askep bp

9
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN BROCHOPNEUMONIA ( BP ) By : Abdul Cholik, AMK., S.KM. DEFINISI Brochopneumonia adalah peraadangan pada paru-paru di mana peradangan tidak saja pada jaringan paru tetapi juga pada bronchioli yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Brochopneumonia disebut juga dengan Pneumonia Lobularis. ETIOLOGI Secara klinik saja sulit membedakan etiologi penyakit ini. Untuk pengobatan yang tepat, perlu sekali pengetahuan tentang penyebab brochopneumonia, oleh sebab itu pembagian etiologik lebih rasional dari pada pembagian anatomis. a. Bakteri : pneumokok, streptococus, staphilococus, basil gram negatif seperti H. Influensa, P. aueroginosa, tuberculosa. b. Virus : Respiratory syncytial, virus influensa, virus adeno, virus sirtomegalik c. Jamur : Histoplasmosis capsulatum, Candida abbicans, blastomikosis, kalsidiodomikosis, aspergilosis dan aktinomikosis. d. Aaspirasi : makanan, benda asing, kerosen, cairan amnion e. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya brochopneumonia adalah penyakit manahun, trauma paru, berat badan anak yang turun karena KEP. GAMBARAN KLINIK Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas (ISPA) selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39 – 40 C dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dypsnoe, pernafasan cepat & dangkal disertai pernafasan cuping hidung serta sianosis sekitar bibir dan mulut. Kadang-kadang disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit, tetapi setelah beberapa hari mula-mula kering kemudian menjadi produktif. Di samping itu anak merasakan nyeri / sakit di daerah dada sewaktu batuk dan bernafas serta nafsu makan menurun. Rasa nyeri ini timbul akibat gesekan pleura yang meradang. Sedangkan untuk bayi umur kurang dari 1 minggu, pnemumonia timbul karena aspirasi cairan ketuban atau sekret jalan

Upload: alex-tamsara

Post on 02-Dec-2015

215 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

FAAAD

TRANSCRIPT

Page 1: askep BP

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN BROCHOPNEUMONIA ( BP )

By : Abdul Cholik, AMK., S.KM.

DEFINISI

Brochopneumonia adalah peraadangan pada paru-paru di mana peradangan tidak saja pada jaringan paru tetapi juga pada bronchioli yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Brochopneumonia disebut juga dengan Pneumonia Lobularis.

ETIOLOGI

Secara klinik saja sulit membedakan etiologi penyakit ini. Untuk pengobatan yang tepat, perlu sekali pengetahuan tentang penyebab brochopneumonia, oleh sebab itu pembagian etiologik lebih rasional dari pada pembagian anatomis.

a. Bakteri : pneumokok, streptococus, staphilococus, basil gram negatif seperti H. Influensa, P. aueroginosa, tuberculosa.

b. Virus : Respiratory syncytial, virus influensa, virus adeno, virus sirtomegalikc. Jamur : Histoplasmosis capsulatum, Candida abbicans, blastomikosis,

kalsidiodomikosis, aspergilosis dan aktinomikosis.d. Aaspirasi : makanan, benda asing, kerosen, cairan amnione. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya brochopneumonia adalah penyakit

manahun, trauma paru, berat badan anak yang turun karena KEP.

GAMBARAN KLINIK

Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas (ISPA) selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39 – 40 C dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dypsnoe, pernafasan cepat & dangkal disertai pernafasan cuping hidung serta sianosis sekitar bibir dan mulut. Kadang-kadang disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit, tetapi setelah beberapa hari mula-mula kering kemudian menjadi produktif. Di samping itu anak merasakan nyeri / sakit di daerah dada sewaktu batuk dan bernafas serta nafsu makan menurun. Rasa nyeri ini timbul akibat gesekan pleura yang meradang.Sedangkan untuk bayi umur kurang dari 1 minggu, pnemumonia timbul karena aspirasi cairan ketuban atau sekret jalan lahir ibunya sewaktu dilahirkan. Adanya pneumonia biasanya dicurigai bila bayi menjadi lemah, tidak mau minum dan sesak nafas.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Foto Thoraksa. Foto toraks dilakukan untuk melihat :

Komplikasi seperti empiema, atelektasis, perikarditis, pleuritis, OMA Luas daerah paru yang terkena Evaluasi pengobatan

b. Pada foto toraks BP terdapat bercak-bercak pada satu atau beberapa lobus.

2. LaboratoriumGambaran darah tepi menunjukkan leukosistosis dapat mencapai 15.000 – 40.000 /mm3 dengan pergeseranm kekiri. Pengambilan sekret dan pungsi dapat dilakukan.

PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Pada Neonatus

Page 2: askep BP

a. O2 ( 2 L / menit )b. IVPD : Jenis cairan D 5 / 10 % : Na Bic ( 4 : 1 )c. Terapi :

Antibiotika PPC 2 x 50.000 U / kgBB / hari dan Kanamysin 2 x 15 mg / kgBB /hari ( IM ) at/ Ampicillin 4 x 100 mg/kgBB/hr (iv) & Gentamycin 2 x 5mg/kgBB/hr (im)

KortikosteroidKortison asetat 3 x 15 mg/kgBB/hr atau Kalmetason 3 x ¼ ampul

2. Bayi Umur 1 bulan – 2 tahuna. O2 ( 2 L / menit )b. IVPD : Jenis cairan 2A-KCl (1-2 mek/kgBB/24 jam atau KCl 6 mek/500 ml)c. Terapi :

Antibiotika PPC 2 x 50.000 U / kgBB / hari (IM) dan Kloramfenikol 4 x 75 mg/kgBB/hr (IM/IV) atau Ampicillin 4 x 100 mg/kgBB/hr (iv) & Gentamycin 2 x 5mg /kgBB/hr (IM).

KortikosteroidKortison asetat 3 x 15 mg/kgBB/hr atau Kalmetason 3 x ¼ ampul

3. Anak Usia di atas 2 tahuna. O2 ( 2 L / menit )b. IVPD : Jenis cairan D 5 / 10 % atau 2 A KClc. Terapi :

Antibiotika PPC 2 x 50.000 U/kgBB/hari dan Kloramfenikol 4 x 75 mg/kgBB/hr (IM/IV)

KortikosteroidKortison asetat 3 x 15 mg/kgBB/hr atau Kalmetason 3 x ¼ ampul

PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

Kaji tanda-tanda distress pernafasan (tachipnoe, dypsnoe, retraksi, cuping hidung, cyanosis) selama fase akut. Kaji suara atau bunyi nafas Monitor apnoe selama fase akut Kaji tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit, membran mukosa, intake cairan, ubun-ubun

cekung dan BB menurun) Kaji adanya batuk yang tidak efektif Kaji Kaji status neurologis : tingkat kesadaran, tidak ada refleks

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan produksi lendir / sekret yang meningkat

2. Gangguan kebutuhan cairan (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan hilangnya cairan yang tanpa disadari (Insesible Water Loss / IWL) secara berlebihan melalui ekshalasi dan menurunnya intake

3. Gangguan kebutuhan nutrisi ( < kebutuhan ) b/d meningkatnya metabolisme4. Hipertermi b/d proses infeksi5. Gangguan rasa aman & nyaman b/d tindakan medis & keperawatan6. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang penyakit b/d < informasi

INTERVENSI

1. Meningkatkan keefektifan jalan nafas Kaji pernafasan setiap 2 – 4 jam ( kedalaman, irama, penggunaan otot-otot

pernafasan, cuping hidung, adanya batuk )

Page 3: askep BP

Monitor nadi; apakah ada tachicardi; bila ada disebabkan oleh karena hipoxia Auskultasi bunyi nafas setiap 2 – 4 jam Berikan oksigen dengan humidifier ( 2 L / menit ) Berikan posisi tidur semifowler ( anak ), ekstensi ( bayi ) Lakukan fisioterapi dada ( k/p ) Berikan obat bronchodilator sesuai advis dokter

2. Meningkatkan status hidrasi ( volume cairan ) Monitor intake dan output cairan Monitror berat jenis urine Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi Berikan cairan parenteral : D5% : NaCl 0,9% ( 3 : 1 ) atau Ka-En 3B Berikan cairan peroral ( kalau bisa )

3. Meningkatkan kebutuhan nutrisi Timbang berat badan tiap hari Berikan makanan tinggi kalori tinggi protein Berikan makanan sedikit-sedikit tapi sering Pasang NG-Tube ( k/p ) atau berikan nutrisi parenteral

4. Meningkatkan fungsi thermoregulator Monitor suhu badan setiap 2 – 4 jam Pertahankan suhu ruangan Berikan kompres dingin Berikan obat antipiretik dan antibiotika sesuai advis dokter

5. Meningkatkan rasa aman dan nyaman Jelaskan setiap akan melakukan tindakan kepada orang tua Libatkan orang tua dalam setiap tindakan Ubah posisi pasien setiap 2 jam sekali Ciptakan suasana lingkungan yang aman dan nyaman

6. Meningkatkan pengetahuan orang tua tentang perawatan anak Jelaskan tanda & gejala distres pernafasan dan infeksi Jelaskan pentingnya istirahat bagi anak Jelaskan tentang pentingnya nutrisi & hidrasi, tekankan pentingnya diet TKTP Jelaskan tentang cara pencegahan BP Ajarkan orang tua untuk memberikan bantuian pada anak; termasuk pengobatan

dan perawatannya

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN TUBERCULOSIS ( TB PARU )

By : Abdul Cholik, AMK., S.KM.

Page 4: askep BP

DEFINISI

Penyakit tuberculosis pada bayi dan anak disebut juga tuberkulosis primer dan merupakan suatu penyakit sistemik. Tuberkulosis primer biasanya mulai secara perlahan-lahan sehingga sukar ditentukan saat timbulnya gejala pertama. Kadang terdapat keluhan demam yang tidak diketahui sebabnya dan sering disertai tanda-tanda infeksi saluran pernafasan atas. Penyakit ini bila tidak diobati sedini mungkin dan setepat-tepatnya dapat timbul komplikasi yang berat dan reinfeksi pada usia dewasa.

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis dan Mycobacterium bovis (jarang oleh Mycobacterium avium). Basil tuberculosis dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi mati di dalam cairan yang bersuhu 60 selama 15 – 20 menit. Fraksi protein basil tuberkulosis menyebabkan necrosis jaringan, sedang lemaknya menyebabkan sifat tahan asam dan merupakan faktor penyebab untuk terjadinya fibrosis serta terbentuknya sel epiteloid dan tuberkel. Basil tuberkulosis tidak membentuk toksin.

Penularan tuberkulosis umumnya melalui udara hingga sebagian besar fokus primer tuberkulosis terdapat dalam paru. Selain melalui udara penularan dapat peroral jika meminum susu yang mengandung Mycobacterium bovis.

PATOFISIOLOGI

Masuknya kuman tuberkulosis ke dalam tubuh tidak selalu menimbulkan penyakit.. Infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil tuberkulosis serta daya tahan tubuh manusia.

Segera setelah menghirup basil tuberkulosis hidup ke dalam paru-paru, maka terbentuk eksudasi dan konsolidasi yang terbatas disebut fokus primer. Basil tuberkulosis akan menyebar, histosit mulai mengangkut organisme tersebut ke kelenjar limfe regional melalui saluran getah bening menuju kelenjar regional sehingga terbentuk komplek primer dan mengadakan reaksi eksudasi terjadi sekitar 2–10 minggu (6-8 minggu) pasca infeksi.

Bersamaan dengan terbentuknya komplek primer terjadi pula hipersensitivitas tuberkuloprotein yang dapat diketahui melalui uji tuberkulin. Masa terjadinya infeksi sampai terbentuknya komplek primer disebut masa inkubasi.

Pada anak yang lesi, dalam paru dapat terjadi dimanapun terutama di perifer dekat pleura, tetapi lebih banyak terjadi di lapangan bawah paru dibanding dengan lapangan atas. Juga terdapat pembesaran kelenjar regional serta penyembuhannya mengarah ke kalsifikasi dan penyebarannya lebih banyak terjadi melalui hematogen.

Pada reaksi radang dimana lekosit polimorfonuklear tampak pada alveoli dan memfagosit bakteri namun tidak membunuhnya. Kemudian basil menyebar ke limfe dan sirkulasi. Dalam beberapa minggu limfosit T menjadi sensitive terhadap organisme TBC dan membebaskan linfokin yang merubah makrofag atau mengaktifkan mekrofag.

Terdapat tiga macam penyebaran secara patogen pada tuberkulosis anak; penyebaran hematogen tersembunyi yang kemudian mungkin timbul gejala atau tanpa gejala klinis, penyebaran hematogen umum, penyebaran milier, biasanya terjadi sekaligus dan menimbulkan gejala akut, kadang-kadang kronis, penyebaran hematogen berulang.

GAMBARAN KLINIK Demam, malaise, anoreksia, BB menurun, kadang-kadang batuk (batuk tidak selalun

ada, menurun sejalan dengan lamanya penyakit), nyeri ada, hemoptisis Gejala lanjut (jaringan paru sudah banyak yang rusak); pucat, anemia, lemah dan BB

menurun

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Pemeriksaan fisik Riwayat penyakit : riwayat kontak dengan individu yang terinfeksi penyakit

Page 5: askep BP

Reaksi terhadap tes tuberkulin : reaksi tes positip (diameter = 5 mm) menunjukkan adanya infeksi primer

Radiologi : terdapat komplek primer dengan atau tanpa perkapuran, pembesaran kelenjar paratrakeal, penyebaran milier, penyebaran bronkogen, atelektasis, pleuritis dengan efusi, cairan asites.

Kultur sputum : kultur bilasan lambung atau sputum, cairan pleura, urin, cairan serebrospinal, cairan nodus limfe ditemukan basil tahan asam

Uji BCG : reaksi positip jika setelah mendapat suntikan BCG langsung terdapat reaksi lokal yang besar dalam waktu kurang dari 7 hari setelah penyuntikan.

Infeksi TB : hanya diperlihatkan oleh skin tes tuberkulin positip. Penyakit TB : gambaran radiologi positip, kultur sputum positip dan adanya gejala-

gejala penyakit.

PENATALAKSANAAN MEDISPengobatan yang diberikan sekarang adalah :1. Rifampisin, dengan dosis 10-15 mg/kgBB/hari, diberikan 1 kali sehari per oral,

diminum dalam keadaan lambung kosong, diberikan selama 6 – 9 bulan2. INH (isoniazid), bekerja bakterisidal terhadap basil yang berkembang aktif

ekstraseluler dan basil di dalam makrofag. Dosis INH 10-20 mg/kgBB/hari per oral, lama pemberian sampai 18 – 24 bulan

3. Streptomisin, bekerja bakterisidal hanya terhadap basil yang tumbuh aktif ekstraselluler, cara memberikannnya IM dengan dosis 30 – 50 mg/kgBB/hari maksimun 750 mg/hari; diberikan setiap hari selama 1 – 3 bulan, dilanjutkan 2 – 3 kali seminggu selama 1 – 3 bulan lagi.

4. Pirazinamid (PZA), bekerja bakterisidal terhadap basil intraseluler, dosis 30 – 35 mg/kgBB/hari per oral, 2 kali sehari selama 4 – 6 bulan

5. Ethambutol (belum jelas apakah bakterisidal atau bakteriostatik). Dosis 20 mg/kgBB/hari per oral dalam keadaan lambung kosong, 1 kali sehari selama 1 tahun.

6. Kortikosteroid, diberikan bersama-sama dengan obat anti tuberkulosis yang masih sensitif, diberikan dalam bentuk kortison dengan dosis 10 – 15 mg/kgBB/hari. Bila dalam bentuk prednison dosis 1-3 mg/kgBB/hari. Kortikosteroid diberikan sebagai antiflogistik an ajuvan pada tuberkulosis milier.

Selain pemberian obat-obatan pada pasien tuberkulosis anak yang penting diperhatikan keadaan gizi dan lingkungan pasien, sumber infeksi harus dicari dan juga harus diobati.

PENATALAKSANAAN KEPERAWATANPasien penyakit tuberkulosis tidak dirawat di rmah sakit oleh karena jumlahnya

cukup banyak dan dapat dirawat di rumah, kecuali jika telah terjadi komplikasi seperti tuberkulosis primer, meningitis tuberkulosa, pleuritis dan sebagainya.

PENGKAJIAN Riwayat keperawatan : riwayat kontak dengan individu yang terinfeksi, penyakit yang

dideriata sebelumnya. Kaji adanya gejala-gejala panas yang naik turun dan dalam jangka waktu lama, batuk

ang hilang timbul, anoreksia, lesu, kurang nafsu makan, hemoptysis.

Page 6: askep BP

DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Resiko penyebarluasan infeksi b/d organisme virulen2. Gangguan pertukaran gas b/d kerusakan jaringan paru3. Ketidakefektifan jalan nafas b/d adanya sekret4. Gangguan kebutuhan nutrisi (< kebutuhan ) b/d anorexia

INTERVENSI1. Mencegah penyebarluasan infeksi tidak terjadi

Tempatkan anak pada ruang isolasi Pertahakan isolasi yang ketat di RS pada anak dengan TB aktif Gunakan prosedur perlindungan infeksi jika melakukan kontak dengan anak Melakukan uji tuberkulin dan memberikan penilaian hasil uji tersebut, mengambil

bahan untuk pemeriksaaan bakteri (analisa bilasan lambung pada anak yang masih sangat muda)

Berikan terapi antituberkulosis sesuai dengan advis dokter2. Meningkatkan pertukaran gas yang adekuat

Monitor tanda-tanda vital Observasi adanya sianosis pada mulut Mengkaji irama, kedalaman dan ekspansi pernafasan Melakukan auskultasi suara nafas dan mendokumentasikan adanya suara nafas

yang abnormal ( ronchi, wheezing ) Mengajarkan cara nafas yang efektif Memberikan oksigen sesuai indikasi Memonitoring hasil analisa gas darah

3. Meningkatkan jalan nafas yang efektif Mengkaji ulang status pernafasan (irama, kedalaman dsb) Kaji ulang tanda-tanda vital Berikan posis tidur semifowler/fowler Menganjurkan anak untuk banyak minum Memberikan oksigen sesuai indikasi Memberikan obat bronchodilator, antikolinergik, & anti peradangan sesuai advis

4. Memenuhi kebutuhan nutrisi Kaji ketidakmampuan anak untuk makan Menilai indikator terpenuhinya kebutuhan nutrisi (BB, LL, membran mukosa ) Ijinkan anak untuk makan makanan yang disukai Kolaborasi untuk pemberian nutrisi parenteral