asuhan 6 minggu bbl
DESCRIPTION
Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan BalitaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada waktu kelahiran, tubuh bayi baru lahir mengalami sejumlah
adaptasi psikologik. Bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan
masa transisi kehidupannya ke kehidupan diluar uterus berlangsung baik. Bayi
baru lahir juga membutuhkan asuhan yang dapat meningkatkan kesempatan
untuknya menjalani masa transisi dengan baik.
Asuhan ini diberikan dengan tujuan agar bidan dapat memberikan
asuhan komprehensip kepada bayi baru lahir saat masih berada diruang rawat
serta mengajarkan kepada orang tua dan memberi motivasi agar menjadi
orang tua yang percaya diri. Setelah kelahiran, akan menjadi serangkaian
perubahan tanda-tanda vital dan tampilan klinis jika bayi reaktif terhadap
proses kelahiran.
Asuhan pada bayi sampai usia 6 minggu dikhususkan pada Bounding
Attachment (Ikatan Kasih Sayang Orang Tua dan Bayi). Rutinitas untuk
dilakukan Bounding Attachment harus lebih ditingkatkan. Bounding
merupakan saat dimulainya interaksi emosi, sensori, fisik antara orang tua dan
bayi segera setelah lahir (Nelson, 1986), sedangkan attachment merupakan
ikatan efektif yang terjalin diantara dua individu meliputi pencurahan
perhatian, hubungan emosi dan fisik yang akrab (Nelson, 1986).
Dalam pemantauan tumbuh kembang neonatus bayi dan balita akan di
lakukan pola pertumbuhan dan perkembangan. Pada faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan di dirikan suatu yang akan
mencapai tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan. Dari mulai masa
prenatal, masa postnatal, masa neonatus, masa bayi sampai masa remaja.
Dalam indikator pemantauan pertumbuhan neonatus, bayi dan anak balita
dilakukan deteksi tumbuh kembang dengan berbagai cara pengukuran, salah
satunya pengukuran antropometrik. Pengukuran ini merupakan bagian dari
langkah-langkah manajemen tumbuh kembang anak. Sedangkan dalam
1
indikator pemantauan perkembangan neonatus, bayi dan anak balita dilakukan
deteksi Denver Development Screening Test (DDST) dengan pelaksanaan
pemeriksaan, penilaian tes prilaku serta penilaian tiap item.
B. Rumusan Masalah
1. Apa peran bidan pada bayi sehat ?
2. Apa yang dimaksud dengan bounding attachment, manfaat dan peran
bidan dalam melakukan bounding attachment ?
3. Apa rencana asuhan yang diberikan pada bayi pada usia 6 minggu pertama
?
C. Tujuan
1. Mengetahui peran bidan pada bayi sehat.
2. Mengetahui yang dimaksud dengan bounding attachment, manfaat, prinsip
dan cara, hambatan serta peran bidan dalam melakukan bounding
attachment.
3. Mengetahui rencana asuhan yang harus diberikan pada bayi usia 6 minggu
pertama.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Peran Bidan Pada Bayi Sehat
Peran bidan selama bulan pertama kehidupan BBL jelas sangat beragam.
Di beberapa tempat bersalin, bidan memiliki sedikit peran formal begitu BBL
meninggalkan ruang persalinan. Di tempat bersalin lain, biasanya pada praktik
multidisiplin, bidan akan melanjutkan perawatan ibu dan BBL selama 6 minggu
pertama setelah kelahiran. Para bidan itu bekerja sama dengan tenaga kesehatan
lainnya seperti pediatri dan perawatan kesejahteraan neonatus secara bertahap
berpindah ke tenaga kesehatan pediatric atau tenaga kesehatan perawatan
keluarga. (Helen Varney, Asuhan kebidanan, hal 927)
Bulan pertama kehidupan bayi merupakan masa transisi dan penyesuaian
baik untuk orang tua maupun bayi, oleh karena itu bidan harus dapat
memfasilitasi proses tersebut. Peran bidan pada kehidupan bayi baru lahir 1 bulan
pertama dimulai sejak bayi meninggalkan ruang bersalin. Dalam perakteknya,
asuhan dilakukan secara multidisipliner, yakni perawat anak, perawat keluarga
dan dokter spesialis anak. Bidan bertugas melanjutkan perawatan bagi ibu dan
bayi dalam melewati 6 minggu pertama kelahiran.
Pengawasan yang dilakukan terhadap bayi, antara lain sebagai berikut :
1. Semua bayi baru lahir sebaiknya mendapatkan minimal 2 kali
pemeriksaan sebelum meninggalkan rumah bersalin atau rumah sakit, atau
sebelum bidan pulang (jika lahir dirumah).
2. Pemeriksaan pertama adalah pemeriksaan screening berhubungan dengan
kelahiran.
3. Pemeriksaan ke 2 lebih komprehensip, termksut usia dan riwayat
kehamilan.
3
4. Jika bayi baru lahir pulang dalam waktu 6 sampai 12 jam, bidan harus
menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang dalam 3 sampai 5
hari sesudah lahir.
5. Jika bayi baru lahir tinggal dirumah sakit sampai 48 jam, kunjungan ulang
dapat ditunda sampai usia bayi 10-14 hari.
Tujuan kunjungan ulang bayi baru lahir, yaitu :
1. Mengidentifikasi gejala penyakit
2. Menawarkan tindakan screening metabolic
3. Memberi KIE kepada orang tua
4. Hendaknya dipoli klinik anak disediakan ruang tunggu khusus, agar bayi
terlindung dari anak-anak yang sakit. Institusi pelayanan kesehatan harus
mengusahakan orang tua bisa ikut masuk ruang periksa pada saat anak
menjlani pemeriksaan.
5. Jika orang tua setuju, maka perlu dilakukan screening metabolik, apabila
sebelumnya belum dilakukan, untuk mengetahui adanya hipotiroidisme
congenital dan kadar penil ketonuria, serta penyakit metabolic.
6. Bidan harus bisa menyiapkan specimen darah yang dibutuhkan, biasanya
diambil dari daerah tumit bayi.
7. Pemeriksaan ini akan akurat jika dilakukan minimal 24 jam setelah bayi
mendapat nutrisi.
8. Bidan harus mempunyai perencanaan/planning untuk melakukan
kunjungan bayi baru lahir, meliputi mengkaji ulang riwayat ibu, riwayat
persalian dan tindakan segera pada bayi.
9. Bidan juga harus mengamati dan menanyakan pada orang tua dalam
beradaptasi terhadap kelahiran bayi.
10. Bidan harus mengkaji riwayat /masalah pada pemenuhan nutrisi bayi,
perhatian, usaha menangis, BAB, BAK dll.
11. Pada saat melakukan kunjungan ulang, bidan juga harus melakukan
pemeriksaan fisik, memberikan penyuluhan dan anticipatory guidance
pada orang tua.
4
12. Bidan harus membuat jadwal kunjungan dalam 6-8 minggu untuk
imunisasi dan check up serta harus melakukan pangkajian fisik kembali
jika di temukan kondisi emergensi yang memerlukan perawatan dari
dokter perawatan anak.
Berdasarkan Kompetensi VI bidan yang menyatakan bahwa bidan memberikan
asuhan bermutu tinggi dan komprehensif pada bayi baru lahir sehat sampai
dengan usia satu bulan, maka peran bidan pada bayi sehat antara lain :
1. Observasi dan konseling kebutuhan minum
a. Menganjurkan ibu untuk segera menyusui bayinya selama 1 – 2
menit pada setiap payudara
b. Menganjurkan ibu untuk tidak membuang kolostrum dan
memberikan pada bayinya
c. Menganjurkan ibu untuk menyusui 10 menit dengan jarak 3 – 4
jam (on demand)
d. Memberitahukan pada ibu bayi biasanya lapar 2 – 4 jam dan
apabila lapar, menganjurkan ibu untuk segera menyusui bayinya
e. Memberitahukan mengenai kebutuhan minum pada bayi yaitu 60
ml/kgBB (pada hari ke 14 mencapai 200 ml/kgBB
2. Observasi dan konseling kebutuhan BAB
a. Memberitahukan pada ibu bahwa BAB bayi pada hari pertama
sampai hari ketiga yaitu mekoneum (warna hitam kehijauan)
b. Memberitahukan pada ibu bahwa BAB bayi pada hari ke 4 – 5 tinja
berwarna coklat kehijauan
c. Memberitahukan pada ibu bahwa BAB bayi pada hari selanjutnya
(warna tinja tergantung jenis susu yang diminum). Bila ASI :
warna kuning lembek, bila susu formula : keabu-abuan dengan bau
sedikit menusuk
5
d. Memberitahukan pada ibu bahwa BAB bayi 3 – 8 x sehari
3. Observasi dan Konseling Kebutuhan BAK
a. Memberitahukan pada ibu bahwa bayi harus BAK dalam waktu 24
jam, kalau belum BAK perlu diwaspadai
b. Memberitahukan pada ibu bahwa urin bayi berwarna kuning pucat
c. Memberitahukan pada ibu bahwa BAK pada bayi sebanyak ± 4 – 5
x/hari
4. Observasi dan Konseling Kebutuhan Tidur
a. Memberitahukan pada ibu bahwa bayi memerlukan banyak tidur
b. Memberitahukan pada ibu bahwa status bayi sadar 2-3 jam beberapa
hari pertama
c. Memberitahukan pada ibu bahwa bayi tampak semi koma saat tidur
(meringis, tersenyum dengan gerakan bola mata cepat)
d. Memberitahukan pada ibu bahwa tidur bayi sehari rata-rata 20 jam
5. Observasi dan Konseling Kebutuhan Kebersihan Kulit
a. Memberitahukan pada ibu untuk menghindari pajanan dengan bahan
keras dan iritatif (urin, faeces, air liur dan sisa makanan)
b. Memberitahukan pada ibu untuk mempertahankan hidrasi kulit
c. Memberitahukan pada ibu untuk menghindari gesekan khususnya
daerah lipatan
d. Memberitahukan pada ibu untuk menggunakan produk yang
memenuhi standar (tidak mengandung pewangi, pewarna, tidak
menimbulkan reaksi pada mata dan kulit)
6
e. Setiap kali habis BAB/BAK, membersihkan daerah kelamin dan
sekitarnya dengan air bersih lalu keringkan dengan handuk
f. Menggunakan popok/pakaian bayi yang terbuat dari katun/ kain yang
menyerap keringat
g. Memandikan bayi 2 x sehari
h. Menggunakan sabun/shampo khusus untuk bayi, bahan lembut,
mencegah iritasi/alergi
i. Kalau perlu oleskan baby oil pada daerah lipatan kulit yang lembab
dan berkeringat
j. Memberitahukan pada ibu bahwa sampai 2 minggu setelah lahir, bayi
sering tidur dan bangun diantara waktu menyusu
6. Observasi dan Konseling Kebutuhan Keamanan
a. Mengamati suhu tubuh bayi : normal 36-37,5 °C
b. Membersihkan mata yang lengket, infeksi mata ringan, bulu mata
lengket waktu tidur/kotoran menggumpal ke sudut mata dibersihkan 2
x sehari dengan kapas hangat
c. Tempat tidur/keranjang jauh dari pintu
d. Pasang pagar pengaman di tempat tidur/keranjang, jarak kisi-kisi tidak
terlalu lebar
e. Tempat tidur dari bahan kuat dan aman
f. Pada waktu bayi tidur selimuti dengan selimut tipis, bila cuaca dingin
selimut tebal
g. Rasa aman psikologis dapat dilakukan dengan sering memeluk dan
menggendong bayi. Hal ini diperoleh terutama dari ibu pada saat bayi
menyusu
7. Observasi dan Konseling Kebutuhan Tanda-Tanda Bahaya
a. Pernafasan : sulit/lebih dari 60 kali/menit
b. Kehangatan : terlalu panas > 38°C atau terlalu dingi <36°C
c. Warna kulit : kulit (terutama pada 24 jam pertama), biru/pucat, memar
7
d. Pemberian makan : hisapan lemah, mengantuk berlebihan, rewel,
banyak muntah
e. Tali pusat : merah, bengkak, keluar cairan bau busuk dan berdarah
f. Infeksi : suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan pus, bau
busuk, pernafasan sulit
g. Tinja/kemih : tidak BAB dalam 3 hari, tidak berkemih dalam 24 jam,
tinja lembek, sering, hijau tua, ada lendir/darah dari tinja
h. Aktivitas : menggigil atau menangis yang tidak biasa, rewel, lemas,
terlalu mengantuk, lunglai, kejang, kejang halus, tidak bisa tenang,
menangis terus-menerus.
Beberapa prinsip pedekatan asuhan terhadap anak (termasuk didalamnya bayi dan
balita) yang dipegang oleh bidan yaitu:
1. Anak bukanlah miniatur orang dewasa tetapi merupakan sosok individu
yang unik yang mempunyai kebutuhan khusus sesuai dengan tahapan
perkembangan dan pertumbuhannya.
2. Berdasarkan kepada pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga
permasalahan asuhan terhadap klien sesuai dengan tahap perkembangan
anak
3. Asuhan kesehatan yang diberikan menggunakan pendekatan sistem.
4. Selain memenuhi kebutuhan fisik, juga harus memperhatikan keutuhan
psikologis dan sosial.
Tahap tahap penting perkembangan dalam 6 minggu pertama
Bayi cukup bulan harus mencapai tahap-tahap penting perkembangan
tertentu selama 6 minggu pertama kehidupan. Di antara berbagai metode
penepisan perkembangan yang tersedia, hanya denver II yang akurat. Dalam dua
bulan pertama kehidupan, bayi baru lahir cukup bulan mengalami kemajuan
dalam 4 area yang diujikan pada Denver II. Keterampilan personal-sosial harus
mencakup perilaku tersenyum spontan dan responsive serta sangat memperhatikan
wajah. Beberapa bayi akan memperhatikan tangan mereka sendiri. Gerakan
motorik halus antara lain mata mengikuti gerakan sampai garis tengah dan
8
berkembang sampai mata mengikuti gerakan sampai melewati garis tengah.
Dalam area bahasa, bayi mengeluarkan suara secara spontan dan berespon
terhadap suara bel. Kemampuan motorik kasar antara lain gerakan simetris dan
mengangkat kepala, kadang-kadang hingga 45 derajat. Pengetahuan tentang
tahap-tahap penting perkembangan normal ini harus menyertai nasihat yang di
berikan bidan kepeda orang tua baru.
Denver II adalah bagan kemajuan perkembangan bukan sebuah uji yang
berhasil atau gagal dijalani oleh seorang anak. Temuan tentang perbedaan
perkembangan yang signifikan perlu diimbangi dengan informasi lain, seperti pola
perkembangan sebelumnya dan derajat keterlambatan. ( Helen Varney, Asuhan
kebidanan, hal 927)
B. Bounding Attachment
1. Pengertian Bounding Attachment
Bounding attachment berasal dari dua suku kata, yaitu bounding dan
attachment. Bounding adalah proses pembentukan sedangkan attachment adalah
pembangunan ikatan. Jadi bounding attachment adalah sebuah peningkatan
hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara orangtua dan bayi.
Adapun beberapa definisi para ahli:
a. Klause dan Kennel (1983): interaksi orang tua dan bayi secara nyata, baik
fisik, emosi, maupun sensori pada beberapa menit dan jam pertama segera
bayi setelah lahir.
b. Nelson (1986), bounding: dimulainya interaksi emosi sensorik fisik antara
orang tua dan bayi segera setelah lahir,attachment: ikatan yang terjalin
antara individu yang meliputi pencurahan perhatian; yaitu hubungan emosi
dan fisik yang akrab.
c. Saxton dan Pelikan (1996), bounding: adalah suatu langkah untuk
mengunkapkan perasaan afeksi (kasih sayang) oleh ibu kepada bayinya
segera setelah lahir; attachment: adalah interaksi antara ibu dan bayi secara
spesifik sepanjang waktu.
9
d. Bennet dan Brown (1999), bounding: terjadinya hubungan antara orang
tua dan bayi sejak awal kehidupan, attachment: pencurahan kasih sayang
di antara individu.
e. Brozeton (dalam Bobak, 1995): permulaan saling mengikat antara orang-
orang seperti antara orang tua dan anak pada pertemuan pertama.
f. Parmi (2000): suatu usaha untuk memberikan kasih sayang dan suatu
proses yang saling merespon antara orang tua dan bayi lahir.
g. Perry (2002), bounding: proses pembentukan attachment atau membangun
ikatan; attachment: suatu ikatan khusus yang dikarakteristikkan dengan
kualitas-kualitas yang terbentuk dalam hubungan orang tua dan bayi.
h. Subroto (cit Lestari, 2002): sebuah peningkatan hubungan kasih sayang
dengan keterikatan batin antara orang tua dan bayi.
i. Maternal dan Neonatal Health: adalah kontak dini secara langsung antara
ibu dan bayi setelah proses persalinan, dimulai pada kala III sampai
dengan post partum.
j. Harfiah, bounding: ikatan; attachment: sentuhan.
2. Tahap-Tahap Bounding Attachment
a. Perkenalan yaitu dengan melakukan kontak mata, menyentuh, berbicara
dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya
b. Bounding (keterikatan)
c. Attachment yaitu perasaan sayang yang mengikat individu dengan
individu lain.
3. Manfaat Bounding Attachment
Adapun manfaat dari implementasi teori bounding attachment jika dilakukan
secara baik yaitu:
a. Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan sikap
sosial.
b. Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi.
c. Akan sangat berpengaruh positif pada pola perilaku dan kondisi psikologis
bayi kelak.
10
4. Hambatan Bounding Attachment
Sesuatu yang prosesnya tidak sealur dengan tujuan dari bounding
attachment dan dapat dikatakan sebagai penghambat dalam bounding
attachment adalah:
a. Kurangnya support sistem.
b. Ibu dengan resiko (ibu sakit).
c. Bayi dengan resiko (bayi prematur, bayi sakit, bayi dengan cacat fisik).
d. Kehadiran bayi yang tidak diinginkan.
5. Faktor yang Mempengaruhi Bounding Attachment
a. Kesehatan emosional orang tua
Orang tua yang mengharapkan kehadiran si anak dalam
kehidupannya tentu akan memberikan respon emosi yang berbeda dengan
orang tua yang tidak menginginkan kelahiran bayi tersebut. Respon emosi
yang positif dapat membantu tercapainya proses bounding attachment ini.
b. Tingkat kemampuan, komunikasi dan ketrampilan untuk merawat anak
Dalam berkomunikasi dan keterampilan dalam merawat anak,
orang tua satu dengan yang lain tentu tidak sama tergantung pada
kemampuan yang dimiliki masing-masing. Semakin cakap orang tua
dalam merawat bayinya maka akan semakin mudah pula bounding
attachment terwujud.
c. Dukungan sosial seperti keluarga, teman dan pasangan
Dukungan dari keluarga, teman, terutama pasangan merupakan
faktor yang juga penting untuk diperhatikan karena dengan adanya
dukungan dari orang-orang terdekat akan memberikan suatu semangat /
dorongan positif yang kuat bagi ibu untuk memberikan kasih sayang yang
penuh kepada bayinya.
d. Kedekatan orang tua dan anak
11
Dengan metode rooming in kedekatan antara orang tua dan anak
dapat terjalin secara langsung dan menjadikan cepatnya ikatan batin
terwujud diantara keduanya.
e. Kesesuaian antara orang tua dan anak (keadaan anak, jenis kelamin)
Anak akan lebih mudah diterima oleh anggota keluarga yang lain
ketika keadaan anak sehat / normal dan jenis kelamin sesuai dengan yang
diharapkan.
6. Prinsip dan Upaya Meningkatkan Bounding Attachment
a. Dilakukan segera (menit pertama jam pertama).
b. Sentuhan orang tua pertama kali.
c. Adanya ikatan yang baik dan sistematis berupa kedekatan orang tua ke
anak.
d. Kesehatan emosional orang tua.
e. Terlibat pemberian dukungan dalam proses persalinan.
f. Persiapan PNC sebelumnya.
g. Adaptasi.
h. Tingkat kemampuan, komunikasi dan keterampilan untuk merawat anak.
i. Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam memberi
kehangatan pada bayi, menurunkan rasa sakit ibu, serta memberi rasa
nyaman.
j. Fasilitas untuk kontak lebih lama.
k. Penekanan pada hal-hal positif.
l. Perawat maternitas khusus (bidan).
m. Libatkan anggota keluarga lainnya/dukungan sosial dari keluarga,
teman dan pasangan
n. Informasi bertahap mengenai bounding attachment.
7. Hal-Hal yang Termasuk dalam Bounding Attachment
Pada awal kehidupan, hubungan ibu dan bayi lebih dekat dibanding dengan
anggota keluarga yang lain karena setelah melewati sembilan bulan bersama, dan
12
melewati saat-saat kritis dalam proses kelahiran membuat keduanya memiliki
hubungan yang unik. Beberapa hal yang termasuk bounding attachment antara
lain :
a. Pemberian ASI ekslusif
Dengan dilakukannya pemberian ASI secara ekslusif segera setelah
lahir, secara langsung bayi akan mengalami kontak kulit dengan ibunya
yang menjadikan ibu merasa bangga dan diperlukan
b. Rawat gabung
Rawat gabung merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan
agar antara ibu dan bayi terjalin proses lekat (early infant mother
bounding) akibat sentuhan badan antara ibu dan bayinya. Hal ini sangat
mempengaruhi perkembangan psikologis bayi selanjutnya, karena
kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak
dibutuhkan oleh bayi. Bayi yang merasa aman dan terlindung, merupakan
dasar terbentuknya rasa percaya diri dikemudian hari. Dengan memberikan
ASI ekslusif, ibu merasakan kepuasan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi
bayinya, dan tidak dapat digantikan oleh orang lain. Keadaan ini juga
memperlancar produksi ASI, karena refleks let-down bersifat
psikosomatis. Ibu akan merasa bangga karena dapat menyusui dan
merawat bayinya sendiri dan bila ayah bayi berkunjung akan terasa adanya
suatu kesatuan keluarga.
c. Kontak mata (Eye to Eye Contact)
Beberapa ibu berkata begitu bayinya bisa memandang
mereka,mereka merasa lebih dekat dengan bayinya. Orang tua dan bayi
akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling memandang.
Seringkali dalam posisi bertatapan. Bayi baru lahir dapat diletakkan lebih
dekat untuk dapat melihat pada orang tuanya. Kesadaran untuk membuat
kontak mata dilakukan kemudian dengan segera. Kontak mata mempunyai
efek yang erat terhadap perkembangan dimulainya hubungan dan rasa
13
percaya sebagai faktor yang penting dalam hubungan manusia pada
umumnya.
d. Sentuhan
Sentuhan atau indra peraba dipakai secara ekstensif oleh orang tua
dan pengasuh lain sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir
dengan cara mengeksplorasi bayinya dengan ujung jarinya. Penelitian
telah menemukan suatu pola sentuhan yang hamper sama yakni pengasuh
memulai eksplorasi jari tangan ke bagian kepala dan tungkai kaki. Tidak
lama kemudian pengasuh memakai telapak tangannya untuk mengelus
badan bayi dan akhirnya memeluk dengan tangannya (Rubin,
1963;Kennell,1982;Tulman;1985). Gerakan ini dipakai untuk
menenangkan bayi.
e. Suara (Voice)
Mendengar dan merenspon suara antara orang tua dan bayinya
sangat penting. orang tua menunggu tangisan pertama bayi mereka dengan
tegang. Suara tersebut membuat mereka yakin bahwa bayinya dalam
keadaan sehat. Tangis tersebut membuat mereka melakukan tindakan
menghibur. Sewaktu orang tua berbicara dengan nada suara tinggi, bayi
akan menjadi tenang dan berpaling kearah mereka. Respon antara ibu dan
bayi berupa suara masing-masing. Orang tua akan menantikan tangisan
pertama bayinya. Dari tangisan itu, ibu menjadi tenang karena merasa
bayinya baik-baik saja (hidup). Bayi dapat mendengar sejak dalam rahim,
jadi tidak mengherankan jika ia dapat mendengarkan suara-suara dan
membedakan nada dan kekuatan sejak lahir, meskipun suara-suara itu
terhalang selama beberapa hari oleh cairan amniotik dari rahim yang
melekat dalam telinga.
f. Aroma /Odor (Bau Badan)
Setiap anak memiliki aroma yang unik dan bayi belajar dengan
cepat untuk mengenali aroma susu ibunya. Indera penciuman pada bayi
14
baru lahir sudah berkembang dengan baik dan masih memainkan peran
dalam nalurinya untuk mempertahankan hidup. Indera penciuman bayi
akan sangat kuat, jika seorang ibu dapat memberikan bayinya Asi pada
waktu tertentu.
g. Gaya bahasa (Entrainment)
Bayi mengembangkan irama akibat kebiasaan. Bayi baru lahir
bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan orang dewasa. Mereka
menggoyangkan tangan, mengangkat kepala, menendang-nendangkan
kaki. Entrainment terjadi pada saat anak mulai bicara. Bayi baru lahir
menemukan perubahan struktur pembicaraan dari orang dewasa. Artinya
perkembangan bayi dalam bahasa dipengaruhi kultur, jauh sebelum ia
menggunakan bahasa dalam berkomunikasi. Dengan demikian terdapat
salah satu yang akan lebih banyak dibawanya dalam memulai berbicara
(gaya bahasa). Selain itu juga mengisyaratkan umpan balik positif bagi
orang tua dan membentuk komunikasi yang efektif.
h. Bioritme (Biorhythmicity)
Salah satu tugas bayi baru lahir adalah membentuk ritme personal
(bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih
sayang yang konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat bayi
mengembangkan perilaku yang responsif. Janin dalam rahim dapat
dikatakan menyesuaikan diri dengan irama alamiah ibunya seperti halnya
denyut jantung. Salah satu tugas bayi setelah lahir adalah menyesuaikan
irama dirinya sendiri. Orang tua dapat membantu proses ini dengan
memberikan perawatan penuh kasih sayang secara konsisten dan dengan
menggunakan tanda keadaan bahaya bayi untuk mengembangkan respon
bayi dan interaksi sosial serta kesempatan untuk belajar.
i. Inisiasi Menyusu Dini
15
Setelah bayi lahir, dengan segera bayi ditempatkan diatas ibu. Ia
akan merangkak dan mencari puting susu ibunya. Dengan demikian, bayi
dapat melakukan reflek sucking dengan segera.
8. Peran Bidan dalam Mendukung Terjadinya Bonding Attachment
a. Membantu menciptakan terjadinya ikatan antara ibu dan bayi dalam jam
pertama pasca kelahiran.
b. Memberikan dorongan pada ibu dan keluarga untuk memberikan respon
positif tentang bayinya, baik melalui sikap maupun ucapan dan tindakan.
c. Sewaktu pemeriksaan ANC, Bidan selalu mengingatkan ibu untuk
menyentuh dan meraba perutnya yang semakin membesar
d. Bidan mendorong ibu untuk selalu mengajak janin berkomunikasi
e. Bidan juga mensupport ibu agar dapat meningkatkan kemampuan dan
keterampilannya dalam merawat anak, agar saat sesudah kelahiran nanti
ibu tidak merasa kecil hati karena tidak dapat merawat bayinya sendiri dan
tidak memiliki waktu yang seperti ibu inginkan
f. Ketika dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan
salah satu cara bonding attachment dalam beberapa saat setelah kelahiran,
hendaknya Bidan tidak benar-benar memisahkan ibu dan bayi melainkan
Bidan mampu untuk mengundang rasa penasaran ibu untuk mengetahui
keadaan bayinya dan ingin segera memeluk bayinya. Pada kasus bayi atau
ibu dengan risiko, ibu dapat tetap melakukan bonding attachment ketika
ibu member ASI bayinya atau ketika mengunjungi bayi di ruang perinatal.
( Yetti Anggraini, Asuhan Kebidanan Masa Nifas, hal 65-75)
C. Rencana Asuhan
1. Pengumpulan Data Subjektif
Berikut ini langkah-langkah untuk mendapatkan data objektif pada
pemberian asuhan primer pada bayi usia 6 minggu pertama :
a. Tanyakan mengenai keseluruhan kesehatan bayi
b. Tanyakan ibu masalah-masalah yang dialami terutama dalam proses
menyusui
16
c. Jika bayi sedang menyusui bayinya amati letak mulut bayi pada
putting, posisi menyusui, hisapan dan refleks menelan bayi
d. Apakah ada orang lain di dalam rumahnya atau di sekitarnya yang
dapat membantu ibu baru tersebut
e. Amati keadaan rumah dan kebersihannya
f. Amati persediaan makanan dan air
g. Amati keadaan suasana hati ibu baru
h. Amati cara ibu berinteraksi dengan bayinya
i. Kapan bayi tersebut lahir (jika bukan penolong persalinan bayi
tersebut)
j. Apakah bayi mengalami pertumbuhan dan penambahan berat badan
k. Apakah bayi menunjukkan tanda-tanda bahaya
l. Apakah bayi menyusu dengan baik
m. Apakah bayi menyusu sedikitnya 2-4 jam sekali
n. Apakah bayi berkemih 6-8 kali sehari
o. Apakah bayi menderita demam
p. Apakah bayi tampak waspada saat bangun
q. Apakah matanya mengikuti gerakan ibu
2. Pengkajian Data Objektif
Data objektif ( O ) merupakan pendokumentasian manajemen
kebidanan. Menurut Helen Varney pertama (pengkajian data). Merupakan
pendokumentasian hasil pengumpulan data kilen yang di peroleh melalui
hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan
laboratorium/pemeriksaan diagnostik lain.
a. Pemeriksaan Fisik
1) Nadi
Nadi adalah denyut nadi yang teraba pada dinding pembuluh darah
arteri yang berdasarkan systol dan diastole dari jantung. Jumlah denyut
nadi yang normal berdasarkan usia seseorang adalah :
17
Bayi baru lahir : 100-180 kali/menit
Bayi : 120-160 kali/menit
Todler (2 tahun) : 90-140 kali/menit.
Prasekolah : 80-110 kali/menit.
Usia sekolah : 75-100 kali/menit.
2) Suhu
Bayi masih rentan terhadap hipotermia dikarenakan karena belum
matangnya hipotalamus yang mengakibatkan tidak efisiennya
pengaturan suhu tubuh bayi Seorang bayi yang mengalami kedinginan
membutuhkan kalori dan oksigen untuk meningkatkan suhu
tubuhnya. Hipertermi rentan terjadi akibat berada dekat pada
sumber radiasi panas, dapat juga diakibatkan karena
terjadinya infeksi. Tempat untuk mengukur suhu badan seseorang
adalah:
Ketiak/ axilea, pada area ini termometer didiamkan sekitar 7-10
menit
Anus/ dubur/ rectal, pada area ini termometer didiamkan sekitar 3
– 5 menit
Mulut/oral, pada area ini termometer didiamkan sekitar 2 – 3 menit
Suhu tubuh normal berada pada 36oC – 37,5oC
Suhu tubuh rendah (hypopirexia/hypopermia) < 36oC
Suhu tubuh tinggi/panas jika:
Demam : Jika bersuhu 37,5oC – 38oC
Febris : Jika bersuhu 38oC – 39oC
Hypertermia : Jika bersuhu > 40oC
3) Pernapasan
Beberapa pola pernapasan adalah sebagai berikut :
18
Pernapasan normal (euphea)
Pernapasan cepat (tachypnea)
Pernapasan lambat (bradypnea)
Sulit/sukar bernapas (oypnea)
Rentan pernapasan normal menurut usia adalah :
Usia baru lahir : 35-50 kali/menit
Bayi : 30 – 40 kali/menit
<2 tahun : 25 – 35 kali/menit
Usia 2-12 tahun : 18-26 kali/menit
Dewasa : 16 – 20 kali/menit
b. Tinjauan Ulang Sistem-Sistem Utama Tubuh
1) Sistem Pernapasan
Alveoli-alveoli pada bayi mengalami pertumbuhan hingga
beberapa tahun. Saluran napas perifer masih membuka dan sempit.
Membran mukosa mudah rusak dan sensitif terhadap trauma
(mudah tersedak, tidak boleh ada asap rokok). Dalam keadaan
normal tangis bayi terdengar keras dan bernada sedang, jika terjadi
kelainan suara bayi akan terdengan bernada tinggi dan lemah.
2) Sistem Kardiovaskuler dan Darah
Sirkulasi perifer berjalan lambat, ini akan mengakibatkan
sianosis ringan pada tangan dan kaki serta perbedaan warna pada
kulit.
3) Sistem Ginjal
Beban kerja ginjal dimulai sejak bayi lahir. Apabila intake
cairan telah meningkat, kemunginan air kemih bayi tampak keruh
termasuk berwarna merah muda, disebabkan oleh kadar ureum
yang tidak begitu berarti.
4) Sistem Gastrointestinal
Kapsitas lambung bayi 15-30 cc dan akan meningkat dalam
minggu-minggu pertama kehidupan. Sfingter kardiak lambung
19
belum matang sehingga gumoh lazim terjadi. Pada saat lahir
keasaman lambung tinggi namun pada hari ke-10 hampir tidak ada
asam lambung sehingga rentan terhadap infeksi. Waktu
pengosongan lambung adalah 2,5-3 jam. Jumlah enzim amilase dan
lipase tidak mencukupi sehingga bayi kesulitan dalam mencerna
lemak dan karbohidrat. Pada saat makanan masuk segera terjadi
peristaltik cepat sehingga masukan makanan sering disertai
pengosongan lambung.
5) Pengaturan Suhu
Bayi masih rentan terhadap hipotermia dikarenakan belum
matangnya hipotalamus yang mengakibatkan tidak efisiennya
pengaturan suhu tubuh bayi. Seorang bayi yang mengalami
kedinginan membutuhkan kalori dan oksigen untuk meningkatkan
suhu tubuhnya. Hipertermi rentan terjadi akibat berada dekat pada
sumber radiasi panas, dapat juga dikarenakan terjadinya infeksi.
6) Adaptasi Imunologi
Bayi baru lahir menunjukkan kerentanan tinggi terhadap
infeksi terutama yang masuk melalui mukosa system pernapasan
dan gastrointestinal. Kemampuan lokalisasi infeksi masih rendah
sehingga infeksi rendah dapat dengan mudah berubah menjadi
infeksi umum. Terdapat 3 imunoglobulin yang utama pada bayi,
yaitu IgG, IgA, dan IgM.
IgG melewati barrier plasenta sehingga sama kadarnya
pada saat lahir. IgA melindungi terhadap infeksi saluran
pernapasan, gastrointestinal dan mata. Kadar IgA mencapai kadar
dewasa dalam waktu 2 bulan dan ditemukan dalam ASI. IgM
mencapai kadar dewasa pada usia 2 tahun. ASI terutama kolostrum
memberikan kekebalan pasif.
7) Sistem Reproduksi
20
Anak laki-laki menghasilkan sperma setelah memasuki
masa pubertas. Anak perempuan sudah mempunyai ovum dalam
sel telur sejak masa bayi. Bayi perempuan dapat mengalami
(pseudo) menstruasi atau pembesaran payudara, kadang-kadang
disertai oleh sekresi cairan dari putting pada hari ke-4 atau ke-5
setelah kelahiran. Hal ini hanya berlangsung sebentar.
8) Sistem Muskuluskeletal
Ubun-ubun kecil atau fontanel posterior bayi akan menutup
pada usia 6-8 minggu. Sedangkan ubun-ubun besar akan menutup
dalam waktu kurang lebih 12 bulan.
9) Sistem Neurologi
Sistem neurologi pada bayi relative belum matang setelah
lahir. Keberadaan refleks fisiologis pada bayi dapat menunjukkan
keadaan normal dari integritas system saraf dan system
muskuluskeletal.
10) Panca Indra
Indra Penglihatan
Bayi sensitive terhadap cahaya terang dan dapat mengenali
pola hitam-putih yang tercetak tebal dalam bentuk muka
manusia. Jarak focus adalah 15-20 cm yang memungkinkan
seorang bayi dapat melihat wajah ibunya pada saat menyusui.
Pada usia 2 minggu bayi dapat membedakan muka ibunya dari
muka yang tidak dikenal. Perhatian pada warna, variasi dari
kompleksitas pola berkembang dalam 2 bulan pertama
kehidupan bayi.
Indra Penciuman
21
Bayi dapat membedakan bau menyengat, menyukai pada
bau susu terutama ASI. Dalam beberapa hari bayi sudah dapat
membedakan bau susu ibu dengan bau susu orang lain.
Indra Pengecapan
Bayi bereaksi secara kuat terhadap berbagai rasa dan
memperlihatkan kesukaan yang kuat pada rasa manis.
Indra Pendengaran
Bayi mempunyai pendengaran yang tajam dan dapat
melokalisasi suara dalam lingkungan sekitar, serta mampu
membedakan berbagai suara. Pada akhir bulan pertama, bayi
baru lahir lebih menyukai suara dengan pola yang sama. Bayi
baru lahir juga lebih menyukai suara ibunya daripada orang
lain dan merasa tenang dengan suara-suara bernada rendah.
Indra Peraba
Bayi mudah memperlihatkan reaksi terhadap berbagai hal
dengan adanya beberapa refleks fisiologis. Bayi sangat
sensitive terhadap sentuhan. Bayi merasa senang dengan
kontak kulit ke kulit, berendam dalam air, gosokan tangan,
belaian dan gerak ayun. Bayi bereaksi terhadap sentuhan dan
adanya refleks genggam untuk memperkuat hubungan.
3. Assesment
Assesment ditegakkan berdasarkan hasil pengkajian data subjektif
dan objektif. Assessment yang dapat ditegakkan pada asuhan primer bayi
usia 6 minggu pertama antara lain :
a. Bayi usia 6 minggu pertama dalam kondisi normal
b. Bayi usia 6 minggu pertama dengan komplikasi tertentu
c. Bayi usia 6 minggu pertama dengan masalah tertentu
22
4. Planning
Planning disusun dan dilaksanakan berdasarkan hasil interpretasi
data yang tertulis dalam assessment. Dalam pemberian asuhan primer pada
bayi usia 6 minggu pertama, bidan harus melakukan beberapa pendidikan
kesehatan melalui komunikasi, informasi dan edukasi (KIE), serta
konseling. Bidan perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga
tentang perawatan bayi, antara lain :
a. Pengukuran BB
Di ukur setiap 2 hari sekali atau dapat lebih sering. Bayi ditimbang
dalam keadaan telanjang, biasanya sebelum bayi dimandikan. Pada
minggu pertama kelahiran bayi terjadi kehilangan berat badan
sebanyak 10% karena :
1) Pengeluaran mekonium
2) Pengeluaran energi
3) Asupan kalori yang masih relatif rendah
b. Kontrol Suhu
Suhu akan lebih akurat pengukurannya apabila diperiksa di rectal.
Pada jam-jam pertama kelahiran suhu bayi baru lahir diukur setiap
setengah jam sampai pengukuran 2 kali berturut –turut suhu bayi
menunjukkan 36.5 C 24 jam pertama setiap 4 jam, kemudian hari
berikutnya 2 kali sehari bila tidak ada komplikasi. Pengukuran
dilakukan sebelum bayi ditelanjanggi.
c. Perawatan Tali Pusat
Suatu tindakan atau penanganan lanjut pada neonatus untuk
mencegah infeksi dan membantu supaya luka tali pusat cepat kering
Tujuan perawatan tali pusat :
Mencegah infeksi
Mempercepat pengeringan
Mempercepat terlepasnya tali pusat (puput)
23
Indikasi :
Pada BBL setelah tali pusat dipotong
Jika tali pusat kotor
Jika tali pusat terkena air kencing, kotoran bayi
Dilakukan setelah tali pusat dipotong sampai tali pusat terlepas
Dilakukan minimal 2 kali sehari
Hal–hal yang harus diperhatikan dalam perawatn tali pusat :
Perawatan tali pusat dilakukan setiap habis mandi , basah karena
BAB/BAK
Daerah tali pusat harus keadaan bersih dan kering
Tali pusat tidak boleh diberikan ramuan-ramuan tradisional
Perhatikan adannya kemerahan, berlendir atau perdarahan (tanda-
tanda infeksi)
d. Pemilihan Tempat Tidur yang Tepat
Tempat tidur bayi harus hangat, diletakkan di dekat tempat tidur
ibu. Tempat tidur bayi dan ibu yang bersamaan atau bayi dan ibu tidur
pada satu tempat tidur yang sama, dapat menyebabkan kematian bayi
yang tidak disengaja.
e. Memandikan Bayi
Bayi harus dijaga kebersihannya dengan menyeka secara lembut
dan memperhatikan lipatan kulitnya. Verniks kaseosa di tubuh bayi
dapat tetap dipertahankan untuk stabilisasi suhu tubuh. Sabun dengan
kandungan chlorophene tidak dianjurkan karena diserap kulit dan
menyebabkan racun bagi sistemm saraf bayi.
f. Mengenakan Pakaian Bayi
Penggunaan pakaian bayi bertujuan untuk membuat bayi tetap
hangat. Baju bayi seharusnya tidak membuat bayi berkeringat. Pakaian
berlapis-lapis tidak dibutuhkan oleh bayi. Hindari kain yang
24
menyentuh leher karena dapat mengakibatkan gesekan yang
mengganggu.
g. Perawatan HIdung
Kotoran pada hidung bayi akan menyebabkan hidung tersumbat
dan sulit bernafas. Hindari memasukkan gumpalan kapas ke dalam
hidung bayi yang akan mendorong kotoran ke dalam.
h. Perawatan Mata dan Telinga
Telinga cukup dibersihkan 1-2 kali dalam seminggu dengan hati-
hati. Jangan membiasakan menuangkan minyak hangat ke dalam
lubang telinga karena akan lebih menambah kotoran dalam telinga.
i. Perawatan Kuku
Jaga kuku bayi agar tetap pendek. Kuku dipotong setiap tiga atau
empat hari sekali. Kuku yang panjang dapat mengakibatkan luka atau
lecet pada mulut dan kulit bayi saat bayi menggesekkan tangannya.
j. Waktu Untuk Membawa Bayi Keluar Rumah
Bayi harus dibiasakan dibawa keluar selama satu atau dua jam
sehari bila udara baik. Pada saat bayi dibawa keluar rumah, gunakan
pakaian secukupnya, tidak terlalu tebal atau tipis. Bayi arus terbiasa
dengan sinar matahari namun hindari pancaran langsung sinar matahari
di pandangan mata.
k. Imunisasi
Pada 6 minggu pertama, pastikan bayi telah mendapatkan beberapa
imunisasi dasar. Imunisasi BCG harus diberikan sebelum bayi berusia
2 bulan. Imunisasi Hepatitis B pertama (HB0) sudah diberikan segera
setelah bayi lahir. Imunisasi Hepatitis B yang kedua diberikan dengan
interval minimal 4 minggu setelah imunisasi HB0, yaitu pada usia 1
bulan.
l. Pemeriksaan
Selama 1 tahun pertama bayi dianjurkan melakukan pemeriksaan
rutin untuk menghindari tidak terdeteksinya hal-hal yang tidak
diinginkan.
25
m. Perawatan Intensif
Bayi pada usia 6 minggu pertama yang mengalami komplikasi atau
permasalahan membutuhkan perawatan intensif sesuai dengan
komplikasi atau masalah yang menyertai bayi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Bulan pertama kehidupan bayi merupakan masa transisi dan penyesuaian
baik untuk orang tua maupun bayi, oleh karena itu bidan harus dapat
memfasilitasi proses tersebut. Peran bidan pada kehidupan bayi baru lahir
1 bulan pertama dimulai sejak bayi meninggalkan ruang bersalin. Dalam
perakteknya, asuhan dilakukan secara multidisipliner, yakni perawat anak,
perawat keluarga dan dokter spesialis anak. Bidan bertugas melanjutkan
perawatan bagi ibu dan bayi dalam melewati 6 minggu pertama kelahiran.
Pengawasan yang dilakukan terhadap bayi, antara lain sebagai berikut :
a. Semua bayi baru lahir sebaiknya mendapatkan minimal 2 kali
pemeriksaan sebelum meninggalkan rumah bersalin atau rumah sakit,
atau sebelum bidan pulang (jika lahir dirumah).
26
b. Pemeriksaan pertama adalah pemeriksaan screening berhubungan
dengan kelahiran.
c. Pemeriksaan ke 2 lebih komprehensip, termksut usia dan riwayat
kehamilan.
d. Jika bayi baru lahir pulang dalam waktu 6 sampai 12 jam, bidan harus
menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang dalam 3 sampai
5 hari sesudah lahir.
e. Jika bayi baru lahir tinggal dirumah sakit sampai 48 jam, kunjungan
ulang dapat ditunda sampai usia bayi 10-14 hari.
2. Bounding attachment adalah sebuah peningkatan hubungan kasih sayang
dengan keterikatan batin antara orangtua dan bayi. Adapun manfaat dari
implementasi teori bounding attachment jika dilakukan secara baik yaitu:
a. Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan sikap
sosial.
b. Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi.
c. Akan sangat berpengaruh positif pada pola perilaku dan kondisi
psikologis bayi kelak.
Peran bidan dalam mendukung proses bounding attachment ini ntara lain :
g. Membantu menciptakan terjadinya ikatan antara ibu dan bayi dalam
jam pertama pasca kelahiran.
h. Memberikan dorongan pada ibu dan keluarga untuk memberikan
respon positif tentang bayinya, baik melalui sikap maupun ucapan dan
tindakan.
i. Sewaktu pemeriksaan ANC, Bidan selalu mengingatkan ibu untuk
menyentuh dan meraba perutnya yang semakin membesar
j. Bidan mendorong ibu untuk selalu mengajak janin berkomunikasi
k. Bidan juga mensupport ibu agar dapat meningkatkan kemampuan dan
keterampilannya dalam merawat anak, agar saat sesudah kelahiran
27
nanti ibu tidak merasa kecil hati karena tidak dapat merawat bayinya
sendiri dan tidak memiliki waktu yang seperti ibu inginkan
l. Ketika dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan
salah satu cara bonding attachment dalam beberapa saat setelah
kelahiran, hendaknya Bidan tidak benar-benar memisahkan ibu dan
bayi melainkan Bidan mampu untuk mengundang rasa penasaran ibu
untuk mengetahui keadaan bayinya dan ingin segera memeluk
bayinya. Pada kasus bayi atau ibu dengan risiko, ibu dapat tetap
melakukan bonding attachment ketika ibu member ASI bayinya atau
ketika mengunjungi bayi di ruang perinatal. ( Yetti Anggraini, Asuhan
Kebidanan Masa Nifas, hal 65-75)
3. Rencana asuhan yang diberikan pada bayi usia 6 minggu pertama adalah
pengumpulan data subjektif, pengkajian data objektif, assessement dan
planning.
B. Saran
28
DAFTAR PUSTAKA
Muslihatun, WN. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta :
Fitramaya.
Marmi. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas “Peuperium Care”.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Marmi. Kusmaira. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi dan
Balita.Yogyakarta.
Fatmawati, Ery. 2013. Ketrampilan Dasar Kebidanan I.Yogyakarta.
29