jurusan ilmu pemerintahan fakultas ilmu sosial...
TRANSCRIPT
Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Kepala Desa di Desa
Kuala Simpang Kecamatan Seri Kuala Lobam Kabupaten Bintan
Tahun 2016
NASKAH PUBLIKASI
Oleh :
NEBOB HANIZAR
NIM. 120565201107
JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2017
Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Kepala Desa di Desa
Kuala Simpang Kecamatan Seri Kuala Lobam Kabupaten Bintan
Tahun 2016
NEBOB HANIZAR
Mahasiswa Ilmu Pemerintahan, FISIP UMRAH
ABSTRAK
Partisipasi politik merupakan bentuk keikutsertaan warga dalam proses politik,
dalam negara demokrasi rakyat diharapkan dapat ikut berpartisipasi politik secara
aktif. Partisipasi aktif warga negara dapat di laksanakan dalam berbagai bentuk, salah
satunya adalah dengan ikut serta dalam pemilihan pemimpin pemerintahan, termasuk
Pemilihan Kepala Desa. Pada saat Pemilihan kepala desa di Desa Kuala Simpang
Tahun 2016,
Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah mengetahui bagaimana partisipasi
politik masyarakat dalam pemilihan kepala desa di Desa Kuala Simpang Kecamatan
Seri Kuala Lobam Kabupaten Bintan Tahun 2016. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriftif kualitataif,
dengan sampel sebanyak 89 responden.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan bahwa partisipasi
politik masyarakat Desa Kuala Simpang Kecamatan Seri Kuala Lobam Kabupaten
Bintan tergolong cukup baik dalam rangka memberikan hak suara pada pemilihan
kepala desa yang diselenggarakan pada April 2016. Hal itu sesuai dengan data dari
hasil penelitian yang dilakukan peneliti di lokasi penelitian yang menggunakan
konsep bentuk partisipasi politik yaitu voting (pemberian suara) 100%, Diskusi politik
85%, kegiatan kampanye 100% yang menyatakan ada dilakukan kampanye oleh calon
kepala desa 58% yang ikut serta dalam kampanye 42% yang tidak ikut serta dalam
kampanye, dan Membentuk dan bergabung dalam kelompok kepentingan dengan
beberapa indikator yaitu masyarakat yang pernah ditawarkan untuk dijadikan tim
pemenangan 34% yang menyatakan iya, 66% yang menyatakan tidak, kemudian
masyarakat yang btim pemenangan dari calon kepala desa sebanyak 16% yang
meyakatan tidak sebanyak 84% dari 89 konsioner yang disebarkan.
Kata Kunci: Partisipasi Politik, Pemilihan Kepala Desa
ABSTRACT
Political participation is a form of citizen participation in the political
process, in popular democracies that are expected to participate actively in politics.
The active participation of citizens can be done in various forms, one of them by
participating in the election of government leaders, including the Village Head
Election. At the election of Village Head in the Village of Kuala Simpang Year 2016,
The purpose of this study is basically to know how the political participation of the
community in the election of village head in the village of Kuala Simpang Seri Seri
Lobam Bintan regency 2016. Data analysis techniques used in this study is
descriptive qualitative data analysis techniques, With a sample of 89 respondents.
Based on the result of the research, it can be concluded that the political
participation of the people of Kuala Simpang Village, Seri Seri Kuala Lobam Sub-
district of Bintan Regency is good enough to vote in the village head elections held in
April 2016. This is in accordance with data from research conducted by researchers.
The concept of political participation in the form of 100% voting, political discussions
85%, 100% of campaign activities stating that there was a campaign by the village
head candidate 58% Who participated in the 42% campaign that did not participate
in the campaign, And formed and joined the interest groups with Some indicators
offered by the community to be a winning team of 34% say yes, 66% say no, then the
winner Society of candidates for village heads as much as 16% who do not believe as
much as 84% Of 89 consonants distributed.
Keywords: Political Participation, Village Head Election
Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Kepala Desa di Desa
Kuala Simpang Kecamatan Seri Kuala Lobam Kabupaten Bintan
Tahun 2016
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu Negara yang menganut sistem demokrasi.
Konsep demokrasi dapat diartikan sebagai suatu pemerintahan yang berasal dari, oleh
dan untuk rakyat karenanya salah satu pilar demokrasi adalah partisipasi. Bentuk
partisipasi politik yang sangat penting dilakukan oleh warga negara adalah
keikutsertaan dalam pemilihan umum. Secara umum partisipasi politik merupakan
kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam
kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih pimpinan negara dan, secara
langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan publik (public policy).
Partisipasi merupakan proses pemberdayaan masyarakat, sehingga mampu
menyelesaikan masalah yang dihadapinya sendiri melalui kemitraan, transparansi,
kesetaraan, dan tangung jawab. Di Indonesia, landasan hukum pelaksanaan partisipasi
masyarakat yaitu terkandung dalam UUD 1945 yang menyebutkan bahwa partisipasi
adalah hak dasar warga Negara, dan partisipasi politik sebagai prinsip dasar
demokrasi.
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah
yang memiliki wewenang untuk mengatur dan mengurus kepentingannya sendiri
berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam
sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Prinsip otonomi
desa mencakup aspek politik, ekonomi, sosial, budaya dan pemerintahan. Namun,
sebagai catatan, prinsip daerah otonomi ini berbeda dengan prinsip wilayah merdeka.
Sebagai daerah otonom, desa memang memiliki berbagai kebebasan untuk mengelola
sumber daya yang ada di wilayahnya yang ditujukan untuk sebesar-besar
kemakmuran warganya, dalam bingkai konstitusi yang berlaku di wilayah kedaulatan
Republik Indonesia.
Provinsi Kepulauan Riau khususnya di kabupaten Bintan masih terdapat
banyak desa yang harus diatur dan di sejahterakan agar menjadi desa yang maju.
Pemerintah Kabupaten Bintan berusaha menjalin hubungan kerja sama serta membina
seluruh desa yang ada diwilayahnya dalam pelaksanaan pemerintahan yang bersifat
otonomi daerah dengan melimpahkan wewenang kepada desa disebut juga dengan
otonomi desa. Dilihat dari keragaman masyarakat baik itu dari segi kebudayaan atau
ciri khas mereka di suatu desa maka otonomi ini sangat membantu dalam
mengapresiasikan keinginan masyarakat baik itu dalam pembangunan maupun
perekonomian desa. Namun kedudukan pemerintah desa yang telah diberikan
kewenangan untuk mengurus rumah tangganya sendiri haruslah mengedepankan
kepentingan masyarakat demi tercapainya sebuah kesejahteraan.
Adapun desa yang melakukan pemilihan kepala desa dalam kurun waktu 5
tahun terakhir adalah Desa Teluk Sasah yang melakukan pemilihan Kepala Desa pada
tahun 2011, Desa Busung pada tahun 2012 dan Desa Kuala Sempang baru di tahun
2016 ini melakukan pemilihan kepala desa. Dari data yang penulis dapat, dari kurun
waktu 5 tahun terakhir tersebut, partisipasi masih menjadi kendala terbesar bagi
pelaksanaan pemilihan kepala desa. Seperti table berikut:
Tabel 1
Data Pemilihan Kepala Desa di Kecamatan Seri Kuala Lobam
No Nama Desa Jumlah
DPT
Pemilih yang
Menggunakan
Hak Suara
Pemilih yang
Tidak
Menggunakan
Hak Suara
Persentase
Pemilih
1 Busung (Tahun
2012)
854 762 92 89,2 %
2 Teluk Sasah
(Tahun 2011)
4014 2205 1809 59,9 %
3 Kuala Sempang
(Tahun 2016)
1146 876 270 76,4 %
Sumber: Data Kecamatan Seri Kuala Lobam (Data Olahan Penulis),Tahun 2016
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwasanya partisipasi dalam
pemilihan kepala desa terdapat di Desa Busung yaitu 89,2%.Sementara itu, Desa
Teluk Sasah 59,9%, dan Desa Kuala Simpang memiliki 76,4%. Pemilihan Kepala
Desa yang baru dua kali dilakukan oleh masyarakat Desa Kuala Simpang
menunjukkan suatu kemajuan dalam bentuk partisipasi politik. Oleh karena itu,
peneliti ingin mencoba meneliti mengenai partisipasi politik masyarakat dalam
pemilihan kepala desa di Desa Kuala Sempang.
Desa Kuala Simpang merupakan pemekaran dari Desa Busung Kecamatan
Bintan Utara berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Riau No.8 Tahun
2005 Tentang Pembentukan Desa Kuala Simpang, Kelurahan Teluk Lobam, di
Kecamatan Bintan Utara dan Desa Toapaya Utara, Desa Toapaya Selatan di
Kecamatan Gunung Kijang, dan sekarang merupakan bagian dari Kecamatan Seri
Kuala Lobam Kabupaten Bintan. Nama Kuala Simpang diambil dari kesepakatan
hasil musyawarah dari tokoh masyarakat, tokoh agama, kelompok kaum perempuan
dan tokoh pemuda dengan melihat dari keadaan geografis Desa Kuala Simpang yang
berbatasan dengan Desa Busung yaitu Kuala yang sekarang telah dibangun jembatan
penghubung antara Desa Busung dan Desa Kuala Simpang yang merupakan akses
jalanlintas barat.
Pada bulan April yang lalu, Desa Kuala Simpang telah melakukan pemilihan
kepala desa. Dari pemilihan itu, tidak semua masyarakat Desa Kuala Simpang ikut
berpartisipasi ini dapat dilihat dari data sebagai berikut: 1. Daftar pemilih tetap (DPT)
1.139 pemilih, 2. Diluar DPT 7, jumlah keseluruhan 1.146 pemilih, jumlah
masyarakat yang berpartisipasi keseluruhan 876 pemilih. Jadi dari data berikut maka
dapat dilihat tinginya tingkat partisipasi Desa Kuala Simpang dalam pemilihan kepala
desa yaitu 76,4%.
Berdasarkan perhitungan surat suara diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Jumlah DPT :1.139 pemilih
2. Jumlah Pemilih diluar DPT (KK/KTP) :7 pemilih
3. Jumlah pemilih yang memberikan suara berdasarkan
Salinan DPT + Diluar DPT (KK/KTP) :876 pemilih
4. Jumlah surat suara sah :851 lembar
5. Jumlah surat suara tidak sah :25 lembar
6. Jumlah surat suara rusak/keliru dicoblos : - lembar
7. Jumlah surat suara tidak digunakan :297 lembar
8. Jumlah surat suara seluruhnya ( DPT + 3% ) : 1.173 lembar
Berdasarkan data yang penulis dapat dari Desa Kuala Sempang diatas, maka
dapat dilihat bahwasanya dari jumlah DPT keseluruhan 1.146 pemilih, yang
menggunakan hak suaranya dalam pemilihan kepala desa hanya 876 orang, dan yang
tidak menggunakan hak suaranya sebesar 263 orang. Hal ini berarti ada 23,5%
masyarakat Desa Kuala Sempang yang tidak menggunakan hak pilih nya dalam
pemilihan kepala desa.
B. KONSEP TEORI
1. Konsep Partisipasi
Partisipasi adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian
masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan
tentang alternative solusi untuk menangani masalah, dan keterlibatan masyarakat
dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi (Isbandi, 2007:27).
Partisipasi berarti peran serta seseorang atau kelompok masyarakat dalam
proses pembangunan baik dalam bentuk pernyataan maupun dalam bentuk kegiatan
dengan memberi masukan pikiran, tenaga, waktu, keahlian, modal dan atau materi,
serta ikut memanfaatkan dan menikmati hasil -hasil pembangunan (I Nyoman
Sumaryadi, 2010: 46).
Partisipasi juga dimengerti sebagai berperan serta atau ikut serta, yang selama
ini dipahami masyarakat Indonesia. Banyak kegiatan public, baik yang memiliki
dimensi politik maupun non-politik, dapat terselenggara dengan baik karena adanya
peran serta atau keikut sertaan warga. Dalam berbagaikegiatan pemilu (legislative,
presiden, kepala daerah, dan kepala Desa) di Indonesia, warga merancang tempat dan
lokasi pemilihan sedemikian rupa supaya warga tertarik datang ke Tempat
Pemungutan Suara (TPS). Kegiatan-kegiatan seperti ini dimengerti sebagai
partisipasi.
Partisipasi merupakan sebagai wujud dari keinginan untuk mengembangkan
demokrasi melalui proses desentralisasi dimana diupayakan antara lain perlunya
perencanaan dari bawah (button-up) dengan mengikutsertakan masyarakat dalam
proses perencanaan dan pembangunan masyarakatnya (H.A.R Tilaar, 2009:287).
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa partisipasi adalah
keikutsertaan sekelompok masyarakat dalam menyampaikan saran atau pendapat
untuk mempengaruhi kebijakan yang dibuat oleh pemerintah agar terjadi suatu
perubahan kearah yang lebih baik.
2. Bentuk Partisipasi
Gabriel A. Almond ( Efriza, 2012:171) Partisipasi politik terdiri atas dua
bentuk, yaitu:
1. Partisipasi politik konvensional, yaitu suatu bentuk partisipasi politik yang
“normal” dalam demokrasi modern, seperti berikut:
a. Pemberian hak suara (voting)
b. Diskusi poitik
c. Kegiatan kampanye
d. membentuk dan bergabung dalam kelompok kepentingan
Bentuk partisipasi menurut Effendi yang dikutip oleh Siti Irene Astuti D
(2011: 58), terbagi atas:
a) Partisipasi Vertikal
Partisipasi vertikal terjadi dalam bentuk kondisi tertentu masyarakat terlibat
atau mengambil bagian dalam suatu program pihak lain, dalam hubungan dimana
masyarakat berada sebagai status bawahan, pengikut, atau klien.
b) Partisipasi horizontal
Partisipasi horizontal, masyarakat mempunyai prakarsa dimana setiap anggota
atau kelompok masyarakat berpartisipasi horizontal satu dengan yang lainnya.
3. Konsep Partisipasi Politik
Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut
secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih pemimpin negara
dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah
(Miriam Budiharjo, 2009:36). Gabriel Almond mengungkapkan partisipasi politik
tidak hanya sebatas mengambil bagian atau peranan dalam konteks kegiatan politik.
Tetapi, menurut almond, partisipasi politik selalu diawali adanya artikulasi
kepentingan dimana seseorang individu mampu mengontrol sumber daya politik,
seperti halnya seorang pemimpin parpol atau seorang dictator militer.peran mereka
sebagai aggregator politik (penggalang atau penyatu dukungan) akan sangat
menentukan bagi bentuk partisi pasipolitik selanjutnya. Menurutnya, Negara besar
memiliki bangunan organisasi telah terapresiasi dalam menyalurkan bentuk agregasi
politik berikut kebijakan terkait mnghasilkan parpol (Efriza, 2012:157).
4. Pemilihan Kepala Desa (Pilkades)
Pemilihan Kepala Desa adalah suatu proses yang harus diamankan dari
berbagai macam bentuk ancaman, khususnya kecurangan yang dapat merusak proses
demokrasi dalam pemilihan kepala desa. Bila selama ini telah sarat dengan berbagai
kecurangan, kecurangan semacam itu tidak boleh dibiarkan berlangsung dan harus
ada tindakan untuk mengantisipasinya sekaligus menindak para pelanggarnya.
Penindakan tegas bukan sekedar akan mendukung tegaknya hukum, tetapi
juga memperkuat posisi proses pemilihan Kepala Desa sebagai wujud proses
demokrasi di desa yang telah ada sejak lama (Budiono, 2000:41). Peran masyarakat
harus dioptimalkan dalam kegiatan Pemilihan Kepala Desa. Ini erat kaitannya dengan
harus dijadikannya kejujuran sebagai bagian tak terpisahkan dalam kehidupan
masyarakat, dan lebih khusus lagi dalam mewujudkan proses demokrasi di pedesaan.
Dari situlah diharapkan dapat tumbuh dan berkembang orientasi masyarakat yang bisa
menjadi potensi tersendiri bagi kehidupan masyarakat bangsa dan negara Indonesia
(Mua' arif, 2000 :32).
Pemilihan Kepala Desa yang diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten
Bintan Nomor 1 Tahun 2015, dilaksanakan melalui tahapan:
1) persiapan;
2) pencalonan;
3) pemungutan suara; dan
4) penetapan.
Persiapan pemilihan di Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a,
terdiri atas kegiatan:
a) pemberitahuan BPD kepada Kepala Desa tentang akhir masa jabatan yang
disampaikan 6 (enam) bulan sebelum berakhir masa jabatan;
b) pembentukan panitia pemilihan Kepala Desa oleh badan permusyawaratan
desa ditetapkan dalam jangka waktu 10 (sepuluh hari) hari kalender setelah
pemberitahuan akhir masa jabatan.
Pembentukan panitia pemilihan Kepala Desa disampaikan secara tertulis oleh
BPD kepada Bupati melalui Camat. Panitia Pemilihan Kepala Desa sebanyak 7
(tujuh) orang terdiri atas:
1. unsur Perangkat Desa;
2. Lembaga Kemasyarakatan Desa;
3. Tokoh masyarakat.
Tugas dari Panitia pemilihan Kepala Desa sebagai berikut:
1. Merencanakan, mengkoordinasikan, menyelenggarakan, mengawasi dan
mengendalikan semua tahapan pelaksanaan pemilihan;
2. Merencanakan dan mengajukan biaya pemilihan kepada Bupati melalui camat;
3. Melakukan pendaftaran dan penetapan pemilih;
4. Mengadakan penjaringan dan penyaringan bakal calon;e. menetapkan calon yang
telah memenuhi persyaratan;
5. Menetapkan tata cara pelaksanaan pemilihan;
6. Menetapkan tata cara pelaksanaan kampanye;
7. Memfasilitasi penyediaan peralatan, perlengkapan dan tempat pemungutan suara;
8. Melaksanakan pemungutan suara;
9. Menetapkan hasil rekapitulasi penghitungan suara dan mengumumkan hasil
pemilihan;
10. Menetapkan calon Kepala Desa terpilih; dan
11. Melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pemilihan.
c) Laporan akhir masa jabatan Kepala Desa kepada Bupati disampaikan dalam
jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelah pemberitahuan akhir masa jabatan;
d) Perencanaan biaya pemilihan diajukan oleh panitia kepada Bupati melalui
camat atau sebutan lain dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender
setelah terbentuknya panitia pemilihan; dan
e) Persetujuan biaya pemilihan dari Bupati dalam jangka waktu tiga puluh
kalender Hari sejak diajukan oleh panitia.
1. Penetapan Pemilih
1) Pemilih yang menggunakan hak pilih, harus terdaftar sebagai pemilih dengan
syarat:
a) penduduk Desa yang pada hari pemungutan suara pemilihan Kepala Desa
sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau sudah/pernah menikah ditetapkan
sebagai pemilih.
b) nyata-nyata tidak sedang terganggu jiwa/ingatannya;
c) tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap;
d) memiliki Kartu Tanda Penduduk atau Kartu Keluarga setempat;
e) berdomisili di desa paling kurang 6 (enam) bulan secara berturut-turut
sebelum disahkannya daftar pemilih sementara yang dibuktikan dengan surat
keterangan penduduk yang diberikan oleh Kepala Desa diketahui oleh Camat.
2. Daftar pemilih dimutakhirkan dan divalidasi sesuai data penduduk di Desa
1) memenuhi syarat usia pemilih, yang sampai dengan hari dan tanggal
pemungutan suara pemilihan sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun;
2) belum berumur 17 (tujuh belas) tahun, tetapi sudah/pernah menikah;
3) telah meninggal dunia;
4) pindah domisili ke desa lain; atau
5) belum terdaftar.
Daftar pemilih tetap yang sudah disahkan oleh panitia pemilihan tidak dapat
diubah, kecuali ada pemilih yang meninggal dunia, panitia pemilihan membubuhkan
catatan dalam daftar pemilih tetap pada kolom keterangan "meninggal dunia".
3. Pendaftaran calon Kepala Desa wajib memenuhi persyaratan:
a) warga negara Republik Indonesia;
b) bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c) memegang teguh dan mengamalkan pancasila, melaksanakan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, serta mempertahankan dan
memelihara keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka
Tunggal Ika;
d) berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat
yang diakui oleh pemerintah;
e) berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun pada saat mendaftar;
f) bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa;
g) terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di desa setempat paling
kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran;
h) tidak sedang menjalani hukuman pidana penjara;
i) tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang
diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih,
kecuali 5 (lima) tahun setelah selesai menjalani pidana penjara dan
mengumumkan secara jujur dan terbuka kepada publik bahwa yang
bersangkutan pernah dipidana serta bukan sebagai pelaku kejahatan berulang-
ulang;
j) Surat keterangan Catatan Kepolisian (SKCK);
k) tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap;
l) berbadan sehat dibuktikan dengan keterangan dokter;
m) tidak pernah sebagai Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan; dan
n) tidak terdaftar sebagai pengurus partai politik.
Dalam hal bakal calon Kepala Desa yang memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 22 berjumlah paling sedikit 2 (dua) orang dan paling banyak5
(lima) orang, Panitia pemilihan Kepala Desa menetapkan bakal calon Kepala Desa
menjadi calon Kepala Desa dan pendaftaran bakal calon dalam jangka waktu 9
(sembilan) Hari. Dalam hal bakal calon yang memenuhi persyaratan, panitia
melakukan seleksi tambahan dengan menggunakan kriteria pengalaman bekerja di
lembaga pemerintahan, tingkat pendidikan, usia dan ujian tertulis yang ditetapkan
Bupati.
Penetapan calon Kepala Desa disertai dengan penentuan nomor urut melalui
undian secara terbuka oleh Panitia pemilihan dihadiri para calon, nomor urut dan
nama calon yang telah disusun dalam berita acara diumumkan melalui media
masa/papan pengumuman paling lambat tujuh hari sejak tanggal ditetapkan.
Kampanye Calon Kepala Desa dapat melakukan kampanye sesuai dengan
kondisi sosial budaya masyarakat Desa. Pelaksanaan kampanye dapat dilakukan
dalam jangka waktu 3 (tiga) hari sebelum dimulainya masa tenang. Kampanye
sebagaimana dilakukan dengan prinsip jujur, terbuka, dialogis serta bertanggung
jawab memuat visi dan misi bila terpilih sebagai Kepala Desa. Visi sebagaimana
dimaksud merupakan keinginan yang ingin diwujudkan dalam jangka waktu masa
jabatan Kepala Desa. Misi sebagaimana dimaksud berisi program yang akan
dilaksanakan dalam rangka mewujudkan visi. Kampanye sebagaimana dapat
dilaksanakan melalui pertemuan terbatas, tatap muka, dialog, penyebaran bahan
Kampanye kepada umum, pemasangan alat peraga di tempat Kampanye dan di tempat
lain yang ditentukan oleh panitia pemilihan; dan kegiatan lain yang tidak melanggar
peraturan perundang-undangan.
Pelaksana Kampanye dilarang mempersoalkan dasar negara Pancasila,
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan
bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia, melakukan kegiatan yang
membahayakan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, menghina seseorang,
agama, suku, ras, golongan, calon dan/atau Calon yang lain, menghasut dan mengadu-
domba perseorangan atau masyarakat, mengganggu ketertiban umum, mengancam
untuk melakukan kekerasan atau menganjurkan penggunaan kekerasan kepada
seseorang, sekelompok anggota masyarakat, dan/atau Calon yang lain, merusak
dan/atau menghilangkan alat peraga Kampanye Calon, menggunakan fasilitas
pemerintah, tempat ibadah, dan tempat pendidikan, membawa atau menggunakan
gambar dan/atau atribut calon lain selain dari gambar dan/atau atribut Calon yang
bersangkutan dan menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya kepada
peserta Kampanye.
Pelaksana Kampanye dalam kegiatan Kampanye dilarang mengikutsertakan
Kepala Desa, Perangkat Desa, anggota BPD. Pelaksana Kampanye yang melanggar
larangan Kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) dikenai sanksi:
a) peringatan tertulis apabila pelaksana Kampanye melanggar larangan walaupun
belum terjadi gangguan; dan
b) penghentian kegiatan Kampanye di tempat terjadinya pelanggaran atau di
suatu wilayah yang dapat mengakibatkan gangguan terhadap keamanan yang
berpotensi menyebar ke wilayah lain.
Pemungutan atau pemberian suara dilakukan dengan memberikan suara
melalui surat suara yang berisi nomor, foto, dan nama calon atau berdasarkan
kebiasaan masyarakat desa setempat. Pemberian suara untuk pemilihan dilakukan
dengan mencoblos salah satu calon dalam surat suara. Pengadaan bahan, jumlah,
bentuk, ukuran, dan warna surat suara, kotak suara, kelengkapan peralatan lain serta
pendistribusiannya diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati Pasal 36 sebagai
berikut:
1) Jumlah pemilih di TPS ditentukan panitia pemilihan.
2) TPS ditentukan lokasinya di tempat yang mudah dijangkau, termasuk oleh
penyandang cacat, serta menjamin setiap pemilih dapat memberikan suaranya
secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
3) Jumlah, lokasi, bentuk, dan tata letak TPS ditetapkan oleh panitia pemilihan.
Penghitungan suara di TPS dilakukan oleh panitia setelah pemungutan suara
berakhir. Sebelum penghitungan suara dimulai, panitia pemilihan menghitung:
a) jumlah pemilih yang memberikan suara berdasarkan salinan daftar pemilih
tetap untuk TPS;
b) jumlah pemilih dari TPS lain;
c) jumlah surat suara yang tidak terpakai; dan
d) jumlah surat suara yang dikembalikan oleh pemilih karena rusak atau keliru
dicoblos.
Penghitungan suara dilakukan dan selesai di TPS oleh panitia pemilihan dan
dapat dihadiri dan disaksikan oleh saksi calon, BPD, pengawas, dan warga
masyarakat. Saksi calon dalam penghitungan suara harus membawa surat mandat dari
calon yang bersangkutan dan menyerahkannya kepada ketua panitia. Panitia membuat
berita acara hasil penghitungan suara yang ditandatangani oleh ketua dan paling
kurang 2 (dua) orang anggota panitia serta dapat ditandatangani oleh saksi calon.
Panitia memberikan salinan Berita Acara hasil penghitungan suara kepada masing-
masing saksi calon yang hadir sebanyak 1 (satu) eksemplar dan menempelkan 1 (satu)
eksemplar sertifikat hasil penghitungan suara di tempat umum.
Berita acara beserta kelengkapannya dalam sampul khusus yang disediakan
dan dimasukkan segel lalu menyerahkan ke dalam kotak suara yang pada bagian luar
ditempel label atau berita acara hasil penghitungan suara, surat suara, dan alat
kelengkapan administrasi pemungutan dan penghitungan suara kepada BPD segera
setelah selesai penghitungan suara. Calon Kepala Desa yang memperoleh suara
terbanyak dari jumlah suara sah ditetapkan sebagai calon Kepala Desa terpilih. Dalam
hal jumlah calon Kepala Desa terpilih yang memperoleh suara terbanyak yang sama
lebih dari 1 (satu) calon pada desa dengan TPS lebih dari 1 (satu), calon terpilih
ditetapkan berdasarkan suara terbanyak pada TPS dengan jumlah pemilih terbanyak.
Dalam hal jumlah calon terpilih yang memperoleh suara terbanyak yang sama lebih
dari 1 (satu) calon pada desa dengan TPS hanya 1 (satu), calon terpilih ditetapkan
berdasarkan wilayah tempat tinggal dengan jumlah pemilih terbesar.
Perlengkapan pemungutan suara dan penghitungan suara di TPS, disimpan di
kantor desa atau di tempat lain yang terjamin keamanannya. Panitia pemilihan Kepala
Desa menyampaikan laporan hasil pemilihan Kepala Desa kepada BPD paling lambat
7 (tujuh) Hari setelah pemungutan suara, BPD berdasarkan laporan hasil pemilihan
Kepala Desa menyampaikan calon Kepala Desa terpilih berdasarkan suara terbanyak
kepada Bupati melalui camat dengan tembusan kepada Kepala Desa paling lambat 7
(tujuh) Hari setelah menerima laporan panitia. Bupati menetapkan pengesahan dan
pengangkatan Kepala Desa dengan keputusan Bupati paling lambat 30 (tiga puluh)
Hari sejak diterima laporan dari BPD
C. HASIL PENELITIAN
1. Pemberian Suara (Voting)
Tabel 2
Gambaran Masyarakat Dalam Memberikan Hak Suara Ketika Pilkades Di Desa
Kuala Simpang Tahun 2016
No Responden Frekuensi Persentase %
1 Ya 89 100%
2 Tidak 0 -
Jumlah 89 100%
Sumber: Data Olahan Penulis, Tahun 2017
Tabel 3
Gambaran Alasan Masyarakat Dalam Memberikan Hak Suara Ketika Pilkades
Di Desa Kuala Simpang Tahun 2016
Alasan masyarakat memilih Frekuensi Persentase %
Kewajiban 54 61 %
Kesadaran 35 39 %
Kepentingan 0 -
Ras 0 -
Jumlah 89 100 %
Sumber: Data Olahan Penulis, Tahun 2017
Berdasarkan tabel diatas dapat penulis analisis bahwasanya partisipasi
masyarakat untuk memilih cukup tinggi. Namun dalam pemilihan tersebut tentunya
masyarakat sebagai pemberi hak suara mengemukakan beberapa alasan mengapa
harus memberikan hak suaranya pada saat pemilihan kepala desa pada tahun 2016.
Dilihat dari beberpa alasan yang ada terlihat jelas bahwasanya masyarakat Desa Kuala
Simpang merupakan masyarkat yang aktif dalam berpartisipasi untuk pemilihan
kepala desa, jika dilihat dari tabel diatas masyarakat yang menyatakan memilih karena
kewajiban. Kewajiban itu adalah sesuatu yang dilakukan dengan tanggung jawab.
Maka dapat dilihat bahwa masyarakat memilih dengan alasan kewajiban itu mencapai
jumlah 54 responden sama dengan 61%.
Partisipasi politik sangat ditentukan oleh pemilih sebagai pemberi hak suara
pada saat pilkades dilaksanakan khususnya. Namun demikian di Desa Kuala Simpang
tidak sedikit maysrakat yang memilih atau memberikan hak suaranya dengan alasan
memiliki kesadaran betapa pentingnya hak suara mereka dalam menentukan siapa
yang bakal maju menjadi kepala desa nantinya, dengan memiliki kesadaran seperti itu
tergambar jelas bahwasanya masyarakat di desa kuala simpang memiliki potensi
politik dan memiliki rasa kepedulian terhadapa apa yang akan terjadi diwiliayahnya.
Kesadaran adalah kesadaran akan perbuatan, sadar yang berarti merasa atau tau dan
ingat serta mengetahui akan sesuatu. Jika dilihat dari table diatas terlihat jelas
bahwasanya masyarakat yang menyatakan memilih karena kesadaran berjumlah 35
responden atau sama dengan 39 %.
2. Diskusi Politik
Tabel 4
Gambaran Masyarakat Yang Membicarakan/Berdiskusi Tentang Pilkades Di
Desa Kuala Simpang Tahun 2016
No Responden Frekuensi Persentase %
1 Ya 76 85 %
2 Tidak 13 15 %
Jumlah 89 100 %
Sumber: Data Olahan Penulis, Tahun 2017
Berdasarkan tabel diatas dapat penulis analisis bahwasanya terlihat jelas
bahwasanya masyarakat desa kuala simpang merupakan masyarakat yang memiliki
kepedulian dan selektif dalam menentukan calon pemimpin di desa mereka. Hal ini
dibuktikan dengan tingginya persentase masyarakat yang berbicara atau berdiskusi
tentang politik dalam pemilihan kepala desa pada tahun 2016 di Desa Kuala Simpang
dengan jumlah 76 responden atau dama dengan 85 %. Sedangkan dari seratus persen
atau dari 89 angket yang disebarkan hanya 13 responden atau sama dengan 15 % yang
tidak melakukan diskusi politik pada saat pemilihan akan di selenggarakan pada tahun
2016 di Desa Kuala Simpang.
Tabel 5
Gambaran Tentang Hal Yang di Diskusikan Oleh masyarakat Desa
Kuala Simpang Pada Pemilihan Kepala Desa Tahun 2016
No Bahan Diskusi Responden Persentase
1 Calon Kepala Desa 69 91%
2 Program Kepala Desa 7 9%
Jumlah 76 100%
Sumber: Data Olahan Penulis, Tahun 2017
Adapun dari perbincangan atau diskusi yang dilakukan masyarakat Desa
Kuala Simpang terkait pemilihan kepala desa pada tahun 2016 dari sebanyak 76
responden yang melakukan diskusi politik, ternyata sebanyak 69 responden atau 91%
menyatakan bahwa mereka mendiskusikan tentang calon kepala desa bukan program
yang akan dilakukan oleh calon kepala desa, namun ada juga yang mendiskusikan
tentang program yang akan dilakukan oleh calon kepala desa sebanyak 7 responden
yang menyatakan bahwa mereka berdiskusi membahas tentang apa apa saja nantinya
yang akan diperbuat oleh calon kepala desa tersebut atau disebut program.
Politk merupakan bagaimana cara seseorang mempengaruhi orang lain untuk
ikut dengannya. Masyarakat di Desa Kuala Simpang memiliki kebiasaan untuk
melakukan atau berdiskusi tentang politik, tentunya diskusi politik dilakukan
diberbagai tempat diantaranya:
Tabel 6
Gambaran Lokasi Masyarakat Melakukan Diskusi Politik Pilkades
Di Desa Kuala Simpang Tahun 2016
No Responden Frekuensi Persentase %
1 Warung Kopi 47 62 %
2 Tempat Kerja 5 7 %
3 Rumah/Tempat Tinggal 24 31 %
Jumlah 76 100 %
Sumber: Data Olahan Penulis, Tahun 2017
Berdasarkan tabel diatas dapat penulis analisis bahwasanya dari 89 angket
yang disebarkan mengenai tempat dimana masyaraka lebih sering melakukan diskusi
politik dalam membeikan hak suara pada saat hari pemilihan kepala desa di Desa
Kuala Simpang pada tahun 2016. Dari table diatas terlihat jelas bahwasanyan
masyarkat Desa Kuala Simpang lebih banyak melakukan diskusi politik diwarung
kopi dengan jumlah 47 responden atau sama dengan 62 % dari 89 angket yang
disebarkan.
Masyarakat tentunya memiliki tempat yang nyaman untuk mengeluarkan
insprisasi dan menemukan motivasi bahwasanya berdiskusi politik itu lebih baik
untuk menentukan pemimpin bangsan khususnya pemimpin desa yang melalui jalur
pemilihan kepala desa kuala simpang pada tahun 2016. Akan tetapi, selain warung
kopi banyak diminati tempat berdiskusi politik, masyarkat Desa Kuala Simpang juga
kerap melakukan diskusi politik di tempat dimana mereka bekerja. Hal ini didorong
oleh faktor tempat dan juga kepedulian terhadap desanya sendiri, jika dilihat dari table
hasil olahan angket diatas masyarakat yang melakukan diskusi politik di tempat kerja
berjumlah 5 responden atau sama halnya dengan 7 % dari 89 angket yang disebarkan.
Diskusi politik harus dilakukan dan diterapkan, baik itu diskusi di warung
kopi, diskusi politik di tempat kerja, dan juga tak kalah penting melakukan diskusi
politik di rumah dalam rangka menentukan bakal calon pemimpin desa yang baik dan
berkualitas di desa kuala simpang pada tahun 2016. Masyarakat Desa Kuala Simpang
yang kerap melakukan diskusi politik di rumah sebanayk 24 responden atau sama
halnya dengan 31 % dari 89 angket yang disebarkan.
Tabel 7
Gambaran Bersama Siapa Saja Masyarakat Desa Kuala Simpang Kerap
Melakukan Diskusi Politik Tentang Pilkades Tahun 2016
No Responden Frekuensi Persentase %
1 Teman sepermainan 43 57 %
2 Rekan kerja 10 13 %
3 Keluarga 23 30 %
Jumlah 76 100 %
Sumber: Data Olahan Penulis, Tahun 2017
Berdasarkan hasil olahan konsioner diatas dapat penulis analisis bahwasanya
masyarakat Desa Kuala Simpang memiliki kebiasaan yang berbeda-beda dalam
melakukan diskusi politik khusunya mengenai pemilihan kepala desa pada tahun
2016. Tabel diatas menunjukan masyarakat Desa Kuala Simpang lebih banyak
melakukan diskusi politik bersama teman sepermainan dengan jumlah 57 % atau
sama dengan 43 responden.
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwasanya masyarakat Desa Kuala
Simpang juga kerap melakukan diskusi politik bersama dengan keluarga dengan
jumlah 23 responden atau sama dengan 30 %. Kemudian rekan kerja juga menjadi
rekan untuk melakukan diskusi politik khusunya diskusi tentang pemilihan kepala
desa di Desa Kuala Simpang pada tahun 2016 dengan jumlah 10 responden atau 13 %
dari 89 konsioner yang disebarkan kepada masyarakat.
3. Kegiatan Kampanye
Tabel 8
Ada Atau Tidaknya Kampanye Yang Dilakukan Calon Kepala Desa Kuala
Simpang Pada Tahun 2016
No Responden Frekuensi Persentase %
1 Ya 89 100 %
2 Tidak - -
Jumlah 89 100 %
Sumber: Data Olahan Penulis Tahun 2017
Berdasarkan hasil konsioner seperti tabel diatas dapat penulis analisis
bahwasanya dalam menyambut hari besar politik atau hari pemilihan kepala desa
kuala simpang tahun 2016, di Desa Kuala Simpang kerap diadakannya kampanye
untuk menyampaikan visi dan misi secara terbuka oleh masiung-masing calon kepala
desa yang akan bersaing pada saat pemilihan. Dari hasil survey dari beberapa
responden yaitu masyarakat Desa Kuala Simpang menunjukan masing-masing calon
mengadakan kampanye politik di desa tersebut dengan harapan akan menarik
simpatisan masyarakat untuk memberikan hak pilihnya pada saat pemilihan kepala
desa tahun 2016.
Tabel 9
Gambaran Ikut Serta Atau Tidaknya Masyarakat Ketika Kampanye Pilkades
2016 Di Desa Kuala Simpang
No Responden Frekuensi Presentase %
1 Ya 52 58 %
2 Tidak 37 42 %
Jumlah 89 100 %
Sumber: Data Olahan Penulis Tahun 2017
Berdasarkan hasil olahan data yang didapat dari beberapa responden melalui
konsioner penulis dapat menganalisis bahwasanya di Desa Kuala Simpang kegiatan
kampanye berjalan dengan baik, dengan tingginya partisipasi dan juga antusiasme
dari masyarakat untuk ikut serta menghadiri serta terlibat langsung dalam kegiatan
kampanye yang dilakukan masing-masing calon kepala desa di desa kuala simpang
pada tahun 2016. Berdasarkan hasil olahan data seperti tabel diatas masyarakat Desa
Kuala Simpang yang mengikuti kegiatan kampanye sebanyak 58% dibandingkan
dengan yang tidak mengikuti, terlihat jelas lebih dari 50% masyarakat yang ikut
berpartisipasi dalam kegiatan politik melalui kampanye yang diadakan masing-masing
calon di desa kuala simpang tahun 2016.
Berdasarkan analsisis dari beberapa jawaban responden mengenai kampanye
politik penulis juga menyimpulkan bahwasanya masyarakat Desa Kuala Simpang
merupakan masyarakat yang aktif dalam kegiatan politik khususnya dalam kegiatan
kampanye yang diadakan masing-masing calon kepala desa di Desa Kuala Simpang.
Masyarakat Desa Kuala Simpang sangat antusias untuk ikut serta melibatkan diri
mereka dalam kegiatan kampanye tersebut, hal ini dibuktikan dengan 58 %
masyarakat yang berpartisipasi mengikuti kampanye tersebut.
4. Membentuk dan Bergabung Dalam kelompok Kepentingan
Tabel 10
Gambaran Pernah Atau Tidaknya Masyarakat Ditawarkan Menjadi Tim
Pemenangan Dari Salah Satu Calon Kepala Desa Kuala Simpang
Tahun 2016
No Responden Frekuensi Persentase %
1 Ya 30 34 %
2 Tidak 59 66 %
Jumlah 89 100 %
Sumber: Data Olahan Penulis Tahun 2017
Berdasarkan hasil olahan data dari beberapa responden melalui sebaran
konsioner dapat penulis analsisis bahwasanya di desa kuala simpang pada tahun 2016
dalam rangka pemilihan kepala desa dari masing-masing calon memberikan tawaran
secara lansung kepada masyarakat untuk dijadikan tim pemenangan dari mereka
untuk mensukseskan dan juga menggalang suara sebanyak mungkin pada saat
pemilihan. Meskipun demikian masyarakat desa kuala simpang yang pernah
ditawarkan sebagai tim pemenangan calon kepala desa sebanyak 34% atau 30
responden dari 89 konsioner yang disebarkan.
Tabel 11
Gambaran Apakah Masyarakat Menjadi Tim Pemenangan Atau Tidak Dari
Salah Satu Calon Kepala Desa Kuala Simpang Tahun 2016
No Responden Frekuensi Persentase %
1 Ya 14 16 %
2 Tidak 75 84 %
Jumlah 89 100 %
Sumber: Data Olahan Penulis Tahun 2017
Berdasarkan tabel diatas yaitu hasil olahan data 2017 mengenai apakah
masyarakat Desa Kuala Simpang terlibat lansung menjadi tim pemenangan dari salah
satu calon kepala desa di Desa Kuala Simpang pada tahun 2016 dapat penulis analisis
bahwasanya masyarakat yang terlibat lansung sebagai tim pemenangan pemilihan
kepala desa sebanyak 16% atau 14 reponden dari 89 konsioner yang disebarkan.
Desa Kuala Simpang merupakan desa yang baru dua kali mengadakan
kegiatan politik pemilihan kepala desa, meskipun demikian masyarakat Desa Kuala
Simpang memiliki semangat politik yang tinggi dan partisipasi yang juga cukup baik.
Dalam kegiatan sebagai tim pemenangan masyarakat dari 34 % yang ditawarkan
sebagai tim pemenangan ternyata hanya 16 % saja yang tertarik untuk terlibat sebagai
tim pemenangan pemilihan kepala Desa Kuala Simpang tahun 2016.
D. PENUTUP
1. Kesimpulan
Partisipasi politik adalah keterlibatan warga dalam segala tahapan kebijakan,
mulai dari sejak pembuatan keputusan sampai dengan penilaian keputusan, termasuk
juga peluang untuk ikut serta dalam pelaksanaan keputusan, maka dapat disimpulkan
bahwa pentingnya partisipasi politik masyarakat dalam menjalankan suatu
pemerintahan yang ada di desa untuk mempengaruhi kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah desa.
Hasil penelitian yang didapat dari dokumen dan angket yang telah disebarkan
kepada masayarakat Desa Kuala Simpang dapat penulis simpulkan bahwasanya
tingkat partisipasi masyarakat Desa Kuala Simpang dalam pemilhan kepala desa
tahun 2016 cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari:
Desa Kuala Simpang masyarakat yang memberikan hak suara pada saat
pemilihan kepala desa tahun 2016 sebanyak 54 responden (61%) yang didorong oleh
kewajiban sendiri, 35 responden (39%) yang memilih kesadaran dari dalam diri
mereka dari 89 konsioner yang disebarkan. Tingkat partisipasi masyarakat di Desa
Kuala Simpang dalam memberikan hak suara sangat baik, hal ini dibuktikan dengan
mayoritas masyarakat Desa Kuala Simpang merupakan masyarakat yang aktif dalam
kegiatan politik seperti melakukan diskusi politik yaitu sebanyak 85%, mengikuti
kegiatan kampanye sebanyak 58 %, Akan tetapi masyakat yang membentuk dan
bergabung dalam kelompok kepentingan sebanyak sangat sedikit hanya berjumlah
16% dari 89 konsioner yang disebarkan
B. Saran
Adapun saran dalam penelitian ini untuk memberikan masukan dan
meningkatkan tingkat partisipasi di desa kuala simpang adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah Desa Kuala Simpang seharusnya lebih maksimal dalam
meningkatkan pembangunan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan
meningkatkan pendapatan asli desa (PADes) agar tingkat paritipasi
masyarakat dalam memberikan hak suara pada saat pemilihan kepala desa
terus meningkat seperti pada tahun 2016.
2. Panitia pemilihan kepala desa seharusya lebih mempertegas dan memperjelas
tentang bagaimana tata cara penyelenggaraan pemilihan kepala desa untuk
pemilihan berikutnya agar tidak terjadi hal hal yang tidak diinginkan dalam
proses penyelenggaraan.
3. Masyarakat Desa Kuala Simpang seharusnya bisa mempertahankan agar terus
aktif dalam melaksanakan serta ikut serta dalam kegiatan politik. Hal ini dapat
memberikan teladan bagi masyarakat yang belum memiliki kesadaran serta
kepercayaan penuh terhadap politik atau kepada calon pemimpin desa serta
menjadi contoh bagi desa-desa yang ada di Kabupaten Bintan pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Budiardjo, Miriam, 2009. Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta :PT. Gramedia Pustaka
Utama,
Damsar. 2010. Pengantar Sosiologi Politik. Kencana : Jakarta
Efriza. 2012. Political Explore: Sebuah Kajian Ilmu Politik. Bandung: Alfabeta.
H.A.R. Tilaar 2009. Kekuasaan Pendidikam: Kajian Manajemen Pendidikan
Nasional dalam Pusaran Kekuasaan. Jakarta: Rinika Cipta.
Hartono. 2011 Metodologi Penelitian. Pekan Baru.
Isbandi Rukminto. 2007. Perencanaan Partisipatoris Berbasis Aset Komunitas : Dari
Pemikiran Menuju Penerapan. FISIP UI Press.Depok.
I Nyoman, 2010, Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan Pemberdayaan
Masyarakat. Jakarta: Penerbit Citra Utama
Lynch, Frank. 1974. Data Cathering by Social Survay Trial Edition.
Mohtar Mas’oed dan Collin MacAndrews. 2011 Perbandingan Sistem Politik. Gajah
Mada
Siti Irene A.D., (2011). Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sugiyah.(2010). Partisipasi Komite Sekolah dalam penyelenggaraan Rintisan Sekolah
Bertaraf Internasional di Sekolah Dasar Negeri IV Wates, Kabupaten Kulon
Progo.Tesis.PPs UNY.
Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung :
Alfabeta..
Sukmadinata, N. S. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung PT. Remaja.
Peraturan Perundang-undangan
Peraturan Mentri dalam Negri No.84 Tahun 2015
Peraturan Daerah Kabupaten Bintan No.1 Tahun 2015
Undang-Undang Dasar Tahun 1945
Skripsi dan Jurnal
Penelitian Dwi Nopiyanti (2015) dengan judul: “Partisipasi politik masyarakat pada
pemilihan kepala desa malang rapat kecamatan gunung kijang kabupaten
bintan tahun 2013”.
Penelitian Mirna Syafni Agustia (2016) dengan judul: “Partisipasi politik masyarakat
dalam pilkada serentak pemilihan gubernur 2015 provinsi kepulauan riau di
kota tanjungpinang”
Tubagus Ali Rachman Puja Kusuma.2012. Jurnal Pengaruh Pemahaman Siswa
Tentang Konsep Budaya Politik Dan Pembentukan Civic Skills Terhadap
Tingkat Aspirasi PemilihPemula Di SMA AL-KAUTSAR Kota B. Lampung.
Sekolah Pascasarjana Universitas Lampung.Tidak diterbitkan
Wahyu. 2010. Jurnal Parisipasi Politik Pemilih Pemula dalam Pelaksanaan Pemilu
Tahun 2009 di Desa Puguh Kecamatan Boja Kabupaten Kendal. Semarang:
Unnes.