askep resiko bunuh diri

16
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Captain, 2008). Menciderai diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Captain, 2008). Perilaku destruktif diri yaitu setiap aktivitas yang tidak dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilaku desttruktif diri langsung mencakup aktivitas bunuh diri. Niatnya adalah kematian, dan individu menyadari hal ini sebagai hasil yang diinginkan. Perilaku destruktif diri tak langsung termasuk tiap aktivitas kesejahteraan fisik individu dan dapat mengarah kepada kematian. Orang tersebut tidak menyadari tentang potensial terjadi pada kematian akibat perilakunya dan biasanya menyangkal apabila dikonfrontasi (Stuart & Sundeen, 2006). Menurut Shives (2008) mengemukakan rentang harapan putus harapan merupakan rentang adaptif-maladaptif Adaptif Maladaptif Peningkata n Pengambilan resiko Perilaku Penceder aan 1

Upload: andri

Post on 14-Sep-2015

24 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

RBD

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Captain, 2008).Menciderai diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Captain, 2008).Perilaku destruktif diri yaitu setiap aktivitas yang tidak dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilaku desttruktif diri langsung mencakup aktivitas bunuh diri. Niatnya adalah kematian, dan individu menyadari hal ini sebagai hasil yang diinginkan. Perilaku destruktif diri tak langsung termasuk tiap aktivitas kesejahteraan fisik individu dan dapat mengarah kepada kematian. Orang tersebut tidak menyadari tentang potensial terjadi pada kematian akibat perilakunya dan biasanya menyangkal apabila dikonfrontasi (Stuart & Sundeen, 2006). Menurut Shives (2008) mengemukakan rentang harapan putus harapan merupakan rentang adaptif-maladaptif

AdaptifMaladaptif

PeningkatanPengambilan resikoPerilakuPencederaan

bunuh diriyang meningkatkandesdruktif diridiri

pertumbuhanlangsung

Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan yang secara umum berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya setempat. Respon maladaptif antara lain :

1. Ketidakberdayaan, keputusasaan, apatis.

Individu yang tidak berhasil memecahkan masalah akan meninggalkan masalah, karena merasa tidak mampu mengembangkan koping yang bermanfaat sudah tidak berguna lagi, tidak mampu mengembangkan koping yang baru serta yakin tidak ada yang membantu.

2. Kehilangan, ragu-ragu

Individu yang mempunyai cita-cita terlalu tinggi dan tidak realistis akan merasa gagal dan kecewa jika cita-citanya tidak tercapai. Misalnya : kehilangan pekerjaan dan kesehatan, perceraian, perpisahan individu akan merasa gagal dan kecewa, rendah diri yang semuanya dapat berakhir dengan bunuh diri. a. Depresi

Dapat dicetuskan oleh rasa bersalah atau kehilangan yang ditandai dengan kesedihan dan rendah diri. Biasanya bunuh diri terjadi pada saat individu ke luar dari keadaan depresi berat.

b. Bunuh diri

Adalah tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk mengkahiri kehidupan. Bunuh diri merupakan koping terakhir individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Laraia, 2005).

B. Etiologi

Banyak penyebab tentang alasan seseorang melakukan bunuh diri :

1. Kegagalan beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stres.

2. Perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan

3. interpersonal/ gagal melakukan hubungan yang berarti.

4. Perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri. 5. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.

C. Faktor Predisposisi

Menurut Stuart Gw & Laraia (2005), faktor predisposisi bunuh diri antara

lain :

1. Diagnostik > 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan apektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.

a. Sifat kepribadian

Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi.

b. Lingkungan psikososial

Seseorang yang baru mengalami kehilangan, perpisahan/perceraian, kehilangan yang dini dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri.

c. Riwayat keluarga

Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor resiko penting untuk prilaku destruktif.

d. Faktor biokimia

Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan depominersik menjadi media proses yang dapat menimbulkan prilaku destrukif diri.

D. Faktor Presipitasi

Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah:

1. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti. 2. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.

3. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri. 4. Cara untuk mengakhiri keputusan.

E. Patopsikologi

Semua prilaku bunuh diri adalah serius apapun tujuannya. Orang yang siap membunuh diri adalah orang yang merencanakan kematian dengan tindak kekerasan, mempunyai rencana spesifik dan mempunyai niat untuk melakukannya. Prilaku bunuh diri biasanya dibagi menjadi 3 kategori:

1. Ancaman bunuh diri

Peningkatan verbal atau nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Ancaman menunjukkan

ambevalensi seseorang tentang kematian kurangnya respon positif dapat

ditafsirkan seseorang sebagai dukungan untuk melakukan tindakan

bunuh diri.

2. Upaya bunuh diri

Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang dapat mengarah pada kematian jika tidak dicegah.

3. Bunuh diri

Mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau terabaikan. Orang yang melakukan percobaan bunuh diri dan yang tidak langsung ingin mati mungkin pada mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya. Percobaan bunuh diri terlebih dahulu individu tersebut mengalami depresi yang berat akibat suatu masalah yang menjatuhkan harga dirinya ( Stuart & Sundeen, 2006).

Gambar 2.1 proses perilaku bunuh diri

Peningkatan verbal/ non verba

Pertimbangan untuk melakukan bunuh diri

Ancaman bunuh diri

Ambivelensi tentang kematianKurangnya respon positif

Upaya bunuh diri

Bunuh diri

( Stuart & Sundeen, 2006)

F. Tanda dan Gejala

Pengkajian orang yang bunuh diri juga mencakup apakah orang tersebut tidak membuat rencana yang spesifik dan apakah tersedia alat untuk melakukan rencana bunuh diri tersebut adalah: keputusasaan, celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berguna, alam perasaan depresi, agitasi dan gelisah, insomnia yang menetap, penurunan BB, berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial. Adapun

11

12

petunjuk psikiatrik anatara lain: upaya bunuh diri sebelumnya, kelainan afektif, alkoholisme dan penyalahgunaan obat, kelaianan tindakan dan depresi mental pada remaja, dimensia dini/ status kekacauan mental pada lansia. Sedangkan riwayat psikososial adalah: baru berpisah, bercerai/ kehilangan, hidup sendiri, tidak bekerja, perubahan/ kehilangan pekerjaan baru dialami, faktor-faktor kepribadian: implisit, agresif, rasa bermusuhan, kegiatan kognitif dan negatif, keputusasaan, harga diri rendah, batasan/ gangguan kepribadian antisosial.

1) Rencana Tindakan Keperawatan

1. Diagnosa keperawatan Harga diri rendah

Tujuan umum: Klien dapat berhubungan dengan lain secara optimal untuk mengungkapkan sesuatu yang dia rasakan pada orang yang dipercaya.

Tujuan khusus:

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya. Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip komunikasi terapetik. 1) Sapa klien dengan ramah secara verbal dan non verbal.

2) Perkenalkan diri dengan sopan. 3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien. 4) Jelaskan tujuan pertemuan.

5) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.

6) Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.

b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki. 1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.

2) Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien.

3) Utamakan memberi pujian yang realistik.

c. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.

1) Diskusikan penggunaannya.kemampuan yang masih dapat digunakan. 2) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan

2. Diagnosa keperawatan Resiko bunuh diri

Tujuan umum: Klien tidak melakukan tindakan bunuh diri dan mengungkapkan kepada seseorang yang dipercaya apabila ada masalah.

Tujuan khusus:

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan menerapakan prinsip komunikasi terapetik.

1) Sapa klien dengan ramah dan sopan. 2) Perkenalkan diri dengan sopan 3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang diuskai klien.4) Juluskan tujuan pertemuan. 5) Jujur dan menepati janji. 6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya. 7) Beri perhatian kepda klien.

b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab bunuh diri

1) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya.

2) Bantu klien untuk mengungkapkan perasaan kesal.

3) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda resiko bunuh diri

4) Anjurkan klien mengungkapkan perasaan jengkel.

5) Observasi tanda-tanda resiko bunuh diri.

6) Menyimpulkan bersama sama klien resiko bunuh diri yang dialami.

c. Klien dapat mengidentifikasi resiko bunuh diri yang biasa dilakukan.

1) Menganjurkan percobaan bunuh diri yang biasa dilakukan.

2) Berbicara dengan klien apakah cara yang dilakukan salah.

d. Klien dapat mengidentifikasi akibat resiko bunuh diri.

1) Bicarakan akibat dan kerugian dari resiko bunuh diri.

2) Menyimpulkan bersama klien akibat dari resiko bunuh diri.

e. Klien dapat mengidentifikasi cara berespon resiko bunuh diri.

1) Diskusikan dengan klien apakah klien mau mempelajari cara yang sehat untuk menghadapi masalah. f. Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol tindakan resiko bunuh diri.

1) Bantu klien untuk mengatasi masalah.

2) Bantu klien mengidentifikasi manfaat yang dipilih.

g. Klien dapat mengontrol tindakan bunuh diri dengan cara spiritual.

1) Menganjurkan klien untuk berdoa dan sholat.

h. Klien dapat menggunakan obat secara benar.

1) Jelaskan cara minum obat dengan klien.

2) Diskusikan manfaat minum obat.

i. Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol tindakan bunuh

diri.

1) Identifikasi keluarga merawat klien.

2) Jelaskan cara merawat klien.

j. Klien mendapat perlindungan lingkungan untuk tidak melakukan tindakan bunuh diri.

1) Lindungi klien untuk tidak melakukan bunuh diri.

3. Diagnosa keperawatan koping yang tak efektif

Tujuan umum: Klien dapat memilih koping yang efektif agar tidak melakukan bunuh diri.

Tujuan khusus:

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan menerapakan prinsip komunikasi terapetik.

1) Sapa klien dengan ramah dan sopan.

2) Perkenalkan diri dengan sopan,

3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.

4) Jelaskan tujuan pertemuan.

5) Jujur dan menepati janji.

6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.

7) Beri perhatian kepada klien.

b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab bunuh diri

1) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya.

2) Bantu klien untuk mengungkapkan perasaan kesal.

c. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda resiko bunuh diri.

1) Anjurkan klien mengungkapkan perasaan jengkel.

2) Observasi tanda-tanda resiko bunuh diri.

3) Menyimpulkan bersama sama klien resiko bunuh diri yang dialami.

d. Klien dapat mengidentivikasi resiko binuh diri yang biasa dilakukan.

1) Menganjurkan percobaan bunuh diri yang biasa dilakukan.

2) Berbicara dengan klien apakah cara yang dilakukan salah.

e. Klien dapat mengidentivikasi akibat resiko bunuh diri.

1) Bicarakan akibat dan kerugian dari resiko bunuh diri.

2) Menyimpulkan bersama klien akibat dari resiko bunuh diri.

f. Klien dapat mengidentivikasi cara berespon resiko bunuh diri.

1) Diskusikan dengan klien apakah klien mau mempelajari cara yang sehat untuk menghadapi masalah.

g. Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol tindakan resiko bunuh diri. 1) Bantu klien untuk mengatasi masalah.

2) Bantu klien mengidentifikasi manfaat yang dilih.

h. Klien dapat mengontrol tindakan bunuh diri dengan cara spiritual.

1) Menganjurkan klien untuk berdoa dan sholat.

i. Klien dapat menggunakan obat secara benar.

1) Jelaskan cara minum obat dengan klien.

2) Diskusikan manfaat minum obat.

j. Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol tindakan bunuh

diri.

1) Identifikasi keluarga merawat klien.

2) Jelaskan cara merawat klien.

k. Klien mendapat perlindungan lingkungan untuk tidak melakukan tindakan bunuh diri. 1) Lindungi klien untuk tidak melakukan bunuh diri (Stuart , 2009)

H. Pohon Masalah

Harga diri rendah

Core problemResiko bunuh diri

Koping tak efektif

( Stuart , 2009)

1. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada prilaku percobaan bunuh diri:

a. Resiko bunuh diri.

b. Harga diri rendah

c. Koping yang tak efektif.

4. Pelaksanaan

Tindakan keperawatan yang dilakukan harus disesuaikan dengan rencana keperawatan yang telah disusun. Sebelum melaksanakan tindakan yang telah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih sesuai dengan kebutuhannya saat ini (here and now). Perawat juga menilai diri sendiri, apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual, teknikal sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan. Dinilai kembali apakah aman bagi klien, jika aman maka tindakan keperawatan boleh dilaksanakan.

5 . Evaluasi

1. Ancaman terhadap integritas fisik atau sistem dari klien telah berkurang dalam sifat, jumlah asal atau waktu. 2. Klien menggunakan koping yang adaptif.

3. Klien terlibat dalam aktivitas peningkatan diri.

4. Prilaku klien menunjukan kepedualiannya terhadap kesehatan fisik, psikologi dan kesejahteraan sosial.