aliran sempalan

40
Aliran sempalan KELOMPOK 11 : ANNA KHOLILAH LILIS SUGIARTI YULIA MAIZA R FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF QASIM

Upload: fitry-adx

Post on 08-Apr-2016

41 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Aliran sempalan

Aliran sempalan

KELOMPOK 11 :

ANNA KHOLILAH

LILIS SUGIARTI

YULIA MAIZA R

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF QASIM

2013

Page 2: Aliran sempalan

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya,

sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Shalawat beserta salam semoga tetap tercurah kepada

Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan seluruh umat yang tetap mengikuti ajarannya.

Alhamdulillah berkat kerja sama dan kerja keras kelompok makalah ini bisa selesai sesuai

dengan apa yang diharapkan. Kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun, guna

pembenahan dalam penyusunan makalah yang lebih baik. Semoga makalah ini bisa bermanfaat

bagi kita semua.

Pekanbaru, 20 Oktober 2013

Kelompok 11

Page 3: Aliran sempalan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

اختالفا فسيرى بعدى منكم يعش من فإنه

الخلفآء وسنة بسنتى فعليكم كثيرا

وا كوبهاوعض تمس المهديين اشدين الراألمور ومحدثات وإياكم بالنواجد عليها

وكل ضاللة بدعة وكل بدعة محدثة كل فإن

النار فى ضاللة“Sesungguhnya barangsiapa di antara kalian yang hidup (setelahku) akan mendapati

perselisihan yang sangat banyak. Maka (dalam kondisi seperti itu) wajib atas kalian untuk

berpegang teguh dengan sunnah-ku dan sunnah para Al-Khulafa‘ur Rasyidun yang telah

mendapatkan petunjuk setelahku. Gigitlah sunnah tersebut dengan gigi-gigi geraham.

Jauhilah oleh kalian perkara-perkara baru yang diada-adakan (dalam masalah agama),

karena sesungguhnya setiap perkara baru yang diada-adakan itu adalah bid’ah, dan setiap

bid’ah itu sesat. [dalam riwayat lain]: dan setiap kesesatan itu (tempatnya) di neraka. [HR.

Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad]

Page 4: Aliran sempalan

Aliran-aliran sempalan dalam islam adalah aliran yang ajaran-ajarannya menyempal atau

menyimpang dari ajaran islam yang sebenarnya telah disampaikan oleh Rasulullah SAW, atau

dalam bahasa agamanya disebut ahli bid’ah

Aliran dalam islam itu banyak, sebagai yang pernah di gambarkan oleh nabi semasa hidupnya

dalam sebuah hadits, di katakan umat islam akan terpecah sampai 73 firqah, demikian katanya :

"yahudi akan terpecah atas 71 aliran, nasrani akan berpecah atas 72 aliran, sedang umatku akan

terbagi bagi dalam 73 aliran". (al hadits). apa yang di sabdakan nabi itu mungkin terjadi, sudah

atau akan terjadi tetapi dalam sejarah islam dapat kita golongkan mazhab-mazhab yang banyak

itu atas 4 aliran besar yang pokok, yang akan kita perkatakan di sini dengan menyebut dasar-

dasar pendiriannya yang utama.

Ada sebuah pertanyaan yang harus diajukan, yaitu: 

Mengapa mereka tersesat? Padahal mayoritas kelompok atau aliran tersebut menyatakan bahwa

mereka berada di atas Al-Qur’an dan As-Sunnah. Lalu apa yang menyebabkan mereka jatuh

pada penyimpangan dan kesesatan?

Jawabannya: karena mereka hendak memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah tidak dengan apa

yang diajarkan dan diamalkan oleh generasi salaf. Masing-masing kelompok memiliki

pemahaman yang berbeda terhadap nash-nash Al-Qur’an dan Al-Hadits serta cenderung

bertabrakan satu sama lain sesuai dengan kepentingan kelompoknya masing-masing. Tiap-tiap

kelompok menggunakan nash-nash Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai tameng untuk melindungi

penyimpangan dan kesesatan mereka. Dengan cara meletakkannya tidak pada tempatnya, tidak

sesuai dengan apa yang telah dipahami, disampaikan dan diamalkan oleh generasi as-salafush

shalih.

1.2 RUMUSAN MASALAH1) Macam-macam aliran sempalan

2) Awal mulanya terjadinya setiap aliran sempalan?

3) Bagaimana pokok ajarannya tiap aliran?

Page 5: Aliran sempalan

4) Sekte-sekte tiap aliran

5) Siapa tokoh yang mendirikan aliran sempalan tersebut?

BAB II

1 Syi’ah

1.1 Pengertian Syi’ah

Syiah menurut etimologi bahasa Arab bermakna Pembela dan pengikut seseorang. Selain itu

juga bermakna : Setiap kaum yang berkumpul di atas suatu perkara. Adapun menurut tertimologi

syariat bermakna : Mereka yang menyatakan bahwa Alli Bin Abu Thalib sangat utama diantara

para sahabat dan lebih berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan kaum muslimin,

demikian pula anak cucu sepeninggalan beliau. Syiah dalam sejarahnya mengalami beberapa

pergeseran. Seiring dengan bergulirnya waktu, syiah mengalami perpecahan sebagaimana sunni

juga mengalami perpecahan mazhab.

1.2 Asal-usul Kemunculan Syi’ah

Pada saat Nabi Muhammad SAW wafat, umat Islam mengalami pergolakan tentang siapakah

pengganti nabi yang akan menjadi khalifah. Semasa hidupnya, Nabi Muhammad tidak

memberikan wasiat siapakah kelak yang akan menjadi penerusnya. Musyawarah yang diadakan

kaum Mujahirin dan Anshar, terpilihlah Abu Bakar menjadi Khalifah yang pertama. Namun ada

golongan yang tidak setuju dengankeputusan tersebut. Mereka menginginkan Ali bin Abi Thalib

menjadi penerus kekhalifahan, karna posisi beliau sebagai ahli bait. Muncullah golongan Syiah

untuk membela dan menjadi pengikut Ali. Sebagai sepupu dan menantu Rasulullah, golongan

Syiah berpendapat bahwa Ali lah yang berhak menjadi khalifah.

Muslim Syi'ah percaya bahwa Keluarga Muhammad (yaitu para Imam Syi'ah) adalah sumber

pengetahuan terbaik tentang Qur'an dan Islam, guru terbaik tentang Islam setelah

Nabi Muhammad, dan pembawa serta penjaga tepercaya dari tradisi Sunnah.

Page 6: Aliran sempalan

Secara khusus, Muslim Syi'ah berpendapat bahwa Ali bin Abi Thalib, yaitu sepupu dan

menantu Muhammad dan kepala keluarga Ahlul Bait, adalah penerus kekhalifahan setelah Nabi

Muhammad, yang berbeda dengan khalifah lainnya yang diakui oleh Muslim Sunni. Menurut

keyakinan Syi'ah, Ali berkedudukan sebagai khalifah dan imam melalui washiat Nabi

Muhammad.

Perbedaan antara pengikut Ahlul Bait dan Ahlus Sunnah menjadikan perbedaan pandangan

yang tajam antara Syi'ah dan Sunni dalam penafsiran Al-Qur'an, Hadits, mengenai Sahabat, dan

hal-hal lainnya. Sebagai contoh perawi Hadits dari Muslim Syi'ah berpusat pada perawi

dari Ahlul Bait, sementara yang lainnya seperti Abu Hurairah tidak dipergunakan.

Tanpa memperhatikan perbedaan tentang khalifah, Syi'ah mengakui otoritas Imam

Syi'ah (juga dikenal dengan Khalifah Ilahi) sebagai pemegang otoritas agama, walaupun sekte-

sekte dalam Syi'ah berbeda dalam siapa pengganti para Imam dan Imam saat ini.

1.3 Pokok Ajaran Syiah

Dalam Syi'ah, ada Ushulud-din (perkara pokok dalam agama) dan Furu'ud-din (perkara cabang

dalam agama). Syi'ah memiliki lima perkara pokok, yaitu:

a. Tauhid, bahwa Tuhan adalah Maha Esa.

b. Al-‘Adl, bahwa Tuhan adalah Mahaadil.

c. An-Nubuwwah, bahwa kepercayaan Syi'ah meyakini keberadaan para nabi sebagai

pembawa berita dari Tuhan kepada umat manusia.

d. Al-Imamah, bahwa Syiah meyakini adanya imam yang senantiasa memimpin umat

sebagai penerus risalah kenabian.

e. Al-Ma'ad, bahwa akan terjadinya Hari Kebangkitan.

Dalam perkara ke-nabi-an, Syi'ah berkeyakinan bahwa:

a. Jumlah nabi dan rasul Tuhan adalah 124.000.

Page 7: Aliran sempalan

b. Nabi dan rasul terakhir ialah Nabi Muhammad.

c. Nabi Muhammad adalah suci dari segala aib dan tanpa cacat sedikitpun. Beliau adalah

nabi yang paling utama dari seluruh nabi yang pernah diutus Tuhan.

d. Ahlul-Bait Nabi Muhammad, yaitu Imam Ali, Sayyidah Fatimah, Imam Hasan, Imam

Husain dan 9 Imam dari keturunan Imam Husain adalah manusia-manusia suci

sebagaimana Nabi Muhammad.

e. Al-Qur'an adalah mukjizat kekal Nabi Muhammad.

1.4 Sekte-sekte dalam aliran Syi’ahSecara global, sekte-sekte dalam mazhab Syi'ah tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga

varian.

a. Kelompok ekstreem/ghulat

Menurut Imam Abu al Hasan al 'Asy'ari, mereka adalah kelompok yang telah

menyebal dari kelaziman konsep Syi'ah35. Sehingga mereka meyakini hal-hal yang

membawa kepada kekafiran. Mereka antara lain menuhankan 'Ali k.w, menuhankan

salah seorang pemimpin mereka, mendakwakan diri sebagai nabi dan lain sebagainya.

Dalam kategori kelompok ekstreem ini, menurut Abu al Hasan al Asy'ari terdapat

sebanyak 15 sekte. Yaitu: al Bayâniyyah, al Janâhiyyah, al Harbiyyah, al

Mughîriyyah, al Manshuriyah, al Khithâbiyyah, al Ma'mâriyyah, al Buzaighiyyah, al

'Umairiyyah, al Mufadl-dlaliyyah, asy Syarî 'iyyah, an Numairiyyah, as Sabaiyyah,

dan tiga sekte lainnya yang menuhankan Nabi, 'Ali dan keturunannya

b. Kelompok Imammiyyah

Mereka juga dinamakan sebagai rafîdlah (penolak), karena menurut Abu Hasan al

Asy'ari mereka menolak dan mengingkari kepemimpinan Abu Bakar dan 'Umar.

Dalam kelompok ini terdapat 24 sekte. Mereka sepakat bahwa Nabi Saw. telah

menggariskan bahwa 'Ali k.w.-lah pemangku kekhalifahan setelah beliau, dengan

menyebut namanya secara jelas dan telah mendeklarasikannya kepada umat. Mereka

juga berpendapat bahwa mayoritas sahabat Rasulullah Saw. telah sesat karena tidak

Page 8: Aliran sempalan

mengikuti 'Ali Kw. setelah wafatnya Rasulullah Saw. Mereka juga berpendapat

bahwa imamah hanya dapat diterima jika telah digariskan oleh nash dan imamah

tersebut merupakan hak khusus keturunan Rasulullah Saw37. Ke-24 sekte tersebut

adalah: al Qath'iyyah, al Kaisaniyyah, al Karbiyyah, ar Rawandiyyah, ar Razâmiyyah,

Abu Muslimiyyah,al Harbiyyah, al Bayâniyyah, al Mughîriyyah, al Husainiyyah, al

Muhammadiyyah, an Nasâwiyyah, al Qarâmithah, al Mubârakiyyah, as Samîthiyyah,

al 'Ammâriyyah (al Futhiyyah), az Zarâiyyah, al Waqîfah, al Musâiyyah, dan

beberapa sekte lainnya yang masing-masing mempunyai doktrin yang berbeda

c. Kelompok Zaidiyyah

Dalam kelompok ini terdapat 6 sekte 39, yaitu al Jarudiyyah, as-Sulaimaniyyah, al

Batriyyah, an Nu'aimiyyah, al Ya'qubiyyah dan satu firqah yang berlepas diri dari

Abu Bakar r.a. dan 'Umar r.a. 40. M.H. Al Kasyif al Githa, dalam kitab Ahlu 'sy-

Syî'ah wa Ushûluha, bahkan mengatakan bahwa jika term Syi'ah diperluas bagi

semua sekte yang mengaku sebagai Syi'ah, maka barangkali akan ada seratus atau

lebih sekte dalam Syi' ah. Namun menurutnya lagi, saat ini, terma Syi'ah hanya

khusus bagi Imamiyyah sebagai sekte terbesar setelah Ahlussunnah wa al Jamâ'ah 41.

Tentang sekte-sekte di dalam Syi'ah tersebut, sengaja penulis singgung di sini, untuk

menunjukkan bahwa betapa untuk memformulasikan suatu konsep hubungan Sunnah-

Syi'ah, kita akan mengalami kesulitan. Karena masing-masing sekte dalam Syi'ah

tersebut mempunyai doktrin yang berbeda, maka sikap dan penilaian terhadap

masing-masing tersebutpun akan berbeda pula. Namun, dengan pengkhususan nama

Syi'ah bagi Imamiah oleh M.H. Al Kasyif al Githa, penentuan sikap terhadap Syi'ah

akan lebih mudah dilakukan. Dan penulis artikel inipun akan membatasi kajian hadist

pada sekte Syi'ah Imamiyyah. Namun, patut dicatat pula, bahwa pengkhususan yang

dilakukan M.H. Al Kasyif al Githa tersebut amat arbitrer, karena secara implisit ia

telah mencampakkan semua sekte-sekte lain yang bernaung di bawah bendera Syi'ah

selain Imamiyyah. Seperti Zaidiah dan sebagainya. Sikap monopolis tersebut tentu

akan ditentang oleh tokoh-tokoh Syi'ah non-Imamiah. Ironisnya, klaim Syi'ah sebagai

mazhab Ahlul Bait, saat ini amat patut dipertanyakan. Karena pada kenyataannya -

seperti dikatakan oleh Sayyed Hossein Nasr dalam pengantarnya terhadap buku Shi'te

Islam, karya M.H.Thabathaba'i- mayoritas Ahlul Bait saat ini justru bermazhabkan

Page 9: Aliran sempalan

Sunni. Beberapa ulama dari Ahlul Bait, seperti Sayyid Muhammad bin Alawy al

Hasany di Mekkah misalnya, menjadi ulama-ulama sunni yang disegani, dan mereka

dengan bersemangat mengcounter dan mengungkapkan kerancuan mazhab Syi'ah itu.

1.5 Tokoh-tokoh dalam Aliran Syi’ah

Adapun Zaid bin ‘Ali bin Husain Zainal ‘Abidin terkenal ahli di bidang tafsir dan fiqh. Pada usia

yang relatif muda, Zaid bin ‘Ali telah dikenal sebagai salah seorang tokoh Ahlulbait yang

menonjol. Salah satu karya yang ia hasilkan adalah kitab al-Majmû’ (Himpunan/Kumpulan)

dalam bidang fiqh. Juga karya lainnya mengenai tafsir, fiqh, imamah, dan haji.

Selain dua tokoh di atas, terdapat pula beberapa tokoh Syi’ah, di antaranya:

a. Nashr bin Muhazim

b. Ahmad bin Muhammad bin ‘Isa al-Asy’ari

c. Ahmad bin Abi ‘Abdillah al-Barqi

d. Ibrahim bin Hilal al-Tsaqafi

e. Muhammad bin Hasan bin Furukh al-Shaffar

f. Muhammad bin Mas’ud al-‘Ayasyi al-Samarqandi

g. Ali bin Babawaeh al-Qomi

h. Syaikhul Masyayikh, Muhammad al-Kulaini

i. Ibn ‘Aqil al-‘Ummani

j. Muhammad bin Hamam al-Iskafi

k. Muhammad bin ‘Umar al-Kasyi

l. Ibn Qawlawaeh al-Qomi

m. Ayatullah Ruhullah Khomeini

n. Al-‘Allamah Sayyid Muhammad Husain al-Thabathaba’i

o. Sayyid Husseyn Fadhlullah

p. Murtadha Muthahhari

q. ‘Ali Syari’ati

r. Jalaluddin Rakhmat

s. Hasan Abu Ammar

Page 10: Aliran sempalan

BAB III

2 Khawarij

Rasulullah telah menyampaikan ciri-ciri detail kelompok radikal ini, walaupun beliau tidak

menyebutkan namanya. Berikut ini beberapa hadits Nabi yang menyampaikan tentang mereka:

قول من يقولون األحالم سفهاء األسنان حدثاء قوم الزمان آخر فى يأتىيجاوز ال الرمية من السهم يمرق كما اإلسالم من يمرقون البرية خير

قتلهم لمن أجرا قتلهم فى فإن فاقتلوهم لقيتموهم فأينما حناجرهم إيمانهمالقيامة يوم

“Akan datang di akhir zaman kelompok muda usia, lemah pemikiran, menyampaikan

perkataan makhluk terbaik. Mereka melesat dari Islam sebagaimana melesatnya anak panah

dari busurnya. Iman mereka tidak melewati tenggorokan. Di manapun kalian jumpai mereka,

maka bunuhlah mereka. Karena membunuh mereka akan mendapatkan pahala pada hari

kiamat.” (HR. Bukhari dan Muslim)

2.1 Pengertian Khawarij

Page 11: Aliran sempalan

Khawārij (Arab: خوارج yang secara harfiah berarti "Mereka yang Keluar") ialah istilah umum

yang mencakup sejumlah aliran dalam Islamyang awalnya mengakui kekuasaan Ali bin Abi

Thalib, lalu menolaknya. Pertama kali muncul pada pertengahan abad ke-7, terpusat di daerah

yang kini ada di Irak selatan, dan merupakan bentuk yang berbeda dari Sunni dan Syi'ah.

Disebut atau dinamakan Khowarij disebabkan karena keluarnya mereka dari dinul Islam dan

pemimpin kaum muslimin. 

Awal keluarnya mereka dari pemimpin kaum muslimin yaitu pada zaman khalifah Ali bin Abi

Thalib ketika terjadi (musyawarah) dua utusan. Mereka berkumpul disuatu tempat yang disebut

Khouro (satu tempat di daerah Kufah). Oleh sebab itulah mereka juga disebut Al Khoruriyyah. 

2.2 Asal-usul Khawarij

Setelah Utsman bin Affan dibunuh oleh orang-orang khawarij, kaum muslimin

mengangkat Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah, setelah beberapa hari kaum muslimin hidup

tanpa seorang khalifah. Kabar kematian 'Ustman kemudian terdengar oleh Mu'awiyyah, yang

mana beliau masih memiliki hubungan kekerabatan dengan 'Ustman bin Affan.

Sesuai dengan syariat Islam, Mu'awiyyah berhak menuntut balas atas kematian 'Ustman.

Mendengar berita ini, orang-orang Khawarij pun ketakutan, kemudian menyusup ke pasukan Ali

bin Abi Thalib. Mu'awiyyah berpendapat bahwa semua orang yang terlibat dalam pembunuhan

'Ustman harus dibunuh, sedangkan Ali berpendapat yang dibunuh hanya yang membunuh

'Ustman saja karena tidak semua yang terlibat pembunuhan diketahui identitasnya. Akhirnya

terjadilah perang shiffin karena perbedaan dua pendapat tadi. Kemudian masing-masing pihak

mengirim utusan untuk berunding, dan terjadilah perdamaian antara kedua belah pihak. Melihat

hal ini, orang-orang khawarijpun menunjukkan jati dirinya dengan keluar dari pasukan Ali bin

abi Thalib. Mereka (Khawarij) merencanakan untuk membunuh Mu'awiyyah bin Abi Sufyan dan

Ali bin Abi Thalib, tapi yang berhasil mereka bunuh hanya Ali bin Abi Thalib.

2.3 Prinsip Pemikiran Khawarij

a. Khalifah atau iman harus dipilih secara bebas oleh seluruh umat islam.

Page 12: Aliran sempalan

b. Khalifah tidak harus berasal dari keturunan arab.

c. Setiap orang muslim berhak menjadi khalifah apabila telah memenuhi syarat.

d. Khalifah dipilih secara permanen selama yang bersangkutan bersikap adil dan

menjalankan syariat islam. Ia harus dijatuhkan bahkan dibunuh jika melakukan

kezaliman.

e. Khalifah sebelum ali (abu bakar, umar, dan utsman) adalah sah, tetapi setelah tahun ke-7

dari masa kekhalifahannya, utsman dianggap telah menyeleweng.

f. Khalifah ali juga sah, tetapi setelah terjadi arbitrase, ia dianggap menyeleweng.

g. Muawiyah dan Amr bin Al-Ash serta Abu musa Al-Asy’ari juga dianggap menyeleweng

dan telah menjadi kafir.

h. Pasukan jamal yang menyerang ali juga kafir

i. Seseorang yang berdosa besar tidak lagi disebut muslim sehingga harus dibunuh. Yang

sangat anarkis lagi anggapan mereka bahwa seorang muslim tidak lagi muslim (kafir)

apabila ia tidak maumembunuh muslim lain yangdianggap kafir, dengan resiko ia

menanggung beban harus dibunuh pula.

j. Setiap muslim harus berhijrah dan bergabung dengan golongan mereka. Bila tidak mau

bergabung,wajib diperangi.

k. Seseorang harus menghindar dari pimpinan yang menyeleweng.

l. Adanya Wa’ad dan Wa’id

m. Amar ma’ruf nahi munkar

n. Memalingkan ayat-ayat Al-quran yang tampak samar.

o. Al-quran adalah makhluk

p. Manusia bebas memutuskan perbuatannya, bukan dari tuhan.

q. Dll.

2.4 Ajaran-ajaran KhawarijPada umumnya ajaran-ajaran Khawarij yang menonjol dalam sejarah pemikiran Islam adalah

di bidang theologi Islam dan di bidang politik.

a. Ajaran-ajaran Khawarij di Bidang Theologi Islam.

Page 13: Aliran sempalan

Ajaran-ajaran Khawarij di bidang ini pada umumnya berkisar pada soal iman, kufur,

dan persoalan dosa besar. Konsep iman menurut mereka merupakan kebalikan konsep

iman menurut aliran Murji’ah. Kalau konsep iman menurut aliran Murji’ah hanya

mengangkut soal kebenaran hati (al-tashdiq bi al-qalb), maka konsep iman menurut

Khawarij ditekankan pada amal di samping al-tashdiq.

Pendapat Khawarij yang mengatakan bahwa orang yang berdosa besar tidak orang

Islam lagi, akan tetapi keluar dari Islam dan menjadi kafir, murtad, dan wajib dijatuhi

hukuman mati, karena konsep iman menurut mereka meliputi amal, bahkan amal

itulah yang pokok dari iman, rusaknya amal menyebabkan rusaknya iman. Kalau

iman sudah rusak oleh perbuatan dosa besar maka orang tersebut keluar dari Islam

serta menjadi kafir dan murtad. Sebagian sekte Khawarij ada yang berpendapat

bahwa dosa kecil yang dilakukan terus menerus akan menjadi dosa besar dan

pelakunya dapat dipandang keluar dari Islam.

b. Ajaran-ajaran Khawarij di Bidang Politik.

Ajaran khawarij yang menonjol di bidang politik berkenaan dengan pemilihan kepala

negara (khalifah) yang bersifat demokratis. Menurut mereka jabatan khalifah adalah

hak bagi setiap muslim yang memenuhi syarat. Jabatan tersebut tidak mesti dari

keluarga keturunan Nabi Muhammad apalagi dari suku Quraisy, akan tetapi siapa saja

dari orang Islam walaupun bukan Arab, ia berhak menjadi khalifah.

2.5 Sekte-sekte dalam Aliran Khawarij

Golongan atau sekte dalam aliran Khawarij di antaranya:

a. Al-Muhakkimah

Al-Muhakkimah adalah mereka yang keluar dari barisan ‘Ali ketika berlangsung

peristiwa tahkim (arbitrase) dan kemudian berkumpul di suatu tempat yang bernama

Harura, bagian dari negeri Kufah. Pimpinan mereka di antaranya ‘Abdullah bin al-Kawa,

Utab bin al-A’war, ‘Abdullah bin Wahab al-Rasiby. Al-Muhakkimah ini adalah golongan

Khawarij pertama yang terdiri dari pengikut-pengikut ‘Ali. Merekalah yang berpendapat

bahwa ‘Ali, Mu’awiyah, kedua pengantara yang menjadi hakim pada peristiwa tahkim,

Page 14: Aliran sempalan

serta semua orang yang menyetujui tahkim sebagai orang-orang yang bersalah dan

menjadi kafir.

Al-Muhakkimah itu sendiri dimaksudkan untuk prinsip dan slogan mereka yang

berhukum dengan hukum Allah, “la hukma illa Allah”.

b. Al-Zariqah.

Al-Zariqah merupakan sekte terbesar kedua setelah al-Muhakkimah. Nama sekte ini

diambil dari pimpinan terpilih mereka, yaitu Nafi bin al-Azraq. Mereka berdomisili di

perbatasan Irak dan Iran. Paham-paham mereka sedikit lebih radikal atau ekstrem

ketimbang al-Muhakkimah.

Prinsip yang membedakan aliran al-Zariqah dari aliran Khawarij lainnya ialah:

1) Mereka memandang orang yang berbeda pendapat dengan merekatidak hanya

bukan Mu’min, tetapi juga musyrik, kekal di neraka serta halal diperangi dan

dibunuh.

2) Di wilayah perang dibenarkan melakukan tindakan apapun yang dibolehkan

dalam peperangan melawan orang kafir, baik merampas harta, menahan anak-

anak dan para wanita, memperbudak musuh yang tertangkap, serta boleh

membunuh orang dari pihak yang tidak mau turut berperang.

3) Mereka juga berpendapat bahwa anak-anak dari orang yang berbeda paham

dengan al-Zariqah adalah kekal di neraka.

4) Dalam bidang fiqh, mereka tidak mengaku adanya hukum rajam.

5) Hukuman dera bagi pelaku zina hanya diberlakukan pada orang yang menuduh

bahwa wanita terpelihara (muhshan) telah berzina.

6) Mereka juga berpendapat bahwa para nabi bisa saja melakukan dosa besar dan

kecil.

c. Al-Najdah

Sekte ini dinamakan al-Najdah karena dinisbatkan kepada pimpinan terpilihnya, yaitu

Najdah Ibn ‘Amir al-Hanafi dari Yamamah di Arabia Tengah. Terpilihnya Najdah

sebagai pemimpin sekte ini tidak terlepas dari sumbangan Abu Fudaik dan kawan-

kawannya yang pada awalnya adalah pengikut al-Azraq dari sekte al-Zariqah juga. Para

pendiri sekte ini pergi meninggalkan al-Zariqah disebabkan karena mereka tidak dapat

Page 15: Aliran sempalan

menerima beberapa ajaran yang ekstrem dari al-Zariqah. Di antaranya tentang orang yang

tidak mau berhijrah ke lingkungan al-Zariqah adalah musyrik. Dan ajaran yang

membolehkan membunuh anak dan isteri orang-orang Islam yang tidak sepaham dengan

mereka.

Paham mereka tidak seekstrem paham al-Zariqah. Bagi mereka orang yang tidak secara

aktif mendukung mereka tidaklah dianggap kafir, tetapi hanya sekedar munafik. Mereka

memberikan wewenang kepada anggotanya untuk hidup di wilayah lain, sekalipun di luar

wilayah kekuasaan Khawarij. Mereka membolehkan anggotanya untuk melakukan

taqiyah (yaitu suatu sikap yang menyembunyikan pandangan ke-Najdahannya).

d. Al-Jaridah

Penamaan sekte ini juga dinisbatkan kepada tokoh utamanya, yaitu ‘Abd al-Karim Ibn

Ajrad. Di samping sekte al-Najdah, sekte ini tergolong sedikit lebih moderat. Hal itu

tergambar dari pendapat mereka tentang berhijrah. Bagi mereka, berhijrah bukanlah

merupakan kewajiban, melainkan hanyalah sebuah kebajikan. Karena itu, orang-orang al-

Jaridah boleh saja berdomisili di luar daerah kekuasaan sekte al-Jaridah.

Pendapat sekte al-Jaridah yang menonjol adalah penolakan mereka terhadap surat Yusuf

yang mengisahkan tentang cinta. Karenanya, surat Yusuf tidak mereka akui sebagai

bagian dari al-Qur’an.

e. Al-Sufriah

Penamaan sekte ini juga dinisbatkan kepada tokoh utamanya, yaitu Zaid Ibn al-Asfar.

Aliran ini juga dianggap ekstrem seperti al-Zariqah. Di antara pendapat-pendapat mereka

juga ada yang terkesan lebih lunak terutama untuk hal-hal berikut ini:

1) Orang Sufriah yang tidak berhijrah tidaklah dipandang kafir.

2) Mereka tidak sependapat dengan pendapat yang boleh membunuh anak-anak

orang kafir (musrik).

3) Mereka membagi dosa besar menjadi dua.

a) Dosa besar yang ada sangsinya di dunia seperti berzina, membunuh, dan

mencuri.

b) Dosa besar yang tidak ada sangsinya di dunia seperti meninggalkan shalat

dan puasa.

4) Cakupan dar al-harb (daerah yang harus diperangi) juga dibatasi.

Page 16: Aliran sempalan

5) Kufr tidaklah selamanya keluar dari agama Islam

6) aqiyah hanya boleh dalam bentuk perkataan dan tidak dalam bentuk perbuatan.

7) Untuk keamanan diri, seorang wanita muslim boleh kawin dengan satu lelaki

kafir, didaerah bukan Islam.

f. Al-Ibadiah

Sekte ini juga dinisbatkan kepada pimpinannya, yaitu ‘Abdullah Ibn Ibad. Sebelumnya,

Ibn Ibad adalah pengikut al-Zariqah. Karena tidak bisa menerima pendapat-pendapat

ekstrem al-Zariqah, maka ia kemudian memisahkan diri dari kelompok ekstrem itu. Di

antara pendapat-pendapat sekte al-Ibadiah ini ialah:

1) Orang yang tidak sepaham dengan mereka bukanlah mukmin dan bukanlah

musrik, tetapi kafir.

2) Daerah orang Islam yang tidak sepaham dengan mereka bukanlah dar al-harb,

tetapi tetap dar al-tauhid.

3) Pelaku dosa besar masih tetap muwahhid, yaitu orang yang meng-Esa-kan

Tuhan.

4) Yang boleh dirampas dalam perang hanyalah kuda dan senjata.

5) Aliran-aliran Khawarij yang Dipandang Keluar dari Islam

a. Yazidiyyah

Aliran ini semula adalah pengikut aliran al-Ibadiah, tetapi kemudian

berpendapat bahwa Allah akan mengutus seorang rasul dari kalangan luar Arab

yang akan diberi kitab yang akan menggantikan syari’at Muhammad.

b. Maimuniyyah

Aliran ini membolehkan seseorang menikahi cucu-cucu perempuan dari anak

laki-laki dan anak perempuan dari saudara laki-laki dan saudara perempuan.

Mereka juga mengingkari surat Yusuf dalam al-Qur’an dan tidak mengakuinya

sebagai bagian dari al-Qur’an, karena menurut mereka surah itu berisi kisah

porno, sehingga tidak pantas dinisbahkan kepada Allah. Dengan pendapat itu

mereka sebenarnya telah mencela Allah karena keyakinan mereka yang salah.

Page 17: Aliran sempalan

BAB IV

3 Mu’tazilah

3.1 Pengertian Mu’tazilahAliran Mu’taziliyah (i'tazala anna; "memisahkan diri") muncul di Basra, Irak, pada abad

2 H. Kelahirannya bermula dari tindakan Wasil bin Atha' (700-750 M) berpisah dari gurunya

Imam Hasan al-Bashri karena perbedaan pendapat. Wasil bin Atha' berpendapat bahwa muslim

berdosa besar bukan mukmin bukan kafir yang berarti ia fasik. Wasil bin Atha' berpendapat

mukmin berdosa besar masih berstatus mukmin.

3.2 Asal-Usul Mu’tazilah

Kaum Mu`tazilah merupakan sekelompok manusia yang pernah menggemparkan dunia Islam

selama lebih dari 300 tahun akibat fatwa-fatwa mereka yang menghebohkan, selama waktu itu

pula kelompok ini telahmenumpahkan ribuan darah kaum muslimin terutama para ulama Ahlus

Sunnah yang bersikukuh dengan pedoman mereka.

Sejarah munculnya aliran Mu’tazilah oleh para kelompok pemuja aliran Mu’tazilah tersebut

muncul di kota Basrah (Iraq) pada abad ke 2 Hijriyah, tahun 105 – 110 H, tepatnya pada

masa pemerintahan khalifah Abdul Malik Bin Marwan dan khalifah Hisyam Bin AbdulMalik.

Pelopornya adalah seorang penduduk Bashrah mantan murid Al-Hasan Al-Bashri yang bernama

Washil bin ‘Atha  Al-Makhzumi Al-Ghozzal.

Secara umum, aliran Mu’tazilah melewati dua fase yang berbeda. Fase Abbasiyah (100 H

– 237 M) dan fase Bani Buwaihi (334 H). Generasi pertama mereka hidup di bawah

pemerintahan Bani Umayah untuk waktu yang tidak terlalu lama. Kemudian  memenuhi zaman

awal Daulah Abbasiyah dengan aktivitas, gerak, teori, diskusi dan pembelaan terhadap agama,

dalam suasana yang dipenuhi oleh pemikiran baru. Dimulai di Basrah. Kemudian di sini berdiri

cabang sampai ke Baghdad. Orang-orang Mu’tazilah Basrah bersikap hati-hati dalam

Page 18: Aliran sempalan

menghadapi masalah politik, tetapi kelompok Mu’tazilah Baghdad justru terlibat jauh dalam

politik. Mereka ambil bagian dalam menyulut dan mengobarkan api inquisisi bahwa “Al Qur’an

adalah makhluk”.

Memang pada awalnya Mu’tazilah menghabiskan waktu sekitar dua abad untuk tidak

mendukung sikap bermazhab, mengutamakan sikap netral dalam pendapat dan tindakan. Konon

ini merupakan salah satu sebab mengapa mereka disebut Mu’tazilah. Mu’tazilah tidak mengisolir

diri dalam menanggapi problematika imamah –sebagai sumber perpecahan pertama-

tetapimengambil sikap tengah dengan mengajukan teori “al manzilah bainal manzilatain”. Akan

tetapi di bawah tekanan Asy’ariah nampaknya mereka berlindung kepada Bani Buwaihi.

3.3 Pokok Ajaran dalam Aliran Mu’tazilah

Pokok ajaran kaum Mu’tazilah berkisar pada 5 (lima) soal, yaitu :

1) Tauhid (ke Esaan Tuhan).

2) Al ’Adl (keadilan Tuhan).

3) Al Wa’du Wal Wa’id (janji baik dan janji buruk).

4) Manzilah Bainal Manzilatein (tempat diantara dua tempat).

5) Amar Ma’ruf dan Nahi Mungkar.

3.4 Konsep Pemikiran dalam Aliran Mu’tazilaha. Ketauhidan

Mu’tazilah menafikan dan meniadakan Allah Ta’ala itu bersifat dengan sifat-sifat yang

azali dari ilmu, qudrat, hayat dan sebagainya sebagai dzat-Nya.

Perkataan yang mengatakan bahwa Allah itu mempunyai sifat-sifat yang qadim, akan

menunjukkan bahwa Allah itu berbilang. Padahal Allah Maha Esa, Tiada yang

menyekutuinya satupun juga. Dan tidaklah sekali-kali dzat-Nya itu banyak atau

Page 19: Aliran sempalan

berbilang. Allah tidak seperti sesuatu apapun, Allah tidak berjisim, tidak bersifat, tidak

berunsur, dan tidak juga berjauhan.

Mu’tazilah mentakwilkan segala ayat-ayat yang mengandung pengertian tentang Allah

itu bersifat, sifat-sifat itu dapat membawa faham bahwa Allah itu sama dengan makhluk-

Nya. Karena Alah tidak sama dengan makhluk-Nya ( للحوادث .( المخالفةb. Dosa Besar.

Orang Islam yang mengerjakan dosa besar, yang sampai matinya belum taubat, orang

tersebut dihukumi tidak kafir dan tidak pula mukmin, tetapi diantara keduanya itu.

Mereka itu dinamakan orang ”fasiq”. Berhaklah mereka masuk ke neraka karena

kefasikannya dan kekal-lah mereka di neraka itu. Karena menurut pendapat aliran

Mu’tazilah, orang yang demikian itu tidak kafir dan tidaklah mukmin, jadi ada suatu

tempat tersendiri diantara keduanya untuk mereka yang melakukan dosa besar.

c. Qadar

Mereka berpendapat : Bukanlah Allah yang menjadikan segala perbuatan makhluk, tetapi

makhluk itu sendirilah yang menjadikan dan menggerakkan segala perbuatannya. Oleh

karena itulah, mereka di beri dosa dan pahala.

Aliran Mu’tazilah mempertahankan adanya ”kemauan” dan ”kebebasan pilihan”, karena

mereka hendak menyelamatkan prinsip ”keadilan Tuhan”, yang tidak mungkin memberi

pahala atau siksa kecuali atas perbuatan-perbuatan yang keluar dari manusia itu sendiri,

yang tahu akan perbuatannya dan menghendakinya pula. Karena akal manusia bisa

membedakan antara kebaikan dan keburukan, maka artinya ia dapat mengadakan pilihan.

d. Kedudukan Akal.

Sepanjang sejarah tersebut bahwa salah satu keistimewaan bagi kaum Mu’tazilah ialah

cara mereka membentuk madzhabnya, banyak mempergunakan akal dan lebih

mengutamakan akal, bukan mengutamakan Al Qur’an dan Hadist.

Kalau di timbang akal dengan hadist nabi Muhammad SAW, maka akal lebih berat bagi

mereka. Mereka lebih memuji akal mereka di banding dengan ayat-ayat suci dan hadist-

hadist nabi.

3.5 Sekte dalam Aliran Mu’tazilah

Page 20: Aliran sempalan

a.    Al-Washiliyyah 

Aliran yang memilih pemikiran-pemikiran Washil ibn Atha, Al Gazzal al-Altsag (80 H/

699 M 131 H/748 M) seorang tokoh Mutazilah yang paling menonjol. Washil belajar ilmu fisika

dan hadits kepada hasan al Bashri. Dia hidup pada masa pemerintahan khalifah Abdul al Malik

ibn Marwan, Hisyam ibn Abd al-Malik, ajaran Washil diantaranya:     Pertama, menolak adanya

sifat-sifat Allah seperti Ilmu, Qudrat, Iradat dan Hayat. Menurutnya mustahil ada dua Tuhan

yang Qadim dan Azali. 

Kedua, tentang takdir, mereka sepakat.dengan Mabad al Jauhari (80 H) dan Ghillan al-

Damisqi. Tapi pendapat Washil dalam hal ini melebihi pendapatnya tentang sifat, katanya: Allah

adalah hakim yang adil, karenanya tidak mungkin disandarkan kepada-Nya keburukan dan

kedzhaliman, tidak mungkin Allah menghendaki dari manusia sesuatu yang bertentangan dengan

apa yang diperintahKan-Nya.

 Ketiga, tentang orang yang terlibat dalam perang Jamal dan Shiffin, menurutnya salah

satu kelompok memang tersalah, demikian juga dengan orang yang membunuh dan menghina

Utsman ibn Affan. Katanya:Salah satu kelompok jelas ada yang berbuat fasik demikian juga

pada berlaku pada orang-orang yang saling mengutuk (lian), namun tidak diketahui persis

kelompok mana. Karena itu minimal hukum yang dikenakan pada dua kelompok tersebut, bahwa

persaksiannya tidak diterima seperti tidak diterimanya persaksian Ali ibn Abi Thallib, Jubair,

Talhah dan mungkin juga yang tersalah abalah Utsman binAffan.

b.    Al-Huzailiyyah

Murid-murid Abu al-Hudzail al-Allaf, seorang tokoh Mutazilah abad kedua (135-226 H)

yang merupakan salah seorang tokoh dan pengonsep Mutazilah. Ia belajar dengan

seorangbernama Utsman ibn Khalid ibn Thawil sedang Utsman ibn Khalid pernah belajar dengan

Whasil ibn Atha yang menerima ajaran itu dari Abu Hasyim Abdullah ibn Muhammad ibn

Hanafiah.

Pendapat Abu Huzail diantaranya: Menurutnya Iradah Allah tidak ada tempatnya, Allah

hanya menghendakinya. Huzail lah yang pertama mengemukakan masalah ini dan kemudian

Page 21: Aliran sempalan

dikembangkan lalu diikuti oleh orang lain, selain itu ia juga berpendapat ada sebagian Kalam

Allah yang tidak mempunyai tempat seperti kun dan ada sebagian Kalam Allah yang mempunyai

tempat seperti amar, nahi, berita dan sebagainya. Menurutnya amar (perintah) seharusnya

menciptakan bukan amar Taklif (perintahpembebanan).

c.    An-Nazhzhamiyyah

Pengikut pendapat Ibrahim ibn Yasar al-Nazham (185-231 H), seorang murid Abu al-

Hudzail. Dia banyak mempelajari buku-buku filsafat sehingga pendapatnya tidak jauh berbeda

dengan Mutazilah tetapi ada sedikit perbedaan yaitu ia berpendapat bahwa Allah tidak berkuasa

untuk menciptakan keburukan dan maksiat karena hal itu tidak termasuk dalam kehendak

(qudrah) Allah.

d.    Al-Khatabiyyah dan al-Hadidiyyah

Pendirinya terdiri dari dua orang yaitu Ahmad ibn Khabith (232 H) dan Al-Fadhal al-

Haditsi (257 H). Dua tokoh ini termasuk murid An-Nazhzham sehingga pendapatnya hampir

serupa hanya ada sedikit perbedaan yaitu keduanya mengakui bahwa Isa al Masih memang

Tuhan sebagaimana dianggap oleh orang Nasrani, yang menurutnya pada hari kiamat nanti dia

menghitung segala amal perbuatan manusia. Keyakinan ini diperkuat dengan beberapa ayat Al

Quran diantaranya:

“Dan datanglah Tuhan mu, sedang malaikat berbaris-baris (Q.s AI Fajr: 22)”

e.    Al-Bisyariyyah

Pengikut Bisyar ibn al-Mutamar (226 H). Ia berpendapat bahwa warna, rasa, bau, dan apa

saja yang dapat dicapai melalui panca indera termasuk penglihatan dan pendengaran, dan apa

saja yang terjadi pada manusia dari akibat gerak tak langsung, disandarkan pada manusia karena

terjadinya dari perbuatan manusia.

f.    Al Muammariyah

Page 22: Aliran sempalan

Pengikut Muamar ibn Ubbad al-Salma (220 H), yamg tergolong tokoh penting yang

menentang adanya sifat bagi Allah. Pendapatnya yang penting adalah tentang kepercayaannya

pada hukum alam. Ia mengatakan bahwa Allah menciptakan benda-benda materi, adapun al-

Arad atau accidents (sesuatu yang datang dari benda-benda) itu adalah hasil hukum alam.

Misalnya: jika sebuah batu dilempar ke dalam air, maka gelombang yang dihasilkan oleh

lemparan batu itu adalah hasil atau kreasi dari batu itu, bukan hasil ciptaan Allah.

g.    Al-Mardariyyah

  Pendiri ajaran ini adalah Isa ibn Shabih (226 H) yang dijuluki Abu Musa atau Mardar, ia

berpendapat manusia mampu saja membuat kalimat yang sefasih Al Quran, pendapatnya sangat

berlebihan yaitu Al Quran adalah ciptaan Allah dan mengkafirkan orang yang berpendapat

bahwa Al Quran itu Qadim (kekal), Ia juga menolak bahwa Allah SWT dapat dilihat dengan

mata kepala di akhirat.

h.    Al-Tsumamah

Pendirinya adalah ats-Sumamah ibn Asyras namir (213 H). Ia berpendapat orang kafir,

musyrik, penganut majusi, nasrani, yahudi zindiq, dan atheis pada hari kiamat nanti akan

menjadi tanah seperti juga binatang dan anak orang yang tidak beriman. Selain itu ia juga

berpendapat bahwa manusia sendirilah yang mewujudkan perbuatan-perbuatannya karena dalam

dirinya telah tersedia daya untuk berbuat. Tentang daya akal ia berkesimpulan bahwa akal

manusia sebelum turunnya wahyu dapat mengetahui perbuatan baik serta perbuatan buruk, Jadi

wahyu turun hanya untuk memberikan konfirmasi.

i.    Al-Hisyamiyyah

Pendirinya adalah Hisyam ibn Amr al-Fuwathi (226 H). Ia menolak penyandaran suatu

perbuatan kepada Allah, sekalipun hal itu dengan jelas ditegaskan dalam Al Quran, Menurut

pendapatnya Allah tidak mempersatukan kaum Muslimin, namun kaum muslimin sendiri yang

mempersatukan hati mereka. Padahal dalam Al Quran ditegaskan:

Page 23: Aliran sempalan

“niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan

hati mereka. (Q.s Al Anfaal: 63”)

Penduduk Madinah terdiri dari suku Aus dan Khazraj selalu bermusuhan sebelum nabi

Muhammad SAW hujrah ke Madinah; di kemudian hari mereka masuk Islam, dan permusuhan

itupun hilang.

Ia juga berpendapat apa yang dinamakan surga dan neraka hanyalah ilusi, belum ada

wujudnya sekarang, alasan yang dikemukakan adalah tidak ada gunanya menciptakan surga dan

neraka sekarang karena belum waktunya orang memasuki surga dan neraka.

j.    Al-Jahizhiyyah

Pendirinya adalah Amr ibn Bahr Abi Utsman al-Jahiz. Ia termasuk tokoh Mutazilah dan

pengarangbuku-buku Mahzab Mutazilah, ia hidup pada pemerintahan Khalifah Al Muthasim dan

Al Mutawakkil. Menurutnya penghuni neraka tidak akan kekaldisiksa dalam neraka karena

penghuni neraka akan berubah menjadi bagian dari neraka itu. Ia juga menyatakan dalam

tulisannya Al Jahiz Abu Usman ibn Bahr dijumpai paham naturalisme atau kepercayaan akan

hukum alam yang oleh kaum Mutazilah disebut sunnah Allah.

k.    Al-Khayatiyyah dan Al-Kabiyyah

Pendirinya adalah Abu Husain ibn Abi Amr al-Khayyath (300 H). Ia berpendapat bahawa jika

Allah dikatakan berkehendak maka kehendak Allah itu bukanlah sifat yang melekat pada Zat

Allah dan bukan pula diwujudkan melalui Zat-Nya. ft Al-Jubaiyyah dan Al Bahsyaniyyah;

Pendirinya Bahsyaniyyah adalah Abu Ali Muhammad ibn Abd al-Wahab al-Jubal (295 H) dan

Abu Hasyim Abd as-Salam (321 H). Keduanya berpendapat manusiatidak melihat Zat Allah di

akhirat dan semua perbuatan yang lahir dari manusia dan maksiat semuanya mengetahui yang

baik dan yang burukserta mengetahui kewajiban berbuat yang baik dan meninggalkan yang

buruk. Pendapat ini menjadi ajaran Mutazilah yang penting.

Page 24: Aliran sempalan

BAB V

4 Al-Murji’ah

4.1 Pengertian Al-Murji’ah

Nama Murji’ah diambil dari kata irja atau arja’a yang bermakna penundaan, penangguhan,

dan pengharapan.Kata arja’a mengandung pula arti memberi harapan, yakni memberi

harapan kepada pelaku dosa besar untuk memperoleh pengampunan dan rahmat Allah.Selain

itu, arja’a berarti pula meletakan di belakang atau mengemudikan, yaitu orang yang

mengemudikan amal dari iman.Oleh karena itu, Murji’ah artinya orang yang menunda

penjelasan kedudukan seseorang yang bersengketa yakni Ali dan Muawiyah serta

pasukannya masing-masing ke hari kiamat kelak.

4.2 Asal-Usul Al-Murji’ah

Awal mula timbulnya Murji’ah adalah sebagai akibat dari gejolak dan ketegangan

pertentangan politik yaitu soal khilafah (kekhalifahan) yang kemudian mengarah ke bidang

teologi. Pertentangan politik ini terjadi sejak meninggalnya Khalifah Usman yang berlanjut

sepanjang masa Khalifah Ali dengan puncak ketegangannya terjadi pada waktu perang Jamal

dan perang Shiffin. Setelah terbunuhnya Khalifah Utsman Ibn Affan, umat islam terbagi

menjadi dua golongan yaitu kelompok Ali dan Muawiyyah. Kelompok Ali lalu terpecah

menjadi dua yaitu Syi’ah dan Khawarij.

Setelah wafatnya Ali, Muawiyyah mendirikan Dinasti Bani Umayyah (661M). Kaum

Khawarij dan Syi’ah yang saling bermusuhan, mereka sama-sama menentang kekuasaan

Bani Umayyah itu. Syi’ah menganggap bahwa Muawiyyah telah merampas kekuasaan dari

tangan Ali dan keturunannya. Sementara itu, Khawarij tidak mendukung Muawiyyah karena

ia dinilai telah menyimpang dari ajaran islam. Di antara ke tiga golongan itu terjadi saling

mengkafirkan.

Page 25: Aliran sempalan

Dalam suasana pertentangan ini, timbul satu golongan baru yaitu Murji’ah yang ingin

bersikap netral, tidak mau turut dalam praktek kafir mengkafirkan yang terjadi antara

golongan yang bertentangan itu. Bagi mereka, sahabat-sahabat yang bertentangan itu

merupakan orang-orang yang dapat dipercayai dan tidak keluar dari jalan yang benar. Oleh

karena itu, mereka tidak mengeluarkan pendapat tentang siapa yang sebenarnya salah dan

memandang lebih baik menunda penyelesaian persoalan ini ke hari perhitungan di hadapan

Tuhan

4.3 Pokok Ajaran Al-Murji’ah

1.      Rukun iman ada dua, yaitu iman kepada Allah dan iman kepada utusan Allah.

2.      Orang yang berbuat dosa besar tetap mukmin selama ia masih beriman, dan bila meninggal

dunia dalam keadaan berdosa tersebut ketentuan tergantung Allah di akhirat kelak.

3.      Perbuatan kemaksiatan tidak berdampak apapun terhadap seseorang bila telah beriman.

Dalam artian bahwa dosa sebesar apapun tidak dapat mempengaruhi keimanan seseorang dan

keimanan tidak dapat pula mempengaruhi dosa. Dosa ya dosa, iman ya iman.

4.      Perbuatan kebajikan tidak berarti apapun bila dilakukan disaat kafir. Artinya perbuatan

tersebut tidak mengahapus kekafirannya dan bila telah muslim tidak juga bermanfaat, karena

melakukannya sebelum masuk islam.

4.4 Sekte dalam Aliran Al-Murji’ah1) Kelompok Al-Jahmiyah.

Adapun golongan Murji’ah ekstrim adalah Jahm bin Safwan dan pengikutnya

disebut al-Jahmiah. Golongan ini berpendapat bahwa orang Islam yang percaya pada

Tuhan, kemudian menyatakan kekufurannya secara lisan, tidaklah menjadi kafir,

karena kafir dan iman tempatnya bukan dalam bagian tubuh manusia tetapi dalam

hati sanubari. Lebih lanjut mereka mengatakan bahwa orang yang telah menyatakan

Page 26: Aliran sempalan

iman, meskipun menyembah berhala, melaksanakan ajaran-ajaran agama Yahudi

degan menyembah berhala atau Kristen dengan menyembah salib, menyatakan

percaya pada trinitas, kemudian mati, tidaklah menjadi kafir, melainkan tetap

mukmin dalam pandangan Allah. Dan orang yang demikian bagi Allah merupakan

mukmin yang sempurna imannya.

2) Kelompok Ash-Shalihiyah

Bagi kelompok pengikut Abu Al-Hasan Al-Salihi iman adalah megetahui Tuhan

danKufr adalah tidak tahu pada Tuhan. Dalam pengertian bahwa mereka

sembahyang tidaklah ibadah kepada Allah, karena yang disebut ibadat adalah iman

kepadanya, dalam arti mengetahui Tuhan. Begitu pula zakat, puasa dan haji bukanlah

ibadah melainkan sekedar mengamabrkan kepatuhan.

3) Kelompok Al-Yunusiyah

Kaum Yunusiyah yaitu pengikut- pengikut Yunus ibnu ’Aun an Numairi

berpendapat bahwa ”iman” itu adalah mengenai Allah, dan menundukkan diri

padanya dan mencintainya sepenuh hati. Apabila sifat-sifat tersebut sudah terkumpul

pada diri seseorang, maka dia adalah mukmin. Adapun sifat-sifat lainnya, seperti

“taat” misalnya, bukanlah termasuk iman, dan orang yang meninggalkan bukanlah

iman, dan orang yang meninggalkan ketaatan tidak akan disiksa karenanya, asalkan

saja imannya itu benar-benar murni dan keyakinannya itu betul- betul benar.

4) Kelompok Al-Ubaidiyah

Al-Ubaidiyah di pelopori oleh Ubaid Al-Muktaib. Pada dasarnya pendapat mereka

sama dengan sekte Al-Yunusiyah. Melontarkan pernyataan bahwa melakukan

maksiat atau perbuatan jahat tidaklah merusak iman seseorang. Mati dalam iman,

dosa-dosa dan perbuatan- perbuatan jahat yang dikerjakan tidaklah merugikan orang

yang bersangkutan. Dalam hal ini, Muqatil bin Sulaiman berpendapat bahwa

perbuatan jahat banyak atau sedikit, tidak merusak iman seseorang sebagai musyrik

(politheist).

5) Kelompok Al-Hasaniyah

Page 27: Aliran sempalan

Kelompok ini mengatakan bahwa, ”saya tahu tuhan melarang makan babi, tetapi

saya tidak tahu apakah babi yang diharamkan itu adalah kambing ini,” maka orang

tersebut tetap mukmin bukan kafir. Begitu pula orang yang mengatakan ”saya tahu

Tuhan mewajibkan naik haji ke Ka’bah, tetapi saya tidak tahu apakah Ka’bah di

India atau di tempat lain”, orang yang demikian juga tetap mukmin.

6) Al-Ghailaniyah

Al-Ghailaniyah di pelopori oleh Ghailan Ad-Dimasyqi. Menurut mereka, iman

adalah ma’rifat kepada Allah SWT melalui nalar dan menunjukkan sikap mahabah

dan tunduk kepada-Nya.

7) As-Saubaniyah

As-Saubaniyah yang dipimpin oleh Abu Sauban mempunyai prinsip ajaran yang

sama dengan paham Al-Ghailaniyah. Hanya mereka menambahkan bahwa yang

termasuk iman adalah mengetahui dan mengakui sesuatu yang menurut akal wajib

dikerjakan. Berarti, kelompok ini mengakui adanya kewajiban-kewajiban yang dapat

diketahui akal sebelum datangnya syari’at.

8) Al-Marisiyah

Al-Marisiyah di pelopori oleh Bisyar Al-Marisi. Menurut paham ini, iman disamping

meyakini dalam hati bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT dan Muhammad SAW itu

rasul-Nya, juga harus di ucapkan secara lisan. Jika tidak di yakini dalam hati dan

diucapkan dengan lisan, maka bukan iman namanya. Adapun kufur merupakan

kebalikan dari iman.

9) Al-Karamiyah

Al-Karamiyah yang perintisnya adalah Muhammad bin Karram mempunyai

pendapat bahwa iman adalah pengakuan secara lisan dan kufur adalah pengingkaran

secara lisan. Mukmin dan kafirnya sesseorang dapat di ketahui melalui

pengakuannya secara lisan.

Page 28: Aliran sempalan