2 tinjauan pustaka 2.1 hinterland - repository.ipb.ac.id · menurut uu no 13 tahun 2004 tentang...
TRANSCRIPT
2 TINJAUAN PUSTAKA
Sistem transportasi laut perikanan tangkap tidak lepas dari pengkajian dan
keterkaitan dari tiga kawasan dan wilayah, yaitu: Hinterland, Port, dan Fishing
ground yang terintegrasi sebagai satu kesatuan sistem yang dapat dijelaskan
sebagai berikut.
2.1 Hinterland
Pengertian hinterland yaitu ” The areas of a country that are away from
the coast, from the banks of large river or from the main cities: The rural/
agricultural hinterland” (Oxfod University 2010) dan pengertian lain:
1. The land directly adjacent to and inland from a coast.
2. A region serve by aport city and its facilities.
3. A region remote from urban areas: back country.
Jadi yang dimaksud dengan hinterland adalah daerah belakang suatu
pelabuhan, dimana luasnya relatif dan tidak mengenal batas administratif suatu
daerah, provinsi atau batas suatu negara tergantung kepada ada atau tidaknya
pelabuhan yang berdekatan dengan daerah tersebut. Di samping itu jaringan lalu
lintas perhubungan darat: jalan raya, kereta api, dan lalu lintas sungai memegang
peranan penting pula untuk daerah belakang tersebut.
Pertumbuhan sosial dan ekonomi sangat dipengaruhi oleh gerak laju
pertumbuhan sektor ekonomi terutama sektor yang memiliki peranan dominan,
dimana hal ini akan berpengaruh terhadap perkembangan jumlah penduduk
disertai dengan mobilitasnya yang semakin meningkat, ehingga perkembangan
jumlah penduduk tersebut akan menyebabkan terjadinya perubahan terhadap
hirarki dan fungsi kota-kota. Adanya peningkatan hirarki serta pengembangan
fungsi kota-kota memberikan implikasi terhadap kebutuhan prasarana dan sarana
perkotaan untuk mendukungnya.
Beberapa fungsi kota sabagai bagian dari hinterland antara lain sebagai
1) Kota utama, yang berperan sebagai pusat-pusat pertumbuhan
2) Kota kedua (secondary cities), yang melayani wilayah sub regional
dan menjembatani antara kota-kota utama dan kota-kota kecil.
14
3) Kota antara, yang fungsinya diarahkan sebagai pusat pelayanan lokal,
pusat pemasaran dari wilayah belakang/ pedesaan menuju kota
kabupaten dan sebaliknya.
Di dalam distribusi barang konsumsi non pertanian. Ditinjau dari aspek
mobilitas yang terkait dengan kemudahan untuk melakukan perjalanan, maka
untuk memperlancar perjalanan diperlukan adanya sistem jaringan penghubung
yang memadai pada suatu kawasan hinterland atau wilayah distribusi.
2.2 Pelabuhan (Port)
Pengembangan pelabuhan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan
kegiatan perekonomian dengan memanfaatkan potensi daerah tersebut, antara lain
berupa kemungkinan untuk mencapai pasaran yang lebih jauh, mendorong
peningkatan produksi daerah, stabilitas harga dan turunnya ongkos produksi.
2.2.1 Tatanan kepelabuhan nasional
Pelabuhan ditata dalam satu kesatuan tatanan pelabuhan nasional guna
mewujudkan penyelenggaraan pelabuhan yang handal, yang berkemampuan
tinggi, menjamin efisiensi nasional dan mempunyai daya saing global dalam
rangka menunjang pembangunan nasional dan daerah
Penyusunan Tata Kepelabuhanan Nasional sesuai dengan PP No. 69/2001
tentang kepelabuhan dilakukan dengan memperhatikan: (1) Tata ruang wilayah,
Sistem transportasi nasional, (2) Pertumbuhan ekonomi, (3) Pola/jalur pelayanan
angkutan laut nasional internasional, (4) Kelestarian lingkungan, (5) Keselamatan
pelayaran dan (6) Standardisasi nasional, kriteria dan norma. Tatanan
Kepelabuhan Nasional sekurang-kurangnya memuat pengelompokan pelabuhan
menurut jenis, kegiatan, peran, fungsi, dan klasifikasi pelabuhan.
2.2.2 Peranan dan fungsi pelabuhan
Pelabuhan mempunyai peranan dan fungsi yang sangat penting dalam
perdagangan dan pembangunan regional, nasional dan internasional yaitu sebagai
pintu gerbang keluar masuk barang dan penumpang ke dan dari suatu daerah,
15
dimana pelabuhan tersebut berada. Peranan dan fungsi pelabuhan meliputi
berbagai aspek yaitu :
(1). Ketersediaan prasarana dan sarana pelabuhan melayani kegiatan bongkar
muat barang dan kunjungan kapal yang berkaitan dengan investasi, teknologi,
manajemen dan kualitas pelayanannya.
(2). Keterkaitan pelabuhan dengan daerah belakangnya yang dihubungkan oleh
transportasi darat.
(3). Keterkaitan pelabuhan dengan berbagai pelabuhan di pulau lain (nasional atau
internasional) ke dan dari mana terjadi arus barang dan kapal.
(4). Keterkaitan suatu pelabuhan dengan berbagai pelabuhan sekitarnya.
(5).Dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup dari pengembangan pelabuhan
terhadap daerah sekitarnya.
Pelabuhan mempunyai peranan yang sangat penting dalam transportasi
laut secara komprehensif, tidak hanya dilihat dari aspek keadaannya pada waktu
sekarang dan pengembangannya pada masa mendatang, tetapi juga sangat terkait
dengan aspek perencanaan dan manajemennya untuk menunjang pembangunan
regional, antar daerah/ pulau/ pelabuhan, dimana terjadi interaksi antar
sumberdaya pembangunan seperti penduduk, sumberdaya alam (sektoral), modal
teknologi dan sumberdaya pembangunan lainnya. Meskipun peranan pelabuhan
sangat penting dalam konteks pembangunan regional dilihat dalam lingkup
nasional, tetapi beberapa diantaranya (pelabuhan besar) mempunyai peranan
penting dalam pelayaran internasional. Dari berbagai pelabuhan yang ada,
terdapat sejumlah pelabuhan yang terpilih untuk diberikan penguatan terhadap
fungsinya. Fungsi pelabuhan dimaksud meliputi pelabuhan peti kemas
(internasional dan nasional), pelabuhan general cargo konvensional, pelabuhan
yang mempunyai fungsi khusus (pelabuhan industri, pelabuhan pariwisata,
pelabuhan perikanan), dan pelabuhan penting yang strategis.
Dengan demikian fungsi pelabuhan harus dikaji untuk didiversifikasi
mengikuti perkembangan permintaan penduduk pada daerah belakangnya
(hinterland), permintaan angkutan barang dan penumpang, serta perkembangan
teknologi pelayaran dan keadaan industri pelayaran pada masa depan. Secara
skematis fungsi pelabuhan dapat diperlihatkan oleh Gambar 2 berikut:
16
Gambar 2 Fungsi pelabuhan
Sumber: Studi Alternatif Percepatan pengembangan Infrastruktur Pelabuhan
di KTI, LP UNHAS- Pelindo III (2003)
2.3 Pelabuhan Perikanan
Beberapa defenisi mengenai Pelabuhan perikanan adalah sebagai berikut:
1) Tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan
batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan
kegiatan bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal
perikanan bersandar, berlabuh dan/ atau bongkar muat ikan yang
Melayani
angkutan
barang LN
Melayani
angkutan barang DN
Melayani
angkutan penumpang
FUNGSI
PELABUHAN
Menunjang kehidupan
penduduk
Perbaikan lingkungan
hidup
Pemukiman
Kegiatan/ tempat
rekreasi
Kegiatan
kemasyarakatan
Bantuan untuk
bencana alam
Ekspor
Impor
Antar daerah
Antar pulau
Regional
Serktoral
Menunjang
pembangunan daerah belakang
Pembangunan industri di daerah
pelabuhan
Pembangunan industri di pantai
Suplai tenaga listrik
Menunjang industri
17
dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan
penunjang perikanan (Kementrian Kelautan dan Perikanan 2004).
2) Pelabuhan yang secara khusus menampung kegiatan masyrakat
perikanan baik dilihat dari aspek produksi, pengolahan maupun
pemasarannya (Dirjend. Dep. Pertanian RI 1981).
3) Tempat pelayanan umum bagi masyarakat nelayan dan usaha
perikanan, sebagai pusat pembinaan dan peningkatan kegiatan
ekonomi perikanan yang dilengkapi dengan fasilitas di darat dan di
perairan sekitarnya untuk digunakan sebagai pangkalan operasional
tampat berlabuh, bertambat, mendaratkan hasil penanganan
pengolahan, distribusi dan pemasaran hasil perikanan (Dept.
Perhubungan 1996).
4) Jepang sebagai negara terkemuka dalam bidang perikanan
mendefinisikan pelabuhan perikanan atau ‘ Fishing Port ‘ sebagai
berikut: ‘….. is a composition of water area, land area and facilities to
be used as a natural or artificial fishing base, which is designated by
the Minister of Agriculture and Foresty, ……’
Selain memiliki fasilitas-fasilitas pokok seperti penahan gelombang
(breakwater), dermaga (pier, ,jetty, wharf) dan kolam pelabuhan (basin) dan
fasilitas fungsional umum seperti gedung perkantoran, bengkel, gudang, tempat
parker, jalan raya, jalan kereta api/ lori dan sebagainya sebagaimana pelabuhan
niaga umumnya, harus pula dilengkapi dengan fasilitas yang mutlak dibutuhkan
untuk menunjang kelancaran aktivitas usaha perikanan tersebut seperti misalnya
tempat pendaratan, pelelangan ikan, cold storage, pabrik es, perlengkapan fish
processing, pengadaan sarana penangkapan dan lain sebagainya. Selain
memberikan perlindungan bagi kapal-kapal perikanan yang mengisi bahan baker,
mendaratkan ikan maupun yang berlabuh, melayani penanganan dan pemrosesn
hasil tangkapan serta tata niaganya, pelabuhan perikanan harus pula dapat
melayanai kebutuhan nelayan untuk beristirahat atau melakukan kegiatan sosial
lainnya di daratan (Murdiyanto 2004). Berdasarkan skala layanan dan kegiatan
usahanya pelabuhan perikanan dibedakan empat tipe (DKP 2006) sebagai
berikut:
18
2.3.1 Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS)
Pelabuhan perikanan kelas A yang skala layanannya sekurang-kurangnya
mencakup kegiatan usaha perikan di wilayah laut territorial ZEEI dan wilayah
perairan internasional.
2.3.2 Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)
Pelabuhan perikanan kelas B yang skala layanannya sekurang-kurangnya
mencakup kegiatan usaha perikanan ZEEI.
2.3.3 Pelabuhan Perkanan Pantai (PPP)
Pelabuhan perikanan kelas C yang skala layanannya sekurang-kurangnya
mencakup kegiatan usaha perikanan di wilayah perairan pedalaman, perairan
kepulauan, laut territorial dan ZEEI.
2.3.4 Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)
Pelabuhan perikanan kelas D yang skala pelayanannya sekurang-
kurangnya mencakup usaha perikanan di wilayah perairan pedalaman dan perairan
kepulauan. Tempat Pendaratan Ikan(TPI) yang belum ditetapkan statusnya
sebagai PPI dikategorikan sebagai PPI.
Secara geoekonomi laut Indonesia mengantungi potensi sumberdaya
dengan keunggulan komparatif ataupun kompetitif. pembagian ruang dan wilayah
perairan dapat dilihat pada Gambar 3 berikut.
19
Gambar. 3 Potensi perairan NKRI
Sumber: Lubis dan Chaussade et al.
(Manapa 2011b)
2.4 Foreland
Perikanan menurut Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor:
Kep.10/ Men/ 2004, pasal 1 ayat 1 dan 3, tentang ketentuan umum, yang
dimaksud dengan Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan
pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan. Lalu penangkapan ikan adalah
kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam
20
keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang
menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, atau mengawetkan.
Perikanan tangkap merupakan suatu kegiatan ekonomi dalam
memanfaatkan sumber daya alam, khususnya kegiatan penangkapan dan
pengumpulan berbagai jenis hasil tangkapan yang ada di lingkungan perairan laut.
Lingkungan atau wilayah perairan sebagai sumber hasil tangkapan dikenal dengan
istilah fishing ground yang juga dikenal dengan istilah lain dengan pemahaman
yang sama, yaitu wilayah produksi (foreland). Dalam upaya pengumpulan dari
dan ke wilayah fishing ground tersebut membutuhkan dukungan kemampuan dan
sarana yakni : nelayan, kapal perikanan, alat tangkap, jenis hasil tangkapan, dan
perjalanan hasil tangkapan, yang didefenisikan sebagai berikut :
2.4.1 Tenaga kerja perikanan tangkap
Menurut UU No 13 tahun 2004 tentang ketenagakerjaan adalah setiap
orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan /atau
jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyrakat.
Tenaga kerja perikanan tangkap adalah setiap orang yang mampu
melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/ atau jasa baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat pada kegiatan perikanan
tangkap, baik langsung maupun pada kegiatan pendukung. Termasuk dalam
pengertian ini adalah:nelayan, pengumpul ikan, bakul ikan, pengolah ikan,
pengrajin kapal, pembuat/ pereparasi kapal, pembuat/ pereparasi alat penangkapan
ikan, pembuat/ pereparasi alat bantu penangkapan ikan, pekerja pada unit usaha/
industri pengolahan hasil perikanan, pekerja pada unit usaha pemasaran hasil
perikanan, tenaga kerja pada kegiatan pendukungan usaha penangkapan ikan yang
berada pada suatu kawasan pelabuhan perikanan atau tenaga yang menangani
kegiatan tambat labuh dan pemasok logistic melaut (DKP 2006).
Nelayan adalah pelaku penting dalam aktivitas perikanan tangkap di laut
selain sarana produksi (kapal, alat tangkap), mobilitas para nelayan adalah salah
satu ciri dari beberapa karakteristik perikanan tangkap Indonesia. (Lubis et al.
2005). Dalam bidang statistik perikanan tangkap, nelayan adalah orang yang
dalam pekerjaannya secara aktif melakukan/ terlibat dalam operasi penangkapan
21
ikan, termasuk juru mudi, juru mesin, fishing master, dan ABK (DKP 2006). yang
bekerja di atas kapal penangkapan ikan dimasukkan sebagai nelayan, walaupun
mereka tidak secara langsung melakukan penangkapan. Orang yang hanya
melakukan pekerjaan seperti membuat jaring, mengangkut alat-alat perlengkapan
ke dalam perahu/ kapal, tidak termasuk sebagai nelayan, bahkan keluarga nelayan
(isteri, anak dan orang tua ) tidak dikategorikan sebagai nelayan. Berdasarkan
waktu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan, nelayan
diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Nelayan penuh yaitu nelayan yang seluruh waktu kerjanya digunakan
untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan/ binatang air
lainnya/ tanaman air.
2) Nelayan sambilan utama yaitu nelayan yang sebagian besar waktu
kerjanya digunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan/
binatang air lainnya/ tanaman air. Disamping melakukan pekerjaan
penangkapan, nelayan kategori ini dapat pula mempunyai pekerjaan lain.
3) Nelayan sambilan tambahan yaitu nelayan yang sebagian kecil waktu
kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan penangkapan ikan.
2.4.2 Kapal perikanan
Kapal penangkap ikan merupakan satu unsur yang tak terpisahkan dalam
kesatuan unit penangkapan ikan dengan alat tangkap dan nelayan. Kapal
penangkap ikan beragam konstruksi dan ukurannya. Hal ini tergantung pada jenis
alat tangkap ikan yang akan dioperasikannya. Secara prinsip , ada perbedaan
konstruksi dan penataan di atas kapal ikan dibanding jenis kapal lain. Menurut
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 tahun 2009 tentang Perikanan
pasal 1, kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang
dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi
penangkapan ikan, budidaya ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan
perikanan, dan penelitian perikanan. Bedasarkan Statistik Kelautan dan Perikanan
Indonesia, kapal perikanan terdiri atas kapal penangkap ikan dan kapal
<pengangkutan (http://www.pipp.dkp.go.id./pipp2/kapalapi_index.html). Kapal
penangkap ikan dikelompokkan (DKP 2006) menjadi:
22
(1) Perahu tanpa motor:jukung dan perahu papan (kecil kurang dari 7 m,
sedang panjangnya antara 7-10 m, dan besar panjangnya 10 m ke
atas).
(2) Perahu motor temple:
< 5 GT, 5-10 GT, 10-20 GT, 20-30 GT, ≥ 30 GT
(3) Kapal motor:
< 5 GT, 5-10 GT, 10-20 GT, 20-30 GT, 20- 30 GT, 30-50 GT, 50-100
GT, 100-200 GT, 200-500 GT, 500-1000 GT, ≥ 1000 GT.
Berdasarkan fungsinya, Undang- undang Republik Indonesia Nomor 45
tahun 2009 tentang Perikanan pasal 34 mengelompokkan kapal ikan menjadi:
(1) Kapal penangkap ikan
(2) Kapal pengangkut ikan
(3) Kapal pengolah ikan
(4) Kapal latih ikan
(5) Kapal penelitian perikanan
(6) Kapal pendukung operasi penangkapan ikan dan atau pembudidayaan
ikan
Berdasarkan jenis alat penangkap ikan yang dioperasikannya, ragam kapal
penangkap ikan dapat dikemukakan menjadi:
(1) Kapal pukat udang
(2) Kapal pukan cincin
(3) Kapal jaring insang kapal rawai
(4) Kapal huhate
(5) Kapal tonda
(6) Kapal payang
(7) Kapal pengumpul kerang
(8) Kapal penangkap lobster
2.4.3 Alat tangkap
Alat penangkapan ikan adalah alat sarana, perlengkapan , atau benda lain
yang dipergunakan untuk menangkap ikan (DKP 2006). Jenis alat penangkap ikan
sangat banyak ragamnya sesuai dengan beragam sifat dan perilaku sasaran
23
tangkap. Jenis sasaran tangkap sangatlah beragam dengan kondisi yang
terkonsentrasi maupun menyebar di suatu lingkungan perairan. Berdasarkan
perilaku sasaran tangkap, maka konstruksi alat penangkap ikan pun menjadi
beragam pula, ada alat penangkap ikan yang dioperasikan secara aktif atau
sebaliknya pasif, ada alat penangkap ikan yang dioperasikan di lapisan perairan
bagian permukaan, adal alat penangkap ikan demersal yang banyak hidup di dasar
perairan, dan sebagainya. Alat penangkap ikan dapat dikelompokkan berdasarkan
konstruksi, cara pengoperasian, dan jenis sasaran tangkapnya, antara lain:
(1) Pukat tarik
(2) Pukat kantong
(3) Pukat cincin
(4) Jaring insang
(5) Jaring angkat
(6) Pancing
(7) Perangkat dan penghadang
(8) Alat pengangkap ikan dengan penggiring
(9) Alat pengumpul
2.4.4 Jenis hasil tangkapan
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 tahun 2009
tentang Perikanan pasal 1, Ikan adalah segala jenis organisma yang seluruh atau
sebagaian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan, lalu sumber
daya ikan adalah potensi semua jenis ikan. Menurut UU no.45 Tahun 2009, jenis
ikan adalah:
(1) Pisces (ikan bersirip)
(2) Crustacean (udang, rajungan, kepiting, dan sebangsanya)
(3) Mollusca (kerang, tiram, cumi-cumi, gurita, siput, dan sebangsanya)
(4) Amphibia (kodok dan sebangsanya)
(5) Reptilia (buaya, penyu, kura-kura, biawak, ular air, dan sebangsanya)
(6) Mammalia (paus, lumba-lumba, pesut, duyung, dan sebangsanya)
(7) Algae (rumput laut dan tumbuh-tumbuhan yang hidupya di dalam air,
dan biota perairan lainnya yang ada kaitannya dengan jenis-jenis
24
tersebut di atas.
Menurut habitatnya, ikan dikelompokkan lagi menjadi ikan pelagis,
demersal, dan ikan karang. Ikan pelagis berdasarkan ukurannya dikelompokkan
lagi menjadi ikan pelagis besar dan ikan pelagis kecil. Ikan demersal
dikelompokkan lagi menjadi ikan demersal besar dan ikan demersal kecil. Sumber
daya ikan karang dikelompokkan menjadi kelompok ikan hias dan ikan konsumsi.
2.4.5 Transpor Perikanan Tangkap
Hasil tangkapan komoditi unggulan yang diperoleh dalam kondisi segar
belum tentu tetap segar sampai ke konsumen atau sampai ke tempat pengolahan,
demikian pula hasil tangkapan yang diperoleh dalam kondisi hidup. Hal ini
bergantung pada cara dan lama tertangkapnya ikan serta penamganan yang
dilakukan terhadap hasil tangkapan di atas kapal. Tahap-tahap menelusuri
perjalanan hasil tangkapan mulai dari ditangkap dari laut hingga sampai ke
konsumen yang dilihat pada Gambar 4 pada halaman 25, adalah:
(1) Pekerjaan diawali dari pengetahuan tentang komoditi unggulan
perikanan tangkap tertentu, mahasiswa harus mencari tahu tentang
lokasi penangkapan, siapa dan atau perusahaan mana yang melakukan
kegiatan penangkapan, serta jenis alat penangkap ikan apa yang
digunakan untuk menangkapnya. Buatlah bagan alir perjalanan hasil
tangkapan dimulai dari hasil tangkapan tersebut diangkat dari laut.
(2) Setelah diangkat dari laut, hasil tangkapan mendapat perlakuan
bagaimana.
(3) Sesampainya di tempat pendaratan siapa yang membawa hasil
tangkapan ini dan kemana. Pada gambar tampak bahwa sedikitnya
terdapat empat alternatif yang bisa menjadi pola perjalanan hasil
tangkapan sampai ke tujuan akhir, namun jika diruntut satu per satu
jalur, maka pola tersebut bias melebihi empat macam.
(4) Selanjutnya membuat bagan alir hingga tergambarkan awal
perjalanan sampai ke tempat terakhir hasil tangkapan itu berada,
apakah sampai di konsumen atau di tempat pemasaran atau
perusahaan pengolah.
25
Gambar 4 Sketsa perjalanan hasil tangkapan secara umum
Sumber: Diniah (2008)
Agar mutu atau kualitas produk terjamin tiba pada konsumen tentu
membutuhkan suatu upaya sistem perangkutan yang mendukung harapan tersebut.
Sistem perangkutan tersebut adalah cold chain system dapat dilihat pada Gambar
5 berikut.
1 3
Hasil Tangkapan
Pengumpul 1
(kecil-bakul)
Perusahaan
Pengumpul
Perusahaan
Penangkapan
Pengumpul 2 (sedang)
Pedagang
Eceran
Pengumpul 3
(besar/eksportir)
Pedagang Eceran
Antar Pulau
Pedagang
Eceran
Konsumen Lokal
Perusahaan
Pengolah
Pedagang Eceran
Manca Negara
Konsumen
Antar Pulau
Konsumen
Manca Negara
Pedagang Eceran
Antar Pulau
Pedagang Eceran
Manca Negara
2 4
26
Gambar 5 Cold chain system
Jenis produk:
Parameter tingkat mutu produk sebagai prioritas nilai tambah added value
bagi konsumen diklasifikasikan sebagai sebagai berikut:
(1) Ikan hidup (Live fish)
(2) Ikan segar -2° ÷ -5° (Sashismi Quality)
(3) Ikan beku -25° ÷ -30° (Frozen Fish)
(4) Deep Frozen -60°
2.5 Tinjauan riset yang relevan
Studi-studi yang telah dilakukan yang berkaitan dan relevan terhadap riset
ini, yaitu pengoptimuman layanan transportasi perikanan tangkap di PPN Ambon
dapat dilihat pada Tabel 3 berikut:
Kapal Insulated trucks Cold storage
Perangkutan
Port Fishing Hinterland
Canning factory Lokal:
Supermarket
Traditional
processing
Eksport
Regional
27
Tabel 3 Studi Riset yang Relevan
Peneliti, Thn
Judul
Tujuan Masalah Metode Analisis Critical revieuw
1. Cornelius Suyadi 2007
Sistem Pengembangan
Trans portasi Laut pada Era Globalisasi
2. Mahyuddin.
2007
Pola Pengembangan Pelabuhan Perikanan
Dengan Konsep
Tryptique Portuaire: Kasus Pelabuhan
Perikanan Nusantara
pelabuhan Ratu
Menyususn rancang-
bangunsistem pengembangan
transportasi laut pada
era globalisas
Penentuan arah pengembangan
pelabuhan, Penentuan
alternatif prioritas pengembangan,
Sensitivitas prioritas
pengembangan dan Pola pengembangan dengan
konsep triptique
portuaire
Armada nasional
hanya mampu meraih 5% share dari
ekspor-impor dan 52
% domestik., Kerugian negara
sebesar 184 triliun rupiah pertahun dari
share muatan dan
loss of transhipment oppotunities.
Tidak seimbang antara kapasitas
armada nasional
terhadap kuantitas muatan akibat
kebijakan Pakno-
21yang tidak kondusif.
Fungsi secara optimal belum
berjalan karena pola
pengembangan kurang jelas,fasilitas
over capacity, dan
kelemahan dalam perencanaan.
Karena perubahan terjadi pada wilayah
hinterland dan
foreland, implementasi pola
pengembangan yang
ada tidak sesuai dengan kondisi.
Pendekatan sistem,
Analisis prospektif partisipatif menurut
Hartisari (2003),
Bourgeois (2002) untuk menilai
tingkat kepentingan dan penilaian
kinerja.
Metode deskriptif
dan kuantitatif IPA
dengan diagram kartesius dari
Supranto(2001)
untuk menilai tingkat kepentingan
dan tingkat kinerja,
Konsep triptique portuaire
Location Quation (LQ ), Rustiadi et
al.
Hasil dan Pembahasan:
untuk analisis kebijakan mengetahui kondisi
tingkat kinerja
transportasi dengan analisis SWOT.
Hasil dan pembahasan: Pola pengembangan
mengoptimalkan fungsi
berdasarkan hasil uji sensitivitas.
Urutan prioritas: Pengembangan PPN
adalah peningkatan:
jumlah kapal, jumlah ikan, pendapatan
pelabuhan, jumlah tenaga
kerja, dan PAD