laporan praktikum meteorologi dan klimatologi

50
LAPORAN PRAKTIKUM METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI Disusun dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Meteorologi dan Klimatologi Dosen Pengampu: Arif Aahari, M.Sc Disusun oleh : Teguh Tri Susilo 12405241033 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2012

Upload: teguhtris

Post on 27-Dec-2015

1.374 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

laporan praktikum meteorologi dan klimatologi

TRANSCRIPT

Page 1: laporan praktikum meteorologi dan klimatologi

LAPORAN PRAKTIKUM METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI

Disusun dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Meteorologi dan

Klimatologi

Dosen Pengampu: Arif Aahari, M.Sc

Disusun oleh :

Teguh Tri Susilo

12405241033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2012

Page 2: laporan praktikum meteorologi dan klimatologi

LAPORAN PRAKTIKUM METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI

Disusun dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Meteorologi dan

Klimatologi

Dosen Pengampu: Arif Aahari, M.Sc

Disusun oleh :

Teguh Tri Susilo

12405241033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2012

Page 3: laporan praktikum meteorologi dan klimatologi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat,karunia,dan hudayahnya kepeda penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas mata kuliah Meteorologi dan Klimatologi. Makalah ini berisi

tentang laporan praktikum mata kuliah Meteorologi dan klimatologi dari praktikum I

sampai praktikum VI.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada bapak Arif

Ashari, M.Sc selaku dosen pembimbing dalam kegiatan prktikum, bapak Nurhadi,

M.Si selaku dosen mata kuliah meteorologi, juga kepada bapak Sugiharyanto, M.Si

selaku dosen klimatologi, dan juga kepada teman-teman geografi R 2012, dan semua

pihak yang telah membanu dalam proses praktikum maupun dalam penulisan laporan.

Penulis meenyadri bahwa laporan ini masih penuh kekurangan karena

keterbatasan penulis, disampig karena kesibukan penulis juga karena keeterbatasan

kapasitas pengetahuan penulis yang masih kurang. Oleh karena itu harapan penulis,

pembaca makalah ini dapat membarikan kritik dan saran yang bersifat membangun,

dan semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Yogyakarta, 29 Desember 2012

Penuls

Page 4: laporan praktikum meteorologi dan klimatologi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………...…………………………………………… i

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………..ii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………...……iii

BAB I PENDAHULUAN

Latar belakang …………………………………………………………………..…....1

Tujuan praktikum ………………..……………………………………………………2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Cuaca …………………………………………………………………………………3

Iklim ………………………………………………………………….……………….3

Unsur-unsur cuaca dan iklim ……………………………………………………...….3

BAB III METODE PENGAMATAN

Praktikum I pengukuran tekanan udara dan ketinggian tempat ……………………....8

Praktikum II pengukuran kelembababn relatif massa udara ……………..………….12

Praktikum III pengukuran temperature udara ………………………...……………..18

Praktikum IV pengukuran kecepatan dan arah angin ……………………………….21

Praktikum V analisis tipe iklim suatu tempat dengan klasifikasi iklim schmidt

ferguson …………………………………………………………………………..…24

Praktikum VI analisis tipe iklim suatu tempat dengan klasifikasi iklim mohr dan

oldeman ……………………………………………………………………..……….27

Page 5: laporan praktikum meteorologi dan klimatologi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran tekanan udara dan ketinggian tempat ……………….…………………33

Pengukuran kelembaban relatif massa udara ……………………………………….35

Pengukuran temperature udara ……………………………………………………...37

Pengukuran kecepatan dan arah angin …………………………………………...….38

Analisis tipe iklim suatu tempat dengan klasifikasi iklim Schmidt ferguson ……….40

Analisis tipe iklim suatu tempat dengan klasifikasi iklim mohr dan oldeman ……...41

BAB V KESIMPULAN …………………………………………………………….44

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………........45

Page 6: laporan praktikum meteorologi dan klimatologi

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Meteorologi dan klimatologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang

cuaca dan iklim yang ada di dunia.Meteorologi berasal dari bahasa yunani yaitu

meteoros ataur uang atas (atmosfer), dan logos atau ilmu.Sehingga meteorology

adalah ilmu yang memhaturkan pelajari dan membahas gejala perubahan cuaca

yang berlangsung di atmosfer.Di Indonesia, meteorology ditangani oleh Badan

Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dengan ststus tetap sebagai

Lembga Pemerintah Non Departemen.

Seperti ilmu yang lain meteorology juga memiliki beberapa cabang ilmu

diantaranya:

1. Klimatologi adalah suatu cabang yang memepelajari dan membahas

mengenai keadaan cuaca rata-rata atau secara luas.

2. Meteorologi synoptic adalah suatu cabang yang mempelajari dan

membahas keadaan arus cuaca, yang digambarkan pada suatu peta,

dimana kemudian dipakai sebagai dasar untuk dapat menerangkan

perkembangan cuaca di waktu mendatang.

3. Aerologia dalah suatu cabang yang mempelajari dan membicarakan

keadaan cuaca pada lapisan tingkat atas.

4. Meteorologi penerbangan adalah suatu cabang yang mempelajari dan

membicarakan keadaan cuaca untuk keperluan pelayanan informasi

penerbangan.

5. Meteorologi maritime adalah ilmu yang mempelajari dan membicarakan

cuaca di laut dengan segala pengaruhnya untuk pelayanan informasi

kegiatan maritime.

Page 7: laporan praktikum meteorologi dan klimatologi

6. Meteorologi pertanian adalah suatu cabang yang mempelajari dan

membahas keadaan cuaca hubungannya dengan tumbuh-tumbuhan

untuk keperluan kegiatan pertanian.

Sedangkan klimatologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang iklim

secara luas, namun antara meteorology dan klimatologi saling terkait dan tidak

dapat dipisahkan karena keduanya memiliki kesamaan yaitu mempelajari tentang

atmosfer, perbedaanya hanya pada lingkup wilayah, jika meteorology mempelajari

cuaca di suatu tempat maka klimatologi mempelajari rataan cuaca di wilayah yang

luas.

Sedangkan manfaat dari mempelajari meteorologi dan klimatologi sendiri

diantaranya:

1. Lebih mengetahui dan memahami tentang cuaca dan iklim di dunia

2. Dapat memprediksi cuaca dan iklim yang akan datang

3. Dapatmengantisipasidampakdaricuacadanilkim yang terjadi di bumi

4. Mengetahui dan menerapkan tindakan-tindakan yang dapat merubah

iklim dan cuaca di bumi, dll.

B. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Memperdalam teori yang di ajarkan di kelas

2. Memberikan pengalaman untuk mendapatkan dan menganalisis data metklim

3. Membuktikan teori tentang meteorology dan klimatologi yang di ajarkan di

kelas

Page 8: laporan praktikum meteorologi dan klimatologi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Cuaca

Cuaca adalah keadaan udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang

relative sempit pada jangka waktu yang singkat. Cuaca ini terbentuk dari

gabungan unsure cuaca dan jangka waktu biasanya hanya beberapa jam saja.

Misalnya pada pagi hari cuaca cerah tidak berawan namun pada siang hari

berubah menjadi mendung bahkan hujan.

B. Iklim

Iklim adalah rataan cuaca dalam waktu satu tahun yang penyelidikannya

dilakukan dalam waktu yang lama dan meliputi waktu yang luas. Matahari

merupakan pemegang peranan penting dalam mengendalikan iklim dibumi,

karena matahari merupakan energy utama yang mempengaruhi iklim di bumi.

C. Unsur-unsur Cuaca dan Iklim

1. Suhu Udara

Suhu udara adalah kedaan panas atau dinginnya udara. Alat untuk mengukur

suhu udara atau derajat panas disebut thermometer. Biasanya pengukuran

dinyatakan dalam skala Celcius, Fahrenheit, dan Reamur. Suhu udara tertinggi di

muka bumi adalah di daerah tropis dan semkain kekutub senakin dingin.

Di lain pihak, ketinggian tempat juga mempengaruhi suhu udara, semakin

tinggi maka suhuu dara semakin turun. Setiap naik 100 meter maka suhu akan

turun rata-rata sebesar 0.6 derajat celcius. Penurunan suhu semacam inidisebut

gradient temperature vertical atau lapse rate. Pada udara kering, besar lapse rate adalah 1

derajat celcius.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya suhu udara suatu tempat adalah:

- Lamanya penyinaran matahari

- Sudut dating sinar matahari

Page 9: laporan praktikum meteorologi dan klimatologi

- Relief permukaan bumi

- Kondisi awan

- Letak lintang

2. Tekanan Udara

Kepadatan udara tidaklah sepadat air dan tanah. Namun udarapun

mempunyai berat dan tekanan. Besar kecilnya tekanan udara dapat diukur

dengan menggunakan barometer. Orang pertama yang mengukur udara

adalah torri celli (1643). Alat yang digunakan adalah barometer raksa.

Tekanan udara menunjukkan tenaga yang bekerja untuk menggerakkan masa

udara dalam setiap satuan luas tertentu. Tekanan semakin rendah apabila

ketinggian tempat semakin tinggi dari permukaan air laut. Satuan ukuran

tekanan udara adalah milibar (mb).

Garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang sama tekanan

udaranya disebut isobar. Bidang isobar adalah bidang yang tiap-tiap titiknya

mempunyai tekanan udara sama. Jadi perbedan suhu menyebabkan

perbedaan tekanan udara.

3. Kelembaban Udara

Kelembaban udara adalah kemampuan udara mengandung uap air di

atmosfer. Di udara terdapat uap air yang berasal dari penguapan samudera

(sebagai sumber utama). Sumber lainnya berasal dari danau-danau, sungai-

sungai, tumbuhan tumbuhan. Semakin tinggi suhu udara, maka semakin

banyak uap air yang dapat terkandung di udara, atau makin lembab udara

tersebut. Alat untuk mengukur kelembaban udara disebut higrometer.

Kelembaban udara dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Kelembaban udara absolut, adalah banyaknya uap air yang terdapat

di udara dalam suatu tempat. Dinyatakan dengan banyaknya gram

uap air dalam satu meter kubik udara.

Page 10: laporan praktikum meteorologi dan klimatologi

b. Kelembaban udara relatif, adalah perbandingan jumlah uap air dalam

udara (kelembaban absolut) dengan jumlah uap air maksimum yang

dapat diksndung olrh udara tersebut dalam suhu yang sama dan

dinyatakan dalam persen.

4. Angin

Angin merupakan udara yang bergerak. ada tiga hal yang menyangkut

sifat angin yaitu:

- kekuatan angin

- arah angin

- kecepatan angin

a. Kekuatan Angin

Menurut Hukum Stevenson, kekuatan angin berdanding lurus dengan

Gradien Barometiknya. Gradient barometik adalah anngka yang

menunjukkan angka perbandingan tekanan udara dari dua isobar pada

tiap jarak 15 meridian (111 km).

b. Arah Angin

Satuan yang ddipakai untuk arah mata angin adalah:

- 0 derajat untuk arah utara

- 90 deratat untuk arah timur

- 180 derajat untuk arah selatan

- 270 derajat untuk arah barat

Arah angin menunjukkan darimana datangnya angin, bukan kemana

angin itu bergerak.

Menurut Hukum Buys Ballot, udara bergerak dari daerah yang

bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah, di belahan bumi

utara angin berbelok ke kanan dan di belahan bumi selatan udara

berbelok ke kiri.

Arah angin dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu:

- Gradient barometik

Page 11: laporan praktikum meteorologi dan klimatologi

- Rotasi bumi

- Kekuatan yang menahan (halangan)

Makin besar gradient barometik, makin besar pula kekuatannya.

Angin yang besar kekuatannya akan sulit berbelokara. rotasi bumi,

dengan bumi yang bulat, menyebabkan pembelokan arah angin.

pembelokan angin di equator sama dengan nol. Makin ke arah kutub

pembelokannya makin besar. pembelokan angin yang mencapai 90

derajat sehingga sejajar dengan garis isobar disebut angin geotropik. Hal

ini banyak terjadi di daerah sedang di atas samudera. kekuatan yang

menahan dapat membelokkan angin, sebagai contoh pada sat melewati

gunung, angin akan belok ke kiri, ke kanan, atau ke atas.

c. Kecepatan angin

Atmosfer bumi ikut berotasi dengan bumi. Molekul-molekul udara

mempunyai kecepatan gerak kea rah timur, sesuai dengan arah rotasi

bumi. kecepatan gerak tersebut disebut kecepatan linier. Bentuk bumi

yang bulat ini menyebabkan kecepatan linier makin kecil jika makin

dekat kea rah kutub.

5. Curah Hujan

Curah hujan yaitu jumlah air hujan yang turun di suatu daerah dalam

waktu tertentu. Alat untuk mengukur banyaknya curah hujan disebut Rain

Gauge. Curah hujan diukur dalam harian, bulanan, dan tahunan.

Curah hujan yang turun di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor

yaitu:

a. Bentuk medan/topografi

b. Area lereng medan

c. Arah angin yang sejajar dengan garis pantai

d. Jarak perjalanan angin di atas medan datar

Page 12: laporan praktikum meteorologi dan klimatologi

Hujan adalah peristiwa sampainya air dalam bentuk cair maupun padat

yang dicurahkan dari atmosfer ke permukaan bumi. Garis pada peta yang

menghubungkan tempat-tempat dengan curah hujan yang sama disebut

Isohyet.

Page 13: laporan praktikum meteorologi dan klimatologi

BAB III

METODE PENGAMATAN

PRAKTIKUM METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI

ACARA I

PENGUKURAN TEKANAN UDARA DAN KETINGGIAN TEMPAT

A. Pendahuluan

Praktikum meterorologi dan klimatologi acara pertama dilakukan dengan

kegiatan pengukuran tekanan udara dan ketinggian tempat. Tekanan udara

(tekanan atmosfer) adalah berat atmosfer per satuan luas. Batasan lain

mengatakan bahwa tekanan atmosfer suatu ketinggian tertentu adalah gaya per

satuan luas yang diusahakan oleh udara pada ketinggian tersebut. Tekanan udara

antara satu tempat dengan tempat yang lain berbeda yang dipengaruhi berbagai

faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi perbedaan tekanan udara dan akan

dilakukan pengukuran pada praktikum ini adalah ketinggian tempat.

Tujuan praktikum acara I ini adalah: mengetahui ketinggian tempat dan

tekanan udara pada tempat tersebut. Untuk mengukur ketinggian tempat dan

tekanan udara digunakan alat Altimeter model Thommen. Hasil pengukuran yang

telah diperoleh akan dibandingkan dengan perhitungan tekanan udara secara

teoritis berdasarkan ketinggian tempat yang telah diketahui. Secara teoritik,

karena pada lapisan troposfer terbawah udara homogen/seragam maka tiap naik

10 m ke ketinggian maka tekanan udaranya turun 1 mb. Jadi, semakin tinggi

suatu tempat tekanan udaranya akan semakin rendah.

Untuk lebih membuktikan pengaruh perbedaan ketinggian tempat terhadap

tekanan udara, maka perlu dilakukan pengukuran pada beberapa lokasi dengan

ketinggian yang tempat berbeda. Hasil yang diperoleh dari pengukuran

selanjutnya dibandingkan dengan perhitungan secara teoritik dan dianalisis untuk

Page 14: laporan praktikum meteorologi dan klimatologi

menunjukkan hubungan antara ketinggian tempat dengan tekanan udara pada

tempat tersebut.

B. Dasar Teori

Tekanan udara (tekanan atmosfer) adalah berat atmosfer per satuan luas.

Batasan lain mengatakan bahwa tekanan atmosfer suatu ketinggian tertentu adalah

gaya per satuan luas yang diusahakan oleh udara pada ketinggian tersebut.

Udara mempunyai sifat yang meluas dan juga dapat ditekan. Oleh karena

itu tekanan udara yang terbesar adalah pada permukaan tanah, dan semakin ke

atas tekanannya semakin berkurang atau tekanan udara berkurang terhadap

ketinggian.

Di dekat permukaan bumi udara menimbulkan tekanan sebesar 105 newton

tiap m2 atau sama dengan 1 bar. Karena perubahan tekanan udara sehari-harinya

kecil maka satuan yang digunakan harus sesuai sehingga setiap kejadian yang

berhubungan dengan tekanan udara dapat dilaporkan. Satuan yang digunakan

adalah milibar (mb)

1 bar = 1000 mb

1 bar = 100.000 newton/m2

1 mb = 100 newton/m2

Tekanan udara akan berkurang terhadap ketinggian, oleh karena itu tekanan

terbesar ada pada permukaan bumi. Dengan kata lain tekanan udara adalah berat

udara pada satuan luas tertentu pada suatu permukaan bumi. Adapun volume

udara dihitung dari permukaan bumi sampai atmosfer paling atas. Massa udara

semakin tipis sehingga semakin ke atas tekanannya semakin rendah. Oleh karena

itu dengan semakin bertambahnya ketinggian tekanan udaranya akan semakin

rendah. Secara teoritik setiap naik 10 m ke ketinggian maka tekanan udaranya

turun 1 mb. Dengan asumsi rata-rata tekanan udara pada 0 mdpal adalah 1010 mb,

maka tekanan udara pada suatu tempat dapat dihitung dengan rumus:

Tekanan udara suatu tempat = 1010 mb – penurunan tekanan udara

Page 15: laporan praktikum meteorologi dan klimatologi

Penurunan tekanan udara =

x 1 mb

C. Alat/Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Altimeter model

Thommen, yang dapat mengukur ketinggian tempat dan tekanan udara.

Komponen alat dan petunjuk cara pengoperasian alat adalah sebagai berikut:

pada bagian depan (bagian kaca) dapat dilihat beberapa parameter/ukuran

diantaranya:

1. Pada bagian atas terdapat lingkaran (lubang) yang berfungsi sebagai penunjuk

ketinggian tempat dengan satuan kilometer (1.000 meter). Perhatikan angka

yang muncul di dalam lubang, jika angka yang muncul nol maka ketinggian

tempat di bawah 1.000 meter, jika angka yang muncul 1 maka ketinggian

diatas 1.000 meter, jika angka yang muncul 2 maka ketinggian diatas 2.000

meter, dan seterusnya.

2. Parameter pada bak (lingkaran) terluar menunjukkan angka 0 – 900 meter.

Perhatikan angka yang ditunjuk oleh jarum. Angka yang ditunjuk oleh jarum

kemudian ditambahkan pada angka yang muncul pada lubang. Sebagai

contoh: ketinggian tempat di Dieng 2200 mdpal, maka pada lubang akan

muncul angka 2 dan jarum akan menunjuk angka 200. Sehingga 2 km + 200

m = 2.200 m.

Perhatikan, pada bak (lingkaran) terluar ini angka yang tertulis adalah pada

rentang 100, yaitu 0, 100, 200, 300, dan seterusnya. Pada setiap rentang

tersebut terbagi dalam 10 bagian. Dengan demikian satuan terkecil adalah 10

meter.

3. Parameter pada bak (lingkaran) bagian dalam yang berwarna merah

menujukkan tekanan udara.

Page 16: laporan praktikum meteorologi dan klimatologi

D. Langkah Pengamatan

1. Siapkan alat Altimeter model Thommen

2. Baca angka yang muncul pada lubang bagian atas untuk mengetahui

ketinggian tempat dalam kilometer (ribuan meter)

3. Perhatikan angka yang ditunjuk oleh jarum pada lingkaran luar

4. Catat ketinggian tempat yang telah diketahui

5. Perhatikan angka yang ditunjuk oleh jarum pada lingkaran bagian dalam

(warna merah)

6. Catat tekanan udara yang telah diketahui

Contoh:

Ketinggian tempat di pos pengamatan vulkanologi babadan adalah 1298

mdpal (± 1300 mdpal), maka pada lubang akan muncul angka 1 dan jarum

menunjuk angka 300 m pada lingkaran luar, perhatikan garis bagian (strip)

antara angka 200 m hingga 300 m.

Selanjutnya perhatikan angka yang ditunjuk oleh jarum pada lingkaran dalam

yang berwarna merah, ternyata diketahui 876 mb. Dengan demikian tekanan

udara pada tempat tersebut 876 mb.

7. Bandingkan angka tekanan udara yang telah diperoleh dari pencatatan pada

altimeter dengan tekanan udara secara teoritik.

Secara teoritik karena pada lapisan troposfer terbawah udara

homogen/seragam maka tiap naik 10 m ke ketinggian maka tekanan udaranya

turun 1 mb.

Contoh:

Dengan asumsi rata-rata tekanan udara pada 0 mdpal adalah 1010 mb, maka

tekanan udara di pos pengamatan vulkanologi babadan dapat dihitung sebagai

berikut:

= ± 130 mb

= 1010 – 130 mb

Page 17: laporan praktikum meteorologi dan klimatologi

= 880 mb

Tekanan udara yang terukur oleh alat altimeter Thommen adalah 876 mb,

sedangkan dari hasil perhitungan secara teoritik diperoleh angka 880 mb,

ternyata hasilnya relatif sama.

PRAKTIKUM METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI

ACARA II

PENGUKURAN KELEMBABAN RELATIF MASSA UDARA

A. Pendahuluan

Praktikum meterorologi dan klimatologi acara ke dua dilakukan dengan

kegiatan pengukuran kelembaban relatif massa udara. Kelembaban udara sering

juga disebut kelengasan udara, yang bermakna kemampuan udara dalam

mengandung uap air. Kelembaban udara ditentukan oleh jumlah uap air yang

terkandung di dalam udara, sehingga sangat dipengaruhi oleh kondisi temperatur

udara. Menurut teori Water Holding Capacity, semakin tinggi temperatur suatu

udara maka kemampuan mengandung uap air semakin besar, semakin rendah

temperatur suatu udara kemampuan mengandung uap air semakin kecil.

Kelembaban udara sangat penting artinya bagi kehidupan manusia. Jika

kita berada di daerah kering, maka kita akan cepat merasakan haus karena cairan

pada tubuh kita akan menguap dengan cepat sehingga kita mengalami dehidrasi

kelembaban udara yang kecil menyebabkan penguapan pada tubuh tumbuh-

tumbuhan berjalan lebih cepat sehingga pada musim kemarau beberapa jenis

tanaman akan meranggas. Demikian pula pada lengas tanah, penguapan akan

berjalan lebih cepat sehingga akar-akar vegetasi akan sulit mendapatkan air, yang

berujung pada layunya tanaman bahkan mati. Kelembaban yang tinggi dan

mengalami penurunan temperatur atau bercampur dengan massa udara dingin

akan menyebabkan terbentuknya kabut tebal yang berbahaya bagi lalu-lintas.

Page 18: laporan praktikum meteorologi dan klimatologi

Dalam bidang pertanian besarnya kelembaban di suatu tempat pada suatu

musim erat hubungannya dengan perkembangan organisme terutama jamur dari

penyakit tumbuhan. Di daerah tropis yang kelembabannya tinggi seringkali

dijumpai masalah bagi tanaman terutama sayuran yang menjadi cepat busuk.

Jenis penyakit tumbuhan juga terjadi apabila kelembaban relatif 85% selama 3

hari berturut-turut. Karena begitu pentingnya data kelembaban udara maka

banyak usaha-usaha untuk melakukan pengukuran kelembaban udara. Data yang

diperoleh merupakan acuan untuk pengambilan kebijakan di berbagai bidang.

Kelembaban udara sebenarnya dapat dibedakan menjadi kelembaban

absolut, kelembaban spesifik, dan kelembaban relatif. Dalam praktikum ini akan

dilakukan pengukuran kelembaban relatif. Data klimatologi untuk kelembaban

udara yang umum dilaporkan adalah kelembaban relatif (relative humidity) atau

sering disingkat RH.

B. Dasar Teori

Sebagaimana telah disinggung di bagian pendahuluan, kelembaban udara

atau sering disebut juga kelengasan udara merupakan kemampuan udara

mengandung air yang sangat dipengaruhi oleh temperatur udara tersebut.

Kelembaban udara ditentukan oleh jumlah uap air yang terkandung di dalam

udara. Berbicara mengenai kelembaban udara tidak akan terlepas dari siklus

hidrologi khususnya penguapan dan hujan.

Uap air merupakan gas yang paling dinamis di atmosfer, dimana

kandungan uap air dapat berubah dengan cepat pada setiap periode 24 jam. Gas-

gas atmosfer yang lain konsentrasinya relatif stabil. Walaupun gas-gas lain

seperti karbondioksida dan gas polutan lainnya juga menunjukkan peningkatan

konsentrasi tetapi tidak berfluktuasi secara drastis. Dinamika kansungan uap air

di atmosfer terutama disebabkan karena air dapat berubah dari cair ke gas atau

sebaliknya dengan cepat. Kandungan uap air di udara akan meningkat jika

Page 19: laporan praktikum meteorologi dan klimatologi

banyak air yang berubah dari bentuk cair ke bentuk gas. Dalam hal ini terjadi

peristiwa evaporasi dan transpirasi.

Sebagai imbangan dari proses penguapan, uap air di udara juga sebagian

akan mengalami perubahan bentuk dari uap atau gas ke bentuk cair. Proses ini

disebut kondensasi. Proses kondensasi akan menghasilkan panas. Sebagai akibat

dari kondensasi maka kandungan uap air di udara akan berkurang.

Teori water hoding capacity menyatakan bahwa semakin tinggi temperatur

suatu udara maka kemampuan mengandung uap air semakin besar, sebaliknya

semakin rendah temperatur suatu udara kemampuan mengandung uap air

semakin kecil. Contoh: satu meter kubik udara pada temperatur 300 C mampu

menganung uap air dalam bentuk uap air sebesar 8 gram. Artinya air tetap dalam

bentuk uap air dan tidak dapat dilihat dengan mata (hydrometeor tidak terlihat).

Selanjutnya temperatur udara (1 m3) tadi diturunkan dari 30

0 C menjadi 20

0 C,

maka yang terjadi adalah kemampuan udara mengandung uap air hanya 4 gram

uap air, sisanya 4 gram uap air lain tidak dapat disimpan lagi melainkan

dikeluarkan dalam bentuk tetes-tetes air (dropled) sehingga terbentuklah kabut,

awan, dan sejenisnya.

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai situasi dimana pada

hamparan sawah yang luas pada siang hari terjadi penguapan dari permukaan

sawah yang basah, sehingga kemampuan udara mengandung uap air meningkat

seiring dengan naiknya temperatur permukaan. Kemudian pada dini hari

temperatur permukaan turun sampai temperatur minimum, maka kemampuan

udara mengandung uap air akan semakin kecil. Oleh karenanya sebagian uap air

yang terkandung akan dikeluarkan dalam bentuk tetes-tetes air. Maka

terbentuklah embun, kabut tipis (mist).

Kelembaban udara dapat dibedakan menjadi kelembaban absolut,

kelembaban spesifik, dan kelembaban relatif. Total massa uap air per satuan

volume udara disebut sebagai kelembaban absolut (absolute humidity).

Kelembaban absolut dihitung dalam gram per meter kubik. Kelembaban spesifik

Page 20: laporan praktikum meteorologi dan klimatologi

(spesific humidity) merupakan perbandingan massa uap air dengan massa udara

lembab dalam satuan volume udara tertentu. Atau dapat dinyatakan sebagai

massa uap air dalam gram yang terdapat dalam 1 kg udara kering. Data

klimatologi untuk kelembaban udara yang paling umum dilaporkan adalah

kelembaban relatif (relative humidity) yaitu perbandingan dari massa uap air

yang nyata dari suatu sampel dengan udara jenuh dalam volume dan suhu yang

sama (dinyatakan dalam persen).

C. Alat/Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Aspiration Psychrometer

model Asmann, Sling Psychrometer, dan Hygrometer.

Aspiration Psychrometer model Asmann terdiri dari 6 komponen pokok yaitu:

1. Kipas penghisap udara melalui lubang 5

2. Thermometer bola basah yang ujungnya dibalut dengan kain katun

3. Thermometer bola kering

4. Bahan stainless steel sebagai pelindung

5. Lubang tempat masuk udara sekitar saat kipas beputar

6. Pemutar kipas yang diputar 3 x ½ putaran

Agar alat berfungsi dengan baik perlu diperhatikan hal-hal berikut:

1. Hindari hembusan nafas dan radiasi matahari langsung mengenai

thermometer. Hal ini karena thermometer sangat peka, sehingga dapat

menyebabkan nilai ᶞT menjadi tidak sesuai fakta. Padahal nilai ᶞT ini

merupakan penentu nilai kelembaban relatif pada saat dimasukkan ke tabel

2. Lubang 5 jangan sampai tertutup, biarkan udara sekitar bebas masuk terhisap

kipas

3. Pastikan bahwa kain pembalut thermometer bola basah telah benar-benar

jenuh dengan aquades

Page 21: laporan praktikum meteorologi dan klimatologi

Sling Psychrometer pada dasarnya sama seperti Asmann yang terdiri dari

thermometer bola bassah dan thermometer bola kering. Hanya saja Sling

Psychrometer digerakkan secara manual dengan tangan.

Hygrometer merekam dua macam data yaitu data kelembaban relatif

(dalam persen) dan data temperatur (dalam derajat celcius). Alat ini terdiri dari:

alat perekam temperatur dalam 0C (10

0 C – 40

0 C) dan bahan higroskopis terdiri

dari rambut yang peka terhadap kandungan air di udara. Susut kembangnya

rambut mencerminkan kandungan air di udara.

D. Langkah Pengamatan

Menggunakan Aspiration Psychrometer model Asmann:

1. Pastikan bahwa kedua thermometer dalam kondisi normal, suhu sama

2. Basahi thermometer bola basah sampai jenuh oleh aquades

3. Putar kipas penghisap udara 3 – 4 x ½ putaran

4. Perhatikan kedua thermometer (bola basah dan bola kering) maka akan

terlihat air raksa pada thermometer bola basah akan turun sementara

thermometer bola kering hanya sedikit mengalami penurunan. Ikuti terus

dengan seksama maka suatu saat penurunan air raksa pada teperatur bola

basah akan berhenti. Bila ada gejala air raksa akan naik kembali cepat baca

dan catat. Kadang-kadang suhu tetap berhenti sejenak kemudian turun

kembali, maka ikuti terus sampai penurunannya berhenti kemudian baca dan

catat

5. Lihat dan catat temperatur pada thermometer bola kering dan thermometer

bola basah berapa derajat celcius

6. Hitung selisih temperatur yang tercatat pada kedua thermometer tersebut

(thermometer bola kering dikurangi thermometer bola basah)

Contoh:

Temperatur thermometer bola kering 280C

Temperatur thermometer bola basah 250 C

Page 22: laporan praktikum meteorologi dan klimatologi

Maka ᶞT = 280 C – 25

0 C = 3

0 C

7. Kemudian masukkan pada tabel untuk mengetahui berapa persen kelembaban

relatif massa udara

Menggunakan Sling Psychrometer:

Basahi thermometer bola basah sampai jenuh dengan aquades kemudian

putar alat tersebut dengan kecepatan kurang lebih 2 meter/detik selama 5 menit.

Kemudian baca temperatur pada thermometer bola basah dan bola kering, hitung

selisih temperatur kedua thermometer, dan dimasukkan dalam tabel seperti pada

saat menggunakan Asman.

Berdasarkan pengalaman di lapangan pada saat digunakan kedua alat ini

selalu menghasilkan data yang sama. Apabila ada perbedaan maka selisihnya

sangat kecil. Berdasarkan kesepakatan maka perbedaan kedua alat pencatat

kelembaban relatif tidak boleh lebih dari 4%. Perbedaan kurang dari 4% masih

dapat diterima.

Menggunakan Hygrometer:

1. Lindungi alat dari radiasi matahari langsung

2. Diamkan sesaat kurang lebih 10 menit sebelum dibaca datanya

3. Jangan terkena getaran atau digerakkan saat dibaca

4. Ventilasi di belakang alat jangan sampai tertutup

Alat ini bekerjanya sangat demonstratif artinya apabila ada udara relatif

basah yang lewat dan mendekati alat maka jarum penunjuk kelembaban akan

bergerak ke arah angka 100%. Sebaliknya, apabila udara yang lewat relatif

kering maka jarum akan bergerak ke arah angka yang mengecil. Berdasarkan

pengalaman di lapangan diketahui gejala sebagai berikut:

1. Bila ada kabut yang melewati hygrometer maka jarum akan bergerak dan

mencapai angka 100%

Page 23: laporan praktikum meteorologi dan klimatologi

2. Gerakan jarum petunjuk kelembaban dan petunjuk temperatur bergerak

berlawanan, artinya apabila jarum petunjuk menunjuk ke arah yang mengecil

maka jarum petunjuk kelembaban justru bergerak ke angka yang membesar.

Hal ini disebabkan sifat udara dalam kemampuan mengandung uap air yaitu:

semakin tinggi temperatur maka kemampuan mengandung uap air akan

semakin besar sehingga kelembaban relatifnya kecil dan sebaliknya semakin

rendah temperatur suatu udara maka kemampuan mengandung uap air

semakin kecil sehinga nilai kelembaban relatifnya semakin besar.

PRAKTIKUM METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI

ACARA III

PENGUKURAN TEMPERATUR UDARA

A. Pendahuluan

Praktikum meterorologi dan klimatologi acara ke tiga dilakukan dengan

kegiatan pengukuran temperatur udara. Temperatur udara merupakan salah satu

unsur cuaca yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Bahkan tata cara

kehidupan manusia, budaya, hingga pengembangan teknologi antara lain

dipengaruhi oleh temperatur udara. Selain itu temperatur udara juga berkaitan

dengan unsur cuaca lainnya seperti kelembaban udara, tekanan udara, angin, dan

sebagainya. Temperatur udara memiliki kedudukan yang penting karena

berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dan hubungannya dengan unsur

cuaca lainnya, oleh karena itu pengukuran temperatur udara juga penting untuk

dilakukan.

Pengukuran temperatur udara dilakukan dengan termometer. Satuan yang

digunakan di Indonesia umumnya adalah derajat Celcius (centigrade), sedangkan

di negara lain sering digunakan satuan dalam derajat Fahrenheit, Reaumur, atau

Kelvin. Karena temperatur udara berbeda antara satu tempat dengan tempat

Page 24: laporan praktikum meteorologi dan klimatologi

lainnya yang dipengaruhi oleh letak lintang dan ketinggian tempat, maka

idealnya pengukuran temperatur udara dilakukan di beberapa tempat agar dapat

menujukkan variasi keruangannya. Selain itu temperatur udara juga berfluktuasi

dalam periode 24 jam sehingga perlu dilakukan pengukuran beberapa kali dalam

24 jam untuk mendapatkan rerata harian.

B. Dasar Teori

Temperatur udara merupakan unsur cuaca yang penting yang menunjukkan

derajat panas atau dingin pada suatu udara berdasarkan skala tertentu yang diukur

dengan menggunakan termometer. Temperatur udara berubah terhadap ruang dan

waktu. Secara keruangan temperatur berubah terhadap letak lintang dan

ketinggian tempat. Pengaruh dari letak lintang adalah penerimaan radiasi

matahari yang tidak sama besarnya antara daerah equator dengan daerah kutub.

Hal ini dipengaruhi oleh variabel-variabel insolasi (incoming solar radiation).

Sedangkan pengaruh dari ketinggian tempat adalah semakin tinggi

kedudukan tempat dari permukaan bumi, temperatur akan semakin rendah. Hal

ini karena semakin menjauhi permukaan bumi sebagai sumber panas hasil

serapan radiasi matahari. Pada lapisan troposfer keadaan temperatur akan

menurun terhadap ketinggian, artinya semakin ke arah atas temperaturnya akan

semakin rendah (lapse rate) secara global. Rata-rata penurunan terhadap

ketinggian berkisar 6,50

C. Menurut hasil pencatatan CEP Brooks diperoleh hasil

sebagai berikut:

1. Pada ketinggian 2 km (lapisan terbawah dari toposfer) setiap naik 1000 m (1

km) penurunan suhunya 50 C atau setiap naik 100 m suhu turun 0,5

0 C.

2. Pada ketinggian 4-6 km (lapisan terbawah dari toposfer) setiap naik 1000 m (1

km) penurunan suhunya 60 C atau setiap naik 100 m suhu turun 0,6

0C.

3. Pada ketinggian 6-8 km (lapisan terbawah dari toposfer) setiap naik 1000 m (1

km) penurunan suhunya 70 C atau setiap naik 100 m suhu turun 0,7

0C.

Pencatatan diatas dilakukan diatas permukaan air laut.

Page 25: laporan praktikum meteorologi dan klimatologi

Perlu kita ketahui juga bahwa selain letak lintang dan ketinggian tempat,

panas yang diterima permukaan bumi tidak sama besarnya karena perbedaan

ALBEDO setiap permukaan. ALBEDO adalah nilai dari perbandingan energi

yang dipantulkan dengan energi yang datang. Setiap permukaan memiliki

ALBEDO yang berbeda oleh karena itu penyerapan energi oleh permukaan juga

berbeda. Hal ini juga turut mempengaruhi temperatur udara.

Selain bervariasi terhadap ruang, temperatur udara juga bervariasi terhadap

waktu. Dalam 24 jam terjadi fluktuasi yang dipengaruhi oleh poses pertukaran

energi yang berlangsung di atmosfer. Pada siang hari sebagian dari radiasi

matahari akan diserap oleh gas-gas atmosfer dan partikel-partikel padat yang

melayang-layang di atmosfer. Serapan energi radiasi matahari ini yang akan

meyebabkan suhu udara meningkat. Pada umumnya temperatur maksimum

terjadi setelah tegah hari, biasanya sekitar jam 14.00 dan temperatur minimum

terjadi pukul 06.00 atau sekitar matahari terbit.

Dari temperatur udara yang berfluktuasi selama 24 jam tersebut dapat

dbuat temperatur rata-rata harian (24 jam). Rata-rata dapat diperoleh dari hasil

pengamatan temperatur tiap jam selama 1 hari (siang dan malam). Secara kasar,

rerata temperatur harian juga dapat dihitung dengan jumlah temperatur

maksimum dan temperatur minimum dibagi dua. Menurut Bayong Tjasyono di

Indonesia temperatur harian rata-rata dihitung dengan rumus:

T7, T13, T18 adalah pengamatan temperatur pada pukul 7.00, 13.00, dan 18.00.

C. Alat/Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah termometer batang

dengan cairan merkuri berwarna merah. Kelebihan dari termometer ini adalah

mudah diamati, namun kurang peka terhadap perubahan suhu. Sedangkan

Page 26: laporan praktikum meteorologi dan klimatologi

termometer dengan cairan merkuri berwarna perak lebh peka terhadap perubahan

suhu tetapi sulit diamati terlebih ketika malam hari.

D. Langkah Pengamatan

1. Siapkan termometer batang

2. Hindarkan dari penyinaran matahari langsung

3. Diamkan beberapa saat sebelum dibaca datanya

4. Catat data pada termometer (dalam derajat celcius) pada pukul 07.00, 13.00,

dan 18.00

5. Hitung rata-rata temperatur udara harian dengan rumus diatas\

PRAKTIKUM METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI

ACARA IV

PENGUKURAN KECEPATAN DAN ARAH ANGIN

A. Pendahuluan

Praktikum meterorologi dan klimatologi acara ke empat dilakukan dengan

kegiatan pengukuran kecepatan dan arah angin. Angin merupakan gerakan alami

pada udara. Arus angin jarang sekali berlangsung dalam keadaan rata dan halus,

tetapi terganggu oleh adanya turbulansi dan eddy dalam berbagai bentuk dan

ukuran, yang berkembang di dalam udara dan saling mengganggu arah geraknya.

Angin juga merupakan unsur cuaca yang berkaitan erat dengan kehidupan sehari-

hari sehingga pengukuran arah dan kecepatannya sangat penting untuk

dilakukan. Dalam praktikum ini akan dilakukan pengukuran di tempat yang

terbuka dan terhalang oleh bangunan untuk membuktikan pengaruh dari berbagai

penghalang di permukaan bumi terhadap kecepatan dan arah angin.

Page 27: laporan praktikum meteorologi dan klimatologi

B. Dasar Teori

Laju angin (wind velocity) adalah jumlah vektor yang mempunyai

kebesaran dan arah. Kebesaran vektor angin disebut kecepatan angin. Arah angin

adalah arah dari mana angin berhembus. Laju angin permukaan biasanya mudah

mengalami gangguan yang cepat. Perkembangan dari gangguan yang terjadi

disebut gustiness. Perlu diketahui bahwa gerakan-gerakan udara dipengaruhi oleh

faktor kekasaran permukaan tanah, tipe permukaan, sumber-sumber panas,

adanya gangguan lain, dan sebagainya pengaruh dari berbagai macam faktor

inilah yang menentukan kondisi kecepatan dan arah pergerakan angin.

Kecepatan angin dinyatakan dalam knots. Satu knot sama dengan satu mil

laut per jam atau sama dengan 0,51 meter per detik (mil laut biasa disebut

nautical mile atau disingkat n.m). kecepatan angin permukaan jarang sekali

dijumpai dalam keadaan tetap dan biasanya berubah-ubah. Variasi yang tidak

teratur baik periode ataupun amplitudonya ditimbulkan karena gustiness. Oleh

karena itu dalam menentukan kecepatan angin permukaan untuk keperluan

berita, diambil harga rata-ratanya (diamati dalam periode 10 menit kemudian

dibuat rata-rata, angka yang diperoleh dibulatkan dalam knots yang terdekat

misalnya 14,7 knots menjadi 15 knots).

Pengukuran kecepatan angin dapat dilakukan dengan berbagai macam cara,

salah satunya yang paling mudah adalah dengan mengamati langsung efek angin

pada permukaan bumi tanpa perantara alat-alat. Cara ini dikembangkan oleh Sir

Francis Beaufort pada tahun 1905 dan biasa disebut angin Beaufort. Cara ini

khusus untuk digunakan di atas laut. Perhatikan tabel.

Arah angin adalah arah dimana angin berhembus. Arah dinyatakan dalam

derajat yang diukur searah dengan arah jarum jam mulai dari titik utara bumi.

Dengan kata lain, arah angin dapat diketahui dengan titik-titik pada kompas

(perhatikan tabel). Arah angin permukaan biasanya ditentukan dengan winvune.

Untuk keperluan berita cuaca arah yang diamati adalah arah rata-rata selama 10

menit sejak sebelum waktu pengamatan.

Page 28: laporan praktikum meteorologi dan klimatologi

Berbicara mengenai variasi kecepatan angin dalam meteorologi dikenal

istilah gust dan squall. Gust adalah kenaikan yang cepat dari kekuatan angin

relatif terhadap harga rata-ratanya dalam suatu periode lama tertentu. Peristiwa

kenaikan ini kemudian diikuti oleh reda angin dan peristiwanya berlangsung

pendek. Squall adalah angin kuat yang terjadi secara mendadak dan berakhir

dengan mendadak pula setelah beberapa menit, atau dapat pula diidentifikasikan

sebagai suatu kenaikan kecepatan angin yang mendadak dari kecepatan semula

(minimum 16 knots) menjadi 22 knots atau lebih dan berlangsung sekurang-

kurangnya satu menit.

Adapun dalam variasi arah angin permukaan dikenal istilah veering (angin

rubah kanan) dan backing (angin rubah kiri). Veering merupakan perubahan arah

angin yang berlangsung bergerak (berputar) searah jarum jam. Backing

merupakan perubahan arah angin yag berlangsung berputar berlawanan arah

jarum jam. Peristiwa backing merupakan kebalikan dari veering.

C. Alat/Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah hand cup anemometer

kompas bidik, dan stopwatch. Hand cup anemometer digunakan untuk mengukur

kecepatan angin, kompas untuk mengukur arah angin, stopwatch untuk

mengetahui lamanya angin berhembus.

D. Langkah Pengamatan

Pengamatan akan dilakukan dua kali yaitu pada tempat yang

berpenghalang dan tempat yang relatif terbuka. Masing-masing dilakukan selama

10 menit. Pada kedua pengamatan tersebut, langkah yang dilakukan adalah

sebagai berikut:

1. Siapkan semua peralatan yang digunakan: hand cup anemometer, kompas

bidik, stopwatch

Page 29: laporan praktikum meteorologi dan klimatologi

2. Lakukan pengukuran kecepatan angin dengan menggunakan hand cup

anemometer. (a) pegang alat dengan tangan, (b) jauhkan dari tubuh kita agar

arah dan kecepatan angin tidak terganggu, (c) baca angka yang ditunjuk oleh

garis penunjuk, angka bagian atas (m/detik) menunjukkan kecepatan angin,

sedangkan angka bagian bawah menunjukkan skala beaufort. Skala beaufort

dibuat untuk mengetahui kecepatan angin dalam rentangan kecepatannya

3. Lakukan pengukuran arah angin dengan menggunakan kompas

4. Perhatikan dan catat variasi-variasi kecepatan dan arah angin yang terjadi

5. Tentukan rata-rata kecepatan dan arah angin yang telah diukur selama 10

menit.

PRAKTIKUM METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI

ACARA V

ANALISIS TIPE IKLIM SUATU TEMPAT DENGAN KLASIFIKASI IKLIM

SCHMIDT-FERGUSON

A. Pendahuluan

Praktikum meterorologi dan klimatologi acara ke lima dilakukan dengan

kegiatan analisis tipe iklim di suatu tempat dengan klasifikasi iklim Schmidt-

Ferguson. Iklim merupakan unsur alam yang penting dalam mempengaruhi

kehidupan manusia, oleh karenanya pengetahuan mengenai kondisi iklim di

suatu wilayah juga merupakan hal yang penting. Iklim di suatu tempat tidak

hanya berpengaruh terhadap pola kehidupan masyarakatnya tetapi juga

hubungannya dengan budidaya manusia dalam bidang pertanian. Untuk

mengetahui kondisi iklim terlebih dahulu dilakukan identifikasi dan klasifikasi

jenis iklim

Page 30: laporan praktikum meteorologi dan klimatologi

Thornthwaite (1933) menyatakan bahwa tujuan klasifikasi iklim adalah

menetapkan pemerian ringkas jenis iklim ditinjau dari segi unsur yang benar-

benar aktif, terutama air dan panas. Meskipun semua unsur iklim penting

hubungan yang menyatakan kecukupan panas dan air banyak mempengaruhi

klasifikasi iklim. Unsur lain seperti angin, sinar matahari, atau perubahan tekanan

ada kemungkinan merupakan unsur aktif untuk tujuan khusus.

Klasifikasi iklim yang dibuat oleh Schmidt-Ferguson merupakan salah satu

jenis klasifikasi yang banyak digunakan di Indonesia. Klasifikasi iklim ini

mendasarkan pada curah hujan. Data hujan yang digunakan dalam analisis

minimal 10 tahun. Berdasarkan data hujan tersebut Schmidt-Ferguson

menentukan bulan basah dan bulan kering kemudian dianalisis sehingga

diperoleh 8 daerah iklim dari yang paling basah hingga paling kering. Dalam

praktikum acara ke lima ini akan dilakukan analisis tipe iklim di Kecamatan

Bansari, Kabupaten Temanggung.

B. Dasar Teori

Schmidt-Ferguson (1951) menentukan tipe iklim di Indonesia berdasarkan

bulan basah dan bulan kering yang dianalisis dari data hujan minimal 10 tahun.

Schmidt-Ferguson menerima metode Mohr dalam menentukan bulan kering dan

bulan basah. Menurut Mohr berdasarkan penelitian tanah, terdapat tiga derajat

kelembaban yaitu:

Jika jumlah curah hujan dalam satu bulan lebih dari 100 mm, maka bulan ini

dinamakan bulan basah, jumlah curah hujan ini melampaui jumlah penguapan.

Jika jumlah curah hujan dalam satu bulan kurang dari 60 mm, maka bulan ini

dinamakan bulan kering, penguapan banyak berasal dari air dalam tanah

daripada curah hujan.

Page 31: laporan praktikum meteorologi dan klimatologi

Jika jumlah curah hujan dalam satu bulan antara 60 mm sampai 100 mm maka

bulan ini dinamakan bulan lembab, curah hujan dan penguapan kurang lebih

seimbang.

Schmidt-Ferguson menghitung jumlah bulan kering dan bulan basah dari

tiap-tiap tahun kemudian diambil rata-ratanya. Tipe iklim ditentukan dengan

menghitung nilai Q yaitu perbandingan antara rata-rata bulan kering dengan rata-

rata bulan basah. Hasilnya terdiri dari 8 tipe iklim yaitu tipe iklim A (sangat

basah), B (basah), C (agak basah), D (sedang), E (agak kering), F (kering), G

(sangat kering), H (luar biasa kering).

C. Alat/Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah kalkulator dan alat tulis.

Adapun bahan yang dianalisis adalah data curah hujan Kecamatan Bansari,

Kabupaten Temanggung tahun 1993-2002. Kecamatan Bansari merupakan salah

satu Kecamatan di Kabupaten Temanggung yang terletak di lereng Gunungapi

Sindoro.

D. Langkah Kerja

1. Siapkan alat dan bahan yang akan dianalisis

2. Perhatikan angka curah hujan bulanan, tentukan apakah termasuk bulan basah,

lembab, atau kering.

3. Lengkapi kolom-kolom data hujan mengenai jumlah bulan basah, bulan

lembab, dan bulan kering, serta jumlah curah hujan dan rata-rata curah hujan

bulanan dalam kurun waktu 10 tahun

4. Hitung jumlah bulan basah, bulan lembab, dan bulan kering

5. Hitung nilai Q dengan persamaan:

Page 32: laporan praktikum meteorologi dan klimatologi

6. Tentukan tipe iklim dengan mencocokkan nilai Q yang diperoleh dengan

kriteria iklim Schmidt-Ferguson:

A: 0 ≤ Q < 0,143

B: 0,143 ≤ Q < 0,333

C: 0,333 ≤ Q < 0,600

D: 0,600 ≤ Q < 1,000

E: 1,000 ≤ Q < 1,670

F: 1,670 ≤ Q < 3,000

G: 3,000 ≤ Q < 7,000

H: 7,000 ≤ Q

PRAKTIKUM METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI

ACARA VI

ANALISIS TIPE IKLIM SUATU TEMPAT DENGAN KLASIFIKASI IKLIM

MOHR DAN OLDEMAN

A. Pendahuluan

Selain klasifikasi iklim yang dibuat oleh Schmidt-Ferguson, jenis

klasifikasi iklim lain yang dirasa sesuai dan banyak diterapkan untuk wilayah

Indonesia adalah tipe iklim Mohr dan Oldeman. Sama halnya dengan metode

Schmidt-Ferguson, Mohr dan Oldeman juga menggunakan unsur curah hujan

sebagai dasar klasifikasi iklim. Bahkan, Mohr (1933) merupakan ahli yang

pertama yang mengajukan klasifikasi iklim di Indonesia yang didasarkan pada

curah hujan.

Perbedaan antara klasifikasi Mohr dengan Oldeman adalah, Mohr

mendasarkan pada evaporasi tiap hari 2 mm hasilnya terdapat 5 kelas iklim

dengan tingkat kelembaban antara basah hingga sangat kering. Adapun Oldeman

menentukan klasifikasi iklim berdasarkan kebutuhan air untuk persawahan dan

Page 33: laporan praktikum meteorologi dan klimatologi

palawija, sehingga penentuan tipe iklim menurut Oldeman terutama digunakan

dalam usaha pertanian di Indonesia.

Perbedaan antara satu tipe iklim dengan tipe iklim lainnya pada satu

wilayah yang sama memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai suatu

wilayah ditinjau dari berbagai sudut pandang. Oleh karena itu perlu dilakukan

analisis kondisi iklim berdasarkan beberapa tipe iklim. Dalam kegiatan

praktikum meteorologi-kilmatologi acara ke 6 ini akan dilakukan analisis tipe

iklim menggunakan klasifikasi Mohr dan Oldeman untuk pada beberapa wilayah

antara lain: Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul; Kecamatan Ngawen,

Kabupaten Gunungkidul; Kecamatan Sleman, Kabupaten Sleman, serta

Kecamatan Kalasan/Prambanan, Kabupaten Sleman.

B. Dasar Teori

Klasifikasi iklim di Indonesia menurut Mohr didasarkan pada jumlah bulan

kering (BK) dan bulan basah (BB) yang dihitung sebagai harga rata-rata dalam

waktu yang lama. Curah hujan rata-rata yang digunakan diperoleh dari

pengamatan curah hujan selama minimal 10 tahun. Klasifikasi Iklim Mohr

berdasarkan hubungan antara penguapan dan besarnya curah hujan. Asumsi

untuk penguapan/ evaporasi (E) adalah 2 mm per hari.

Menurut Mohr berdasarkan penelitian tanah, terdapat tiga derajat

kelembaban yaitu:

Jika jumlah curah hujan dalam satu bulan lebih dari 100 mm, maka bulan ini

dinamakan bulan basah, jumlah curah hujan ini melampaui jumlah penguapan.

BB (Bulan Basah) CH > 100 mm ; sehingga CH > E

Jika jumlah curah hujan dalam satu bulan kurang dari 60 mm, maka bulan ini

dinamakan bulan kering, penguapan banyak berasal dari air dalam tanah

daripada curah hujan. BK (Bulan Kering) CH < 60 mm ; sehingga CH < E

Page 34: laporan praktikum meteorologi dan klimatologi

Jika jumlah curah hujan dalam satu bulan antara 60 mm sampai 100 mm maka

bulan ini dinamakan bulan lembab, curah hujan dan penguapan kurang lebih

seimbang. BL (Bulan Lembab) 60 < CH < 100 mm.

Berdasarkan keberadaan bulan basah dan bulan kering, terdapat kelas iklim

menurut Mohr yaitu sebagai berikut:

Dasar yang digunakan dalam sistem klasifikasi iklim Oldeman adalah adanya

bulan basah yang berturut-turut dan adanya bulan kering yang berturut-turut pula.

Kedua bulan ini dihubungkan dengan kebutuhan tanaman padi sawah dan palawija

terhadap air. Dalam konsep ini, curah hujan sebesar 200 mm tiap bulan dipandang

cukup untuk membudidayakan padi sawah, sedangkan untuk sebagian besar palawija

maka jumlah curah hujan minimal yang diperlukan adalah 100 mm tiap bulan. Musim

hujan selama 5 bulan dianggap cukup untuk membudidayakan padi sawah selama

satu musim. Meskipun lamanya periode pertumbuhan padi terutama ditentukan oleh

jenis yang digunakan, periode 5 bulan basah berurutan dalam satu tahun dipandang

optimal untuk satu kali tanam. Jika lebih dari 9 bulan basah maka petani dapat

menanam padi sebanyak 2 kali masa tanam. Jika kurang dari 3 bulan basah berurutan

maka tidak dapat membudidayakan padi tanpa irigasi tambahan. Dalam metode

Oldeman bulan basah didefinisikan sebagai bulan yang mempunyai jumlah curah

hujan sekurang-kurangnya 200 mm.

Dari tinjauan di atas Oldeman membagi 5 daerah agroklimat utama yaitu:

A: jika terdapat lebih dari 9 bulan basah berurutan

B: jika terdapat 7-9 bulan basah berurutan

Page 35: laporan praktikum meteorologi dan klimatologi

C: jika terdapat 5-6 bulan basah berurutan

D: jika terdapat 3-4 bulan basah berurutan

E: jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan

Stratifikasi kedua adalah jumlah bulan kering berurutan. Bulan kering

didefinisikan sebagai bulan yang mempunyai curah hujan kurang dari 100 mm,

karena untuk pertumbuhan tanaman palawija diperlukan curah hujan sekurang-

kurangnya 100 mm tiap bulan. Jika terdapat kurang dari 2 bulan kering, petani

dengan mudah mengatasinya karena tanah cukup lembab. Jika peiode bulan

kering antara 2 dan 4, maka petani harus hati-hati dalam membudidayakan

tanaman. Periode 4 sampai 6 bulan kering berurutan dipandang sangat lama jika

irigasi tambahan tidak tersedia. Dengan demikian pendaerahan agroklimat

dengan meninjau stratifikasi kedua adalah sebagai berikut:

Zona A: jika terdapat lebih dari 9 bulan basah berurutan

B1: jika terdapat 7 sampai 9 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan

kering

B2: jika terdapat 7 sampai 9 bulan basah berurutan dan 2 sampai 4 bulan kering

C1: jika terdapat 5 sampai 6 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan

kering

C2: jika terdapat 5 sampai 6 bulan basah berurutan dan 2 sampai 4 bulan kering

C3: jika terdapat 5 sampai 6 bulan basah berurutan dan 5 sampai 6 bulan kering

D1: jika terdapat 3 sampai 4 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan

kering

D2: jika terdapat 3 sampai 4 bulan basah berurutan dan 2 sampai 4 bulan kering

D3: jika terdapat 3 sampai 4 bulan basah berurutan dan 5 sampai 6 bulan kering

D4: jika terdapat 3 sampai 4 bulan basah berurutan dan lebih dari 6 bulan kering

E1: jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan

kering

E2: jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan dan 2 sampai 4 bulan

kering

Page 36: laporan praktikum meteorologi dan klimatologi

E3: jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan dan 5 sampai 6 bulan

kering

E4: jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan dan lebih dari 6 bulan

kering

Hasil perhitungan bulan basah dan bulan kering juga dapat dianalisis

dengan menggunakan segitiga iklim Oldeman berikut ini:

C. Alat/Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah kalkulator dan alat tulis.

Adapun bahan yang dianalisis adalah data curah hujan Kecamatan Panggang

Kabupaten Gunungkidul, Kecamatan Ngawen Kabupaten Gunungkidul,

Kecamatan Sleman Kabupaten Sleman, serta Kecamatan Kalasan/Prambanan

Kabupaten Sleman tahun 1999 sampai 2008.

D. Langkah Kerja

Page 37: laporan praktikum meteorologi dan klimatologi

Analisis tipe iklim menurut Metode Mohr

7. Siapkan alat dan bahan yang akan dianalisis

8. Jumlahkan data hujan masing-masing bulan dalam kurun waktu 10 tahun

9. Hitung rata-rata curah hujan masing-masing bulan

10. Tentukan masing-masing bulan tersebut apakah termasuk bulan basah,

bulan lembab, atau bulan kering dengan melihat curah hujan rata-rata 10 tahun

11. Tentukan kelas iklim menurut Mohr

Analisis tipe iklim menurut Metode Oldeman

1. Siapkan alat dan bahan yang akan dianalisis

2. Jumlahkan data hujan masing-masing bulan dalam kurun waktu 10 tahun

3. Hitung rata-rata curah hujan masing-masing bulan

4. Tentukan masing-masing bulan tersebut apakah termasuk bulan basah, bulan

lembab, atau bulan kering dengan melihat curah hujan rata-rata 10 tahun

5. Perhatikan bulan basah yang berlangsung berurutan ada berapa

6. Tentukan kelas agroklimat pertama

7. Perhatikan jumlah bulan kering

8. Tentukan tipe iklim menurut Oldeman

Page 38: laporan praktikum meteorologi dan klimatologi

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pengukuran Tekanan Udara Dan Ketinggian Tempat

Praktikum meterorologi dan klimatologi acara pertama dilakukan dengan

kegiatan pengukuran tekanan udara dan ketinggian tempat. Tekanan udara (tekanan

atmosfer) adalah berat atmosfer per satuan luas. Batasan lain mengatakan bahwa

tekanan atmosfer suatu ketinggian tertentu adalah gaya per satuan luas yang

diusahakan oleh udara pada ketinggian tersebut. Tekanan udara antara satu tempat

dengan tempat yang lain berbeda yang dipengaruhi berbagai faktor. Salah satu faktor

yang mempengaruhi perbedaan tekanan udara dan akan dilakukan pengukuran pada

praktikum ini adalah ketinggian tempat.

Tujuan praktikum acara I ini adalah: mengetahui ketinggian tempat dan

tekanan udara pada tempat tersebut. Untuk mengukur ketinggian tempat dan tekanan

udara digunakan alat Altimeter model Thommen. Hasil pengukuran yang telah

diperoleh akan dibandingkan dengan perhitungan tekanan udara secara teoritis

berdasarkan ketinggian tempat yang telah diketahui. Secara teoritik, karena pada

lapisan troposfer terbawah udara homogen/seragam maka tiap naik 10 m ke

ketinggian maka tekanan udaranya turun 1 mb. Jadi, semakin tinggi suatu tempat

tekanan udaranya akan semakin rendah.

Untuk lebih membuktikan pengaruh perbedaan ketinggian tempat terhadap

tekanan udara, maka perlu dilakukan pengukuran pada beberapa lokasi dengan

ketinggian yang tempat berbeda. Hasil yang diperoleh dari pengukuran selanjutnya

dibandingkan dengan perhitungan secara teoritik dan dianalisis untuk menunjukkan

hubungan antara ketinggian tempat dengan tekanan udara pada tempat tersebut.

Dari hasil pengukuran, pengukuran dilakukan di empat tempat berbeda,

diperoleh data sebagai berikut :

1. Srumbung

Ketinggian tempat : 550 m

Page 39: laporan praktikum meteorologi dan klimatologi

Perhitungan Tekanan Udara Sesuai Teori : 955 mb

Perhitungan Tekanan Udara Sesuai Alat : 951 mb

2. Wates

Ketinggian tempat : 30 m

Perhitungan Tekanan Udara Sesuai Teori : 1007 mb

Perhitungan Tekanan Udara Sesuai Alat : 1010 m

3. Godean

Ketinggian tempat : 100 m

Perhitungan Tekanan Udara Sesuai Teori : 1000 mb

Perhitungan Tekanan Udara Sesuai Alat : 1002 mb

4. Ruangan G01.214

Ketinggian tempat : 150 m

Perhitungan Tekanan Udara Sesuai Teori : 995 mb

Perhitungan Tekanan Udara Sesuai Alat : 995 mb

Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan tekanan udara di empat titik pengamatan yang

berbeda diperoleh data. Padatitik pertama dilakukan di Srumbung yang memiliki

ketinggian 550 meter. Hasil pengukuran tekanan udara dengan menggunakan

Altimeter model Thommen menunjukan angka 955 mb sedangakan secara teori hasil

menunjukan 991 mb. Titik ke dua dilakukan di Wates yang memiliki ketinggian 30

meter. Hasil pengukuran tekanan udara dengan menggunakan Altimeter model

Thommen menunjukan angka 1010 mb sedangakan secara teori hasil menunjukan

1007 mb. Titik ketiga dilakukan di Godean yang memiliki ketinggian 100 meter.

Hasil pengukuran tekanan udara dengan menggunakan Altimeter model Thomme

nmenunjuk anangka 1002 mb sedangakan secara teori hasil menunjukan 1000 mb.

Titik ke empat dilakukan di Ruang G01.124 yang memiliki ketinggian 150 meter.

Hasil pengukuran tekanan udara dengan menggunakan Altimeter model Thommen

menunjuk anangka 995 mb sedangakan secara teori hasil menunjukan 995 mb.

Berdasarkan hasil pengukuran dari keempat titik, hasil pengukuran yang diperoleh

Page 40: laporan praktikum meteorologi dan klimatologi

secara teori dan alat Altimeter model Thommen hamper mendekati. Dari hasil

pengamatan, pengamat dapat menyimpulkan semakin tinggi suatu tempat, maka

tekanan udara pada tempat tersebut mengalami penurunan begitupun sebaliknya.

2. Pengukuran Kelembaban Relatif Massa Udara

Praktikum meterorologi dan klimatologi acara ke dua dilakukan dengan

kegiatan pengukuran kelembaban relatif massa udara. Kelembaban udara sering juga

disebut kelengasan udara, yang bermakna kemampuan udara dalam mengandung uap

air. Kelembaban udara ditentukan oleh jumlah uap air yang terkandung di dalam

udara, sehingga sangat dipengaruhi oleh kondisi temperatur udara. Menurut teori

Water Holding Capacity, semakin tinggi temperatur suatu udara maka kemampuan

mengandung uap air semakin besar, semakin rendah temperatur suatu udara

kemampuan mengandung uap air semakin kecil.

Kelembaban udara sangat penting artinya bagi kehidupan manusia. Jika kita

berada di daerah kering, maka kita akan cepat merasakan haus karena cairan pada

tubuh kita akan menguap dengan cepat sehingga kita mengalami dehidrasi

kelembaban udara yang kecil menyebabkan penguapan pada tubuh tumbuh-tumbuhan

berjalan lebih cepat sehingga pada musim kemarau beberapa jenis tanaman akan

meranggas. Demikian pula pada lengas tanah, penguapan akan berjalan lebih cepat

sehingga akar-akar vegetasi akan sulit mendapatkan air, yang berujung pada layunya

tanaman bahkan mati. Kelembaban yang tinggi dan mengalami penurunan temperatur

atau bercampur dengan massa udara dingin akan menyebabkan terbentuknya kabut

tebal yang berbahaya bagi lalu-lintas.

Dalam bidang pertanian besarnya kelembaban di suatu tempat pada suatu

musim erat hubungannya dengan perkembangan organisme terutama jamur dari

penyakit tumbuhan. Di daerah tropis yang kelembabannya tinggi seringkali dijumpai

masalah bagi tanaman terutama sayuran yang menjadi cepat busuk. Jenis penyakit

tumbuhan juga terjadi apabila kelembaban relatif 85% selama 3 hari berturut-turut.

Karena begitu pentingnya data kelembaban udara maka banyak usaha-usaha untuk

Page 41: laporan praktikum meteorologi dan klimatologi

melakukan pengukuran kelembaban udara. Data yang diperoleh merupakan acuan

untuk pengambilan kebijakan di berbagai bidang.

Kelembaban udara sebenarnya dapat dibedakan menjadi kelembaban absolut,

kelembaban spesifik, dan kelembaban relatif. Dalam praktikum ini akan dilakukan

pengukuran kelembaban relatif. Data klimatologi untuk kelembaban udara yang

umum dilaporkan adalah kelembaban relatif (relative humidity) atau sering disingkat

RH.

Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan kelembaban udara massau dara di ruang

Laboratorium Geografi dengan menggunakan Hygrometer dan Aspiration

Psychrometermodel Asmann diperoleh data. Alat Hygrometer menunjukan

kelembaban relatif massa udara di ruang tersebut yaitu 70 sedangkan alat Aspiration

Psychrometer mode lAsmann menunjukan angka 24 setelah dari angka 28 di bulan

basahnya masih tetap di angka 28. Setelah diketahui angka bulan basah dan bulan

kering, maka akan di konversikan dengan menggunakan tabel kelembaban relatif

massa udara. Berdasarkan tabel tersebut, diperoleh kelembaban relatif massa udara di

ruang tersebut yaitu 67. Dari hasil pengukuran kedua alat tersebut, dapat dibuktikan

selisih angka antara alat Hygrometer dan Aspiration Psychrometer model Asmann

tidak lebih dari 4 maka dapat disimpulkan data ini valid.

Tabel kelembaban relatif massa udara.

Page 42: laporan praktikum meteorologi dan klimatologi

3. Pengukuran Temperatur Udara

Praktikum meterorologi dan klimatologi acara ke tiga dilakukan dengan

kegiatan pengukuran temperatur udara. Temperatur udara merupakan salah satu unsur

cuaca yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Bahkan tata cara kehidupan

manusia, budaya, hingga pengembangan teknologi antara lain dipengaruhi oleh

temperatur udara. Selain itu temperatur udara juga berkaitan dengan unsur cuaca

lainnya seperti kelembaban udara, tekanan udara, angin, dan sebagainya. Temperatur

udara memiliki kedudukan yang penting karena berhubungan dengan kehidupan

sehari-hari dan hubungannya dengan unsur cuaca lainnya, oleh karena itu pengukuran

temperatur udara juga penting untuk dilakukan.

Pengukuran temperatur udara dilakukan dengan termometer. Satuan yang

digunakan di Indonesia umumnya adalah derajat Celcius (centigrade), sedangkan di

negara lain sering digunakan satuan dalam derajat Fahrenheit, Reaumur, atau Kelvin.

Karena temperatur udara berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya yang

dipengaruhi oleh letak lintang dan ketinggian tempat, maka idealnya pengukuran

temperatur udara dilakukan di beberapa tempat agar dapat menujukkan variasi

keruangannya. Selain itu temperatur udara juga berfluktuasi dalam periode 24 jam

sehingga perlu dilakukan pengukuran beberapa kali dalam 24 jam untuk mendapatkan

rerata harian.

Pembahasan

Dari hasilpengukuran yang dilakukan di Taman Ki HajarFakultas IlmuSosial

Universitas Negeri Yogyakarta. Di perolehdata sebagaiberikut:

Pukul 06.00 wib :diperoleh hasil pada termometer yaitu 26’C, pada waktu itu

udara terasa dingin, angin tidak berhembus terlalu kencang , muncul embun

dan matahari belum muncul.

Pukul 13.00 wib : diperoleh hasil pada termometer 31’C, pada jam tersebut

matahari bersinar cerah, udara terasa panas di sekitar taman, angin berhembus

sepoi-sepoi.

Page 43: laporan praktikum meteorologi dan klimatologi

Pukul 18.00 wib : di peroleh hasil pada termometer 29’C,pada jam tersebut

udara terasa dingin, angin tidak berhembus.

Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa keadaan cuaca antara pagi,

siang dan malam berbeda. Amplitudo harian di negara Indonesia relatif kecil.

Keadaan angin, penyinaran matahari, dan vegetasi juga sangat berpengaruh

terhadap keadaan suhu pada suatu tempat.

4. Pengukuran Kecepatan Dan Arah Angin

Praktikum meterorologi dan klimatologi acara ke empat dilakukan dengan

kegiatan pengukuran kecepatan dan arah angin. Angin merupakan gerakan alami pada

udara. Arus angin jarang sekali berlangsung dalam keadaan rata dan halus, tetapi

terganggu oleh adanya turbulansi dan eddy dalam berbagai bentuk dan ukuran, yang

berkembang di dalam udara dan saling mengganggu arah geraknya. Angin juga

merupakan unsur cuaca yang berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari sehingga

pengukuran arah dan kecepatannya sangat penting untuk dilakukan. Dalam praktikum

ini akan dilakukan pengukuran di tempat yang terbuka dan terhalang oleh bangunan

untuk membuktikan pengaruh dari berbagai penghalang di permukaan bumi terhadap

kecepatan dan arah angin.

Pengukuran

Arah

Angin

Kecepatan

Angin

Lama

Angin

I N 320 E 0 5 detik

II N 270 E 0 31 detik

II N 300 E 0 1 menit

IV N 220 E 0 40 detik

V N 320 E 0 46 detik

VI N 360 E 0 11 detik

VII N 45 E 0 12 detik

VIII N 340 E 0 7 detik

IX N 45 E 0 6 detik

Page 44: laporan praktikum meteorologi dan klimatologi

X N 45 E 0.1 31 detik

XI N 230 E 0 18 detik

XII N 320 E 0 17 detik

Dari hasil praktikum di lapangan, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Pengukuran ke I di peroleh arah angin N 320 E dengan kecepatan angin 0 dan

lama angin berhembus 5 detik.

Pengukuran ke II di peroleh arah angin N 270 E dengan kecepatan angin 0 dan

lama angin berhembus 31 detik.

Pengukuran ke III di peroleh arah angin N 300 E dengan kecepatan angin 0

dan lama angin berhembus 1 menit.

Pengukuran ke IV di peroleh arah angin N 220 E dengan kecepatan angin 0

dan lama angin berhembus 40 detik.

Pengukuran ke V di peroleh arah angin N 320 E dengan kecepatan angin 0

dan lama angin berhembus 46 detik.

Pengukuran ke VI di peroleh arah angin N 360 E dengan kecepatan angin 0

dan lama angin berhembus 11 detik.

Pengukuran ke VII di peroleh arah angin N 45 E dengan kecepatan angin 0

dan lama angin berhembus 12 detik.

Pengukuran ke VIII di peroleh arah angin N 340 E dengan kecepatan angin 0

dan lama angin berhembus 7 detik.

Pengukuran ke IX di peroleh arah angin N 45 E dengan kecepatan angin 0 dan

lama angin berhembus 6 detik.

Pengukuran ke X di peroleh arah angin N 45 E dengan kecepatan angin 0,1

dan lama angin berhembus 31 detik.

Pengukuran ke XI di peroleh arah angin N 230 E dengan kecepatan angin 0

dan lama angin berhembus 18 detik.

Page 45: laporan praktikum meteorologi dan klimatologi

Pengukuran ke XII di peroleh arah angin N 320 E dengan kecepatan angin 0

dan lama angin berhembus 17 detik.

Dengan hasil demikian, dapat disimpulkan bahwa arah, kecepatan angin, lama

bertiup angin, sewaktu-waktu dapat berubah, dan keadaan demikian sangat

dipengaruhi vegetasi dan bangunan di wilayah tersebut.

5. Analisis Tipe Iklim Suatu Tempat Dengan Klasifikasi Iklim Schmidt-Ferguson

Praktikum meterorologi dan klimatologi acara ke lima dilakukan dengan

kegiatan analisis tipe iklim di suatu tempat dengan klasifikasi iklim Schmidt-

Ferguson. Iklim merupakan unsur alam yang penting dalam mempengaruhi

kehidupan manusia, oleh karenanya pengetahuan mengenai kondisi iklim di suatu

wilayah juga merupakan hal yang penting. Iklim di suatu tempat tidak hanya

berpengaruh terhadap pola kehidupan masyarakatnya tetapi juga hubungannya

dengan budidaya manusia dalam bidang pertanian. Untuk mengetahui kondisi iklim

terlebih dahulu dilakukan identifikasi dan klasifikasi jenis iklim

Thornthwaite (1933) menyatakan bahwa tujuan klasifikasi iklim adalah

menetapkan pemerian ringkas jenis iklim ditinjau dari segi unsur yang benar-benar

aktif, terutama air dan panas. Meskipun semua unsur iklim penting hubungan yang

menyatakan kecukupan panas dan air banyak mempengaruhi klasifikasi iklim. Unsur

lain seperti angin, sinar matahari, atau perubahan tekanan ada kemungkinan

merupakan unsur aktif untuk tujuan khusus.

Klasifikasi iklim yang dibuat oleh Schmidt-Ferguson merupakan salah satu

jenis klasifikasi yang banyak digunakan di Indonesia. Klasifikasi iklim ini

mendasarkan pada curah hujan. Data hujan yang digunakan dalam analisis minimal

10 tahun. Berdasarkan data hujan tersebut Schmidt-Ferguson menentukan bulan

basah dan bulan kering kemudian dianalisis sehingga diperoleh 8 daerah iklim dari

yang paling basah hingga paling kering. Dalam praktikum acara ke lima ini akan

dilakukan analisis tipe iklim di Kecamatan Bansari, Kabupaten Temanggung. Dengan

hasil sebagai berikut.

Page 46: laporan praktikum meteorologi dan klimatologi

CURAH HUJAN KECAMATAN BANSARI KABUPATEN TEMANGGUNG

TAHUN 1993-2002

Q = Rata-rata bulan kering/10 tahun

Rata-rata bulan basah/10 tahun

= 3,3 = 0,44 mm

7,5

Berdasarkan tabel curah hujan Schmid Ferguson di lereng Gunung Sindoro,

wilayah ini termasuk ke dalam iklim C ( agak basah ).

6. Analisis Tipe Iklim Suatu Tempat Dengan Klasifikasi Iklim Mohr Dan Oldeman

Selain klasifikasi iklim yang dibuat oleh Schmidt-Ferguson, jenis klasifikasi

iklim lain yang dirasa sesuai dan banyak diterapkan untuk wilayah Indonesia adalah

1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002

Januari 337 348 560 460 290 341 597 109 156 232 3430 343

Februari 247 270 317 169 242 512 323 198 150 276 2704 270,4

Maret 324 259 420 65 135 254 343 577 408 161 2946 294,6

April 266 367 174 204 154 392 213 323 151 419 2663 266,3

Mei 195 257 51 156 53 177 88 76 92 133 1278 127,8

Juni 18 86 0 167 18 270 13 52 129 83 836 83,6

Juli 26 9 5 21 6 390 0 28 156 30 671 67,1

Agustus 283 29 0 26 0 38 15 97 1 0 489 48,9

September 69 48 0 125 0 40 10 124 14 22 452 45,2

Oktober 235 93 76 77 12 194 209 312 434 23 1665 166,5

Nopember 314 186 141 228 47 227 464 187 283 88 2165 216,5

Desember 360 263 238 346 398 454 276 171 191 304 3001 300,1

Jumlah/tahun 2674 2215 1982 2044 1355 3289 2551 2254 2165 1771 2230 223

Bulan Basah 9 7 6 8 5 10 7 8 9 6 75 7,5

Bulan Lembab 1 2 1 2 0 0 1 2 1 1 12 1,2

Bulan Kering 2 3 5 2 7 2 4 2 2 5 33 3,3

TahunBulan Jumlah

Rata-

rata

Page 47: laporan praktikum meteorologi dan klimatologi

tipe iklim Mohr dan Oldeman. Sama halnya dengan metode Schmidt-Ferguson, Mohr

dan Oldeman juga menggunakan unsur curah hujan sebagai dasar klasifikasi iklim.

Bahkan, Mohr (1933) merupakan ahli yang pertama yang mengajukan klasifikasi

iklim di Indonesia yang didasarkan pada curah hujan.

Perbedaan antara klasifikasi Mohr dengan Oldeman adalah, Mohr

mendasarkan pada evaporasi tiap hari 2 mm hasilnya terdapat 5 kelas iklim dengan

tingkat kelembaban antara basah hingga sangat kering. Adapun Oldeman menentukan

klasifikasi iklim berdasarkan kebutuhan air untuk persawahan dan palawija, sehingga

penentuan tipe iklim menurut Oldeman terutama digunakan dalam usaha pertanian di

Indonesia.

Perbedaan antara satu tipe iklim dengan tipe iklim lainnya pada satu wilayah

yang sama memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai suatu wilayah ditinjau

dari berbagai sudut pandang. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis kondisi iklim

berdasarkan beberapa tipe iklim. Dalam kegiatan praktikum meteorologi-kilmatologi

acara ke 6 ini akan dilakukan analisis tipe iklim menggunakan klasifikasi Mohr dan

Oldeman untuk pada beberapa wilayah antara lain: Kecamatan Panggang, Kabupaten

Gunungkidul; Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunungkidul; Kecamatan Sleman,

Kabupaten Sleman, serta Kecamatan Kalasan/Prambanan, Kabupaten Sleman.

Berikut ini adalah hasil analisis klasifikasi iklim menurut Mohr dan Oldeman

Stasiun Beji.

DATA CURAH HUJAN KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN GUNUNG

KIDUL ( STASIUN BEJI )

Page 48: laporan praktikum meteorologi dan klimatologi

.

1. Kriteria tipe iklim Mohr.

I. Basah 1-6 BL

II. Agak Basah 1 BK

III. Agak Kering 3-4 BK

IV. Kering 6 BK

V. Sangat Kering > BK

Tercatat menurut iklim Mohr terdapat 4 BK.

Dengan keadaan demikian, maka daerah tersebut termasuk iklim Mohr tingkat III (

Agak Kering )

2. Kriteria iklim Oldeman

BB : 5

BK : 4

Dengan keadaan demikian, daerah tersebut termasuk kedalam zona iklim C3,

karena memiliki 5 bulan basah dan 4 bulan kering yang berurutan.

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Januari 320 192 420 345 136 112 116 116 41 147 1945 194,5

Februari 239 383 204 559 343 167 34 161 292 367 2749 274,9

Maret 211 165 414 233 13 84 43 125 167 215 1670 167

April 148 168 0 182 32 20 75 132 135 70 962 96,2

Mei 61 123 88 14 74 72 38 77 58 67 672 67,2

Juni 11 46 14 0 7 29 61 0 20 6 194 19,4

Juli 7 0 70 0 0 0 16 0 29 0 122 12,2

Agustus 0 7 0 0 0 0 0 0 0 0 7 0,7

September 5 0 0 0 0 0 0 0 0 33 38 3,8

Oktober 59 25 303 3 12 84 52 0 71 182 791 79,1

Nopember 81 80 427 100 92 94 61 61 61 262 1319 131,9

Desember 175 8 72 72 20 201 254 250 296 114 1462 146,2

TahunBulan Jumlah

Rata-

rata

Keterangan Mohr Oldeman

BB 8 6

BL 0 2

BK 4 4

Page 49: laporan praktikum meteorologi dan klimatologi

BAB V

KESIMPULAN

Meteorologi dan Klimatologi adalah ilmu yang penting dan tidak bisa lepas

dari kehidupan manusia dan harus dipelajari. Karena pada prinsipnya, ilmu ini

berkaitan dengan gejala-gejala alam yang selalu berhubungan dan mengiringi dengan

aktivitas manusia dari awal sampai akhir kehidupannya. Misalnya hujan, panas,

halilintar, kemarau, penghujan, atmosfer, semua itu berkaitan dengan keilmuan

meteorologi dan klimatologi, terutama keadaan yang berkaitan dengan negara

Indonesia.

Secara sederhana, meteorologi dan klimatologi adalah ilmu yang mempelajari

tentang iklim dan cuaca. Iklim adalah keadaan rata-rata cuaca dimana hal tersebut

meliputi wilayah yang luas dan dalam waktu yang relatif lama (kurang lebih 30 tahun

). Sedangkan cuaca adalah parsial dari iklim, yaitu keadaan rata-rata udara dalam

waktu yang relatif singkat dan mencakup wilayah tertentu ( sempit ). Dari

pengertiannya saja sudah dapat disimpulkan, bahwa sebelum menentukan iklim,

diperlukan pertimbangan keadaan yang dominan dari cuaca dalam kurun waktu

tertentu secara berkesinambungan. Sehingga dapat dikatakan, keilmuan meteorologi

dan klimatologi tidak dapat dipisahkan agar menjadi sistem alam yang berdaya guna

bagi manusia.

Namun demikian, tanpa manusia sebagai subjek pelaku kehidupan yang

mempelajari keilmuan tersebut, meteorolgi dan klimatologi menjadi berkurang

fungsinya, karena manusianya tidak mengerti bagaiman cara menanggapi keadaan

alam yang terjadi. Maka dari itu, sebagai makhluk yang diberi akal dan pikiran,

haruslah dipelajari keilmuan yang berguna bagi kemaslahatan kehidupannya. Dan

tidak hanya sampai dengan dipelajari saja, ilmu tersebut juga harus

diimplementasikan. Di sinilah letak fungsi praktikum mengenai meteorologi dan

klimatologi.

Page 50: laporan praktikum meteorologi dan klimatologi

DAFTAR PUSTAKA

Ariffin, Syamsul Bahri. dkk. 2010. Modul Praktikum Klimattologi Universitas

Brawijaya Malang. Malang : Universitas Brawijaya Malang.

Suparmini, M.Si dan Hadi, Bambang Syaiful, M. Si. 2009. Dasar-Dasar Geografi.

Diktat Geografi. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.

Tim Penyusun. 2009. Klimatologi Suatu Pengantar. Makasar : Laboratorium

Pengelolaan DAS, dan Konservasi Sumber Daya Tanah, Hutan, dan Air.