laporan kontraksi otot gastroknemus dan otot jantung katak

24
KONTRAKSI OTOT GASTROKNEMUS DAN OTOT JANTUNG KATAK Oleh : Nama : Rina Andriyani NIM : B1J00952 Rombongan : III Kelompok : 5 Asisten : Didi Humaedi Yusuf LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II

Upload: rina-andry-riyan

Post on 03-Jul-2015

4.546 views

Category:

Documents


65 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kontraksi Otot Gastroknemus Dan Otot Jantung Katak

KONTRAKSI OTOT GASTROKNEMUS DAN OTOT JANTUNG KATAK

Oleh :

Nama : Rina AndriyaniNIM : B1J00952Rombongan : IIIKelompok : 5Asisten : Didi Humaedi Yusuf

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO

2011

Page 2: Laporan Kontraksi Otot Gastroknemus Dan Otot Jantung Katak

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Data kontraksi otot gastroknemus

Amplitudo (mm)

0 V 5 V 10 V 15 V 20 V 25 V

0 0 mm/volt 0 mm/volt0,18

mm/volt

0,378

mm/volt

0,8

mm/volt

2. Grafik hubungan stimulus elektrik dengan kontraksi otot

gastroknemus katak (Fejervaria cancrivora)

3. Tabel Kontraksi Otot Jantung Katak (Fejervaria cancrivora)

Perlakuan Denyut jantung / Kontraksi otot

Sebelum ditetesi asetilkolin Menurun

Setelah ditetesi Asetilkolin Meningkat

B. Pembahasan

Page 3: Laporan Kontraksi Otot Gastroknemus Dan Otot Jantung Katak

a. Otot Jantung

Berdasarkan praktikum hasil yang diperoleh yaitu: kontraksi otot katak

yang diberi rangsangan listrik dengan voltase 0 V, 5 V, 10 V, 15 V, 20 V, dan 25

V berturut-turut amplitudonya yaitu 0; 0; 0; 0,18; 0,375 dan 0,8 mm/Volt. Hal

tersebut menunjukan bahwa semakin besar tegangan (voltase) yang diberikan

maka semakin besar pula nilai amplitudo yang dihasilkan. Dalam percobaan ini

tegangan berarti impuls atau rangsangan dan amplitudo merupakan besarnya otot

gastronekmus terhadap rangsangan. Menurut Storer (1961), menyatakan, ketika

rangsangan elektrik dimulai dari yang lemah maka hasilnya akan lemah,

selanjutnya peningkatan akan menghasilkan kontraksi yang besar sehingga

menimbulkan sebuah titik dimana rangsangan makin besar dan tidak

menghasilkan efek. Hasil percobaan juga menunjukan bahwa semakin berat beban

maka nilai amplitudonya akan semakin kecil.

Hasil pengukuran terhadap kontraksi otot jantung tidak menggunakan

kimografi tetapi langsung ditentesi dengan asetil kolon dan didapat hasil bahwa

denyut jantung meningkat, hal ini dikarenakan alat yang digunakan untuk

mencatat amplitudo getarannya sangatlah berat dan tak sesuai dengan kontraksi

otot jantung katak (Fejervaria cancrivora) yang sangat lemah. Gunawan (2001)

menjelaskan otot kardiak ternyata juga berlurik-lurik sehingga mengindikasikan

suatu persamaan antara otot cardiac dan otot lurik. Otot skeletal (lurik) dan otot

cardiac masih memiliki perbedaan antar sesamanya terutama pada

metabolismenya. Otot cardiac harus beroperasi secara kontinu sepanjang usia

hidup dan lebih banyak tergantung pada metabolisme secara aerobik. Otot cardiac

juga secara spontan dirangsang oleh otot jantung itu sendiri disebanding oleh

rangsangan saraf eksternal (rangsangan volunter).

Respon suatu serabut tunggal itu menyeluruh atau tidak sama sekali, tetapi

seluruh otot tidak berperilaku dalam cara ini sehingga memungkinkan untuk

mengkontraksikan suatu otot pada tingkat apapun yang diinginkan dari relaks

sampai kontraksi yang maksimal. Hal ini dapat dilihat pada percobaan praktikum

yaitu merangsang otot gastroknemus dari seekor katak dengan stimulator listrik

dan mengukur banyaknya kontraksi seluruh otot. Kekuatan kontraksi seluruh otot

meningkat dengan meningkatnya jumlah serabut individu yang berkontraksi. Jadi

Page 4: Laporan Kontraksi Otot Gastroknemus Dan Otot Jantung Katak

pada hewan yang utuh, kekuatan respon muskular itu dikendalikan oleh jumlah

satuan motor yang diaktifkan oleh sistem saraf pusat (Kimball, 1988).

Menurut Syarif (2006), kimograf adalah alat untuk pembelajaran dan

penelitian kontraksi otot dan biasanya menggunakan otot gastroknemus katak.

Otot yang mengalami pemendekan pada pembarian beban yang konstan (tidak ada

perubahan pada tekanan) dinamakan kontraksi isotonik. Sedangkan bila otot

menghasilkan tekanan tetapi tidak mengubah panjang otot dinamakan kontraksi

isometrik.

Voltase yang diberikan terhadap otot akan mempengaruhi besar responnya

dalam bentuk amplitudo (simpangan). Beban yang diberikan juga akan

mempengaruhi kelenturan otot yang diujicobakan. Beban akan menarik otot lebih

besar, maka ketika otot tersebut dirangsang dengan aliran listrik akan

menghasilkan simpangan gerak amplitudo yang kecil pula (Ganong, 1995).

Otot dapat berkontraksi baik secara isometrik, isotonik, atau gabungan

keduanya. Kontraksi isometrik pada otot gastronekmus memiliki lama kontraksi

kira-kira 1/30 detik. Lama kontraksi disesuaikan dengan fungsi masing-masing

otot. Otot gastroknemus harus berkontraksi dengan kecepatan yang cukup pada

pergerakan tungkai untuk berlari atau melompat. Otot gastroknemus memiliki

serabut cepat yang disesuaikan untuk kontraksi otot yang sangat cepat dan kuat

seperti berlari dan melompat. Serabut ini tampak lebih besar. Retikulum

sarkoplasmanya lebih luas sehingga dengan cepat dapat melepaskan ion-ion

kalsium untuk memulai kontraksi otot (Guyton, 1995).

Mekanisme kontraksi otot dapat dijelaskan dengan model pergeseran

filamen (filamen-filamen tebal dan tipis yang saling bergeser saat proses

kontraksi), model pergeseran filamen (filamen sliding). Model ini menyatakan

bahwa gaya berkontraksi otot dihasilkan oleh suatu proses yang membuat

beberapa set filamen tebal dan tipis dapat bergeser antar sesamanya. Menuruut

Guyton (1995), menyatakan pada saat kontraksi filamen aktin tidak tertarik ke

dalam filamen miosin sehingga overlap satu sama lainnya secara luas. Discus Z

ditarik oleh filamen aktin sampai ke ujung filamen miosin. Jadi kontraksi otot

terjadi karena mekanisme pergeseran filamen yang disebabkan oleh kekuatan

mekanisme kimia atau elektrostatik yang ditimbulkan oleh interaksi jembatan

Page 5: Laporan Kontraksi Otot Gastroknemus Dan Otot Jantung Katak

penyebrangan dari filamen miosin dan filamen aktin. Otot jantung termasuk otot

seran lintang yang sifatnya involuntari yang artinya kerjanya tidak dipengaruhi

oleh otak. Otot jantung ditemukan hanya pada bagian jantung dan mempunyai

ciri-ciri bergaris-garis seperti pada otot sadar. Perbedaannya adalah serabutnya

bercabang dan mengadakan anastomase yaitu bersambungan satu sama lain,

tersusun memanjang seperti pada otot bergaris, berciri merah khas dan tidak dapat

dikendalikan oleh kemauan. Otot jantung mempunyai kemampuan untuk

mengadakan kontraksi otomatis dan ritmis tanpa bergantung pada ada tidaknya

rangsangan saraf. Cara kerja semacam ini disebut miogenik. Kontraksi otot akan

lebih kuat bila sedang renggang dan bila suhunya cukup panas kelelahan dan

dingin memperlemah kontraksi (Pearce, 2004).

Otot jantung terdiri atas serabut lurik yang saling isi mengisi. Myofibril

pada otot jantung bercabang-cabang dan mitokondrianya lebih banyak daripada

serabut otot kerangka. Impuls otot jantung berkontraksi dengan sendirinya,

sementara saraf simpatik dan saraf parasimpatik berjalan menuju ke jantung bila

pengendalian ini dihancurkan maka jantung akan tetap terus dapat berdetak

selama glukosa dan oksigen tersedia di dalamnya (Kimball, 1988). Menurut

Geneser (1993), menyatakan bahwa mitokondria jauh lebih banyak dan banyak

memiliki krista, selain membentuk deretan-deretan yang memisahkan miofilamen,

mitokondria ini terkumpul pada kutub-kutub inti dan pada celah mitokondria

tampak banyak butir-butir lemak dan glikogen yang berfungsi sebagai sumber

energi.

Otot jantung berkembang dari bagian mesoderma splanknik yang

mengelilingi tabung jantung yang berlapiskan endotel dan membentuk

miokardium embrional. Serat-serat otot jantung ini berasal dari diferensiasi tiap

sel-sel yang tumbuh melalui penambahan miofilamen-miofilamen baru pada

sitoplasma di perifer, tanpa perubahan letak inti sel di tengah (Geneser, 1993).

Jantung mengandung serat-serat jantung yang termodifikasi yang

berfungsi untuk mengkoordinasikan detak jantung dengan mengatur waktu

kontraksi dari atrium dan ventrikel, secara normal berawal pada nodus sinoatrium

(SA) yang berlokasi dalam atrium kanan pada pintu masuk vena kava superior.

Berawal dari nodus sino atrium sampai nodus antrio ventrikulum, terletak di

Page 6: Laporan Kontraksi Otot Gastroknemus Dan Otot Jantung Katak

bagian belakang septum inter ventrikulum dan mulai dari titik ini, seberkas sel-sel

otot jantung yang termodifikasi (serat-serat purkinje) bercabang dua dan cabang

yang terpisah berjalan melalui jaringan subendokardial dari ventrikel kanan dan

kiri. Sel-sel dalam dua daerah nodus itu berbentuk spul, sel-sel yang sangat

bercabang yang dipisahkan satu sama lain oleh sedikit jaringan penyambung

(Bevelander and Ramaley, 1979).

Percobaan respon kontraksi otot jantung pada katak yang bertujuan untuk

mengetahui kontraksi otot jantung dalam keadaan normal dan adanya stimulus

berupa asetikolin ternyata tidak berhasil. Fungsi asetikolin adalah sebagai

neurotransmitter atau untuk memberi rangsangan. Otot jantung akan diukur

kontraksinya harus selalu dibasahi dengan larutan ringer agar jaringan tetap hidup.

Transmisi pada hubungan neuromuskuler dan sinaps tertentu lainnya melibatkan

sekresi dan komeresepsi asetikolin. Perangsang yang kuat ini menyebabkan

depolarisasi setempat dari membran sel otot, yang memulai penyebaran impuls

dalam membran dan menyebabkan kontraksi serabut otot. Serabut simpatik post

ganglion mempercepat denyut jantung dengan melepaskan norepinefrin. Serabut

demikian disebut adrenegrik, sedangkan serabut yang mengeluarkan asetikolin

disebut kolinergik (Ville et al., 1988).

Daerah sinaps mempunyai enzim yang kuat, yaitu asetikolinesteranase

yang khusus menghidrolisis dan menginaktifkan asetikolin, dan monoamina

oksidase yang mengoksidasi dan menginaktifkan norepinefrin. Enzim-enzim ini

mencegah rangsangan yang terus-menerus dari dendrit atau otot oleh zat

neurotransmitter. Asetikolin dilepaskan oleh saraf motor dalam paket-paket kecil

yang terdiri atas sekitar 1000 molekul. Mekanisme yang melepaskan asetikolin

memerlukan ion kalsium dan dihambat oleh ion magnesium (Ville et al., 1988).

Larutan dan alat yang digunakan dalam praktikum adalah larutan

Asetilkolin dan larutan Ringer. Fungsi dari larutan Asetilkolin adalah untuk

mempercepat kerja jantung, sedangkan fungsi larutan Ringer adalah untuk

mempertahankan sel otot supaya tetap hidup. Rosser et al., (2003) menyatakan

bahwa di dalam otot terdapat reseptor asetilkolin (acetylcholine receptor, AChR)

yang terdistribusi dengan densitas rendah dalam plasmalemma. Selain AChR,

terdapat myosin heavy-chain (MyCH) yang berkorelasi dengan kecepatan

kontraksi otot.

Page 7: Laporan Kontraksi Otot Gastroknemus Dan Otot Jantung Katak

Menurut Silverthorn (2001), mekanisme kerja otot jantung dipengaruhi

oleh syaraf, hormon, otak dan CO2. Syaraf yang mempengaruhi kerja jantung

yaitu syaraf simpatik yang bekerja memperlambat kerja jantung, dan syaraf

simpatik yang bekerja untuk mempercepat denyut jantung. Pelepasan hormon

nonadrenalin akan mempercepat kontraksi jantung. Medula oblongata pada otak

mengontrol pemacu denyut jantung. Meningkatkan konsentrasi CO2 dalah darah

akan meningkatkan kecepatan kontraksi jantung.

Faktor-faktor yang mempengaruhi fisiologis jantung antara lain:

temperatur lingkungan, zat kimia (alkohol), ukuran tubuh dan umur. Hewan-

hewan kecil mempunyai frekuensi (frekuensi pulsus) denyut jantung yang lebih

cepat dari pada hewan yang besar. Hal ini disebabkan hewan kecil memiliki

kecepatan metabolisme yang lebih tinggi pada setiap unit berat badannya. Hewan

yang muda memiliki frekuensi pulsus yang lebih cepat dari pada hewan dewasa.

Hal ini disebabkan karena pengaruh hambatan nerves vagus pada hewan-hewan

muda belum berkembang (Soetrisno, 1987).

Menurut Jane (2008) Pandangan bahwa hipertrofi jantung, di

respon terhadap tekanan overload miokard (PMO), melayani memulihkan

ekonomi otot jantung kembali normal, dan melawan disfungsi miokard. Seperti

adaptif proses didominasi oleh beberapa perubahan dalam ekspresi gen termasuk

modifikasi kuantitatif dengan jantung hipertrofi, yang menurut hukum Laplace,

normal tegangan dinding, dan perubahan kualitatif termasuk gen janin

reprogramming, yang memungkinkan kardiomiosit untuk memulihkan ekonomi

yang normal dengan memiliki kecepatan shortening yang lebih rendah

maksimum, Vmax dan menggunakan perbedaan gaya / kurva kecepatan.

pandangan seperti itu menyediakan yang wajar dasar untuk menyajikan terapi

oleh kedua menggarisbawahi fakta bahwa hipertrofi jantung per se adalah

fisiologis reaksi jantung untuk stimulus patologis dan bahwa efek inotropik positif

harus merugikan dalam kronis gagal jantung (CHF). Namun, ada data, terutama

eksperimental keraguan, casting pada validitas disebut dinding-stres hipotesis,

yang terbaik didokumentasikan sebagai hasil dari Framingham Heart Study yang

menunjukkan hubungan antara hipertrofi jantung dan kematian jantung

meningkat.

b. Otot Gastroknemus

Page 8: Laporan Kontraksi Otot Gastroknemus Dan Otot Jantung Katak

Praktikum pengukuran kontraksi otot gastroknemus pada katak

(Fejervaria cancrivora) tidak dilakukan oleh masing-masing kelompok

dikarenakan alat Kimograf yang tersedia hanya sebuah saja. Cara

pembacaan amplitudo pada Kimograf dengan cara menghitung jarak antara

satu gunungan dan dengan gunungan yang lain pada kimograf.

Kontraksi otot didefinisikan sebagai pembongkaran aktif tenaga dalam

otot. Penggunaan tenaga oleh otot pada beban eksternal disebut tekanan otot. Jika

tekanan yang terbentuk oleh otot lebih besar dari penggunaan tenaga eksternal

pada otot oleh beban, maka otot akan memendek. Penggunaan tenaga dengan

beban lebih besar atau sama dengan tekanan otot, maka otot tidak memendek (Hill

and Wyse, 1989). Gordon (1997) menyatakan bahwa kontraksi otot melibatkan

komponen zat kimia dalam otot tersebut. Zat kimia terpenting yang terdapat di

dalam otot rangka yang berperan dalam distribusi dan dan pergerakan adalah ion

kalsium, sekurang-kurangnya ada empat protein yaitu aktin, M-protein, troponin,

dan tropomiosin. Urutan kejadian dalam stimulus dan kontraksi pada otot meliputi

stimulus, kontraksi dan relaksasi.

Menurut Ville et al. (1988), otot adalah sistem biokontraktil dimana sel-sel

atau bagian dari sel memanjang dan dikhususkan untuk menimbulkan tegangan

pada sumbu yang memanjang. Otot merupakan jaringan umum pada tubuh

kebanyakan binatang yang terbuat dari sel panjang atau benang-benang khusus

Page 9: Laporan Kontraksi Otot Gastroknemus Dan Otot Jantung Katak

untuk kontraksi. Hal itu menyebabkan adanya pergerakan dari tubuh dan bagian

kerja otot adalah voluntari (dibawah kontrol kesadaran) atau involuntari (tidak

dibawah kontrol atau keinginan). Struktur otot adalah halus (benang tanpa lurik)

atau lurik (benang serat lintang).

Secara garis besar sel otot dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:

1. Otot motoritas, disebut juga otot serat lintang (otot lurik) oleh karena

didalamnya protoplasma mempunyai garis-garis melintang. Umumnya otot

ini melekat pada kerangka sehingga disebut juga otot kerangka. Otot ini dapat

bergerak menurut kemauan (otot sadar), pergerakkanya cepat tetapi cepat

lelah, rangsangan ini dialirkan melalui saraf motorik.

2. Otot otonom, disebut juga otot polos karena protoplasmanya licin tidak

mempunyai garis melintang. Otot ini terdapat pada alat-alat dalam seperti

ventrikulus, usus, kandung kemih, pembuluh darah dan lain-lain, cara

kerjanya diluar kesadaran (otot tak sadar) oleh karena rangsangannya melalui

saraf otonom.

3. Otot jantung, bentuknya menyerupai otot serat lintang, didalam sel

protoplasmanya terdapat serabut-serabut melintang yang bercabang-cabang

tetapi jika kita melihat fungsinya seperti otot polos, dapat bergerak sendiri

secara otomatis karena mendapat rangsangan dari susunan saraf otonom. Otot

ini hanya terdapat pada jantung yang mempunyai fungsi tersendiri

(Bevelander and Ramaley, 1979).

Percobaan yang dilakukan menggunakan otot gastroknemus karena otot

tersebut peka terhadap rangsangan listrik. Cairan dan ion-ion yang ada pada otot

gastroknemus selalu dijaga, pada praktikum ini digunakan larutan ringer. Larutan

ringer juga digunakan sebagai penghantar aliran listrik. Alat yang digunakan pada

praktikum pengukuran kontraksi otot gastroknemus universal kimograf beserta

asesorinya fungsi dari alat ini yaitu untuk mengetahui pengaruh rangsangan listrik

terhadap kontraksi otot gastroknemus.

Menurut Prosser (1961), mekanisme kontraksi otot menurun yaitu ketika

otot berkontraksi menggunakan O2 dan melepaskan CO2 sedangkan glikogen

dikurangi, asam laktat berkumpul dan panas diproduksi. Aktin dan miosin

bergabung dalam bentuk globular yang merupakan kopula dari molekul miosin.

Molekul miosin terdiri atas bagian pengikatan aktin dan ATPase, tidak adanya

Page 10: Laporan Kontraksi Otot Gastroknemus Dan Otot Jantung Katak

aktin menyebabkan tidak reaktifnya ATPase ketika miosin berikatan dengan aktin

akan membentuk aktomiosin ATP. Sel otot juga terdiri atas retikulum

sarkoplasmik hampir sama dengan retikulum yang sangat penting dalam

kontraksi. Retikulum endoplasma akan mengikat ion Ca dan berhenti ketika asam

laktat terakumulasi.

Menurut Kofsyok (1992), Mekanisme kontraksi otot dapat digambarkan

sebagai berikut :

Ca (dalam kantung sarkoplasma) diaktifkan Ca2+ lepas terdifusi filamen

tipis dan filament tebal berikatan troponin mengaktifkan interaksi myosin dan aktin pergerakan Ca2+ kembali sarkoplasma.

Sedangkan menurut Johnson (1984), adalah sebagai berikut :

Urutan kejadian dalam stimulasi, kontraksi dan relaksasi pada otot

menurut Rosser (1961), meliputi :

1. Stimulasi

Depolarisasi sarkolema

Depolarisasi T sistem

Depolarisasi Ion Kalsium dari SR

Difusi ion kalsium dari filamen tipis

Rangsangan Kontraksi sarkolema reticulum Ca+ Troponin

Tropomiosin Aktin ATP

Aktin melepaskan diri Ion Ca+ rendah

Tropomiosin bergerak ke tempat aktif filament aktin

Kontraksi

Page 11: Laporan Kontraksi Otot Gastroknemus Dan Otot Jantung Katak

2. Kontraksi

Ion kalsium (Ca2+) terikat ke troponin

Komplek troponin Ca2+ remove blocking tropomiosin dari tempat aktin

Head dari filamen tebal membentik cross bridges ke benang aktin

Hidrolisis ATP memicu perubahan konformasi pada head menyebabkan

cross bridges bergeser

3. Relaksasi

Ca2+ ditarik dari filamen tipis oleh SR

Ca2+ berdifusi dari filamen tipis ke SR

Ca2+ dilepas dari komplek troponin Ca2+

Tropomiosin kembali ke posisi blocking

Cross bridges miosin-aktin terputus

Komplek miosin-ATP dibentuk kembali dalam heads dan filamen tebal.

Menurut Guyton (1995), sebuah otot akan berkontraksi sangat cepat bila

kontraksi penuh kira-kira 0,1 detik untuk rata-rata bobot. Keadaan ini

menyebabkan amplitudo menjadi maksimal, dimana dipengaruhi juga oleh voltase

yang digunakan, tetapi bila diberi beban kecepatan kontraksi menurun secara

progesif dan amplitudo juga menurun. Apabila beban meningkat sampai dengan

kekuatan maksimum yang digunakan otot tersebut, maka kecepatan kotraksinya

menjadi nol dan tidak terjadi kontraksi sama sekali, walaupun dilakukan

pengaktifan pada serabut otot.

Beberapa penelitian klinis dan eksperimen telah mendapatkan adanya

disfungsi endotel pada sirosis hati yang ditunjukkan melalui peningkatan kadar

Nitrik oksida dan factor von Willebrand. Penyebab peningkatan dari kadar ini

masih belum diketahui dengan jelas, diduga ada hubunganya dengan sirkulasi

hipeerdinamik dan adanya endotoksemia yang umum dijumpai pada sirosis hati.

Penyebab dari vasodilatasi tetap tidak diketahui, tetapi diduga oleh karena ;yang

pertama,. Adanya peningkatan konsentrasi vasodilator disirkulasi, yang kedua

adanya peningkatan produksi vasodilator local oleh endotel, dan yang ketiga;

adanya penurunan respon vascular terhadap vasokonstriktor endogen. Mekanisme

yang terakhir ini mungkin karena efek komponen dipengaruhi oleh shear stress

dari peredaran darah. Produksi NO juga dapat dirangsang oleh aktifitas fisik,

Page 12: Laporan Kontraksi Otot Gastroknemus Dan Otot Jantung Katak

estradiol, asetilkolin, endotoksin, substansi P atau oleh ADP dan beradikinin yang

dilepaskan oleh endotel (Sutadi, 2003).

Ketika otot rangka sedang beristirahat atau relaksasi akhirnya kebutuhan akan

oksigen merupakan ukuran dari metabolisme otot dan hal ini dipengaruhi oleh

temperatur lingkungan, temperatur tubuh, aliran pembuluh darah dan nutrisi.

Pengaruh dari penyempitan pembuluh darah menyebabkan kandungan oksigen di

jaringan berkurang sehingga berpengaruh terhadap konsumsi oksigen oleh

mitokondria. Oleh karena itu, konsumsi oksigen dapat menentukan ukuran

berkurangnya titik jenuh oksigen dari hemoglobin dan myoglobin mengikuti

keadaan total arteri (Abozguia, 2008).

Ada 3 jenis jaringan otot yaitu involuntari lurik atau kardiak (jantung) dan

voluntari lurik atau otot rangka badan. Struktur untuk melakukan aksi pada hewan

baik dari dalam maupun dari lingkungan luar disebut efektor. Efektor yang paling

penting adalah yang mengekresikan zat-zat kelenjar dan melakukan gerak. Bagian

efektor yang paling penting untuk menciptakan gerak adalah otot. Jadi, otot adalah

sistem biokontraksi dimana sel-sel atau bagian sel mengalami pemanjangan dan

dikhususkan untuk menimbulkan gerakan (kontraksi pada sumbu yang

memanjang). Karakteristik dari otot antara lain membangun otot rangka, dapat

berkontraksi dan berkonduksi, terdiri dari sel bentuk memanjang, pipih myofibril

dan berasal dari lapisan mesoderm.

Otot rangka adalah masa otot yang bertaut pada tulang yang berperan

dalam menggerakkan tulang-tulang tubuh. Otot rangka dapat dijelaskan lebih

dalam misalnya dengan mempelajari otot gastroknemus pada katak. Otot

gastroknemus katak banyak digunakan dalam percobaan fisiologi hewan. Otot ini

lebar dan terletak di atas fibiofibula, serta disisipi oleh tendon tumit yang tampak

jelas (tendon achillus) pada permukaan kaki. Mekanisme kerja otot pada dasarnya

melibatkan suatu perubahan dalam keadaan yang relatif dari filamen-filamen aktin

dan miosin. Selama kontraksi otot, filamen-filamen tipis aktin terikat pada dua

garis yang bergerak ke pita A, meskipun filamen tersebut tidak bertambah banyak.

Gerakan pergeseran itu mengakibatkan perubahan dalam penampilan sarkomer,

yaitu penghapusan sebagian atau seluruhnya garis H. selain itu filamen miosin

letaknya menjadi sangat dekat dengan garis-garis Z dan pita-pita A serta lebar

sarkomer menjadi berkurang sehingga kontraksi terjadi. Kontraksi berlangsung

Page 13: Laporan Kontraksi Otot Gastroknemus Dan Otot Jantung Katak

pada interaksi antara aktin miosin untuk membentuk komplek aktin-miosin

(Hickman, 1996).

Larutan dan alat yang digunakan dalam praktikum adalah larutan

Asetilkolin dan larutan Ringer. Fungsi dari larutan Asetilkolin adalah untuk

mempercepat kerja jantung, sedangkan fungsi larutan Ringer adalah untuk

mempertahankan sel otot supaya tetap hidup. Rosser et al., (2003) menyatakan

bahwa di dalam otot terdapat reseptor asetilkolin (acetylcholine receptor, AChR)

yang terdistribusi dengan densitas rendah dalam plasmalemma. Selain AChR,

terdapat myosin heavy-chain (MyCH) yang berkorelasi dengan kecepatan

kontraksi otot.

Kontraksi otot menurut Frandson (1992) dipengaruhi oleh beberapa faktor:

1. Treppe atau staircase effect, yaitu meningkatnya kekuatan kontraksi berulang

kali pada suatu serabut otot karena stimulasi berurutan berseling beberapa

detik. Pengaruh ini disebabkan karena konsentrasi ion Ca2+ di dalam serabut

otot yang meningkatkan aktivitas miofibril.

2. Summasi, berbeda dengan treppe, pada summasi tiap otot berkontraksi

dengan kekuatan berbeda yang merupakan hasil penjumlahan kontraksi dua

jalan (summasi unit motor berganda dan summasi bergelombang).

3. Fatique adalah menurunnya kapasitas bekerja karena pekerjaan itu sendiri.

4. Tetani adalah peningkatan frekuensi stimulasi dengan cepat sehingga tidak

ada peningkatan tegangan kontraksi.

5. Rigor terjadi bila sebagian terbesar ATP dalam otot telah dihabiskan,

sehingga kalsium tidak lagi dapat dikembalikan ke RS melalui mekanisme

pemompaan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan

sebagai berikut:

Page 14: Laporan Kontraksi Otot Gastroknemus Dan Otot Jantung Katak

1. Otot jantung termasuk otot seran lintang yang sifatnya involuntari yang

artinya kerjanya tidak dipengaruhi oleh otak.

2. Otot jantung pada katak (Fejervaria cancrivora) merupakan otot

involuntari.

3. Otot gastroknemus dapat berkontraksi dengan adanya rangsangan dari

tegangan listrik.

2. Voltase yang diberikan terhadap otot akan mempengaruhi besarnya respon

dalam bentuk amplitudo.

3. Semakin besar voltase listrik yang diberikan akan semakin besar pula

amplitudo yang dihasilkan. Besarnya amplitudo menunjukan besar

kecilnya kontraksi otot yang dihasilkan.

DAFTAR REFERENSI

Bevelander and J. A Ramaley. 1979. Essentials of History. CV. Moss by Company, sant Louis.

Frandson, R. D. 1992. Anatomi Fisiologi Ternak. UGM Press, Yogyakarta.

Page 15: Laporan Kontraksi Otot Gastroknemus Dan Otot Jantung Katak

Ganong, W. F. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Penerbit EGC, Jakarta.

Geneser, Finn. 1993. Textbook of Histology. Munksgaard, Denmark.

Guyton, A. C. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku kedokteran EGC, Jakarta.

Hickman, C. P. 1972. Biology of Animal. CV Mosby Company, Saint Louis.

Hill, R. W. and G. A. Wyse. 1989. Animal Physiology Second ed. Harper and Collins Inc., New York.

Jane-Lise Samuel and Bernard Swynghedauw. Journal of Hypertension 2008, Vol 26 No 5. Is cardiac hypertrophy a required compensatory mechanism in pressure-overloaded heart?. Paris Cedex 10 France

Johnson, K. D., Rayle and H. L. Aledberg. 1984. Biology of Introduction. The Benjamin Comings Publishing Co. Inc, London.

Kimball, J. W. 1988. Biologi Jilid II. Erlangga, Jakarta.

Pearce, E. C. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis . PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Prosser, C. T. 1961. Comparative Animal Physiology. W.B Saunders Company, London.

Rosser, B.W.C. and Bandman, E. 2003. Heterogeneity of Protein Expression Within Muscle Fibers. J Anim Sci. : 81: 94-101.

Storer, T. I. 1961. Element of Zoology. Mc Graw Hill Book Company Inc, New York.

Sutadi, Sri Maryani. 2003. Kadar Nitrik Oksida dan Faktor Von Willebrand sebagai Petanda. Fakultas Kedokteran Bagian Ilmu Penyakit Dalam Disfungsi Endotel pada Sirosis Hati : Universitas Sumatera Utara

Syarif, I. 2006. Kimoinstrumentation : Alat Pengukuran Karakteristik Otot Gastroknemus Katak Berbasis Komputer. Departemen Fisiska ITB, Bandung.

Ville, C. A., Warner F. W dan Robert B. D. 1988. Zoologi Umum. Erlangga. Jakarta.