71253385 makalah filsafat hukum tentang hukuman mati

Upload: hidayat-bazeher

Post on 03-Apr-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/28/2019 71253385 Makalah Filsafat Hukum Tentang Hukuman Mati

    1/14

    Filsafat Hukum

    Kajian Filsafat Hukum terhadapHukuman Mati dalam Sistem

    Hukum Indonesia

    Oleh:

    I Nyoman Rma Putra Iswara (09133102)

    Hukum

    2011/2012

  • 7/28/2019 71253385 Makalah Filsafat Hukum Tentang Hukuman Mati

    2/14

    1

    Bab I Pendahuluan

    A. Latar BelakangMengingat semakin merajalelanya tindakan kriminal, dari skala kecil

    sampai skala besar, seakan-akan warga negara Indonesia ini begitu tidak

    gentar menghadapi hukum. Pejabat kebal hukum, rakyat bebal hukum. Ya,

    tampaknya seperti itulah karakteristik orang Indonesia.

    Hukum menjadi semacam alat untuk bermain bagi pihak-pihak

    tertentu. Terang saja, tindakan kriminal skala kecil dibesar-besarkan

    sedangkan tindakan kriminal skala besar dikecil-kecilkan.

    Untuk tindakan kriminal skala besar, banyak pihak yang ingin agar

    pelakunya diganjar hukuman mati agar menciptakan efek takut bagi orang

    lain dalam hal ini berarti bernilai preventif. Namun, ada pihak-pihak

    tertentu yang tidak menyetujuinya bersamaan dengan adanya HAM. Ada

    yang mengatakan hukuman mati bukan cara irasional, tidak manusiawi, tidak

    bijaksana, hanya merupakan hak Tuhan. Tetapi ada juga yang mengatakan

    bahwa tindakan ini tegas dan bisa menjaga wibawa negara.

    Dalam kesempatan ini, saya akan mencoba mengulas bagaimanakah

    sebaiknya tentang hukuman mati dikaji dengan dengan filsafat hukum dan

    sistem hukum.

    B. Rumusan Masalah

    Bagaimanakah sebaiknya penerapan hukuman mati dalam sistem

    hukum di Indonesia?

  • 7/28/2019 71253385 Makalah Filsafat Hukum Tentang Hukuman Mati

    3/14

    2

    Bab 2 Pembahasan

    A. Pengertian Filsafat Hukum

    Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan

    pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. [1]

    Berkaitan dengan hukum, beberapa ahli mendefinisikan filsafat hukum

    sebagai berikut:

    Menurut Soetikno:

    Filsafat hukum adalah mencari hakekat dari hukum, dia ingin mengetahui

    apa yang ada di belakang hukum, mencari apa yang tersembunyi di dalam

    hukum, dia menyelidiki kaidah-kaidah hukum sebagai pertimbangan nilai,

    dia memberi penjelasan mengenai nilai, postulat (dasar-dasar) sampai pada

    dasar-dasarnya, ia berusaha untuk mencapai akar-akar dari hukum.

    Menurut Satjipto Raharjo:

    Filsafat hukum mempelajari pertanyaan-pertanyaan dasar dari hukum.

    Pertanyaan tentang hakekat hukum, tentang dasar bagi kekuatan mengikat

    dari hukum, merupakan contoh-contoh pertanyaan yang bersifat mendasar

    itu. Atas dasar yang demikian itu, filsafat hukum bisa menggarap bahan

    hukum, tetapi masing-masing mengambil sudut pemahaman yang berbeda

    sama sekali. Ilmu hukum positif hanya berurusan dengan suatu tata hukum

    tertentu dan mempertanyakan konsistensi logis asa, peraturan, bidang serta

    sistem hukumnya sendiri.

    Menurut Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto:

    Filsafat hukum adalah perenungan dan perumusan nilai-nilai, kecuali itu

    filsafat hukum juga mencakup penyerasian nilai-nilai, misalnya penyelesaian

    antara ketertiban dengan ketenteraman, antara kebendaan dan keakhlakan,

    dan antara kelanggengan atau konservatisme dengan pembaruan.

    _________________________________________________________________________________________

    [1] http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat

  • 7/28/2019 71253385 Makalah Filsafat Hukum Tentang Hukuman Mati

    4/14

    3

    Menurut Lili Rasjidi:

    Filsafat hukum berusaha membuat dunia etis yang menjadi latar belakangyang tidak dapat diraba oleh panca indera sehingga filsafat hukum menjadi

    ilmu normatif, seperti halnya dengan ilmu politik hukum. Filsafat hukum

    berusaha mencari suatu cita hukum yang dapat menjadi dasar hukum dan

    etis bagi berlakunya sistem hukum positif suatu masyarakat (seperti

    grundnorm yang telah digambarkan oleh sarjana hukum bangsa Jerman yang

    menganut aliran-aliran seperti Neo Kantianisme). [2]

    Menurut Darji Darmodiharjo dan Shidarta:

    Ilmu yang mempelajari hukum secara filosofis, jadi objek filsafat hukum

    adalah hukum, dan objek tersebut dikaji secara mendalam sampai pada inti

    atau dasarnya, yang disebut dengan hakekat. [3]

    Secara garis besar filsafat hukum berupa suatu ilmu yang mengkaji

    hukum secara mendalam, penuh kebijaksanaan, berjangka panjang dan

    fleksibel sehingga hukum itu sendiri menjadi selaras (keserasian nilai-nilai)

    dengan karakteristik masyarakat. Kajian filsafat hukum sendiri tentu

    membutuhkan cabang-cabang ilmu lain yang berkaitan dengan hukum,

    seperti: antropologi hukum, sosiologi hukum, psikologi hukum dan

    sebagainya. Dengan demikian kajian filsafat hukum akan mampu mencakup

    semua aspek dalam masyarakat.

    B. Hukuman Mati dalam Sistem Hukum Indonesia

    Pada dasarnya sistem hukum di Indonesia terdiri dari tiga jenis sistem

    hukum. Yaitu hukum Eropa, hukum agama dan hukum adat. Dari ketiganya,

    _________________________________________________________________________________________

    [2] http://kuliahade.wordpress.com/2009/11/22/pengertian-filsafat-hukum-menurut-para-ahli/

    [3]http://www.badilag.net/data/ARTIKEL/Filsafat%20Hukum%20dan%20Perannya%20dalam%2

    0Pembentukan%20Hukum%20di%20Indonesia.pdf

  • 7/28/2019 71253385 Makalah Filsafat Hukum Tentang Hukuman Mati

    5/14

    4

    baik pidana maupun perdata sebagian besar hukum di Indonesia bersistem

    hukum Eropa. Sedangkan sistem hukum agama dan adat biasanya berlaku

    pada urusan perkawinan, kewarisan dan kekerabatan.

    Namun kembali pada salah satu asas berlakunya undang-undang

    yaitu: Undang-undang yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi

    mempunyai derajat yang lebih tinggi, sehingga apabila ada dua macam

    undang-undang yang tidak sederajat mengatur objek yang sama dan saling

    bertentangan, maka hakim harus menerapkan undang-undang yang lebih

    tinggi dan menyatakan bahwa undang-undang yang lebih rendah tidak

    mengikat (lex superior derogat legi inferiori). Ini berarti apabila hukuman

    mati diberlakukan oleh negara, maka hukum adat perda tidak berhak

    menentang. Sebaliknya, jika hukum adat atau perda memberlakukan

    hukuman mati tetapi negara tidak, maka tidak boleh ada hukuman mati.

    Jika ditinjau dari segi hukum agama, faktanya terdapat beberapa

    agama yang mengindikasikan adanya hukuman mati termasuk bagian yang

    tidak mendukungnya. Berikut saya sampaikan indikasi pro dan kontra

    hukuman mati dari berbagai agama:

    1. Agama HinduDi dalam kitab hukum Hindu salah satunya Manawa Dharmastra

    memuat tentang tindakan yang dilarang beserta sanksinya. Beberapa

    ayat memuat hukuman mati untuk bentuk kejahatan tertentu.

    Namun dalam nti Parva (Mahbharta) ada sebuah percakapan

    antara pangeran Satyavan dengan raja Dyumatsena sebagai berikut:

    Pangeran Satyavan: Terkadang kebajikan membuat kita mengetahui

    dosa dan dosa membuat kita mengetahui bentuk kebajikan. Dan tidak

    akan pernah mungkin membinasakan manusia dapat dianggap suatu

    perbuatan yang bijak.

  • 7/28/2019 71253385 Makalah Filsafat Hukum Tentang Hukuman Mati

    6/14

    5

    Raja Dyumatsena: Apabila mengecualikan mereka yang harus

    dibunuh adalah bijak, apabila perampok dikecualikan, Satyavan, maka

    perbedaan antara kebajikan dan perbuatan dosa akan samar.

    Pangeran Satyavan: Tidak dengan membinasakan seorang pelaku

    kejahatan, seorang Raja hendaknya menghukum dia sebagai

    seseorang yang ditakdirkan berdasarkan Kitab. Seorang Raja

    hendaknya tidak berbuat sebaliknya, mengabaikan moral untuk

    merendahkan martabat pelaku kejahatan. Dengan membunuh seorang

    pelanggar, Raja membunuh banyak orang tidak berdosa. Dengan

    membunuh seorang perampok tunggal, istri, ibu, bapa dan anak yang

    bersangkutan semuanya ikut terbunuh. Ketika dirugikan oleh seorang

    pelaku kejahatan, Raja oleh karenanya harus merenungkan persoalan

    penghukuman. Terkadang orang jahat terlihat meniru kebaikan dari

    orang baik. Hal tersebut mencerminkan anak yang baik berasal dari

    keturunan orang jahat. Maka dari itu sebaiknya orang jahat tidak

    dimusnahkan. Pemusnahan seorang jahat tidak sesuai dengan hukum

    keabadian dalam agama Hindu.

    Percakapan ini menjadi landasan bahwa hukuman mati tidak

    diperlukan dalam agama Hindu. [4]

    2. Agama KristenKalangan Kristen dari umat biasa sampai pendeta baik dari Kristen

    Katolik maupun Kristen Protestan memiliki pandangan yang berbeda

    mengenai hukuman mati. Surat Paulus kepada Jemaat di Roma bab

    13 ayat 1-4 tentang keharus-patuhan rakyat terhadap pemerintah

    menjadi landasan berlakunya hukuman mati. Namun bagi kalangan

    Kristen yang menentang, mereka berlandaskan Exodus bab 20 ayat

    13, yang menuliskan: Kamu tidak boleh melakukan pembunuhan..

    Kemudian dalam Surat Yesaya ayat 5 dijelaskan: Beginilah firman

    Allah, Tuhan yang menciptakan langit dan membentangkannya, yang

    menghamparkan bumi dengan segala yang tumbuh di atasnya, yang

    memberi nafas kepada umat manusia yang mendudukinya dan nyawa

    kepada mereka yang hidup di atasnya.

  • 7/28/2019 71253385 Makalah Filsafat Hukum Tentang Hukuman Mati

    7/14

    6

    Kesimpulannya dalam Kristen ada ayat (dalam surat Exodus) yang

    menyatakan dengan tegas bahwa tidak boleh membunuh. [5]

    3. Agama IslamBentuk peraturan dalam ajaran Islam terdiri dari hudud(suatu bentuk

    peraturan yang bentuk pelanggaran dan sanksinya sudah di atur

    secara pasti dan tazir (suatu bentuk peraturan yang bentuk

    pelanggarannya sudah di atur tetapi bentuk sanksinya di serahkan

    kepada negara).

    Dalam agama Islam dikenal apa yang dinamakan kisas (memberikan

    perlakuan yang sama kepada pelaku pidana sebagaimana ia

    melakukannya terhadap korbanDasar berlakunya kisas ini adalah

    berdasarkan firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah, yakni surat

    kedua dari Al-Quran, ayat 178 yang artinya: Hai orang-orang yang

    beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-

    orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba

    dengan hamba dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang

    mendapat pemaafan dari saudaranya, hendaklah yang memaafkan

    mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah yang diberi maaf

    membayar diat kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik

    pula. Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu

    dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu,

    maka baginya siksa yang sangat pedih.. Dalam penjelasannya

    diterangkan bahwa diat adalah suatu ganti rugi yang dibayarkan

    kepada ahli waris korban. Dalam hukum Islam hukuman mati dapat

    diganti dengan pembayaran ganti rugi kepada ahli waris korban

    apabila sebelumnya ahli waris korban telah memaafkan pelaku

    kejahatan pembunuhan atas apa yang dilakukannya. Selanjutnya

    dalam ayat 179 Allah SWT berfirman: Dan dalam kisas itu ada

    jaminan kelangsungan hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal,

    supaya kamu ber-taqwa.

    Dalam Kitab Suci umat Islam ini terdapat surat yang isinya sangat

    jelas menunjukan bahwa Islam sejalan dengan teori absolut, yakni

  • 7/28/2019 71253385 Makalah Filsafat Hukum Tentang Hukuman Mati

    8/14

    7

    surat Al-Maaidah ayat 45 yang artinya: Dan Kami telah tetapkan

    terhadap mereka di dalamnya bahwasanya jiwa dibalas dengan jiwa,

    mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi

    dengan gigi, dan luka-luka pun ada qishaashnya. Barangsiapa yang

    melepaskan hak qishaashnya, maka melepaskan hak itu menjadi

    penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara

    menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-

    orang yang zalim.. Surat ini dan surat-surat sebelumnya menunjukan

    bahwa Allah SWT menetapkan bahwa hukuman mati merupakan

    hukuman yang setimpal bagi tindak pidana pembunuhan karena

    begitu beratnya akibat dari pembunuhan tersebut.

    Adapun untuk diberlakukannya kisas terdapat beberapa syarat, yaitu:

    a. Pelaku seorang mukalaf, yaitu sudah cukup umur dan berakal.b. Pembunuhan itu dilakukan dengan sengaja.c. Unsur kesengajaan dalam pembunuhan itu tidak diragukan lagi.d. Pelaku pembunuhan tersebut melakukannya atas kesadaran sendiri,

    tanpa paksaan dari orang lain.

    Kisas tidak dapat diberlakukan apabila pembunuhan yang terjadi

    melibatkan pelaku dan korban yang memiliki hubungan keturunan.

    Mengenai kisas ini banyak terjadi perbedaan pendapat di antara para

    pemuka agama Islam itu sendiri, di antaranya mengenai cara

    pelaksanaan kisas. Pendapat pertama mengatakan bahwa kisas hanya

    bisa dilakukan dengan pedang atau senjata, terlepas dari pembunuhan

    yang telah dilakukan menggunakan pedang atau tidak. Pendapatkedua mengatakan bahwa kisas itu dilakukan sesuai dengan cara dan

    alat yang digunakan pembunuh pada saat melakukan pembunuhan.

    Namun terdapat kesepakatan di antara ahli agama Islam bahwa

    apabila ada alat lain yang dapat lebih cepat menghabisi nyawa

    terpidana, maka boleh digunakan, sehingga penderitaan dan rasa sakit

    yang dirasakan terpidana tidak terlalu lama.

  • 7/28/2019 71253385 Makalah Filsafat Hukum Tentang Hukuman Mati

    9/14

    8

    Bagi penegak hukum dalam negara Islam terdapat prinsip Lebih baik

    salah memaafkan dari pada salah menghukum. Prinsip ini

    menunjukan bahwa Islam sangat berhati-hati dalam menjatuhkan

    hukuman, khususnya hukuman mati. Apabila seseorang mengakui

    kesalahan yang telah dilakukannya serta bertaubat dengan sungguh-

    sungguh, berdasarkan surat Al-Maidah ayat 34, maka ia akan di

    ampuni atas perbuatannya oleh Allah. Penegak hukum Islam juga

    berpedoman pada ayat tersebut dalam menegakkan hukum Islam.

    Maka apabila seorang pelaku kejahatan menyerahkan diri lalu

    mengakui perbuatannya dan bertaubat, hendaknya menjadi suatu

    pertimbangan bagi para penegak hukum dalam proses penjatuhan

    hukuman. [6]

    4. Agama BuddhaDalam agama Budha dikenal apa yang dinamakan dengan Panca-sila.

    Panca-sila dalam agama Buddha ini adalah sebagai prinsip dasar bagi

    umat Budha dalam pengembangan kepribadian agar dapat

    berperikelakuan baik. Aturan pertama dalam Panca-sila adalah

    larangan terhadap pencabutan nyawa. Aturan pertama ini yang

    dijadikan dasar dalam menentang hukuman mati.

    Dalam kitab umat Buddha, Dhammapada, juga terdapat pasal yang

    berhubungan dengan hukuman mati yaitu pasal 10 yang menyatakan

    Setiap orang takut akan hukuman, setiap orang takut akan kematian,

    sebagaimana kamu juga rasakan. Maka janganlah kalian membunuh

    atau menyebabkan terjadinya pembunuhan. Setiap orang takut akan

    hukuman, setiap orang mencintai kehidupan, sebagaimana kamu juga

    rasakan. Maka janganlah kalian membunuh atau menyebabkan

    terjadinya pembunuhan.. Selanjutnya dalam pasal terakhir dari

    Dhammapada ini, pasal 26, menyatakan Dia Kami sebut brahmin,

    barangsiapa yang menanggalkan senjatanya dan menghindari

    kekerasan terhadap semua umat. Dia tidak membunuh atau

    membantu orang lain untuk membunuh..

  • 7/28/2019 71253385 Makalah Filsafat Hukum Tentang Hukuman Mati

    10/14

    9

    Hal ini diinterpretasikan oleh sebagian besar umat Buddha, terutama

    umat Buddha di Barat, sebagai suatu dasar dalam menentang

    hukuman mati. Namun ada pula interpretasi yang berbeda dengan

    interpretasi umat Buddha di Barat tersebut, misalnya Thailand yang

    kita ketahui bahwa Buddha sebagai salah satu agama yang resmi

    diakui negaranya, tetapi menerapkan hukuman mati. Begitu pula

    dengan Sri Lanka, Jepang, Taiwan yang mayoritas warga negaranya

    menganut agama Budha, tetap mempertahankan hukuman mati dalam

    sistem hukumnya. Teori absolut yang dipandang sebagai alasan

    pembenar terkuat dalam penerapan hukuman mati tidak sejalan

    dengan ajaran agama Buddha sebagaimana tersirat dalam Panca-sila

    dan Dhammapada. Maka tidak heran apabila hampir semua umat

    Budha menentang hukuman mati sebagai pembalasan, seperti dalam

    ajaran absolut. [7]

    Daripolling atau pemungutan suara dan jajak pendapat yang saya lakukan (2

    Nopember 2011 - 13.05) , didapat hasil sebagai berikut:

    Dari 166 koresponden dengan latar belakang teracak:

    137 koresponden setuju dengan adanya hukuman mati di Indonesia. 29 koresponden tidak setuju dengan adanya hukuman mati di

    Indonesia[8]

    Beberapa koresponden mengatakan bahwa hukuman mati perlu diadakan

    terutama bagi pelaku korupsi dan terorisme atau pembunuhan massal

    berencana, alasan-alasannya sebagai berikut:

    Karena hukuman mati merupakan salah satu efek jera bagi parapelaku kejahatan;

    Untuk memberikan efek rasa takut terhadap calon pelaku kriminallainnya;

    Hukuman penjara tidak cukup karena setelah bebas bisa korupsi lagi; Jika kasusnya sangat merugikan masyarakat dan negara;

  • 7/28/2019 71253385 Makalah Filsafat Hukum Tentang Hukuman Mati

    11/14

  • 7/28/2019 71253385 Makalah Filsafat Hukum Tentang Hukuman Mati

    12/14

    11

    Bab 3 Penutup

    A. Kesimpulan

    Sampai saat ini hukuman mati masih berlaku di Indonesia yang salah

    satunya sebagaimana termuat di dalam Pasal 36 UU No. 26 Tahun 2000:

    Setiap orang yang melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 8 huruf a, b, c, d, atau e dipidana dengan pidana mati atau pidana

    penjara seumur hidup atau pidana penjara paling lama 25 (dua puluh lima)

    tahun dan paling singkat 10 (sepuluh) tahun.

    Dilihat dari aspek agama, hukuman mati tidak mutlak ditentang.

    Begitu juga dalam beberapa hukum adat. Namun demikian, beberapa pihak

    tertentu ingin agar hukuman mati berhenti diberlakukan di Indonesia.

    Setelah memaparkan beberapa kajian mengenai tentang hukuman mati, dari

    segi agama sosial dan adat, maka saya akan mengemukakan beberapa

    kesimpulan. Apakah hukuman mati perlu ditidiadakan?

    Apabila hukuman mati dihapus dari sistem hukum di Indonesia lalu

    digantikan dengan hukuman kurungan penjara dan pemiskinan, jika dikaji

    secara filosofis, jika terdakwa yang melakukan kejahatan berskala besar

    misalnya terorisme, maka besar kemungkinan ia akan membunuh lebih

    banyak lagi. Dengan pertimbangan ini, hukuman mati perlu diberlakukan

    agar tidak ada korban yang berjatuhan lagi. Tetapi hukuman mati bisa saja

    ditiadakan apabila aparat penegak hukum mampu menjamin untuk

    memberantas tuntas seluruh jaringan yang terkait dalam kasus itu.

    Kenyataannya, seorang terdakwa bandar narkoba masih bisa

    melakukan akses dan menguasai jalur transaksi penjualan narkoba berskala

    besar di dalam lapas. Apabila sulit mengawasi oknum lapas yang terlibat,

    maka hukuman mati perlu diberlakukan. Hukuman mati bisa ditiadakan

  • 7/28/2019 71253385 Makalah Filsafat Hukum Tentang Hukuman Mati

    13/14

    12

    apabila terjamin bahwa tardakwa bandar narkoba tidak bisa berkutik sama

    sekali di lapas di mana pegawai lapas benar-benar bertanggung jawab.

    Alasan HAM dan otoritas Tuhan mengenai hukuman mati, juga tidak

    sepenuhnya benar. Jika membunuh terdakwa sebagai hukuman dikatakan

    melanggar HAM, lalu mengapa militer membunuh penjajah tidak dikatakan

    melanggar HAM? Padahal keduanya sama-sama membunuh.

    Hukuman mati dapat ditiadakan dengan digantikan dengan hukuman

    kurungan penjara seumur hidup di mana fasilitas setiap narapidana tidak

    dibeda-bedakan. Selain itu harus ada jaminan atau kepastian bahwaterdakwa benar-benar jera dikurung di penjara dan akses narapidana dengan

    kasus kriminal berskala besar ke dunia luar benar-benar dijaga ketat,

    dibatasi dan diawasi. Setiap penjaga lapas juga harus bertanggung jawab.

    Bagi kasus korupsi, pemiskinan atas aset-aset hasil korupsi harus dilakukan

    oleh negara. Dengan demikian efek jera benar-benar dapat dirasakan oleh

    pelaku dan menjadi bentukpreventifterhadap calon pelaku.

    B. Saran

    Bagaimanapun juga negara belum tentu bisa menjamin bahwa setiap

    aparat penegak hukum dapat bertanggung jawab sepenuhnya atas

    kewajibannya. Bagi terdakwa kasus luar biasa yang tidak dihukum mati,

    melainkan dihukum penjara beberapa tahun atau seumur hidup. Ada yang

    mengatakan penjara seumur hidup membuat negera mengeluarkan biaya

    karena narapidana bisa makan gratis seumur hidup. Letak permasalahanbukan di situ. Tetapi selalu saja ada oknum aparat penegak hukum yang

    mencari kesempatan. Tujuan agar narapidana yang dikurung penjara agar

    jera, malah dengan bekerja sama dengan oknum tertentu, narapidana

    tersebut masih tetap bisa melakukan kejahatannya di dalam penjara. Saya

    menyayangkan hukuman mati dihapuskan.

  • 7/28/2019 71253385 Makalah Filsafat Hukum Tentang Hukuman Mati

    14/14

    13

    Menurut saya, kita tidak perlu menuntut penghapusan hukuman mati

    dengan alasan apapun. Hukuman mati tetap perlu diberlakukan, namun

    dengan rumusan yang tepat. Kapan, kepada siapa, karena kasus apa, dengan

    alasan apa dan sebagainya. Dengan pertimbangan sosiologi hukum yang

    matang. Hukuman mati sangat tepat diberlakukan kepada pelaku kriminal

    berskala besar dan kepada kepala jaringan kriminal, yang menyebabkan

    kerugian materil dan imateril yang berskala besar pula. Namun demikian,

    hukum harus tetap menyelidiki dan memberantas setiap orang yang terlibat

    di dalamnya. Hukuman mati perlu dihapuskan apabila hukuman mati itu

    diberlakukan tanpa alasan yang jelas atau kepada pelaku kriminal berskala

    kecil.