71253385 makalah filsafat hukum tentang hukuman mati
TRANSCRIPT
-
7/28/2019 71253385 Makalah Filsafat Hukum Tentang Hukuman Mati
1/14
Filsafat Hukum
Kajian Filsafat Hukum terhadapHukuman Mati dalam Sistem
Hukum Indonesia
Oleh:
I Nyoman Rma Putra Iswara (09133102)
Hukum
2011/2012
-
7/28/2019 71253385 Makalah Filsafat Hukum Tentang Hukuman Mati
2/14
1
Bab I Pendahuluan
A. Latar BelakangMengingat semakin merajalelanya tindakan kriminal, dari skala kecil
sampai skala besar, seakan-akan warga negara Indonesia ini begitu tidak
gentar menghadapi hukum. Pejabat kebal hukum, rakyat bebal hukum. Ya,
tampaknya seperti itulah karakteristik orang Indonesia.
Hukum menjadi semacam alat untuk bermain bagi pihak-pihak
tertentu. Terang saja, tindakan kriminal skala kecil dibesar-besarkan
sedangkan tindakan kriminal skala besar dikecil-kecilkan.
Untuk tindakan kriminal skala besar, banyak pihak yang ingin agar
pelakunya diganjar hukuman mati agar menciptakan efek takut bagi orang
lain dalam hal ini berarti bernilai preventif. Namun, ada pihak-pihak
tertentu yang tidak menyetujuinya bersamaan dengan adanya HAM. Ada
yang mengatakan hukuman mati bukan cara irasional, tidak manusiawi, tidak
bijaksana, hanya merupakan hak Tuhan. Tetapi ada juga yang mengatakan
bahwa tindakan ini tegas dan bisa menjaga wibawa negara.
Dalam kesempatan ini, saya akan mencoba mengulas bagaimanakah
sebaiknya tentang hukuman mati dikaji dengan dengan filsafat hukum dan
sistem hukum.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah sebaiknya penerapan hukuman mati dalam sistem
hukum di Indonesia?
-
7/28/2019 71253385 Makalah Filsafat Hukum Tentang Hukuman Mati
3/14
2
Bab 2 Pembahasan
A. Pengertian Filsafat Hukum
Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan
pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. [1]
Berkaitan dengan hukum, beberapa ahli mendefinisikan filsafat hukum
sebagai berikut:
Menurut Soetikno:
Filsafat hukum adalah mencari hakekat dari hukum, dia ingin mengetahui
apa yang ada di belakang hukum, mencari apa yang tersembunyi di dalam
hukum, dia menyelidiki kaidah-kaidah hukum sebagai pertimbangan nilai,
dia memberi penjelasan mengenai nilai, postulat (dasar-dasar) sampai pada
dasar-dasarnya, ia berusaha untuk mencapai akar-akar dari hukum.
Menurut Satjipto Raharjo:
Filsafat hukum mempelajari pertanyaan-pertanyaan dasar dari hukum.
Pertanyaan tentang hakekat hukum, tentang dasar bagi kekuatan mengikat
dari hukum, merupakan contoh-contoh pertanyaan yang bersifat mendasar
itu. Atas dasar yang demikian itu, filsafat hukum bisa menggarap bahan
hukum, tetapi masing-masing mengambil sudut pemahaman yang berbeda
sama sekali. Ilmu hukum positif hanya berurusan dengan suatu tata hukum
tertentu dan mempertanyakan konsistensi logis asa, peraturan, bidang serta
sistem hukumnya sendiri.
Menurut Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto:
Filsafat hukum adalah perenungan dan perumusan nilai-nilai, kecuali itu
filsafat hukum juga mencakup penyerasian nilai-nilai, misalnya penyelesaian
antara ketertiban dengan ketenteraman, antara kebendaan dan keakhlakan,
dan antara kelanggengan atau konservatisme dengan pembaruan.
_________________________________________________________________________________________
[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat
-
7/28/2019 71253385 Makalah Filsafat Hukum Tentang Hukuman Mati
4/14
3
Menurut Lili Rasjidi:
Filsafat hukum berusaha membuat dunia etis yang menjadi latar belakangyang tidak dapat diraba oleh panca indera sehingga filsafat hukum menjadi
ilmu normatif, seperti halnya dengan ilmu politik hukum. Filsafat hukum
berusaha mencari suatu cita hukum yang dapat menjadi dasar hukum dan
etis bagi berlakunya sistem hukum positif suatu masyarakat (seperti
grundnorm yang telah digambarkan oleh sarjana hukum bangsa Jerman yang
menganut aliran-aliran seperti Neo Kantianisme). [2]
Menurut Darji Darmodiharjo dan Shidarta:
Ilmu yang mempelajari hukum secara filosofis, jadi objek filsafat hukum
adalah hukum, dan objek tersebut dikaji secara mendalam sampai pada inti
atau dasarnya, yang disebut dengan hakekat. [3]
Secara garis besar filsafat hukum berupa suatu ilmu yang mengkaji
hukum secara mendalam, penuh kebijaksanaan, berjangka panjang dan
fleksibel sehingga hukum itu sendiri menjadi selaras (keserasian nilai-nilai)
dengan karakteristik masyarakat. Kajian filsafat hukum sendiri tentu
membutuhkan cabang-cabang ilmu lain yang berkaitan dengan hukum,
seperti: antropologi hukum, sosiologi hukum, psikologi hukum dan
sebagainya. Dengan demikian kajian filsafat hukum akan mampu mencakup
semua aspek dalam masyarakat.
B. Hukuman Mati dalam Sistem Hukum Indonesia
Pada dasarnya sistem hukum di Indonesia terdiri dari tiga jenis sistem
hukum. Yaitu hukum Eropa, hukum agama dan hukum adat. Dari ketiganya,
_________________________________________________________________________________________
[2] http://kuliahade.wordpress.com/2009/11/22/pengertian-filsafat-hukum-menurut-para-ahli/
[3]http://www.badilag.net/data/ARTIKEL/Filsafat%20Hukum%20dan%20Perannya%20dalam%2
0Pembentukan%20Hukum%20di%20Indonesia.pdf
-
7/28/2019 71253385 Makalah Filsafat Hukum Tentang Hukuman Mati
5/14
4
baik pidana maupun perdata sebagian besar hukum di Indonesia bersistem
hukum Eropa. Sedangkan sistem hukum agama dan adat biasanya berlaku
pada urusan perkawinan, kewarisan dan kekerabatan.
Namun kembali pada salah satu asas berlakunya undang-undang
yaitu: Undang-undang yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi
mempunyai derajat yang lebih tinggi, sehingga apabila ada dua macam
undang-undang yang tidak sederajat mengatur objek yang sama dan saling
bertentangan, maka hakim harus menerapkan undang-undang yang lebih
tinggi dan menyatakan bahwa undang-undang yang lebih rendah tidak
mengikat (lex superior derogat legi inferiori). Ini berarti apabila hukuman
mati diberlakukan oleh negara, maka hukum adat perda tidak berhak
menentang. Sebaliknya, jika hukum adat atau perda memberlakukan
hukuman mati tetapi negara tidak, maka tidak boleh ada hukuman mati.
Jika ditinjau dari segi hukum agama, faktanya terdapat beberapa
agama yang mengindikasikan adanya hukuman mati termasuk bagian yang
tidak mendukungnya. Berikut saya sampaikan indikasi pro dan kontra
hukuman mati dari berbagai agama:
1. Agama HinduDi dalam kitab hukum Hindu salah satunya Manawa Dharmastra
memuat tentang tindakan yang dilarang beserta sanksinya. Beberapa
ayat memuat hukuman mati untuk bentuk kejahatan tertentu.
Namun dalam nti Parva (Mahbharta) ada sebuah percakapan
antara pangeran Satyavan dengan raja Dyumatsena sebagai berikut:
Pangeran Satyavan: Terkadang kebajikan membuat kita mengetahui
dosa dan dosa membuat kita mengetahui bentuk kebajikan. Dan tidak
akan pernah mungkin membinasakan manusia dapat dianggap suatu
perbuatan yang bijak.
-
7/28/2019 71253385 Makalah Filsafat Hukum Tentang Hukuman Mati
6/14
5
Raja Dyumatsena: Apabila mengecualikan mereka yang harus
dibunuh adalah bijak, apabila perampok dikecualikan, Satyavan, maka
perbedaan antara kebajikan dan perbuatan dosa akan samar.
Pangeran Satyavan: Tidak dengan membinasakan seorang pelaku
kejahatan, seorang Raja hendaknya menghukum dia sebagai
seseorang yang ditakdirkan berdasarkan Kitab. Seorang Raja
hendaknya tidak berbuat sebaliknya, mengabaikan moral untuk
merendahkan martabat pelaku kejahatan. Dengan membunuh seorang
pelanggar, Raja membunuh banyak orang tidak berdosa. Dengan
membunuh seorang perampok tunggal, istri, ibu, bapa dan anak yang
bersangkutan semuanya ikut terbunuh. Ketika dirugikan oleh seorang
pelaku kejahatan, Raja oleh karenanya harus merenungkan persoalan
penghukuman. Terkadang orang jahat terlihat meniru kebaikan dari
orang baik. Hal tersebut mencerminkan anak yang baik berasal dari
keturunan orang jahat. Maka dari itu sebaiknya orang jahat tidak
dimusnahkan. Pemusnahan seorang jahat tidak sesuai dengan hukum
keabadian dalam agama Hindu.
Percakapan ini menjadi landasan bahwa hukuman mati tidak
diperlukan dalam agama Hindu. [4]
2. Agama KristenKalangan Kristen dari umat biasa sampai pendeta baik dari Kristen
Katolik maupun Kristen Protestan memiliki pandangan yang berbeda
mengenai hukuman mati. Surat Paulus kepada Jemaat di Roma bab
13 ayat 1-4 tentang keharus-patuhan rakyat terhadap pemerintah
menjadi landasan berlakunya hukuman mati. Namun bagi kalangan
Kristen yang menentang, mereka berlandaskan Exodus bab 20 ayat
13, yang menuliskan: Kamu tidak boleh melakukan pembunuhan..
Kemudian dalam Surat Yesaya ayat 5 dijelaskan: Beginilah firman
Allah, Tuhan yang menciptakan langit dan membentangkannya, yang
menghamparkan bumi dengan segala yang tumbuh di atasnya, yang
memberi nafas kepada umat manusia yang mendudukinya dan nyawa
kepada mereka yang hidup di atasnya.
-
7/28/2019 71253385 Makalah Filsafat Hukum Tentang Hukuman Mati
7/14
6
Kesimpulannya dalam Kristen ada ayat (dalam surat Exodus) yang
menyatakan dengan tegas bahwa tidak boleh membunuh. [5]
3. Agama IslamBentuk peraturan dalam ajaran Islam terdiri dari hudud(suatu bentuk
peraturan yang bentuk pelanggaran dan sanksinya sudah di atur
secara pasti dan tazir (suatu bentuk peraturan yang bentuk
pelanggarannya sudah di atur tetapi bentuk sanksinya di serahkan
kepada negara).
Dalam agama Islam dikenal apa yang dinamakan kisas (memberikan
perlakuan yang sama kepada pelaku pidana sebagaimana ia
melakukannya terhadap korbanDasar berlakunya kisas ini adalah
berdasarkan firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah, yakni surat
kedua dari Al-Quran, ayat 178 yang artinya: Hai orang-orang yang
beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-
orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba
dengan hamba dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang
mendapat pemaafan dari saudaranya, hendaklah yang memaafkan
mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah yang diberi maaf
membayar diat kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik
pula. Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu
dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu,
maka baginya siksa yang sangat pedih.. Dalam penjelasannya
diterangkan bahwa diat adalah suatu ganti rugi yang dibayarkan
kepada ahli waris korban. Dalam hukum Islam hukuman mati dapat
diganti dengan pembayaran ganti rugi kepada ahli waris korban
apabila sebelumnya ahli waris korban telah memaafkan pelaku
kejahatan pembunuhan atas apa yang dilakukannya. Selanjutnya
dalam ayat 179 Allah SWT berfirman: Dan dalam kisas itu ada
jaminan kelangsungan hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal,
supaya kamu ber-taqwa.
Dalam Kitab Suci umat Islam ini terdapat surat yang isinya sangat
jelas menunjukan bahwa Islam sejalan dengan teori absolut, yakni
-
7/28/2019 71253385 Makalah Filsafat Hukum Tentang Hukuman Mati
8/14
7
surat Al-Maaidah ayat 45 yang artinya: Dan Kami telah tetapkan
terhadap mereka di dalamnya bahwasanya jiwa dibalas dengan jiwa,
mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi
dengan gigi, dan luka-luka pun ada qishaashnya. Barangsiapa yang
melepaskan hak qishaashnya, maka melepaskan hak itu menjadi
penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara
menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-
orang yang zalim.. Surat ini dan surat-surat sebelumnya menunjukan
bahwa Allah SWT menetapkan bahwa hukuman mati merupakan
hukuman yang setimpal bagi tindak pidana pembunuhan karena
begitu beratnya akibat dari pembunuhan tersebut.
Adapun untuk diberlakukannya kisas terdapat beberapa syarat, yaitu:
a. Pelaku seorang mukalaf, yaitu sudah cukup umur dan berakal.b. Pembunuhan itu dilakukan dengan sengaja.c. Unsur kesengajaan dalam pembunuhan itu tidak diragukan lagi.d. Pelaku pembunuhan tersebut melakukannya atas kesadaran sendiri,
tanpa paksaan dari orang lain.
Kisas tidak dapat diberlakukan apabila pembunuhan yang terjadi
melibatkan pelaku dan korban yang memiliki hubungan keturunan.
Mengenai kisas ini banyak terjadi perbedaan pendapat di antara para
pemuka agama Islam itu sendiri, di antaranya mengenai cara
pelaksanaan kisas. Pendapat pertama mengatakan bahwa kisas hanya
bisa dilakukan dengan pedang atau senjata, terlepas dari pembunuhan
yang telah dilakukan menggunakan pedang atau tidak. Pendapatkedua mengatakan bahwa kisas itu dilakukan sesuai dengan cara dan
alat yang digunakan pembunuh pada saat melakukan pembunuhan.
Namun terdapat kesepakatan di antara ahli agama Islam bahwa
apabila ada alat lain yang dapat lebih cepat menghabisi nyawa
terpidana, maka boleh digunakan, sehingga penderitaan dan rasa sakit
yang dirasakan terpidana tidak terlalu lama.
-
7/28/2019 71253385 Makalah Filsafat Hukum Tentang Hukuman Mati
9/14
8
Bagi penegak hukum dalam negara Islam terdapat prinsip Lebih baik
salah memaafkan dari pada salah menghukum. Prinsip ini
menunjukan bahwa Islam sangat berhati-hati dalam menjatuhkan
hukuman, khususnya hukuman mati. Apabila seseorang mengakui
kesalahan yang telah dilakukannya serta bertaubat dengan sungguh-
sungguh, berdasarkan surat Al-Maidah ayat 34, maka ia akan di
ampuni atas perbuatannya oleh Allah. Penegak hukum Islam juga
berpedoman pada ayat tersebut dalam menegakkan hukum Islam.
Maka apabila seorang pelaku kejahatan menyerahkan diri lalu
mengakui perbuatannya dan bertaubat, hendaknya menjadi suatu
pertimbangan bagi para penegak hukum dalam proses penjatuhan
hukuman. [6]
4. Agama BuddhaDalam agama Budha dikenal apa yang dinamakan dengan Panca-sila.
Panca-sila dalam agama Buddha ini adalah sebagai prinsip dasar bagi
umat Budha dalam pengembangan kepribadian agar dapat
berperikelakuan baik. Aturan pertama dalam Panca-sila adalah
larangan terhadap pencabutan nyawa. Aturan pertama ini yang
dijadikan dasar dalam menentang hukuman mati.
Dalam kitab umat Buddha, Dhammapada, juga terdapat pasal yang
berhubungan dengan hukuman mati yaitu pasal 10 yang menyatakan
Setiap orang takut akan hukuman, setiap orang takut akan kematian,
sebagaimana kamu juga rasakan. Maka janganlah kalian membunuh
atau menyebabkan terjadinya pembunuhan. Setiap orang takut akan
hukuman, setiap orang mencintai kehidupan, sebagaimana kamu juga
rasakan. Maka janganlah kalian membunuh atau menyebabkan
terjadinya pembunuhan.. Selanjutnya dalam pasal terakhir dari
Dhammapada ini, pasal 26, menyatakan Dia Kami sebut brahmin,
barangsiapa yang menanggalkan senjatanya dan menghindari
kekerasan terhadap semua umat. Dia tidak membunuh atau
membantu orang lain untuk membunuh..
-
7/28/2019 71253385 Makalah Filsafat Hukum Tentang Hukuman Mati
10/14
9
Hal ini diinterpretasikan oleh sebagian besar umat Buddha, terutama
umat Buddha di Barat, sebagai suatu dasar dalam menentang
hukuman mati. Namun ada pula interpretasi yang berbeda dengan
interpretasi umat Buddha di Barat tersebut, misalnya Thailand yang
kita ketahui bahwa Buddha sebagai salah satu agama yang resmi
diakui negaranya, tetapi menerapkan hukuman mati. Begitu pula
dengan Sri Lanka, Jepang, Taiwan yang mayoritas warga negaranya
menganut agama Budha, tetap mempertahankan hukuman mati dalam
sistem hukumnya. Teori absolut yang dipandang sebagai alasan
pembenar terkuat dalam penerapan hukuman mati tidak sejalan
dengan ajaran agama Buddha sebagaimana tersirat dalam Panca-sila
dan Dhammapada. Maka tidak heran apabila hampir semua umat
Budha menentang hukuman mati sebagai pembalasan, seperti dalam
ajaran absolut. [7]
Daripolling atau pemungutan suara dan jajak pendapat yang saya lakukan (2
Nopember 2011 - 13.05) , didapat hasil sebagai berikut:
Dari 166 koresponden dengan latar belakang teracak:
137 koresponden setuju dengan adanya hukuman mati di Indonesia. 29 koresponden tidak setuju dengan adanya hukuman mati di
Indonesia[8]
Beberapa koresponden mengatakan bahwa hukuman mati perlu diadakan
terutama bagi pelaku korupsi dan terorisme atau pembunuhan massal
berencana, alasan-alasannya sebagai berikut:
Karena hukuman mati merupakan salah satu efek jera bagi parapelaku kejahatan;
Untuk memberikan efek rasa takut terhadap calon pelaku kriminallainnya;
Hukuman penjara tidak cukup karena setelah bebas bisa korupsi lagi; Jika kasusnya sangat merugikan masyarakat dan negara;
-
7/28/2019 71253385 Makalah Filsafat Hukum Tentang Hukuman Mati
11/14
-
7/28/2019 71253385 Makalah Filsafat Hukum Tentang Hukuman Mati
12/14
11
Bab 3 Penutup
A. Kesimpulan
Sampai saat ini hukuman mati masih berlaku di Indonesia yang salah
satunya sebagaimana termuat di dalam Pasal 36 UU No. 26 Tahun 2000:
Setiap orang yang melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 huruf a, b, c, d, atau e dipidana dengan pidana mati atau pidana
penjara seumur hidup atau pidana penjara paling lama 25 (dua puluh lima)
tahun dan paling singkat 10 (sepuluh) tahun.
Dilihat dari aspek agama, hukuman mati tidak mutlak ditentang.
Begitu juga dalam beberapa hukum adat. Namun demikian, beberapa pihak
tertentu ingin agar hukuman mati berhenti diberlakukan di Indonesia.
Setelah memaparkan beberapa kajian mengenai tentang hukuman mati, dari
segi agama sosial dan adat, maka saya akan mengemukakan beberapa
kesimpulan. Apakah hukuman mati perlu ditidiadakan?
Apabila hukuman mati dihapus dari sistem hukum di Indonesia lalu
digantikan dengan hukuman kurungan penjara dan pemiskinan, jika dikaji
secara filosofis, jika terdakwa yang melakukan kejahatan berskala besar
misalnya terorisme, maka besar kemungkinan ia akan membunuh lebih
banyak lagi. Dengan pertimbangan ini, hukuman mati perlu diberlakukan
agar tidak ada korban yang berjatuhan lagi. Tetapi hukuman mati bisa saja
ditiadakan apabila aparat penegak hukum mampu menjamin untuk
memberantas tuntas seluruh jaringan yang terkait dalam kasus itu.
Kenyataannya, seorang terdakwa bandar narkoba masih bisa
melakukan akses dan menguasai jalur transaksi penjualan narkoba berskala
besar di dalam lapas. Apabila sulit mengawasi oknum lapas yang terlibat,
maka hukuman mati perlu diberlakukan. Hukuman mati bisa ditiadakan
-
7/28/2019 71253385 Makalah Filsafat Hukum Tentang Hukuman Mati
13/14
12
apabila terjamin bahwa tardakwa bandar narkoba tidak bisa berkutik sama
sekali di lapas di mana pegawai lapas benar-benar bertanggung jawab.
Alasan HAM dan otoritas Tuhan mengenai hukuman mati, juga tidak
sepenuhnya benar. Jika membunuh terdakwa sebagai hukuman dikatakan
melanggar HAM, lalu mengapa militer membunuh penjajah tidak dikatakan
melanggar HAM? Padahal keduanya sama-sama membunuh.
Hukuman mati dapat ditiadakan dengan digantikan dengan hukuman
kurungan penjara seumur hidup di mana fasilitas setiap narapidana tidak
dibeda-bedakan. Selain itu harus ada jaminan atau kepastian bahwaterdakwa benar-benar jera dikurung di penjara dan akses narapidana dengan
kasus kriminal berskala besar ke dunia luar benar-benar dijaga ketat,
dibatasi dan diawasi. Setiap penjaga lapas juga harus bertanggung jawab.
Bagi kasus korupsi, pemiskinan atas aset-aset hasil korupsi harus dilakukan
oleh negara. Dengan demikian efek jera benar-benar dapat dirasakan oleh
pelaku dan menjadi bentukpreventifterhadap calon pelaku.
B. Saran
Bagaimanapun juga negara belum tentu bisa menjamin bahwa setiap
aparat penegak hukum dapat bertanggung jawab sepenuhnya atas
kewajibannya. Bagi terdakwa kasus luar biasa yang tidak dihukum mati,
melainkan dihukum penjara beberapa tahun atau seumur hidup. Ada yang
mengatakan penjara seumur hidup membuat negera mengeluarkan biaya
karena narapidana bisa makan gratis seumur hidup. Letak permasalahanbukan di situ. Tetapi selalu saja ada oknum aparat penegak hukum yang
mencari kesempatan. Tujuan agar narapidana yang dikurung penjara agar
jera, malah dengan bekerja sama dengan oknum tertentu, narapidana
tersebut masih tetap bisa melakukan kejahatannya di dalam penjara. Saya
menyayangkan hukuman mati dihapuskan.
-
7/28/2019 71253385 Makalah Filsafat Hukum Tentang Hukuman Mati
14/14
13
Menurut saya, kita tidak perlu menuntut penghapusan hukuman mati
dengan alasan apapun. Hukuman mati tetap perlu diberlakukan, namun
dengan rumusan yang tepat. Kapan, kepada siapa, karena kasus apa, dengan
alasan apa dan sebagainya. Dengan pertimbangan sosiologi hukum yang
matang. Hukuman mati sangat tepat diberlakukan kepada pelaku kriminal
berskala besar dan kepada kepala jaringan kriminal, yang menyebabkan
kerugian materil dan imateril yang berskala besar pula. Namun demikian,
hukum harus tetap menyelidiki dan memberantas setiap orang yang terlibat
di dalamnya. Hukuman mati perlu dihapuskan apabila hukuman mati itu
diberlakukan tanpa alasan yang jelas atau kepada pelaku kriminal berskala
kecil.