaksanaannya dari Panitera Mahkamah Agung RI.

g. Penerapan Aplikasi SIADPA sebagai proses penerimaan dan penyelesaian

perkara pada Mahkamah Syar’iyah Se-Aceh harus dijalankan secara optimal dan

Ketua wajib memenitor.

D. PENGAWASAN

a. Wakil Ketua Mahkamah Syar’iyah sebagai Koordinator Pengawasan dan

ditetapkan dengan Surat Keputusan Ketua Mahkamah Syar’iyah.

b. Hakim Pengawas Bidang harus dibuat Surat Keputusan Ketua Mahkamah

Syar’iyah setempat.

c. Hakim Pengawas Bidang harus melakukan pemeriksaan minimal 3 (tiga) kali

dalam sebulan (4 x setahun) dan hasilnya dituangkan dalam Laporan Hasil

Pengawasan secara tertulis.

d. Terhadap Laporan Hasil Pengawasan harus ditindaklanjuti oleh pelaksana.

e. Hakim Pengawas Bidang memonitor pelaksanaan tindaklanjut atas temuan

Laporan Hasil Pengawasan.

E. LAIN - LAIN

a. IT harus ditingkatkan.

b. Meja Informasi harus difungsikan dengan baik termasuk penyediaan register dan

format-format yang sesuai petunjuk pelaksanaannya.

Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.

Mahkamah Syar’iyah Aceh

79

c. Pelayanan publik harus prima, antara lain ada bahan praga seperti tentang

perkara-perkara yang menjadi kewenangan Mahkamah Syar’iyah, informasi

biaya perkara, prosedur penerimaan perkara, jadwal sidang dan lain-lain.

d. Iuran IKAHI harus diintensifkan pemungutannya dan pengirimannya sesuai

ketentuan yang telah ada.

e. Iuran PTWP harus diintensifkan pemungutannya dan pengirimannya sesuai

ketentuan yang telah ada.

f. Surat-Surat Keputusan yang berkaitan dengan penugasan harus dibuat oleh

Mahkamah Syar’iyah Kabupaten / Kota dan dikirim ke Mahkamah Syar’iyah

Aceh. Ada beberapa Mahkamah Syar’iyah yang belum membuat dan belum

mengirimkannya ke Mahkamah Syar’iyah Aceh. Seharusnya semua Mahkamah

Syar’iyah harus membuat SK – SK yang diperlukan.

g. Hanya 4 (empat) Mahkamah Syar’iyah yang sudah menetapkan sewa rumah

dinas dalam SK, sedangkan 11 (sebelas) Mahkamah Syar’iyah yang memiliki

rumah dinas tidak menetapkan sewanya dalam SK yang bersangkutan.

F. TEHNIS YUSTISIAL

1. Penggantian Anggota Majelis Hakim adalah wewenang Ketua Mahkamah

Syar’iyah, bukan wewenang Ketua Majelis, oleh karena itu apabila ada

pergantian Hakim Anggota harus dibuat PMH baru (vide Buku II halaman 30

angka 11).

2. Sita yang telah dilaksanakan oleh JSP harus dinyatakan sah dan berharga dalam

sidang berikutnya dan dicatat dalam berita acara persidangan (vide Buku II

halaman 104 angka 9).

Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.

Mahkamah Syar’iyah Aceh

80

3. Terhadap Putusan Jinayah, harus disampaikan Kutipan Salinan Putusan kepada

Terdakwa, Jaksa Penuntut Umum, Penyidik dan Kepala Lembaga

Pemasyarakatan apabila hukumannya penjara.

4. Majelis Hakim tidak perlu konfrontir keterangan saksi kepada para pihak sesuai

dengan penjelasan Hakim Tinggi H. Abdul Muin dan sesuai dengan pendapat

Hakim Agung Prof. DR. H. Abdul Manan, SH. S.IP. M.Hum.

5. Perlawanan dalam perkara Jinayat ada 2 (dua) bentuk :

a. Perlawanan Jaksa Penuntut Umum terhadap Penetapan Ketua Mahkamah

Syar’iyah / Ketua Pengadilan Negeri yang menetapkan Mahkamah Syar’iyah

tidak berwenang mengadilinya, tetapi wewenang Mahkamah Syar’iyah lain

(vide Pasal 148 – 149 KUHAP).

b. Perlawanan Jaksa Penuntut Umum terhadap Putusan Mahkamah Syar’iyah

yang menerima keberatan / eksepsi tentang kewenangan mengadili /

dakwaan tidak dapat diterima atau surat dakwaan harus dibatalkan.

- Perlawanan versi Pasal 156 KUHAP, bukan hanya surat Perlawanan

yang dikirim, tetapi berkas perkara turut dikirim ke Mahkamah Syar’iyah

Aceh. Hal ini dapat difahami dari Pasal 156 ayat (5) huruf (b) KUHAP,

dimana Pengadilan Tinggi / Mahkamah Syar’iyah Aceh mengembalikan

berkas perkara untuk disampaikan kembali ke Kejaksaan yang

melimpahkan berkas perkara tersebut.

c. Mahkamah Syar’iyah Aceh harus telah memutus dalam bentuk Penetapan

dalam waktu 14 (empat belas) hari sejak berkas perkara diterima oleh

Mahkamah Syar’iyah Aceh (vide Pasal 156 KUHAP).

Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.

Mahkamah Syar’iyah Aceh

81

MATERI RAPAT KOORDINASI (STRESSING PIMPINAN)

Oleh : H. Idris Mahmudy

Ketua Mahkamah Syar’iyah Aceh memberikan arahan dan bimbingan kepada

peserta Rapat Koordinasi yang dihimpun sebagai berikut :

1. Sekretaris Mahkamah Agung Bapak Drs. H.M. Rum Nessa, SH.MH menanggapi

secara positif tentang pelaksanaan Rapat Koordinasi Mahkamah Syar’iyah Aceh

dan Mahkamah Syar’iyah Kabupaten / Kota se Aceh dan menyatakan bahwa

kepemimpinan dan situasi dan kondisi di lingkungan Mahkamah Syar’iyah se Aceh

sangat kompak dan bersatu.

2. Segenap pimpinan dan pegawai Mahkamah Syar’iyah se Aceh merasa senang dan

gembira dengan mendapat belanja modal dalam DIPA tahun 2012 cukup besar,

yaitu sekitar Rp. 26.000.000.000,00 (dua puluh enam milyar rupiah). Sebagian dari

belanja modal tersebut akan digunakan untuk pembangunan lanjutan Kantor

Mahkamah Syar’iyah Kabupaten / Kota sebanyak 5 (lima) unit.

3. Kepada seluruh pimpinan dan pegawai Mahkamah Syar’iyah Kabupaten / Kota

supaya menjaga kekompakan dan persatuan dalam bekerja.

4. Apa yang telah diputuskan dalam Rapat Koordinasi ini, baik yang bersifat dinas

maupun semi dinas seperti PTWP, IKAHI dan lain sebagainya agar dilaksanakan

dengan baik dan penuh tanggung jawab.

5. Ketua dan Panitera Mahkamah Syar’iyah Kabupaten / Kota se Aceh agar

memperha-tikan dengan sungguh-sungguh tentang IT, oleh karena IT adalah

Ketua Mahkamah Syar’iyah Aceh

Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.

Mahkamah Syar’iyah Aceh

82

merupakan program andalan Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI.

Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 Pasal 64A ayat (1) mengamanatkan agar

Pengadilan / Mahkamah Syar’iyah wajib memberikan akses kepada masyarakat

untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan putusan dan biaya perkara

dalam proses persidangan.

6. Pegawai Kontrak sebelum diperpanjang masa kontraknya, supaya dites ulang

bersama calon pegawai kontrak lainnya.

7. Agar selalu membangun kekompakan, terutama antara Ketua, Wakil Ketua dan

Panitera/Sekretaris, ketiganya harus seiring sejalan.

8. Panitera/Sekretaris tidak boleh jalan sendiri dan harus selalu berkonsultasi dengan

Pimpinan. Panitera/Sekretaris yang jalan sendiri akan dibina kembali, dan apabila

ternyata tidak dapat dibina lagi, maka solusinya adalah diamputasi (diganti). Dan

apabila ada Panitera/Sekretaris yang jalan sendiri dan tidak mau berkonsultasi

dengan Pimpinan, agar dilaporkan ke Mahkamah Syar’iyah Aceh.

9. Diharapkan seluruh pegawai dan Pimpinan Mahkamah Syar’iyah Kabupaten / Kota

maupun Mahkamah Syar’iyah Aceh tidak ada yang berurusan dengan KPK dan

Komisi Yudisial. Oleh karena itu supaya bekerja dengan baik dan teliti sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

10. Berhubung biaya SPPD dalam DIPA tahun 2012 cukup besar, maka semua pegawai

yang diberi tugas dinas luar supaya diberi dana dari SPPD.

11. Pimpinan Mahkamah Syar’iyah Aceh dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan

lembaga oriented, bukan berdasarkan hubungan family atau hubungan lainnya.