anfis otot

25
Daftar Isi I. Pendahuluan II. Isi 1. Histologi Otot Rangka a. Susunan Otot b. Regenerasi Otot 2. Fisiologi Otot Rangka a. Karakteristik Otot Rangka b. Pengaturan untuk Kontraksi Otot c. Karakteristik Kontraksi Otot Rangka 3. Biokimia Otot Rangka a. Mekanisme Kontraksi b. Sumber Energi untuk Kontraksi 4. Fisika Otot Rangka 5. Anatomi Otot Rangka (Lengan dan Abdomen) III. Kesimpulan IV. Daftar Pustaka

Upload: n-hasan-mujamsyah-p

Post on 16-Jan-2016

23 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

anatomi fisiologi otot ,

TRANSCRIPT

Page 1: ANFIS OTOT

Daftar Isi

I. Pendahuluan

II. Isi

1. Histologi Otot Rangka

a. Susunan Otot

b. Regenerasi Otot

2. Fisiologi Otot Rangka

a. Karakteristik Otot Rangka

b. Pengaturan untuk Kontraksi Otot

c. Karakteristik Kontraksi Otot Rangka

3. Biokimia Otot Rangka

a. Mekanisme Kontraksi

b. Sumber Energi untuk Kontraksi

4. Fisika Otot Rangka

5. Anatomi Otot Rangka (Lengan dan Abdomen)

III. Kesimpulan

IV. Daftar Pustaka

Page 2: ANFIS OTOT

Pendahuluan

Semua makhluk hidup umumnya memiliki kemampuan untuk melakukan pergerakan.

Pergerakan terjadi dari hal yang kecil atau tak terlihat seperti transpor pada membran hingga

hal yang dapat terlihat seperti pergerakan otot. Berikut adalah penjelasan mengenai otot

rangka dan pergerakan atau mekanisme kontraksi, serta hal-hal yang mempengaruhi

hipertrofi otot rangka.

Isi

Otot rangka adalah otot lurik, volunter, dan melekat pada rangka. Otot rangka

berkontraksi dengan cepat dan kuat, tetapi mudah lelah.1 Otot memiliki beberapa fungsi, yaitu

1. Pergerakan atau alat gerak aktif.

Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot tersebut melekat.

2. Penopang tubuh dan mempertahankan postur.

Otot menopang rangka dan mempertahankan postur tubuh saat berdiri atau saat duduk

terhadap gaya gravitasi.

3. Produksi panas.

Kontraksi otot secara metabolisme menghasilkan panas untuk mempertahankan suhu

normal tubuh.1,2

I. Histologi Otot Rangka

Jaringan adalah sekumpulan sel yang memiliki bentuk, struktur dan fungsi yang sama.

Jaringan otot adalah sekumpulan sel-sel otot. Otot rangka terdiri atas serabut otot, berkas-

berkas sel silindris yang sangat panjang (sampai 30 cm) dan berinti banyak dengan diameter

10-100 μm. Inti yang banyak ini terjadi akibat peleburan mioblas monokuler embrional

(prekursor sel otot). Inti berbentuk lonjong atau gepeng umumnya terdapat di tepian sel di

bawah membran sel.3

Page 3: ANFIS OTOT

Otot rangka terdiri dari serabut-serabut yang tersusun dalam berkas yang disebut

fasikel. Semakin besar otot, semakin banyak jumlah serabutnya. Contoh, otot biceps lengan

atas adalah otot besar yang tersusun dari 260.000 serabut sedangkan otot kecil seperti

stapedius pada telinga tengah hanya memiliki 1.500 serabut.1

Lapisan jaringan ikat fibrosa membungkus setiap otot dan masuk ke bagian dalam

untuk melapisi fasikel dan serabut individual. Jaringan ini menyalurkan impuls saraf dan

pembuluh darah ke dalam otot dan secara mekanis mentransmisikan daya kontraksi dari satu

ujung otot ke ujung lainnya.1 Ada 3 lapisan :

1. Epimisium : suatu selubung luar jaringan ikat padat yang mengelilingi seluruh otot.

2. Perimisium : septa tipis jaringan ikat yang menyusup ke dalam dan mengelilingi

berkas serabut di dalam otot.

3. Endomisium : selapis halus jaringan ikat yang mengelilingi setiap serabut otot, yang

terutama terdiri atas sebuah lamina basal dan serat-serat retikulin.3

Susunan otot :

1. Sarkolema adalah membran yang melapisi suatu sel otot yang fungsinya sebagai

pelindung otot.

2. Sarkoplasma adalah cairan sel otot yang fungsinya untuk tempat dimana miofibril dan

miofilamen berada.

3. Miofibril merupakan serat-serat pada otot.4

4. Miofilamen adalah benang-benang/filamen halus yang berasal dari miofibril.

Miofibril terbagi atas 2 macam, yakni :

a. Miofilamen tebal terdiri dari protein miosin yang berbentuk ekor seperti cambuk

dengan dua kepala globular.1

Page 4: ANFIS OTOT

b. Miofilamen tipis tersusun atas aktin dan dua protein tambahan yaitu tropomiosin

dan troponin yang melekat pada aktin.1 Troponin merupakan kompleks dari 3 subunit;

TnT yang melekat erat pada tropomiosin; TnC yang terikat pada Ca2+ atau ion

kalsium; TnI yang mengikat aktin dan menghambat interaksi aktin-miosin. Sebuah

kompleks troponin melekat pada tempat khusus di setiap molekul tropomiosin.3,5

5. Pemitaan berdasarkan susunan miofilamen :

a. Pita A, berwarna lebih gelap karena bersifat anisotropik atau dapat mempolarisasi

cahaya, terdiri dari susunan vertikal miofilamen tebal yang berselang-seling

dengan miofilamen tipis.

b. Pita I, berwarna lebih terang karena bersifat isotropik atau nonpolarisasi, terbentuk

dari miofilamen aktin tipis yang memanjang ke dua arah dari garis Z ke dalam

susunan filamen tebal.

c. Garis Z terbentuk dari protein penunjang yang menahan miofilamen tipis tetap

menyatu di sepanjang miofibril.

Page 5: ANFIS OTOT

d. Zona H adalah area yang lebih terang pada pita A miofilamen miosin yang tidak

tertembus filamen tipis.

e. Garis M membagi dua pusat zona H. Pembagian ii merupakan kerja protein

penunjang lain yang menahan miofilamen tebal tetap bersatu dalam susunan.

f. Sarkomer adalah jarak antara garis Z ke garis Z lainnya.1

Regenerasi Otot Rangka

Pada otot rangka, walaupun intinya tidak dapat bermitosis, jaringan ini tetap dapat

mengalami regenerasi tetapi dalam batasan tertentu. Sumber sel yang beregenerasi diyakini

adalah sel satelit. Sel satelit adalah populasi kecil sel mononukleus berbentuk gelendong dan

berada dalam lamina basalis yang mengelilingi setiap serabut otot yang matang. Karena

hubungannya yang erat dengan permukaan serabut otot, sel satelit hanya dapat dikenali

dengan mikroskop elektron. Sel satelit dianggap sebagai mioblas inaktif yang menetap

setelah diferensiasi otot terjadi. Setelah cedera atau diberikan rangsangan tertentu, sel satelit

yang sebelumnya inaktif menjadi aktif, berproliferasi dan bergabung membentuk serabut otot

rangka baru. Aktivitas sel satelit yang sama berperan pada hipertrofi otot, sewaktu sel satelit

bersatu dengan serabut induknya, yang akan menambah massa otot setelah beraktivitas berat.

Akan tetapi, kemampuan regenerasi otot rangka sangat terbatas setelah mengalami trauma

otot atau degenerasi.3

II. Fisiologi Otot Rangka

Jaringan otot memiliki beberapa karakteristik, yaitu

1. Kontraktilitas : kemampuan berkontraksi dan menegang, dapat atau mungkin tidak

melibatkan pemendekan otot.

2. Ekstensibilitas : kemampuan untuk meregang melebihi panjang otot saat relaks.

Page 6: ANFIS OTOT

3. Elastisitas : cenderung kembali ke ukuran semula setelah kontraksi atau ekstensi.

4. Iritabilitas atau eksitabilitas : peka dan mampu berespon jika diberi stimulus oleh

impuls saraf.1,2

Pengaturan untuk Kontraksi Otot

Gerakan otot lurik tentu dibawah komando atau suatu kontrol yang disebut

impuls saraf motor.5

a. Ca2+ mengatur kontraksi otot dengan proses yang ditengahi oleh troponin dan

tropomiosin. Sejak tahun 1940, ion kalsium diyakini turut berperan serta dalam

pengaturan kontraksi otot. Kemudian, sebelum 1960, Setsuro Ebashi menunjukkan

bahwa pengaruh Ca2+ ditengahi oleh troponin dan tropomiosin. Ia menunjukkan

aktomiosin yang diekstrak langsung dari otot (sehingga mengandung ikatan dengan

troponin dan tropomiosin) berkontraksi karena ATP hanya jika Ca2+ ada. Kehadiran

troponin dan tropomiosin pada sistem aktomiosin tersebut meningkatkan sensitivitas

sistem terhadap Ca2+. Di samping itu, subunit dari troponin, TnC, merupakan satu-

satunya komponen pengikat Ca2+.6

b. Impuls saraf melepaskan Ca2+ dari Retikulum Sarkoplasma. Sebuah impuls saraf

yang tiba pada sebuah persambungan neuromuskular (sambungan antara neuron dan

otot) akan dihantar langsung kepada tiap-tiap sarkomer oleh sebuah sistem tubula

transversal / T. Tubula tersebut merupakan pembungkus-pembungkus semacam saraf

pada membran plasma fiber. Tubula tersebut mengelilingi tiap miofibril pada disk Z

masing-masing. Semua sarkomer pada sebuah otot akan menerima sinyal untuk

berkontraksi sehingga otot dapat berkontraksi sebagai satu kesatuan utuh. Sinyal

elektrik itu dihantar menuju retikulum sarkoplasmik (SR). SR merupakan suatu

sistem dari vesicles (saluran yang mengandung air di dalamnya) yang pipih, bersifat

Page 7: ANFIS OTOT

membran, dan berasal dari retikulum endoplasma. Sistem tersebut membungkus tiap-

tiap miofibril hampir seperti rajutan kain. Membran SR yang secara normal non-

permeabel terhadap Ca2+ itu mengandung sebuah transmembran Ca2+-ATPase yang

memompa Ca2+ kedalam SR untuk mempertahankan konsentrasi [Ca2+] bagi otot

relaks. Kemampuan SR untuk dapat menyimpan Ca2+ ditingkatkan lagi oleh adanya

protein yang bersifat amat asam yaitu kalsequestrin (memiliki situs lebih dari 40

untuk berikatan dengan Ca2+). Kedatangan impuls saraf membuat SR menjadi

permeabel terhadap Ca2+. Akibatnya, Ca2+ berdifusi melalui saluran-saluran Ca2+

khusus menuju interior miofibril, dan konsentrasi internal [Ca2+] akan bertambah.

Peningkatan konsentrasi Ca2+ ini cukup untuk memicu perubahan konformasional

dalam troponin dan tropomiosin. Akhirnya, kontraksi otot terjadi dengan mekanisme

“perahu dayung” tadi. Saat rangsangan saraf berakhir, membran SR kembali menjadi

impermeabel terhadap Ca2+ sehingga Ca2+ dalam miofibril akan terpompa keluar

menuju SR. Kemudian otot menjadi rileks seperti sediakala.6

Karakteristik Kontraksi Otot Rangka :

Stimulus ambang adalah voltase listrik minimum yang menyebabkan kontraksi

serabut otot tunggal. Prinsip stimulus ambang berdasarkan Respons all-or-none artinya

jika stimulus ambang telah tercapai, maka serabut otot akan merespon secara maksimal

atau tidak sama sekali selama kondisi lingkungan serabut tidak berubah. Dengan

meningkatkan intensitas stimulus melebihi ambang batasnya tidak akan memperbesar

respon serabut otot tunggal, tetapi serabut otot yang memiliki peka rangsang terhadap

derajat voltase yang lebih tinggi dari ambang batas akan berespon.1

Tonus otot adalah keadaan berkontraksi sebagian pada otot rangka. Impuls saraf dari

medula spinalis menjalar ke serabut otot untuk mempertahankan keadaan kontraksi

tetanik (jika frekuensi stimulus meningkat melebihi batas relaksasi otot, maka kontraksi

Page 8: ANFIS OTOT

akan bergabung menjadi kontraksi yang panjang dan kuat) pada sekitar 10% serabut otot

dengan dasar yang tetap berotasi. Tonus otot sangat penting pada otot postural. Tonus

juga menghasilkan panas tubuh.1

Produksi panas oleh otot. Karena otot rangka mencapai setengah dari seluruh berat

tubuh, maka panas yang dihasilkan dari reaksi kimia pada kontraksi merupakan sumber

panas utama tubuh dan untuk mempertahankan suhu tubuh.1

Kontraksi isometrik dan kontraksi isotonik. Kontraksi isometrik adalah kontraksi yang

terjadi saat otot membentuk daya atau tegangan tanpa harus memendek untuk

memindahkan suatu beban. Aktivasi crossbridge berlangsung, tetapi miofilamen tidak

bergeser saat kontraksi isometrik berlangsung. Contoh kontraksi isometrik, kontraksi saat

mempertahankan kepala tetap tegak dan tubuh tetap berdiri. Sedangkan, kontraksi

isotonik adalah kontraksi yang terjadi saat otot memendek untuk mengangkat atau

memindahkan sesuatu beban. Otot-otot dalam tubuh dapat berkontraksi secara isometrik

atau isotonik. Sebagian besar kontraksi merupakan kombinasi kedua jenis kontraksi

tersebut. Misalnya, berjalan dan berlari.1

Hipertrofi dan Atrofi. Hipertrofi otot merupakan hasil aktivitas muskular yang kuat

dam berulang. Jumlah serabut tidak bertambah, tetapi ada peningkatan diameter dan

panjang serabut yang juga berkaitan dengan peningkatan unsur-unsur filamen. Atrofi otot

merupakan kebalikan dari hipertrofi. Jika suatu otot tidak dipakai, maka otot itu akan

mengecil. Pada akhirnya serabut otot akan diinfiltrasi dan digantikan dengan jaringan

fibrosa dan lemak.1

Kekuatan setiap gerakan atau kontraksi tergantung pada panjang asli dari serabut-

serabut, jumlah serabut yang diaktifkan oleh sistem syaraf dan keadaan metabolik otot.2

Page 9: ANFIS OTOT

Kontraksi otot yang tidak normal dapat terjadi dalam bentuk :

1. Spasmus, suatu kontraksi yang tidak sengaja, dalam waktu yang singkat dan tiba-tiba.

2. Kejang/kram, spasme yang menimbulkan rasa nyeri kram, merupakan reaksi tetanus

yang sempurna.

3. Kontraksi tetanus,keseluruhan serabut berkontraksi.

4. Konktraktur, otot berkontraksi tetapi tidak bisa kembali ke bentuk semula.2

III. Biokimia Otot Rangka

Mekanisme Kontraksi

1. Filamen-Filamen Tebal dan Tipis yang Saling Bergeser Saat Proses Kontraksi.

Menurut fakta, kita telah mengetahui bahwa panjang otot yang terkontraksi

akan lebih pendek daripada panjang awalnya saat otot sedang rileks. Pemendekan ini

rata-rata sekitar sepertiga panjang awal. Melalui mikrograf elektron, pemendekan ini

dapat dilihat sebagai konsekuensi dari pemendekan sarkomer. Sebenarnya, pada saat

pemendekan berlangsung, panjang filamen tebal dan tipis tetap dan tak berubah

(dengan melihat tetapnya lebar lurik A dan jarak disk Z sampai ujung daerah H

tetangga) namun lurik I dan daerah H mengalami reduksi yang sama besarnya.

Berdasar pengamatan ini, Hugh Huxley, Jean Hanson, Andrew Huxley dan

R.Niedergerke pada tahun 1954 menyarankan model pergeseran filamen (filament-

sliding). Model ini mengatakan bahwa gaya kontraksi otot itu dihasilkan oleh suatu

proses yang membuat beberapa set filamen tebal dan tipis dapat bergeser antar

sesamanya.5

Page 10: ANFIS OTOT

2. Aktin Merangsang Aktivitas ATPase Miosin.

Model pergeseran filamen tadi hanya menjelaskan mekanika kontraksinya dan

bukan asal-usul gaya kontraktil. Pada tahun 1940, Szent-Gyorgi kembali

menunjukkan mekanisme kontraksi. Pencampuran larutan aktin dan miosin untuk

membentuk kompleks bernama aktomiosin ternyata disertai oleh peningkatan

kekentalan larutan yang cukup besar. Kekentalan ini dapat dikurangi dengan

menambahkan ATP ke dalam larutan aktomiosin. Maka dari itu, ATP mengurangi

daya tarik atau afinitas miosin terhadap aktin. Selanjutnya, untuk dapat mendapatkan

penjelasan lebih tentang peranan ATP dalam proses kontraksi itu, kita memerlukan

studi kinetika kimia. Daya kerja ATPase miosin yang terisolasi ialah sebesar 0.05 per

detiknya. Daya kerja sebesar itu ternyata jauh lebih kecil dari daya kerja ATPase

miosin yang berada dalam otot yang berkontraksi. Bagaimanapun juga, secara

paradoks, adanya aktin (dalam otot) meningkatkan laju hidrolisis ATP miosin menjadi

sekitar 10 per detiknya. Selanjutnya, Edwin Taylor mengemukakan sebuah model

hidrolisis ATP yang dimediasi /ditengahi oleh aktomiosin. Pada tahap pertama, ATP

terikat pada bagian miosin dari aktomiosin dan menghasilkan disosiasi aktin dan

miosin. Miosin yang merupakan produk proses ini memiliki ikatan dengan ATP.

Selanjutnya, pada tahap kedua, ATP yang terikat dengan miosin tadi terhidrolisis

dengan cepat membentuk kompleks miosin-ADP-Pi. Kompleks tersebut yang

kemudian berikatan dengan Aktin pada tahap ketiga. Pada tahap keempat yang

Page 11: ANFIS OTOT

merupakan tahap untuk relaksasi konformasional, kompleks aktin-miosin-ADP-Pi tadi

secara tahap demi tahap melepaskan ikatan dengan Pi dan ADP sehingga kompleks

yang tersisa hanyalah kompleks Aktin-Miosin yang siap untuk siklus hidrolisis ATP

selanjutnya. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa proses terkait dan terlepasnya aktin

yang diatur oleh ATP tersebut menghasilkan gaya vektorial untuk kontraksi otot.5

3. Model untuk Interaksi Aktin dan Miosin berdasarkan Strukturnya.

Rayment, Holden, dan Ronald Milligan telah memformulasikan suatu model

yang dinamakan kompleks rigor terhadap kepala S1 miosin dan F-aktin. Mereka

mengamati kompleks tersebut melalui mikroskopi elektron. Daerah yang mirip bola

pada S1 itu berikatan secara tangensial pada filamen aktin pada sudut 45o terhadap

sumbu filamen. Sementara itu, ekor S1 mengarah sejajar sumbu filamen. Relasi

kepala S1 miosin itu nampaknya berinteraksi dengan aktin melalui pasangan ion yang

melibatkan beberapa residu Lisin dari miosin dan beberapa residu asam Aspartik dan

asam Glutamik dari aktin.5

4. Kepala-kepala Miosin “Berjalan” Sepanjang Filamen-filamen Aktin.

Hidrolisis ATP dapat dikaitkan dengan model pergeseran-filamen. Pada

mulanya, kita mengasumsikan jika cross-bridges miosin memiliki letak yang konstan

tanpa berpindah pindah, maka model ini tak dapat dibenarkan. Sebaliknya, cross-

bridges itu harus berulang kali terputus dan terkait kembali pada posisi lain namun

masih di daerah sepanjang filamen dengan arah menuju disk Z. Melalui pengamatan

dengan sinar X terhadap struktur filamen dan kondisinya saat proses hidrolisis terjadi,

Rayment, Holden, dan Milligan mengeluarkan postulat bahwa tertutupnya celah aktin

akibat rangsangan (berupa ejeksi ADP) itu berperan besar untuk sebuah perubahan

konformasional (yang menghasilkan hentakan daya miosin) dalam siklus kontraksi

otot. Postulat ini selanjutnya mengarah pada model “perahu dayung” untuk siklus

Page 12: ANFIS OTOT

kontraktil yang telah banyak diterima berbagai pihak. Pada mulanya, ATP muncul dan

mengikatkan diri pada kepala miosin S1 sehingga celah aktin terbuka. Sebagai

akibatnya, kepala S1 melepaskan ikatannya pada aktin. Pada tahap kedua, celah aktin

akan menutup kembali bersamaan dengan proses hidrolisis ATP yang menyebabkan

tegaknya posisi kepala S1. Posisi tegak itu merupakan keadaan molekul dengan energi

tinggi (jelas-jelas memerlukan energi). Pada tahap ketiga, kepala S1 mengikatkan diri

dengan lemah pada suatu monomer aktin yang posisinya lebih dekat dengan disk Z

dibandingkan dengan monomer aktin sebelumnya. Pada tahap keempat, Kepala S1

melepaskan Pi yang mengakibatkan tertutupnya celah aktin sehingga afinitas kepala

S1 terhadap aktin membesar. Keadaan itu disebut keadaan transien. Selanjutnya, pada

tahap kelima, hentakan-daya terjadi dan suatu geseran konformasional yang turut

menarik ekor kepala S1 tadi terjadi sepanjang 60 Angstrom menuju disk Z. Lalu, pada

tahap akhir, ADP dilepaskan oleh kepala S1 dan siklus berlangsung lengkap.5

Metabolisme Otot Rangka

Karena ATP yang tersimpan dalam otot biasanya akan habis setelah kontraksi, maka

ATP harus dibentuk kembali untuk kelangsungan aktivitas otot melalui sumber lain. Terdapat

empat jalur biokimia yang menyediakan ATP untuk kontraksi otot :

1. Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatin fosfat simpanan ke ADP, yang

merupakan sumber pertama ATP pada permulaan olahraga.

2. Fosforilasi oksidatif, yang secara efisien mengekstraksi sejumlah besar ATP dari

molekul nutrien apabila tersedia cukup O2 untuk menunjang sistem ini. Fosforilasi

oksidatif merupakan reaksi aerob.

3. Glikolisis, yang dapat mensintesis ATP walaupun tidak tersedia O2 tetapi

menggunakan banyak glikogen dan dalam prosesnya menghasilkan asam laktat.

Page 13: ANFIS OTOT

4. Oxygen debt yaitu oksigen ekstra yang harus dihirup setelah aktivitas berat.

Terdapat tiga jenis serat otot, diklasifikasikan berdasarkan jalur yang mereka gunakan

untuk membuat ATP (oksidatif atau glikolitik) dan kecepatan mereka menguraikan ATP dan

kemudian berkontraksi (kedutan lambat - kedutan cepat), yaitu serat oksidatif-lambat, serat

oksidatif-cepat, dan serat glikolitik-cepat.1,6

IV. Fisika Otot Rangka

Otot memberikan kekuatan, tulang sebagai tuas atau pengungkit, dan sendi berfungsi

sebagai titik tumpu atau fulkrum. Ada tiga tipe pengungkit pada tubuh berdasarkan posisi dan

komponennya.1

1. Pengungkit tipe I. Fulkrum terletak di antara kekuatan dan beban, seperti pada papan

jungkat-jungkit. Jenis pengungkit ini terdapat diantara tengkorak dan columna

vertebra. Saat kepala mulai menengadah, otot-otot leher memberikan kekuatan,

tulang-tulang wajah menjadi beban, dan persendian menjadi fulkrum di antara

tengkorak dan tulang belakang.1

2. Pengungkit tipe II. Fulkrum berada di salah satu ujung, kekuatan di ujung berlawanan,

dan beban di antara keduanya. Jenis pengungkit ini terjadi saat kaki berjinjit. Otot

betis memberikan kekuatan, tulang tungkai menjadi beban, dan persendian pada

pergelangan kaki menjadi fulkrum.1

3. Pengungkit tipe III. Fulkrum berada di salah satu ujung, beban di ujung berlawanan,

dan tenaga di antara keduanya. Jenis pengungkit ini merupakan jenis paling umum

dalam tubuh, Contohnya, pada fleksi lengan bawah. Otot lengan atas anterior

memberikan tenaga, tulang lengan bawah dan tangan menjadi bebannya, serta

persendian pada siku menjadi fulkrum.1

V. Anatomi Otot Rangka

Page 14: ANFIS OTOT

Perlekatan dan Penyusunan Otot Rangka :

1. Origo otot adalah titik perlekatan yang lebih kuat pada tulang dan biasanya

merupakan ujung proksimal.

2. Insersio adalah titik perlekatan yang lebih dapat bergerak dan biasanya

merupakan ujung distal.

3. Badan otot (bagian kontraktil) adalah bagian otot antara origo dan insersio.1

Kerja Otot :

1. Agonis atau penggerak utama : otot yang melakukan sebagian besat kerja

untuk menghasilkan gerakan.

2. Sinergis atau fliksator : otot yang membantu penggerak utama dengan

berkontraksi pada waktu yang sama untuk membantu gerakan atau

menstabilkan suatu bagian sehingga gerakan lebih efektif.

3. Antagonis : otot yang berelaksasi saat penggerak utama dan sinergis

berkontraksi. Otot antagonis bekerja berlawanan dan terletak di sisi yang

berlawanan pada tulang.1

Otot-otot yang bekerja saat lengan mengangkat beban.

Otot Aksi

Biceps lenganFleksi lengan bawah pada persendian siku; supinasi lengan

bawah; fleksi lengan pada bahu dengan lemah

Brakialis Fleksor yang kuat pada lengan bawah

BrakioradialisFleksor lengan bawah yang efektif jika lengan bawah berada

pada posisi sebagian terfleksi

Triceps lengan atas Ekstensi lengan bawah

AnkoneusEkstensi lengan bawah; abduksi lengan bawah yang

terpronasi

Otot leher, dada, dan bahu yang menggerakan lengan.

Page 15: ANFIS OTOT

Otot Aksi

Pektoralis mayorFleksi, aduksi, dan rotasi lengan ke arah medial; mengangkat iga

untuk proses inspirasi

Latisimus dorsiEkstensi, aduksi, dan rotasi lengan ke arah medial; menarik bahu ke

arah bawah dan ke belakang

Deltoideus

Abduksi lengan; fleksi bagian anterior lengan ke arah dan rotasi

lengan ke arah medial; ekstensi bagian posterior lengan dan rotasi ke

arah lengan

SubskapularisRotator medial utama lengan membantu menahan kepala humerus

dalam rongga glenoid; menstabilkan persendian bahu

Supraspinatus Abduksi lengan dan menstabilkan persendian bahu

Infraspinosa Rotasi lengan ke arah lateral; menstabilkan persendian bahu

Teres minor Rotasi lengan ke arah lateral; menstabilkan persendian bahu

Teres mayor Aduksi, ekstensi, dan rotasi lengan ke arah medial

Korakobrakialis Fleksi dan aduksi lengan

Kesimpulan

Page 16: ANFIS OTOT

Variasi diameter serabut otot rangka bergantung pada faktor-faktor seperti otot yang

spesifik, umur dan kelamin, keadaan gizi, dan aktivitas jasmani orang yang bersangkutan.

Latihan fisik akan membesarkan otot dan mengurangi timbunan lemak. Pembesaran otot

demikian disebabkan pembentukan miofibril baru dan peningkatan diameter yang nyata di

setiap serabut otot. Proses ini ditandai dengan penambahan volume sel, disebut hipertrofi.

Pertumbuhan jaringan oleh penambahan jumlah sel disebut hiperplasia. Hiperplasia terjadi

hanya pada otot polos.

Daftar Pustaka

1. Sloane E. Sistem muskular. Dalam : Widyastuti P. Anatomi dan fisiologi untuk

pemula. Jakarta: Penerbit buku kedokteran ECG; 2003.h.119-41.Histologi dasar

2. Puskesmas Oke. Fisiologi Tulang dan Otot. Edisi Desember 2008. Diunduh dari

www.puskesmas-oke.blogspot.com, 28 Maret 2009.

3. Junqueira LC, Ccarneiro J. Histologi Dasar Teks dan Atlas. Edisi 10. Jakarta:

Penerbit buku kedokteran ECG; 2006.h.181-94.

4. Organisasi.Org Komunitas dan Perpustakaan Online Indonesia. Definisi/pengertian

jaringan otot serta bagian otot dan jenis jaringan. Edisi November 2008. Diunduh dari

www.organisasi.org, 28 Maret 2009.

5. Gunawan A. Mekanisme dan mekanika pergerakan otot. Integral 2001 Okt;6(2):58-

71.

6. Panji Irawan. Fisiologi Otot. Edisi Maret 2008. Diunduh dari

www.panji1102.blogspot.com, 28 Maret 2009.