asuhan 6 minggu bbl

43
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada waktu kelahiran, tubuh bayi baru lahir mengalami sejumlah adaptasi psikologik. Bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan masa transisi kehidupannya ke kehidupan diluar uterus berlangsung baik. Bayi baru lahir juga membutuhkan asuhan yang dapat meningkatkan kesempatan untuknya menjalani masa transisi dengan baik. Asuhan ini diberikan dengan tujuan agar bidan dapat memberikan asuhan komprehensip kepada bayi baru lahir saat masih berada diruang rawat serta mengajarkan kepada orang tua dan memberi motivasi agar menjadi orang tua yang percaya diri. Setelah kelahiran, akan menjadi serangkaian perubahan tanda- tanda vital dan tampilan klinis jika bayi reaktif terhadap proses kelahiran. Asuhan pada bayi sampai usia 6 minggu dikhususkan pada Bounding Attachment (Ikatan Kasih Sayang Orang Tua dan Bayi). Rutinitas untuk dilakukan Bounding Attachment harus lebih ditingkatkan. Bounding merupakan saat dimulainya interaksi emosi, sensori, fisik antara orang tua dan bayi segera setelah lahir (Nelson, 1986), sedangkan 1

Upload: firstya-luthvianny

Post on 28-Nov-2015

419 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Balita

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada waktu kelahiran, tubuh bayi baru lahir mengalami sejumlah

adaptasi psikologik. Bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan

masa transisi kehidupannya ke kehidupan diluar uterus berlangsung baik. Bayi

baru lahir juga membutuhkan asuhan yang dapat meningkatkan kesempatan

untuknya menjalani masa transisi dengan baik.

Asuhan ini diberikan dengan tujuan agar bidan dapat memberikan

asuhan komprehensip kepada bayi baru lahir saat masih berada diruang rawat

serta mengajarkan kepada orang tua dan memberi motivasi agar menjadi

orang tua yang percaya diri. Setelah kelahiran, akan menjadi serangkaian

perubahan tanda-tanda vital dan tampilan klinis jika bayi reaktif terhadap

proses kelahiran.

Asuhan pada bayi sampai usia 6 minggu dikhususkan pada Bounding

Attachment (Ikatan Kasih Sayang Orang Tua dan Bayi). Rutinitas untuk

dilakukan Bounding Attachment harus lebih ditingkatkan. Bounding

merupakan saat dimulainya interaksi emosi, sensori, fisik antara orang tua dan

bayi segera setelah lahir (Nelson, 1986), sedangkan attachment merupakan

ikatan efektif yang terjalin diantara dua individu meliputi pencurahan

perhatian, hubungan emosi dan fisik yang akrab (Nelson, 1986).

Dalam pemantauan tumbuh kembang neonatus bayi dan balita akan di

lakukan pola pertumbuhan dan perkembangan. Pada faktor-faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan di dirikan suatu yang akan

mencapai tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan. Dari mulai masa

prenatal, masa postnatal, masa neonatus, masa bayi sampai masa remaja.

Dalam indikator pemantauan pertumbuhan neonatus, bayi dan anak balita

dilakukan deteksi tumbuh kembang dengan berbagai cara pengukuran, salah

satunya pengukuran antropometrik. Pengukuran ini merupakan bagian dari

langkah-langkah manajemen tumbuh kembang anak. Sedangkan dalam

1

indikator pemantauan perkembangan neonatus, bayi dan anak balita dilakukan

deteksi Denver Development Screening Test (DDST) dengan pelaksanaan

pemeriksaan, penilaian tes prilaku serta penilaian tiap item.

B. Rumusan Masalah

1. Apa peran bidan pada bayi sehat ?

2. Apa yang dimaksud dengan bounding attachment, manfaat dan peran

bidan dalam melakukan bounding attachment ?

3. Apa rencana asuhan yang diberikan pada bayi pada usia 6 minggu pertama

?

C. Tujuan

1. Mengetahui peran bidan pada bayi sehat.

2. Mengetahui yang dimaksud dengan bounding attachment, manfaat, prinsip

dan cara, hambatan serta peran bidan dalam melakukan bounding

attachment.

3. Mengetahui rencana asuhan yang harus diberikan pada bayi usia 6 minggu

pertama.

2

BAB II

PEMBAHASAN

A.  Peran Bidan Pada Bayi Sehat

Peran bidan selama bulan pertama kehidupan BBL jelas sangat beragam.

Di beberapa tempat bersalin, bidan memiliki sedikit peran formal begitu BBL

meninggalkan ruang persalinan. Di tempat bersalin lain, biasanya pada praktik

multidisiplin, bidan akan melanjutkan perawatan ibu dan BBL selama 6 minggu

pertama setelah kelahiran. Para bidan itu bekerja sama dengan tenaga kesehatan

lainnya seperti pediatri dan perawatan kesejahteraan neonatus secara bertahap

berpindah ke tenaga kesehatan pediatric atau tenaga kesehatan perawatan

keluarga. (Helen Varney, Asuhan kebidanan, hal 927)

Bulan pertama kehidupan bayi merupakan masa transisi dan penyesuaian

baik untuk orang tua maupun  bayi, oleh karena itu bidan harus dapat

memfasilitasi proses tersebut. Peran bidan pada kehidupan bayi baru lahir 1 bulan

pertama dimulai sejak bayi meninggalkan ruang bersalin. Dalam perakteknya,

asuhan dilakukan secara multidisipliner, yakni perawat anak, perawat keluarga

dan dokter spesialis anak. Bidan bertugas melanjutkan perawatan bagi ibu dan

bayi dalam melewati 6 minggu pertama kelahiran.

Pengawasan yang dilakukan terhadap bayi, antara lain sebagai berikut :

1. Semua bayi baru lahir sebaiknya mendapatkan minimal  2 kali

pemeriksaan sebelum meninggalkan rumah bersalin atau rumah sakit, atau

sebelum bidan pulang (jika lahir dirumah).

2. Pemeriksaan pertama adalah pemeriksaan screening berhubungan dengan

kelahiran.

3. Pemeriksaan ke 2 lebih komprehensip, termksut usia dan riwayat

kehamilan.

3

4. Jika bayi baru lahir pulang dalam waktu 6 sampai 12 jam, bidan harus

menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang dalam 3 sampai 5

hari sesudah lahir.

5. Jika bayi baru lahir tinggal dirumah sakit sampai 48 jam, kunjungan ulang

dapat ditunda sampai usia bayi 10-14 hari.

Tujuan kunjungan ulang bayi baru lahir, yaitu :

1. Mengidentifikasi gejala penyakit

2. Menawarkan tindakan screening metabolic

3. Memberi KIE kepada orang tua

4. Hendaknya dipoli klinik anak disediakan ruang tunggu khusus, agar bayi

terlindung dari anak-anak yang sakit. Institusi pelayanan kesehatan harus

mengusahakan orang tua bisa ikut masuk ruang periksa pada saat anak

menjlani pemeriksaan.

5. Jika orang tua setuju, maka perlu dilakukan screening metabolik, apabila

sebelumnya belum dilakukan, untuk mengetahui adanya hipotiroidisme

congenital dan kadar penil ketonuria, serta penyakit metabolic.

6. Bidan harus bisa menyiapkan specimen darah yang dibutuhkan, biasanya

diambil dari daerah tumit bayi.

7. Pemeriksaan ini akan akurat jika dilakukan minimal 24 jam setelah bayi

mendapat nutrisi.

8. Bidan harus mempunyai perencanaan/planning untuk melakukan

kunjungan bayi baru lahir, meliputi mengkaji ulang riwayat ibu, riwayat

persalian dan tindakan segera pada  bayi.

9. Bidan juga harus mengamati dan menanyakan pada orang tua dalam

beradaptasi  terhadap kelahiran bayi.

10. Bidan harus mengkaji riwayat /masalah pada pemenuhan nutrisi bayi,

perhatian, usaha menangis, BAB, BAK dll.

11. Pada saat melakukan kunjungan ulang, bidan juga harus melakukan

pemeriksaan fisik, memberikan penyuluhan dan anticipatory guidance

pada orang tua.

4

12. Bidan harus membuat jadwal kunjungan dalam 6-8 minggu untuk

imunisasi dan check up serta harus melakukan pangkajian fisik kembali

jika di temukan kondisi emergensi yang memerlukan perawatan dari

dokter perawatan anak.

Berdasarkan Kompetensi VI bidan yang menyatakan bahwa bidan memberikan

asuhan bermutu tinggi dan komprehensif pada bayi baru lahir sehat sampai

dengan usia satu bulan, maka peran bidan pada bayi sehat antara lain :

1. Observasi dan konseling kebutuhan minum

a. Menganjurkan ibu untuk segera menyusui bayinya selama 1 – 2

menit pada setiap payudara

b. Menganjurkan ibu untuk tidak membuang kolostrum dan

memberikan pada bayinya

c. Menganjurkan ibu untuk menyusui 10 menit dengan jarak 3 – 4

jam (on demand)

d. Memberitahukan pada ibu bayi biasanya lapar 2 – 4 jam dan

apabila lapar, menganjurkan ibu untuk segera menyusui bayinya

e. Memberitahukan mengenai kebutuhan minum pada bayi yaitu 60

ml/kgBB (pada hari ke 14 mencapai 200 ml/kgBB

2. Observasi dan konseling kebutuhan BAB

a. Memberitahukan pada ibu bahwa BAB bayi pada hari pertama

sampai hari ketiga yaitu mekoneum (warna hitam kehijauan)

b. Memberitahukan pada ibu bahwa BAB bayi pada hari ke 4 – 5 tinja

berwarna coklat kehijauan

c. Memberitahukan pada ibu bahwa BAB bayi pada hari selanjutnya

(warna tinja tergantung jenis susu yang diminum). Bila ASI :

warna kuning lembek, bila susu formula : keabu-abuan dengan bau

sedikit menusuk

5

d. Memberitahukan pada ibu bahwa BAB bayi 3 – 8 x sehari

3. Observasi dan Konseling Kebutuhan BAK

a. Memberitahukan pada ibu bahwa bayi harus BAK dalam waktu 24

jam, kalau belum BAK perlu diwaspadai

b. Memberitahukan pada ibu bahwa urin bayi berwarna kuning pucat

c. Memberitahukan pada ibu bahwa BAK pada bayi sebanyak ± 4 – 5

x/hari

4. Observasi dan Konseling Kebutuhan Tidur

a. Memberitahukan pada ibu bahwa bayi memerlukan banyak tidur

b. Memberitahukan pada ibu bahwa status bayi sadar 2-3 jam beberapa

hari pertama

c. Memberitahukan pada ibu bahwa bayi tampak semi koma saat tidur

(meringis, tersenyum dengan gerakan bola mata cepat)

d. Memberitahukan pada ibu bahwa tidur bayi sehari rata-rata 20 jam

5. Observasi dan Konseling Kebutuhan Kebersihan Kulit

a. Memberitahukan pada ibu untuk menghindari pajanan dengan bahan

keras dan iritatif (urin, faeces, air liur dan sisa makanan)

b. Memberitahukan pada ibu untuk mempertahankan hidrasi kulit

c. Memberitahukan pada ibu untuk menghindari gesekan khususnya

daerah lipatan

d. Memberitahukan pada ibu untuk menggunakan produk yang

memenuhi standar (tidak mengandung pewangi, pewarna, tidak

menimbulkan reaksi pada mata dan kulit)

6

e. Setiap kali habis BAB/BAK, membersihkan daerah kelamin dan

sekitarnya dengan air bersih lalu keringkan dengan handuk

f. Menggunakan popok/pakaian bayi yang terbuat dari katun/ kain yang

menyerap keringat

g. Memandikan bayi 2 x sehari

h. Menggunakan sabun/shampo khusus untuk bayi, bahan lembut,

mencegah iritasi/alergi

i. Kalau perlu oleskan baby oil pada daerah lipatan kulit yang lembab

dan berkeringat

j. Memberitahukan pada ibu bahwa sampai 2 minggu setelah lahir, bayi

sering tidur dan bangun diantara waktu menyusu

6. Observasi dan Konseling Kebutuhan Keamanan

a. Mengamati suhu tubuh bayi : normal 36-37,5 °C

b. Membersihkan mata yang lengket, infeksi mata ringan, bulu mata

lengket waktu tidur/kotoran menggumpal ke sudut mata dibersihkan 2

x sehari dengan kapas hangat

c. Tempat tidur/keranjang jauh dari pintu

d. Pasang pagar pengaman di tempat tidur/keranjang, jarak kisi-kisi tidak

terlalu lebar

e. Tempat tidur dari bahan kuat dan aman

f. Pada waktu bayi tidur selimuti dengan selimut tipis, bila cuaca dingin

selimut tebal

g. Rasa aman psikologis dapat dilakukan dengan sering memeluk dan

menggendong bayi. Hal ini diperoleh terutama dari ibu pada saat bayi

menyusu

7. Observasi dan Konseling Kebutuhan Tanda-Tanda Bahaya

a. Pernafasan : sulit/lebih dari 60 kali/menit

b. Kehangatan : terlalu panas > 38°C atau terlalu dingi <36°C

c. Warna kulit : kulit (terutama pada 24 jam pertama), biru/pucat, memar

7

d. Pemberian makan : hisapan lemah, mengantuk berlebihan, rewel,

banyak muntah

e. Tali pusat : merah, bengkak, keluar cairan bau busuk dan berdarah

f. Infeksi : suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan pus, bau

busuk, pernafasan sulit

g. Tinja/kemih : tidak BAB dalam 3 hari, tidak berkemih dalam 24 jam,

tinja lembek, sering, hijau tua, ada lendir/darah dari tinja

h. Aktivitas : menggigil atau menangis yang tidak biasa, rewel, lemas,

terlalu mengantuk, lunglai, kejang, kejang halus, tidak bisa tenang,

menangis terus-menerus.

Beberapa prinsip pedekatan asuhan terhadap anak (termasuk didalamnya bayi dan

balita) yang dipegang oleh bidan yaitu:

1. Anak bukanlah miniatur orang dewasa tetapi merupakan sosok individu

yang unik yang mempunyai kebutuhan khusus sesuai dengan tahapan

perkembangan dan pertumbuhannya.

2. Berdasarkan kepada pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga

permasalahan asuhan terhadap klien sesuai dengan tahap perkembangan

anak

3. Asuhan kesehatan yang diberikan menggunakan pendekatan sistem.

4. Selain memenuhi kebutuhan fisik, juga harus memperhatikan keutuhan

psikologis dan sosial.

Tahap tahap penting perkembangan dalam 6 minggu pertama

Bayi cukup bulan harus mencapai tahap-tahap penting perkembangan

tertentu selama 6 minggu pertama kehidupan. Di antara berbagai metode

penepisan perkembangan yang tersedia, hanya denver II yang akurat. Dalam dua

bulan pertama kehidupan, bayi baru lahir cukup bulan mengalami kemajuan

dalam 4 area yang diujikan pada Denver II. Keterampilan personal-sosial harus

mencakup perilaku tersenyum spontan dan responsive serta sangat memperhatikan

wajah. Beberapa bayi akan memperhatikan tangan mereka sendiri. Gerakan

motorik halus antara lain mata mengikuti gerakan sampai garis tengah dan

8

berkembang sampai mata mengikuti gerakan sampai melewati garis tengah.

Dalam area bahasa, bayi mengeluarkan suara secara spontan dan berespon

terhadap suara bel. Kemampuan motorik kasar antara lain gerakan simetris dan

mengangkat kepala, kadang-kadang hingga 45 derajat. Pengetahuan tentang

tahap-tahap penting perkembangan normal ini harus menyertai nasihat yang di

berikan bidan kepeda orang tua baru.

Denver II adalah bagan kemajuan perkembangan bukan sebuah uji yang

berhasil atau gagal dijalani oleh seorang anak. Temuan tentang perbedaan

perkembangan yang signifikan perlu diimbangi dengan informasi lain, seperti pola

perkembangan sebelumnya dan derajat keterlambatan. ( Helen Varney, Asuhan

kebidanan, hal 927)

B.   Bounding Attachment

1. Pengertian Bounding Attachment

     Bounding attachment berasal dari dua suku kata, yaitu bounding dan

attachment.  Bounding adalah proses pembentukan sedangkan attachment adalah

pembangunan ikatan. Jadi bounding attachment adalah sebuah peningkatan

hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara orangtua dan bayi.

Adapun beberapa definisi para ahli:

a. Klause dan Kennel (1983): interaksi orang tua dan bayi secara nyata, baik

fisik, emosi, maupun sensori pada beberapa menit dan jam pertama segera

bayi setelah lahir.

b. Nelson (1986), bounding: dimulainya interaksi emosi sensorik fisik antara

orang tua dan bayi segera setelah lahir,attachment: ikatan yang terjalin

antara individu yang meliputi pencurahan perhatian; yaitu hubungan emosi

dan fisik yang akrab.

c. Saxton dan Pelikan (1996), bounding: adalah suatu langkah untuk

mengunkapkan perasaan afeksi (kasih sayang) oleh ibu kepada bayinya

segera setelah lahir; attachment: adalah interaksi antara ibu dan bayi secara

spesifik sepanjang waktu.

9

d. Bennet dan Brown (1999), bounding:  terjadinya hubungan antara orang

tua dan bayi sejak awal kehidupan, attachment: pencurahan kasih sayang

di antara individu.

e. Brozeton (dalam Bobak, 1995): permulaan saling mengikat antara orang-

orang seperti antara orang tua dan anak pada pertemuan pertama.

f. Parmi (2000): suatu usaha untuk memberikan kasih sayang dan suatu

proses yang saling merespon antara orang tua dan bayi lahir.

g. Perry (2002), bounding: proses pembentukan attachment atau membangun

ikatan; attachment: suatu ikatan khusus yang dikarakteristikkan dengan

kualitas-kualitas yang terbentuk dalam hubungan orang tua dan bayi.

h. Subroto (cit Lestari, 2002): sebuah peningkatan hubungan kasih sayang

dengan keterikatan batin antara orang tua dan bayi.

i. Maternal dan Neonatal Health: adalah kontak dini secara langsung antara

ibu dan bayi setelah proses persalinan, dimulai pada kala III sampai

dengan post partum.

j. Harfiah, bounding: ikatan; attachment: sentuhan.

2. Tahap-Tahap Bounding Attachment

a. Perkenalan yaitu dengan melakukan kontak mata, menyentuh, berbicara

dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya

b. Bounding (keterikatan)

c. Attachment yaitu perasaan sayang yang mengikat individu dengan

individu lain.

3. Manfaat  Bounding Attachment

Adapun manfaat dari implementasi teori bounding attachment jika dilakukan

secara baik yaitu:

a. Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan sikap

sosial.

b. Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi.

c. Akan sangat berpengaruh positif pada pola perilaku dan kondisi psikologis

bayi kelak.

10

4. Hambatan Bounding Attachment

Sesuatu yang prosesnya tidak sealur dengan tujuan dari bounding

attachment dan dapat dikatakan sebagai penghambat dalam bounding

attachment adalah:

a. Kurangnya support sistem.

b. Ibu dengan resiko (ibu sakit).

c. Bayi dengan resiko (bayi prematur, bayi sakit, bayi dengan cacat fisik).

d. Kehadiran bayi yang tidak diinginkan.

5. Faktor yang Mempengaruhi Bounding Attachment

a. Kesehatan emosional orang tua

Orang tua yang mengharapkan kehadiran si anak dalam

kehidupannya tentu akan memberikan respon emosi yang berbeda dengan

orang tua yang tidak menginginkan kelahiran bayi tersebut. Respon emosi

yang positif dapat membantu tercapainya proses bounding attachment ini.

b. Tingkat kemampuan, komunikasi dan ketrampilan untuk merawat anak

Dalam berkomunikasi dan keterampilan dalam merawat anak,

orang tua satu dengan yang lain tentu tidak sama tergantung pada

kemampuan yang dimiliki masing-masing. Semakin cakap orang tua

dalam merawat bayinya maka akan semakin mudah pula bounding

attachment terwujud.

c. Dukungan sosial seperti keluarga, teman dan pasangan

Dukungan dari keluarga, teman, terutama pasangan merupakan

faktor yang juga penting untuk diperhatikan karena dengan adanya

dukungan dari orang-orang terdekat akan memberikan suatu semangat /

dorongan positif yang kuat bagi ibu untuk memberikan kasih sayang yang

penuh kepada bayinya.

d. Kedekatan orang tua dan anak

11

Dengan metode rooming in kedekatan antara orang tua dan anak

dapat terjalin secara langsung dan menjadikan cepatnya ikatan batin

terwujud diantara keduanya.

e. Kesesuaian antara orang tua dan anak (keadaan anak, jenis kelamin)

Anak akan lebih mudah diterima oleh anggota keluarga yang lain

ketika keadaan anak sehat / normal dan jenis kelamin sesuai dengan yang

diharapkan.

6. Prinsip dan Upaya Meningkatkan Bounding Attachment

a. Dilakukan segera (menit pertama jam pertama).

b. Sentuhan orang tua pertama kali.

c. Adanya ikatan yang baik dan sistematis berupa kedekatan orang tua ke

anak.

d. Kesehatan emosional orang tua.

e. Terlibat pemberian dukungan dalam proses persalinan.

f. Persiapan PNC sebelumnya.

g. Adaptasi.

h. Tingkat kemampuan, komunikasi dan keterampilan untuk merawat anak.

i. Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam memberi

kehangatan pada bayi, menurunkan rasa sakit ibu, serta memberi rasa

nyaman.

j. Fasilitas untuk kontak lebih lama.

k. Penekanan pada hal-hal positif.

l. Perawat maternitas khusus (bidan).

m. Libatkan anggota keluarga lainnya/dukungan sosial dari keluarga,

teman   dan pasangan

n. Informasi bertahap mengenai bounding attachment.

7. Hal-Hal yang Termasuk dalam Bounding Attachment

Pada awal kehidupan, hubungan ibu dan bayi lebih dekat dibanding dengan

anggota keluarga yang lain karena setelah melewati sembilan bulan bersama, dan

12

melewati saat-saat kritis dalam proses kelahiran membuat keduanya memiliki

hubungan yang unik. Beberapa hal yang termasuk bounding attachment antara

lain :

a. Pemberian ASI ekslusif

Dengan dilakukannya pemberian ASI secara ekslusif segera setelah

lahir, secara langsung bayi akan mengalami kontak kulit dengan ibunya

yang menjadikan ibu merasa bangga dan diperlukan

b. Rawat gabung

Rawat gabung merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan

agar antara ibu dan bayi terjalin proses lekat (early infant mother

bounding) akibat sentuhan badan antara ibu dan bayinya. Hal ini sangat

mempengaruhi perkembangan psikologis bayi selanjutnya, karena

kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak

dibutuhkan oleh bayi. Bayi yang merasa aman dan terlindung, merupakan

dasar terbentuknya rasa percaya diri dikemudian hari. Dengan memberikan

ASI ekslusif, ibu merasakan kepuasan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi

bayinya, dan tidak dapat digantikan oleh orang lain. Keadaan ini juga

memperlancar produksi ASI, karena refleks let-down bersifat

psikosomatis. Ibu akan merasa bangga karena dapat menyusui dan

merawat bayinya sendiri dan bila ayah bayi berkunjung akan terasa adanya

suatu kesatuan keluarga.

c. Kontak mata (Eye to Eye Contact)

Beberapa ibu berkata begitu bayinya bisa memandang

mereka,mereka merasa lebih dekat dengan bayinya. Orang tua dan bayi

akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling memandang.

Seringkali dalam posisi bertatapan. Bayi baru lahir dapat diletakkan lebih

dekat untuk dapat melihat pada orang tuanya.  Kesadaran untuk membuat

kontak mata dilakukan kemudian dengan segera. Kontak mata mempunyai

efek yang erat terhadap perkembangan dimulainya hubungan dan rasa

13

percaya sebagai faktor yang penting dalam hubungan manusia pada

umumnya.

d. Sentuhan

Sentuhan atau indra peraba dipakai secara ekstensif oleh orang tua

dan pengasuh lain sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir

dengan cara mengeksplorasi bayinya dengan ujung jarinya. Penelitian

telah menemukan suatu pola sentuhan yang hamper sama yakni pengasuh

memulai eksplorasi jari tangan ke bagian kepala dan tungkai kaki. Tidak

lama kemudian pengasuh memakai telapak tangannya untuk mengelus

badan bayi dan akhirnya memeluk dengan tangannya (Rubin,

1963;Kennell,1982;Tulman;1985). Gerakan ini dipakai untuk

menenangkan bayi.

e. Suara (Voice)

Mendengar dan merenspon suara antara orang tua dan bayinya

sangat penting. orang tua menunggu tangisan pertama bayi mereka dengan

tegang. Suara tersebut membuat mereka yakin bahwa bayinya dalam

keadaan sehat. Tangis tersebut membuat mereka melakukan tindakan

menghibur. Sewaktu orang tua berbicara dengan nada suara tinggi, bayi

akan menjadi tenang dan berpaling kearah mereka. Respon antara ibu dan

bayi berupa suara masing-masing. Orang tua akan menantikan tangisan

pertama bayinya. Dari tangisan itu, ibu menjadi tenang karena merasa

bayinya baik-baik saja (hidup). Bayi dapat mendengar sejak dalam rahim,

jadi tidak mengherankan jika ia dapat mendengarkan suara-suara dan

membedakan nada dan kekuatan sejak lahir, meskipun suara-suara itu

terhalang selama beberapa hari oleh cairan amniotik dari rahim yang

melekat dalam telinga.

f. Aroma  /Odor (Bau Badan)

Setiap anak memiliki aroma yang unik dan bayi belajar dengan

cepat untuk mengenali aroma susu ibunya. Indera penciuman pada bayi

14

baru lahir sudah berkembang dengan baik dan masih memainkan peran

dalam nalurinya untuk mempertahankan hidup. Indera penciuman bayi

akan sangat kuat, jika seorang ibu dapat memberikan bayinya Asi pada

waktu tertentu.

g. Gaya bahasa (Entrainment)

Bayi mengembangkan irama akibat kebiasaan. Bayi baru lahir

bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan orang dewasa. Mereka

menggoyangkan tangan, mengangkat kepala, menendang-nendangkan

kaki. Entrainment terjadi pada saat anak mulai bicara.  Bayi baru lahir

menemukan perubahan struktur pembicaraan dari orang dewasa. Artinya

perkembangan bayi dalam bahasa dipengaruhi kultur, jauh sebelum ia

menggunakan bahasa dalam berkomunikasi. Dengan demikian terdapat

salah satu yang akan lebih banyak dibawanya dalam memulai berbicara

(gaya bahasa). Selain itu juga mengisyaratkan umpan balik positif bagi

orang tua dan membentuk komunikasi yang efektif.

h. Bioritme (Biorhythmicity)

Salah satu tugas bayi baru lahir adalah membentuk ritme personal

(bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih

sayang yang konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat bayi

mengembangkan perilaku yang responsif. Janin dalam rahim dapat

dikatakan menyesuaikan diri dengan irama alamiah ibunya seperti halnya

denyut jantung. Salah satu tugas bayi setelah lahir adalah menyesuaikan

irama dirinya sendiri. Orang tua dapat membantu proses ini dengan

memberikan perawatan penuh kasih sayang secara konsisten dan dengan

menggunakan tanda keadaan bahaya bayi untuk mengembangkan respon

bayi dan interaksi sosial serta kesempatan untuk belajar.

i. Inisiasi Menyusu Dini

15

Setelah bayi lahir, dengan segera bayi ditempatkan diatas ibu. Ia

akan merangkak dan mencari puting susu ibunya. Dengan demikian, bayi

dapat melakukan reflek sucking dengan segera.

8. Peran Bidan dalam Mendukung Terjadinya Bonding Attachment

a. Membantu menciptakan terjadinya ikatan antara ibu dan bayi dalam jam

pertama pasca kelahiran.

b. Memberikan dorongan pada ibu dan keluarga untuk memberikan respon

positif tentang bayinya, baik melalui sikap maupun ucapan dan tindakan.

c. Sewaktu pemeriksaan ANC, Bidan selalu mengingatkan ibu untuk

menyentuh dan meraba perutnya yang semakin membesar

d. Bidan mendorong ibu untuk selalu mengajak janin berkomunikasi

e. Bidan juga mensupport ibu agar dapat meningkatkan kemampuan dan

keterampilannya dalam merawat anak, agar saat sesudah kelahiran nanti

ibu tidak merasa kecil hati karena tidak dapat merawat bayinya sendiri dan

tidak memiliki waktu yang seperti ibu inginkan

f. Ketika dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan

salah satu cara bonding attachment dalam beberapa saat setelah kelahiran,

hendaknya Bidan tidak benar-benar memisahkan ibu dan bayi melainkan

Bidan mampu untuk mengundang rasa penasaran ibu untuk mengetahui

keadaan bayinya dan ingin segera memeluk bayinya.  Pada kasus bayi atau

ibu dengan risiko,  ibu dapat tetap melakukan bonding attachment ketika

ibu member ASI bayinya atau ketika mengunjungi bayi di ruang perinatal.

( Yetti Anggraini, Asuhan Kebidanan Masa Nifas, hal 65-75)

C. Rencana Asuhan

1. Pengumpulan Data Subjektif

Berikut ini langkah-langkah untuk mendapatkan data objektif pada

pemberian asuhan primer pada bayi usia 6 minggu pertama :

a. Tanyakan mengenai keseluruhan kesehatan bayi

b. Tanyakan ibu masalah-masalah yang dialami terutama dalam proses

menyusui

16

c. Jika bayi sedang menyusui bayinya amati letak mulut bayi pada

putting, posisi menyusui, hisapan dan refleks menelan bayi

d. Apakah ada orang lain di dalam rumahnya atau di sekitarnya yang

dapat membantu ibu baru tersebut

e. Amati keadaan rumah dan kebersihannya

f. Amati persediaan makanan dan air

g. Amati keadaan suasana hati ibu baru

h. Amati cara ibu berinteraksi dengan bayinya

i. Kapan bayi tersebut lahir (jika bukan penolong persalinan bayi

tersebut)

j. Apakah bayi mengalami pertumbuhan dan penambahan berat badan

k. Apakah bayi menunjukkan tanda-tanda bahaya

l. Apakah bayi menyusu dengan baik

m. Apakah bayi menyusu sedikitnya 2-4 jam sekali

n. Apakah bayi berkemih 6-8 kali sehari

o. Apakah bayi menderita demam

p. Apakah bayi tampak waspada saat bangun

q. Apakah matanya mengikuti gerakan ibu

2. Pengkajian Data Objektif

Data objektif ( O ) merupakan pendokumentasian manajemen

kebidanan. Menurut Helen Varney pertama (pengkajian data). Merupakan

pendokumentasian hasil pengumpulan data kilen yang di peroleh melalui

hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan

laboratorium/pemeriksaan diagnostik lain.

a. Pemeriksaan Fisik

1) Nadi

Nadi adalah denyut nadi yang teraba pada dinding pembuluh darah

arteri yang berdasarkan systol dan diastole dari jantung. Jumlah denyut

nadi yang normal berdasarkan usia seseorang adalah :

17

Bayi baru lahir : 100-180 kali/menit

Bayi : 120-160 kali/menit

Todler (2 tahun) : 90-140 kali/menit.

Prasekolah : 80-110 kali/menit.

Usia sekolah : 75-100 kali/menit.

2) Suhu

Bayi masih rentan terhadap hipotermia dikarenakan karena belum

matangnya hipotalamus yang mengakibatkan tidak efisiennya

pengaturan suhu tubuh bayi Seorang bayi yang mengalami kedinginan

membutuhkan kalori dan oksigen untuk meningkatkan suhu

tubuhnya. Hipertermi rentan terjadi akibat berada dekat pada

sumber radiasi panas, dapat juga diakibatkan karena

terjadinya infeksi. Tempat untuk mengukur suhu badan seseorang

adalah:

Ketiak/ axilea, pada area ini termometer didiamkan sekitar 7-10

menit

Anus/ dubur/ rectal, pada area ini termometer didiamkan sekitar 3

– 5 menit

Mulut/oral, pada area ini termometer didiamkan sekitar 2 – 3 menit

Suhu tubuh normal berada pada 36oC – 37,5oC

Suhu tubuh rendah (hypopirexia/hypopermia)  < 36oC

Suhu tubuh tinggi/panas jika:

Demam         : Jika bersuhu 37,5oC – 38oC

Febris            : Jika bersuhu 38oC – 39oC

Hypertermia : Jika bersuhu > 40oC

3) Pernapasan

Beberapa pola pernapasan adalah sebagai berikut :

18

Pernapasan normal (euphea)

Pernapasan cepat (tachypnea)

Pernapasan lambat (bradypnea)

Sulit/sukar bernapas (oypnea)

Rentan pernapasan normal menurut usia adalah :

Usia baru lahir : 35-50 kali/menit

Bayi : 30 – 40 kali/menit

<2 tahun : 25 – 35 kali/menit

Usia 2-12 tahun : 18-26 kali/menit

Dewasa : 16 – 20 kali/menit

b. Tinjauan Ulang Sistem-Sistem Utama Tubuh

1) Sistem Pernapasan

Alveoli-alveoli pada bayi mengalami pertumbuhan hingga

beberapa tahun. Saluran napas perifer masih membuka dan sempit.

Membran mukosa mudah rusak dan sensitif terhadap trauma

(mudah tersedak, tidak boleh ada asap rokok). Dalam keadaan

normal tangis bayi terdengar keras dan bernada sedang, jika terjadi

kelainan suara bayi akan terdengan bernada tinggi dan lemah.

2) Sistem Kardiovaskuler dan Darah

Sirkulasi perifer berjalan lambat, ini akan mengakibatkan

sianosis ringan pada tangan dan kaki serta perbedaan warna pada

kulit.

3) Sistem Ginjal

Beban kerja ginjal dimulai sejak bayi lahir. Apabila intake

cairan telah meningkat, kemunginan air kemih bayi tampak keruh

termasuk berwarna merah muda, disebabkan oleh kadar ureum

yang tidak begitu berarti.

4) Sistem Gastrointestinal

Kapsitas lambung bayi 15-30 cc dan akan meningkat dalam

minggu-minggu pertama kehidupan. Sfingter kardiak lambung

19

belum matang sehingga gumoh lazim terjadi. Pada saat lahir

keasaman lambung tinggi namun pada hari ke-10 hampir tidak ada

asam lambung sehingga rentan terhadap infeksi. Waktu

pengosongan lambung adalah 2,5-3 jam. Jumlah enzim amilase dan

lipase tidak mencukupi sehingga bayi kesulitan dalam mencerna

lemak dan karbohidrat. Pada saat makanan masuk segera terjadi

peristaltik cepat sehingga masukan makanan sering disertai

pengosongan lambung.

5) Pengaturan Suhu

Bayi masih rentan terhadap hipotermia dikarenakan belum

matangnya hipotalamus yang mengakibatkan tidak efisiennya

pengaturan suhu tubuh bayi. Seorang bayi yang mengalami

kedinginan membutuhkan kalori dan oksigen untuk meningkatkan

suhu tubuhnya. Hipertermi rentan terjadi akibat berada dekat pada

sumber radiasi panas, dapat juga dikarenakan terjadinya infeksi.

6) Adaptasi Imunologi

Bayi baru lahir menunjukkan kerentanan tinggi terhadap

infeksi terutama yang masuk melalui mukosa system pernapasan

dan gastrointestinal. Kemampuan lokalisasi infeksi masih rendah

sehingga infeksi rendah dapat dengan mudah berubah menjadi

infeksi umum. Terdapat 3 imunoglobulin yang utama pada bayi,

yaitu IgG, IgA, dan IgM.

IgG melewati barrier plasenta sehingga sama kadarnya

pada saat lahir. IgA melindungi terhadap infeksi saluran

pernapasan, gastrointestinal dan mata. Kadar IgA mencapai kadar

dewasa dalam waktu 2 bulan dan ditemukan dalam ASI. IgM

mencapai kadar dewasa pada usia 2 tahun. ASI terutama kolostrum

memberikan kekebalan pasif.

7) Sistem Reproduksi

20

Anak laki-laki menghasilkan sperma setelah memasuki

masa pubertas. Anak perempuan sudah mempunyai ovum dalam

sel telur sejak masa bayi. Bayi perempuan dapat mengalami

(pseudo) menstruasi atau pembesaran payudara, kadang-kadang

disertai oleh sekresi cairan dari putting pada hari ke-4 atau ke-5

setelah kelahiran. Hal ini hanya berlangsung sebentar.

8) Sistem Muskuluskeletal

Ubun-ubun kecil atau fontanel posterior bayi akan menutup

pada usia 6-8 minggu. Sedangkan ubun-ubun besar akan menutup

dalam waktu kurang lebih 12 bulan.

9) Sistem Neurologi

Sistem neurologi pada bayi relative belum matang setelah

lahir. Keberadaan refleks fisiologis pada bayi dapat menunjukkan

keadaan normal dari integritas system saraf dan system

muskuluskeletal.

10) Panca Indra

Indra Penglihatan

Bayi sensitive terhadap cahaya terang dan dapat mengenali

pola hitam-putih yang tercetak tebal dalam bentuk muka

manusia. Jarak focus adalah 15-20 cm yang memungkinkan

seorang bayi dapat melihat wajah ibunya pada saat menyusui.

Pada usia 2 minggu bayi dapat membedakan muka ibunya dari

muka yang tidak dikenal. Perhatian pada warna, variasi dari

kompleksitas pola berkembang dalam 2 bulan pertama

kehidupan bayi.

Indra Penciuman

21

Bayi dapat membedakan bau menyengat, menyukai pada

bau susu terutama ASI. Dalam beberapa hari bayi sudah dapat

membedakan bau susu ibu dengan bau susu orang lain.

Indra Pengecapan

Bayi bereaksi secara kuat terhadap berbagai rasa dan

memperlihatkan kesukaan yang kuat pada rasa manis.

Indra Pendengaran

Bayi mempunyai pendengaran yang tajam dan dapat

melokalisasi suara dalam lingkungan sekitar, serta mampu

membedakan berbagai suara. Pada akhir bulan pertama, bayi

baru lahir lebih menyukai suara dengan pola yang sama. Bayi

baru lahir juga lebih menyukai suara ibunya daripada orang

lain dan merasa tenang dengan suara-suara bernada rendah.

Indra Peraba

Bayi mudah memperlihatkan reaksi terhadap berbagai hal

dengan adanya beberapa refleks fisiologis. Bayi sangat

sensitive terhadap sentuhan. Bayi merasa senang dengan

kontak kulit ke kulit, berendam dalam air, gosokan tangan,

belaian dan gerak ayun. Bayi bereaksi terhadap sentuhan dan

adanya refleks genggam untuk memperkuat hubungan.

3. Assesment

Assesment ditegakkan berdasarkan hasil pengkajian data subjektif

dan objektif. Assessment yang dapat ditegakkan pada asuhan primer bayi

usia 6 minggu pertama antara lain :

a. Bayi usia 6 minggu pertama dalam kondisi normal

b. Bayi usia 6 minggu pertama dengan komplikasi tertentu

c. Bayi usia 6 minggu pertama dengan masalah tertentu

22

4. Planning

Planning disusun dan dilaksanakan berdasarkan hasil interpretasi

data yang tertulis dalam assessment. Dalam pemberian asuhan primer pada

bayi usia 6 minggu pertama, bidan harus melakukan beberapa pendidikan

kesehatan melalui komunikasi, informasi dan edukasi (KIE), serta

konseling. Bidan perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga

tentang perawatan bayi, antara lain :

a. Pengukuran BB

Di ukur setiap 2 hari sekali atau dapat lebih sering. Bayi ditimbang

dalam keadaan telanjang, biasanya sebelum bayi dimandikan. Pada

minggu pertama kelahiran bayi terjadi kehilangan berat badan

sebanyak 10% karena :

1) Pengeluaran mekonium

2) Pengeluaran energi

3) Asupan kalori yang masih relatif rendah

b. Kontrol Suhu

Suhu akan lebih akurat pengukurannya apabila diperiksa di rectal.

Pada jam-jam pertama kelahiran suhu bayi baru lahir diukur setiap

setengah jam sampai pengukuran 2 kali berturut –turut  suhu bayi

menunjukkan  36.5 C 24 jam pertama setiap 4 jam, kemudian hari

berikutnya 2 kali sehari bila tidak ada komplikasi. Pengukuran

dilakukan sebelum bayi ditelanjanggi.

c. Perawatan Tali Pusat

Suatu tindakan atau penanganan lanjut pada neonatus untuk

mencegah infeksi dan membantu supaya luka tali pusat cepat kering

Tujuan perawatan tali pusat :

Mencegah infeksi

Mempercepat pengeringan

Mempercepat terlepasnya tali pusat (puput)

23

Indikasi :

Pada BBL setelah tali pusat dipotong

Jika tali pusat kotor

Jika tali pusat terkena air kencing, kotoran bayi

Dilakukan setelah tali pusat dipotong sampai tali pusat terlepas

Dilakukan minimal 2 kali sehari

Hal–hal yang harus diperhatikan dalam perawatn tali pusat :

Perawatan tali pusat dilakukan setiap habis mandi , basah karena

BAB/BAK

Daerah tali pusat harus keadaan bersih dan kering

Tali pusat tidak boleh diberikan ramuan-ramuan tradisional

Perhatikan adannya kemerahan, berlendir atau perdarahan (tanda-

tanda infeksi)

d. Pemilihan Tempat Tidur yang Tepat

Tempat tidur bayi harus hangat, diletakkan di dekat tempat tidur

ibu. Tempat tidur bayi dan ibu yang bersamaan atau bayi dan ibu tidur

pada satu tempat tidur yang sama, dapat menyebabkan kematian bayi

yang tidak disengaja.

e. Memandikan Bayi

Bayi harus dijaga kebersihannya dengan menyeka secara lembut

dan memperhatikan lipatan kulitnya. Verniks kaseosa di tubuh bayi

dapat tetap dipertahankan untuk stabilisasi suhu tubuh. Sabun dengan

kandungan chlorophene tidak dianjurkan karena diserap kulit dan

menyebabkan racun bagi sistemm saraf bayi.

f. Mengenakan Pakaian Bayi

Penggunaan pakaian bayi bertujuan untuk membuat bayi tetap

hangat. Baju bayi seharusnya tidak membuat bayi berkeringat. Pakaian

berlapis-lapis tidak dibutuhkan oleh bayi. Hindari kain yang

24

menyentuh leher karena dapat mengakibatkan gesekan yang

mengganggu.

g. Perawatan HIdung

Kotoran pada hidung bayi akan menyebabkan hidung tersumbat

dan sulit bernafas. Hindari memasukkan gumpalan kapas ke dalam

hidung bayi yang akan mendorong kotoran ke dalam.

h. Perawatan Mata dan Telinga

Telinga cukup dibersihkan 1-2 kali dalam seminggu dengan hati-

hati. Jangan membiasakan menuangkan minyak hangat ke dalam

lubang telinga karena akan lebih menambah kotoran dalam telinga.

i. Perawatan Kuku

Jaga kuku bayi agar tetap pendek. Kuku dipotong setiap tiga atau

empat hari sekali. Kuku yang panjang dapat mengakibatkan luka atau

lecet pada mulut dan kulit bayi saat bayi menggesekkan tangannya.

j. Waktu Untuk Membawa Bayi Keluar Rumah

Bayi harus dibiasakan dibawa keluar selama satu atau dua jam

sehari bila udara baik. Pada saat bayi dibawa keluar rumah, gunakan

pakaian secukupnya, tidak terlalu tebal atau tipis. Bayi arus terbiasa

dengan sinar matahari namun hindari pancaran langsung sinar matahari

di pandangan mata.

k. Imunisasi

Pada 6 minggu pertama, pastikan bayi telah mendapatkan beberapa

imunisasi dasar. Imunisasi BCG harus diberikan sebelum bayi berusia

2 bulan. Imunisasi Hepatitis B pertama (HB0) sudah diberikan segera

setelah bayi lahir. Imunisasi Hepatitis B yang kedua diberikan dengan

interval minimal 4 minggu setelah imunisasi HB0, yaitu pada usia 1

bulan.

l. Pemeriksaan

Selama 1 tahun pertama bayi dianjurkan melakukan pemeriksaan

rutin untuk menghindari tidak terdeteksinya hal-hal yang tidak

diinginkan.

25

m. Perawatan Intensif

Bayi pada usia 6 minggu pertama yang mengalami komplikasi atau

permasalahan membutuhkan perawatan intensif sesuai dengan

komplikasi atau masalah yang menyertai bayi.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Bulan pertama kehidupan bayi merupakan masa transisi dan penyesuaian

baik untuk orang tua maupun  bayi, oleh karena itu bidan harus dapat

memfasilitasi proses tersebut. Peran bidan pada kehidupan bayi baru lahir

1 bulan pertama dimulai sejak bayi meninggalkan ruang bersalin. Dalam

perakteknya, asuhan dilakukan secara multidisipliner, yakni perawat anak,

perawat keluarga dan dokter spesialis anak. Bidan bertugas melanjutkan

perawatan bagi ibu dan bayi dalam melewati 6 minggu pertama kelahiran.

Pengawasan yang dilakukan terhadap bayi, antara lain sebagai berikut :

a. Semua bayi baru lahir sebaiknya mendapatkan minimal  2 kali

pemeriksaan sebelum meninggalkan rumah bersalin atau rumah sakit,

atau sebelum bidan pulang (jika lahir dirumah).

26

b. Pemeriksaan pertama adalah pemeriksaan screening berhubungan

dengan kelahiran.

c. Pemeriksaan ke 2 lebih komprehensip, termksut usia dan riwayat

kehamilan.

d. Jika bayi baru lahir pulang dalam waktu 6 sampai 12 jam, bidan harus

menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang dalam 3 sampai

5 hari sesudah lahir.

e. Jika bayi baru lahir tinggal dirumah sakit sampai 48 jam, kunjungan

ulang dapat ditunda sampai usia bayi 10-14 hari.

2. Bounding attachment adalah sebuah peningkatan hubungan kasih sayang

dengan keterikatan batin antara orangtua dan bayi. Adapun manfaat dari

implementasi teori bounding attachment jika dilakukan secara baik yaitu:

a. Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan sikap

sosial.

b. Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi.

c. Akan sangat berpengaruh positif pada pola perilaku dan kondisi

psikologis bayi kelak.

Peran bidan dalam mendukung proses bounding attachment ini ntara lain :

g. Membantu menciptakan terjadinya ikatan antara ibu dan bayi dalam

jam pertama pasca kelahiran.

h. Memberikan dorongan pada ibu dan keluarga untuk memberikan

respon positif tentang bayinya, baik melalui sikap maupun ucapan dan

tindakan.

i. Sewaktu pemeriksaan ANC, Bidan selalu mengingatkan ibu untuk

menyentuh dan meraba perutnya yang semakin membesar

j. Bidan mendorong ibu untuk selalu mengajak janin berkomunikasi

k. Bidan juga mensupport ibu agar dapat meningkatkan kemampuan dan

keterampilannya dalam merawat anak, agar saat sesudah kelahiran

27

nanti ibu tidak merasa kecil hati karena tidak dapat merawat bayinya

sendiri dan tidak memiliki waktu yang seperti ibu inginkan

l. Ketika dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan

salah satu cara bonding attachment dalam beberapa saat setelah

kelahiran, hendaknya Bidan tidak benar-benar memisahkan ibu dan

bayi melainkan Bidan mampu untuk mengundang rasa penasaran ibu

untuk mengetahui keadaan bayinya dan ingin segera memeluk

bayinya.  Pada kasus bayi atau ibu dengan risiko,  ibu dapat tetap

melakukan bonding attachment ketika ibu member ASI bayinya atau

ketika mengunjungi bayi di ruang perinatal. ( Yetti Anggraini, Asuhan

Kebidanan Masa Nifas, hal 65-75)

3. Rencana asuhan yang diberikan pada bayi usia 6 minggu pertama adalah

pengumpulan data subjektif, pengkajian data objektif, assessement dan

planning.

B. Saran

28

DAFTAR PUSTAKA

Muslihatun, WN. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta :

Fitramaya.

Marmi. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas “Peuperium Care”.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Marmi. Kusmaira. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi dan

Balita.Yogyakarta.

Fatmawati, Ery. 2013. Ketrampilan Dasar Kebidanan I.Yogyakarta.

29