3. laporan

Upload: nadyasuwayvia

Post on 04-Nov-2015

274 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

PKL

TRANSCRIPT

3

BAB IPENDAHULUANLatar BelakangAir sungai merupakan substansi penting yang berpengaruh pada kehidupan. Air sungai merupakan aliran air yang besar dan memanjang yang mengalir secara terus menerus dari hulu menuju hilir dan terbentuk secara alami. Aliran air sungai yang terdapat di dalamnya berpotensi membawa mikroorganisme yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Beberapa sungai-sungai di kota besar saat ini banyak yang telah mengalami pencemaran, baik dari segi bilogis, kimiawi ,dan secara fisik.

Begitu pentingnya substansi air bagi makhluk hidup, hal ini seperti yang tertulis dalam Al-Quran surat Az Zumar ayat 21 bahwa :

Artinya : Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu ia menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.Ayat di atas menjelaskan betapa pentingnya air untuk kehidupan di bumi. Air yang sangat berperan dalam kehidupan manusia hingga sedemikian detailnya disebutkan dalam ayat Al Quran. Begitu pentingnya air tidak hanya digunakan manusia untuk kebutuhan sehari-harinya tetapi air juga merupakan salah satu komponen yang terbesar dalam tubuh manusia. Makhluk hidup membutuhkan air sesuai dengan tingkat kebutuhannya masing-masing.Masalah yang nyata dihadapi pada saat ini tentang air adalah pencemaran air. Menurut Muntalib (2012) pencemaran sungai merupakan masalah yang sangat kompleks karena melibatkan banyak faktor. Selain itu terlihat jelas adanya korelasi positif antara aktivitas sehari-hari manusia seperti membuang sampah, pembuangan limbah pabrik dan domestik, dan sebagainya dengan penurunan kualitas air sungai. Menurut UU No. 115 tahun 2003 tentang lingkungan hidup Pasal 1(menyebutkan bahwa kualitas air dapat dilihat dari standart kualitas fisik, kimia, dan mikrobiologi. Kualitas fisik, dalam menentukan kualitas fisik air dilihat dari paameter umum yang meliputi warna bau, rasa, dan kekeruhan. Kualitas kimia dapat dinyatakan kualitas air secara kimia meliputi nilai pH, kandungan senyawa kimia didalam air, kandungan residu atau sisa, misalnya residu peptisida, deterjen, kandungan senyawa toksin atau racun. Kualitas biologis, kualitas biologis biasanya paling banyak digunakan untuk menentukan kualitas perairan melalui parameter mikrobiologinya. Misalnya kehadiran mikroba khusus bakteri coliform, coli tinja ataupun E.coli.Salah satu penyebab terjadinya pencemaran air adalah adanya limbah domestik di dalam perairan yang disebabkan karena aktivitas pemukiman serta kurang sadarnya masyarakat dalam menjaga kebersihan. Menurut (Kholifah, 2013) bagian yang paling berbahaya dari limbah domestik adalah mikroorganisme patogen yang terkandung dalam tinja karena dapat menularkan berbagai macam penyakit apabila masuk ke dalam tubuh manusia.Mikroorganisme yang menjadi parameter dalam kualitas air sungai yang masuk pada golongan air badan air adalah bakteri coliform dan coli tinja. Menurut Muntalif (2012) bakteri coliform dijadikan sebagai bakteri indikator karena tidak pathogen, mudah serta cepat dikenal dalam tes laboratorium serta dapat dikuantifikasikan, jumlahnya dapat dikorelasikan dengan probabilitas adanya bakteri pathogen, serta dapat bertahan lebih lama daripada bakteri pathogen dalam lingkungan yang tidak menguntungkan.Sehubungan dengan keadaan air sungai yang berpotensi mengandung bakteri coliform maupun coli tinja, perlu dilakukan pemeriksaan secara mikrobiologis untuk menghindari adanya pencemaran yang lebih jauh. Penelitian ini melakukan pemeriksaan secara mikrobiologi yang bertujuan untuk mengidentifikasi keberadaan bakteri coliform tersebur di perairan, khususnya pada air sungai kota Surabaya.

Rumusan MasalahRumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

Berapakah hasil uji MPN (Most Probable Number) pada air sungai dari sampel 9078, 9079, dan 9117 dari kota Surabaya ?Bagaimana hasil uji MPN (Most Probable Number) pada air sungai dari sampel 9078, 9079, dan 9117 dari kota Surabaya ?

TujuanTujuan dalam penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui jumlah hasil uji MPN (Most Probable Number) pada air sungai dari sampel 9078, 9079, dan 9117 dari kota Surabaya.Untuk mengetahui hasil uji MPN (Most Probable Number) pada air sungai dari sampel sampel 9078, 9079, dan 9117 dari kota Surabaya.

Batasan MasalahBatasan masalah dalam penelitian ini adalah :

Sampel air yang digunakan adalah sampel air sungai 350 ml.Sampel diperoleh dari air sungai di kota Surabaya.Media yang digunakan adalah media LTB (Lactose Broth) % dan BGLB (Brilliant Green Lactose Broth).Parameter yang digunakan adalah ada tidaknya kekeruhan dan gelembung udara pada tabung reaksi.Lokasi penelitian adalah di Balai Besar Teknik Kesehatan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Surabaya.

ManfaatMemberikan manfaat kepada pembaca tentang hasil uji MPN (Most Probable Number) sampel air sungai kota Surabaya sehingga dapat digunakan untuk sumber referensi penelitian berikutnya.Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pencemaran air sungai sehinga masyarakat mengetahui mana air sungai yang dapat dimanfaatkan untuk konsunsi

Hipotesis

Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah terdapat bakteri coliform dan coliform tinja yang dapat diuji secara kualitatif.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Air2.1.1 Definisi AirAir merupakan zat yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Komposisi tubuh manusia sebagian besar adalah air (cairan), yaitu sekitar 60-70 % (Setiadi, 2007). Karena itu, air memegang peranan yang sangat penting dan tidak tergantikan. Air adalah materi esensial dan tidak disintesakan. UU No.7 tahun 2004 tentang sumber daya air pasal 29 ayat 1 dan 2 menyatakan penyediaan sumber daya air ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akan air sesuai dengan kualitas dan kuantitas.Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan airminum. Adapun persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segikualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologi dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping (Ketentuan Umum Permenkes No.416/Menkes/PER/IX/1990).Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang. Aspek pengamatan dan pelestarian sumber daya air harus ditanam pada segenap pengguna air (Effendi, 2003).Air sungai mempunyai peranan yang sangat strategis dalam kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.Sungai memiliki sifat dinamis, maka dalam pemanfaatannya dapat berpotensi mengurangi nilai manfaat dari sungai itu sendiri dan dampak lainnya dapat membahayakan lingkungan secara luas (Maruru, 2012).2.1.2 Air Sungai dan PeranannyaAir sungai mempunyai peranan yang sangat strategis dalam kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Sungai memiliki sifat dinamis, maka dalam pemanfaatannya dapat berpotensi mengurangi nilai manfaat dari sungai itu sendiri dan dampak lainnya dapat membahayakan lingkungan secara luas (Maruru, 2012).Menurut peraturan pemerintah republik Indonesia nomor 38 tahun 2011 tentang sungai menyebutkan bahwa sejarah telah mencatat bahwa sungai adalah tempat berawalnya peradaban. Sejak dahulu kala sungai telah dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan. Sungai memiliki berbagai fungsi bagi kehidupan manusia dan alam. Fungsi sungai bagi kehidupan manusia sangat banyak dan penting, antara lain pemanfaatan sungai untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, sanitasi lingkungan, pertanian, industri, pariwisata, olah raga, pertahanan, perikanan, pembangkit tenaga listrik, transportasi, dan sebagainya. Demikian pula fungsinya bagi alam sebagai pendukung utama kehidupan flora dan fauna sangat menentukan. Kondisi ini perlu dijaga jangan sampai menurun. Oleh karena itu sungai perlu dipelihara agar dapat menjalankan fungsinya secara baik dan berkelanjutan.Sungai merupakan jalan air alami, mengalir menuju samudera, danau, laut, atau ke sungai yang lain. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air, sungai dikelompokan menjadi 4 kelas yaitu (Rahayu, 2012) :Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, dan air untuk mengairi pertanaman.Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman.Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman.

2.1.3 Pencemaran AirMenurut Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001, pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang membahayakan yang mengakibatkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Mukono, 2006).

Air sungai yang ada saat ini banyak yang telah terindikasi dalam kualitas yang tercemar. Hal ini disebutkan pada peraturan pemerintah republik Indonesia nomor 38 tahun 2011 tentang sungai saat ini karena pertambahan jumlah penduduk yang pesat, kecenderungan pemanfaatan lahan di sekitar sungai semakin didesak oleh kepentingan manusia. Khususnya di wilayah perkotaan, banyak sungai mengalami penurunan fungsi, penyempitan, pendangkalan dan pencemaran. Fungsi sungai telah berubah menjadi tempat pembuangan air limbah dan sampah sehingga tercemar, dangkal dan rawan terhadap banjir serta masalah lingkungan lainnya. Untuk kepentingan masa depan kecenderungan tersebut perlu dikendalikan dan dihentikan agar dapat dicapai keadaan yang harmonis dan lestari antara kehidupan manusia dan fungsi sungai (Supangat, 2008).Banyak aliran sungai di Indonesia yang telah tercemar dan tidak layak lagi dikonsumsi untuk berbagai kebutuhan bahkan air sungai dari dalam kawasan hutan pun disinyalir telah banyak terkontaminasi zat pencemar. Kondisi kualitas air sungai yang berasal dari kawasan hutan sangat erat kaitannya dengan kondisi penggunaan lahan yang ada serta pengaruhnya terhadap kualitas air sungai. Penggunaan lahan yang kurang memperhatikan kelestarian dan kesehatan air sungai dapat meningkatkan kandungan polutan ke dalam badan air sungai (Supangat, 2008).Salah satu hal yang dapat menyebabkan penurunan kualitas air sungai adalah adanya limbah rumah tangga yang dibuang ke sungai. Masyarakat banyak yang tidak sadar dalam menjaga sungai agar tetap bersih dan indah. Menurut Khotimah (2012) aktivitas penduduk yang semakin meningkat di sepanjang aliran sungai seperti bertambahnya pemukiman penduduk, keberadaan pasar, rumah sakit dan lain-lain, yang umumnya membuang limbah di perairan sungai tersebut juga telah mempengaruhi kualitas air sungai.Menurut Mukono (2006) beberapa faktor yang mempengaruhi pencemaran air, meliputi:Mikroorganisme: air yang tercemar umumnya mempunyai kadar bahan organik yang tinggi sehingga pada umumnya banyak mengandung mikroorganisme heterotropik yang akan menggunakan bahan organik tersebut untuk metabolisme, misalnya bakteri coliform.Curah Hujan : curah hujan yang cukup tinggi sepanjang musim dapat lebih mengencerkan air yang tercemar.Kecepatan Aliran air (Stream Flow): bila suatu badan air memiliki aliran yang cepat, maka keadaan itu dapat memperkecil kemungkinan timbulnya pencemaran air karena bahan polutan dalam air akan lebih cepat terdispersi.Kualitas Tanah: kualitas tanah (pasir atau lempung) juga mempengaruhi pencemaran air, ini berkaitan dengan pencemaran tanah yang terjadi di dekat sumber air.

2.2 Syarat dan Kualitas Air BersihBerdasarkan Permenkes RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum menyebutkan bahwa secara mikrobiologi air minum tersebut harus memenuhi persyaratan parameter wajib yang telah ditetapkan. Parameter wajib tersebut meliputi bakteri indikator sanitasi yaitu E.coli dengan jumlah per 100 ml sampel kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 0 (nol), dan Total bakteri coliform dengan jumlah per 100 ml sampel kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 0 (nol).Status kualitas air adalah tingkat kondisi kualitas air yang menunjukkan kondisi cemar atau kondisi baik pada suatu sumber air dalam waktu tertentu dengan membandingkan dengan baku mutu air yang ditetapkan (Daud,2011). Kualitas air permukaan dapat ditentukan dengan menggunakan kombinasi parameter fisik, kimia dan biologis.Menurut Retno (2012) kualitas air bersih sangat erat kaitannya dengan kualitas air bakunya. Umumnya air baku dari air sumber (air tanah) kualitasnya sudah cukup baik sehingga tidak sulit menjadikannya air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan. Pada sisi lain air bersih dalam jumlah banyak harus mengambil dari sumber air yang besar pula. Ini sering terjadi di kota besar dan akhirnya memilih air sungai yang ada di dekatnya sebagai sumber air baku. Kualitas air sungai sebagai air permukaan jelas berbeda dengan air sumber dan air tanah dalam sehingga perlu proses yang lebih banyak. Pada awalnya proses itu pun tidak begitu berat karena air sungai hanya terkait dengan limbah rumah tangga yang jumlahnya pun terbatas sehingga proses penjernihannya pun relatif sederhana .Kualitas air bersih apabila ditinjau berdasarkan kandungan bakterinya menurut SK. Dirjen PPM dan PLP No. 1/PO.03.04.PA.91 dan SK JUKLAK Pedoman Kualitas Air Tahun 2000/2001, dapat dibedakan ke dalam 5 kategori sebagai berikut. Air bersih kelas A ketegori baik mengandung total Coliform kurang dari 50Air bersih kelas B kategori kurang baik mengandung Coliform 51-100 Air bersih kelas C kategori jelek mengandung Coliform 101-1000Air bersih kelas D kategori amat jelek mengandung Coliform 1001-2400Air bersih kelas E kategori sangat amat jelek mengandung Coliform lebih 2400.

Kualitas air adalah kondisi kualitatif air yang diukur dan atau diuji berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 KepMenLH Nomor : 115 Tahun 2003). Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter kualitas air. Parameter ini meliputi parameter fisik, kimia, dan mikrobiologis (Rahayu, 2012).2.3 Parameter Bakteri Indikator Sanitasi2.3.1 Bakteri ColiformColiform merupakan mikroba yang paling sering ditemukan di badan air yang telah tercemar. Hal ini dikarenakan sekitar 90% bakteri coliform dikeluarkan dari dalam tubuh setiap hari dan bakteri yang paling dominan ditemukan adalah Escherichia coli. Sehingga pencemaran limbah domestik dapat dideteksi dengan cara menghitung kepadatan coliform yang terbawa oleh tinja manusia dan masuk ke dalam perairan (Khotimah, 2013). Bakteri coliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup didalam saluran pencernaan manusia. Bakteri coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik lain. Lebih tepatnya, bakteri coliform fekal adalah bakteri indikator adanya pencemaran bakteri patogen. Penentuan coliform fekal menjadi indikator pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri patogen. Selain itu, mendeteksi coliform jauh lebih murah, cepat, dan sederhana daripada mendeteksi bakteri patogenik lain. Contoh bakteri coliform adalah, Escherichia coli dan Enterobacter aerogenes. Jadi, coliform adalah indikator kualitas air. Makin sedikit kandungan coliform, artinya, kualitas air semakin baik (Mukono, 2006) :Beberapa sifat bakteri coliform dapat diketahui sebagai :Mampu tumbuh baik pada beberapa jenis substrat dan dapat mempergunakan berbagai jenis karbohidrat dan komponen organik lain sebagai sumber energi dan beberapa komponen nitrogen sederhana sebagai sumber nitrogen.Mempunyai interval suhu pertumbuhan antara 10-46,50C Mampu menghasilkan asam dan gas gulaDapat menghilangkan rasa pada bahan pangan

Bakteri kelompok coliform meliputi semua bakteri berbentuk batang, gram negatif, tidak membentuk spora dan dapat memfermentasi laktosa dengan memproduksi gas dan asam pada suhu 370C dalam waktu kurang dari 48 jam. Adapun bakteri E.Coli selain memiliki karakteristik seperti bakteri coliform pada umumnya juga dapat menghasilkan senyawa indole didalam air pepton yang mengandung asam amino triptofan, serta tidak dapat menggunakan natrium sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon.2.2.2 Coli TinjaBakteri fecal coliform adalah bakteri yang ditemukan dalam tinja. Coliform tinja adalah subset dari kelompok yang lebih besar dari organisme yang dikenal sebagai bakteri coliform. Bakteri coliform dijelaskan dalam Metode Standar untuk Pemeriksaan Air dan Air Limbah, edisi 19, sebagai anaerob fakultatif (organisme yang mampu bertahan tanpa adanya oksigen), gram negatif, bakteri pembentuk spora, berbentuk batang yang laktosa fermentasi ( sejenis gula), menghasilkan gas dan asam dalam waktu 48 jam ketika dikultur pada 35oC. Kurangnya kemampuan mereka untuk membentuk spora membuat mereka lebih rentan terhadap kerusakan oleh kondisi lingkungan. Apabila suatu air yang mengandung coli tinja berarti air tersebut tercemar tinja. Tinja dari penderita sangat potensial menularkan penyakit yang berhubungan dengan air.Beberapa patogen yang telah dikenal sejak beberapa dekade lalu adalah giardia lamblia (giardiasis), cryptosporidium (cryptosporidiosis), hepatitis A (penyakit terkait hati), dan helminthes (cacing parasit). Bakteri Coliform dapat digunakan sebagai indikator karena densitasnya berbanding lurus dengan tingkat pencemaran air. Bakteri ini dapat mendeteksi patogen pada air seperti virus, protozoa, dan parasit. Selain itu, bakteri ini juga memiliki daya tahan yang lebih tinggi dari pada patogen serta lebih mudah diisolasi dan ditumbuhkan (Hidayati, 2006).Sementara itu, fecal coliform dan E. coli terindikasi kuat diakibatkan oleh pencemaran tinja, keduanya memiliki risiko lebih besar menjadi patogen di dalam air. Bakteri fecal coliform atau E. coli yang mencemari air memiliki risiko yang langsung dapat dirasakan oleh manusia yang mengonsumsinya. Kondisi seperti ini mengharuskan pemerintah bertindak melalui penyuluhan kesehatan, investigasi, dan memberikan solusi untuk mencegah penyebaran penyakit yang ditularkan melalui air (Zuhri, 2009).2.4 Metode Pemeriksaan Kualitas Air BersihAnalisis kualitas air dapat dilakukan di laboratorium maupun secara sederhana. Pemerikasaan di laboratorium akan menghasilkan data yang lengkap dan bersifat kuantitatif, sedangkan pemeriksaan sederhana hanya bersifat kualitatif. Pemeriksaan sederhana mempunyai keuntungan karena murah dan mudah sehingga setiap orang dapat melakukannya tanpa memerlukan bahan-bahan yang mahal (Hidayati, 2006).MPN (Most Probable Number) merupakan metode penentuan jumlah bakteri yangtumbuh pada pengenceran beberapa seri tabung dengan tabel MPN (Most Probable Number) coliform. Metode MPN (Most Probable Number) inilebih baik bila dibandingkan dengan metode hitung cawan, karena lebih sensitif dan dapatmendeteksi coliform dalam jumlah yang sangat rendah di dalam sampel pangan (Fardiaz, 1989).Metode MPN menggunakan medium cair didalam tabung reaksi. Perhitungan MPN berdasarkan pada jumlah tabung reaksi yang positif, yakni yang ditumbuhi oleh mikroba setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat dengan mengamati tumbuhnya kekeruhan atau terbetuknya gas didalam tabung kecil (durham) yang diletakkan pada posisi terbalik yaitu dengan jasad renik yang membentuk gas. Untuk setiap pengenceran pada umumnya dengan menggunkan tiga atau lima seri tabung. Lebih banyak tabung yang digunakan menunjukkan ketelitian yang lebih tinggi. Tetapi alat gelas (tabung reaksi) yang digunakan juga lebih banyak.Menurut Standard Methode 22ND Ed 2012 (9221 B) bahwa prinsip pemeriksaan total coliform adalah bakteri coliform berbentuk batang, bersifat aerob atau fakultatif aerob,tak membentuk spora, bersifat gram negatif dan dapat meragikan laktose serta membetuk gas dalam waktu 24 2 jam, dan jika belum ada pertumbuhan, dilanjutkan sampai 48 3 jam pada suhu 35 0,5 oC.Metode MPN biasanya dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba dalam berbentuk cair, meskipun dapat pula digunakan untuk contoh berbentuk padat dengan terlebih dahulu (Fardiaz, 1993). Misalnya digunakan medium kaldu laktosa, diunjukkan dengan terbentukknya dalam tabung durham.Cara ini dapat digunakan untuk menentukan MPN kelompok bakteri Coliform, termasuk juga bakteri-bakteri yang dapat menfermentasikan laktosa (Halauddin, 2012).

2.5 Teknik SamplingPengambilan sampel yang telah direncanakan dengan baik akan mendukung pelaksanaan yang optimal. Dengan demikian pengambilan sampel merupakan tahap awal yang dilakukan dalam penentuan kualitas air, yang akan menentukan hasil pekerjaan pada berikutnya. Secara garis besar prosedur pengambilan sampel terdiri dari perencanaan, persiapan, pelaksanaan pengambilan sampel serta Quality Asurance (QA) dan Quality Control (QC) pengambilan sampel (Effendi,2003).Untuk mendapatkan sampel yang homogen dilakukan pengambilan sampel yang representatif, yaitu sampel yang dapat mewakili pada daerah purposif sekitarnya. Dengan pengambilan sampel yang representatif data hasil pengujian dapat menggambarkan kualitas lingkungan yang mendekati kondisi sesungguhnya. Pengambilan sampel merupakan bagian dari penelitian yang sangat penting, karena sampel merupakan cerminan dan populasi yang ada. Metode pengambilan sampel menggunakan metode purposif sampling yaitu sampel dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu (Anwar, 2007).Langkah awal dalam pelaksanaan pengambilan sampel adalah menentukan lokasi pengambilan sampel pada sungai dengan mengetahui keadaan geografi sungai dan aktivitas di sekitar daerah aliran sungai. Lokasi pengambilan sampel meliputi Anwar (2007) :Daerah hulu atau sumber air alamiah, yaitu pada lokasi yang belum atau sedikit terjadi pencemaran, atau terkontaminasi sumber pencemar.Sumber air tercemar, yaitu pada lokasi yang mengalami perubahan/penurunan kualitas air yang diakibatkan oleh aktivitas industri, pertanian, domestik, dan sebagainya (sumber pencemar).Sumber air yang dimanfaatkan, yaitu lokasi tempat penyadapan/pemanfaatan badan air untuk aktivitas industri, pertanian, perikanan, dan lain-lain.Lokasi masuknya air ke waduk atau danau, dengan tujuan untuk mengetahui kualitas air pada badan air secara keseluruhan.

BAB IIIMETODE PENELITIAN3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini termasik dalam penelitian analisis deskriptif, dimana hasil uji laboratorik dibandingkan dengan tabel baku mutu air.3.2 Populasi dan Sampel Jenis sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah air sungai yang berasal dari beberapa sungai Kota Surabaya, Jawa Timur3.3 Waktu dan TempatPenelitian ini dilaksanakan pada tanggal 23 Juli 23 Agustus 2014. Penelitian dilaksanakan Di Laboratorium Instansi Mikrobiologi, Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan Kesehatan dan Pengendalian Penyakit Surabaya, jalan Sidoluhur no 12, Surabaya.Prinsip KerjaBerdasarkan Standard Methode 22ND Ed 2012 (9221 B) standart pemeriksaan MPN total coliform adalah bakteri coliform berbentuk batang, bersifat aerob atau fakultatif aerob,tak membentuk spora, bersifat gram negatif dan dapat meragikan laktose serta membetuk gas dalam waktu 24 2 jam, dan jika belum ada pertumbuhan dilanjutkan sampai 48 3 jam pada suhu 35 0,5 oC

. 3.5 Alat dan Bahan3.5.1 AlatBerdasarkan Standard Methode 22ND Ed 2012 (9221 B), alat yang digunakan adalah :Pipet 10ml/ pipet ukur 10ml5 buahPipet 1 ml / pipet ukur 1 ml5 buahPipet 01 ml / pipet ukur 1 ml5 buahLampu bunsen1 buahOse1 buahRak tabung reaksi5 buahBulb (karet penghisap)1 buahInkubator 44oC-45oC1 buahTabung durham15 buahTabung reaksi15 buah

3.5.2 BahanBerdasarkan Standard Methode 22ND Ed 2012 (9221 B), bahan yang digunakan adalah :Sampel air sungai dari Surabaya kota 250 mlBuffer phosphat 36 mlMedia LTB atau (Lauryl triptose broth singgle strength) 1 literMedia BGLB (brilliant green lactose broth) 0,5 l

3.6 Langkah KerjaBerdasarkan Standard Methode 22ND Ed 2012 (9221 B), langkah kerja yang dilakukan adalah :Uji Praduga ( Presumtif Test )

Disiapkan 15 tabung Lauryl triptose broth singgle strength ( 35,6 gr/lt - isi @10 ml ) siapkan pula air pengencer buffer phospat sebanyak 4 tabung ( isi @ 9 ml ). Dikocok contoh uji hingga homogen ke dalam tabung pengencerm I tambahkan 10 ml contoh, kocok sampai homogen maka diperoleh pengenceran 10-1. Ditambahkan ke dalam tabung air pengencer ke II 10 ml contoh dari pengenceran 10-1 dikocok sampai homogen maka diperoleh pengenceran contoh uji 10-2 Dilakukan pengenceran pada contoh uji hingga didapat pengenceran 10-3 dan 10-4 atau dibuat sesuai pengenceran yang dikehendaki. Diinokulasikan ke dalam 5 tabung Lauryl triptose broth single strength masing- masing dengan 1 ml contoh dari pengenceran 10-2 ke dalam 5 tabung Lauryl triptose broth single strength masing- masing diinokulasi dengan 1 ml contoh dari pengenceran 10-3 dan ke dalam 5 tabung Lauryl triptose broth single strength yang lain masing- masing diinokulasi dengan 1 ml contoh dari pengenceran 10-4.Diinkubasi semua tabung Lauryl triptose broth single strength Lauryl triptose broth pada suhu 35 0,5 oC selama 48 3 jam.

Uji Penegasan ( Confirmasi Test )Dikocok dan diambil masing masing 1 ose dari setiap tabung yang menunjukkan gas positip pada uji presumtif, Diinokulasikan pada tabung BGLB, lalu diinkubasi pada suhu 35 0,5 oC selama 48 3 hari Dicatat jumlah tabung BGLB yang positip gas dan hasilnya dirujuk ke tabel MPN Angka yang diperoleh dari tabel menunjukan MPN Coliform per 100 ml contoh uji3.7 Analisis DataAnalisis kualitas air akan kehadiran bakteri Coliform dari uji penduga dilakukan berdasarkan metode standar dari APHA (American Public Health Association, 1989) dan Standar Methods for the Examination of Water and Wastewater, 14th edition. American Water Works Asssociation, Water Polution Control Federation, Washington, D.C., 1975 dibandingkan dengan tabel MPN/JT (Cappuccino dan Sherman., 1987). Tabel tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah bakteri Coliform dalam 100 ml sampel air). Pembacaan hasil uji dilihat dari beberapa tabung uji yang menghasilkan gas dan asam (5 seri pertama, kedua, dan ketiga), hasil yang positif asam dan gas dibandingkan dengan tabel MPN/JT. Data dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif . Data dari hasil uji sampel air setelah dianalisis di Laboratorium , akan dibandingkan dengan Permenkes No 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air.

1 ml

1 mlSKEMA PEMERIKSAAN MPN TOTAL COLIFORM1 ml1 ml

Sampel

1 ml 1 ml1 ml

Diinkubasi 35 0C selama 48 jam

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Data Hasil PengamatanTglNo LabTahap UjiMPN

PresumtifKonfirmasi

LTB (350C)BGLB (350C)EC Broth (440C)Coliform Fecal Coli

5x10 ml5x1 ml5x0,1 ml5x10 ml5x1 ml5x0,1 ml5x10 ml5x1 ml5x0,1 ml

26 Juni 201490782102102106,8x103 CFU/ml6,8x103 CFU/ml

90795555555551600x103 CFU/ml1600x103 CFU/ml

911751051040033 x 103 CFU/ml13x 103 CFU/ml

4.2 PembahasanBerdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa sampel yang digunakan adalah air sungai yang diperoleh dari kota Surabaya. Air sungai termasuk dalam pengujian air badan air (ABA). Pengujian terdiri dari dua tahapan yaitu uji presumtif pada media LTB atau LTB (Lactose Broth) dan diinkubasi selama 48 jam dengan suhu 350C dan tahapan berikutnya adalah uji konfirmasi pada media BGLB atau EC pada inkubasi selama 24 jam dengan suhu 350C untuk media BGLB dan 440C untuk media EC. Menurut Suryadi (2008) dalam pemeriksaan bakteri coliform dilakukan dengan nilai uji terdekat, yaitu melalui uji prakiraan dan uji konfirmasi. Uji konfirmasi dilakukan dengan meyakinkan keberadaan uji coliform karena pada uji prakiraan hasil yang positif tidak selalu disebabkan oleh adanya bakteri coliform. Hasil uji positif dapat juga disebabkan oleh bakteri lain yang dapat memfermentasi laktosa yang disertai dengan pembentukan gas dan asam atau dikarenakan oleh bakteri-bakteri yang bersifat sinergis sehingga dapat menguraikan karbohidrat. Tahapan pengujian kualitas air secara mikrobiologis, hal pertama yang dilakukan adalah mengambil sampel dari lokasi yaitu di beberapa titik pada air sungai kota Surabaya. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan botol kaca steril yang berwarna gelap. Botol kaca tersebut dapat menampung sampel sebanyak 200-500 ml sampel. Sampel yang telah dimasukkan ke dalam botol sampel, selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk diuji kualitas mikrobiologisnya. Tahapan selanjutnya adalah pengujian tahap presumtif dan konfirmasi.Metode yang digunakan dalam pengujian air sungai ini adalah menggunakan 15 tabung dengan pengenceran. Pengenceran yang digunakan dalam pengujian ini adalah 10-2, 10-3, dan 10-4. Berdasarkan Standard Methode 22ND Ed 2012 (9221 B) pada pemeriksaan air secara mikrobiologi pengujian MPN coliform terdapat dua tahap pengujian yaitu uji presumtif dan uji konfirmasi. Uji presumtif digunakan media LTB dan hasil penanaman sampel air sungai diinkubasi selama 24 jam, tahapan kedua adalah uji konfirmasi yang menggukan media BGLB dan EC dengan inkubasi selama 48 jam dengan suhu 440C.Tabung reaksi yang berisi media LTB dikatakan positif mengandung bakteri coliform adalah apabila dalam tabung durham tersebut mengeluarkan gelembung gas. Gas yang berada di dalam tabung durham tersebut adalah hasil metabolisme bakteri yang berada di dalam media karena lenguraikan laktosa. Tabung LTB yang positif kemudian diinokulasikan ke dalam media baru yaitu BGLB dan EC yang kemudian dilakukan uji lanjut.Metode 15 tabung memisahkan tiap 5 tabung dengan jumlah sampel yang dimasukkan ke dalam media juga berbeda, yaitu 10 ml sampel untuk tabung 10-1 , 1 ml untuk 10 -2, dan 0,1 ml untuk 10-3. Bahan yang digunakan sebagai media pengencer adalah buffer phosphat 10 ml. Mula-mula diambil 1 ml sampel kemudian di pindahkan ke dalam 9 ml buffer phosphat (10-1), kemudian dari pengencer pertama tersebut dipindahkan ke pengencer berikutnya (10-2), dari pengencer kedua maka sampel dipindahkan pada media LTB sebanyak 1 ml. Dari sampel dalam buffer phosphat kedua tersebut lalu dipindahkan lagi ke pengenceran berikutnya (10-3) dan dipindahkan ke media LB. Sampel dari pengencer ketiga kemudian dipindahkan ke media LTB (10-4).Hasil pengujian pada tahap media LTB sampel air sungai kode 9078 menunjukkan bahwa nilai tabung yang positif pada uji presumtif dan konfirmasi adalah 2 1 0 sehingga pada standart pengukuran dapat diketahui nilai MPN Coliform dan total bakteri fecal coli (coli tinja) adalah 6,8x103 CFU/ml. sedangkan pada sampel 9079 memiliki nilai uji presumtif dan konfirmasi yang menunjukkan positif dengan nilai tabung 5 5 5. Hal tersebut dimasukkan dalam nilai MPN pada bakteri coliform adalah 1600x103 CFU/ml dan fecal coli sebesar 1600x103 CFU/ml. Sedangkan pada sampel 9117 hasil pada uji presumtif dan konfirmasi adalah 5 1 0 dan nilai coliformnya adalah 33 x 103 CFU/ml sedangkan coliform tinja adalah 13 x 103 CFU/ml.Uji presumtif dilakukan dengan menggunakan media LTB. Media ini merupakan media pengkaya yaitu yang mengkondisikan coliform agar dapat menyesuaikan dengan lingkungannya. Menurut Merta (2013) Lactose broth dibuat dengan komposisi ekstrak beef , pepton dan laktosa. Pepton dan ekstrak beef menyediakan nutrien esensial untuk memetabolisme bakteri. Laktosa menyediakan sumber karbohidrat yang dapat difermentasi untuk organisme koliform.Menurut Suryadi (2008) bahwa bakteri coliform adalah golongan bakteri yang merupakan campuran antara bakteri fekal dengan bakteri non fekal. Untuk pengujian dan penghitungan bakteri coliform ini digunakan media Brilliant Green Lactose Bile Broth 2% (BGLB). Prinsip penentuan angka bakteri coliform adalah bahwa adanya pertumbuhan bakteri coliform yang ditandai dengan terbentuknya gas pada tabung durham, setelah diinkubasikan pada media yang sesuai.Pemeriksaan bakteri coliform dan coli tinja pada tahap konfirmasi menggunakan media BGLB dan EC serta diinkubasi selama 1x 48 jam. Media BGLB menurut Suryadi (2008) bahwa dalam uji konfirmasi digunakan media selektif yaitu media BGLB yang mengandung garam empedu yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif yang tidak hidup dalam saluran pencernaan manusia dan mengandung brillian yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram negatif tertentu selain coliform. Hasil pengamatan pada tabung yang positif pada uji konfirmasi ditunjukkan pada gelembung gas yang terdapat pada tabung durham. Menurut Effendi (2003) Indikator yang digunakan dalam melakukan pengamatan ini adalah dengan melihat perubahan warna yaitu menjadi kuning, ada gelembung dalam tabung durham dan gas pada tabung reaksi, hal ini terjadi karena mikroba (bakteri coliform) yang tumbuh mampu memfermentasikan laktosa menjadi asam dan gas. Gelembung gas menunjukan adanya metabolisme pada bakteri tersebut. Menurut Rahayu (2012) bakteri koliform memiliki kemampuan memfermentasi laktosa dan menghasilkan gas CO2 pada pada suhu 35-37oC selama 24 jam.Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, untuk uji konfirmasi bakteri coliform tinja media yang digunakan adalah media EC broth. Dalam hal ini, bakteri coliform tinja yang ditumbuhkan yaitu Ecsherischia coli. Menurut Effendi (2003) media EC digunakan untuk mendeteksi coliform selama pemeriksaan bakteriologi air, susu dan makanan. Media ini juga digunakan dalam metode MPN dan sering digunakan untuk konfirmasi coliform. Prosedur menggunakan medium EC menyediakan informasi mengenai sumber dari kelompok coliform (fecal atau non-fecal) yang digunakan sebagai uji konfirmasi.Berdasarkan parameter pemeriksaan pada PP No 82 Tahun 2001, batas pemeriksaan untuk kualitas air sungai (air badan air) dibagi menjadi 4 kelas tingkatan. Tingkatan kelas I merupakan air yang tingkatannya yang dapat digunakanuntuk air baku untuk minum dan sejenisnya, kelas II air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, dan air untuk mengairi pertanaman, kelas III air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan kelas IV air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman.Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan, hingga uji konfirmasi nilai MPN tabung yang telah dicocokkan dengan tabel MPN menunjukkan bahwa jumlah total bakteri Coliformnya adalah 6,8x103 CFU/ml pada sampel 9078, 1600x103 CFU/ml sampel 9079, dan 33 x 103 CFU/ml pada sampel 9117. Sedangkan nilai total bakteri coliform tinjanya adalah 6,8x103 CFU/ml sampel 9078, 1600x103 CFU/ml pada sampel 9079, dan 13 x 103 CFU/ml pada sampel 9117.Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada sampel 9078 berdasarkan parameter yang ditentukan, termasuk pada air badan air kelas III, hal ini karena batas jumlah bakteri coliform pada sampel tersebut telah melebihi kualitas air badan air kelas II adalah 6,8 x 103 CFU/ml. Artinya air tersebut sudah melebihi dari batas kelas II sehingga dapat dimasukkan dalam kategori air badan air kelas III, dan menurut Rahayu (2012) air tersebut bisa digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, dan air tersebut dapat digunakan untuk mengairi pertanaman. Sampel 9079 berdasarkan pemeriksaan bakteri coliformnya 1600x103 CFU/ml dan bakteri coliform tinja 1600x103 CFU/ml. Hasil tersebut apabila dibandingkan dengan baku mutu kualitas air sungai (air badan air) menunjukkan hasil berada pada ABA kelas 4, hal ini karena pada sampel air sungai ini jumlah bakteri coliform dan coli tinja sudah melebihi total coliform 10 x103 CFU/ml dan coli tinja lebih dari 2 x 103 CFU/ml. Menurut Rahayu (2012) air sungai kelas IV merupakan air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman.Pemeriksaan sampel 9117 menunjukkan total bakteri coliform 33 x 103CFU/ml dan coliform tinja sebesar 13 x 103 CFU/ml. Jumlah bakteri coliform dan coli tinja pada sampel air sungai tersebut kemudian dibandingkan dengan baku mutu air , hasil pengamatan menunjukkan bakwa pada sampel air tersebut sudah melampaui batas standar air kelas III. Sehingga, air pada sampel tersebut dapat dikelompokkan pada air badan air kelas IV, dimana air ini dapat digunakan untuk mengairi pertanaman saja.Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa sampel 9078 tergolong air badan air kelas III sedangkan sampel air 9079 dan 9117 sudah tergolong air badan air kelas IV. Hal ini dimungkinkan karena banyak aktivitas penduduk yang masih berperilaku buruk terhadap air sungai misalnya membuang sampah, limbah rumah tangga dan limbah pabrik yang belum diolah ke dalam sungai.Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, bakteri yang digunakan dalam parameter adalah coliform dan coliform tinja. Menurut Mukono (2006) kehadiran bakteri coliform dan coli tinja pada air sungai dapat digunakan sebagai indikator pencemaran suatu pencemaran air sungai. Hal ini karena bakteri coliform merupakan bakteri yang hidup pada saluran pencernaan hewan berdarah hangat termasuk manusia dan keluar ke lingkungan melalui feses. Pada umumnya coliform bukan mikroba patogen, namun keberadaannya pada air dan pangan menunjukkan kemungkinan terdapatnya bakteri patogen yang berasal dari saluran pencernaan. Keberadaan bakteri coliform tinja, dalam hal ini khususnya Escherischia coli menjadi parameter adanya bakteri patogen. Menurut Rahayu (2012) bakteri golongan Coli (Coliform bakteri) tidak merupakan bakteri patogen, tetapi bakteri ini merupakan indikator dari pencemaran air oleh bakteri patogen. Selain itu, walaupun kebanyakan strain Escherichia coli tidak menyebabkan penyakit, namun terdapat beberapa strain Escherichia coli yang dapat menyebabkan infeksi saluran pencernaan.Hasil pemeriksaan bakteri coliform dan coli tinja pada air sungai kota surabaya ini berdasarkan hasil pemeriksaan dapat digunakan sebagai dasar informasi untuk pemanfaatan air sungai. Air sungai kota Surabaya pada ketiga titik pengujian sampel menunjukkan bahwa merupakan kualitas air III dan kelas IV. Pemeriksaan tersebut menunjukkan bahwa air sungai dari beberapa titik sampel tersebut telah tercemar dan tidak layak untuk dikonsumsi. Menurut Effendi (2003) air yang terkontaminasi oleh bakteri patogen saluran cerna sangat berbahaya untuk diminum. Hal ini dapat dipastikan dengan penemuan organisme yang ada dalam tinja manusia atau hewan dan yang tidak pernah terdapat bebas di alam.Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, sungai yang diindikasikan tercemar dimungkinkan karena banyak faktor. Penyebab terjadinya pencemaran air di kota Surabaya mungkin disebabkan oleh adanya industri-industri khususnya yang berada di dekat aliran sungai akan cenderung akan membuang limbahnya ke dalam sungai yang dapat mencemari ekosistem air, karena pembuangan limbah industri ke dalam sungai dapat menyebabkan berubahnya susunan kimia, bakteriologi, serta fisik air. Menurut Rahayu (2012) selain itu limbah rumah tangga juga menjadi faktor yang menyebabkan terjadinya penemaran sungai. Hal ini karena dari limbah rumah tangga dihasilkan beberapa zat organik dan anorganik yang dibuang dan dialirkan melalui selokan-selokan dan akhirnya bermuara ke sungai.

BAB VPENUTUP5.1 KesimpulanBerdasarkan hasil pengujian sampel air sungai dengan metode MPN (Most Probable Number) dapat disimpulkan bahwa :Nilai hasil pengujian MPN (Most Probable Number) sampel air sungai dari kota Surabaya sampel 9078 menunjukkan total bakteri coliform adalah 6,8x103 CFU/ml dan coli tinja sebesar 6,8x103 CFU/ml, sampel 9079 total coliform sebesar 1600x103 CFU/ml dan coli tinja sebesar 1600x103 CFU/ml, sampel 9117 total bakteri coliformnya sebesar 33 x 103 CFU/ml dan coli tinja sebesar 13 x 103 CFU/ml.Sampel air sungai kota Surabaya dimungkinkan terkontaminasi bakteri coliform dan coli tinja karena memiliki nilai bakteri di atas 10 x 103 CFU/ml, sehingga dalam kualitas air berada pada kelas air sungai III sehingga air sungai pada daerah tersebut dapat digunakan sebagai pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, dan air tersebut dapat digunakan untuk mengairi pertanaman. Sedankan sampel 9079 dan 9117 menunjukkan kualitas air badan air kelas IV, karena melebihi dari total 10 x 103 CFU/ml dan air tersebut hanya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman saja dan tidak dapat dikonsumsi.

5.2 SaranPengujian kualitas air secara mikrobiologi masih dirasa kurang efektif karena pengamatan masih dilakukan menggunakan pengamatan gelembung gas yang ada di dalam tabung reaksi. Pengamatan tersebut masih didasarkan pada ketelitian masing-masing individu. Diharapkan pengamatan selanjutnya menggunakan metode yang lebih canggih.

DAFTAR PUSTAKAAnwar Hadi. 2007. Prinsip Pengambilan Sampel Lingkungan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka UtamaDwidjoseputro, 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi. UI Press, JakartaEffendi. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Cetakan Kelima. Yogyakarta : Kanisius. Fardiaz, S., 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta :Raja Grafindo PersadaHalauddin, supiyati. 2012. Karakteristik dan Kualitas Air di Muara Sungai Hitam Provinsi Bengkulu dengan Software Som Toolbox 2. Jurnal Ilmu Fisika Indonesia simetri. Vol.1.no 2Hidayati, Y.A.; Harlia, E. dan Suryanto, D., 2006, Deteksi Jumlah Total Bakteri dan Coliform pada Kompos Kotoran Domba Sebagai Indikator Sanitasi Lingkungan, Fakultas Peternakan, Lokakarya Nasional Keamanan Pangan Produk Peternakan, Universitas Padjadjaran, BandungKhotimah, Siti. 2013. Kepadatan Bakteri Coliform di Sungai Kapuas Kota Pontianak. Jurnal Semirata UNILA FMIPA. Lampungkhotimah,siti. 2013. Kualitas Air Sungai Ciliowung Di Kota Bogor. Jurnal Prosding Semirata FMIPA unila Lewa, robertus taso. 2009. Kualitas Air Sungai Ciliwung Di Kota Bogor (Water Quality Of Ciliwung River In Bogor). Jurnal Kualitas PerairanMukono. 2006. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Universitas Airlangga. SurabayaNoordjwik, meine van. 2012. Peranan Agroforestri dalam Mempertahankan Fungsi Hidrologi Daerah Aliran Sungai (DAS). Artikel Perairan IndonesiaPeraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Tanggal 14 Desember 2001 (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4161)Rahayu, R.H. Widodo, Verbist, B., S. , M.V. Noordwijk.dan I. Suryadi.. 2009. Monitoring Air di Daerah Aliran Sungai. World Agroforestry Centre. BogorSupangat, Agung B. 2008. Pengaruh Berbagai Penggunaan Lahan Terhadap Kualitas Air Sungai Di Kawasan Hutan Pinus di Gombong, Kebumen, Jawa. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. Vol.5. No. 3Widiyanti, Ni Luh Putu. 2004. Analisis Kualitatof Bakteri Coliform Pada Depo Air Minum Isi Ulang Di Kota Singaraja Bali. Jurnal Ekologi Kesehatan. Vol. 3. No.1