abortus insipiens.docx
DESCRIPTION
ffffaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat – akibat tertentu)
pada/sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu / buah kehamilan belum mampu
untuk hidup di luar kandungan.
Abortus insipiens adalah abortus yang sedang berlangsung, dengan ostium
sudah terbuka dan ketuban yang teraba, kehamilan itu tidak dapat dipertahankan lagi.
Diperkirakan frekwensi keguguran spontan berkisar 10–15%. Namun demikian,
frekuensi keguguran yang pasti sulit / sukar ditentukan. Hal itu disebabkan sebagian
keguguran spontan hanya disertai gejala dan tanda ringan sehingga wanita tidak
datang ke dokter / RS.
Pada kasus ini hendaknya penolong dapat memberikan pertolongan yang tepat
dan optimal, sehingga penderita tidak sampai mengalami komplikasi sehingga dapat
mengurangi terjadinya angka kematian ibu. Pada kasus abortus insipiens ini, janin
sudah tidak dapat diselamatkan maka jaringan fetus yang keluar harus benar – benar
bersih dalam rahimnya agar tidak menimbulkan komplikasi.
Alasan penulis mengambil kasus abortus insipiens karena sebelumnya penulis
belum pernah menemukan kasus seperti ini dan penulis berharap mendapatkan
tambahan ilmu untuk membuat asuhan kebidanan.
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Abortus adalah suatu proses berakhirnya suatu kehamilan, di mana janin
belum mampu hidup di luar rahim, dengan kriteria usia kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500g.1,2 Secara klasik, gejala-gejala abortus
adalah kontraksi uterus (dengan atau nyeri suprapubik) dan pendarahan vagina pada
kehamilan dengan janin yang belum viable. Perpaduan pemeriksaan fisik dengan
gejala-gejala ini memungkinkan penegakan diagnosis sementara.3
Abortus insipien adalah abortus yang sedang mengancam di mana telah terjadi
pendataran serviks dan osteum uteri telah membuka akan tetapi hasil dari konsepsi
masih berada di dalam kavum uteri. Abortus insipien yaitu peristiwa perdarahan
uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang
meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. 3
EPIDEMIOLOGI
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi
luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut, di mana terminologi umum untuk
masalah ini adalah keguguran atau miscarriage. Dalam sebuah penelitian di RSUP
Adam Malik Medan dari tahun 2005-2010, didapatkan kesimpulan bahwa dari total
53 wanita yang mengalami abortus spontan, sebanyak 28 wanita (52,8%) berusia 21-
34 tahun, 21 wanita (39,6%) berusia 35 tahun ke atas, dan 4 wanita (7,6%) berusia di
bawah 20 tahun.
ETIOLOGI
1. Kelainan hasil pembuahan
Dapat mengakibatkan kematian janin atau cacat. Pada kelainan hasil
pembuahan yang berat, dapat membuat kematian mudigah (embrio/hasil konsepsi < 8
minggu) pada kehamilan muda. Hal ini disebabkan adanya kelainan kromosom yang
dipengaruhi oleh trisomi (adanya kromosom ketiga dalam sel diploid), poliploidi
(keadaan zat kromosom homolog yang melebihi jumlah diploid), kelainan kromosom
seks, lingkungan yang kurang sempurna.
Misalnya, lingkungan di endometrium (selaput lendir rahim) di sekitar tempat
implantasi (penanaman hasil pembuahan di dinding rahim) kurang sempurna sehingga
pemberian zat-zat makanan pada hasil pembuahan terganggu. Selain itu. faktor dari
luar juga mempengaruhi kelainan kromosom, baik hasil pembuahan maupun
lingkungan hidupnya dalam rahim. Misalnya, radiasi, virus, dan obat-obatan.
Umumnya, pengaruh ini dinamakan pengaruh teratogen.1 Kelainan yang paling sering
dijumpai pada abortus adalah gangguan pertumbuhan zigot, embrio, janin atau
plasenta. Kelainan tersebut biasanya menyebabkan abortus pada trimester pertama.7
2. Kelainan plasenta
Kelainan yang serin terjadi adalah endarteritis (radang lapisan intima
pembuluh nadi) dapat terjadi dalam villi korialis. yaitu jonjot selaput terluar yang
meliputi embrio. Hal ini menyebabkan oksigenisasi plasenta terganggu. terjadi
gangguan pertumbuhan. dan kematian janin. Kejadian ini bisa terjadi sejak kehamilan
muda, misalnya karena penyakit hipertensi menahun.1
3. Infeksi
Infeksi membawa risiko bagi janin yang sedang berkembang, terutama pada akhir
trimester pertama atau awal trimester kedua. Tidak diketahui penyebab kematian janin
secara pasti, apakah janin yang menjadi terinfeksi ataukah toksin yang dihasilkan oleh
mikroorganisme penyebabnya. Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan abortus:
Virus misalnya rubella, sitomegalovirus, virus herpes simpleks, varicella zoster,
vaccinia, campak, hepatitis, polio, dan ensefalo-mielitis. Bakteri misalnya Salmonella
typhi dan parasit misalnya Toxoplasma gondii, Plasmodium.
4. Kelainan endokrin
Abortus spontan dapat terjadi bila produksi progesteron tidak mencukupi atau
pada penyakit disfungsi tiroid; defisiensi insulin.
5. Trauma
Merupakan antara faktor yang menyebabkan abortus, umumnya abortus terjadi
segera setelah trauma tersebut, misalnya trauma akibat pembedahan. Kelainan uterus
pada hipoplasia uterus, mioma (terutama mioma submukosa), serviks inkompeten
atau retrollexio uteri gravidi incarcerata. Faktor psikosomatik: pengaruh dari faktor ini
masih dipertanyakan.
6. Faktor immunologi
Hubungan antara ibu dan janin dapat hancur oleh sel natural killer yang diaktivasi
oleh kekebalan yang dibuat oleh sist imun tubuh. Termasuk defisiensi progesteron
(masalah hormonal/ endokrin) dan hiperkoagulabilitas darah yang disebabkan
peningkatan antibodi antikardiolipin (ACA) yang dipercaya memiliki peran penting
dalam merangsang keguguran. Faktor lainnya bisa disebabkan oleh infeksi, rubela,
sifilis, alkohol, operasi pada kehamilan muda, rokok, pengobatan dengan radiasi,
obat-obatan, diet, stres, dan faktor lingkungan.
7. Kelainan traktus genitals
Misalnya, retroversio uteri (rahim terputar ke belakang), miomata uteri (miom di
rahim) atau kelainan bawaan rahim. Penyebab lain abortus dalam trimester kedua
ialah serviks inkompetens karena adanya kelemahan bawaan pada serviks, dilatasi
seviks berlebihan, konisasi (eksisi konus jaringan) misalnya serviks uteri (mulut leher
rahim), amputasi atau robekan serviks luas yang tidak dijahit.1
8. Faktor eksternal
Misalnya radiasi, obat-obatan- antagonis asam folat, antikoagulan, dan lain-
lain. Sebaiknya tidak menggunakan obat-obatan sebelum kehamilan 16 minggu,
kecuali telah dibuktikan bahwa obat tersebut tidak membahayakan janin, atau untuk
pengobatan penyakit ibu yang parah. Bahan-bahan kimia lainnya, seperti bahan yang
mengandung arsen dan benzen.7
Ada juga abortus yang tidak diketahui penyebabnya. 50% pasien abortus tidak
diketahui penyebabnya. Di Amerika Serikat, 15 % kehamilan yang berakhir dengan
abortus spontan banyak yang tidak diketahui penyebabnya.1
GEJALA KLINIS
Meski banyak jenis-jenis abortus, tetapi umumnya tanda-tanda terjadi abortus
hampir sama, seperti terjadi perdarahan pervaginam setelah mengalami haid
terlambat. Perdarahan ini bisa berupa bercak hingga perdarahan yang cukup banyak
atau perdarahan masif atau hebat pada kehamilan muda. Tanda umum lainnya, yaitu
mules-mules dan nyeri pada bagian bawah perut. Pada abortus insipiens terjadi
perdarahan yang keluar dari vagina disertai mules dan nyeri, rahim membesar dan tes
kehamilan positif 1
PATOGENESIS
Kebanyakan abortus spontan terjadi segera setelah kematian janin yang
kemudian diikuti dengan perdarahan ke dalam desidua basalis, lalu terjadi perubahan-
perubahan nekrotik pada daerah implantasi, infiltrasi sel-sel peradangan akut, dan
akhirnya perdarahan per vaginam. Buah kehamilan terlepas seluruhnya atau sebagian
yang diinterpretasikan sebagai benda asing dalam rongga rahim.
Hal ini menyebabkan kontraksi uterus dimulai, dan segera setelah itu terjadi
pendorongan benda asing itu keluar rongga rahim (ekspulsi). Perlu ditekankan bahwa
pada abortus spontan, kematian embrio biasanya terjadi paling lama 2 minggu
sebelum perdarahan. Oleh karena itu, pengobatan untuk mempertahankan janin tidak
layak dilakukan jika telah terjadi perdarahan banyak karena abortus tidak dapat
dihindari.
Sebelum minggu ke-10, hasil konsepsi biasanya dikeluarkan dengan lengkap.
Hal ini disebabkan sebelum minggu ke-10 vili korialis belum menanamkan diri
dengan erat ke dalam desidua hingga telur mudah terlepas keseluruhan-nya. Antara
minggu ke 10-12 korion tumbuh dengan cepat dan hubungan vili korialis dengan
desidua makin erat hingga mulai saat tersebut sering sisa-sisa korion (plasenta)
tertinggal kalau terjadi abortus.7 (Lihat gambar 1)
DIAGNOSIS
Anamnesis
Pada anamnesis didapatkan darah mengalir keluar dari vagina dan terasa
mules. Merupakan Peristiwa perdarahan rahim pada usia kehamilan sebelum 20
minggu dengan telah ada pembukaan serviks uterus tetapi jaringan fetus maupun
plasenta masih intrauterine. Pada pemeriksaan penunjang, hasil USG dapat
menunjukkan buah kehamilan masih utuh, ada tanda kehidupan janin, meragukan atau
buah kehamilan tidak baik, janin mati.7
Didiagnosis bila seseorang wanita hamil < 20 minggu Terjadi mules yang
lebih sering, hebat, dan perdarahannya bertambah. Jika abortus terjadi pada usia
kehamilan kurang dari 12 minggu, biasanya perdarahan tidak banyak. Perdarahan
dapat berlanjut beberapa hari atau dapat berulang, biasanya mulai terjadi 2 minggu
setelah kehamilan berhenti berkembang. Dapat pula disertai sedikit nyeri perut bawah
atau nyeri punggung bawah seperti saat menstruasi.
Pada keadaan ini, kehamilan memang sudah tidak dapat dipertahankan lagi.
(lihat gambar 2)
Gambar 1. Abortus insipiens.1
Setengah dari abortus insipiens akan menjadi abortus komplet atau inkomplet,
sedangkan pada sisanya kehamilan akan terus berlangsung. Abortus spontan adalah
yang berlangsung tanpa tindakan sedangkan provokatus terjadi dengan sengaja
dilakukan tindakan tersebut dan bisa dibagi menjadi provokatus medisinalis iaitu bila
didasarkan pada pertimbangan dokter untuk menyelamatkan ibu dan provokatus
kriminalis apabila melakukan abortus secara tidak legal.7
Pemeriksaan Fisik
Pertama dilakukan pemeriksaan umum normal. Kemudian, pemeriksaan
abdomen biasanya normal (lunak, tidak nyeri tekan)5 Diperiksa tanda-tanda vital
untuk tentukan apakah pasien secara hemodinamis stabil. Takikardi, sinkop, pusing
atau berkunang-kunang menunjukkan ketidakstabilan dan harus menerima
penggantian cairan IV.
Pemeriksaan pelvis: darah forniks, vagina dan serviks normal, apakah serviks
terbuka, nyeri tekan, dan ukuran uterus, dan ada massa pada adneksa.2 Terdapat
pemeriksaan speculum, biasanya ditemui hanya ada sedikit darah atau secret
kecoklatan di dalam vagina. Ostium uteri tertutup. Pada pemeriksaan bimanual, uterus
membesar, lunak dan tidak nyeri tekan. Besar uterus sesuai dengan riwayat haid.
Serviks tertutup, tidak mendatar dan mempunyai konsistensi hamil normal.5
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang ditemukan adalah sangat membantu karena kita
sudah bisa melihat kelainan pada penderita setiap penyakit tersebut. Antara yang
diperiksan adalah hitung darah, urinalisis dan test kehamilan menggunakan beta HCG
dan USG. Pemeriksaan ultrasonografi atau Doppler dilakukan untuk menentukan
apakah janin masih hidup atau tidak, serta menentukan prognosis.
Pada banyak kasus, pemeriksaan serum untuk kehamilan sangat berguna.
Pemeriksaan laboratorium paling sedikit harus meliputi biakan dan uji kepekatan
mukosa serviks atau darah (untuk mengidentifikasi patogen pada infeksi) dan
pemeriksaan darah lengkap. Pada beberapa kasus, penentuan kadar progesterone
berguna untuk mendeteksi kegagalan korpus luteum. Jika terdapat pendarahan, perlu
dilakukan pemeriksaan golongan darah dan pencocokan silang serta panel koagulasi.
Pada diagnosis abortus insipiens, ultrasonografi kurang berguna di banding pada
kasus abortus imminens, ketika ultrasonografi dapat membedakan kehamilan dengan
janin hidup atau mati. Dengan menggunakan real-time, tidak adanya gerakan janin
yang nyata dan terutama denyut jantung menunjukkan kematian janin. Pada sebagian
kasus, tidak adanya janin atau disorganisasi janin juga dapat dikenali. Terkadang,
adanya gas dalam pembuluh darah besar dapat diamati.
Jika terdapat gerakan jantung, seperti yang normalnya dapat diamati pada
kehamilan sebelum 8 minggu, prognosisnya lebih baik. Analisis genetik bahan
abortus dapat menentukan adanya kelainan kromosom secara etiologi abortus.
Analisis ini seringkali memberikan informasi yang sangat berharga untuk konseling.
Pemeriksaan kehamilan dengan immunoassay (IA) dan radio immunoassay (RIA)
mengidentifikasi hormone-hormon yang dihasilkan oleh trofoblas. Namun, dengan
kematian embrio atau janin muda sekalipun, kelompok-kelompok sel trofoblastik
tetap melekat dan dapat hidup untuk sementara waktu. Karena itu, uji kehamilan ini
dapat tetap positif untuk sementara. Pada keadaan apa pun, jika pemeriksaan RIA
dilaporkan negative, kehamilan sudah berakhir meskipun debris kehamilan mungkin
masih bertahan.4
Kaji kemampuan hidup (viabilitas) kehamilan. (lihat Tabel 1)
Tabel 1. Ukuran viabilitas janin.2
hCG Positif 7 hingga 10 hari setelah ovulasi, kadar meningkat 2 kali lipat
setiap 1,6 hari selama minggu ke lima, setiap dua hari selama minggu
ke enam dan setiap 2,5 hari selama minggu ke 7. Kadar terus
meningkat dengan lebih lambat, mencapai puncak pada minggu ke
10, mengalami masa tertinggi tanpa kemajuan pada minggu ke 24.
Temuan
ultrasonograf
i
-Jika kantong kehamilan >10mm, kantong kuning telur harus selalu
terlihat.
-Kantong kehamilan yang berukuran 18 mm (atau 2,5 cm) harus
berisi embrio.
-Embrio yang berukuran >5mm harus sudah memiliki aktivitas
jantung.
-Kantong kehamilan harus terlihat melalui ultrasonografi transvaginal
jika hCG >2000 mIU/mL.
-Kantong kehamilan harus terlihat melalui ultrasonografi abdomen
jika hCG >6500 mIU/mL.
Progesteron
serum
>25ng/mL: kehamilan dapat berlanjut pada >95% kasus
<10ng/mL: kehamilan intrauterus, jika ada, tidak dapat berlanjut.2
DIAGNOSIS BANDING
Abortus inkompletus
Merupakan pengeluaran sebagian hasil pembuahan pada usia kehamilan
sebelum 20 minggu, sedangkan sebagian lagi masih ada dalam rahim. Keadaan ini
berbahaya karena sisa hasil pembuahan yang tertinggal dalam rahim dapat
memungkinkan terjadinya perdarahan yang mengancam nyawa ibu.
Terjadi perdarahan yang banyak sekali dan tidak akan berhenti sebelum sisa
hasil pembuahan dikeluarkan sehingga menyebabkan syok. Biasanya, abortus seperti
ini terjadi pada usia kehamilan lebih dari enam minggu.1 (lihat gambar 2)
Gambar 2. Abortus inkomplit.1
Abortus kompletus adalah pengeluaran semua hasil pembuahan dengan
sendiriya sehingga tidak perlu dilakukan pembersihan (kuretase). Umumnya, abortus
ini terjadi di usia kehamilan lebih dari enam minggu. Abortus kompletus Terjadi
perdarahan sedikit, mulut rahim telah menutup, dan rahim sudah mengecil. Biasanya,
janin atau hasil pembuahan sudah berada di luar rahim dan keluar melalui vagina.1
Abortus spontan berulang (abortus habitualis)
Abortus spontan yang terjadi dua kali atau lebih secara berturut-turut.
Umumnya, penderitanya tidak sulit hamil, tetapi kehamilannya berakhir sebelum 20
minggu. Abortus ini disebabkan imunologik, yaitu kegagalan reaksi terhadap antigen
lymphocyte trophoblast cross reactive (TLX).
Mola hidatidosa
Biasanya berakhir dengan abortus (< 5 bulan) tetapi ditandai dengan kadar
hCG yang sangat tinggi dan tidak adanya janin.4 Mola hidatidosa adalah merupakan
kehamilan yang dihubungkan dengan edema vesicular dari villi khorialis plasenta dan
biasanya tidak disertai fetus yang intak.
Secara histologist terdapat proliferasi trofoblast dengan berbagai tingkatan
hyperplasia dan dysplasia. Villi khorialis terisi cairan, membengkak dan hanya
terdapat sedikit pembuluh darah. Sebagian dari vili berubah menjadi gelembung-
gelembung berisi cairan jernih.Gelembung tersebut bisa sebesar kacang hijau sampai
sebesar buah anggur. Gelembung ini dapat mengisi seluruh cavum uteri.
Gejalanya ialah perdarahan kadang-kadang sedikit, tapi kadang juga banyak.
Dan pada keadaan ini pasien biasanya anemis.Rahim lebih besar dari usia kehamilan.,
hyperemesis lebih sering terjadi, lebih keras dan lebih lama dan mungkin timbul
preeklamsi dan eklamsi. Tidak ada tanda-tanda adanya janin, tidak ada ballotement,
BJA, dan tidak nampak rangka janin pada rontgen foto, kadar gonadotropin chorion
tinggi dalam darah dan air kencing. (lihat gambar 3)
Gambar 3. Mola hidatidosa.4
PENATALAKSANAAN
Bila pendarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa
pertolongan selama 36 jam dengan diberikan morfin. Pada kehamilan kurang dari 12
minggu, yang biasanya disertai pendarahan, tangani dengan pengosongan uterus
memakai kuret vakum atau cunam abortus, disusuli dengan kerokan memakai kuret
tajam. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infuse oksitosin 10 IU dalam
dekstrose 5% 500ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi uterus
sampai terjadi abortus komplit. Namun bila janin sudah keluar tapi placenta masih
tertinggal, lakukan pengeluaran placenta secara normal.3,7
KOMPLIKASI
Meliputi pendarahan, infeksi, perforasi uterus, abortus komplit, koagulopati
konsumtif berpotensi fatal dan inkompetensi serviks selanjutnya atau sinektia uterus.
Induksi medis aborsi dilakukan dokter sebelum kehamilan berusia lapan minggu,
setelah kehamilan berusia 8 minggu, aborsi melalui tindakan bedah lebih dipilih.
Metotreksat yang diberikan pada kehamilan awal menghambat kerja asam folat,
mencegah sintesis RNA dan DNA, dan menyebabkan kematian sel, terutama
mempengaruhi jaringan yang berproliferasi cepat, seperti trofoblas.2
PROGNOSIS
Umumnya, pasien dengan abortus insipient akan kehilangan kehamilannya,
persentase kecil lahir premature dan lainnya berlanjut ke kelahiran cukup bulan.
Pengawasan lanjutan penting untuk mengevaluasi gejala yang menetap, tanda
kehidupan janin dan pertumbuhan uterus.5,6
DAFTAR PUSTAKA
1. Kasdu, Dini. Solusi problem persalinan. Jakarta: Puspaswara, 2005.h.3-102. Constance, Sinclair. Buku saku kebidanan. Jakarta: EGC, 2009.h.75-80
3. Achadiat, Chrisdiono M. Prosedur tetap obstetric dan ginekologi. Jakarta:
EGC, 2004.h.26-9
4. Ralph C, Benson. Buku saku obstetric dan ginekologi. Jakarta: EGC,
2008.h.297-8
5. Benzion. Kapita selekta kedaruratan obstetric dan ginekologi. Jakarta: EGC,
2000.h.56-60
6. Graber, Mark A. Buku saku dokter keluarga. Jakarta: EGC, 2006.h.368
7. Sastrawinata S. Wirakusumah FF. Ilmu kesehatan reproduksi. Jakarta: EGC,
2004.h.1-6