analisis kesesuaian lahan pada kawasan...

14
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN PADA KAWASAN REHABILITASI MANGROVE DI DESA TEMBURUN KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS Fatimah Farhana 1) , Andi Zulfikar dan Chandra Joei Koenawan 2) Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Maritim Raja Ali Haji Email : [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kesesuaian lahan untuk kawasan rehabilitasi mangrove di Desa Temburun, Kabupaten Kepulauan Anambas. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai Januari 2016. Penentuan titik pengambilan data menggunakan metode Random Start Sistematic Sampling. Parameter yang diukur dengan cara menganalisis elevasi, kondisi ekologi dan kondisi oseanografi. Analisis elevasi yaitu mengukur elevasi lahan, Analisis ekologi dengan mengamati jenis vegetasi mangrove yang tumbuh di lokasi rehabilitasi. Sedangkan analisis oseanografi meliputi analisis substrat, pengukuran pasang surut, arus laut, salinitas dan suhu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis kesesuaian lahan untuk rehabilitasi mangrove di Desa Temburun, Kabupaten Kepulauan Anambas termasuk dalam kategori S1 yaitu sangat sesuai dengan nilai persentase kesesuaian 88,25 %. Kata kunci: Analisis Kesesuaian, Rehabilitasi Mangrove, Desa Temburun. 1 Mahasiswa Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan 2 Dosen Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

Upload: vantram

Post on 15-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS KESESUAIAN LAHAN PADA KAWASAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penting dalam penentuan suatu kawasan rehabilitasi mangrove sehingga

1

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN PADA KAWASAN REHABILITASI

MANGROVE DI DESA TEMBURUN KABUPATEN KEPULAUAN

ANAMBAS

Fatimah Farhana1)

, Andi Zulfikar dan Chandra Joei Koenawan2)

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan

Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

Universitas Maritim Raja Ali Haji

Email : [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kesesuaian lahan untuk kawasan

rehabilitasi mangrove di Desa Temburun, Kabupaten Kepulauan Anambas. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai Januari 2016. Penentuan titik

pengambilan data menggunakan metode Random Start Sistematic Sampling. Parameter

yang diukur dengan cara menganalisis elevasi, kondisi ekologi dan kondisi oseanografi.

Analisis elevasi yaitu mengukur elevasi lahan, Analisis ekologi dengan mengamati jenis

vegetasi mangrove yang tumbuh di lokasi rehabilitasi. Sedangkan analisis oseanografi

meliputi analisis substrat, pengukuran pasang surut, arus laut, salinitas dan suhu. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa analisis kesesuaian lahan untuk rehabilitasi mangrove di

Desa Temburun, Kabupaten Kepulauan Anambas termasuk dalam kategori S1 yaitu sangat

sesuai dengan nilai persentase kesesuaian 88,25 %.

Kata kunci: Analisis Kesesuaian, Rehabilitasi Mangrove, Desa Temburun.

1 Mahasiswa Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan

2 Dosen Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

Page 2: ANALISIS KESESUAIAN LAHAN PADA KAWASAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penting dalam penentuan suatu kawasan rehabilitasi mangrove sehingga

2

ANALYSIS SUITABILITY MANGROVE REHABILITION AREA IN

THE VILLAGE TEMBURUN ANAMBAS ISLAND3

Fatimah Farhana1)

, Andi Zulfikar dan Chandra Joei Koenawan2)

Study Programme of Aquatic Resources Management

Faculty of Marine Science and Fisheries

Maritime Raja Ali Haji of University

Email : [email protected]

ABSTRAK

This study aimed to analyze the suitability of land for mangrove rehabilitation area in the

village Temburun, Anambas Island. This study was conducted in November 2015 to

January 2016. The determination of the point of data collection using sistematic Start

Random Sampling method. Parameters measured by analyzing the elevation, ecological and

oceanographic conditions. Analysis of elevation that is measuring the elevation of land,

ecological analysis by observing the type of vegetation that grows in mangrove

rehabilitation site. While oceanographic analysis includes analysis of substrates, measuring

tides, ocean currents, salinity and temperature. The results showed that the analysis of the

suitability of land for mangrove rehabilitation in the village Temburun, Anambas Island

included in the category S1 which is in accordance with suitability percentage value

88.25%.

Key Words: Analysis Suitability, Mangrove Rehabilitation, Temburun Village

1 Student of Aquatic Resource Management Programme Study 2 Lecture Faculty of Marine Science and Fisher

Page 3: ANALISIS KESESUAIAN LAHAN PADA KAWASAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penting dalam penentuan suatu kawasan rehabilitasi mangrove sehingga

3

PENDAHULUAN

Di Indonesia, sebagian besar ekosistem

mangrove telah mengalami degradasi.

Degradasi ini meliputi adanya kegiatan

peralihan fungsi dari ekosistem mangrove

menjadi area pemukiman dan ditambah

lagi dengan fenomena alam seperti abrasi

atau erosi pantai. Dari sumber

Kementerian Kelautan dan Perikanan

menunjukkan adanya abrasi pantai terjadi

pada 750 desa (1996-1999), kemudian

meningkat menjadi 700 desa (1999) dan

pada tahun 2003, angka ini berkembang

menjadi 12000 desa dimana 90%

diantaranya adalah desa tanpa hutan

mangrove atau hutan mangrove

mengalami kerusakan (Iskandar, 2008).

Hal ini terjadi dikarenakan adanya

tekanan akibat pemanfaatan dan

pengelolaan yang kurang memperhatikan

aspek kelestarian. Karena alasan itulah

FAO berpendapat bahwa rehabilitasi

mangrove merupakan salah satu upaya

konservatif untuk mengembalikan fungsi

hutan mangrove yang mengalami

degradasi serta mengalami erosi pantai

(Iskandar, 2008).

Degradasi hutan mangrove yang setiap

tahun selalu meningkat tentunya akan

mengakibatkan sumberdaya alam yang

ada di dalamnya berkurang bahkan akan

punah. Hal ini memberikan dampak

terhadap kesejahteraan dan ekonomi

masyarakat yang memanfaatkan hutan

mangrove sebagai mata pencariannya,

untuk itu dalam mempertahankan hutan

mangrove sebagai sumberdaya alam

diperlukan tindakan pemulihan dan

perbaikan dengan cara rehabilitasi hutan

mangrove yang sesuai dengan peruntukan

dan kelayakannya.

Kepulauan Anambas sebagai salah satu

Kabupaten di Kepulauan Riau memiliki

potensi mangrove yang dapat menunjang

sektor perikanan dalam mendukung

peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Salah satu daerah yang memiliki

ekosistem mangrove di wilayah

Kabupaten Kepulauan Anambas adalah

Desa Temburun yang terletak di pesisir

Kecamatan Siantan. Pada tahun 2012

telah diadakan kegiatan penanaman

mangrove yang merupakan kerjasama

antara KNPI Kabupaten Kepulauan

Anambas dengan Premier Oil yang

mempunyai pendanaan khusus melalui

program Corporate Social Responsibility

(CSR), untuk bersama-sama melakukan

rehabilitasi mangrove. Penanaman

mangrove dilaksanakan di Desa

Temburun selama hampir 3 tahun belum

memperlihatkan hasil yang memuaskan,

bibit mangrove yang disemai dan ditanam

selalu gagal (mati) serta pertumbuhan

sangat lambat.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka

analisis kesesuaian lahan untuk kawasan

rehabilitasi mangrove di Desa Temburun

perlu untuk dilakukan agar dapat

diketahui kondisi dan karakteristik

lingkungan mangrove yang ada di Desa

Temburun. Selain itu, dapat juga

diketahui kesesuaian lokasi yang ada

terhadap syarat–syarat pertumbuhan

mangrove sebagai salah satu komponen

penting dalam penentuan suatu kawasan

rehabilitasi mangrove sehingga dapat

dilakukan suatu bentuk pengelolaan yang

bersifat konservatif sebagai salah satu

upaya untuk mendukung pengembangan

program pengelolaan sumberdaya pesisir

yang berkelanjutan di Desa Temburun

Kabupaten Kepulauan Anambas.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

November 2015 sampai Januari 2016 di

Desa Temburun, Kabupaten Kepulauan

Page 4: ANALISIS KESESUAIAN LAHAN PADA KAWASAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penting dalam penentuan suatu kawasan rehabilitasi mangrove sehingga

4

Anambas. Penentuan titik pengambilan

data menggunakan metode Random Start

Sistematic Sampling. Adapun untuk titik

pengambilan data struktur vegetasi

mangrove alami menggunakan sistem

plot 10 x 10 meter, sedangkan titik

pengambilan data jenis substrat, kualitas

air dan kondisi lainnya memiliki jarak per

10 meter. Gambar 1 merupakan lokasi

untuk pengambilan data dengan rincian

sebagai berikut:

1. Area pengambilan data untuk struktur

vegetasi mangrove alami seluas ± 4,8

ha dengan 21 titik pengambilan data.

2. Area pengambilan data jenis substrat,

kualitas air dan kondisi lainnya ± 4,6

ha dengan 112 titik pengambilan data.

Gambar 1. Lokasi Pengambilan Data

1. Elevasi lahan

Data elevasi lahan mangrove di peroleh

dari hasil pengolahan data pasang surut,

adapun data sekaligus peta yang

digunakan oleh peneliti di adopsi dari

penelitian Zulfikar et.al 2016.

2. Jenis vegetasi

Pengambilan data jenis vegetasi dengan

cara mengamati dan mencatat langsung

jenis mangrove yang tumbuh disekitar

lokasi penelitian.

3. Substrat

Pengambilan data substrat dengan

menggunakan core sedimen pada setiap

titik penelitian sebanyak ± 500 gram.

Kemudian sampel tersebut dipindahkan

kedalam kertas sampel yang telah

disiapkan. Adapun prosedur kerja untuk

menetapkan tekstur sebagai berikut:

a. Keringkan sampel yang telah

disiapkan, dengan cara disangrai untuk

mempercepat pengeringan.

b. Timbang berat awal ayakan dan panci

c. Kemudian timbang sampel awal

d. Setelah itu ayak sampel menggunakan

ayakan 7 tingkat

e. Timbang sampel pada masing–masing

ayakan menggunakan timbangan

digital

f. Hitung berat bersih = berat ayakan

akhir – berat ayakan awal

g. Penentuan tekstur menggunakan

GRADISTAT dan Software R.

4. Salinitas

Salinitas diukur dengan menggunakan

Handrefraktrometer. Prosedur

penggunaan alat adalah lakukan kalibrasi

terlebih dahulu, kemudian mengambil

sampel perairan dan simpan di atas

prisma, selanjutnya lihat hasil salinitas

pada papan skala dan catat salintas yang

tertera.

5. Suhu

Pengukuran suhu dilakukan

dengan menggunakan Multi Tester

(YK-2005 WA). Pengukuran suhu

dilakukan dengan menghidupkan multi

terster dengan menekan tombol “ON”

kemudian Probe dimasukkan untuk

pengukuran Suhu. Kemudian Probe pada

alat tersebut dicelupkan kedalam perairan.

Seluruh bagian dari probe suhu harus

tercelup kedalam air yang diukur. Setelah

itu didiamkan beberapa menit sampai

Page 5: ANALISIS KESESUAIAN LAHAN PADA KAWASAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penting dalam penentuan suatu kawasan rehabilitasi mangrove sehingga

5

dapat dipastikan angka yang ditunjukkan

pada layar berada dalam kondisi tidak

bergerak (stabil). Kemudian catat nilai

suhu yang ditunjukkan pada layar sebelah

kiri bawah multi terster tersebut.

6. Pasang surut

Pengambilan data pasang surut air

laut di lakukan dengan mengambil data

pada Dinas Hidro – Oseanografi TNI

Angkatan Laut terdekat. Adapun data

yang diambil yaitu data selama 2 tahun

yaitu data tahun 2015 – 2016 di perairan

Tarempa, Kabupaten Kepulauan

Anambas.

7. Kecepatan arus

Pengukuran kecepatan arus

menggunakan pelampung dan stop watch

yaitu dengan menghitung selang waktu

yang dibutuhkan hingga mencapai jarak

yang ditentukan (2 meter).

Kriteria Objektif Atau Indikator

Penilaian

Untuk mengetahui kesesuaian lahan

untuk rehabilitasi mangrove berdasarkan

kondisi lingkungan dibutuhkan kriteria

sebagai acuan penentuan kelayakan lokasi

pada Tabel 1.

Tabel 1. Kriteria Kesesuaian Lahan

Mangrove N

o

Kriteria Satua

n

Kesesuaian lahan Pustaka

S1 S2 S3 S4

1 Elevasi

lahan

M 0 – 0,05 0,05

0,55

0,55 – 0,78 < 0 /

>

0,78

Brown

(2006)

2 Jumlah

Mangrove

Jenis > 5 2 – 4 1 0 Dahuri

(2003)

3 Subtrat Jenis Lanau –

lempung

Pasir

halu

s

Pasir

sedang –

Pasir kasar

Kerik

il

Barkey

(1990)

4 Salinitas Ppt 20 – 30 10 –

20

30 – 37 < 9 /

> 38

Kusmana

(1995)

5 Suhu oC 26 – 28 21 –

26

18 – 20 < 18 /

> 28

Kusmana

(1995)

Setelah mengetahui kriteria parameter

kesesuaian untuk pertumbuhan mangrove,

maka dilakukan dengan metode

pengharkatan (scoring) sehingga dapat

mengevaluasi lahan mangrove di setiap

stasiun penelitian. Dalam penelitian ini

setiap parameter dibagi dalam 4 kelas

yaitu sangat sesuai, sesuai, sesuai

bersyarat dan tidak sesuai. Kelas sangat

sesuai diberi nilai 4, kelas sesuai diberi

nilai 3, kelas sesuai bersyarat diberi nilai

2 dan tidak sesuai diberi nilai 1.

Selanjutnya setiap parameter dilakukan

pembobotan berdasarkan studi pustaka

untuk digunakan dalam penelitian atau

penentuan tingkat kesesuaian lahan.

Parameter yang dapat memberikan

pengaruh lebih kuat diberi bobot lebih

tinggi daripada parameter yang lebih

lemah pengaruhnya. Untuk mendapat

nilai bobot tiap parameter digunakan

persamaan (Utojo et al., 2004 dalam

Iman, 2014) seperti rumus di bawah ini

dan hasil pembobotan serta nilai skor

dapat dilihat pada Tabel 2.

( )

Dimana:

Wj =Bobot Parameter

n = Jumlah Parameter

rj = Posisi Ranking

rp = parameter (p = 1,2,3,.....n)

Tabel 2. Pembobotan dan Skoring dari

Parameter yang Terukur N

o

Parameter Kriteria Batas Nilai Bobot Nilai

skor

1 Elevasi

lahan

0 – 0,05 4 Sangat sesuai 0,33 1,32

0,05 – 0,55 3 Sesuai 0,99

0,55 – 0,78 2 Sesuai bersyarat 0,66 < 0 atau >

0,78

1 Tidak sesuai 0,33

2 Jumlah jenis

Mangrove

> 5 jenis 4 Sangat sesuai 0,27 1,08

2 – 4 jenis 3 Sesuai 0,81

1 2 Sesuai bersyarat 0.54

0 1 Tidak sesuai 0,27

3 Substrat Lanau –

lempung

4 Sangat sesuai 0,2 0,8

Pasir halus 3 Sesuai 0,6

Pasir sedang –

pasir kasar

2 Sesuai bersyarat 0,4

Kerikil 1 Tidak sesuai 0,2

4 Salinitas 20 – 30 4 Sangat sesuai 0,13 0,52

10 – 20 3 Sesuai 0,39

30 – 37 2 Sesuai bersyarat 0,26

< 10 atau > 38 1 Tidak sesuai 0,13

5 Suhu 26 – 28 4 Sangat sesuai 0,07 0,28

21 – 26 3 Sesuai 0,21

18 – 20 2 Sesuai bersyarat 0,14

< 18 atau > 28 1 Tidak sesuai 0,07

Page 6: ANALISIS KESESUAIAN LAHAN PADA KAWASAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penting dalam penentuan suatu kawasan rehabilitasi mangrove sehingga

6

Berdasarkan nilai skor setiap parameter

maka dilakukan penilaian untuk

menentukan apakah lahan tersebut sesuai

untuk perencanaan rehabilitasi mangrove

dengan menggunakan formulasi yang

dikemukakan oleh Utojo et al. (2004)

dalam Iman 2014 sebagai berikut:

Sehingga diperoleh penentuan kategori

berdasarkan persentase interval

kesesuaian seperti yang terlihat pada

Tabel 3.

Tabel 3. Interval Nilai Kesesuaian

Berdasarkan Kategori Kesesuaian No. Kategori % Interval

Kesesuaian

1. S1 (Sangat Sesuai) 75 – 100

2. S2 (Sesuai) 50 – 75

3. S3 (Sesuai Bersyarat) 25 – 50

4. N (Tidak Sesuai) 0 – 25

Pengolahan Data

Untuk pengolahan data dan penyusunan

laporan akhir menggunakan Laptop,

software MS. Word, MS. Excel,

MAPInfo Professional 10.0, Surfer 10.7

dan MS. Power point.

Analisis Data

Analisis kesesuaian lahan mencakup 2

tahapan analisis, yaitu penyusunan

matriks kesesuaian lahan hutan mangrove

yang dasarkan pada hasil pengukuran

beberapa parameter dan tahapan kedua

yaitu analisis spasial untuk mengetahui

tingkat kesesuaian lahan untuk hutan

mangrove. Analisis ini dilakukan

berdasarkan hasil overlay (tumpang

susun) dari peta lokasi awal. Pembuatan

peta masing masing parameter di lokasi

penelitian didasarkan kepada hasil

pengukuran masing-masing parameter

pada titik pengambilan yang di overlay

(tumpang susun) dengan peta lokasi awal.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Parameter pendukung

Adapun hasil yang didapatkan selama

penelitian untuk data pendukung adalah

sebagai berikut:

a. Pasang surut

Secara fisiologi, pasang surut tidak

dibutuhkan oleh ekosistem mangrove,

tetapi pasang surut sangat mempengaruhi

parameter penentu kesesuaian lahan

rehabilitasi mangrove lainnya. Adapun

untuk melihat konstanta pasang surut

untuk wilayah Kabupaten Kepulauan

Anambas khususnya wilayah Tarempa

dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Konstanta pasang surut

wilayah Tarempa, Kabupaten

Anambas

Sumber : KPLP Provinsi Kepulauan

Riau 2015 - 2016

Keterangan :

MLLW Z - (M2 + K1 + O1)

MHLW Z – {M2 - (K1 + O1)}

MSL Z

MLHW Z + {M2 - (K1 + O1)}

MHHW Z + (M2 + K1 + O1)

Page 7: ANALISIS KESESUAIAN LAHAN PADA KAWASAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penting dalam penentuan suatu kawasan rehabilitasi mangrove sehingga

7

Berdasarkan data yang diperoleh dari

KPLP Provinsi Kepulauan Riau, dari

hasil pengamatan konstanta dapat

diketahui bahwa tipe pasang surut di

perairan Tarempa, Kabupaten Kepulauan

Anambas dari tanggal 01 Januari 2015 s/d

31 Desember 2016 termasuk tipe pasang

surut diurnal. Dimana tipe pasang surut

ini terjadi satu kali pasang naik dan satu

kali pasang surut dalam satu hari dengan

periode 24 jam 50 menit. Gambar 2

merupakan Hasil peramalan pasang surut

untuk wilayah Tarempa sampai Desember

2016 .

Gambar 2. Grafik hasil peramalan

pasang surut perairan Tarempa,

Kabupaten Kepulauan Anambas.

Sumber : KPLP Provinsi Kepulauan

Riau 2015 - 2016

Pada berbagai jenis vegetasi mangrove

memiliki tingkat toleransi yang berbeda

terhadap variabel–variabel pasang surut

tersebut. Hal itu dikarenakan setiap jenis

mangrove memiliki batas toleransi yang

berbeda pula. Diharapkan dengan

mengetahui tingkat toleransi ini, kita

mampu memanipulasi kondisi lingkungan

pada lokasi rehabilitasi dibawah ambang

batas toleransi sehingga mangrove dapat

tumbuh secara optimal baik secara alami

maupun secara transplantasi.

b. Kecepatan arus

Siklus hidrologi sangat dibutuhkan dalam

merencanakan suatu usaha rehabilitasi

mangrove secara alami, karena

diharapkan adanya pola aliran air laut

yang kuat dapat membawa bibit

mangrove masuk ke dalam lokasi pada

saat kondisi pasang. Umumnya mangrove

akan tumbuh pada lokasi yang arusnya

tenang. Adapun hasil pengukuran

kecepatan arus di Desa Temburun dapat

dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Hasil pengukuran

kecepatan arus di Lokasi penelitian

Dari hasil pengukuran di lokasi

penelitian, maka diperoleh nilai kisaran

rata kecepatan arus di Desa Temburun

yaitu 0,044 m/dtk, dengan kecepatan arus

minimum 0,037 m/dtk dan maksimum

0,073 m/dtk. Kecepatan arus ini masih

tergolong dalam kategori arus lambat,

dimana kisaran kecepatan arus < 0,1

m/dtk (Hasmawati, 2001 dalam Iman,

2014).

0.000

0.100

0.200

0.300

1 7 13192531374349556167Kec

epa

tan

Aru

s (M

/dtk

)

Titik Penelitian

Page 8: ANALISIS KESESUAIAN LAHAN PADA KAWASAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penting dalam penentuan suatu kawasan rehabilitasi mangrove sehingga

8

Parameter kesesuaian

Data analisis kesesuaian lahan di lokasi

penelitian adalah sebagai berikut:

a. Elevasi lahan

Ketinggian suatu lahan sangat

mempengaruhi jenis vegetasi mangrove.

Di lokasi penelitian, pada area rehabilitasi

mangrove rata–rata ketinggian lahannya

adalah 40 m dengan ketinggian

maksimumnya adalah 200 m (Zulfikar et

al.,2016). Sedangkan ketinggian lahan

pada komunitas mangrove yang tersebar

di Desa Temburun berada di bawah 3 m

dan pengamatan secara manual

ketinggiannya berada di bawah 0,05 m.

daratan. Berdasarkan data tersebut jenis

parameter ini tergolong kategori sangat

sesuai dan diberi bobot 4. Gambar 4

merupakan tingkat elevasi yang terdapat

di lokasi penelitian.

Gambar 4. Tingkat Elevasi Lahan di

lokasi penelitian

(Sumber : Zulfikar et al., 2016)

Dilihat dari gambar tersebut, keadaan

lokasi yang sedikit miring, datar dan agak

landai menjadikan air bebas mengalir dan

tidak menyebabkan erosi pada ekosistem

mangrove yang baru dilakukan

penanaman pada lokasi rehabilitasi

.

b. Jenis vegetasi

Hasil identifikasi mangrove menunjukkan

bahwa pada lokasi penelitian dijumpai 13

spesies mangrove. Jenis vegetasi

mangrove yang dijumpai dilokasi

penelitian disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Jenis vegetasi mangrove yang

dijumpai dilokasi penelitian No. Famili Spesies (Nama Ilmiah) Jumlah Persentase

1 Avicenniaceae Avicennia alba 3 0,60%

Avicennia marina 10 2,00%

Avicennia officinalis 10 2,00%

2 Rhizophoraceae Bruguiera gymnorrizha 39 7,82%

Rhizopora apiculata 307 61,52%

Rhizopora mucronata 58 11,62%

Rhizopora stylosa 1 0,20%

Ceriops zippeliana 4 0,80%

3 Combretaceae Lumnitzera littorea 18 3,61%

Lumnitzera racemosa 6 1,20%

4 Rubiaceae

Scyphiphora

hydrophillacea 3 0,60%

5 Sonneratiaceae Sonneratia alba 22 4,41%

6 Meliaceae Xylocarpus granatum 18 3,61%

499 100,00%

Dari 13 spesies yang di temukan dilokasi

penelitian, spesies Rhizopora apiculata

merupakan spesies yang paling

mendominasi di lokasi penelitian dengan

jumlah 61,52% dari total keseluruhan di

lokasi penelitian. Sehingga spesies jenis

ini merupakan jenis spesies yang sesuai

untuk dijadikan benih dalam melakukan

kegiatan rehabilitasi mangrove. Parameter

kesesuaian ini termasuk kedalam kategori

sangat sesuai dan diberikan bobot 4,

karena terdapat lebih dari 5 spesies

mangrove dilokasi rehabilitasi. Untuk

melihat kondisi umum ekosistem

mangrove alami di lokasi penelitian dapat

dilihat pada Gambar 5.

Page 9: ANALISIS KESESUAIAN LAHAN PADA KAWASAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penting dalam penentuan suatu kawasan rehabilitasi mangrove sehingga

9

Gambar 5. Kondisi umum mangrove

alami di Lokasi Penelitian

(Sumber :Zulfikar et al., 2016)

c. Jenis substrat

Jenis substrat merupakan salah satu faktor

penentu keberhasilan suatu usaha

rehabilitasi mangrove. Menurut Chapman

(1977) dalam Noor et al., (1999) sebagian

besar jenis–jenis mangrove tumbuh

dengan baik pada kondisi tanah yang

berlumpur bukan tanah yang berpasir

ataupun berbatu.

Berdasarkan hasil pemetaan sedimen

dengan menggunakan USGS, Gradistat

dan klasifikasi Folk (Gambar 6), hasil

yang diperoleh yaitu terdapat empat tipe

sedimen pada lokasi penelitian yaitu pasir

berlumpur, pasir dengan sedikit kerikil,

pasir berkerikil berlumpur, dan pasir.

Adapun tipe substrat yang mendominasi

di lokasi rehabilitasi mangrove adalah

tipe pasir berlumpur berkerikil.

Gambar 6. Klasifikasi Jenis Substrat di

Lokasi Penelitian

(Sumber : Zulfikar et al.,, 2016)

Mengingat jenis mangrove yang

digunakan untuk kegiatan rehabilitasi ini

yaitu jenis Rhizophora Apiculata.

Menurut Setiawan et al., (2002), jenis

mangrove Rhizophora lebih menyukai

substrat yang berlumpur dan kaya akan

humus. Oleh karena itu, Berdasarkan

hasil penelitian yang didapatkan maka

parameter ini dimasukkan dalam kategori

sangat sesuai dan diberikan bobot 4.

d. Salinitas

Mangrove dapat hidup dan tumbuh subur

di pesisir dengan kadar salinitas antara

10-30 ppt, namun ada jenis mangrove

yang dapat tumbuh pada kondisi garam

yang lebih tinggi. Adapun hasil

pengukuran salinitas yang di peroleh di

lokasi rehabilitasi terdapat pada Gambar

Page 10: ANALISIS KESESUAIAN LAHAN PADA KAWASAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penting dalam penentuan suatu kawasan rehabilitasi mangrove sehingga

10

7, sedangkan untuk melihat hasil sebaran

salinitasnya dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 7. Histogram hasil

pengukuran salinitas di Desa

Temburun

Dari gambar diatas, terlihat bahwa

kisaran salintas rata–rata yang diperoleh

di lokasi penelitian adalah 34, 52 ‰,

dengan nilai salinitas minimum 30 ‰ dan

maksimum 37 ‰. Dari kisaran yang

diperoleh, parameter kesesuaian ini diberi

bobot 2 dan termasuk dalam kategori

sesuai bersyarat untuk melakukan

penanaman kembali.

Gambar 8. Hasil sebaran salinitas di

Lokasi Penelitian

(Sumber : Zulfikar et al.,, 2016)

e. Suhu

Suhu merupakan salah satu faktor yang

menentukan keberhasilan suatu usaha

rehabilitasi mangrove. Suhu berperan

penting dalam proses fisiologis

(fotosintesis dan respirasi). Adapun hasil

pengukuran suhu yang di peroleh di

lokasi penelitian terdapat pada Gambar 9,

sedangkan untuk melihat hasil sebaran

suhunya dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 22. Histogram hasil

pengukuran suhu di Desa Temburun

Gambar 10. Hasil sebaran Suhu di

Lokasi Penelitian

(Sumber : Zulfikar et al,, 2016)

Berdasarkan histogram di atas, kisaran

rata–rata suhu pada lokasi penelitian

yaitu 29,10 oC. Dengan suhu minimum 28

oC dan suhu maksimum 32,10

oC. Maka

kisaran suhu tersebut di beri bobot 1 dan

termasuk dalam kategori tidak sesuai.

0.00

20.00

40.00

1 10192837465564738291

Sa

lin

ita

s ‰

Titik Penelitian

24.00

26.00

28.00

30.00

32.00

34.00

1 8 152229364350576471788592Titik Penelitian

Page 11: ANALISIS KESESUAIAN LAHAN PADA KAWASAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penting dalam penentuan suatu kawasan rehabilitasi mangrove sehingga

11

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN

Kesesuaian lahan adalah tingkat

kecocokan suatu bidang lahan untuk

penggunaan tertentu. Dalam hal ini yaitu

untuk kegiatan rehabilitasi mangrove.

Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai

untuk kondisi saat ini atau setelah

diadakan perbaikan (improvement).

Pelaksanaan kegiatan rehabilitasi perlu

mengetahui serta memahami terlebih

dahulu mengenai karakteristik mangrove

serta faktor penunjang pertumbuhan dan

kehidupan mangrove.

Berdasarkan data pengukuran

parameter ekologi di lokasi penelitian dan

telah dilakukan pengolahan lebih lanjut,

maka hasil analisis kesesuaian lahan

untuk kawasan rehabilitasi mangrove di

Desa Temburun, Kabupaten Kepulauan

Anambas dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Analisis kesesuaian lahan

rehabilitasi mangrove di Desa

Temburun

No. Parameter Hasil

Pengukuran Bobot Skor Nilai

1 Elevasi

lahan < 0,05 m 0,33 4 1,32

2

Jenis

Vegetasi

mangrove

13 0,27 4 1,08

3 Jenis

Substrat

Berlumpur

berkerikil 0,20 4 0,8

4 Salinitas 34,52 o/oo 0,13 2 0,26 5 Suhu 29,10 oC 0,07 1 0,07

Total Skor 3,53

Skor Tertinggi 4

Nilai Skor Evaluasi (%) 88,25

Berdasarkan tabel kesesuaian di atas,

untuk data elevasi lahan di masukkan

kedalam kategori sangat sesuai dengan

kisaran < 0,05 m, untuk data jenis

vegetasi mangrove dimasukkan kedalam

kategori sangat sesuai, karena telah di

temukan 13 jenis vegetasi mangrove di

lokasi penelitian. Data jenis substrat yang

terdapat di lokasi penelitian dimasukkan

kedalam kategori sangat sesuai karena

kondisi substrat di sekitar lokasi

rehabilitasi dominan dengan tipe pasir

berlumpur berkerikil atau lanau. Untuk

data salinitas dimasukkan kedalam

kategori sesuai bersyarat, dimana rata –

rata nilai salinitas di lokasi yaitu 34,52 o/oo, sedangkan untuk data suhu

dimasukkan dalam kategori tidak sesuai

karena rata-rata nilainya 29,10 oC.

Berdasarkan hasil persentase dari data

analisis kesesuaian lahan untuk kawasan

rehabilitasi mangrove di desa temburun

dimasukkan kedalam kategori S1 yaitu

sangat sesuai dengan nilai persentase

88,25 %. Meskipun lokasi tersebut masuk

dalam kategori sangat sesuai untuk

kegiatan rehabilitasi mangrove, namun

perlu dilakukan perbaikan atau perubahan

model serta bentuk rehabilitasi mangrove.

Bentuk perbaikan untuk kegiatan

rehabilitasi mangrove di desa Temburun

yaitu dengan melakukan sistem

pembibitan di daerah pasang surut,

penanaman dilakukan terlebih dahulu di

dekat muara sungai, serta daerah yang

akan dilakukan rehabilitasi harus dipagari

terlebih dahulu. Sedangkan untuk

rekomendasi dalam model rehabilitasi

dilakukan yaitu metode guludan (Gambar

11).

Gambar 11. Metode Rehabilitasi

mangrove “Metode Guludan”

(sumber: www.yumpu.com)

Page 12: ANALISIS KESESUAIAN LAHAN PADA KAWASAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penting dalam penentuan suatu kawasan rehabilitasi mangrove sehingga

12

Bentuk model rehabilitasi mangrove

menggunakan metode guludan ini

memiliki kekurangan yaitu dengan

melakukan penambahan substrat maka

akan mengganggu bebrapa komunitas

yang hidup di substrat lahan rehabilitasi

mangrove tersebut. Selain Metode

Guludan, metode yang direkomendasi

lainnya yaitu Metode Rumpun berjarak

(Gambar 12).

Gambar 12. Metode Rumpun

Berjarak, Sumber :

Sihardejournal.wordpress.com

Dari kedua bentuk atau model dari

rehabilitasi mangrove, maka peneliti

menyimpulkan bahwa metode guludan

lebih efisien untuk di lakukan di Desa

Temburun. Hal tersebut di karenakan

kondisi saat pasang di Desa Temburun

yang sangat tinggi sehingga

mengakibatkan seluruh area penanaman

mangrove tertutupi oleh genangan air.

Selain itu, apabila tidak ingin mengubah

metode penanaman dapat di lakukan

dengan perubahan ukuran anakan

mangrove.

Mengingat kondisi lingkungan di Desa

Temburun yang sesuai untuk kegiatan

rehabilitasi mangrove hanya saja

dikarenakan pasang surut maka

diperkirakan lokasi tersebut dapat

merekrut anakan mangrove jenis

Rhizophora yang memiliki panjang

hampir 50 – 70 cm.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan dari hasil penelitian, maka

dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat

kesesuaian lahan untuk kawasan

rehabilitasi mangrove di Desa Temburun

termasuk dalam kategori S1 yaitu sangat

sesuai dengan nilai persentase 88,25 %.

Kesesuaian kondisi ekologi di Desa

Temburun juga sangat mendukung untuk

pelaksanaan kegiatan rehabilitasi

mangrove dengan di temukan 13 Jenis

mangrove di Desa Temburun, serta

didukung dengan kualitas lingkungan

yang tergolong dalam kategori baik

meskipun ada sebagian parameter yang

melebihi ambang batas tetapi hal tersebut

masih dapat ditolerir oleh ekosistem

mangrove untuk kelangsungan hidupnya.

Saran yang dapat dilakukan yaitu

penetuan kriteria kesesuaian lahan dapat

disempurnakan dengan melakukan

penilaian secara keseluruhan terhadap

seluruh parameter ekologis, baik secara

parameter fisika, kimia maupun biologi

sehingga hasil kesesuaian lahan lebih

akurat dan lebih detail tingkat

persentasenya.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih

kepada semua pihak yang telah

membantu hingga terselesaikannya karya

sederhana ini.

DAFTAR PUSTAKA

Arief, Arifin. 2003. Hutan Mangrove

(Fungsi dan Peranannya).

Yogyakarta: Kanisius.

Barkey, R. 1990. Mangrove Sulawesi

Selatan (Struktur, Fungsi dan

Page 13: ANALISIS KESESUAIAN LAHAN PADA KAWASAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penting dalam penentuan suatu kawasan rehabilitasi mangrove sehingga

13

Laju Degradasi, Prosiding

seminar Keterpaduan Antara

Konservasi dan Tata Guna Laha

Basah di Sulawesi Selatan. LIPI-

Pemda Sulawesi Selatan

Brown, B. 2006. 5 Tahap Rehabilitasi

Mangrove, Mangrove Action

Project dan Yayasan Akar

Rumput Laut Indonesia,

Yogyakarta, Indonesia

Dahuri, R., Rais, J., Ginting, S.P., &

Sitepu, M.J. 2008. Pengelolaan

sumberdaya wilayah pesisir dan

lautan secara terpadu. Jakarta: PT

Pradnya Paramita.

Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman

Hayati Laut Aset Pembangunan

Berkelanjutan Indonesia. PT.

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Djunaedi, Otong Suhara. 2011.

Sumberdaya Perairan “potensi,

masalah dan pengelolaan”.

Bandung: Widya Padjajaran.

Efizon, Deni dan Alit Hindri Yani. 2010.

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan

Laut. Pekan Baru: UR PRESS.

Iman, Akhzan Nur. 2014 . Kesesuaian

Lahan Untuk Perencanaan

Rehabilitasi Mangrove dengan

Pendekatan Analisis Elevasi Di

Kuri Caddi, Kabupaten Maros.

Skripsi, Universitas Hasanuddin,

Makasar.

Iskandar, untung. 2008. Kelola Ekosistem

Pulau Kecil “Refleksi dan

Pembelajaran Kehutanan

Indonesia”. Jakarta: Wana

Aksara.

Kordi,K.M.G.H. 2012. Ekosistem

Mangrove “potensi, fungsi, dan

pengelolaan”. Jakarta: Rineka

Cipta.

KPLP Provinsi Kepulauan Riau 2015 –

2016

Kusmana, C. 1995. Teknik Pengukuran

Keanekaragaman Tumbuhan.

Pelatihan Tehnik Pengukuran dan

Monitoring Biodiversity di Hutan

Tropika Indonesia. Bogor: Jurusan

Konservasi Sumberdaya Hutan.

Fakultas Kehutanan. Institut

Pertanian Bogor

Kustanti, Asihing. 2011. Manajemen

Hutan Mangrove. Bogor: Institut

Pertanian Bogor Press.

Nurlailita. 2015. Evaluasi Kesesuaian

Lahan Dan Strategi Rehabilitasi

Hutan Mangrove Kecamatan

Birem Bayeun Dan Kecamatan

Rantau Selamat Kabupaten Aceh

Timur. Tesis. Institut Pertanian

Bogor.

Noor, Y. R, Khazali ,M, Suryadiputra I

N.N.1999. Panduan Pengenalan

Mangrove di Indonesia. Bogor:

PHKA/WI-IP.

Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun

2010 tentang Bencana di wilayah

pesisir dan pulau–pulau kecil.

Prahasta, Eddy. 2009. Sistem Informasi

Geografis. Bandung: Informatika

Bandung.

Priyono, Aris. 2010. Panduan Praktis

Teknis Rehabilitasi Mangrove di

Wilayah Pesisir Indonesia.

Semarang, keSEMaT.

Page 14: ANALISIS KESESUAIAN LAHAN PADA KAWASAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penting dalam penentuan suatu kawasan rehabilitasi mangrove sehingga

14

Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Daerah (RPJPD) Kabupaten

Kepulauan Anambas 2005-2025.

Romimohtarto. K dan Juwana. S. 2009.

Biologi Laut, Ilmu Pengetahuan

Tentang Bilogi Laut. Jakarta:

Djambatan.

Setiawan, Ahmad Dwi; Susilowati, A,

dan Sutarno. 2002. Biodiversitas

Genetik, Spesies dan Ekosistem

Mangrove di Jawa “Petunjuk

Praktikum Biodiversitas; Studi

Kasus Mangrove”. Surakarta:

Kelompok Kerja Biodiversitas

Jurusan Biologi Fakultas

Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas

Sebelas Maret.

Sudarmadji. 2001. Rehabilitasi Hutan

Mangrove Dengan Pendekatan

Pemberdayaan Masyarakat

Pesisir. Jurnal Ilmu Dasar Vol. 2

No.2. 68 - 71

Supriharyono, 2000. Pelestarian dan

Pengelolaan Sumberdaya Alam di

Wilayah Pesisir Tropis. Jakarta:

PT Gramedia Pustaka Utama.

Tjandra, Ellen. Ronaldo, Yosua. 2011.

Mengenal Hutan Mangrove.

Bogor; Pakar Media.

Tuwo, A. 2011. Pengelolaan Ekowisata

Pesisir dan Laut. Surabaya:

Brilian Internasional.

Undang – Undang Nomor 33 Tahun 2008

Tentang pemekaran dari

Kabupaten Natuna.

Wikipedia Ensiklopedia Bebas.

Zulfikar, Andi. Koenawan, Chandra Joe,

Annuardi, Assyuhada, Didik

Juliardi, Agung Saputro, Fatimah

Farhana, Evriyani, Vika Retno

Wijayanti, Mega Mernisa. 2016.

Assessment and Suitability

Analysis of Mangrove

Rehabilitasion at Temburun

Village. PPSPL. Universitas

Maritim Raja Ali Haji.