laporan biokimia
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pencernaan karbohidrat adalah proses perubahan dari senyawa kompleks
(polisakarida) menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana (sari-sari
makanan), sehingga mudah diserap oleh dinding usus dan kemudian sari-sari
makanan ini akan diedarkan keseluruh tubuh. Pencernaan ini didalam tubuh
dilakukan oleh enzim.
Lemak dalam makanan mulai dicernakan di usus. Lipase pankreas
menghidrolisis trigliserida dan membebaskan asam-asam lemak yang terikat pada
posisi 1 dan 3. Usus juga mengandung esterase yang menghidrolisis ester
kolestrol dan dengan demikian mengahasilkan asam lemak lebih banyak lagi.
Protein merupakan komponen utama dalam semua sel hidup, baik
tumbuhan maupun hewan. Fungsi utamanya sebagi zat pembangun atau
pembentuk struktur sel, misalnya untuk pembentukan kulit, otot, rambut,
membran sel, jantung, hati, ginjal dan beberapa organ penting lainnya. Kemudian,
terdapat pula protein yang mempunyai fungsi khusus, yaitu enzim yang berperan
sebagai biokatalisator.
Asam total terkandung dalam makanan misalnya pada susu, yoghurt, tape,
dan ubi kayu kukus. Susu mengandung gula dalam bentuk laktosa. Laktosa dapat
mengalami oleh enzim laktase menjadi glukosa dan galaktosa yang kemudian
mengalami glikolisis menjadi asam piruvat dan asam laktat. Ubi kayu dapat
difermentasi menjadi tape yang mengandung alkohol.
2
Tujuan dari praktikum pencernaan karbohidrat yaitu untuk mengetahui daya
amilolitis amilase saliva, untuk mengetahui pencernaan amilum masak oleh
ekstrak pankreas, untuk mengetahui pencernaan amilum masak oleh asam.
Manfaat dari praktikum pencernaan karbohidrat ini yaitu mengetahui peran
enzim-enzim pencernaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim
tersebut.
Praktikum pencernaan lemak bertujuan untuk mengetahui pencernaan
lemak oleh ekstrak pankreas. Manfaat praktikum pencernaan lemak adalah agar
praktikan mengetahui proses pencernaan lemak oleh ekstrak pankreas
Praktikum pencernaan protein bertujuan untuk mengetahui proses hidrolisis
protein oleh pepsin dan enzim-enzim proteolitik pankreas. Manfaat praktikum
pencernaan protein dapat mengetahui hasil dari proses hidrolisis hidrolisis protein
oleh pepsin dan enzim-enzim proteolitik pankreas.
Praktikum penentuan kadar asam total bertujuan untuk mengetahui cara
pengujian kadar asam total pada susu, yogurt, tape, dan ubi kayu kukus serta
mengetahui kadar asam total pada susu, yoghurt, tape, dan ubi kayu kukus.
Manfaat praktikum penentuan kadar asam total adalah agar praktikan mengetahui
cara pengujian kadar asam total pada susu, yoghurt, tape, dan ubi kayu kukus serta
mengetahui kadar asam total pada susu, yoghurt, tape, dan ubi kayu kukus.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Karbohidrat
Karbohidrat adalah senyawa karbon, hidrogen dan oksigen yang terdapat
dalam alam. Banyak karbohidrat mempunya rumus empiris CH2O, senyawa ini
pernah disangka “hidrat dari karbon” seningga disebut karbohidrat (Barasi, 2007).
Karbohidrat mempunyai rumus molekul umum (CH2O)n, dari rumus umum dapat
diketahui bahwa karbohidrat adalah suatu polimer (Martoharsono, 2006).
2.1.1. Klasifikasi Karbohidrat
Karbohidrat adalah suatu polimer, senyawa yang penyusunnya adalah
monomer sehingga untuk karbohidrat digolongkan menjadi monosakrida,
disakarida, trisakarida dan seterusnya sampai polisakirida (Martoharsono, 2006).
Monosakarida adalah satuan karbohidrat yang paling sederhana,mereka tidak
dapat dihidrolisis menjadi molekul karbohidrat yang lebih kecil (Pudjaatmaka,
1982).
2.1.2. Pencernaan Karbohidrat
Katabolisme adalah proses pemecahan senyawa yang lebih kompleks
menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan berat molekul yang lebih rendah.
Pemecahan karbohidrat bersifat hidrolitik atau oksidatif yang dikatalisa oleh
enzim yang disintesa oleh jasad hidup itu sendiri (Martoharsosno, 2006). Tahapan
4
pemecahan sebagaimana dimuat dalam dalam diagram diawali dengan jalur
hirolitik dan kemudian diikuti dengan jalur Glikolisis, Fermentasi alkohol, Daur
ulang aam trikarboksilat, lingkarang pentosa fosfat dan lingkaran glikoskilat
(Barasi, 2007).
Dalam saluran cerna, polisakarida dan disakarida dalam makanan diubah
menjadi monosakarida oleh enzim (glikosidase) yang menghidrolisis ikatan
glikosida antar gula-gula. Enzim ini memperlihatkan sedikit spesifisitas terhadap
gula, ikatan glukosida dan jumlah unit sakarida dalam rantai tersebut.
Monosakarida dipindahkan menembus sel mukosa usus masuk kedalam cairan
intestisium dan selanjutnya masuk kedalam darah (Lehninger, 1994). Molekul
karbohidrat yang telah dipecah menjadi molekul kecil seperti amilosa ketika di uji
dengan menggunakan uji iod maka akan menghasilkan warna biru tua dari
interaksi antara keduanya (Pudjaatmaka, 1982).
2.1.4. Enzim Pencernaan Karbohidrat
Penguraian pati dilaksanakan oleh enzim amilase (α-, β- dan
glukoamilase) dan enzim fosforilase spesifitas keempat enzim tersebut terhadap
ikatan 1,4 α glukosidik. Kecuali α amilase ketiga-tiganya menyerang ikatan tahap
demi tahap yang dimulai dari terminal nonreduktif (Martoharsono, 2006). Enzim
kedua yang dapat menghidrolisis glikogen dan pati adalah amilase. Ada 3 bentuk
yang dijumpai dalam jasad hidup yaitu α- amilase, β- amilase dan gluko-amilase.
α-amilase menghidrolisis pati sedangkan β-amilase dan gluko-amilase memulai
penyerangan dari gugus erminal tidak reduktif (Damin, 19).
5
2.2. Protein
2.2.1. Klasifikasi Protein
Klasifikasi protein tidak semudah dan terperinci seperti halnya
karbohidrat atau lemak, sebab protein adalah suatu persenyawaan yang kompleks,
unik dan banyak sekali macamnya (David, 1997). Protein dibedakan atas dua
yaitu protein globular bentuknya bulat atau hampir bulat, mempunyai bentuk
kristal dan berat molekul umumnya mudah ditentukan, larut dalam larutan garam,
asam,basa atau alkohol. Contohnya : albumin, globulin, proteoenzim dan proteo
hormon dan Protein fibrosa atau serat bentuknya memanjang, bentuk amorphous
dan berat molekul sukar ditentukan dengan pasti, tidak larut dalam larut garam,
asam, basa dan alkohol. Contohnya keratin dari rambut, fibroin dari sutra dan
kolagen dari tulang (Sumardjo, 1997).
2.2.2. Fungsi Protein
Berbagai jenis Protein yang dikenal mempunyai fungsi spesifik antara lain
pengatur metabolik (hormon), biokatalisator (enzim), pertahanan tubuh (anti
bodi), pembangun struktur, pembangun PH, pembawa sifat keturunan, sumber
energi, pengatur lipid, oksigen atau ion tembaga dalam tubuh (Sumardjo, 1997).
Protein berfungsi untuk pertumbuhan, pemeliharaan, pembentukan ikatan esensial
tubuh, mengatur keseimbangan air, memelihara netralitas tubuh, pembentukan
antibody, mengangkut zat-zat gizi dan sumber energi (Masetyo, 1995).
6
2.2.3. Pencernaan Protein
Molekul asam amino yang telah melepaskan molekul air dikatakan
disebut dalam bentuk residu asam amino (Fessenden, 1999). Protein tersusun dari
berbagai asam amino yang masing-masing dihubungkan dengan ikatan peptida,
awal pembentukan protein hanya tersusun dari 20 asam amino (Lehninger, 1994).
Faktor yang mempengaruhi pencernaan protein adalah enzim, pH, suhu
dan besarnya substrat (Martoharsono, 2006). Pepsin menyerang ikatan peptida
yang berdekatan dengan asam amino aromatik dan ikatan-ikatan yang
menyangkut asam-asam dikarboksilat, glutamat dan aspartat (Poedjiadi, 1994).
2.2.4. Enzim Pencernaan Protein
Cairan lambung sebagian besar mengandung air dan sisanya berupa musin,
pepsin, garam-garam anorganik, lipase, renin, sel-sel pariental yang merupakan
sumber HCL lambung. Pepsin dihasilkan dalam bentuk zimogen yaitu dalam
bentuk pepsinogen. Pepsinogen akan berubah menjadi pepsin karena adanya
HCL. Pepsin bekerja dalam suasana asam dan apabila dalam suasana basa pepsin
itu akan rusak (Sudarmadji, 1995).
2.3. Lemak
Lipid merupakan senyawa organic yang susah larut dalam air namun
mudah larut dalam pelarut organic seperti eter, benzene, atau kloroform
(Kusnawidjaja, 1993). Lipida adalah senyawa organic berminyak atau berlemak
7
yang tidak larut didalam air, yang dapat diekstrak dari sel dan jaringan oleh
pelarut non polar seperti kloroform atau eter. Jenis lipida yang paling banyak
adalah lemak atau triasilgliserol yang merupakan bahan bakar utama bagi hamper
semua organism. Triasilgliserol adalah ester antara lemak dan gliserol (Lehninger,
1994).
2.3.1. Klasifikasi Lemak
Berdasarkan kerangka hidrokarbon, lemak dibedakan atas asam lemak
jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Asam lemak jenuh yaitu asam lemak yang
struktur kimianya tidak mempunyai ikatan rangkap (McGlivery, 2004). Asam
lemak tak jenuh yaitu asam lemak yang struktur kimianya mempunyai ikatan
ganda dalam rantai atom C-nya. Hampir seluruh ikatannya berbentuk simetris dan
merupakan isometri ruang, jadi dapat berbentuk cis atau trans (Kusnawidjaja,
1993).
2.3.2. Pencernaan Lemak
Triasilgliserol mudah larut dalam pelarut non polar seperti kloroform,
benzene atau eter yang seringkali dipergunakan untuk ekstraksi lemak dari
jaringan. Triasilgliserol akan terhidrolisis jika dididihkan dengan asam atau basa,
atau jika diberikan enzim lipase yang disekresi kedalam usus kecil oleh pancreas
(Lehninger, 1994). Pencernaan lemak terutama terjadi didalam usus, karena dalam
mulut dan lambung tidak terdapat enzim lipase yang dapat menghidrolisis lemak.
Dalam usus, lemak diubah dalam bentuk emulsi, sehingga mudah berhubungan
8
dengan enzim steapsin dalam cairan pancreas. Hasil akhir proses pencernaan
lemak adalah asam lemak, gliserol, monogliserida, digliserida serta sisa
trigliserida (Poedjiadi dan Supriyanti, 2007).
2.3.4. Enzim Pencernaan Lemak
Enzim pencernaan dari substansi di perut menggunakan enzim pepsin,
Lipase yang disekresikan oleh getah lambung dan asam lambung yang berfungsi
mencerna lemak menjadi asam lemak dan gliserol (Lehninger, 1994). Pengeluaran
cairan pancreas dirangsang oleh hormon sekretin dan pankreozimin. Sekretin
meningkatkan jumlah cairan pancreas, sedangkan pankreozimin merangsang
enzim-enzim dalam cairan pancreas. Lemak yang keluar dari lambung masuk ke
usus merangsang pengeluaran hormon koleosistekinin yang pada gilirannya
menyebabkan kantung empedu berkontraksi hingga mengeluarkan cairan empedu
ke duodenum (Poedjiadi dan Supriyanti, 2007).
2.4. Penentuan Kadar Asam Total pada Susu, Tape, dan Ubi Kayu
2.4.1. Kadar Asam Total
Kadar asam total adalah jumlah kadar kepekatan asam dari larutan-larutan.
Diantaranya yang mengandung kadar asam adalah susu segar, ekstrak tape
(Fessenden, 1997). Kandungan susu segar terdiri dari 87% air, 4% protein, 3%
lemak, 4% karbohidrat, serta vitamin dan mineral sebesar 2%. Dua kandungan
protein utama dalam susu adalah whey dan kasein (Damin, 1992). Jika whey
9
berbentuk cair, maka kasein berbentuk padat. Pada susu segar, kasein terdiri dari
80% dan whey sebesar 20% dari seluruh kandungan proteinnya (Masetya, 1995).
2.4.2. Kadar asam total pada susu
Fermentasi susu merupakan salah satu pengolahan susu dengan
menggunakan mikroba, yang dilakukan dengan cara membiarkan susu yang
tercemar secara alami menjadi masam pada suhu panas sekitar 40º-50ºC. Secara
alami susu yang akan difermentasi dipanaskan sampai 90ºC selama 15–30 menit,
kemudian didinginkan sampai 43ºC, di inokulasi dengan kultur campuran
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus dan dibiarkan pada
suhu tersebut selama kira–kira 3 jam sampai tercapai keasaman yang dikehendaki
0,85 – 0,90 dan pH 4,0 – 4,5 (Fessenden, 1985). Susu mengandung gula dalam
bentuk laktosa. Air susu ibu mengandung 5–8% laktosa, dan air susu sapi
mengandung 4-6% laktosa. Laktosa dapat mengalami hidrolisa oleh enzim laktase
yang dihasilkan mikroba asam laktat menjadi glukosa dan galaktosa. Glukosa dan
galaktosa mengalami glikolisis menjadi asam piruvat dan asam laktat. Laktosa
mengkristal dengan sebuah molekul air kristal, kristalnya besar-besar dan
kelarutannya dalam air kurang baik (Poedjiadi, 1994). Penanganan susu segar
yang lazim dilakukan untuk memperpanjang daya simpannya adalah dengan
sistem pendinginan (cooling). Pada suhu rendah (suhu refrigerator), bakteri akan
terganggu metabolismenya sehingga kemampuan bakteri untuk berkembang biak
dan merusak susu sangat terbatas (Masetya, 1995). Yogurt adalah minuman susu
fermentasi, yang dibuat dengan cara memfermentasi susu bubuk skim yang
10
mengandung bakteri asam laktat hidup, Lactobacillus casei Shirota strain. Yogurt
telah berhasil mengkulturkan berbagai jenis bakteri asam laktat dan memilih satu
jenis bakteri yang bersifat paling tahan terhadap cairan pencernaan. Dari dalam
usus bakteri ini membantu meningkatkan kesehatan denagn cara mengaktifkan
sel-sel kekebalan, meningkatkan jumlah bakteri berguna, dan mengurangi jumlah
bakteri yang merugikan. Dengan mengkonsumsi yogurt setiap hari berarti kita
memasukkan sekurang kurangnya 6,5 milyar bakteri Lactobacillus casei Shirota
strain hidup (License, 2007). Ada 6 produk utama fermentasi yang dapat terjadi
pada susu, yaitu asam laktat, asam propionat, asam sitrat, alkohol, asam butirat,
dan coliformgassy. Dari kesemuanya ini, asam laktat merupakan produk yang
terpenting dan selalu terjadi pada semua fermentasi susu. Laktosa yang terdapat
dalam susu dihirolisis menjadi galaktosa dan glukosa (Dorothy, 1992). Susu
mengandung gula dalam bentuk laktosa. Laktosa merupakan gabungan dari
galaktosa dan glukosa. Laktosa akan dihidrolisis menjadi glukosa dan galaktosa
oleh enzim laktase yang dihasil oleh mikroba, selanjutnya glukosa dan galaktosa
mengalami glikolisis menjadi asam piruvat dan asam laktat (Montgomery, 1993).
Laktosa umumnya hanya ditemukan pada susu saja. Susu mengandung laktosa
rata-rata sebanyak 4,8%. Laktosa merupakan gula yang penting sehubungan
dengan pengadaan produk susu, karena laktosa lebih mudah difermentasikan oleh
bakteri / mikroba. Asam laktat dibentuk dalam susu dengan ciri-ciri rasanya agak
masam, sebagai produk akhir dari fermentasi oleh bakteri. Reaksi pembentukan
asam laktat / fermentasinya adalah sebagai berikut: C12H22O11 + H2O (+bakteri)
4C3H6O3 (asam laktat). Melalui berbagai penelitian diperoleh hasil bahwa 1 gr
11
laktosa dapat dibentuk / difermentasi oleh bakteri menjadi 0,8 gr asam laktat
(Rodwell, 1999). Susu merupakan media yang sesuai untuk pertumbuhan
beberapa mikroorganisme karena banyaknya substrat yang berharga untuk
fermentasi (laktosa, daging dan bermacam-macam protein) sebagai perangsang
pertumbuhan seperti vitamin dan mineral. Mikrobia inhibitor dalam susu mentah
seperti lactoferrin dan lisozyme. Laktosa adalah substrat besar untuk fermentasi
yang mengandung kurang lebih 40% zat padat untuk semua susu (Maggy, 1994).
Penentuan kadar asam dalam susu dapat ditentukan melalui titrasi dengan larutan
standar / normal alkalin, contohnya sodium hidroksida / natrium hidroksida.
Larutan standar alkalin akan menetralisasi volume dengan asam yang terkandung
dengan kata lain tiap ml dari titran (NaOH) yang mengandung 4.000 gr dalam 1 L
larutan akan menetralisir 1 ml asam laktat (yang mengandung 9.000 gr dalam 1 L
larutan), dalam rumus dapat ditentukan sebagai berikut % asam laktat = mililiter
N/10 alkali . 0,009 . 100 gram dari sample (Rodwell,1999).
2.4.3. Kadar Asam Total Pada Tape
Mikrobia amilolitik mampu menghasilkan enzim amilase/amilolitik yang
dapat memecah pati menjadi dekstrin, maltotriosa, maltosa dan glukosa.
Selanjutnya glukosa dimanfaatkan oleh mikroba untuk pertumbuhan (proses
metabolisme glukosa melalui jalur glikolisis), dengan mengeluarkan hasil
samping berupa alkohol. Alkohol dapat dimanfaatkan lebih lanjut oleh bakteri
pembentuk asam asetat untuk pertumbuhan dengan pengeluaran hasil samping
berupa asam asetat (Fessenden, 1985). Amilase/amilolitik yang dapat memecah
12
pati menjadi dekstrin, maltotriosa, maltosa dan glukosa. Selanjutnya glukosa
dimanfaatkan oleh mikroba untuk pertumbuhan (proses metabolisme glukosa
melalui jalur glikolisis), dengan mengeluarkan hasil samping berupa alkohol.
Alkohol dapat dimanfaatkan lebih lanjut oleh bakteri pembentuk asam asetat
untuk pertumbuhan dengan pengeluaran hasil samping berupa asam asetat
(Poedjiadi,1994).
2.4.4. Kadar Asam Total Pada Ubi Kayu
Tape ubi kayu mengandung glukosa yang dimanfaatkan oleh mikroba
untuk pertumbuhan sehingga menghasilkan alkohol. Alkohol tersebut digunakan
oleh bakteri untuk pertumbuhan dan mengeluarkan hasil samping berupa asam
asetat (Montgomery, 1993). Ubi kayu ataupun bahan sumber karbohidrat lainnya
yang setelah dikukus dapat di fermentasi oleh mikroba amilolitik menjadi tape.
Mikroba amilolitik menghasilkan amilase yang dapat memecah pati menjadi
dekstrin, maltotriosa, maltosa dan glukosa. Selanjutnya glukosa dimanfaatkan
oleh mikroba untuk pertumbuhan dengan mengeluarkan hasil samping berupa
alkohol. Alkohol dapat dimanfaatkan lebih lanjut oleh bakteri asam asetat untuk
pertumbuhan dan mengeluarkan hasil samping berupa asam asetat (Iswari, 2006).
13
BAB III
METODOLOGI
Praktikum Biokimia Dasar dengan materi Karbohidrat dan Lemak
dilaksanakan hari Minggu, tanggal 15 April 2012 pada pukul 15.00 – 17.00 WIB
dan praktikum Protein dan Kadar Asam Total dilaksanakan pada hari Minggu,
dilaksanakan pada tanggal 22 April 2012 pukul 15.00-17.00 WIB di Laboratorium
Fisiologi dan Biokimia Ternak, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas
Diponegoro, Semarang.
3.1. Materi
3.1.1. Karbohidrat
Alat yang digunakan dalam praktikum karbohidrat ini adalah pipet tetes
untuk mengambil larutan-larutan ke dalam tabung reaksi, tabung reaksi digunakan
sebagai tempat untuk reaksi larutan, rak tabung sebagai tempat meletakkan tabung
reaksi, penjepit digunakan untuk menjepit tabung rekasi saat pemanasan, bunsen
untuk sumber panas, gelas ukur untuk mengambil larutan, gelas beker sebagai
tempat menampung larutan dan inkubator untuk menjaga suhu larutan. Bahan
yang digunakan dalam praktikum ini antara lain adalah larutan amilum 1% yang
telah masak, larutan lugol, larutan HCL 0,1 N, larutan HCL 0,45%, larutanNaOH
0,1 N, larutan NaCl 0,1%, saliva dan ekstrak pankreas.
14
3.1.2. Protein
Praktikum biokimia dengan materi protein digunakan bahan potongan
gumpalan putih telur (sebaiknya tipis dan membentuk kotak), aquades, larutan
pepsin, larutan ekstrak pancreas, larutan HCl 0,1N, larutann HCl 0,45% dan
larutan NaOH 0,1N. Alat-alat yang dipakai pada praktikum Biokimia dengan
materi protein adalah sebagai berikut, pertama yaitu tabung reaksi yang berfungsi
sebagai tabung pereaksi, kedua adalah mortal yang berfungsi menghancurkan
ekstrak pankreas, alat ke tiga yaitu inkubator, alat ini diprogram dengan suhu suhu
tubuh supaya pencernaan dapat terjadi sesuai suhu tubuh yang berfungsi untuk
mempercepat reaksi. Alat keempat adalah rak tabung reaksi untuk meletakkan
tabung reaksi. Alat kelima adalah gelas ukur untuk mengukur jumlah larutan. Alat
keenam adalah Bunsen untuk memanaskan saliva. Alat ketujuh adaalah penjepit
untuk menjepit tabung reaksi yang sedang dipanaskan di atas bunsen. Alat yang
terakhir yaitu pipet yang berfungsi untuk mengambil larutan.
3.1.3. Lemak
Alat yang digunakan dalam praktikum lemak ini adalah pipet tetes untuk
mengambil larutan-larutan ke dalam tabung reaksi, tabung reaksi digunakan
sebagai tempat untuk reaksi larutan, rak tabung sebagai tempat meletakkan tabung
reaksi, gelas ukur untuk mengambil larutan, dan inkubator untuk menjaga suhu
larutan. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain adalah minyak
goreng, aquades, larutan ekstrak pankreas, cairan empedu, larutan fenolftalein
(PP) 1% dan larutan NaOH 0,1 N.
15
3.1.4. Kadar Asam Total
Praktikum penentuan kadar asam total mengguanakan bahan sebagai
berikut susu segar, yogurt, ubi kayu kukus, tape ubi kayu,larutan penoftalin
(PP) 1% dan larutan NaOH 1 N. Alat yang digunakan pada praktikum
percobaan total asam antara lain gelas elenmeyer untuk mencampurkan
larutan, gelas ukur untuk mengukur larutan yang akan diambil sesuai dengan
ketelitian, labu ukur untuk menmpung larutan dengan skala besar, pengaduk
magnetic untuk mengaduk larutan agar tercampur, pipet untuk mengambil
larutan dengan skala kecil, buret tempat menaruh NaOH dan statif untuk
menahan buret untuk proses titrasi.
3.2. Metode
3.2.1. Karbohidrat
3.2.1.1. Pengumpulan Saliva
Berkumur dengan air bersih untuk membersihkan mulut, membuang air
kumur. Mengambil 20 ml NaCl 0,1 %, kumur paling sedikit selama satu menit.
Menampung air kumuran pada gelas beker dan menyaringnya untuk
menghilangkan sel-sel epitel rongga mulut dan kotoran-kotoran lainnya.
3.2.1.2. Percobaan Daya Amilolitis Amilase Saliva
Menyiapkan empat tabung reaksi, memberi nomor dan memasukkannya
berturut-turut pada tabung pertama dengan 5 ml saliva dan 5 ml larutan amilum
16
1% masak. Tabung kedua dengan 5 ml saliva yang telah dingin dan 5 ml larutan
amilum 1% masak. Tabung ketiga dengan 5 ml saliva, 5 tetes HCl 0,1N dan 5 ml
larutan amilum 1% masak. Tabung keempat dengan 5 ml larutan amilum 1%
masak. Memasukkan keempat tabung reaksi tersebut kedalam inkubator yang
bersuhu 37°C. Mengambil 2 tetes dari masing-masing tabung reaksi setiap 15
menit dan melakukan uji iod menggunakan larutan lugol 2 tetes hingga 15 menit
ketiga.
3.2.1.3. Pencernaan Amilum Masak oleh Ekstrak Pankreas
Menyiapkan tiga tabung reaksi, memberi nomor dan memasukkannya
berturut-turut pada tabung kelima dengan 1 ml pankreanzim dan 5 ml larutan
amilum. Tabung keenam dengan 1 ml pankreanzin, 5 tetes HCl 0,1N dan 5 ml
larutan amilum 1% masak. Tabung ketujuh dengan 1 ml pankreanzim, 5 tetes
NaOH 0,1N dan 5 ml larutan amilum 1% masak. Memasukkan ketiga tabung
reaksi tersebut kedalam inkubator yang bersuhu 37°C. Mengikuti hidrolisis
tersebut dengan menggunakan uji iod tiap 15 menit hingga 15 menit ketiga.
3.2.1.4. Pencernaan Amilum Masak oleh Asam
Menyiapkan dua tabung reaksi, memberi nomor dan memasukkannya
berturut-turut pada tabung delapan 1 ml larutan HCl 0,45% dan 5 ml larutan
amilum 1% masak, selanjutnya memasukkannya kedalam inkubator yang bersuhu
37°C. Tabung sembilan dengan 1 ml larutan HCl 0,45% dan 5 ml amilum 1%
masak, tidak memasukkan tabung sembilan kedalam inkubator. Mengikuti
17
hidrolisis masing-masing tabung tersebut dengan uji iod setiap 15 menit hingga
menit ketiga.
3.2.2. Protein
3.2.2.1. Pencernaan Protein oleh Pepsin
Mengambil tiga buah tabung reaksi, memberi nomor dan mengisi,
tabung I dengan 1 ml larutan pepsin dan 1 ml larutan HCl 0,45% menambahkan
potongan gumpalan telur. Tabung II dengan 1 ml larutan pepsin dan 1 ml air
menambahkan potongan gumpalan putih telur. Tabung III dengan 1 ml larutan
pepsin yang sudah mendidih setealh dingin dan 1 ml larutan HCl 0,45% dan
potongan putih telur. Lalu maemasukkan ketiga tabung reaksi tersebut ke dalam
inkubator yang bersuhu 37o C. Setiap 30 menit amati dengan cermat perubahan
yang terjadi.
3.2.2.2. Pencernaan Protein oleh Ekstrak Pankreas
Mengambil tiga buah tabung reaksi, memberi nomor dan mengisi,
tabung IV dengan 2 ml ekstrak pankreas dan 1 ml larutan HCl 0,1 N tambahkan
potongan gumpalan putih telur. Tabung V dengan 2 ml larutan ekstrak pankreas
dan 1 ml larutan NaOH 0,1 N menambahkan potongan gupalan putih telur.
Tabung VI dengan 2 ml larutan ekstrak pankreas yang sudah mendidih dan
didinginkan dan 1 ml larutan NaOH 0,1 N dan potongan gumpalan putih telur.
Memasukkan ketiga tabung reaksi tersebut kedalam inkubator dengan suhu 37o C
18
amatilah dengan cermat perubahan yang terjadi setiap 30 menit. Mengamati
pencernaan protein sampai 30 menit kedua.
3.2.3. Lemak
3.2.3.1. Pencernaan Lemak oleh Ekstrak Pankreas
Mengambil 3 buah tabung reaksi. Mengisi tabung reaksi 1 dengan 2 ml
minyak goreng dan 1 ml ekstrak pankreas. Mengisi tabung reaksi 2 dengan 2 ml
minyak goreng dan 1 ml ekstrak pankreas serta 3 tetes cairan empedu. Tabung
reaksi 3 mengisinya dengan 2 ml minyak goreng dan 1 ml air. Setelah itu
memasukkan ketiga tabung reaksi ke dalam inkubator yang bersuhu 37oC selama
60 menit. Menambahkan 5 tetes larutan fenolftalein (PP) 1% pada masing-masing
tabung reaksi. Menetesi dengan larutan NaOH 0,1N sampai terbentuk warna
merah muda. Pencernaan lemak terjadi apabila lemak terhirolisis menjadi asam
lemak dan gliserol, semakin banyak asam lemak yang dibebaskan maka semakin
banyak NaOH yang dibutuhkan untuk menetralisir.
3.2.4. Kadar Asam Total
3.2.4.1. Penentuan Kadar Asam Laktat
Memasukkan 10 ml susu ke dalam gelas erlenmeyer, kemudian
menambahkan 3 tetes larutan fenolftalein (PP) 1 %. Menitrasi dengan larutan
NaOH ) 0,1N sampai titik akhir titrasi berwarna merah muda. Mengulangi titrasi
tersebut sampai 2 kali, kemudian merata-ratakan volume NaOH yang tercatat.
19
3.2.4.2. Penentuan Kadar Asam Asetat
Menimbang 25 g tape, kemudian memasukkannya ke dalam labu ukur
250 ml, menambahkan air sampai tanda tera dan homogenkan dengan
menggunakan pengaduk magnetik. Menyaringnya dengan kapas dan
mengumpulkan filtratnya. Memasukkan 10 ml filtrat ke dalam gelas erlenmeyer,
kemudian menambahkan 3 tetes larutan fenolftalein (PP) 1%. Menitrasi dengan
larutan NaOH 0,1N sampai titik akhir titrasi berwarna marah muda. Mengulangi
titrasi tersebut sampai 2 kali, kemudian merata-rata volume NaOH yang tercatat.
20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Karbohidrat
4.1.1. Percobaan Daya Amilolitis Amilase Saliva
Berdasarkan percobaan daya amilolitis amilase salivadiperoleh hasil
sebagai berikut:
Tabel 1. Percobaan Pencernaan Karbohidrat 15 Menit Pertama
Tabung Uji Iod
Reaksi (+/-) Perubahan WarnaTabung 1 + KuningTabung 2 - HitamTabung 3 + KuningTabung 4 - HitamTabung 5 + KuningTabung 6 + KuningTabung 7 _ HitamTabung 8 _ HitamTabung 9 _ Hitam
Sumber: Data primer praktikum biokimia, 2012
Tabel 2. Percobaan Pencernaan Karbohidrat 15 Menit Kedua
Tabung Uji Iod
Reaksi (+/-) Perubahan WarnaTabung 1 + KuningTabung 2 - HitamTabung 3 + KuningTabung 4 - HitamTabung 5 + KuningTabung 6 + KuningTabung 7 + KuningTabung 8 - HitamTabung 9 - Hitam
Sumber: Data primer praktikum biokimia, 2012
21
Tabel 3. Percobaan Pencernaan Karbohidrat 15 Menit ketiga
Tabung Uji Iod
Reaksi (+/-) Perubahan WarnaTabung 1 + KuningTabung 2 - HitamTabung 3 + KuningTabung 4 - HitamTabung 5 + KuningTabung 6 + KuningTabung 7 + KuningTabung 8 - HitamTabung 9 - Hitam
Sumber: Data primer praktikum biokimia, 2012
Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan pada percobaab
karbohidrat, didapatkan hasil bahwa pada tabung 1 menunjukan hasil positif.
Tabung ke 3 menunjukan hasil yang sama yaitu terjadi reaksi positif. Tabung ke 5
juga mengalami reaksi positif. Tabung ke 6 mengalami reaksi positif demikian
juga tabung ke 7 mengalami reaksi positif. Hal ini menandakan bahwa larutan
tersebut terhidrolisis secara sempurna karena enzim amilase pada larutan tersebut
tidak mengalami kerusakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Soeharsono (1983)
yang menyatakan bahwa enzim amylase dapat mengidrolisis glikogen dan pati.
Sedangkan tabung ke 2 menunjukan hasil negative. Tabung 4 menunjukkan hasil
negative. Tabung ke 8 menunjukkan hasil yang negative begitu juga dengan
tabung ke 8 menunjukkan hasil yang negative. Reaksi yang menunjukkan hasil
negative dikarenakan amilum pada larutan tersebut tidak terhidrolisis sempurna
atau tidak terhidrolisis. Hal ini ditandai dengan berubahnya larutan menjadi
hitam. Hal ini sesuai dengan pendapat Pudjaatmaka (1982) yang menyatakan
molekul karbohidrat yang telah dipecah menjadi molekul kecil seperti amilosa
22
ketika diuji dengan larutan uji iod maka akan menghasilkan warna biru tua dari
interaksi keduanya.
4.2. Protein
4.2.1. Pencernaan Protein oleh Pepsin
Berdasarkan hasil praktikum pada percobaan protein oleh pepsin
diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4. Hasil Pengamatan Pencernaan Protein Oleh Pepsin
TabungKeadaan Putih Telur Reaksi
(+/-)30 Menit Pertama 30 Menit Kedua
1 Hancur Hancur +
2 Hancur Hancur +3 Tidak hancur Tidak hancur -
Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia Dasar, 2012
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh melalui percobaan pencernaan
protein oleh pepsin didapatkan hasil tabung 1 di 30 menit pertama hancur dan di
30 menit kedua juga hancur yang menandakan reaksi positif. Pada tabung 2
didapatkan hasil pada 30 menit pertama hancur dan pada 30 menit kedua juga
hancur yang menandakan juga reaksi positif. Ini menandakan bahwa telur
terdegradasi karena protein tidak tahan pada asam. Hal ini sesuai dengan pendapat
Barasi (2007) yang menyatakan bahwa setelah protein mengalami oleh pejanan
panas atau asam, kekuatan yang mempertahankan struktur protein menjadi lemah,
sehingga protein dapat dicerna. Proses pemasakan dan kondisi asam dalam
lambung mempermudah pencernaan protein.
23
Berbeda dengan tabung ke 3 yang pada menit 30 pertama dan kedua tidak
hancur dan menghasilkan reaksi negative. Hal ini terjadi karena tabung di berikan
pepsin yang sudah dipanaskan sehingga pepsin rusak dan enzim tidak bisa
mendegrasi protein putih telur. Hal ini sesuai dengan pendapat Winarno (1991)
yang menyatakan bahwa pepsin bekerja pada suasan asam, sehingga pada suasana
basa dan pemanasan akan merusak pepsin.
4.2. Pencernaan Protein Oleh Ekstrak Pankreas
Berdasarkan hasil praktikum pencernaan protein oleh ekstrak pankreas
yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berkut:
Tabel 5. Hasil Pengamatan Pencernaan Protein Oleh Ekstrak Pankreas
TabungKeadaan Putih Telur Reaksi
(+/-)30 Menit Pertama 30 Menit Kedua
4 Tidak hancur Tidak hancur -5 Hancur Hancur +
6Tidak hancur dan terbentuk Endapan
Tidak hancur dan terbentuk Endapan
-
Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia Dasar, 2012
Berdasarkan hasil praktikum pada pencernaan protein oleh ekstrak
pankreas didapatkan hasil pada tabung 4 di 30 menit pertama putih telur tidak
hancur, pada 30 menit kedua juga putih telur tidak hancur yang menandakan hasil
reaksi negative. Hal tersebut dikarenakan adanya penambahan HCl 0,1 N yang
berupa senyawa asam sehingga menyebabkan enzim tersebut tidak dapat
didegradasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Martoharsono (2006) yang
menyatakan bahwa enzim baru aktif apabila pH tempat enzim bekerja itu rendah
24
(pH 2-3) dan secara otokatalitik berubah menjadi pepsin. Pada tabung 5 di 30
menit pertama putih telur hancur, pada 30 menit kedua juga putih telur hancur
yang menandakan hasil reaksi positive. Hal tersebut dikarenakan adanya
penambahan NaOH 0,1 N yang berupa senyawa basa sehingga menyebabkan
protein dapat didegradasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Martoharsono (2006)
yang menyatakan bahwa pada pH tinggi maka protein globular mengalami
perubahan fisik yang dinamakan denaturasi, pembentukkan gumpalan putih pada
bagian telur yang putih merupakan salah satu contoh proses denaturasi. Pada
tabung 6 putih telur tidak hancur dan terbentuk endapan yang menandakan reaksi
negative. Dikarenakan ekstraks pankreasnya dipanaskan sehingga enzim
pankreasnya tidak dapat mendegradasi putih telur. Hal ini sesuai dengan pendapat
Bintang (2010) yang menyatakan bahwa pada kisaran suhu 40-70 derajat C
umumnya protein enzim akan terdenaturasi sehingga menyebabkan kehilangan
aktivitasnya, sebagian besar enzim sama sekali tidak aktif pada suhu lebih dari 70
derajat C.
25
4.3. Lemak
4.3.1. Pencernaan Lemak
Berdasarkan percobaan pencernaan lemak oleh ekstrak pankreas
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 6. Hasil Percobaan Pencernaan LemakJumlah NaOH(tetes)
Tabung 1 10Tabung 2 18Tabung 3 1
Sumber: Data primer praktikum biokimia dasar, 2012
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, tabung 1 yang berisi 2 ml
minyak goreng + 1 ml ekstrak pankreas membutuhkan NaOH sebanyak 10 tetes.
Tabung 2 yang berisi 2 ml minyak goreng + 1 ml ekstrak pankreas + 3 tetes cairan
empedu membutuhkan NaOH sebanyak 18 tetes. Tabung 3 yang berisi 2 ml
minyak goreng + 1 ml air membutuhkan NaOH sebanyak 1 tetes. Tabung reaksi
pertama asam lemak dan gliserol yang dihasilkan banyak sehingga NaOH yang
dibutuhkan untuk menetralisir asam lemak juga semakin banyak. Hal ini sesuai
dengan pendapat Poedjiadi (1993) yang menyatakan bahwa hidrolisis lemak dan
basa menghasilkan gliserol dan garam asam lemak. Proses ini disebut penyabunan
dan garam yang dihasilkan disebut sabun. Apabila lemak dihidrolisis dengan asam
akan menghasilkan asam lemak dan gliserol, sedangkan hidrolisis lemak dengan
enzim dapat dilakukan dengan lipase yang menghasilkan asam lemak dan
monogliserida. Asam lemak yang dihasilkan dari hidrolisis lemak oleh lipase
pancreas berasal dari posisi C1 dan C3 gliserol. Pada tabung kedua menghasilkan
26
asam lemak dan gliserol dalam jumlah yang banyak karena empedu tersebut
mengikat globulus lemak makanan untuk menjadi larutan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Kusnawdjaja (1993) yang menyatakan bahwa lemak makanan
meninggalkan lambung dan masuk ke usus halus untuk menjalani emulsifikasi
(tersuspensi dalam partikel-partikel halus dalam lingkungan air) oleh garam-
garam empedu. Garam empedu adalah senyawa amfipatik (mengandung
komponen hidrofobik dan hodrofilik) yang disintesis di hati dan di sekresikan
melalui kandung empedu kedalam lumen usus. Kontraksi kantung empedu
dirangsang oleh hormon kolesistokinin dan sekresi enzim pancreas yang
dirangsang oleh pankreaosin dan sekretin. Garam empedu berfungsi sebagai
detergen, yang mengikat globulus lemak makanan untuk menjadi larutan melalui
pembentukan misel sewaktu terjadi pemecahan oleh kerja peristaltic selama
pencernaan berlangsung. Pada tabung 3 yang tidak ditambah dengan ekstrak
pancreas hanya menghasilkan sedikit asam lemak dan gliserol sehingga NaOH
yang dibutuhkan untuk menetralisir asam lemakpun hanya sedikit jumlahnya. Hal
ini sesuai dengan pendapat Martoharsono (2006) yang menyatakan bahwa ekstrak
pancreas disintesis menghasilkan asam lemak dan gliserol. Jadi apabila tidak ada
ekstrak pancreas maka tidak ada NaOH yang dibutuhkan untuk menetralisir asam
lemak.
27
4.4. Kadar Asam Total
4.4.1. Penentuan Kadar Asam Laktat pada Susu Segar
Berdasarkan hasil praktikum percobaan kadar asam laktat pada susu
segar diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 7. Kadar Asam Laktat pada Susu Segar
Titrasi Jumlah NaOH (ml)I 2,5II 2
Rata-rata 2,25Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia Dasar, 2012
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa kadar asam laktat (L)
yaitu 0,1215%. Ini menunjukkan bahwa kadar asam laktat pada susu segar masih
sedikit, karena pada susu segar laktosa belum sepenuhnya diubah menjadi asam
laktat oleh bakteri asam laktat (BAL). Hal ini sesuai dengan pendapat Rodwell
(1999), yang menyatakan bahwa melalui berbagai penelitian diperoleh hasil
bahwa 1 gr laktosa dapat dibentuk/difermentasi oleh bakteri menjadi 0,8 gr asam
laktat. Menurut Maggy (1994) bahwa susu merupakan media yang sesuai untuk
pertumbuhan beberapa mikroorganisme karena banyaknya substrat yang berharga
untuk fermentasi (laktosa, daging dan bermacam-macam protein) sebagai
perangsang pertumbuhan seperti vitamin dan mineral. Mikrobia inhibitor dalam
susu mentah seperti lactoferrin dan lisozyme. Laktosa adalah substrat besar untuk
fermentasi yang mengandung kurang lebih 40% zat padat untuk semua susu.
28
4.2.2. Pengujian Kadar Asam Laktat Yogurt
Berdasarkan praktikum percobaan kadar asam laktat pada yakult
diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 8. Hasil Percobaan Kadar Asam Laktat Yogurt
Titrasi Jumlah NaOH (ml)I 10,5II 14
Rata-rata 12,25Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia Dasar, 2012
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa kadar asam laktat (L)
yaitu 0,6615%. Hal ini menunjukkan bahwa kadar asam laktat pada susu asam
sudah lebih banyak dari susu segar. Susu asam terjadi fermentasi laktosa oleh
bakteri yang cukup banyak karena susu asam disimpan selama 24 jam dalam suhu
kamar, sehingga memberikan cukup waktu bagi mikroba untuk merubah laktosa
menjadi asam laktat. Hal ini seuai dengan pendapat Maggy (1994) yang
menyatakan bahwa susu merupakan media yang sesuai untuk pertumbuhan
beberapa mikroorganisme karena banyaknya substrat yang berharga untuk
fermentasi (laktosa, daging dan bermacam-macam protein) sebagai perangsang
pertumbuhan seperti vitamin dan mineral. Mikrobia inhibitor dalam susu mentah
seperti lactoferrin dan lisozyme. Laktosa adalah substrat besar untuk fermentasi
yang mengandung kurang lebih 40 % zat padat untuk semua susu. Menurut
Penentuan kadar asam dalam susu dapat ditentukan melalui titrasi dengan larutan
standar / normal alkalin, contohnya sodium hidroksida / natrium hidroksida.
Larutan standar alkalin akan sepenuhnya menetralisasi volume dengan asam yang
29
terkandung dengan kata lain tiap ml dari titran (NaOH) yang mengandung 4.000
gr dalam 1 L larutan akan menetralisir 1 ml asam laktat (yang mengandung 9.000
gr dalam 1 L larutan).
4.2.3. Pengujian Kadar Asam Asetat Tape Ubi Kayu
Berdasarkan percobaan kadar asam asetat ubi kayu kukus diperoleh data
sebagai berikut :
Tabel 9. Hasil Percobaan Kadar Asam Asetat Tape
Tritasi Jumlah NaOH (mL)
I 1
II 1
Rata-rata 1
Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia Dasar, 2012
Berdasarkan data yang diperolehdapat diketahui bahwa kadar asam asetat
(A) yaitu 0,36%. Tape ubi kayu merupakan hasil fermentasi dari ubi kayu kukus
yang mengandung amilum/pati (karbohidrat) menjadi asam asetat dan hasil
samping berupa alkohol oleh bakteri amilolitik. Ubi kayu yang telah dikukus dan
difermentasikan oleh bakteri amilolitik dilakukan dalam proses yang memakan
waktu lama, sehingga hampir seluruhnya amilosa berubah menjadi asam laktat
dan alkohol. Fermentasi ubi kayu menjadi asam asetat ini tergolong dalam proses
anaerob, sehingga hanya dihasilkan sedikit energi dan banyak asam. Sesuai
dengan pendapat Montgomery (1993), yang menyatakan bahwa tape ubi kayu dan
tape ketan mengandung glukosa yang dimanfaatkan oleh mikroba untuk
pertumbuhan sehingga menghasilkan alkohol. Alkohol tersebut digunakan oleh
30
bakteri untuk pertumbuhan dan mengeluarkan hasil samping berupa asam asetat.
Menurut Iswari (2006) bahwa ubi kayu ataupun bahan sumber karbohidrat lainnya
yang setelah dikukus dapat di fermentasi oleh mikroba amilolitik menjadi tape.
Mikroba amilolitik menghasilkan amilase yang dapat memecah pati menjadi
dekstrin, maltotriosa, maltosa dan glukosa. Selanjutnya glukosa dimanfaatkan
oleh mikroba untuk pertumbuhan dengan mengeluarkan hasil samping berupa
alkohol. Alkohol dapat dimanfaatkan lebih lanjut oleh bakteri asam asetat untuk
pertumbuhan dan mengeluarkan hasil samping berupa asam asetat.
4.2.4. Pengujian Kadar Asam Asetat Ubi Kayu Kukus
Berdasarkan percobaan kadar asam asetat ubi kayu kukus diperoleh data
sebagai berikut :
Tabel 10. Hasil Percobaan Kadar Asam Asetat Ubi Kayu Kukus
Titrasi Volume NaOH (ml)I 0,5II 0,5
Rata-rata 0,5Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia Dasar, 2012
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa kadar asam asetat (A)
yaitu 0,18 %, pada ubi kayu kukus kadar asamnya lebih rendah dari tape ubi kayu
ini berdasarkan dengan pernyataan Montgomery (1993), yang menyatakan bahwa
ubi kayu kukus mengandung glukosa yang dimanfaatkan oleh mikroba untuk
pertumbuhan sehingga menghasilkan alkohol. Alkohol tersebut digunakan oleh
bakteri untuk pertumbuhan dan mengeluarkan hasil samping berupa asam asetat.
Menurut Iswari (2006) bahwa ubi kayu ataupun bahan sumber karbohidrat lainnya
31
yang setelah dikukus dapat di fermentasi oleh mikroba amilolitik menjadi tape.
Mikroba amilolitik menghasilkan amilase yang dapat memecah pati menjadi
dekstrin, maltotriosa, maltosa dan glukosa. Selanjutnya glukosa dimanfaatkan
oleh mikroba untuk pertumbuhan dengan mengeluarkan hasil samping berupa
alkohol. Alkohol dapat dimanfaatkan lebih lanjut oleh bakteri asam asetat untuk
pertumbuhan dan mengeluarkan hasil samping berupa asam asetat (Iswari, 2006).
32
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa pencernaan
karbohidrat secara enzimatis terjadi sejak makanan masuk kedalam mulut.
Didalam mulut terdapat enzim amilase/ptyalin yang mencerna karbohidrat
menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Larutan pepsin hanya dapat
bekerja dalam kondisi asam yaitu dengan larutan HCl, sedangkan ekstrak
pankreas (sebagai pengganti getah pankreas) hanya dapat mencerna protein dalam
kondisi basa yaitu dilarutkan dengan larutan NaOH. Lemak dapat terhidrolisis
menjadi asam lemak dan gliserol oleh ekstrak pankreas (pankreaenzim) dan dapat
teremulsikan oleh getah empedu. Lemak tidak dapat larut dalam air dan hanya
dapat larut dalam pelarut organik saja. Pembentukan asam laktat pada susu dan
pembentukan asam asetat pada tape terjadi karena proses fermentasi. Kadar asam
laktat pada susu asam lebih besar daripada kadar asam laktat pada susu segar.
Semakin asam susu maka semakin besar persentase kadar asam laktat pada susu
tersebut. Kadar asam asetat tape ketan lebih besar daripada tape ubi kayu.
5.2. Saran
Praktikum pencernaan lemak pada saat tabung reaksi yang berisi larutan
dan dimasukkan dalam inkubator seharusnya pada saat tabung reaksi dimasukkan
harus bersamaan agar pencernaan terjadi secara optimal.
33
DAFTAR PUSTAKA
Barasi, Mary. 2007. Ilmu Gizi. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Bintang, Maria. 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Damin, Soemardjo.1997. Buku Panuan Praktikum Kimia Dasar. Semarang: UNDIP Press.
Iswari, R. 2006. Biokimia. Graha Ilmu. Semarang.
Lehninger, Albert L. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Erlangga, Jakarta.
Maggy, T. 1994. Dasar-dasar Biokimia V. Erlangga, Jakarta.
Manitto, Paulo.1992. Biosintesis Produk Alami. Ellis Horword Limited Publisher Chichetester, New York.
Martoharsono, S. 2006. Biokimia Jilid I. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Martoharsono, S. 2006. Biokimia Jilid II. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
McGlivery, Robert. 1996. Biokimia Suatu Pendekatan Fungsional. Airlangga University Perss, Surabaya.
Montgomery, R. 1993. Biokimia Suatu Pendekatan Berorientasikan Kasus. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Rodwell, V.W. 1999. Biokimia Harper. Penerbit Kedokteran Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.
Sumardjo, Damin.1988. kimia Organik. Fakultas Kedokteran Undip, Semarang.
Yazid, et al., 2006. Penuntun Praktikum Biokimia untuk Mahasiswa Analisis. Andi Offset. Yogyakarta.
34
LAMPIRAN
Lampiran 1. Fotokopi Hasil Praktikum
35
36
37
38
39
40
Lampiran 2. Menjawab Pertanyaan
Pertanyaan :
1. Berilah contoh untuk masing-masing monosakarida (pentosa dan
heksosa)!
2. Berilah contoh disakarida pereduksi dan bukan pereduksi !
3. Apa yang dimaksud dengan oligosakarida dan berilah contoh
oligosakarida !
4. Berilah contoh masing-masing polisakarida (pentosan dan heksosan) !
5. Apa yang dimaksud dengan uji Benedict positif dan uji Benedict negatif ?
6. Selain uji Benedict hidrolisis karbohidrat dapat diuji dengan menggunakan
uji apa saja dan bagaimana hasilnya ?
7. Berdasarkan hasil percobaan pencernaan karbohidrat di atas (tabung 1 s.d.
9) kesimpulan apa yang dapat Anda tarik ?
Jawab :
1. Contoh pentosa : xilosa, arabinosa, ribosa
Contoh heksosa : glukosa, fruktosa, galaktosa, manosa
2. Disakarida pereduksi : maltosa, laktosa, selobiosa, isomaltosa
Disakarida bukan pereduksi : sakarosa
3. Oligosakarida merupakan polimer 2-10 unit monosakarida. Contoh
oligosakarida adalah sukrosa atau gula tebu.
4. Contoh pentosan : xylan (polimer xilosa), araban (polimer arabinosa)
Contoh heksosan : fruktosan (polimer fruktosa), mannan (polimer
manosa), galaktan (polimer galaktosa), glukosan (polimer glukosa).
41
5. Uji positif : bila terbentuk endapan berwarna merah bata
Uji negatif : tidak terbentuk endapan berwarna merah bata
6. a. Uji Molisch : uji positif jika terbentuk endapan kuning-orange atau
merah.
b. Uji Fehlings: uji positif jika terbentuk cincin ungu antara karbohidrat
dengan asam sulfat.
7. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
pencernaan karbohidrat tidak hanya dipengaruhi oleh enzim pencernaan
saja namun pH juga berpengaruh terhadap pencernaan karbohidrat, pH
yang terlalu asam dapat menyebabkan enzim pencernaan rusak sehingga
tidak dapat menghidrolisis atau memecah karbohidrat menjadi senyawa
yang lebih sederhana.
42
Lampiran 3. Gambar Alat dan Fungsi
1. Tabung reaksi tempat mereaksikan bahan kimia.
2. Rak tabung reaksi untuk menempatkan tabung reaksi
dengan teratur.
3. Pipet tetes digunakan untuk mengambil suatu zat
cair yang akan digunakan untuk
praktikum.
4. Gelas beker wadah penampung yang digunakan
untuk mengaduk, mencampur, dan
memanaskan cairan yang biasanya
digunakan dalam laboratorium.
43
5. Gelas ukur untuk mengukur banyaknya larutan
atau cairan yang akan digunakan
dalam praktikum.
6. Penjepit untuk menjepit tabung reaksi saat
dipanaskan.
7. Lampu Bunsen untuk memanaskan cairan.
8. Buret Alat untuk menempatkan larutan untuk penitrasi
44
9. Statif Penjepit Buret saat proses titrasi
8. Penghisap Sebagai penghisap larutan
9. Pipet hisap Sebagai pipa yang digunakan sebagai alat penghisap yang dihubungkan dengan penghisap
45
Lampiran 4. Fotocopy Literatur
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60