studi perbandingan ekstrak kemenyan dan …digilib.unila.ac.id/24476/2/skripsi tanpa bab...
Post on 12-Mar-2019
235 Views
Preview:
TRANSCRIPT
STUDI PERBANDINGAN EKSTRAK KEMENYAN DAN CAMPURANEKSTRAK GAMBIR, ASAM BENZOAT, DAN ASAM SITRAT SEBAGAI
INHIBITOR KERAK KALSIUM KARBONAT (CaCO3) DENGANMENGGUNAKAN METODE SEEDED EXPERIMENT
(Skripsi)
Oleh
Tiand Reno
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2016
ABSTRAK
STUDI PERBANDINGAN EKSTRAK KEMENYAN DAN CAMPURANEKSTRAK GAMBIR, ASAM BENZOAT, DAN ASAM SITRAT SEBAGAI
INHIBITOR KERAK KALSIUM KARBONAT (CaCO3) DENGANMENGGUNAKAN METODE SEEDED EXPERIMENT
Oleh
Tiand Reno
Pembentukan kerak CaCO3 dalam pipa-pipa industri terutama pada industriminyak dan gas dapat menimbulkan masalah yang cukup serius. Oleh karena itu,dalam penelitian ini telah dilakukan pengujian dua jenis inhibitor yaitu senyawaekstrak kemenyan dan campuran ekstrak gambir, asam benzoat, dan asam sitratdengan perbandingan (2:1:2) pada kerak kalsium karbonat (CaCO3) menggunakanmetode penambahan bibit kristal (seeded experiment) dengan suhu 90oC padakonsentrasi larutan pertumbuhan CaCO3 sebesar 0,050; 0,075; 0,100; dan 0,125 Mserta variasi inhibitor dari 50, 150, 250 dan 350 ppm. Efektifitas tertinggi terjadipada konsentrasi pertumbuhan larutan CaCO3 dan konsentrasi inhibitor yangsama, yaitu pada konsentrasi larutan pertumbuhan kristal CaCO3 0,050 M dankonsentrasi inhibitor 350 ppm. Persen efektifitas tertinggi pada ekstrak kemenyanyaitu 31,10% dan pada campuran ekstrak gambir, asam benzoat, dan asam sitratyaitu 78,30%. Berdasarkan analisis kualitatif menggunakan scanning electronmicroscopy (SEM) menunjukan bahwa ukuran kerak CaCO3 tanpa inhibitor lebihbesar dibandingkan dengan penambahan inhibitor sedangkan analisis kuantitatifmenggunakan particle size analyzer (PSA) menunjukan bahwa distribusi ukuranpartikel kerak CaCO3 menjadi lebih kecil dengan adanya penambahan inhibitor.
Kata kunci : Kerak, inhibitor, CaCO3 , ekstrak kemenyan, ekstrak gambir, asambenzoat, asam sitrat.
ABSTRACT
RATIO STUDY OF KEMENYAN EXTRACT AND MIXTURE GAMBIEREXTRACT, BENZOIC ACID, AND CITRIC ACID AS INHIBITOR OF
CALCIUM CARBONATE SCALE (CaCO3) USING SEEDEDEXPERIMENT METHOD
By
Tiand Reno
Scale formation in the industrial pipes, especially on gas and oil industry can leadto some serious problems. Therefore in this study, it has been tested two types ofinhibitors: the kemenyan extract compounds and the mixture of gambier extract,benzoic acid, and citric acid with ratio (2:1:2) to calcium carbonat (CaCO3) scaleby using seeded experiment method with 90oC in the concentration of CaCO3
growth solution from 0.050; 0.075; 0.100; and 0.125 M and variation of inhibitorfrom 50, 150, 250 and 350 ppm. The highest effectiveness occurs in the sameCaCO3 growth concentration and inhibitor concentration, respectively is 0.050 Mand 350 ppm. The highest effectiveness for kemenyan extract is 31.10% and forthe mixtures of gambier extract, benzoic acid, and citric acid is 78.30%.According to qualitative analysis by using scanning electron microscopy (SEM)showed that the size of the CaCO3 crystal without inhibitor is greater than CaCO3
crystal with addition of inhibitor and from quantitative analysis by using particlesize analyzer (PSA) can be concluded that the particle size distribution of CaCO3
scale become smaller with the inhibitor addition.
Keyword : Scale, inhibitor, CaCO3 , kemenyan extract, gambier extract, benzoicacid, citric acid.
STUDI PERBANDINGAN EKSTRAK KEMENYAN DAN CAMPURANEKSTRAK GAMBIR, ASAM BENZOAT, DAN ASAM SITRAT SEBAGAI
INHIBITOR KERAK KALSIUM KARBONAT (CaCO3) DENGANMENGGUNAKAN METODE SEEDED EXPERIMENT
Oleh
Tiand Reno
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh GelarSARJANA SAINS
Pada
Jurusan KimiaFakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
UNIVERSITAS LAMPUNGBANDARLAMPUNG
2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis yang bernama lengkap Tiand Reno dilahirkan di
Seputih Banyak 26 April 1994, anak dari Bapak Yusuf
Purnomo dan Ibu Sulistiati, sebagai anak kedua dari 3
bersaudara, menempuh pendidikan dasar di SDN 3 Tanjung
Harapan selesai pada tahun 2006, kemudian melanjutkan di
SMPN 1 Seputih Banyak selesai pada tahun 2009 dan SMA
Negeri 1 Seputih Banyak selesai pada tahun 2012. Saat SMA penulis aktif dalam
organisasi Taekwondo. Pada tahun 2012 diterima sebagai mahasiswa jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengethauan Alam Universitas Lampung melalui
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) jalur ujian tertulis.
Selama masa perkuliahan penulis pernah menjadi asisten Praktikum Kimia
Anorganik 1, dan Praktikum Kimia Anorganik 2. Selain aktif di perkuliahan, penulis
aktif di beberapa organisasi, diantaranya sebagai Anggota Kepelatihan UKM
Taekwondo Unila 2012/2013, Kader Muda Himaki (KAMI) periode 2012/2013,
Anggota Bidang Penerbitan HIMAKI periode 2013/2014, Anggota Bidang
Penerbitan 2014/2015, dan Ketua Devisi Peralatan Taekwondo Unila 2015/2016.
Dengan kerendahan hati dan mengharap ridho Allah SWT
Kupersembahkan karya kecil ini kepada :
Kedua orang tua yang selalu menjadi motivator dan penyemangatutamaku
Kakak dan adiikku yang selalu memberi bantuan dan kebahagianuntuk setiap langkahku
Dengan rasa hormat kepada Prof. Suharso, Ph.D. dan Prof. Dr.Buhani, M.Si.
Sahabat dan teman-temanku yang selalu berbagi keceriaan,menemani dan berjuang bersamaku
Guru-guruku tanpa tanda jasa yang senantiasa membimbing danmembagi ilmu kepadaku
Dan almamater tercinta
MOTTO
Seseorang yang tidak pernah berbuat kesalahan, tidak pernah mencoba sesuatu yang baru(Albert Einstein).
Bila takut akan kegagalan, itu berarti ia telah membatasi kemampuannya (Henry Ford).
SANWACANA
Assalamualaikum Wr. Wb.
Segala puji hanya milik Allah, Tuhan semesta alam. Atas segala karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Perbandingan Ekstrak
Kemenyan dan Campuran Ekstrak Gambir, Asam Benzoat, dan Asam Sitrat
sebagai Inhibitor Kerak Kalsium Karbonat (CaCO3) dengan Menggunakan
Metode Seeded Experiment” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Lampung.
Shalawat dan Salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.
Pembawa rahmat bagi seluruh alam, suri tauladan yang baik bagi seluruh umat
manusia. Semoga kita sebagai umatnya diberikan keistiqomahan dalam menjalankan
sunnah-sunnahnya.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan berupa dukungan baik moril maupun materil kepada
penulis dari awal perkuliahan sampai dengan penyelesaian skripsi ini, terutama
kepada :
1. Kedua orang tuaku yang sangat aku sayangi. Ibuku Sulistiati dan Ayahku Yusuf
Purnomo, serta adikku Eryonatha Melino dan kakakku Yuant Tiandho yang
senantiasa sabar, penyemangat terbesar hidupku. Terimakasih atas segala
totalitas yang diberikan kepadaku, semoga Allah senantiasa memberi kesehatan
dan melindungi kalian.
2. Bapak Prof. Suharso, Ph.D. selaku pembimbing I yang telah banyak memberikan
ilmu pengetahuan, bimbingan, gagasan, bantuan, dukungan, semangat,
kesabaran, dan nasehat-nasehatnya kepada penulis dalam proses perencanaan dan
pelaksanaan penelitian serta dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah
memberikan yang terbaik dan membalas segala kebaikan Bapak.
3. Ibu Prof. Dr. Buhani, M.Si. selaku pembimbing 2 yang telah banyak memberikan
ilmu pengetahuan, bimbingan, gagasan, bantuan, dukungan, semangat,
kesabaran, dan nasehat-nasehatnya kepada penulis dalam proses perencanaan dan
pelaksanaan penelitian serta dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah
memberikan yang terbaik dan membalas segala kebaikan Ibu.
4. Ibu Dr. Zipora Sembiring, M.S. selaku pembahas yang telah memberikan kritik ,
saran, arahan, dukungan dan bantuan kepada penulis sehingga skripsi ini
terselesaikan dengan baik.
5. Bapak Andi Setiawan, Ph. D, selaku pembimbing akademik, penulis ucapkan
terimakasih banyak kepada bapak atas kesediaannya untuk memberikan
bimbingan, bantuan, nasehat dan informasi yang bermanfaat.
6. Bapak Dr. Eng. Suripto Dwi Yuwono, M.T., selaku Ketua Jurusan Kimia FMIPA
Unila.
7. Bapak Prof. Warsito, S.Si., D.E.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
8. Seluruh Dosen FMIPA Unila dan guru-guruku yang telah mendidik dan
memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berguna kepada penulis selama
menempuh pendidikan.
9. Partner kerjaku Siti Aisyah. Nila Amalin Nabilah dan Khoirul Anwar terimakasih
atas kepedulian dan bantuannya. Kak Irkham, Kak Nico dan Mbak Melly Antika.
Anorganic Research team : Rifki, Imah, Iin, Indri, Sukamto, Murni, Adi, dan
Jean Terimakasih atas bantuan, saran, dan semangat untuk menyelesaikan
penelitian ini.
10. Sahabatku Apriyanda Kusuma Wijaya dan sahabat terbaik Siti Fatimah yang
telah memberikan semangat.
11. Teman-teman sekaligus keluargaku KIMIA’12 Adi Setiawan, Aditian Sulung
S,Agus Ardiansyah, Ajeng Wulandari, Ana Maria Kristiani, Apri Welda, Arya
Rifansyah, Atma Istanami, Ayu Imani, Ayu Setianingrum, Deborah Jovita, Derry
Vardella, , Diani Iska Miranti, , Edi Suryadi, Eka Hurwaningsih, Elsa Zulha, Febita
Glyssenda, Feby Rinaldo Pratama Kusuma, Ferdinand Haryanto Simangunsong, Fifi
Adriyanthi, Handri Sanjaya, Hiqi Alim, Indah Wahyu Purnamasari, Indry Yani Saney,
Intan Mailani, Jean Pitaloka, Jenny Jessica Sidabalok, Khoirul Anwar, Muhamad Rizal
R, Nila Amalin Nabilah, Riandra Pratama Usman, Rifki Husnul Khuluk, Rizal Rio
Saputra, Rizki Putriyana, Ruliana Juni Anita, Ruwaidah Muliana, Siti Aisah, Sofian
Sumilat Rizki, Sukamto, Suwarda Dua Imatu Dela, Syathira Assegaf, Tiurma Debora
Simatupang, Tri Marital, Wiwin Esty Sarwita, Yunsi`U Nasy`Ah, dan Zubaidi.
12. Teman-teman UKM Taekwondo Unila yang selalu latihan bersama untuk melatih
jasmani dan keceriannya.
13. Teman-teman sejak kecil hingga sekarang, terimakasih atas segalanya.
14. Mahasiswa jurusan kimia angkatan 2008, 2009, 2010, 2011, 2012, 2013, 2014
dan 2015.
15. Pegawai Administrasi jurusan kimia FMIPA Unila.
16. Almamater tercinta Universitas Lampung.
Bandar Lampung, November 2016Penulis,
Tiand Reno
xi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xv
I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1B. Tujuan Penelitian ............................................................................. 3C. Manfaat Penelitian ........................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 5
A. Kerak ............................................................................................... 5B. Faktor Pembentuk Kerak .................................................................. 9
1. Kristalisasi .................................................................................. 92. Kelarutan Endapan ...................................................................... 10
C. Metode Pencegahan Terbentuknya Kerak CaCO3............................ 111. Pengendalian pH.......................................................................... 112. Penggunaan air bebas mineral........ ............................................. 123. Penggunaan Inhibitor Kerak ........................................................ 12
D. Kemenyan ( Sytrax Benzoin ) ........................................................... 15E. Gambir .... ........................................................................................ 17F. Asam Benzoat ................................................................................... 19G. Asam Sitrat ...................................................................................... 19H. Metode Seeded Experiment .............................................................. 20I. Spektrofotometri Inframerah (IR) ..................................................... 21J. Scanning Electron Microscopy (SEM) .............................................. 21K. Particle Size Analyzer (PSA)............................................................. 23
III. METODOLOGI PERCOBAAN.......................................................... 24
xii
A. Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................... 24B. Alat dan Bahan ................................................................................ 24C. Prosedur Penelitian .......................................................................... 25
1. Pembuatan Inhibitor Ekstrak Kemenyan..................................... 252. Pembuatan Inhibitor Gambir, Asam Benzoat, dan Asam Sitrat.. 253. Uji Ketahanan Larutan Inhibitor ................................................. 264. Preparasi Bibit Kristal ............................................................ .... 275. Pengujian Ekstrak Kemenyan Putih serta Ekstrak Gambir
dengan tambahan Asam Benzoat dan Asam Sitrat SebagaiInhibitor dalam Pengendapan Kristal CaCO3 ............................. 27
D. Analisis Data .................................................................................. 29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 30
A. Uji Ketahanan Larutan Inhibitor ..................................................... 30
B. Pengamatan Ekstrak Kemenyan dan Ekstrak GambirMenggunakan Spektrofotometer Infra Merah (IR) ......................... 32
C. Penentuan Laju Pertumbuhan CaCO3 Tanpa Inhibitor padaKonsentrasi Larutan Pertumbuhan yang Berbeda dengan MetodeSeeded Experiment .......................................................................... 34
D. Penentuan Laju Pertumbuhan CaCO3 dengan PenambahanInhibitor Ekstrak Kemenyan pada Konsentrasi LarutanPertumbuhan yang Berbeda dengan Metode Seeded Experiment ... 351. Penentuan Laju Pertumbuhan Kristal CaCO3 dengan Variasi
Konsentrasi Inhibitor Ekstrak Kemenyan pada LarutanPertumbuhan 0,050 M.............................................................. 36
2. Penentuan Laju Pertumbuhan Kristal CaCO3 dengan VariasiKonsentrasi Inhibitor Ekstrak Kemenyan pada LarutanPertumbuhan 0,075 M.............................................................. 38
3. Penentuan Laju Pertumbuhan Kristal CaCO3 dengan VariasiKonsentrasi Inhibitor Ekstrak Kemenyan pada LarutanPertumbuhan 0,100 M.............................................................. 39
4. Penentuan Laju Pertumbuhan Kristal CaCO3 dengan VariasiKonsentrasi Inhibitor Ekstrak Kemenyan pada LarutanPertumbuhan 0,125 M.............................................................. 40
E. Penentuan Laju Pertumbuhan CaCO3 dengan PenambahanCampuran Inhibitor Ekstrak Gambir, Asam Benzoat, dan AsamSitrat pada Konsentrasi Larutan Pertumbuhan yang Berbedadengan Metode Seeded Experiment ................................................ 421. Penentuan Laju Pertumbuhan Kristal CaCO3 dengan Variasi
Konsentrasi Campuran Inhibitor pada Larutan Pertumbuhan0,050 M .................................................................................... 45
xiii
2. Penentuan Laju Pertumbuhan Kristal CaCO3 dengan VariasiKonsentrasi Campuran Inhibitor pada Larutan Pertumbuhan0,075 M .................................................................................... 46
3. Penentuan Laju Pertumbuhan Kristal CaCO3 dengan VariasiKonsentrasi Campuran Inhibitor pada Larutan Pertumbuhan0,100 M .................................................................................... 48
4. Penentuan Laju Pertumbuhan Kristal CaCO3 dengan VariasiKonsentrasi Campuran Inhibitor pada Larutan Pertumbuhan0,125 M .................................................................................... 49
F. Karakterisasi Permukaan Kerak CaCO3 dengan MenggunakanSEM................................................................................................. 51
G. Karakterisasi Distribusi Ukuran Partikel Kerak CaCO3 denganMenggunakan PSA ......................................................................... 53
V. SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 56A. Simpulan ........................................................................................ 56B. Saran ............................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 58
LAMPIRAN ............................................................................................... 65
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Variasi perbandingan gambir, asam benzoat, dan asam sitrat ........... 26
2. Nilai pH ekstrak kemenyan setelah ditambahkan larutan CaCO3 ..... 35
3. Data % efektivitas inhibitor ekstrak kemenyan pada kelarutanpertumbuhan 0,050 M........................................................................ 37
4. Data % efektivitas inhibitor ekstrak kemenyan pada kelarutanpertumbuhan 0,075 M ....................................................................... 39
5. Data % efektivitas inhibitor ekstrak kemenyan pada kelarutanpertumbuhan 0,100 M ....................................................................... 40
6. Data % efektivitas inhibitor ekstrak kemenyan pada kelarutanpertumbuhan 0,125 M ....................................................................... 41
7. Nilai pH paduan inhibitor ekstrak gambir, asam benzoat, danasam sitrat setelah ditambahkan larutan CaCO3 ................................ 44
.8. Nilai pH dari masing-masing larutan inhibitor 1000 ppm ................. 44
9. Data % efektivitas inhibitor campuran pada kelarutanpertumbuhan 0,050 M ........................................................................ 46
10. Data % efektivitas inhibitor campuran pada kelarutanpertumbuhan 0,075 M ........................................................................ 47
11. Data % efektivitas inhibitor campuran pada kelarutanpertumbuhan 0,100 M ........................................................................ 49
12. Data % efektivitas inhibitor campuran pada kelarutanpertumbuhan 0,125 M ........................................................................ 50
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerak dalam Pipa ............................................................................ 6
2. Reaksi Hidrolisis Polifosfat............................................................. 14
3. Getah Kemenyan ............................................................................. 16
4. Struktur Asam Tanat ....................................................................... 17
5. Struktur Katekin .............................................................................. 18
6. Struktur Kuersetin .......................................................................... 18
7. Asam Benzoat ................................................................................ 19
8. Asam Sitrat ...................................................................................... 20
9. Larutan Inibitor ............................................................................... 31
10. Spektrum IR .................................................................................... 32
11. Grafik perbandingan laju pertumbuhan kerak CaCO3 denganvariasi konsentrasi larutan pertumbuhan dan tanpa penambahaninhibitor ........................................................................................ 34
12. Grafik laju pertumbuhan kristal CaCO3 dengan inhibitorekstrak kemenyan pada konsentrasi larutan pertumbuhan0,050 M ........................................................................................ 36
13. Grafik laju pertumbuhan kristal CaCO3 dengan inhibitorekstrak kemenyan pada konsentrasi larutan pertumbuhan0,075 M ........................................................................................ 38
14. Grafik laju pertumbuhan kristal CaCO3 dengan inhibitorekstrak kemenyan pada konsentrasi larutan pertumbuhan0,100 M ........................................................................................ 39
xvi
15. Grafik laju pertumbuhan kristal CaCO3 dengan inhibitorekstrak kemenyan pada konsentrasi larutan pertumbuhan0,125 M ........................................................................................ 41
16. Grafik perbandingan laju pertumbuhan kerak CaCO3 denganvariasi perbandingan berat pada konsentrasi larutan 0,05 M dankonsentrasi inhibitor 350 ppm......................................................... 43
17. Grafik perbandingan laju pertumbuhan kerak CaCO3 denganvariasi perbandingan berat pada konsentrasi larutan 0,075 M dankonsentrasi inhibitor 350 ppm......................................................... 43
18. Grafik laju pertumbuhan kristal CaCO3 dengan campuraninhibitor pada konsentrasi larutan pertumbuhan 0,050 M. ............. 45
19. Grafik laju pertumbuhan kristal CaCO3 dengan campuraninhibitor pada konsentrasi larutan pertumbuhan 0,075 M .............. 47
20. Grafik laju pertumbuhan kristal CaCO3 dengan campuraninhibitor pada konsentrasi larutan pertumbuhan 0,100 M .............. 48
21. Grafik laju pertumbuhan kristal CaCO3 dengan campuraninhibitor pada konsentrasi larutan pertumbuhan 0,125 M .............. 50
22. Morfologi kerak CaCO3 pada konsentrasi 0,050 M denganperbesaran 1000x ............................................................................ 52
23. Morfologi kerak CaCO3 pada konsentrasi 0,050 M denganperbesaran 2000x ............................................................................ 52
24. Kristal kerak CaCO3........................................................................ 53
25. Grafik distribusi ukuran partikel kerak CaCO3 0,050 M tanpainhibitor dan dengan penambahan inhibitor paduan senyawaekstrak gambir, asam benzoat, dan asam sitrat 350 ppm ................ 54
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kerak (scale) adalah suatu deposit keras dari senyawa anorganik yang sebagian
besar terjadi pada permukaan peralatan penukar panas yang disebabkan oleh
pengendapan partikel mineral dalam air (Bhatia, 2003). Pembentukan kerak
merupakan masalah yang sering dijumpai dalam pipa di dunia industri
perminyakan (Lestari, 2004). Salah satu contoh adalah perusahaan minyak
Indonesia (Pertamina, Tbk) menghabiskan 6-7 juta dolar untuk mengganti setiap
pipa pada bagian geotermal setiap 10 tahun untuk mengatasi masalah kerak
(Suharso et al.,2010). Penyebab terbentuknya endapan kerak pada pipa-pipa di
industri adalah terdapatnya senyawa-senyawa pembentuk kerak dalam air dengan
jumlah yang melebihi kelarutannya pada keadaan kesetimbangan sehingga
terbentuk kristal. Kristal tersebut akan memperkecil diameter pipa sehingga dapat
meninngkatkan tekanan dan menyebabkan pipa mengalami kerusakan (Asnawati,
2001). Komponen-komponen kerak yang sering dijumpai pada peralatan industri
yaitu: kalsium karbonat, kalsium fosfat, seng fosfat, kalsium sulfat, silika, dan
magnesium silikat (Lestari, 2004).
Beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengontrol pembentukan kerak
antara lain dengan cara pembebasan mineral air (Lestari, 2008), pengendalian pH
2
(Suharso, 2012), dan penggunaan inhibitor (Suharso et al, 2007). Inhibitor kerak
adalah suatu zat yang dapat menghentikan atau mencegah terbentuknya kerak
(Halimatuddahliana, 2003). Dibandingkan metode lainnya metode inhibitor
merupakan metode yang menarik untuk dikembangkan lebih lanjut karena
biayanya relatif lebih murah dan memiliki efektifitas yang lebih tinggi (Asnawati,
2001) serta dapat mencegah kerak dalam periode yang lama (Cowan, 1976).
Inhibitor kerak pada umumnya dibagi menjadi dua macam yaitu inhibitor kerak
organik dan inhibitor kerak anorganik. Namun, inhibitor kerak anorganik bersifat
berbahaya, mahal dan tidak ramah lingkungan. Sehingga digunakan inhibitor
kerak organik bahan alam yang ramah lingkungan, mudah diperoleh dan bersifat
biodagradable (Irianty dan Komalasari, 2013).
Beberapa bahan alam yang dapat digunakan sebagai inhibitor kerak adalah gambir
(Uncaria Gambir) (Suharso, 2012) dan kemenyan (Stryrax Benzoin) (Sabriani,
2016). Kemenyan mengandung asam benzoat yang berperan sebagai pengawet
serta dapat juga digunakan sebagai inhibitor dari kerak CaCO3 (Sthal, 1985),
sedangkan gambir mengandung asam tannat (20-50%), katekin (7-33%), dan
pyrocathechol (20-30%). Sehingga gambir dapat digunakan sebagai inhibitor
kerak yang efektif karena adanya kandungan katekin dan asam tanat (Thorpe dan
whitely, 1921). Keefektifan gambir sebagai inhibitor kerak mencapai 60%
(Suharso et al., 2011) namun tidak seperti kemenyan, gambir mudah mengalami
penjamuran sehingga membutuhkan zat pengawet untuk menghambat
pertumbuhan jamur (Padli, 2014). Jenis zat pengawet yang dapat digunakan untuk
3
inhibitor adalah asam sitrat dan asam benzoat (Suharso, 2009). Sehingga
campuran antara ekstrak gambir, asam benzoat dan asam sitrat menarik untuk
dilakukan penelitian sebagai inhibitor kerak CaCO3, agar diperoleh inhibitor yang
memiliki efektifitas yang lebih baik dibandingkan dengan inhibitor ekstrak gambir
saja.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk mengetahui keefektifan
inhibitor dalam menghambat pembentukan kerak kalsium karbonat adalah metode
seeded experiment. Pada metode seeded experiment digunakan penambahan bibit
kristal sehingga laju pertumbuhan kristal dapat berlangsung lebih cepat bila
dibandingkan dengan tanpa penambahan bibit kristal. Keefektifan inhibitor
ditentukan oleh massa endapan yang terbentuk ketika diberikan inhibitor, ukuran
partikel yang dikarakterisasi menggunakan particle size analyzer (PSA), dan
morfologi kerak yang dikarakterisasi dengan scanning electron microscopy
(SEM).
B. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :
1. Mempelajari pengaruh penambahan ekstrak kemenyan dan campuran ekstrak
gambir, asam benzoat, dan asam sitrat sebagai inhibitor kerak kalsium
karbonat pada konsentrasi yang berbeda.
2. Mengetahui keefektifan ekstrak kemenyan dan campuran ekstrak gambir,
asam benzoat, dan asam sitrat sebagai inhibitor kerak kalsium karbonat
dengan menggunakan metode seeded experiment melalui analisis data.
4
C. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
kemampuan dari ekstrak kemenyan, dan campuran dari ekstrak gambir, asam
benzoat dan asam sitrat dengan menggunakan metode seeded experiment dalam
menghambat pertumbuhan kerak kalsium karbonat.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerak
Kerak adalah suatu deposit keras dari senyawa anorganik yang sebagian besar
terjadi pada permukaan peralatan penukar panas yang disebabkan oleh
pengendapan partikel mineral dalam air (Bhatia, 2003). Penyebab terbentuknya
endapan kerak pada pipa-pipa di industri adalah terdapatnya senyawa-senyawa
pembentuk kerak dalam air dengan jumlah yang melebihi kelarutannya pada
keadaan kesetimbangan sehingga terbentuk kristal. Kristal tersebut akan
memperkecil diameter dan menghambat aliran fluida pada sistem pipa tersebut.
Terganggunya aliran fluida menyebabkan tekanan semakin tinggi sehingga
kemungkinan pipa mengalami kerusakan (Asnawati, 2001). Kerak (Gambar 1)
terbentuk karena tercapainya keadaan larutan lewat jenuh. Dalam keadaan larutan
lewat jenuh beberapa molekul akan bergabung membentuk inti kristal. Kristal-
kristal yang terbentuk mempunyai muatan ion lebih rendah dan cenderung untuk
menggumpal sehingga terbentuk kerak (Lestari, 2008; Hasson dan Semiat, 2005).
Proses pengendapan senyawa-senyawa anorganik biasa terjadi pada peralatan-
peralatan industri yang melibatkan air garam seperti industri minyak dan gas,
proses desalinasi dan ketel serta industri kimia. Hal ini disebabkan karena
6
terdapatnya unsur-unsur anorganik pembentuk kerak seperti logam kalsium dalam
jumlah yang melebihi kelarutannya pada keadaan kesetimbangan.
Terakumulasinya endapan-endapan dari senyawa anorganik tersebut dapat
menimbulkan masalah seperti kerak (Weijnen et al.,1983 ; Maley, 1999).
Gambar 1. Kerak dalam Pipa (Anonim, 2016).
Menurut Lestari (2008) dan Nunn (1997) komponen khas kerak yang sering
dijumpai adalah sebagai berikut : kalsium sulfat, kalsium karbonat, kalsium dan
seng fosfat, silika dengan konsentrasi tinggi, besi dioksida, besi fosfat, mangan
dioksida, magnesium silika dan silika, serta magnesium karbonat.
Kalsium karbonat merupakan suatu zat padat putih, tidak berbau, tidak berasa,
tidak beracun, larut dalam asam, dan dijumpai di alam sebagai kalsit, napal,
aragonit, travertin, marmer, batu gamping, dan kapur yang ditemukan bersama
mineral dolomit. Kristal kalsium karbonat berwujud rombik atau rombohedral dan
dimanfaatkan sebagai obat penawar asam, pasta gigi, cat putih, bahan pengisi
kertas, semen, kaca, plastik, dan sebagainya.
7
Kalsium karbonat dibuat dari reaksi (Arsyad, 2001):
CaCl2 + Na2CO3 CaCO3 + 2 NaCl
Kalsium karbonat hanya sedikit larut di dalam air dan hasil kali kelarutannya
menurun dengan naiknya ukuran Ca2+ (Cotton and Wilkinson, 1989). Kalsium
karbonat terurai bila dipanaskan menghasilkan kalsium oksida (kapur tohor) dan
kapur dioksida. Senyawa ini dijumpai di alam sebagai mineral kalsit dan aragonit
(Daintith, 1994).
Kalsit merupakan salah satu mineral kalsium karbonat yang mengkristal dalam
sistem rombohedral, biasanya tidak berwarna atau berwarna putih. Kalsit salah
satu mineral pembentuk batuan dan merupakan penyusun utama dalam batu
gamping, marmer dan karbonatit. Aragonit merupakan mineral anhidrat
pembentuk batuan kalsium karbonat yang mengkristal dalam sistem rombus.
Aragonit ini biasanya berwarna putih atau tidak berwarna bila murni, tetapi jika
ada bahan asing dapat bercorak kelabu, biru, hijau, atau merah muda. Aragonit
terjadi sebagai endapan di dalam gua kapur, di sekitar sumber air panas dan
geyser, dalam batuan metamorf bertekanan tinggi serta bersuhu rendah, dan juga
dijumpai dalam cangkang sejumlah hewan (Sen, 2001).
Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya kerak antara lain yaitu :
1. Kualitas Air
Pembentukan kerak dipengaruhi oleh konsentrasi komponen-komponen
pembentuk kerak, pH, dan konsentrasi bahan penghambat kerak dalam air
(Lestari, 2008).
8
2. Temperatur Air
Pada umumnya komponen pembentuk kerak cenderung mengendap atau
menempel sebagai kerak pada temperatur tinggi. Hal ini disebabkan karena
kelarutannya menurun dengan naiknya temperatur. Laju pengerakan mulai
meningkat pada temperatur air 50oC atau lebih dan kadang-kadang kerak
terbentuk pada temperatur air di atas 60oC (Lestari, 2008).
3. Laju Alir Air
Laju pembentukan kerak akan meningkat dengan turunnya laju alir sistem. Dalam
kondisi tanpa pemakaian penghambat kerak pada sistem dengan laju alir 0,6
m/detik maka laju pembentukan kerak hanya seperlima dibanding pada laju alir
air 0,2 m/detik (Lestari, 2008).
Di bawah ini adalah tiga prinsip mekanisme pembentukan kerak :
1. Campuran dua air garam yang tidak sesuai (air formasi yang mengandung
banyak kation seperti kalsium, barium, dan stronsium bercampur dengan sulfat
yang banyak terdapat dalam air laut, menghasilkan kerak sulfat seperti CaSO4)
Ca2+ (Sr2+ atau Ba2+) + SO42- CaSO4 (SrSO4 atau BaSO4)
(Badr dan Yassin, 2007).
2. Penurunan tekanan dan kenaikan temperatur air garam, yang akan menurunkan
kelarutan garam (mineral yang paling banyak mengendap adalah kerak karbonat
seperti CaCO3)
Ca(HCO3)2 CaCO3 + CO2 + H2O (Badr dan Yassin, 2007).
9
3. Penguapan air garam menghasilkan peningkatan konsentrasi garam melebihi
batas kelarutan dan membentuk endapan garam (Badr dan Yassin, 2007).
B. Faktor Pembentuk Kerak
Ukuran kerak yang terbentuk selama pengendapan tergantung pada dua faktor
penting yaitu laju pembentukan inti (nukleasi) dan laju pertumbuhan kristal. Laju
pembentukan inti dapat dinyatakan dengan jumlah inti yang terbentuk dalam
satuan waktu. Apabila laju pembentukan inti tinggi, banyak sekali kristal yang
akan terbentuk yang terdiri dari partikel-partikel kecil. Laju pembentukan inti
tergantung pada derajat lewat jenuh dari larutan. Semakin tinggi derajat lewat
jenuh maka semakin besar kemungkinan untuk membentuk inti baru sehingga
akan semakin besar laju pembentukan inti. Laju pertumbuhan kristal merupakan
faktor penting lainnya yang dapat mempengaruhi ukuran kristal yang terbentuk
selama pengendapan berlangsung. Semakin tinggi laju pertumbuhan maka kristal
yang akan terbentuk semakin besar. Laju pertumbuhan kristal juga bergantung
pada derajat lewat jenuh (Svehla, 1990).
1. Kristalisasi
Menurut Brown (1978) kristalisasi adalah suatu proses pembentukan kristal dari
larutannya dan kristal yang dihasilkan dapat dipisahkan secara mekanik.
Pertumbuhan kristal dapat terjadi bila konsentrasi suatu zat terlarut dalam
larutannya melewati kadar kelarutan lewat jenuhnya pada suhu tertentu. Kondisi
kelarutan lewat jenuh dapat diperoleh melalui pendinginan larutan pekat panas,
penguapan larutan encer, kombinasi proses penguapan dan pendinginan, dan
dengan penambahan zat lain untuk menurunkan kelarutannya. Kristalisasi
10
memiliki dua tahap proses yaitu tahap pembentukan inti yang merupakan tahap
mulai terbentuknya zat padat baru dan tahap pertumbuhan kristal yang merupakan
tahap inti zat padat yang baru terbentuk mengalami pertumbuhan menjadi kristal
yang lebih besar.
2. Kelarutan Endapan
Menurut Svehla (1990) endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu
fase padat dari larutan. Endapan mungkin berupa kristal atau koloid yang didapat
dari larutan yang disaring. Endapan terbentuk jika larutan menjadi lewat jenuh
dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan didefinisikan sebagai konsentrasi molar
yang bernilai sama dengan larutan jenuhnya. Kelarutan tergantung pada berbagai
kondisi, seperti: temperatur, tekanan, konsentrasi, bahan-bahan lain dalam larutan
dan pada komposisi pelarutnya. Kelarutan tergantung juga pada sifat dan
konsentrasi zat-zat lain terutama ion-ion dalam campuran.
Hasil kali kelarutan memungkinkan untuk menerangkan dan juga memperkirakan
reaksi-reaksi pada proses pengendapan. Hasil kali kelarutan dalam keadaan
sebenarnya merupakan nilai akhir yang dicapai oleh hasil kali ion ketika
kesetimbangan tercapai antara fase padat dari garam yang hanya sedikit larut
dalam larutan. Jika hasil kali ion berbeda dengan hasil kali kelarutan maka sistem
akan berusaha menyesuaikan, sehingga hasil kali ion mencapai nilai hasil kali
kelarutan. Bila hasil kali ion lebih besar dari hasil kali kelarutan maka sistem akan
mengakibatkan garam larutan mengendap. Sebaliknya, jika hasil kali ion lebih
kecil dari hasil kali kelarutan, maka kesetimbangan dalam sistem dicapai kembali
11
dengan melarutnya sebagian garam padat ke dalam larutan. Hasil kali kelarutan
menentukan kesetimbangan, tetapi tidak memberikan informasi tentang laju ketika
kesetimbangan itu terjadi dan kelebihan zat pengendap yang terlalu banyak dapat
mengakibatkan sebagian endapan melarut kembali sebagai akibat bertambahnya
efek garam atau akibat pembentukan ion kompleks (Svehla, 1990).
C. Metode Pencegahan Terbentuknya Kerak Kalsium Karbonat
Beberapa metode yang digunakan untuk mencegah terbentuknya kerak kalsium
karbonat pada peralatan-peralatan industri adalah sebagai berikut :
1. Pengendalian pH
Pengendalian pH dengan penginjeksian asam (asam sulfat atau asam klorida) telah
lama diterapkan untuk mencegah pertumbuhan kerak garam kalsium, garam
logam bivalen dan garam fosfat. Asam sulfat yang biasa digunakan pada metode
ini akan bereaksi dengan ion karbonat yang ada di dalam air menghasilkan H2O
dan CO2 sehingga pembentukan kerak kalsium karbonat dapat dicegah (Al-
Deffeeri, 2006).
CaCO3 + 2H+ → Ca2+ + H2O + CO2
Kelarutan bahan pembentuk kerak biasanya meningkat pada pH yang lebih
rendah, namun pada pH kurang dari 6,5 korosi pada baja, karbon, tembaga, dan
paduan tembaga dengan cepat akan berlangsung sehingga pH larutan inhibitor
yang efektif digunakan adalah kisaran 7,0. Oleh karena itu, suatu sistem
penginjeksian asam diperlukan untuk mengendalikan pH secara tepat. Contoh
senyawa asam yang dapat digunakan sebagai inhibitor kerak CaCO3 adalah asam
12
sulfat dan asam klorida, namun kedua jenis asam ini mempunyai tingkat bahaya
yang cukup tinggi dalam penanganannya, sehingga penghambatan kerak dengan
penginjeksian asam semakin jarang digunakan (Lestari et al., 2004).
2. Penggunaan air bebas mineral
Untuk mencegah terjadinya kerak pada air yang mengandung kesadahan tinggi
(± 250 ppm CaCO3) perlu adanya pelunakan dengan menggunakan kapur dan
soda abu (pengolahan kapur dingin). Masalah kerak tidak akan dijumpai jika yang
digunakan adalah air bebas mineral karena pada air bebas mineral tidak ditemukan
adanya mineral sehingga tidak akan terjadi pengendapan kerak. Oleh karena itu,
pemakaian air bebas mineral merupakan cara yang tepat untuk digunakan pada
industri perminyakan (Lestari et al., 2004). Namun penggunaan air bebas mineral
dalam perindustrian tidak efisien dikarenakan biayanya yang cukup tinggi.
3. Penggunaan inhibitor kerak
Inhibitor kerak pada umumnya merupakan bahan kimia yang sengaja ditambahkan
untuk mencegah atau menghentikan terbentuknya kerak bila ditambahkan dengan
konsentrasi kecil ke dalam air (Halimatuddahliana, 2003). Prinsip kerja dari
inhibitor kerak adalah pembentukan senyawa kompleks (kelat) antara inhibitor
dengan unsur-unsur penyusun kerak. Senyawa kompleks yang terbentuk larut
dalam air sehingga memungkinkan pertumbuhan kristal dalam pipa dapat dicegah
(Patton, 1981).
13
Penggunaan inhibitor untuk mencegah pembentukan kerak didukung dengan
penggunaan bola-bola spons untuk membersihkan secara mekanik permukaan
bagian dalam pipa. Syarat yang harus dimiliki senyawa kimia sebagai inhibitor
kerak adalah sebagai berikut:
1. Inhibitor kerak harus menunjukan kestabilan termal yang cukup dan efektif
untuk mencegah terbentuknya air sadah dari pembentukan kerak.
2. Inhibitor kerak juga harus dapat merusak struktur kristal dan padatan
tersuspensi lain yang mungkin akan terbentuk.
3. Inhibitor kerak juga harus memiliki tingkat keamanan yang tinggi dalam
penggunaannya sehingga tidak menimbulkan efek samping yang berbahaya
bagi lingkungan sekitar (Al-Deffeeri, 2006).
Inhibitor kerak yang digunakan di ladang-ladang minyak atau pada peralatan
industri dibagi menjadi dua macam yaitu inhibitor kerak anorganik dan inhibitor
kerak organik. Senyawa anorganik yang umum digunakan sebagai inhibitor
adalah kondesat fosfat dan dehidrat fosfat, sedangkan inhibitor kerak organik yang
biasa digunakan adalah organofosfonat ester dan polimer organik (Asnawati,
2001).
Salah satu inhibitor kerak dari polimer yang larut dalam air yaitu polifosfat.
Polifosfat merupakan inhibitor kerak yang murah namun keefektifannya terbatas.
Keunggulan polifosfat sebagai inhibitor kerak kalsium karbonat yaitu mampu
menyerap pada permukaan kristal yang mikroskopik, menghambat pertumbuhan
kristal pada batas konsentrasi rendah dan strukturnya yang mampu merusak
padatan tersuspensi. Sehingga polifosfat dapat mencegah pertumbuhan kristal
14
kerak kalsium karbonat atau setidaknya memperlambat proses pertumbuhan
kerak. Namun polifosfat memiliki kelemahan utama yaitu mudah terhidrolisis
(Gambar 2) pada temperatur di atas 90°C menghasilkan ortofosfat (Gill, 1999).
Gambar 2. Reaksi hidrolisis polifosfat (Suharso dan Buhani, 2012).
Reaksi di atas adalah reaksi hidrolisis polifosfat yang merupakan fungsi dari
temperatur, pH, waktu, dan adanya ion-ion lain. Ortofosfat yang dihasilkan dapat
menyebabkan menurunnya kemampuan untuk menghambat pertumbuhan kerak
dan menyebabkan terbentuknya kerak baru dari presipitasi kalsium fosfat (Gill,
1999), sehingga penggunaan polifosfat sebagai inhibitor kerak hanya efektif pada
temperatur rendah. Fosfonat merupakan inhibitor yang sangat baik bila
dibandingkan dengan polifosfat. Namun fosfonat masih memiliki kelemahan yaitu
struktur fosfonat yang monomerik sehingga tidak efektif jika digunakan sebagai
dispersing agents (Al-Deffeeri, 2006). Penggunaan senyawa-senyawa anorganik
(Zhang dan Dawe, 2000), asam amino (Manoli dkk, 2003), polimer-polimer yang
larut dalam air seperti poliaspartat (Donachy dan Sikes, 1994; Jones, 1996),
polifosfat dan senyawa-senyawa lain seperti fosfonat, karboksilat (Al-Deffeeri,
2006), dan sulfonat telah diketahui sangat efektif sebagai inhibitor endapan
kalsium karbonat (He et al., 1999; Choi et al., 2001).
15
D. Kemenyan (Styrax Benzoin)
Menurut Jayusman, dkk (1999) kemenyan merupakan jenis pohon yang tumbuh di
lereng-lereng bukit dan pada tanah berpasir pada ketinggian 1000 – 5000 meter
diatas permukaan laut. Kedudukan tanaman kemenyan dalam sistematika adalah
sebagai berikut:
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Dilleniidae
Ordo: Ebenales
Famili: Styracaceae
Genus: Styrax
Spesies: Styrax benzoin Dryand (Anonim, 2012).
Terdapat 7 (tujuh) jenis kemenyan yang menghasilkan getah tetapi hanya 4 jenis
yang secara umum lebih dikenal dan bernilai ekonomis yaitu:
(a) kemenyan durame (S. benzoine dryand)
(b) kemenyan bulu (S. benzoine var. hiliferum)
(c) kemenyan toba (S. sumatrana j.j.sm)
(d) kemenyan siam (S. tokinensis).
Kemenyan sumatera umumnya tumbuh di daerah kabupaten Tapanuli Utara dan
Tapanuli Tengah yang hasilnya dikenal dengan nama haminjon atau kemenyan
16
toba (Lubis, dkk , 1984). Kemenyan terdapat pada pohon kayu jenis tertentu yang
telah memadat dan merupakan mata pencaharian sebagaian penduduk. Selama ini
kemenyan tersebut masih diberlakukan sebagai kegiatan agribisnis yaitu tanam,
tumbuh, pelihara, dan panen yang selanjutnya dijual ke pasar, serta belum
digunakan dalam agroindustri, yaitu proses peningkatan nilai tambah dari
kemenyan tersebut melalui proses kimia (Siahaan, 1993).
Kemenyan sumatera mengandung senyawa asam sinamat bebas, asam benzoat,
koniferil sinamat, dan koniferil benzoat (Sthal, 1985). Berdasarkan kandungan
tersebut maka bila kemenyan sumatera ini diolah melalui proses kimia akan dapat
menghasilkan berbagai senyawa seperti: asam sinamat, koniferil alkohol, sinamil
alkohol, serta asam benzoat yang mana senyawa ini masing-masing memiliki
aktivitas dengan kegunaan tersendiri (Ginting, 1997) karena kemenyan
mengandung asam benzoat (Suharso dan Buhani, 2009) maka kemenyan
berpotensi untuk dijadikan inhibitor kerak CaCO3.
Gambar 3. Getah kemenyan (Hendra, 2013).
17
E. Gambir
Getah gambir yang diekstrak dari daun tanaman gambir (Uncaria gambir)
mempunyai kandungan tanin. Tanin kaya akan senyawa polifenol yang mampu
menghambat proses oksidasi. Polifenol merupakan senyawa turunan fenol yang
mempunyai aktivitas sebagai antioksidan. Fungsi polifenol dapat sebagai
penangkap dan pengikat radikal bebas. Tanin bersifat polar karena mengandung
fenol sehingga dapat larut dalam air atau alkohol (Carter et al, 1978). Menurut
Thorpe dan whitely (1921) kandungan utama gambir adalah asam tannat (20-
50%) (Gambar 4), katekin (7-33%) (Gambar 5), dan pyrocathechol (20-30%).
Gambir juga mengandung sedikit kuersetin (Gambar 6) yang memberi warna
kuning pada gambir (Zeijlstra, 1943). Asam tanat merupakan salah satu golongan
dari tanin terhidrolisis dan termasuk asam lemah rumus kimianya adalah
C41H32O26 serta pusat dari asam tanat ini adalah glukosa.
Gambar 4. Struktur asam tanat (Hagerman, 2002).
Gambir juga mengandung katekin, katekin ini merupakan senyawa flavonoid.
Rumus kimia dari katekin adalah C15H14O6. Katekin dapat berpolimer menjadi
18
tanin terkondensasi. Tanin terkondensasi merupakan polimer dari 2-50 atau lebih
flavonoid yang dihubungkan oleh karbon-karbon.
Gambar 5. Struktur katekin (Suharso, 2012).
Pada gambir juga terdapat kuersetin. Kuersetin memiliki rumus kimia C15H10O7
dengan massa molekul sebesar 302,236 g/mol, densitas sebesar 1.799 g/cm3, dan
titik lelehnya 316oC.
Gambar 6. Struktur kuersetin (Suharso, 2012).
19
F. Asam Benzoat
Asam benzoat (C7H6O2 atau C6H5COOH) merupakan suatu senyawa kimia yang
umum digunakan sebagai bahan pengawet dan secara kimia dapat dihasilkan
melalui oksidasi fase cair dari toluena (Srour, 1989). Asam benzoat memiliki
bentuk serbuk kristal padat, tidak berwarna, tidak berbau, sedikit larut di dalam
air, tetapi larut dalam etanol dan sangat mudah larut dalam benzena dan aseton
(WHO, 2000). Asam benzoat dalam bahan pangan selain digunakan sebagai
bahan tambahan umumnya juga dapat ditemukan secara alami pada beberapa jenis
tanaman baik dalam bentuk bebas maupun dalam bentuk terikat (Hegnauer, 1996).
Secara alami asam benzoat dapat ditemukan pada getah kemenyan dan struktur
kimianya ditunjukan pada Gambar 7. Asam Benzoat telah banyak digunakan
untuk menghambat pertumbuhan mikroba dalam makanan (Chipley, 2005).
Gambar 7. Asam benzoat (Rahmat, 2014).
G. Asam Sitrat
Menurut Bizri (1994) asam sitrat (Gambar 8) adalah asam organik yang secara
alami terdapat pada buah-buahan seperti jeruk, nanas dan pear. Asam sitrat
pertama kali diekstraksi dan dikristalisasi dari buah jeruk, sehingga asam sitrat
hasil ektraksi dari buah-buahan ini dikenal sebagai asam sitrat alami. Asam sitrat
20
(C6H8O7) banyak digunakan dalam industri terutama industri makanan, minuman,
dan obat-obatan. Kurang lebih 60% dari total produksi asam sitrat digunakan
dalam industri makanan, dan 30% digunakan dalam industri farmasi, sedangkan
sisanya digunakan dalam industri pemacu rasa, pengawet, pencegah rusaknya rasa
dan aroma, sebagai antioksidan, pengatur pH dan sebagai pemberi kesan rasa
dingin. Dalam industri makanan dan kembang gula, asam sitrat digunakan sebagai
pemacu rasa, penginversi sukrosa, penghasil warna gelap dan pengkhelat ion
logam. Dalam industri farmasi asam sitrat digunakan sebgai pelarut dan
pembangkit aroma, sedangkan pada industri kosmetik digunakan sebagai
antioksidan.
Gambar 8. Struktur Asam Sitrat (Armansyah, 2015).
H. Metode Seeded Experiment
Menutut Rahmania (2012) metode seeded experiment merupakan salah satu
metode pembentukan kristal dengan cara menambahkan bibit kristal ke dalam
larutan pertumbuhan. Penambahan bibit kristal dilakukan untuk mendorong
terjadinya proses kristalisasi dengan lebih cepat. Adanya area permukaan bibit
kristal akan mempermudah pertumbuhan kristal menjadi lebih besar. Semakin
cepat terjadinya proses kristalisasi maka akan semakin cepat laju pertumbuhan inti
21
kristal kalsium karbonat untuk membentuk kristal yang lebih besar. Hal ini
dilakukan untuk melihat laju pertumbuhan kerak kalsium karbonat setelah
ditambahkan inhibitor dengan penambahan bibit kristal (seeded experiment).
I. Spektrofotometri Inframerah (IR)
Spektrofotometri inframerah merupakan salah satu karakterisasi untuk mengetahui
adanya gugus-gugus fungsional utama dalam suatu sampel. Pada spektrofotometri
inframerah setiap gugus fungsi pada suatu senyawa akan menyerap radiasi
inframerah pada panjang gelombang karakteristik. Menurut Hardjono
Sastrohamidjojo (2007) bila sinar inframerah dilewatkan melalui cuplikan
senyawa organik, maka sejumlah frekuensi diserap sedangkan frekuensi yang lain
diteruskan atau ditransmisikan. Sinar inframerah mempunyai energi yang rendah
dengan bilangan gelombang antara 600-4000 cm-1. Sinar infra merah hanya dapat
menyebabkan vibrasi (getaran) pada ikatan baik berupa rentangan (stretching)
maupun berupa bengkokan (bending) (Marham Sitorus, 2009). Bila radiasi
inframerah dilewatkan melalui suatu cuplikan, maka molekul-molekulnya dapat
menyerap (mengabsorpsi) energi dan terjadilah transisi diantara tingkat vibrasi
dasar (ground state) dan tingkat energi tereksitasi (exited state) (Sumar
Hendayana, 1994).
J. Scanning Electron Microscopy (SEM)
Menurut Eko Sulisto (2005) scanning electron microscope (SEM) merupakan alat
yang digunakan untuk pengamatan struktur mikro bahan. Alat ini mempunyai
perbesaran antara 20 sampai 30.000 kali. SEM dapat digunakan untuk
22
menggambarkan secara detail struktur mikro seluas nanometer dari bagian sel.
Pengamatan srtuktur mikro dari SEM dapat menggambarkan dalam bentuk tiga
dimensi. SEM umumnya digunakan untuk karakterisasi susunan serbuk dan
melihat retakan pada permukaan sampel. Pada SEM pancaran berkas elektron
ditembakan pada sampel dan akan berinteraksi dengan atom-atom atau elektron
dari sampel. SEM menggunakan prinsip scanning yaitu elektron diarahkan dari
titik ke titik yang lain pada suatu obyek. Gerakan berkas elektron dari satu titik ke
titik yang lain pada suatu daerah obyek menyerupai gerakan membaca hal ini
disebut scanning. Gerakan scanning tersebut ditimbulkan oleh scanning coil
sedangkan pantulan dideteksi oleh foto mulfier. Data sinyal dari suatu titik sampel
ke titik yang lain diperkuat oleh video amplifier dan selanjutnya setelah
disinkronkan oleh scanning circuit digambarkan pada layar CRT (Cathode Ray
Tube). Layar CRT yang digunakan pada SEM merupakan CRT dengan daya pisah
yang sangat tinggi.
Pengamatan morfologi permukaan kristal kalsium karbonat dapat dilakukan
menggunakan SEM. Kelebihan menggunakan SEM antara lain material atau
sampel dapat dikarakterisasi tanpa persiapan khusus, karena itu sampel yang tebal
sekalipun (bulk) juga dapat dianalisis (Handayani et al., 1996). Pada prinsipnya
SEM dapat mengamati morfologi, struktur mikro, komposisi dan distribusi unsur.
SEM terdiri dari kolom elektron (electron column), ruang sampel (sampel
chamber), sistem pompa vakum (vacuum pumping system), kontrol elektron dan
sistim bayangan (imaging system) (Handayani et al., 1996).
23
K. Particle Size Analyzer (PSA)
Particle size analyzer dapat menganalisis partikel suatu sampel yang bertujuan
untuk menentukan ukuran partikel dan distribusinya. Distribusi ukuran partikel
dapat diketahui melalui gambar yang dihasilkan. Ukuran tersebut dinyatakan
dalam jari-jari untuk partikel yang berbentuk bola. Penentuan ukuran dan
distribusi partikel menggunakan PSA dapat dilakukan dengan :
(1) difraksi sinar laser untuk partikel dari ukuran submikron sampai dengan
milimeter, (2) counter principle untuk mengukur dan menghitung partikel yang
berukuran mikron sampai dengan milimeter, (3) penghamburan sinar untuk
mengukur partikel yang berukuran mikron sampai dengan nanometer (Etzler,
2004).
Particle size analyzer (PSA) mampu mengukur partikel distribusi ukuran emulsi,
suspensi dan bubuk kering (Totoki, 2007).
Keunggulan dari PSA antara lain:
1. Akurasi dan reproduksibilitas berada dalam ± 1%.
2. Dapat mengukur sampel dari 0,02 nm sampai 2000 nm.
3. Dapat mengukur distribusi ukuran partikel yang berupa emulsi, suspensi,
dan bubuk kering (Hossaen, 2000).
27
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Anorganik Fisik Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada bulan Mei
2016 sampai Agustus 2016. Identifikasi gugus fungsi sampel diamati dengan
menggunakan Spektrofotometer IR yang dilakukan di Laboratorium Kimia
Organik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gajah
Mada. Permukaan sampel diamati dengan menggunakan instrumen Scanning
electron microscopy (SEM) dan ukuran sampel diamati dengan Particle size
analyzer (PSA). SEM dan PSA dilakukan di Laboratorium Biomassa Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu: alat-alat gelas, waterbath,
wadah-wadah plastik, pengaduk magnet, kertas saring, oven, pH meter, neraca
analitik merk Airshwoth AA-160, Spektrofotometer IR, Particle size analyzer
(PSA) Coulter LS 1000, dan Scanning electron microscopy (SEM).
25
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: CaCl2, Na2CO3, akuades,
gambir, kemenyan, asam benzoat dan asam sitrat.
C. Prosedur Penelitian
1. Pembuatan Inhibitor Ekstrak Kemenyan
Kemenyan dihaluskan dengan mortar sampai halus hingga berbentuk serbuk.
Selanjutnya dibuat larutan ekstrak kemenyan konsentrasi 1000 ppm dengan cara :
1 g serbuk kemenyan dilarutkan dengan akuades sehingga dihasilkan larutan
dengan volumenya mencapai 1 liter dalam gelas kimia. Larutan tersebut diaduk
menggunakan pengaduk magnet selama 3 jam dengan suhu 90°C kemudian
larutan disaring menggunakan kertas saring. Larutan yang telah disaring adalah
ekstrak dari kemenyan. Untuk identifikasi gugus fungsi asam benzoat yang
terdapat pada kemenyan dilakukan karakterisasi gugus fungsi menggunakan
spektrofotometer IR.
2. Pembuatan Inhibitor Gambir, Asam Benzoat dan Asam Sitrat
Gambir dihaluskan dengan mortar sampai halus berbentuk serbuk. Selanjutnya
dibuat campuran inhibitor dari larutan ekstrak gambir, Asam benzoat, dan asam
sitrat dengan konsentrasi 1000 ppm menggunakan variasi perbandingan berat
2:2:2, 2:1:1, 2:2:1 dan 2:1:2 dengan variabel tetap berupa gambir. Jumlah dari
masing-masing perbandingan ini adalah 1 g. Variasi perbandingan gambir, asam
benzoat, dan asam sitrat dapat dilihat pada Table 1.
26
Tabel 1. Variasi perbandingan gambir, asam benzoat, dan asam sitrat
No. Perbandingan Gambir (g) Asam Benzoat (g) Asam Sitrat (g)
1 2:2:2 0,33 0,33 0,332 2:1:1 0,50 0,25 0,253 2:2:1 0,40 0,40 0,204 2:1:2 0,40 0,20 0,40
Berdasarkan data pada Tabel 1, perbandingan yang paling efektif akan digunakan
sebagai inhibitor kerak pada penelitian ini. Pada mulanya ditimbang serbuk
gambir, asam benzoat dan asam sitrat sesuai perbandingan pada Tabel 1 kemudian
dilarutkan dengan akuades sehingga dihasilkan larutan dengan volumenya
mencapai 1 liter dalam gelas kimia. Larutan tersebut diaduk menggunakan
pengaduk magnet selama 3 jam dengan suhu 90°C kemudian larutan disaring
menggunakan kertas saring. Larutan yang telah disaring tersebut digunakan
sebagai inhibitor kerak CaCO3.
3. Uji Ketahanan Larutan Inhibitor
Larutan ekstrak gambir merupakan salah satu larutan yang mudah untuk
mengalami penjamuran (Padli, 2014) sehingga digunakan paduan asam benzoat
dan asam sitrat. Pada mulanya 1 g gambir dilarutkan pada 1 L akuades setelah itu
disaring dan didiamkan selama 4 minggu. Kemudian gambir, asam benzoat, dan
asam sitrat dengan perbandingan yang terbaik dilarutkan pada 1 L akuades
kemudian disaring dan didiamkan selama 4 minggu. Setelah itu, 1 g kemenyan
dilarutkan pada 1 L akuades setelah itu disaring dan didiamkan selama 4 minggu.
Dari ketiga larutan ini akan dilihat perubahan pada larutannya.
27
4. Preparasi Bibit Kristal
Bibit kristal dibuat dari CaCl2 27,75 g yang dilarutkan pada 250 mL akuades
diaduk dengan menggunakan magnetik stirer pada suhu 90oC selama 15 menit dan
Na2CO3 26,5 g dilarutkan pada 250 mL akuades diaduk dengan magnetik stirer
pada suhu 90oC selama 15 menit. Larutan Na2CO3 dan CaCl2 dicampurkan serta
diaduk dengan magnetik stirer 90oC hingga mengendap sempurna. Kemudian
endapan dipisahkan dengan kertas saring dan endapan dikeringkan dengan
menggunakan oven pada suhu 105oC (Suharso, et al., 2009).
5. Pengujian Ekstrak Kemenyan dan Campuran Ekstrak Gambir, AsamBenzoat serta Asam Sitrat Sebagai Inhibitor dalam Pengendapan KristalCaCO3
Pada pengujian ekstrak kemenyan dan campuran ekstrak gambir, asam benzoat
dan asam sitrat sebagai inhibitor kerak CaCO3 dengan metode seeded experiment
dilakukan dengan rangkaian percobaan sebagai berikut:
a. Penentuan Laju Pertumbuhan CaCO3 Tanpa Inhibitor pada KonsentrasiLarutan Pertumbuhan yang Berbeda dengan Metode Seeded Experiment
Larutan pertumbuhan dibuat dari larutan 0,075 M CaCl2 dalam 200 mL akuades
dan larutan 0,075 M Na2CO3 dalam 200 mL akuades. Kemudian, setiap larutan
diaduk hingga menjadi larutan yang homogen, masing-masing larutan CaCl2
0,075 M dan larutan Na2CO3 0,075 M dicampurkan agar terbentuk kerak CaCO3
dan diukur nilai pH-nya menggunakan pH meter. Lalu dimasukan ke dalam 7
wadah plastik sebanyak 50 mL dan ditambahkan 200 mg bibit kristal. Setelah itu
diletakan dalam waterbath pada suhu 90oC selama 15 menit untuk mencapai
kesetimbangan. Pengamatan dilakukan selama 45 menit, pada waktu 15 menit
pertama satu wadah diambil, selanjutnya diambil setiap 5 menit sekali dan pada
28
wadah yang terakhir dibiarkan selama 45 menit. Setelah itu larutan pada wadah
plastik disaring untuk memisahkan endapannya, endapan yang didapat
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 90oC, selanjutnya percobaan
diulang dengan variasi konsentrasi larutan CaCl2 dan Na2CO3 sebesar 0,050;
0,100 dan 0,125 M.
b. Penentuan Laju Pertumbuhan CaCO3 dengan Penambahan Inhibitorpada Konsentrasi Larutan Pertumbuhan yang Berbeda dengan MetodeSeeded Experiment
Larutan pertumbuhan dibuat dengan cara melarutkan 0,075 M CaCl2 dan 0,075 M
Na2CO3 masing-masing dalam larutan ekstrak kemenyan 50 ppm hingga mencapai
volume 200 mL. Masing-masing larutan dimasukan ke dalam gelas kimia dan
diaduk menggunakan magnetik stirer selama 15 menit dengan suhu 90°C untuk
menghomogenkan larutan. Selanjutnya, kedua larutan tersebut dicampur agar
terbentuk kerak CaCO3 dan diukur nilai pH-nya menggunakan pH meter
kemudian dimasukan ke dalam 7 wadah plastik masing-masing 50 mL dan
ditambahkan 200 mg bibit kristal, lalu diletakan dalam waterbath pada suhu 90°C
selama 15 menit untuk mencapai kesetimbangan. Pengamatan akan dilakukan
selama 45 menit. Pada 15 menit pertama, satu tabung diambil, selanjutnya wadah
diambil setiap 5 menit dan tabung terakhir diambil saat menit ke 45. Kemudian
larutan dalam wadah disaring menggunakan kertas saring, dan endapan
dikeringkan menggunakan oven pada suhu 90°C selama 3 jam. Selanjutnya,
endapan ditimbang untuk mengetahui berat kristal yang terbentuk.
Percobaan diulang dengan variasi konsentrasi larutan CaCl2 dan Na2CO3 sebesar
0,050; 0,100 dan 0,125 M serta pada variasi konsentrasi inhibitor 50, 150, 250 dan
29
350 ppm serta perlakuan yang sama terhadap inhibitor yang kedua yaitu campuran
dari ekstrak gambir, asam benzoat dan asam sitrat. Campuran dengan
perbandingan terbaik yang akan digunakan sebagai inhibitor kerak kalsium
karbonat.
D. Analisa Data
Data yang diperoleh berupa massa endapan terhadap waktu dengan variasi
konsentrasi larutan pertumbuhan dan variasi konsentrasi inhibitor, masing-masing
akan diplot sebagai massa endapan terhadap waktu menggunakan Microsoft
Excel. Nilai yang diperoleh dari masing-masing grafik merupakan pertumbuhan
kerak CaCO3. Morfologi kerak CaCO3 sebelum dan sesudah penambahan
inhibitor diamati menggunakan SEM dan ukuran partikelnya diamati dengan PSA.
57
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Senyawa ekstrak kemenyan dan paduan ekstrak gambir, asam benzoat, serta
asam sitrat (2:1:2) dapat digunakan sebagai inhibitor kerak CaCO3. Hal ini
dilihat dari perbedaan nilai laju pertumbuhan, morfologi dan ukuran partikel
kerak CaCO3 sebelum dan sesudah penambahan inhibitor.
2. Pada penelitian ini paduan senyawa ekstrak gambir, asam benzoat, dan asam
sitrat memiliki persen efektifitas inhibitor yang lebih tinggi bila dibandingkan
dengan senyawa ekstrak kemenyan yaitu sebesar 78,30% sedangkan pada
senyawa ekstrak kemenyan sebesar 31,10% pada konsentrasi laju pertumbuhan
kerak CaCO3 0,050 M dan konsentrasi larutan 350 ppm.
3. Pengamatan menggunakan SEM menunjukan bahwa morfologi permukaan
kerak CaCO3 sebelum penambahan inhibitor permukaannya rata dan bersih,
namun setelah ditambahkan inhibitor perpaduan senyawa ekstrak gambir, asam
benzoat, dan asam sitrat permukaannya menjadi tidak teratur dan rusak.
57
4. Pengamatan menggunakan PSA menunjukan bahwa distribusi ukuran partikel
kerak CaCO3 mengalami penurunan setelah ditambahkan inhibitor paduan
senyawa ekstrak gambir, asam benzoat, dan asam sitrat yang terlihat pada nilai
rata-rata (mean) ukuran partikel kerak CaCO3.
B, Saran
Untuk meningkatkan mutu penelitian yang telah dilakukan, maka penulis
memberikan saran agar perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut terhadap
penghambatan kerak CaCO3 dengan menggunakan variasi waktu dan konsentrasi
inhibitor, serta menggunakan variasi inhibitor yang lain dengan metode seeded
experiment dalam proses pencegahan kerak. Selain itu perlu dipelajari cara
penghambatan senyawa organik yang terdapat pada inhibitor terhadap
pertumbuhan kerak CaCO3.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Deffeeri, N.S. 2006. Heat Transfer Measurement as a Criterion ForPerformance Evaluation of Scale Inhibition in MSF Plants in Kuwait.Desalination.Vol. 204. Pp. 423-436.
Anonim. 2012. Kemenyan. Diakses pada tanggal 10 April 2016 pukul 09.00 WIB.http://www.plantamor.com/index.php?plant=1204.
Anonim. 2016. Scale Build-up. Diakses pada 20 April 2016 pukul 07.00 WIB.http://www.h2oconcepts.com/ws-scale-buildup.php.
Armansyah, W. Rumus Kimia Asam Sitrat. 09 Desember 2015. Diakses padatanggal 16 April 2016 pukul 10.00 WIB.http://www.rumuskimia.net/2015/12/rumus-kimia-asam-sitrat.html
Arsyad, M.N. 2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah. Gramedia, Jakarta.
Asnawati. 2001. Pengaruh Temperatur terhadap Reaksi Fosfonat dalam InhibitorKerak pada Sumur Minyak. Jurnal Ilmu Dasar. vol.2 no.1.
Badr, A. and A.A.M. Yassin. 2007. Barium Sulfate Scale Formation in OilReservoir During Water Injection at High-Barium Formation Water.Journal of Applied Sciences. 7 (17) Pp. 2393-2403.
Bhatia, A. 2003. Cooling Water Problems and Solutions. Continuing Educationand Development. Inc. 9 Greyridge Farm Court Stony Point. NY10980. Pp.5-9.
Bizri, N.J. and A.L.Wahem. 1994. Citric Acid and Antimicrobials AffectMicrobiological Stability and Quality of Tomato Juice. Journal ofFood Science 59 (1). Pp. 130-134.
Brown, G. G. 1978. Unit Operation. John Wiley and Sons Inc. Wiley EasternLimited. Charles E. Tuttle co. New York.
Carter, F.L., A.M. Carlo, and J.B. Stanley. 1978. Ter-miticidal Components ofWood Extracts : 7-Methyljuglone from Diospyros virginia.Journal Agriculture Food Chemistry. 26(4). Pp. 869-873.
Chipley, J.R. 2005. Sodium Benzoate and Benzoid Acid. In Antimicrobials infoods. Journal N. Sofos, and A. L. Branen. New York: CRC Press. Pp.11-48.
Choi, B.C.K., L.M. Tennassee, and G.J.M. Eijkemans. 2001. DevelopingRegional Workplace Health and Hazard Surveillance in TheAmericas. Pan Am Journal Pub Health(10). Pp. 376-381.
Cotton dan Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. UI-Press. Jakarta.
Cowan, J.C. and D.J. Weintritt. 1976. Water Formed Scale Deposit. Houston,Texas. Gulf Publishing Co. Pp.1-484.
Daintith, J.C. 1994. Kamus Lengkap Kimia. Diterjemahkan oleh S. Achmadi.Erlangga. Jakarta.
Donachy, J.E. and C.S. Sikes. 1994. Thermal Polycondensation Synthesis ofBiomimetic Serine-Containing Derivatives Polyaspartate: PotentInhibitors of Calsium Carbonate Phosphate Crystallisation.Journal Polymer Science. Vol. 32. Pp. 789-795.
Eko, S. 2005. Mekanisme Penguatan mortar terhadap penambahan bubuk silica.Departemen Fisika. Medan.
Etzler, F.M. 2004. Particle Size Analysis: A Comparison of Methods. AmericanPharmaceutical Review. American.
Fardiaz, S., Suliantari dan R. Dewanti. 1988. Bahan Pengajaran : SenyawaAntimikroba. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. InstitutPertanian Bogor. Bogor.
Gill, J.S. 1999. A Novel Inhibitor For Scale Control in Water Desalination.Desalination. Vol. 124. pp. 43-50.
Ginting, M. dan A. Ginting. 1997. Transformasi Asam Sinamat Hasil Isolasi danKemenyan Sumatera (Sytrax Benzoin ) Menjadi n-propil Sinamat.FMIPA-USU. Medan.
Hagerman, A.E. 2002. Condensed Tannin Structural Chemistry. Departemen ofChemistry and Biochemistry. Miami University. Oxford. OH 45056
Halimatuddahliana. 2003. Pencegahan Korosi dan Scale Pada Proses ProduksiMinyak Bumi. FMIPA-USU. Medan.
Handayani, A. dan A.S. Sitompul. 1996. Teknik Pengamatan Struktur mikrodengan SEM-EDAX. Makalah Kunjungan dan Demo PTBIN BATAN.Serpong.
Harjono , S. 2007. Spektroskopi. Liberty. Yogyakarta.
Hasson, D. and R. Semiat. 2005. Scale Control in Saline and WastewaterDesalination. Israel Journal of Chemistry.Vol. 46. Pp. 97-104.
He, S., A.T. Kan, and M.B.Tomson. 1999. Inhibition of Calsium CarbonatePrecipitation in NaCl Brines From 25 to 90°C. AppliedGeochemistry.Vol. 14. Pp. 17-25.
Hegnauer, R. 1966. Chemotaxonomie der Pflanzen. Basel. Birkhäuser Verlag.
Hendra, W.W. Kemenyan lebih dari sekedar mistis. 27 April 2013. Diakses padatanggal 20 April 2016 pukul 08.00 WIB.http://www.satuharapan.com/read-detail/read/kemenyan-lebih-dari-sekadar-mistis.
Irianty, R.S., dan Komalasari. 2013. Ekstraksi Daun Gambir MenggunakanPelarut Metanol-Air Sebagai Inhibitor Korosi. Jurnal Teknobiologi,IV(1) Pp. 7 – 13.
Jayusman, R., Pasaribu dan W. Sipayung. 1999. Budidaya Kemenyan (Styraxspp). Pedoman Teknis. Badan Penelitian dan PengembanganKehutanan dan Perkebunan. Balai Penelitian Kehutanan PematangSiantar. Konifera. Vol.2 No. 1.
Hossaen, A. 2000. Particle Size Analyzer. King Fahd Petroleum & Mineral. ArabSaudi.
Jones, D.A. 1996. Principles and Prevention of Corrosion 2nd
edition. PrenticeHall. USA.
Lestari, D.E. 2008. Kimia Air, Pelatihan Operator dan Supervisor Reaktor Riset.Pusat Pendidikan dan Pelatihan BATAN. Serpong.
Lestari, D.E., G.R. Sunaryo, Y.E. Yulianto, S. Alibasyah, dan S.B. Utomo. 2004.Kimia Air Reaktor Riset G.A.Siwabessy. Makalah Penelitian P2TRRdan P2TKN BATAN. Serpong.
Lubis Iskandar, H.M., P. Nasution, S. Aman, dan A.W. Lubis. 1984. LaporanAkhir Pemeriksaan Mutu Kemenyan Yang Ditanam Oleh Rakyat diTapanuli Utara. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; DirektoratJendral PendidikanTinggi; Proyek P3T Universitas Sumatera Utara.Medan.
Maley, M. 1999. Inhibition of Calcite Nucleation and Growth UsingPhosphonate. Curtin University of Technology Western Australia.Australia.
Manoli, F., J. Kanakis, P. Malkajand, and E. Dalas. 2003. The Effect ofAminoacids on The Crystal Growth of Calsium Carbonate. Journal ofCrystal Growth. Vol. 53. Pp. 105-111.
Marham Sitorus. 2009. Spektroskopi Eludasi Struktur Molekul Organik.GrahaIlmu.Yogyakarta.
Nunn, R.G. 1997. Water Treatment Essentials far Boiler Plant Operation.McGraw Hill. NewYork. Capillary Zone Electrophoresis.Elsevier B.V.Journal of Chromatography A, 934. Pp.113-122.
Padli, M. 2014. Efek Penambahan Perbaduan Senyawa Ekstrak Gambir denganAsam Benzoat sebagai Inhibitor Kerak Kalsium Sulfat(CaSO4).Skripsi Jurusan Kimia FMIPA Unila. Lampung.
Patton, C. 1981. Oilfield Water System.2 ed. Cambeel Petroleum Series.Oklahoma. Pp. 49-79.
Rahmania, Y. 2012. Studi Pendahuluan Ekstrak Kulit Kakao (Theobroma CacaoL.) dan Nalco 72990 sebagai Inhibitor Pembentukan Kerak KalsiumKarbonat (CaCO3). Skripsi Jurusan Kimia FMIPA Unila. Lampung.
Rahmat, K. Mengenal Benzena dan Turunannya. 11 Desember 2014. Diaksespada tanggal 13 Januari 2016 pukul 19.00 WIB.http://kimiakurnia1987.blogspot.co.id/2014/12/mengenal-benzena-dan-turunanya.html
Sabriani, N. A. 2016. Pengaruh Penggunaan Kemenyan (Styrax benzoin dryand)sebagai Inhibitor Pembentukan Kerak Kalsium Karbonat (CaCO3).Tesis Universitas Lampung.
Sen, G. 2001. Earth Materials Minerals and Rock. Prentice Hall. New Jersey. Pp.150-153
Siahaan, N. 1993. Pemanfaatan Asam Sinamat yang Berasal dari KemenyanSumatera ( styrax benzoin ) sebagai Sumber Pembuatan Ester n-propil dan Etil Sinamat. Skripsi Jurusan Kimia FMIPA-USU. Medan.
Srour, R. 1989. Benzoid Acid : Aromatic Intermediate and Derivatives. Paris.
Sthal, E. 1985. Analisa Obat secara Kromatografi Mikroskopi. Alih Bahasa K.Padmawinata, I. Sudiro, dan S. Niksolihin. ITB Bandung.
Suharso dan Buhani. 2009. Efek Penambahan Aditif Golongan Karboksilat dalamMenghambat Laju Pembentukan Endapan Kalsium Sulfat. JurnalNatur Indonesia. 13(2).Pp.100-104.
Suharso, Buhani, S. Bahri, and T. Endaryanto. 2010. The Use of Gambier Extractsfrom West Sumatra as a Green Inhibitor of Calcium Sulfate (CaSO4)Scale Formation. Asian Journal of Chemistry.Vol. 3(1). Pp. 183-187.
Suharso, Buhani, S. Bahri, T. Endaryanto. 2011. Gambier Extract as an Inhibitorof Calcium Carbonate (CaCO3) scale formation. Desalination.265(2011). Pp. 102-106.
Suharso dan Buhani. 2012. Penanggulangan Kerak. Lembaga PenelitianUniversitas Lampung. Lampung.
Suharso, Buhani, T. Suhartati. 2009. Peranan C-metil-4,10,16,22-TetrametoksiKaliks(4)arena sebagai Inhibitor Kerak Kalsium Karbonat (CaCO3).Indonesian Journal of Chemistry. 9(2). Pp. 206-210.
Sumar, H. 1994. Kimia Analitik Instrumen. IKIP Semarang Press. Semarang.
Surya Indra, D. 2004. Kimia Dari Inhibitor Korosi. Fakultas Teknik-USU.Sumatra Utara.
Svehla, G. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.Alih Bahasa Oleh L. Setiono dan A.H pudjaatmaka. PT.KalmanMedia Pustaka. Jakarta.
Thorpe, J.F. and M.A. Whiteley. 1921. Thorpe's Dictionary of AppliedChemistry. Fourth Edition, Vol H. Longman, Green and Co. LondonPp. 434-438.
Totoki, S., Y. Wada, N. Moriya, and H. Shimaoka. 2007. DEP active gratingmethod: a new approach for size analysis of nano-sized particles.Shimadzu Review 62 . Pp. 173-179.
Weijnen, M.P.C., W.G.J. Marchee, and G.M.V. Rosmalen. 1983. A Quantificationof The Effectiveness of an Inhibitor on The Growth Process of aScalant. Desalination.Vol. 47. Pp. 81-92.
WHO. 2000. Benzoic Acid and Sodium Benzoate. World Healt Organization.USA.
Zeijlstra, F. Z. N. 1943. Sirih, Pinang, dan Gambir, Dalam C. J.J. Van Hall en C.Van de Kohalel (Eds). Ldanbouw in Indhische Archipel, W. VanHoeve’s. Gravenhage.
Zhang, Y. and Dawe, R. A. 2000. Influence of Mg2+ on The Kinetics of CalcitePrecipication and Calcite Crystal Morphology. ChemicalGeology.Vol. 163. Pp. 129-138.
top related