asuhan keperawatan pada pasien dengue hemoragic fever

37
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGUE HEMORAGIC FEVER (DHF) A. KONSEP DASAR PENYAKIT DHF 1. Definisi Demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue I, II, III, dan IV yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. (Soegijanto, 2006: 61) Demam berdarah dengue adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak, remaja atau orang dewasa, dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, nyeri pada penggerakan bola mata, trombositopenia ringan dan bintik-bintik pendarahan (petekie) spontan. (Hendrawanto, 2004: 417). Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Suriadi & Yuliani, 2001). DHF (Dengue Haemoragic fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (betina). (Christantie Effendy, 1995).

Upload: surya-akhmad-gazali

Post on 03-Jan-2016

84 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengue Hemoragic Fever

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGUE HEMORAGIC FEVER (DHF)

A. KONSEP DASAR PENYAKIT DHF1. Definisi

Demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue I, II, III,

dan IV yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.

(Soegijanto, 2006: 61)

Demam berdarah dengue adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak, remaja

atau orang dewasa, dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang

disertai leukopenia, nyeri pada penggerakan bola mata, trombositopenia ringan dan

bintik-bintik pendarahan (petekie) spontan. (Hendrawanto, 2004: 417).

Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue

(arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti

(Suriadi & Yuliani, 2001).

DHF (Dengue Haemoragic fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue

sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui

gigitan nyamuk Aedes aegypti (betina). (Christantie Effendy, 1995).

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue haemorhagic

fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang

tergolong arbovirus, dibedakan menjadi 4 serotipe yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan

DEN 4 yang masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty

yang terdapat pada anak, remaja atau orang dewasa dengan gejala utama demam,

nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, nyeri pada penggerakan bola

mata, trombositopenia ringan dan bintik-bintik pendarahan (petekie) spontan.

2. Epidemiologi

Wabah Dengue pertama kali ditemukan di dunia tahun 1635 di Kepulauan Karibia

dan selama abad 18, 19 dan awal abad 20, wabah penyakit yang menyerupai Dengue

Page 2: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengue Hemoragic Fever

telah digambarkan secara global di daerah tropis dan beriklim sedang. Vektor

penyakit ini berpindah dan memindahkan penyakit dan virus Dengue melalui

transportasi laut. Seorang pakar bernama Rush telah menulis tentang Dengue

berkaitan dengan break bone fever yang terjadi di Philadelphia tahun 1780.

Kebanyakan wabah ini secara klinis adalah demam Dengue walaupun ada beberapa

kasus berbentuk haemorrhargia. Penyakit DBD di Asia Tenggara ditemukan pertama

kali di Manila tahun 1954 dan Bangkok tahun 1958 (Soegijanto S., Sustini F, 2004)

dan dilaporkan menjadi epidemi di Hanoi (1958), Malaysia (1962-1964), Saigon

(1965), dan Calcutta (1963) (Soedarmo, 2002).

DBD di Indonesia pertama kali ditemukan di Surabaya tahun 1968, tetapi konfirmasi

virologis baru diperoleh tahun 1970. Kasus pertama di Jakarta dilaporkan tahun 1968,

diikuti laporan dari Bandung (1972) dan Yogyakarta (1972) (Soedarmo, 2002).

Epidemi pertama di luar Jawa dilaporkan tahun 1972 di Sumatera Barat dan

Lampung, disusul Riau, Sulawesi Utara, dan Bali (1973), serta Kalimantan Selatan

dan Nusa Tenggara Barat (1974). DBD telah menyebar ke seluruh provinsi di

Indonesia sejak tahun 1997 dan telah terjangkit di daerah pedesaan (Suroso T, 1999).

Angka kesakitan rata-rata DBD di Indonesia terus meningkat dari 0,05 (1968)

menjadi 8,14 (1983), dan mencapai angka tertinggi tahun 1998 yaitu 35,19 per

100.000 penduduk dengan jumlah penderita sebanyak 72.133 orang (Soegijanto S.,

2004).

Selama awal tahun epidemi di setiap negara, penyakit DBD ini kebanyakan

menyerang anak-anak dan 95% kasus yang dilaporkan berumur kurang dari 15 tahun.

Walaupun demikian, berbagai negara melaporkan bahwa kasus-kasus dewasa

meningkat selama terjadi kejadian luar biasa (Soegijanto S., 2004).

Jumlah kasus dan kematian Demam Berdarah Dengue di Jawa Timur selama 5 tahun

terakhir menunjukkan angka yang fluktuatif, namun secara umum cenderung

mengalami peningkatan. Pada tahun 2001 dan 2004 terjadi lonjakan kasus yang

cukup drastis karena adanya KLB, yaitu tahun 2001 sebanyak 8246 penderita (angka

insiden: 23,50 per-100 ribu penduduk), dan tahun 2004 (sampai dengan Mei)

sebanyak 7180 penderita (angka insidens: 20,34 per 100 ribu penduduk). Sasaran

penderita DBD juga merata, mengena pada semua kelompok umur baik anak-anak

Page 3: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengue Hemoragic Fever

maupun orang dewasa, baik masyarakat pedesaan maupun perkotaan, baik orang kaya

maupun orang miskin, baik yang tinggal di perkampungan maupun di perumahan

elite, semuanya bisa terkena Demam Berdarah (Huda AH., 2004).

Case Fatality Rate penderita DBD pada tahun 2004 sebesar 0,7 dan insidence rate

sebesar 45. Morbiditas dan mortalitas DBD yang dilaporkan berbagai negara

bervariasi disebabkan beberapa faktor antara lain status umur penduduk, kepadatan

vektor, tingkat penyebaran virus, prevalensi serotipe virus Dengue, dan kondisi

metereologis. DBD secara keseluruhan tidak berbeda antara laki-laki dan perempuan,

tetapi kematian ditemukan lebih banyak pada anak perempuan daripada anak laki-laki

(Soegijanto S., 2003; Soegijanto S., Sustini F., 2004). Distribusi umur pada mulanya

memperlihatkan proporsi kasus terbanyak adalah anak berumur 15 tahun.

3. Etiologi

Virus dengue tergolong dalam famili/suku/grup flaviviridae dan dikenal ada 4

serotipe. Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke-

III, sedangkan dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953 –

1954. Keempat serotif tersebut telah di temukan pula di Indonesia dengan serotif ke 3

merupakan serotif yang paling banyak.

Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes

aegypti. Nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis, dan beberapa spesies lain

merupakan vektor yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu tipe serotipe akan

menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada

perlindungan terhadap serotipe lain.

Virus dengue berbentuk batang, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi oleh

dietileter dan natrium dioksikolat, stabil pada suhu 700 C. Dengue merupakan

serotipe yang paling banyak beredar.

Vektor utama dengue di Indonesia adalah nyamuk Aedes aegypti, di samping pula

Aedes albopictus. Vektor ini mepunyai ciri-ciri:

Badannya kecil, badannya mendatar saat hinggap

Warnanya hitam dan belang-belang

Menggigit pada siang hari

Page 4: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengue Hemoragic Fever

Gemar hidup di tempat – tempat yang gelap

Jarak terbang <100 meter dan senang mengigit manusia

Bersarang di bejana-bejana berisi air jernih dan tawar seperti bak mandi, drum

penampung air, kaleng bekas atau tempat-tempat yang berisi air yang tidak

bersentuhan dengan tanah.

Pertumbuhan dari telur menjadi nyamuk sekitar 10 hari.

4. Faktor predisposisi

Lingkungan tempat tinggal yang kurang bersih

Banyaknya genangan air pada musim hujan

Tidak menutup tempat penampungan air

Kurangnya informasi mengenai DHF

5. Patofisiologi

Virus hanya dapat hidup dalam sel hidup sehingga harus bersaing dengan sel manusia

terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat bergantung pada daya

tahan manusia.

Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan

kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus-antibody, dalam

sirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen (Suriadi & Yuliani, 2001). Akibat

aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk

melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningkatnya

permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel

dinding itu. Reaksi tubuh merupakan reaksi yang biasa terlihat pada infeksi oleh

virus. Reaksi yang amat berbeda akan tampak, bila seseorang mendapat infeksi

berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan. Dan DHF dapat terjadi bila

seseorang setelah terinfeksi pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue

lainnya. Re-infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi, sehingga

menimbulkan konsentrasi kompleks antigen-antibodi (kompleks virus-antibodi) yang

tinggi .

Page 5: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengue Hemoragic Fever

Hal pertama yang terjadi stelah virus masuk ke dalam tubuh adalah viremia yang

mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-

pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia

tenggorokan dan kelainan yang mungkin muncul pada system retikuloendotelial

seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada DHF

disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit, pembesaran hati

(Hepatomegali) dan pembesaran limpa (Splenomegali). Peningkatan permeabilitas

dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi,

hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok).

Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan atau

menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit

menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Adanya kebocoran

plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan yang

tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum, pleura, dan pericard yang

pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus. Setelah pemberian

cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah

teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan

jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika

tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan

yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan.

Renjatan yang terjadi akut dan perbaikan klinis yang drastis setelah pemberian

plasma/ekspander plasma yang efektif, sedangkan pada autopsi tidak ditemukan

kerusakan dinding pembuluh darah yang destruktif atau akibat radang, menimbulkan

dugaan bahwa perubahan fungsional dinding pembuluh darah mungkin disebabkan

mediator farmakologis yang bekerja singkat. Jika renjatan atau hipovolemik

berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian

apabila tidak segera diatasi dengan baik. Gangguan hemostasis pada DHF

menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan

koagulasi. Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan

membedakan DF dan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena

pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi system kalikreain

Page 6: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengue Hemoragic Fever

yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya

volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan

renjatan. Perdarahan umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan

fungsi trombosit dan kelainan fungsi trombosit. Fungsi agregasi trombosit menurun

mungkin disebabkan proses imunologis terbukti dengan terdapatnya kompleks imun

dalam peredaran darah.

Kelainan system koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang

fungsinya memang tebukti terganggu oleh aktivasi system koagulasi. Terjadinya

trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi

(protombin dan fibrinogen) merupakan factor penyebab terjadinya perdarahan hebat,

terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF. Trombositopenia yang

dihubungkan dengan menungkatnya megakariosit muda dalam sum-sum tulang dan

pendeknya masa hidup trombosit menimbulkan dugaan meningkatnya destruksi

trombosit. Penyidikan dengan radioisotop membuktikan bahwa penghancuran

trombosit terjadinya dalam sistem retikuloendotelial. Yang menentukan beratnya

penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya

volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diathesis hemorrhagic,

renjatan terjadi secara akut. Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya

plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien

mengalami hipovolemik.

  6. Klasifikasi

WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4

golongan, yaitu :

         Derajat I

Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji

tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.

         Derajat II

Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti

petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi. Ditemukan pula

perdarahan kulit.

Page 7: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengue Hemoragic Fever

         Derajat III

Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat

(>120x/mnt) tekanan nadi sempit , tekanan darah menurun.

         Derajat IV

Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teratur,anggota gerak teraba dingin,

berkeringat dan kulit tampak biru.

7. Gejala klinis

Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan masa

inkubasi anatara 13 – 15 hari, tetapi rata-rata 5 – 8 hari. Gejala klinik timbul secara

mendadak berupa suhu tinggi, Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan

dingin, tekanan darah menurun, gelisah, capillary reffil time lebih dari dua detik, nadi

cepat dan lemah), nyeri pada otot dan tulang, abdomen dan ulu hati, mual, kadang-

kadang muntah dan batuk ringan, lidah kotor, tidak ada nafsu makan, diare,

konstipasi. Sakit kepala dapat menyeluruh atau berpusat pada daerah supra orbital dan

retroorbital. Nyeri di bagian otot terutama dirasakan bila otot perut ditekan. Sekitar

mata mungkin ditemukan pembengkakan, lakrimasi, fotofobia, otot-otot sekitar mata

terasa pegal.

Ruam berikutnya mulai antara hari 3-6, mula-mula berbentuk makula besar yang

kemudian bersatu mencuat kembali, serta kemudian timbul bercak-bercak petekia.

Pada dasarnya hal ini terlihat pada lengan dan kaki, kemudian menjalar ke seluruh

tubuh.

Pada saat suhu turun ke normal, ruam ini berkurang dan cepat menghilang, bekas-

bekasnya kadang terasa gatal. Nadi pasien mula-mula cepat dan menjadi normal atau

lebih lambat pada hari ke-4 dan ke-5. Bradikardi dapat menetap untuk beberapa hari

dalam masa penyembuhan.

Gejala perdarahan mulai pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekia, purpura, ekimosis,

hematemesis, epistaksis melena, hematuria. Hati, limpa dan kelenjar getah bening.

umumnya membesar dan nyeri tekan, tetapi pembesaran hati tidak sesuai dengan

beratnya penyakit.uga kadang terjadi syok yang biasanya dijumpai pada saat demam

Page 8: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengue Hemoragic Fever

telah menurun antara hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda anak menjadi makin lemah,

ujung jari, telinga, hidung teraba dingin dan lembab, denyut nadi terasa cepat.

8. Pemeriksaan Fisik

         Sistem Pernapasan

Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis, pergerakan

dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, krakles.

         Sistem Persyarafan

Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV

dapat trjadi DSS

         Sistem Cardiovaskuler

Pada grde I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni,

pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi,

cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan

tekanan darah tak dapat diukur.

         Sistem Pencernaan

Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik,

pembesarn limpa, pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu makan,

mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat hematemesis, melena.

         Sistem perkemihan

Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan

nyeri sat kencing, kencing berwarna merah.

         Sistem Integumen.

Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif pada uji

tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada

kulit.

9. Pemeriksaan Diagnostik

a.       Pemeriksaan laboratorium

Page 9: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengue Hemoragic Fever

Pemeriksaan laboratorium rutin untuk penderita DBD adalah jumlah trombosit

dan kadar hematokrit. Hasil pemeriksaan laboratorium yang dapat menjadi

pertanda penyakit demam berdarah adalah:

o   Ig G dengue positif.

o   Trombositopenia, yaitu menurunnya jumlah trombosit darah hingga kurang dari

100.000/mm3.

o   Hemokonsentrasi; peningkatan jumlah hematokrit sebanyak 20% atau lebih.Dua kriteria klinis pertama, ditambah dengan trombositopenia dan hemokonsentrasi sudah cukup untuk menegakkan diagnosis klinis DBD. Efusi pleura (tampak melalui rontgen dada) dan atau hipoalbuminemia menjadi bukti penunjang adanya kebocoran plasma. Bukti ini sangat berguna terutama pada pasien yang anemia dan atau mengalami perdarahan berat. Pada kasus syok, jumlah hematokrit yang tinggi dan trombositopenia memperkuat diagnosis terjadinya Dengue Shock Syndrom (WHO, 2004).

o   Leukopenia, netropenia, aneosinofilia, peningkatan limfosit, monosit, dan

basofilyang akan terlihat pada hari ke-2 atau ke-3 dan titik terendah pada saat

peningkatan suhu kedua kalinya leukopenia timbul karena berkurangnya limfosit

pada saat peningkatan suhu pertama kali.

o   Isolasi virus

o   Serologi ( Uji H ): respon antibody sekunder

o   Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali ( setiap jam atau 4-6 jam

apabila sudah menunjukkan tanda perbaikan ), Faal hemostasis, FDP, EKG, Foto

dada, BUN, creatinin serum.

o   Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hiponatremia,

hipokloremia.

1)      SGOT/SGPT mungkin meningkat.

2)      Ureum dan pH darah mungkin meningkat.

3)      Waktu perdarahan memanjang.

4)      Asidosis metabolik.

5)      Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminuria ringan.

b.      Foto toraks lateral dekubitus kanan.

Terdapat efusi pleura dan bendungan vaskuler

Page 10: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengue Hemoragic Fever

10. Prognosis

Infeksi dengue pada umumnya mempunyai prognosis yang baik, DF dan DHF tidak

ada yang mati. Kematian dijumpai pada waktu ada pendarahan yang berat, shock

yang tidak teratasi, efusi pleura dan asites yang berat dan kejang. Kematian dapat

juga disebabkan oleh sepsis karena tindakan dan lingkungan bangsal rumah sakit

yang kurang bersih. Kematian terjadi pada kasus berat yaitu pada waktu muncul

komplikasi pada sistem syaraf, kardiovaskuler, pernapasan, darah, dan organ lain.

Kematian disebabkan oleh banyak faktor, antara lain :

a. Keterlambatan diagnosis

b. Keterlambatan diagnosis shock

c. Keterlambatan penanganan shock

d. Shock yang tidak teratasi

e. Kelebihan cairan

f. Kebocoran yang hebat

g. Pendarahan masif

h. Kegagalan banyak organ.

11. Therapy/ tindakan penanganan

Belum atau tanpa renjatan:

a. Grade I dan II :

1) Minum banyak 1,5 – 2 Liter / hari, berupa air gula, susu teh dengan gula atau

air buah.

2) Pemberian cairan intravena, bila :

a) Penderita muntah-muntah terus

b) Intake tidak terjamin

c) Pemeriksaan berkala hematokrit cenderung meningkat terus. Jenis cairan

RL atau asering 5 10 ml / kg bb / hari. IVFD dalam 24 jam, bila

diperlukan infuse lanjutan diberi dengan hanya memperhitungkan NWL

dan CWL atau 5-7 ml / kg bb / hari

Dengan Renjatan ;

b. Grade III

Page 11: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengue Hemoragic Fever

Infus asering 5 / RL dengan kecepatan 20 tetes permenit / kg bb/ jam. Setelah

renjatan teratasi :

Tekanan Sistol >80 mmHg

Nadi jelas teraba

Amplitudo nadi cukup besar

Kecepatan tetesan diubah jadi 10 ml / kg bb / jam selam 4 – 8 jam. Bila keadaan

umum tetap bik, jumlah caoiran dibatasi sekitar 5 – 7 ml / kg bb / jam dengan

larutan RL / Dextrose 5 % 1:1 atau asering 5. Infus dipertahankan 48 jam setelah

renjatan

d) Pada renjatan berat dapat diberikan cairan plasma atau pengganti plasma

(expander plasma / dextran L) denga kecapatan 10 – 20 ml / kg bb / jam dan

maksimal 20 – 30 ml / kg bb / hari. Dalam hal ini dipasang 2 infus 1 untuk larutan

RL dan 1 untuk cairan plasma atau pengganti plasma.

c. Grade IV

Infus asering 5 / RL diguyur atau dibolus 100-200 ml sampai nadi teraba serta

tensi terukur. Biasanya sudah tercapai dalam 15-30 menit.

Tindakan Lain

1) Transfusi darah dengan indikasi :

a) Perdarahan gastrointestinal berat: melena, hematemesis.

b) Dengan pemeriksaan hb, hct secara periodic terus terjadi penurunan,

sedang penderita masih dalam renjatan atau keadan akut semakain

menurun.

Jumlah yang diberikan 20 ml / kg bb / hari dapat diulangi bila perlu

2) Anti konvulsan, bila disertai kejang maka diberi :

a) Diasepam 10 mg secara rectal atau intra vena

b) Phenobarbital 75 mg secara IM sesuai penatalaksanaan kejang pada anak

3) Antipiretik dan kompres pada penderita dengan hiperpireksi. Obat yang

diberikan ialah paracetamol 10 mg / kg bb / hari

4) Oksigen diberikan pada pendertita renjatan dengan cianosis 2 – 4 L / menit

5) Antibiotika pada penderita dengan renjatan lama atau terjadi infeksi infeksi

sekunder

Page 12: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengue Hemoragic Fever

6) Kortikosteroid diberikan pada pasien dengan ensefalopati

12. Diagnosis

Patokan WHO (1986) untuk menegakkan diagnosis DHF adalah sebagai berikut :

a. Demam akut, yang tetap tinggi selama 2 – 7 hari kemudian turun secara lisis

demam disertai gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, lemah, nyeri.

b. Manifestasi perdarahan :

1) Uji tourniquet positif

2) Petekia, purpura, ekimosis

3) Epistaksis, perdarahan gusi

4) Pembesaran hati yang nyeri tekan, tanpa ikterus.

c. Hematemesis, melena

d. Dengan atau tanpa renjatan. Renjatan biasanya terjadi pada saat demam turun

(hari ke-3 dan hari ke-7 sakit ). Renjatan yang terjadi pada saat demam biasanya

mempunyai prognosis buruk.

e. Kenaikan nilai Hematokrit / Hemokonsentrasi

13. Diagnosa Banding

Gambaran klinis DHF seringkali mirip dengan beberapa penyakit lain seperti :

a.       Demam chiku nguya.

Dimana serangan demam lebih mendadak dan lebih pendek tapi suhu di atas 400C

disertai ruam dan infeksi konjungtiva ada rasa nyeri sendi dan otot.

b.      Demam tyfoid

c.       Biasanya timbul tanda klinis khas seperti pola demam, bradikardi relatif, adanya

leukopenia, limfositosis relatif.

d.      Anemia aplastik

Penderita tampak anemis, timbul juga perdarahan pada stadium lanjut, demam

timbul karena infeksi sekunder, pemeriksaan darah tepi menunjukkan

pansitopenia.

e.       Purpura trombositopenia idiopati (ITP)

Page 13: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengue Hemoragic Fever

Purpura umumnya terlihat lebih menyeluruh, demam lebih cepat menghilang,

tidak terjadi hemokonsentrasi.

14. Penatalaksanaan

  Medik

DHF tanpa Renjatan

o Beri minum banyak ( 1 ½ - 2 Liter / hari )

o Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres

o Jika kejang maka dapat diberi luminal ( antionvulsan ) untuk anak <1th dosis

50 mg Im dan untuk anak >1th 75 mg Im. Jika 15 menit kejang belum

teratasi , beri lagi luminal dengan dosis 3mg / kb BB ( anak <1th dan pada

anak >1th diberikan 5 mg/ kg BB.

o Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat

DHF dengan Renjatan

-          Pasang infus RL

-          Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander ( 20 – 30 -         

Catat banyak, warna dari perdarahan

-          Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestinal

Peningkatan suhu tubuh

-          Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik

-          Beri minum banyak

ml/ kg BB )

-          Tranfusi jika Hb dan Ht turun

  Keperawatan

Pengawasan tanda – tanda Vital secara kontinue tiap jam

-          Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam

-          Observasi intik output

-          Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap 3

jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½ liter – 2 liter per

hari, beri kompres

Page 14: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengue Hemoragic Fever

-          Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht,

Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan darah

menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.

-          Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri o2

pengawasan tanda – tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, obsrvasi productie

urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.

Resiko Perdarahan

-          Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena

-          Berikan kompres

15. Pencegahan

Prinsip yang tepat dalam pencegahan DHF ialah sebagai berikut :

a. Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan

melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya kasus DHF.

b. Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat

sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremia sembuh secara

spontan.

c. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran yaitu di

sekolah, rumah sakit termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.

d. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan

tinggi.

Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain :

a.       Menggunakan insektisida.

Yang lazim digunakan dalam program pemberantasan demam berdarah dengue

adalah malathion untuk membunuh nyamuk dewasa dan temephos (abate) untuk

membunuh jentik (larvasida). Cara penggunaan malathion ialah dengan

pengasapan atau pengabutan. Cara penggunaan temephos (abate) ialah dengan

pasir abate ke dalam sarang-sarang nyamuk aedes yaitu bejana tempat

penampungan air bersih, dosis yang digunakan ialah 1 ppm atau 1 gram abate

SG 1 % per 10 liter air.

Page 15: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengue Hemoragic Fever

b.      Tanpa insektisida

Caranya adalah :

       Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air minimal 1 x

seminggu (perkembangan telur nyamuk lamanya 7 – 10 hari).

      Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.

      Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol pecah dan benda

lain yang memungkinkan nyamuk bersarang.

Selain itu ada 3 cara lain yaitu:

a.       Lingkungan

Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain

dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat,

modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk dan perbaikan desain rumah.

Sebagai contoh : menguras bak mandi/penampungan air sekurang-

kurangnya sekali seminggu, mengganti dan menguras vas bunga dan tempat

minum burung seminggu sekali, menutup dengan rapat tempat

penampungan? air, mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas

di sekitar rumah?. Tumpah atau bocornya air dari pipa distribusi, katup air,

meteran air dapat menyebabkan air menggenang dan menjadi habitat yang

penting untuk larva Aedes aegypti jika tindakan pencegahan tidak

dilakukan.

b.      Biologis

Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik

(ikan adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14). Peran pemangsa yang

dimainkan oleh copepod crustacea (sejenis udang-udangan) telah

didokumentasikan pada tahun 1930-1950 sebagai predator yang efektif

terhadap Aedes aegypti (Kay BH., 1996). Selain itu juga digunakan

perangkap telur autosidal (perangkap telur pembunuh) yang saat ini sedang

dikembangkan di Singapura.

c.       Kimiawi

Page 16: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengue Hemoragic Fever

Cara pengendalian ini antara lain dengan pengasapan (fogging) (dengan

menggunakan malathion dan fenthion), berguna untuk mengurangi

kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu. Memberikan bubuk

abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti gentong air,

vas bunga, kolam, dan lain-lain.Cara yang paling efektif dalam mencegah

penyakit DBD adalah dengan mengkombinasikan cara-cara di atas, yang

disebut dengan 3M Plus, yaitu menutup, menguras dan mengubur barang-

barang yang bisa dijadikan sarang nyamuk. Selain itu juga melakukan

beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida,

menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot

dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk dan

memeriksa jentik berkala sesuai dengan kondisi setempat (Deubel V et al.,

2001)

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a) Wawancara

1) Biodata klien

Meliputi identitas pasien dan keluarga.

Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan sekarang.

Biasanya klien demam, lemah, sakit kepala, anemia, nyeri ulu hati dan

nyeri otot.

Riwayat kesehatan keluarga.

Sebelumnya apakah ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang

sama.

Riwayat kesehatan dahulu

Apakah sebelumnya klien pernah mengalami penyakit yang sama.

2) Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan umum

Kesadaran : Composmentis, samnolen, koma (tergantung derajat DHF)

Page 17: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengue Hemoragic Fever

TTV : Biasanya terjadinya penurunan

b) Kepala

Wajah : Kemerahan (flushig), pada hidung terjadi epistaksis

Mulut : Perdarahan gusi, muosa bibir kering dan kadang-kadang lidah

kotor dan hiperemia pada tenggorokan

Leher : Tidak ada masalah

Thorak

c) Paru : Pernafasan dangkal, pada perkusi dapat ditemukan bunyi redup

karena efusi fleura

d) Jantung : Dapat terjadi anemia karena kekurangan cairan

e) Abdomen : Nyeri ulu hati, pada palpasi dapat ditemukan pembesaran

hepar dan limpa

f) Ekstremitas : Nyeri sendi

g) Kulit : Ditemukan ptekie, ekimosis, purpura, hematoma, hyperemia

3) Analisa data

a) Data Subjektif

Pada pasien DHF data subjektif yang sering ditemukan timbul antara lain :

Breath: sesak napas

Blood: penurunan trombosit, perdarahan

Brain: sakit kepala

Blandder: urine menurun

Bowel: konstipasi

Bone: nyeri pada otot dan sendi, pegal-pegal pada seluruh tubuh, lemah

Anoreksia (tak nafsu makan), mual, haus, sakit saat menelan

Demam atau panas

b) Data Objektif

Data objektif yang sering dijumpai pada penderita DHF antara lain :

1) Suhu tubuh tinggi: menggigil; wajah tampak kemerahan (flushimg)

2) Mukosa mulut kering; perdarahan gusi; lidah kotor (kadang-kadang)

Page 18: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengue Hemoragic Fever

3) Tampak bintik merah pada kulit (petekie)

4) kulit, bibir dan lidah menjadi kering; tampak kehausan, sudah lama

tidak buang air kecil dan kelenturan kulit menurun.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIORITAS)

 PK : Syok Hipovolemik

PK : Perdarahan

a. Hypertermi (peningkatan suhu tubuh) berhubungan dengan proses infeksi virus

dengue (viremia).

b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia, dan

berkurangnya volume plasma.

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,

muntah, anoreksia.

d. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit ditandai nyeri pada otot,

pegal-pegal pada seluruh tubuh dan sakit kepala.

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

f. Cemas berhubungan dengan kondisi dan hospitalisasi.

g. Risiko terjadi infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (pemasangan infus).

3. RENCANA KEPERAWATAN

NoDX

DiagnosaKeperawatan

Tujuan dan Kreteria Hasil

Intervensi Rasional

a. PK: Syok hipovolemik

Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan syok hipovolemik dapat teratasi dengan kriteria hasil :

-Volume cairan tubuh kembali normal.

-Kesadaran compos mentis.

- Tanda-tanda vital

1. Monitor keadaan umum pasien, Observasi tingkat kesadaran klien.

2. Pemberian posisi trendelenberg yang dimodifikasi dengan meninggikan tungkai pasien, sekitar 20 derajat, lutut diluruskan, dan kepala agak dinaikkan.

1. Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan terutama saat terjadi perdarahan, perawat segera mengenali syok.

2. Tujuannya, untuk meningkatkan arus balik vena yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi, hal

Page 19: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengue Hemoragic Fever

b.PK. Perdarahan

dalam batas normal (S: 36-370C, N: 80-100 x/menit, R:20x/menit).

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perdarahan dapat teratasi, dengan kriteria hasil :- Tidak terjadi syok hipovolemik.- Jumlah trombosit meningkat

3. Kolaborasi: Pemberian pengobatan penyebab yang mendasari syok hipovolemik, misalnya muntah-muntah/ perdarahan.

4. Kolaborasi: Penggantian cairan dan darah sesuai indikasi.

1. Kolaborasi:Pemberian medikasi, untuk mengatasi perdarahan

2. .Kolaborasi:pemberian transfusi darah sesuai indikasi.

3. Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai gejala klinis

4. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat.

5. Beri penjelasan untuk segera melapor bila ada tanda perdarahan lebih lanjut.

ini berfungsi untuk redistribusi cairan

3. Medikasi untuk mengatasi muntah-muntah diberikan, apabila karena perdarahan, dilakukan penekanan pada tempat perdarahan.

4. Penggantian cairan (juga disebut sebagai resusitasi cairan)

1. Jika perdarahan tidak segera diatasi dapat menyebabkan syok.

2. Pemberian transfusi darah bisa mengganti kehilangan darah.

3. Penurunan trombosit merupakan tanda kebocoran pembuluh darah.

4. Aktivitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan perdarahan.

5. Membantu pasien mendapatkan penanganan sedini mungkin.

1 Peningkatan suhu tubuh (hypertermi)

Setelah dilakukan tindakan

1. Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi,

1. Tanda vital merupakan acuan

Page 20: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengue Hemoragic Fever

berhubungan dengan proses infeksi virus dengue (viremia).

keperawatan, diharapkan demam pasien teratasi, dengan kriteria hasil :- Suhu tubuh normal (36 – 37*C).

pernafasan) setiap 4 jam.

2. Berikan kompres hangat.

3. Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal.

4. Kolaborasi pemberian obat penurun panas (antipiretik) secara IV/ oral sesuai kebutuhan.

untuk mengetahui keadaan umum pasien.

2. Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan yang mempercepat penurunan suhu tubuh.

3. Pakaian tipis membantu mengurangi penguapan tubuh.

4. Obat penurun panas secara IV memberikan efek yang cepat jika diperlukan dalam keadaan segera.

2 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia, dan berkurangnya volume plasma.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan volume cairan tubuh pasien terpenuhi, dengan kriteria hasil: - keseimbangan cairan adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik, dan pengisian kapiler cepat.

1. Pertahankan pemasukan dan pengeluaran cairan adekuat

2. Anjurkan pasien untuk banyak minum.

3. Catat intake dan output.4. Observasi tanda-tanda

terjadinya syok5. Kolaborasi: awasi

pemeriksaan lab misal: Hb/Ht, elektrolit serum.

6. Kolaborasi: berikan cairan intravena sesuai indikasi.

1. Pemasukan cairan dapat menurun selama periode krisis karena malaise, anoreksia, dsb.

2. Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh.

3. Untuk mengetahui keseimbangan cairan.

4. Kekurangan cairan yang berlebihan dapat menyebabkan syok.

5. Peningkatan menunjukkan hemokosentrasi.

6. Pemberian cairan

Page 21: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengue Hemoragic Fever

IV sangat penting bagi pasien yang mengalami kekurangan cairan tubuh karena cairan tubuh karena cairan langsung masuk ke dalam pembuluh darah

3 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi, dengan kriteria hasil :- pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan posisi yang diberikan /dibutuhkan.

1. Observasi dan catat maukan makanan pasien.

2. Timbang berat badan tiap hari.

3. Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan/atau makan diantara waktu makan.

4. Catat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari

5. Berikan dan bantu oral higiene sebelum dan sesudah makan.

6. Kolaborasi: Konsul dengan ahli gizi

1. Mengawasi masukan kaori atau kualitas konsumsi makanan.

2. Mengawasi penurunan berat badan.

3. Makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan.

4. Untuk mengetahui status gizi pasien

5. Meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral.

6. Membantu dalam membuat rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual.

4 Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit ditandai nyeri pada otot, pegal-pegal pada seluruh tubuh dan sakit kepal

Setelah diberikan tindakan keperawatan nyeri pasien berkurang dengan kriteria hasil:

- pasien tampak rileks- pasien menyatakan

nyeri hilang/ terkontro

1. Kaji keluhan nyeri, lokasi, karakteristik dan intensitas (skala 0-10).

2. Observasi petunjuk nyeri non-verbal, misal ekspresi wajah (meringis).

3. Lakukan pijatan lokal hati-hati pada area yang sakit.

4. Kolaborasi: berikan analgetik sesuai indikasi.

1. Untuk merencanakan intervensi keperawatan.

2. Nyeri unik bagi setiap orang, petunjuk nonverbal dapat membantu mengevaluasi nyeri dan terapi

3. Membantu untuk menurunkan tegangan otot

Page 22: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengue Hemoragic Fever

4. Analgetik dapat memblok lintasan nyeri

5 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan aktivitas sehari-hari terpenuhi dengan kriteria hasil :- Pasien mampu mandiri dalam melakukan aktivitas.

1. Kaji hal-hal yang mampu atau yang tidak mampu dilakukan oleh pasien.

2. Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya sehari-hari sesuai tingkat

3. Letakkan barang-barang di tempat yang mudah terjangkau oleh pasien.

1. Untuk mengetahui tingkat ketergantungan pasien dalam memenuhi kebutuhannya.

2. Pemberian bantuan sangat diperlukan oleh pasien pada saat kondisinya lemah dan perawat mempunyai tanggung jawab dalam membantu pemenuhan kebutuhan sehari-hari pasien .

3. Akan membantu pasien untuk memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa bantuan orang lain.

6 Cemas berhubungan dengan kondisi dan hospitalisasi.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan cemas pasien dapat teratasi, dengan criteria hasil : -Kecemasan berkurang.

1. Kaji rasa cemas yang dialami pasien.

2. Jalin hubungan saling percaya dengan pasien.

3. Tunjukkan sifat empati4. Beri kesempatan pada

pasien untuk mengungkap-an perasaannya.

5. Gunakan komunikasi terapeutik

1. Menetapkan tingkat kecemasan yang dialami pasien.

2. Pasien bersifat terbuka dengan perawat.

3. Sikap empati akan membuat pasien merasa diperhatikan dengan baik.

4. Meringankan beban pikiran pasien

5. Agar segala sesuatu yang disampaikan

Page 23: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengue Hemoragic Fever

diajarkan pada pasien memberikan hasil yang efektif.

7 Risiko terjadi infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (pemasangan infu

Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi infeksi dengan kriteria hasil:-tidak ada tanda-tanda infeksi; rubor, kalor, tumor, dolor dan fungsiolaesa.

1. Tingkatkan cuci tangan yang baik oleh pemberi perawatan dan pasien.

2. Pantau suhu. Catat adanya adanya menggigil dan takikardi dengan atau tanpa demam.

3. Lakukan perawatan infus setiap hari dan ganti infus set setiap 3 hari.

1.Mencegah kontamiinasi silang/ kolonisasi bakterial.

2.Adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/ penobatan.

3.Mencegah terjadinya infeksi pada area pemasangan infus.

5. EVALUASI

1. Syok hipovolemik dapat teratasi.

2. Tidak terjadi perdarahan lebih lanjut.

3. Suhu tubuh pasien normal (36- 37*C), pasien bebas dari demam.

4. Keseimbangan cairan akan tetap terjaga dan kebutuhan cairan pada pasien

terpenuhi.

5. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan sesuai

dengan porsi yang diberikan atau dibutuhkan.

6. Nyeri pasien teratasi.

7. Aktivitas sehari-hari pasien dapat terpenuhi.

8. Kecemasan pasien akan berkurang dan mendengarkan penjelasan dari perawat

tentang proses penyakitnya.

9. Tidak ada tanda-tanda terjadinya infeksi, risiko infeksi teratasi.

Page 24: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengue Hemoragic Fever

Daftar Pustaka

  Doenges, E. Marilynn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

http://askep.blogspot.com/2008/01/asuhan-keperawatan-pada-anak-dengan_6163.html.

NANDA, Nursing Diagnosis: Definition and Classification 2005-2006, NANDA International,

Philadelphia, 2005.

rice, sylvia A, dkk. 2006. Patofisiologi volume 1. Jakarta:EGC.

Smeltzer, Suzzane C dan Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan

Suddarth Volume 1. Jakarta :EGC.