asuhan keperawatan pada an
TRANSCRIPT
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. A DENGAN GANGGUAN SISTEM NEUROLOGI : ENCEPHALITIS di RUANG III RSUD DR. PIRNGADI MEDAN
OLEH :Ekstensi pagi :Tri MurtiFaturrahma AiniMeylona V ZendratoLidya SimanjuntakFivit Kuswanti
Ekstensi SoreJessi AyumiMelisa ElvaYunita Dwi AnditraHenny Ermayanti
FAKULTAS KEPERAWATANUNIVERSITAS SUMATERA
UTARA2012
PendahuluanEncephalitis merupakan penyakit langka yang terjadi
sekitar 0,5 per 100.000 orang dan paling sering pada anak – anak ataupun usia dewasa yang mengalami sistem kekebalan tubuh yang lemah. Kondisi parah atau sampai mengancam jiwa dari penyakit ini jarang terjadi. Namun, kasus encephalitis diyakini angkanya cukup tinggi. Tapi mungkin karena gejalanya ringan, banyak kasus yang tak diketahui kondisi dan penanganannya. Angka kematian untuk ensefalitis masih tinggi, berkisar antara 35-50%.
Encephalitis adalah penyakit akibat infeksi virus yang menyebabkan peradangan otak.
Tinjauan Teoritis
Ensefalitis ialah reaksi keradangan yang mengenai jaringan otak oleh berbagai macam mikroorganisme, penyebab yang terpenting dan tersering ialah virus (Soegijanto, 2002).
Defenisi
Tinjauan Teoritis
Klasifikasi ensefalitis didasarkan pada faktor penyebabnya, ensefalitis supuratif akut dengan bakteri penyebab ensefalitis adalah staphylococcus aureus, Streptococcus, E.coli, Mycobacterium, dan T.Pallidum. Sedangkan ensefalitis virus dengan virus penyebab adalah virus RNA (virus parotitis), virus morbili, virus rabies, virus rubella, virus dengue, virus poio, cockscakie A dan B, herpes zoster, herpes simpleks dan varicella (Muttaqin, 2009).
Etiologi
Tinjauan Teoritis
Virus masuk tubuh klien melalui kulit, saluran napas, dan saluran cerna. Setelah masuk ke dalam tubuh, virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan :Local : virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lendir
permukaan atau organ tertentuPenyebaran hematogen primer : virus masuk ke dalam
darah, kemudian menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut.
Penyebaran melalui saraf-saraf : virus berkembang biak di permukaan selaput lendir dan menyebar melalui sistem pernafasan.
Patofisiologi
Tinjauan Teoritis
Masa prodromal berlangsung 1-4 hari, ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ektremitas, dan pucat.
Diikuti tanda ensefalitis yang tergantung dari distribusi dan luas lesi pada neuron. Gejala tersebut berupa gelisah, iritabel, screaming attack, perubahan perilaku, gangguan kesadaran, dan kejang.
Kadang-kadang disertai tanda neurologis fokal berupa afasia, hemiparesis, hemiplegia, ataksia, dan paralisis saraf otak. Tanda rangsang meningeal dapat terjadi bila peradangan mencapai meningen.(Mansjoer, 2000).
Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)
Tinjauan Teoritis
Gambaran cairan cerebrospinal Gambaran EEG memperihatkan proses
inflamasi difus (aktivitas lambat bilateral).biopsi otak
Pemeriksaan Penunjang
Tinjauan Teoritis
Dapat terjadi :Edema otakSIADH (Syndrome
Inappropriate Antidiuretic Hormone)
Status konvulsi.Cerebral palsy.Epilepsy.Gangguan visus dan
pendengaranRetardasi mental
IritabelGangguan motorikEpilepsiEmosi tidak stabilSulit tidurHalusinasiEnuresisAnak menjadi perusak dan
melakukan tindakan asocial lain (Mansjoer, 2000).
Komplikasi
Teori Keperawatan
Anamnesis
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien atau orang tua membawa anaknya untuk meminta pertolongan kesehatan adalah kejang disertai penurunan tingkat kesadaran.
Riwayat penyakit saat ini
Faktor riwayat penyakit saat ini sangat penting diketahui karena untuk mengetahui jenis kuman penyebab. Disini harus ditanya dengan jelas tentang gejala yang timbul seperti kapan mulai serangan, sembuh, atau bertambah buruk.
Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian penyakit yang pernah dialami klien yang menjadi predisposisi keluhan sekarang
Pengkajian psiko-sosial dan spiritual Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan per sistem (B1-B6) dengan fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 (Brain) yang terarah dan dihubungkan dengan keluhan-keluhan dari klien
Pengkajian
Teori Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan serebri b/d peningkatan tekanan intrakranial
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d akumulasi secret, kemampuan batuk menurun akibat penurunan kesadaran.
3. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan menelan, keadaan hipermetabolik.
4. Resiko tinggi cedera b/d dengan kejang, perubahan status mental dan penurunan tingkat kesadaran.
5. Nyeri b/d adanya iritasi lapisan otak.
6. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan neuromuscular, penurunan kekuatan otot, penurunan kesadaran, kerusakan persepsi/kognitif.
7. Koping individu tidak efektif b/d prognosis penyakit, perubahan persepsi kognitif, perubahan aktual dalam struktur dan fungsi, ketidakberdayaan, dan merasa tidak ada harapan.
8. Cemas b/d ancaman, kondisi sakit perubahan kesehatan (Muttaqin, 2008).
Diagnosa Keperawatan
Gangguan perfusi jaringan serebri b/d peningkatan tekanan intrakranial
No Intervensi Rasionalisasi
1 Monitor klien dengan ketat terutama setelah
lumbal pungsi. Anjurkan klien berbaring
minimal 4-6 jam setelah lumbal pungsi.
Untuk mencegah nyeri kepala serta menyertai
perubahan tekanan intrakranial.
2 Monitor tanda-tanda peningkatan TIK selama
perjalanan penyakit (nadi lambat, TD
meningkat, kesadaran menurun, napas irregular,
refleks pupil menurun, kelemahan).
Untuk mendeteksi tanda-tanda syok, yang
harus dilaporkan ke dokter untuk intervensi
awal.
3 Monitor TTV dan neurologis tiap 5-30 menit.
Catat dan laporkan segera perubahan-
perubahan TIK ke dokter.
Perubahan-perubahan ini menandakan ada
perubahan TIK dan penting untuk intervensi
awal.
4 Hindari posisi tungkai ditekuk atau gerakan-
gerakan klien, anjurkan untuk tirah baring.
Untuk mencegah peningkatan intrakranial
5 Tinggikan sedikit kepala klien dengan hati-hati,
cegah gerakan yang tiba-tiba dan tidak perlu
dari kepala dan leher, hindari fleksi leher.
Untuk mengurangi TIK.
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d akumulasi sekret, kemampuan batuk menurun akibat penurunan kesadaran.
No Intervensi Rasionalisasi
1 Kaji fungsi paru, adanya bunyi nafas tambahan, perubahan irama dan kedalaman, penggunaan otot-otot aksesori, warna dan kekentalan sputum
Memantau dan mengatasi komplikasi potensial. Pengkajian fungsi pernafasan dengan interval yang teratur adalah penting karena pernapasan yang tidak efektif dan adanya kegagalan, akibat adanya kelemahan atau paralisis pada otot-otot interkostal dan diafragma berkembang cepat
2 Atur posisi fowler dan semifowler
Peninggian kepala tempat tidur memudahkan pernapasan. Meningkatkan ekspansi dada dan meningkatkan batuk lebih efektif
3 Anjurkan cara batuk efektif Klien berada pada resiko tinggi bila tidak dapat batuk dengan efektif untuk membersihkan jalan nafas dan mengalami kesulitan dalam menelan, sehingga menyebabkan aspirasi saliva dan mencetuskan gagal nafas akut
4 Lakukan fisioterapi dada, vibrasi dada
Terapi fisik dada membantu meningkatkan batuk lebih efektif
5 Penuhi hidrasi cairan via oral seperti minum air putih dan pertahankan asupan cairan 2500 ml/hari
Pemenuhan cairan dapat mengecerkan mucus yang kental dan dapat membantu pemenuhan cairan yang banyak dari tubuh
Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan menelan, keadaan hipermetabolik
No Intervensi Rasionalisasi
1 Observasi tekstur dan turgor kulit
Mengetahui status nutrisi klien
2 Lakukan oral hygiene Kebersihan mulut merangsang nafsu makan
3 Observasi asupan dan keluaran
Mengetahui keseimbangan nutrisi klien
4 Observasi posisi dan kebersihan sonde
Untuk menghindari risiko infeksi/iritasi
5 Tentukan kemampuan klien dalam mengunyah, menelan, dan refleks batuk
Untuk menetapkan jenis makanan yang akan diberikan pada klien
6 Kaji kemampuan klien dalam menelan, batuk dan adanya secret
Dengan mengkaji faktor-faktor tersebut dapat menentukan kemampuan menelan klien dan mencegah iritasi aspirasi
7 Auskultasi bising usus, amati penurunan atau hiperaktivitas bising usus
Fungsi gastrointestinal bergantung pada kerusakan otak. Bising usus menentukan respons pemberian makan atau terjadinya komplikasi misalnya pada ileus
8 Timbang berat badan sesuai indikasi
Untuk mengevaluasi efektivitas dari asupan makanan
Tinjauan Kasus
Nama : An.A
Tempat/Tanggal Lahir : Medan/16 Desember 2002
Nama ayah/ibu : Tn. I
Pekerjaan ayah : Wiraswasta
Pekerjaan ibu : Ibu rumah tangga
Alamat : Jalan Trikora No.6 Medan, kec Medan Denai
Suku : Batak toba
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : SD
Tanggal masuk : 4 Maret 2012
Tanggal pengkajian : 6 Maret 2012
Identitas data
Tinjauan Kasus
Pasien tiba di Ruangan dengan keadaan penurunan kesadaran setelah mengalami kejang selama ± 2 jam yang lalu, kejang seluruh tubuh, tangan dan kaki serta demam sejak 3 hari yang lalu (tanggal 1 maret 2012).
Keluhan Utama
Tinjauan Kasus
Ny R mengatakan bahwa An. A pernah mengalami kejang umur 6 bulan, pernah dirawat di rumah sakit Elisabeth, menggunakan obat paracetamol, antibiotik dan anti kejang dan An. A tidak pernah mendapatkan imunisasi.
Riwayat Masa Lalu
Tinjauan Kasus
Diagnosis medis: Ensefalitis Tindakan operasi : Pasien tidak pernah dioperasi Status cairan :Pasien mendapatkan cairan infuse dekstrose 5 % ,Nacl 0,45% 20
tetes/menit Status nutrisi : Pasien mendapatkan nutrisi sebanyak 200 cc/3 jam via NGT dengan
1760 kkal ditambah dengan 66 gr protein Obat-obatan : Injeksi vicillin Sx 1 gr/6 jam, Injeksi chlorampenicol 500 g/6 jam,
Injeksi dexamethason 3,5mg/8 jam, Phenobarbital 2x85 mg, Paracetamol 3x 400 mg
Aktivitas : Pasien tidak dapat melakukan aktivitas baik aktif maupun pasif karena pasien mengalami penurunan kesadaran
Riwayat kesehatan saat ini
Hasil LAB : Hb = 14,8 103/ mm3
Leukosit = 25,600 103/ mm3
Ht = 43%Trombosit direk = 317,000 103/ mm3
BilirubinTotal = 0,21 mg/dlDirect = 0,07 mg/dlSGOT = 30 u/iSGPT = 18 u/i
Alkali phosphate = 334 u/iUreum = 14 mg/dlCreatine = 0,73 mg/dlUric acid = 10,5 mg/dlNatrium = 147 mg/dlKalium = 3,9 mmol/dlChloride = 111 mmol/dl
Tinjauan Kasus
Keadaan umum : Pasien
mengalami penurunan
kesadaran dengan nilai GCS
E2V2M2 dan demam.
TB/BB : 33kg
Lingkar kepala : -
Kepala : Bentuk kepala bulat
dan simetris, tidak ada massa
dan bekas cedera di daerah
kepala. Kulit kepala kering
dan terlihat kotor, rambut
kering
Mata : Pupil isokor simetris ka/ki, mata RC (+/+), konjungtiva tidak pucat
Leher : Vena jugularis tidak teraba. Tidak ada pembesaran KGB, arteri karotis teraba
Telinga : Letak kedua telinga simetris dan tidak terlihat adanya bekas luka namun kelihatan kotor
Hidung : Letak hidung simetris, septum pada garis tengah, tidak ada benjolan/massa, NGT terpasang
Pemeriksaan Fisik
Tinjauan Kasus
Mulut : mukosa bibir kering
Dada : Bentuk dada simetris ka/ki,
puting susu ada dan simetris
Paru-paru : Kanan dan kiri simetris,
retraksi (+/+), resonansi, tidak ada
massa/kelainan, dengan bantuan O2
dengan volume 2 L/ menit,
pernapasan tidak dibantu dengan
otot-otot pernapasan yang lain, bunyi
napas vesikuler, RR : 46x/I
Jantung : HR 108x/menit
Perut : Soepel, abdomen simetris,
tidak ada pembesaran abdomen
peristaltik (+), tidak ada asites
Punggung : Tidak ditemukan adanya kelainan pada punggung, kanan dan kiri simetris
Genitalia : Bentuk genitalia normal, tidak ada pembesaran dan kelainan bentuk, terpasang kateter
Ekstremitas atas : kaku akibat kejang, gerakan terbatas dan ROM lemah dengan kekuatan otot 1 dan terpasang infus di sebelah kiri
Ekstremitas bawah : kaku akibat kejang, gerakan terbatas lemah, ROM lemah dengan kekuatan otot 1 babynsky ada, tendon patella tidak ada, tendon achiles tidak ada, trisep tidak ada.
Tanda vital :RR : 46 x/mnt (regular/ireguler);HR : 108 x/mnt (regular/ireguler);TD: 110 /60 mmHg;Temp : 38,5 oc
Pemeriksaan Fisik
Tinjauan Kasus
No Data Etiologi Masalah1 Data subjektif :
Ny.N mengatakan anaknya sudah beberapa hari tidak sadarkan diriData objektif : - Penurunan kesadaran nilai GCS
E2V2M2
- babynsky (-), tendon trisep, patela, achiles (-)
- suhu tubuh meningkat 38,5- TD 110/70- HR 78x/menit- RR 32x/menit, terpasang O2
dengan volume 2 L/menit
Virus /bakteri Mengenai cns
Ensefalitis
Kejaringan SSP
Merusak SSP
Peningkatan tekanan
intrakranial
Perfusi jaringan
Perfusi jaringan
Analisa Data
Tinjauan Kasus
No Data Etiologi Masalah
2 Data subjektif : Ny.N mengatakan anaknya sudah demam beberapa hari dan demamnya naik turunData objektif : - peningkatan suhu tubuh 38,5 0C- Mukosa bibir kering- Muka memerah- TD 110/70- HR 78x/menit- RR 32x/menit.- Hb = 14,8 103/ mm3
- Leukosit = 25,600 103/mm3
- Ht = 43%
Virus /bakteri Mengenai cns
Ensefalitis
Kejaringan SSP
Merusak SSP
Menginfeksi SSP
Infeksi
Analisa Data
Tinjauan Kasus
No Data Etiologi Masalah
3 Data subyektif : Ny.R mengatakan An.A tidak dapat menggerakakan tubuhnya. Data Obyektif : kekuatan otot menurun dengan nilai 1, pada pemeriksaan kesadaran dengan GCS didapatkan nilai motorik =2
Virus /bakteri Mengenai cns
Ensefalitis
Kejaringan SSP
Merusak SSP
Gangguan penglihatan,
bicara, pendengaran, dan kelemahan gerak
Gangguan mobilitas fisik
Gangguan mobilitas fisik
Analisa Data
Tinjauan Kasus
No Data Etiologi Masalah4 Data subyektif : Ny N mengatakan takut jika
anaknya kejang lagiData objektif : -
Faktor-faktor predisposisi
Virus/bakteri masuk ke jaringan otak secara lokal, hematogen dan melalui saraf-
saraf
Peradangan pada otak
Iritasi korteks serebral area fokal
Kejang
Resiko kejang berulang
Analisa Data
Prioritas Diagnosa KeperawatanGangguan perfusi jaringan berhubungan
dengan peningkatan tekanan intrakranial.Infeksi b/d penurunan daya tahan terhadap
infeksi Gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan kerusakan neuromuskuler, penurunan kekuatan otot, penurunan kesadaran, kerusakan persepsi/kognitif
Resiko kejang berulang b/d peradangan pada otak
Rencana KeperawatanNo
Diagnosa intervensi
1 Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial
1. Pasien bed rest total dengan posisi tidur terlentang tanpa bantal
2. Monitor tanda-tanda status neurologis dengan GCS.Monitor tanda-tanda vital seperti TD, Nadi, Suhu, Respirasi dan hati-hati pada hipertensi sistolik
3. Monitor intake dan output4. Pantau adanya kejang.5. Pertahankan penghalang
tempat tidur tetap terpasang dan pasang jalan nafas buatan
Rencana KeperawatanNo Diagnosa intervensi
2 Infeksi b/d penurunan daya tahan terhadap infeksi
1. Pertahankan teknik aseptic dan teknik cuci tangan yang tepat bak petugas atau pengunjung. Pantau dan batasi pengunjung
2. Pantau suhu secara teratur dan tanda-tanda klinis dari infeksi. Berikan kompres jika demam, dan gunakan pakaian yang tipis dan kering, serta sering beri minum.
3. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik sesuai indikasi.
Rencana KeperawatanNo Diagnosa intervensi
3 Gangguan
mobilitas fisik
berhubungan
dengan kerusakan
neuromuskuler,
penurunan
kekuatan otot,
penurunan
kesadaran,
kerusakan
persepsi/kognitif
1. Review kemampuan fisik dan kerusakan
yang terjadi
2. Berikan perubahan posisi yang teratur
pada klien dengan miring kanan atau
miring kiri
3. Pertahankan body aligment adekuat,
berikan latihan ROM pasif jika klien sudah
bebas panas dan kejang
4. Berikan perawatan kulit secara adekuat,
lakukan masasse, ganti pakaian klien
dengan bahan linen dan pertahankan
tempat tidur dalam keadaan kering
5. Berikan perawatan mata, bersihkan mata
dan tutup dengan kapas yang basah
sesekali
Rencana Keperawatan
No
Diagnosa intervensi
4 Resiko kejang berulang b/d peningkatan suhu tubuh
1. Review kemampuan fisik dan kerusakan yang terjadi
2. Berikan perubahan posisi yang teratur pada klien dengan miring kanan atau miring kiri
3. Pertahankan body aligment adekuat, berikan latihan ROM pasif jika klien sudah bebas panas dan kejang
4. Berikan perawatan kulit secara adekuat, lakukan masasse, ganti pakaian klien dengan bahan linen dan pertahankan tempat tidur dalam keadaan kering
5. Berikan perawatan mata, bersihkan mata dan tutup dengan kapas yang basah sesekali
Terima Kasih