askep polio mielitis
TRANSCRIPT
ASUHAN KEPERAWATAN pada An. E
dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal
POLIO MIELITIS
Dosen Pengampu : Ns. Murniati S.Kep
Disusun Oleh : Kelompok 5
1. Novi Astikasari 121440124650062
2. Ratna Indah Puspita Sari 121440124730070
3. Ratu Kasih Murni 121440124740071
4. Rian Diah Utami 121440124750072
5. Riris Irfa Anggraini 121440124760073
6. Rono Danu Jatmiko 121440124810078
7. Salman Alfarizi 121440124840081
8. Sri Lestari 121440124900087
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN 3A
STIKES HARAPAN BANGSA
PURWOKERTO
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Polio adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus polio yang dapat
mengakibatkan terjadinya kelumpuhan yang permanen. Penyakit ini dapat menyerang pada
semua kelompok umur, namun yang peling rentan adalah kelompok umur kurang dari 3
tahun. Gejala meliputi demam, lemas, sakit kepala, muntah, sulit buang air besar, nyeri
pada kaki, tangan, kadang disertai diare. Kemudian virus menyerang dan merusakkan
jaringan syaraf , sehingga menimbulkan kelumpuhan yang permanen.
Penyakit polio pertama terjadi di Eropa pada abad ke-18, dan menyebar ke Amerika
Serikat beberapa tahun kemudian. Penyakit polio juga menyebar ke negara maju belahan
bumi utara yang bermusim panas. Penyakit polio menjadi terus meningkat dan rata-rata
orang yang menderita penyakit polio meninggal, sehingga jumlah kematian meningkat
akibat penyakit ini. Penyakit polio menyebar luas di Amerika Serikat tahun 1952, dengan
penderita 20,000 orang yang terkena penyakit ini ( Miller,N.Z, 2004 ).
Virus polio dapat melumpuhkan bahkan membunuh. Virus ini menular melalui air dan
kotoran manusia. Sifatnya sangat menular dan selalu menyerang anak balita. Dua puluh
tahun silam, polio melumpuhkan 1.000 anak tiap harinya di seluruh penjuru dunia. Tapi
pada 1988 muncul Gerakan Pemberantasan Polio Global. Lalu pada 2004, hanya 1.266
kasus polio yang dilaporkan muncul di seluruh dunia. Umumnya kasus tersebut hanya
terjadi di enam Negara. Kurang dari setahun ini, anggapan dunia bebas polio sudah
berakhir.
Pada awal Maret tahun 2005, Indonesia muncul kasus polio pertama selama satu dasa
warsa. Artinya, reputasi sebagai negeri bebas polio yang disandang selama 10 tahun pun
hilang ketika seorang anak berusia 20 bulan di Jawa Barat terjangkit penyakit ini. (Lebih
lanjut baca "Polio: cerita dari Jawa Barat) Menurut analisa, virus tersebut dibawa dari
sebelah utara Nigeria. Sejak itu polio menyebar ke beberapa daerah di Indonesia dan
menyerang anak-anak yang tidak diimunisasi. Polio bisa mengakibatkan kelumpuhan dan
kematian. Virusnya cenderung menyebar dan menular dengan cepat apalagi di tempat-
tempat yang kebersihannya buruk.
Indonesia sekarang mewakili satu per lima dari seluruh penderita polio secara global
tahun ini. Kalau tidak dihentikan segera, virus ini akan segera tersebar ke seluruh pelosok
negeri dan bahkan ke Negara-negara tetangga terutama daerah yang angka cakupan
imunisasinya masih rendah.
Indonesia merupakan Negara ke-16 yang dijangkiti kembali virus tersebut. Banyak
pihak khawatir tingginya kasus polio di Indonesia akan menjadikan Indonesia menjadi
pengekspor virus ke Negara-negara lain, khususnya di Asia Timur. Wabah polio yang baru
saja terjadi di Indonesia dapat dipandang sebagai sebuah krisis kesehatan dengan implikasi
global.
B. Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui hal-hal penting yang berhubungan dengan polimelitis.
2. Agar mahasiswan mengetahui asuhan keperawatan anak pada polimelitis.
3. Agar dapat mengaplikasikan dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien
poliomelitis
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Polio adalah penyakit menular yang dikategorikan sebagai penyakit peradaban. Polio
menular melalui kontak antar manusia. Virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut ketika
seseorang memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi feses. Poliovirus adalah
virus RNA kecil yang terdiri atas tiga strain berbeda dan amat menular. Virus akan
menyerang sistem saraf dan kelumpuhan dapat terjadi dalam hitungan jam. Polio
menyerang tanpa mengenal usia, lima puluh persen kasus terjadi pada anak berusia antara
3 hingga 5 tahun. Masa inkubasi polio dari gejala pertama berkisar dari 3 hingga 35 hari.
Polio dapat menyebar luas diam-diam karena sebagian besar penderita yang terinfeksi
poliovirus tidak memiliki gejala sehingga tidak tahu kalau mereka sendiri sedang
terjangkit. Setelah seseorang terkena infeksi, virus akan keluar melalui feses selama
beberapa minggu dan saat itulah dapat terjadi penularan virus.
Poliomilitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus dengan
predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan inti motorik batang
otak, dan akibat kerusakan bagian susunan syaraf tersebut akan terjadi kelumpuhan serta
autropi otot.
Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralysis atau lumpuh yang disebabkan oleh
virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk
ketubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah
dan mengalir kesistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan
(paralysis).
B. Etiologi
Polio disebabkan virus poliomyelitis. Satu dari 200 infeksi berkembang menjadi
kelumpuhan. Sebanyak 5-10 persen pasien lumpuh meninggal ketika otot-otot
pernapasannya menjadi lumpuh. Kebanyakan menyerang anak-anak di bawah umur tiga
tahun (lebih dari 50 persen kasus), tapi dapat juga menyerang orang dewasa. Pencegahan
dengan vaksinasi secara berkala, idealnya pada masa kanak-kanak. Penularan polio :
1. Virus masuk ke tubuh melalui mulut, bisa dari makanan atau air yang tercemar virus.
2. Virus ditemui di kerongkongan dan memperbanyak dirinya di dalam usus.
Menyerang sel-sel saraf yang mengendalikan otot, termasuk otot yang terlibat dalam
pernapasan. Penyebab poliomyelitis Family Pecornavirus dan Genus virus, dibagi 3
yaitu:
a. Brunhilde
b. Lansing
c. Leon; Dapat hidup berbulan-bulan didalam air, mati dengan pengeringan /oksidan.
Masa inkubasi : 7-10-35 hari
Klasifikasi virus
1. Golongan : Golongan IV ( (+)ssRNA )
2. Familia : Picornaviridae
3. Genus : Enterovirus
4. Spesies : Poliovirus
C. Manifestasi Klinis
Poliomelitis dapat dibagi menjadi empat yaitu:
1) Poliomielitis Asimtomatis
Setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala karena daya tahan tubuh cukup
baik, maka tidak terdapat gejala klinik sama sekali. Pada suatu epidemi diperkirakan
terdapat pada 90-95% penduduk dan menyebabkan imunitas terhadap virus tersebut.
2) Poliomielitis abortif
Diduga secara klinik hanya pada daerah yang terserang epidemi terutama yang
diketahui kontak denga pasien poliomeilitis yang jelas. Diperkirakan terdapat 4-
8% penduduk pada suatu epidemi . Timbul mendadak berlangsung beberapa jam sampai
beberapa hari. Gejela berupa malaise, anoreksia, nause, muntah nyeri kepala, nyeri
tenggorokan, konstipasi dddan nyeri obdemen.
3) Poliomielitis Non Paralitik
Gejala klinik hampir sama dengan poliomyelitis abortif, hanya nyeri kepala, nausea dan
muntah lebih hebat. Gejala ini timbul 1-2 hari kadang-kadang diikuti penyembuhan
sementara untuk kemudian remisi demam atau masuk ke dalam fase 2 dengan nyeri
otot. . Khas untuk penyakit ini dengan hipertonia, mungkin disebabkan oleh lesi pada
batang otak, ganglion spinal dan kolumna posterior. Gejala klinis lainnya :
Sakit kepala.
Demam sedang.
Kaku duduk.
Diare dan muntah.
Kelelahan yang sangat luar biasa.
Rewel.
Terasa nyeri dan kaku dibagian punggung, tungkai, lengan dan perut.
Nyeri dan kejang otot.
Nyeri leher bagian depan.
Pugung nyeri.
Otot mengalami kaku
4) Poliomielitis Paralitik
Gejala sama pada poliomyelitis non paralitik disertai kelemahan satu atau lebih
kumpulan otot skelet atau cranial. Timbul paralysis akut pada bayi ditemukan paralysis
fesika urinaria dan antonia usus. Adapun bentuk-bentuk gejalanya antara lain :
a. Bentuk spinal: Gejala kelemahan/paralysis atau paresis otot leher, abdomen, tubuh,
diafragma, thorak dan terbanyak ekstremitas.
b. Bentuk bulbar: Gangguan motorik satu atau lebih syaraf otak dengan atau tanpa
gangguan pusat vital yakni pernapasan dan sirkulasi.
c. Bentuk bulbospinal: Didapatkan gejala campuran antara bentuk spinal dan bentuk
bulbar.
d. Bentuk ensefalitik: Dapat disertai dengan gejala delirium, kesadaran menurun,
tremor dan kadang- kadang kejang.
D. Patofisiologi
Virus hanya menyerang sel-sel dan daerah susunan syaraf tertentu. Tidak semua neuron
yang terkena mengalami kerusakan yang sama dan bila ringan sekali dapat terjadi
penyembuhan fungsi neuron dalam 3-4 minggu sesudah timbul gejala. Daerah yang
biasanya terkena poliomyelitis ialah :
a. Medula spinalis terutama kornu anterior.
b. Batang otak pada nucleus vestibularis dan inti-inti saraf cranial serta formasio
retikularis yang mengandung pusat vital.
c. Sereblum terutama inti-inti virmis.
d. Otak tengah “midbrain” terutama masa kelabu substansia nigra dan kadang-kadang
nucleus rubra.
e. Talamus dan hipotalamus.
f. Palidum dan
g. Korteks serebri, hanya daerah motorik.
E. Pathway
virus poliomyelitis pusat pengaturan suhu
melalui mulut (berupa makan dan air) hipetermi
kerongkongan
menginfeksi saluran usus
(berkembang biak)
Menyerang System saraf pusat menyerang sel-sel saraf otot
Aliran darah
melemahkan otot Saluran pernapasan
kelumpuhan Sesak napas (pola nafas tidak efektif)
hambatan mobilitas fisik
ansietas (cemas)
F. Komplikasi
1. Hiperkalsuria
2. Melena
3. Pelebaran lambung akut
4. Hipertensi ringan
5. Pneumonia
6. Ulkus dekubitus dan emboli paru
7. Psikosis
G. Penularan
Virus masuk melalui mulut dan hidung lalu berkembang biak di dalam tenggorokan dan
saluran pencernaan atau usus. Selanjutnya, diserap dan disebarkan melalui sistem
pembuluh darah dan pembuluh getah bening. Penularan virus terjadi secara langsung
melalui beberapa cara, yait
fekal-oral (dari tinja ke mulut) Maksudnya, melalui minuman atau makanan yang
tercemar virus polio yang berasal dari tinja penderita lalu masuk ke mulut orang yang
sehat.
oral-oral (dari mulut ke mulut) Yaitu melalui percikan ludah atau air liur penderita yang
masuk ke mulut orang sehat lainnya.
secara ringkas, Cara penularannya dapat melalui :
a. Inhalasi
b. Makanan dan minuman
c. Bermacam serangga seperti lipas, lalat, dan lain-lain.
d. Penularan melalui oral berkembambang biak diusus→verimia virus+DC faecese
beberapa minggu.
H. Pemeriksaan Diagnostic
1. Pemeriksaan Lab :
- Pemeriksaan darah
- Cairan serebrospinal
- Isolasi virus volio
2. Pemeriksaan radiology
I. Penatalaksanaan Medis
a) Poliomielitis aboratif
Diberikan analgetk dan sedative.
Diet adekuat.
Istirahat sampai suhu normal untuk beberapa hari,sebaiknya dicegah aktifitas yang
berlebihan selama 2 bulan kemudian diperiksa neurskeletal secara teliti.
b) Poliomielitis non paralitik
Sama seperti aborif.
Selain diberi analgetika dan sedative dapat dikombinasikan dengan kompres hangat
selama 15 – 30 menit,setiap 2 – 4 jam.
c) Poliomielitis paralitik
Perawatan dirumah sakit.
Istirahat total.
Selama fase akut kebersihan mulut dijaga.
Fisioterafi.
Akupuntur.
Interferon
d) Poliomielitis asimtomatis tidak perlu perawatan.Poliomielitis abortif diatasi dengan
istirahat 7 hari jika tidak terdapat gejala kelainan aktifitas dapat dimulai
lagi.Poliomielitis paralitik/non paralitik diatasi dengan istirahat mutlak paling sedikit 2
minggu perlu pemgawasan yang teliti karena setiap saat dapat terjadi paralysis
pernapasan.
BAB III
STUDI KASUS
A. Kasus
An. E (4 tahun) 2 hari dirawat di ruang anak, dengan alasan masuk IGD lumpuh dengan
tiba-tiba dan sesak nafas. Kondisi sekarang TTV : Suhu 39,1’C, Nadi 102x/mnt,
Pernafasan 28x/mnt. Pasien rewel dan selalu mengerang kesakitan. Hasil pemeriksaan
terdapat spastisitas, hipertonus.
B. Pengkajian
Analisa data
No. Tanggal/jam Data Problem Etiologi
1. 30
november
2013
15.00
Ds : pasien masuk IGD
karena sesak napas
Do: RR 28x/menit
Ketidak
efektifan pola
nafas
Gangguan
muskuloskeletal
2. 30
november
2013
15.00
Ds: -
Do: suhu 39,1’C, RR
28x/mnt
Hipetermi Proses penyakit
3. 30
november
2013
15.00
Ds : pasien masuk IGD
karena lumpuh dengan tiba-
tiba
Do :
Spastisitas
Hipertonus
RR 28X/menit
Hambatan
mobilitas fisik
Penurunan
kendali otot
4. 30
november
2013
15.00
Ds: -
Do:
Pasien rewel
(gelisah)
Pasien mengerang
kesakitan
RR : 28 kali /menit
Nadi 102x/mnt
Anxietas
Perubahan
dalam status
kesehatan
C. Diagnosa
Prioritas masalah
1. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan Gangguan musculoskeletal.
2. Hipetermi berhubungan dengan proses penyakit.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kendali otot.
4. Anxietas berhubungan dengan perubuhan dalam status kesehatan.
D. Intervensi
Tanggal /
jam
Diagnosa Tujuan & Kriteria
hasil
Intervensi keperawatan
30
november
2013
15.30
Ketidak efektifan
pola nafas
berhubungan
dengan
Gangguan
musculoskeletal
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam
diharapkan
keefektifan pola napas
dengan criteria
respiratory status :
ventilation(0403):
1. Pasien dapat
bernapas dengan
frekuensi normal.
(RR:16-
20X/menit)
Respiratory monitoring
(3350)
Monitor rata-rata,
kedalaman, dan irama
nafas pasien.
Kaji pola napas pasien.
Monitor pola napas
pasien seperti bradipneu,
takipnea.
Aukultasi suara paru
untuk mengetahui hasil.
Tinggikan kepala tempat
tidur pasien atau
2. Dipsneu
berkurang.
3. Pasien tidak
dipsneu saat
beraktivitas.
4. Tanda-tanda vital
dalam rentang
normal.
RR : 16-
20X/menit
Nadi : 60-100
x/menit
Suhu : 36,5-
37,5 ‘C
TD : 120/80
mmHg
Posisikan pasien
senyaman mungkin.
Seperti semifowler.
Berikan tambahan
oksigen. Seperti
menggunakan nasal
kanul, atau masker.
Monitor suara napas
pasien untuk mengetahui
adanya sektret atau tidak.
30
november
2013
15.45
Hipetermi
berhubungan
dengan proses
penyakit
Setelah dilakuan
tindakan keperawatan
selama 3x24 jam,
diharapkan demam
pasien menurun
dengan criteria hasil
vital sign (0803)
1. Suhu tubuh pasien
dalam rentang
normal (36,5-37,5
‘C)
2. Nadi dan RR
pasien dalam
rentang normal
(nadi : 60-
100x/menit, RR :
120/80 mmHg)
3. Tidak ada
perubahan warna
Vital sign monitoring
(6680)
Monitor TD, nadi, suhu
dan RR.
Berikan kompres dingin.
Rencanakan monitoring
suhu secara kontinu.
Catat adanya fluktuasi
tekanan darah.
Monitor warna dan
kelembapan kulit.
Monitor sianosis perifer.
Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh.
kulit
4. Pasien tidak
mengeluh pusing
30
november
2013
16.00
Hambatan
mobilitas fisik
berhubungan
dengan
penurunan
kendali otot
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3x24 jam,
diharapkan Hambatan
Mobilitas Fisik dapat
diminimalisir dengan
criteria hasli mobility
level (0208) :
1. Klien meningkat
dalam melakukan
aktivitas fisik.
2. Pasien mengerti
tujuan dari
peningkatan
mobilitas.
3. Memverbalisasika
n perasaan dalam
meningkatkan
kekuatan dan
kemampuan
berpindah.
4. Pasien tidak
dipsneu setelah
melakukan
aktivitas.
5. Pasien dapat
berpindah dari satu
tempat ketempat
lain
Exercise therapy :
ambulation (0221)
Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
latihan dan lihat respon
klien saat latihan.
Konsultasi dengan terapi
fisik tentang rencana
ambulasi sesuai dengan
kebutuhan.
Ajarkan pasien tentang
teknik ambulasi.
Kaji kemampuan pasien
dalam mobilisasi.
Latih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan
Adls secara mandiri
sesuai kemampuan.
Damping pasien dan
bantu pasien dalam
mobilisasi.
Nerilkan alat bantu jika
klien memerlukan seperti
tongkat.
Ajarkan pasien
bagaimana cara merubah
posisi yang baik dan
benar. Misalnya dari
pisosi duduk dan
berbaring
30
november
2013
16.15
Anxietas
berhubungan
dengan
perubuhan dalam
status kesehatan
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3x24 jam.
Diharapkan
kecemasan pasien
dapat teratasi. Dengan
criteria hasil :
Anxietas control
(1211)
1. Klien mampu
mengeidentifikasik
an dan
mengungkapkan
gejala cemas.
2. Nadi dalam
rentang normal
(60-100x/menit).
3. Vital sign dalam
rentang normal.
RR : 16-
20X/menit
Nadi : 60-100
x/menit
Suhu : 36,5-
37,5 ‘C
TD : 120/80
mmHg
4. Postur tubuh,
ekspresi wajah,
dan bahasa tubuh
dan tingkat
aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan
Anxiatas reduction (5830)
Gunakan pendekatan
yang menenangkan.
Pantau tingkat realita
bahaya bagi anak dan
keluarga tingkat ansietas
(mis.rendah, sedang,
parah).
Identifikasi level
perubahan kecemasan.
Temani pasien untuk
memberikan keamanan
dan mengurangi takut.
Dorong keluarga atau
ibu pasien untuk selalu
menemani anak.
Bantu pasien mengenal
situasi yang
menimbulkan
kecemasan.
Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan takut .
Intruksikan dan ajarkan
klien menggunakan
teknik relaksasi.
Sediakan informasi yang
akurat sesuai kebutuhan
jika diminta oleh
keluarga.
Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan
BAB IV
KESIMPULAN
Polio adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus polio yang dapat
mengakibatkan terjadinya kelumpuhan yang permanen, Jenis polio ada 3 yaitu Polio Non-
Paralisis, Polio Paralisis Spinal, Polio Bulbar.
Gejala polio meliputi demam, lemas, sakit kepala, muntah, sulit buang air besar, nyeri
pada kaki/tangan, kadang disertai diare. Kemudian virus menyerang dan merusakkan jaringan
syaraf , sehingga menimbulkan kelumpuhan yang permanen.
Pencegahan polio antara lain melakukan cakupan imunisasi yang tinggi dan
menyeluruh, Pekan Imunisasi Nasional yang telah dilakukan Depkes tahun 1995, 1996, dan
1997, Survailance Acute Flaccid Paralysis, melakukan Mopping Up.
DAFTAR PUSTAKA
L. Heymann, David dan R. Bruce Aylward. 2004. Poliomyelitis. Switzerland : Geneva 1211
N.Z, Miller.2004. The polio vaccine: a critical assessment of its arcane history,
efficacy, and long-term health-related consequences. USA: Thinktwice Global
Vaccine Institute.
Punya, Exva. 2009. Askep Poliomielitis. http://linrin.blogspot.com/2009/05/askep-
poliomilitis.html. Diakses tanggal 10 Mei 2010
http://yaya-ryuta.blogspot.com/2011/02/askep-polio-poliomyelitis.html
http://kesmas-unsoed.info/2010/08/makalah-poliomyelitis-polio.html
http://yaya-ryuta.blogspot.com/2011/02/askep-polio-poliomyelitis.html