15 - kementerian perindustrianilmate.kemenperin.go.id/document/1589336725-10...dengan mengacu pada...
TRANSCRIPT
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2019 DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM
ii
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR .......................................................................... i DAFTAR ISI ....................................................................................... ii DAFTAR TABEL .................................................................................. iii DAFTAR GAMBAR .............................................................................. iv BAB I PENDAHULUAN ............................................................... 1 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi ........................ 1 1.2 Peran Strategis Organisasi ....................................... 5 1.3 Struktur Organisasi .................................................... 6 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA ................. 7 2.1 Rencana Strategis Organisasi ..................................... 7 2.2 Rencana Kinerja ........................................................ 14 2.3 Perjanjian Kinerja ...................................................... 17 2.4 Rencana Anggaran ...................................................... 18 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ............................................ 22 3.1 Analisis Capaian Kinerja ........................................... 22 3.2 Analisis Capaian Sasaran……………………………… 3.2 Capaian RPJMN ........................................................ 47 3.3 Akuntabilitas Keuangan............................................... 49 3.4 Keterkaitan Capaian Kinerja dan
RPJMN............................................... ................................ 52 BAB IV PENUTUP ........................................................................ 57 4.1 Kesimpulan .................................................................. 57 4.2 Permasalahan dan Kendala ...................................... 58 4.3 Tindak Lanjut ............................................................. 59 LAMPIRAN Lampiran 1 Perjanjian Kinerja Direktorat Industri Logam tahun 2019 Lampiran 2 Pengukuran Kinerja Kegiatan Direktorat Industri Logam tahun 2019 Lampiran 3 Realisasi Rencana Aksi Direktorat Industri Logam tahun 2019 Lampiran 4 Realisasi Capaian RPJMN 2015-2019 Direktorat Industri Logam
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2019 DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM
iii
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Sasaran Tahun
2019 12
Tabel 2.2 Rencana Kinerja dan Kegiatan�Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Logam Tahun 2019
16
Tabel 2.3 Perjanjian Kinerja Direktorat Industri Logam Tahun 2019 17
Tabel 2.4 Struktur Anggaran Direktorat Industri Logam Tahun 2019 19
Tabel 2.5
Rencana Anggaran Direktorat Industri Logam tahun 2019 21
Tabel 3.1
Laju Pertumbuhan Industri Logam Tahun 2017 – 2019 24
Tabel 3.2
Laju Pertumbuhan Industri dan Kontribusi PDB 24
Tabel 3.3 Kontribusi Industri Logam terhadap PDB Nasional Tahun 2017- 2019
26
Tabel 3.4
Laju Pertumbuhan Industri dan Kontribusi terhadap PDB 26
Tabel 3.5
Target dan Realisasi IKU Pertambahan Populasi Industri Besar dan Sedang (Unit Usaha) Tahun 2019
30
Tabel 3.6
Perkembangan Pertambahan Populasi Industri Besar dan Sedang (Unit Usaha) Industri Logam
30
Tabel 3.7 Target dan Realisasi IKU Nilai Investasi �
33
Tabel 3.8
Nilai Investasi di Sektor Industri Logam (Triliun Rupiah) 33
Tabel 3.9
Perkembangan Ekspor Sektor ILMATE dan Industri Logam (USD miliar)
34
Tabel 3.10
Target dan Realisasi IKU Produktivitas SDM Industri Logam (Rp. Juta per orang per tahun)
35
Tabel 3.11
Produktivitas SDM Industri Logam (Rp. Juta perorang per tahun)
36
Tabel 3.12 �
Target dan Realisasi IKU Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) �
38
Tabel 3.13 �
Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) �
39
Tabel 3.14 Target dan Realisasi IKU Jumlah regulasi teknis pemberlakuan SNI, ST dan/atau PTC secara wajib (regulasi)
43
Tabel 3.15 �
Jumlah regulasi teknis pemberlakuan SNI, ST dan/atau PTC secara wajib (regulasi) �
43
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2019 DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM
iv
Tabel 3.16
Target dan Realisasi IKU Infrastruktur kompetensi yang terbentuk (SKKNI)
44
Tabel 3.17
Infrastruktur kompetensi yang terbentuk (SKKNI) 45
Tabel 3.18
Capaian Indikator Kinerja Sasaran Direktorat Industri Logam Tahun 2019
46
Tabel 3.19
Data Realisasi Anggaran Masing-Masing Output 49
Tabel 3.20
Realisasi Anggaran Direktorat Industri Logam Tahun 2019
50
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Bagan Organisasi Direktorat Industri Logam 6
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2019
7
BAB II
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
2.1. RENCANA STRATEGIS ORGANISASI
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007, dinyatakan
bahwa visi pembangunan nasional tahun 2005–2025 itu mengarah
pada pencapaian tujuan nasional, seperti tertuang dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Visi
pembangunan nasional tersebut harus dapat diukur untuk dapat
mengetahui tingkat kemandirian, kemajuan, keadilan, dan
kemakmuran yang ingin dicapai.
Ditinjau dari tingkat perkembangan ekonomi, kemajuan suatu bangsa
diukur dari tingkat kemakmurannya yang tercermin pada tingkat
pendapatan dan distribusinya. Tingginya pendapatan rata-rata dan
ratanya pembagian ekonomi suatu bangsa menjadikan bangsa
tersebut lebih makmur dan lebih maju.
Negara yang maju pada umumnya adalah negara yang sektor industri
dan sektor jasanya telah berkembang. Peran sektor industri
manufaktur sebagai penggerak utama laju pertumbuhan makin
meningkat, baik dalam segi penghasilan, sumbangan dalam
penciptaan pendapatan nasional maupun dalam penyerapan tenaga
kerja.
Negara yang maju juga dindikasikan sebagai negara dengan
perekonomian yang stabil. Gejolak yang berasal dari dalam maupun
luar negeri dapat diredam oleh ketahanan ekonominya.
Selain itu, dalam proses produksi berkembang keterpaduan antar
sektor, terutama sektor industri, sektor pertanian, dan sektor-sektor
jasa; serta pemanfaatan sumber alam yang bukan hanya ada pada
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2019
8
pemanfaatan ruang daratan, tetapi juga ditransformasikan kepada
pemanfaatan ruang kelautan secara rasional, efisien, dan
berwawasan lingkungan, mengingat Indonesia sebagai negara
kepulauan yang berciri nusantara. Lembaga dan pranata ekonomi
telah tersusun, tertata, dan berfungsi dengan baik, sehingga
mendukung perekonomian yang efisien dengan produktivitas yang
tinggi.
Dalam Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025,
disebutkan bahwa struktur perekonomian diperkuat dengan
mendudukkan sektor industri sebagai motor penggerak yang
didukung oleh kegiatan pertanian dalam arti luas, kelautan, dan
pertambangan yang menghasilkan produk-produk secara efisien,
modern, dan berkelanjutan serta jasa-jasa pelayanan yang efektif
yang menerapkan praktik terbaik dan ketatakelolaan yang baik agar
terwujud ketahanan ekonomi yang tangguh. Pembangunan industri
diarahkan untuk mewujudkan industri yang berdaya saing dengan
struktur industri yang sehat dan berkeadilan, yaitu sebagai berikut:
1. Dalam hal penguasaan usaha, struktur industri disehatkan
dengan meniadakan praktek-praktek monopoli dan distorsi pasar
lainnya.
2. Dalam hal skala usaha, struktur industri akan dikuatkan
dengan menjadikan Industri Kecil dan Menengah (IKM) sebagai
basis industri nasional, yaitu terintegrasi dalam mata rantai
pertambahan nilai dengan industri berskala besar.
3. Dalam hal hulu-hilir, struktur industri akan diperdalam dengan
mendorong diversifikasi ke hulu dan ke hilir membentuk rumpun
industri yang sehat dan kuat.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2019
9
Untuk mewujudkan arah kebijakan pembangunan RPJPN tersebut di
atas, telah disusun suatu tahapan perencanaan jangka menengah
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, yang
selanjutnya disebut RPJM Nasional yaitu perencanaan pembangunan
nasional untuk periode 5 (lima) tahunan, yaitu RPJM Nasional I Tahun
2005–2009, RPJM Nasional II Tahun 2010–2014, RPJM Nasional III
Tahun 2015–2019, dan RPJM Nasional IV Tahun 2020–2024. Dalam
rangka memasuki era baru RPJMN III dari perencanaan
pembangunan jangka panjang nasional, maka diharapkan suatu
perencanaan RPJMN tahap III yang terstruktur, fokus dan
berkesinambungan dengan perencanaan sebelumnya.
Rencana strategis Direktorat Industri Logam mencakup beberapa hal
yaitu visi, misi, tujuan, sasaran, dan cara pencapaian tujuan/sasaran
yang meliputi kebijakan, program dan kegiatan yang realistis dengan
memperhatikan tugas pokok dan fungsi masing-masing. Adapun
cerminan fungsi utama Direktorat Industri Logam adalah “ sebagai
fasilitator, stimulator dan dinamisator dunia usaha dalam mendukung
pertumbuhan ekonomi melalui penguatan basis industri manufaktur
dan pengembangan produk melalui peningkatan nilai tambah,
teknologi serta memperluas persebaran sub-sektor industri logam”.
1. Visi
Untuk menjamin kelestarian dan kesuksesan Direktorat Industri
Logam dalam jangka panjang, maka perlu ditetapkan visi yang
berisi nilai dan aspirasi Direktorat Industri Logam. Visi
mencerminkan tujuan jangka panjang yang diekstraksi dalam
bentuk langkah konkrit yang hendak ditempuh.
Direktorat Industri Logam mempunyai visi yaitu Terwujudnya
Industri Logam yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri
yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2019
10
2. Misi
Eksisitensi Direktorat Industri Logam dijabarkan dalam misi yang
merupakan realisasi yang akan menjadikan direktorat mampu
menghasilkan pelayanan berkualitas. Misi berisi pernyataan
tentang apa yang harus dikerjakan oleh Direktorat Industri
Logam dalam usahanya mewujudkan visi.
Adapun Misi yang diemban oleh Direktorat Industri Logam adalah :
a. Memperkuat dan memperdalam struktur industri
material dasar logam untuk mewujudkan industri nasional
yang mandiri, berdaya saing, maju, dan berwawasan
lingkungan;
b. Meningkatkan nilai tambah pada industri material dasar
logam di dalam negeri melalui pengelolaan sumber daya
industri yang berkelanjutan dengan meningkatkan
penguasaan teknologi dan inovasi;
c. Membuka kesempatan berusaha dan perluasan
kesempatan kerja;
d. Mendukung pemerataan pembangunan Industri ke seluruh
wilayah Indonesia guna memperkuat dan memperkukuh
ketahanan nasional.
3. Tujuan
Dengan mengacu pada visi dan misi Direktorat Industri Logam
serta berdasarkan isu – isu dan analisis strategis, maka perlu
ditetapkan tujuan Direktorat Industri Material Logam. Tujuan yang
dimaksud merupakan implementasi atau penjabaran misi
Direktorat Industri Logam dengan memperhatikan faktor – faktor
penentu keberhasilan. Tujuan Direktorat Industri Logam adalah
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2019
11
meningkatnya peran industri Logam dalam perekonomian
nasional.
Untuk mewujudkan pencapaian tujuan pembangunan industri
logam maka perlu dirumuskan indikator-indikator kinerja tujuan
yang sifatnya kuantitatif sehingga dapat diukur keberhasilan
pencapaiannya. Adapun indikator ketercapaian tujuan
sebagaimana yang telah ditetapkan yaitu:
1. Laju pertumbuhan industri logam
2. Kontribusi industri logam terhadap PDB Nasional
3. Penyerapan Tenaga Kerja Industri Logam
Sesuai dengan tujuan, Direktorat Industri Logam memiliki misi
sebagai berikut:
a. Meningkatnya laju pertumbuhan PDB industri logam
b. Meningkatnya kontribusi industri logam terhadap PDB
nasional
c. Meningkatnya kontribusi ekspor produk industri logam
terhadap ekspor nasional
d. Meningkatnya pangsa pasar produk industri logam nasional
terhadap total permintaan pasar dalam negeri
e. Meningkatnya jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor
industri
f. Meningkatnya produktivitas tenaga kerja di industri logam
g. Menurunnya share impor bahan baku industri logam
terhadap PDB industri pengolahan non-migas.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2019
12
4. Sasaran :
Sebagai bagian integral dalam proses perencanaan, sasaran
merupakan penjabaran dari tujuan yang terukur yang akan
dicapai secara nyata dalam jangka waktu yang lebih spesifik.
Sasaran yang hendak dicapai beserta indikator kinerja sasarannya
dalam rangka pengembangan industri logam disajikan dalam tabel
berikut:
Table 2.1 Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Sasaran Tahun 2019
No. Sasaran Strategis (SS) Indikator Kinerja Sasaran
1 Meningkatnya peran industri logam dalam perekonomian nasional
1 Laju pertumbuhan industri logam
2 Kontribusi industri logam terhadap PDB nasional
2 Meningkatnya populasi dan persebaran industri logam
1 Jumlah unit industri logam besar sedang
2 Nilai investasi di sektor industri logam
3 Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri logam
1 Kontribusi ekspor produk industri logam terhadap ekspor nasional
2 Produktivitas SDM industri logam
1 Tersedianya kebijakan pembangunan industri logamyang efektif
1 Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI)
2 Jumlah regulasi teknis pemberlakuan SNI, ST dan/atau PTC secara wajib
2 Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang perindustrian yang berdaya saing dan berkelanjutan
1 Infrastruktur kompetensi yang terbentuk
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2019
13
5. Arah Kebijakan Dan Strategi Tahun 2019
Peningkatan efisiensi dan efektifitas kinerja Direktorat Industri
Logam menuju ke arah perubahan yang lebih lebih sempurna
dapat ditempuh melalui perencanaan strategis yang dilakukan
setiap lima tahun sekali. Arah Kebijakan Pengembangan Industri
Logam Tahun 2015 – 2019 sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2014
dan Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional (RIPIN)
Tahun 2015 – 2035 mencakup beberapa hal pokok sebagai
berikut:
1) Merevitalisasi sektor industri dan meningkatkan peran sektor
industri dalam perekonomian nasional.
2) Membangun struktur industri dalam negeri yang sesuai
dengan prioritas nasional dan kompetensi daerah.
3) Mendorong pertumbuhan industri di luar Pulau Jawa.
4) Mendorong sinergi kebijakan dari sektor-sektor pembangunan
yang lain dalam mendukung pembangunan industri nasional.
5) Pembangunan industri pendukung dan andalan secara
selektif melalui penyiapan SDM yang ahli dan kompeten di
bidang industri.
6) Meningkatkan penguasaan teknologi.
Industri logam dalam negeri dibangun dan dikembangkan
dengan mengacu pada penyusunan dan penerapan
standardisasi, pengembangan kompetensi SDM, penguatan
lembaga uji, penguatan posisi dalam kerjasama luar negeri,
penguatan sistem informasi dan penguasaan teknologi.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2019
14
2.2. RENCANA KINERJA
Untuk pencapaian misi, visi, tujuan dan sasaran Direktorat Industri
Logam, maka dalam kebijakan Direktorat Industri Logam di susun 3
(tiga) sasaran strategis dalam Perspektif Pemangku Kepentingan/
Stakeholder, dan 3 (tiga) sasaran strategis dalam Perspektif Proses
Pelaksanaan Tugas Pokok yang akan dicapai dengan indikator kinerja sasaran strategis seperti yang diuraikan berikut :
1. Perspektif Pemangku Kepentingan / Stakeholder Sasaran Strategis 1 :
Meningkatnya peran industri logam dalam perekonomian nasional. Indikator kinerja utama (IKU) dari sasaran ini adalah: 1. Laju pertumbuhan industri logam 2. Kontribusi industri logam
terhadap PDB nasional Sasaran Strategis 2 Meningkatnya populasi dan
persebaran industri logam Indikator kinerja utama (IKU) dari sasaran ini adalah: 1. Jumlah unit industri logam besar
sedang 2. Nilai investasi di sektor industri
logam Sasaran Strategis 3 :
Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri logam Indikator kinerja utama (IKU) dari sasaran ini adalah: 1. Kontribusi ekspor produk industri
logam terhadap ekspor nasional 2. Produktivitas SDM industri logam
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2019
15
2. Perspektif Proses Bisnis Internal Sasaran Strategis 1 :
Tersedianya Kebijakan pembangunan industri logam yang efektif
Indikator kinerja utama (IKU) dari sasaran ini adalah:
1. Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI)
2. Jumlah regulasi teknis pemberlakuan SNI, ST dan/atau PTC secara wajib
Sasaran Strategis 2 :
Terselenggaranya urusan pemerintah di bidang perindustrian yang berdaya saing
Indikator kinerja utama (IKU) dari sasaran ini adalah:
1. Infrastruktur kompetensi yang terbentuk.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2019
16
Tabel 2.2 Rencana Kinerja dan Kegiatan
Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Logam Tahun 2019
No. Sasaran Strategis (SS)
Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Satuan Program/ Kegiatan
Perspektif Pemangku Kepentingan / Stakeholder
1 Meningkatnya peran industri logam dalam perekonomian nasional
1 Laju pertumbuhan industri logam
4.87 Persen Peningkatan Kapasitas Produksi 17 Juta Ton Baja Nasional (2020 - 2024)
2 Kontribusi industri logam terhadap PDB nasional
1.53 Persen Bimbingan Teknis dan Pengawasan Penerapan SNI Wajib Produk Logam
2 Meningkatnya populasi dan persebaran industri logam
1 Jumlah unit industri logam besar sedang
171 Unit Penyusunan Rencana, Program dan Anggaran, Evaluasi dan Pelaporan,
2 Nilai investasi di sektor industri logam
54.71 Rp. Triliun
Temu Bisnis Dengan Jepang, Korea Selatan Dan Taiwan
3 Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri logam
1 Kontribusi ekspor produk industri logam terhadap ekspor nasional
6.0 Persen Bimbingan Teknis Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Dan Produktivitas Industri Logam
2 Produktivitas SDM industri logam
689.9 Rp. Juta Pelatihan Peningkatan Kompetensi SDM Industri (Logam Besi, Logam Bukan Besi, dan Logam Hilir); Peningkatan Kompetensi SDM Dalam Rangka Pengembangan Hilirisasi Industri Logam Berbasis Pengolahan Sumber Daya Mineral Logam Bukan Besi
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2019
17
Perspektif Proses Bisnis Internal
1 Tersedianya kebijakan pembangunan industri logam yang efektif
1 Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI)
3 RSNI Penyusunan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) Industri Logam
2 Jumlah regulasi teknis pemberlakuan SNI, ST dan/atau PTC secara wajib
3 Regulasi Penyusunan SNI Wajib Produk Industri Logam Besi, Bukan Besi, dan Hilir
2 Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang perindustrian yang berdaya saing dan berkelanjutan
1 Infrastruktur kompetensi yang terbentuk
2 SKKNI Penyusunan Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI) Sektor Industri Logam
2.3. PERJANJIAN KINERJA
Perjanjian kinerja pada dasarnya merupakan salah satu komponen
dari Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Sistem AKIP).
Perjanjian kinerja ini akan menggambarkan capaian kinerja yang
akan diwujudkan oleh suatu instansi pemerintah/ unit kerja dalam
suatu tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber daya yang
dikelolanya. Perjanjian Kinerja Direktorat Industri Logam tahun 2019
adalah sebagai berikut :
Tabel 2.3 Perjanjian Kinerja Direktorat Industri Logam Tahun 2019
No. Sasaran Strategis (SS)
Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Satuan
Perspektif Pemangku Kepentingan / Stakeholder 1 Meningkatnya peran
industri dalam perekonomian nasional
1 Laju pertumbuhan industri
4,87 Persen
2 Kontribusi industri terhadap PDB nasional
1,53 Persen
2 Meningkatnya populasi dan persebaran industri
1 Jumlah unit industri pengolahan non-migas besar sedang
171 Unit
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2019
18
2 Nilai investasi di sektor industri pengolahan non-migas
54,71 Rp. Triliun
3 Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri
1 Kontribusi ekspor produk industri pengolahan non-migas terhadap ekspor nasional
6 Persen
2 Produktivitas SDM industri
689,9 Rp. Juta
Perspektif Proses Bisnis Internal 1 Tersedianya
kebijakan pembangunan industri yang efektif
1 Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI)
3 RSNI
2 Jumlah regulasi teknis pemberlakuan SNI, ST dan/atau PTC secara wajib
3 Regulasi
2 Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang perindustrian yang berdaya saing dan berkelanjutan
1 Infrastruktur kompetensi yang terbentuk
2 SKKNI
2.4. RENCANA ANGGARAN
Pada tahun anggaran 2019, Direktorat Industri Logam memiliki kegiatan
Penumbuhan dan Pengembangan Industri Logam. Untuk dapat
melaksanakan program tersebut, Direktorat Industri Logam mendapat
alokasi anggaran sebesar Rp. 14.354.052.000,- (Empat belas milyar
tiga ratus lima puluh empat lima puluh dua ribu Rupiah) berdasarkan
Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2019
19
Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan
Elektronika Tahun Anggaran 2019.
Adapun struktur anggaran Direktorat Industri Logam tahun 2019
dijelaskan lebih rinci pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Struktur Anggaran Direktorat Industri Logam Tahun 2019
No. Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Utama Target Satuan Anggaran Kegiatan
Indikator Kinerja
Kegiatan Perspektif Pemangku Kepentingan / Stakeholder
1 Meningkatnya peran industri logam dalam perekonomian nasional
1 Laju pertumbuhan industri logam
4.87 Persen 328.154.000 Peningkatan Kapasitas Produksi 17 Juta Ton Baja Nasional (2020 - 2024)
70 persen (peningkatan Kapasitas Produksi Baja Nasional)
2 Kontribusi industri logam terhadap PDB nasional
1.53 Persen 1.106.548.000 Bimbingan Teknis dan Pengawasan Penerapan SNI Wajib Produk Logam
60 orang (SDM terlatih)
2 Meningkatnya populasi dan persebaran industri logam
1 Jumlah unit industri logam besar sedang
171 Unit 1.177.932.000 Penyusunan Rencana, Program dan Anggaran, Evaluasi dan Pelaporan,
2 dokumen perencanaan dan 1 dokumen evaluasi dan pelaporan.
2 Nilai investasi di sektor industri logam
54.71 Rp. Triliun
571.846.000 Temu Bisnis Dengan Jepang, Korea Selatan Dan Taiwan
70 persen (peningkatan Kapasitas Produksi Baja Nasional)
3 Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri logam
1 Kontribusi ekspor produk industri logam terhadap ekspor nasional
6.0 Persen 1.925.000.000 Bimbingan Teknis Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing dan Produktivitas Industri Logam
80 orang (SDM terlatih)
2 Produktivitas SDM industri logam
689.9 Rp. Juta
4.619.450.000 Pelatihan Peningkatan Kompetensi SDM Industri (Logam Besi, Logam Bukan Besi, dan Logam Hilir)
240 orang (SDM terlatih)
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2019
20
Peningkatan Kompetensi SDM Dalam Rangka Pengembangan Hilirisasi Industri Logam Berbasis Pengolahan Sumber Daya Mineral Logam Bukan Besi
60 orang (SDM terlatih)
Perspektif Proses Bisnis Internal 1 Tersedianya
kebijakan pembangunan industri logam yang efektif
1 Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI)
3 RSNI 1.782.495.000 Penyusunan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) Industri Logam
3 RSNI
2 Jumlah regulasi teknis pemberlakuan SNI, ST dan/atau PTC secara wajib
3 Regulasi
893.452.000 Penyusunan SNI Wajib Produk Industri Logam Besi, Bukan Besi, dan Hilir
3 rancangan Peraturan Pemberlakuan SNI Wajib Produk Industri
2 Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang perindustrian yang berdaya saing dan berkelanjutan
1 Infrastruktur kompetensi yang terbentuk
2 SKKNI 1.949.175.000 Penyusunan Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI) Sektor Industri Logam
3 RSKKNI
Berikut rincian output dan komponen yang mendukung kegiatan
Penumbuhan dan Pengembangan Industri logam beserta masing-
masing anggarannya dapat dilihat pada Tabel 2.5 berikut:
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2019
21
Tabel 2.5 Rencana Anggaran Direktorat Industri Logam tahun 2019
KODE OUTPUT / RINCIAN AKUN PAGU
8 Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika
14.354.052.000
4917 Peningkatan Kompetensi Sdm Industri Logam
10.493.625.000
4.917.001 Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (rskkni) Sektor Industri Logam
1.949.175.000
4.917.002 Sdm Sektor Industri Logam Yang Terlatih
3.073.080.000
4.917.003 Bimbingan Teknis Penerapan Sni Wajib Industri Logam
2.000.000.000
4.917.004 Bimbingan Teknis Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Dan Produktivitas Industri Logam
1.925.000.000
4.917.005 Peningkatan Kompetensi Sdm Dalam Rangka Pengembangan Hilirisasi Industri Logam Berbasis Pengolahan Sumber Daya Mineral Logam Bukan Besi
1.546.370.000
5882 Penumbuhan Dan Pengembangan Industri Logam
3.860.427.000
5.882.003 Klaster 10 Juta Ton Produksi Logam Nasional
900.000.000
5.882.017 Dokumen Program, Evaluasi, Pelaporan, Dan Tata Usaha
1.177.932.000
1 Dokumen Program, Evaluasi Dan Pelaporan
925.133.000
2 Layanan Tata Usaha 252.799.000 5.882.020 Rancangan Standar Nasional
Indonesia (rsni) Industri Logam 1.782.495.000
U99 Perumusan Sni 1.782.495.000
T O T A L 14.354.052.000
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2019
22
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
3.1 ANALISIS CAPAIAN KINERJA
Dengan diterbitkannya Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 5 tahun 2004 tentang
Percepatan Pemberantasan Korupsi, kemudian ditindaklanjuti oleh Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dengan diterbitkannya Surat Edaran Nomor:
SE/31/M.PAN/12/2004 tentang Penetapan Kinerja, maka setiap instansi pemerintah
wajib menyusun “Penetapan Kinerja” berdasarkan alokasi anggaran yang
dikelolanya. Penetapan Kinerja pada dasarnya adalah pernyataan komitmen yang
merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja secara jelas dan terukur
dalam rentang waktu satu tahun. Tujuan khusus penetapan kinerja adalah untuk:
1. Meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur;
2. Menunjukkan wujud nyata komitmen antar penerima amanah dengan
pemberi amanah;
3. Menunjukkan dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan
sasaran organisasi;
4. Menciptakan tolak ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur;
5. Menunjukkan dasar pemberian reward atau penghargaan dan sanksi.
Akuntabilitas merupakan perwujudan kewajiban seseorang atau unit kerja dalam
mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan
pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan melalui media pertanggungjawaban secara berkala.
Akuntabilitas dapat berwujud laporan tahunan pencapaian tugas pokok dan fungsi
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2019
23
dengan aspek penunjangnya seperti keuangan, sarana dan prasarana, sumber daya
manusia dan lain-lain.
Setiap Instansi pemerintah, Badan dan Lembaga Negara di Pusat dan Daerah
sesuai dengan tupoksinya harus memahami lingkup akuntabilitasnya masing-
masing, karena akuntabilitas yang diminta meliputi keberhasilan dan juga kegagalan
melaksanakan misi Instansi yang bersangkutan.
Sistem Akuntabilitas memiliki beberapa prinsip-prinsip dasar sebagai berikut:
1. Adanya komitmen pimpinan dan seluruh staf instansi untuk melakukan
pengelolaan pelaksanaan misi agar akuntabel
2. Adanya sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber-sumber daya secara
konsisten dengan peraturan yang berlaku.
3. Dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan
4. Berorientasi pada pencapaian visi dan misi serta hasil dan manfaat yang
diperoleh
5. Jujur, obyektif, transparan, dan inovatif sebagai katalisator perubahan
manajemen instansi pemerintah dalam bentuk pemuktahiran metode dan teknik
pengukuran kinerja dan penyusunan laporan akuntabilitas.
Dalam rangka mendukung program pemberian dukungan fasilitasi dalam upaya
mewujudkan iklim usaha yang kondusif, seluruh kegiatan telah selesai dilaksanakan.
Dalam memahami keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan suatu kegiatan apakah
telah sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi
dan misi Direktorat Industri Logam maka diperlukan analisis capaian terhadap
sasaran yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja untuk tahun 2019, antara
lain:
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2019
24
A. Perspektif Pemangku Kepentingan/ Stakeholder 1. Sasaran Strategis 1: Meningkatnya peran industri logam dalam
perekonomian nasional a. Indikator Kinerja Utama (IKU) 1: Laju Pertumbuhan Industri Logam
Tabel 3.1 Laju Pertumbuhan Industri Logam Tahun 2017 – 2019
No Laju Pertumbuhan Industri Logam (%)
2017 2018 2019
Prognosa
1 6,33 7,52 -0.88
Tabel. 3.2 Laju Pertumbuhan Industri dan Kontribusi PDB
Uraian 2016 2017 2018 2019
Pertumbuhan (%)
Ekonomi Nasional 5,03 5,07 5,17 5,03
Industri Non Migas 4,43 4,85 4,77 4,88
ILMATE 3,91 3,75 3,34 -1,56
Industri Logam 2,35 6,33 7,52 -0,88
Kontribusi Industri Logam (%) terhadap
PDB Industri ILMATE 30,72 32,21 33,98 34,01
PDB Industri Non-migas 8,73 8,31 8,55 8,42
PDB Nasional 1,59 1,51 1,53 1,38
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2019
25
Grafik 3.1 Pertumbuhan Ekonomi dan Industri
Pertumbuhan industri logam pada tahun 2019 diperkirakan menurun
sebesar -0,88%. Hal ini terjadi karena adanya rasioa impor yang lebih
besar khususnya pada industri baja. Dari data BPS, industri
manufaktur besar dan sedang dominan mengalami penurunan.
Diindikasikan industri manufaktur melambat disebabkan karena kondisi
perekonomian global yang penuh tantangan dengan adanya perang
dagang dan harga komoditas yang fluktuatif. Khusus industri barang
logam bukan mesin dan peralatannya mengalami penurunan paling
dalam, yakni 22,95% secara tahunan (yoy) pada Triwulan III tahun
2019.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2019
26
b. Indikator Kinerja Utama (IKU) 2: Kontribusi Industri Logam terhadap PDB Nasional
Tabel 3.3 Kontribusi Industri Logam terhadap PDB Nasional
Tahun 2017- 2019
No Kontribusi Industri Logam Terhadap PDB
Nasional (%)
2017 2018 2019
1 1,51 1,53 1,38
Tabel 3.4 Laju Pertumbuhan Industri dan Kontribusi terhadap PDB
Uraian 2016 2017 2018 2019
Kontribusi PDB (%)
Industri Non Migas 8.73 8.31 8.55 8.42
ILMATE 30.72 32.21 33.98 34.01
Nasional 1.59 1.51 1.53 1.38
Nilai kontribusi sektor industri logam terhadap PDB sektor PDB sektor
ILMATE mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya sebesar 0.03%.
Peningkatan kontribusi terhadap PDB ini didukung oleh peningkatan
investasi di sektor industri logam, peningkatan konsumsi baja di sektor
konstruksi, belanja pemerintah di sektor konstruksi, peningkatan
ekspor di industri hulu, dan industri pendukung migas.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2019
27
Untuk mendukung pencapaian sasaran strategis tersebut, kegiatan yang
dilaksanakan pada untuk mewujudkan sasaran strategis ini antara lain:
1. FGD Peningkatan Kapasitas Baja Nasional "Penyelarasan Supply
Demand Industri Baja Nasional Hulu & Hilir Sektor Flat Product"
pada tanggal 21 Juni 2019 di Jakarta;
2. Pelaksanaan FGD Peningkatan Kapasitas Baja Nasional "Supply
Demand Industri Baja Lapis Seng/Aluminium Seng" pada tanggal 1
Oktober 2019 di Jakarta;
3. FGD Peningkatan Kapasitas Baja Nasional: Penyelarasan supply
demand industri baja untuk supply industri otomotif di Denpasar,
Bali pada tanggal 10 Oktober 2019; dan
4. Sosialisasi Sistem Database Supply Demand Besi Baja Nasional
(SIBANA) tanggal 6 Desember 2019.
Dibangunnya SIBANA ini bertujuan untuk membangun transparansi
importasi baja. SIBANA akan memuat data mengenai pelaku impor
serta kebutuhan pasar dalam negeri. Dengan adanya transparansi
ini diharapkan dapat terbangun jaringan informasi (networking)
antara industri baja hulu dan hilir. Kedua belah pihak akan
mengetahui kebutuhan masing-masing. Ditambah lagi, SIBANA
diharapkan bisa mendorong investasi di sektor industri logam yang
memiliki nilai impor sangat besar. Selain itu, sistem ini bisa menjadi
acuan dalam membuat regulasi baru terkait importasi baja.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2019
28
2. Sasaran Strategis 2: Meningkatnya Populasi dan Persebaran Industri
Logam a. Indikator Kinerja Utama (IKU) 1: Jumlah unit industri logam besar
sedang Sasaran strategis ini diukur dengan menghitung pertambahan industri
baru dan perluasan industri yang sudah ada. Dengan pertambahan
industri baru dan perluasan industri yang sudah ada diharapkan dapat
mendorong pertumbuhan industri di sektor industri logam.
Pada tahun 2019 terdapat beberapa perusahaan baru dan perluasan
industri sektor logam, antara lain:
1. PT Sunrise Mill
PT Sunrise Mill, pada tahun 2019, mulai membangun pabrik untuk
produk hulu yakni baja canai dingin (cold-formed) di Mojokerto
dengan kapasitas terpasang 200.000 ton/tahun untuk memenuhi
kebutuhan bahan baku produk hilir yakni baja lapis ringan di
Indonesia.
2. PT Tata Metal Lestari
Pada tahun 2019, PT Tata Metal Lestari yang berlokasi di Cikarang
Selatan, Bekasi mulai produksi Baja Lapis Aluminium Seng (BjLAS)
dengan kapasitas 225.000 ton/tahun.
3. PT Huadi Nickel Alloy Indonesia
Proyek rintisan pemurnian (smelter) nikel ini diresmikan pada
tanggal 26 Januari 2019 di Kawasan Industri Bantaeng (KIBa),
Sulawesi Selatan oleh Nurdin Abdullah, Gubernur Sulawesi
Selatan. Total nilai investasinya sekitar US$ 2,4 miliar. Kapasitas
produksi saat ini dengan dua tungku sebesar 150 metrik ton per
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2019
29
hari dan 4.200 metrik ton setiap bulan atau 50.000 metrik ton setiap
tahun. Direncanakan pembangunan tahap kedua pada akhir 2020
dengan target produksi 200.000 metrik ton (Sumber:
Kemenperin.go.id).
4. PT Borneo Alumina Indonesia (BAI)
PT BAI merupakan perusahaan patungan antara PT Indonesia
Asahan Aluminum (Persero) dan PT Antam Tbk. Pabrik dibangun di
atas lahan seluas 288 hektare di Desa Bukit Batu, Kabupaten
Mempawah, Kalimantan Barat dengan nilai investasi mencapai US$
850 juta. Dengan beroperasinya PT BAI, maka produksi aluminium
diproyeksikan akan naik 76,92% menjadi 2,3 juta ton per tahun
pada 2022 (Sumber: Kemenperin.go.id).
5. Peresmian Blast Furnace PT Krakatau Steel
Pabrik Blast Furnace ini berdiri di area Blast Furnace Complex
Krakatau Steel seluas 55 hektare (ha) ini merupakan kerjasama
Konsorsium kontraktor yang terdiri dari MCC CERI dari China dan
PT Krakatau Engineering (PT KE). Pembangunan blast
furnace diharapkan akan menjaga keseimbangan kapasitas hulu
(iron & steel making) dengan hilir (rolling mill) sehingga mengurangi
ketergantungan pada slab impor.
Blast Furnace Complex ini memiliki Sinter Plant dengan kapasitas
1,7 juta ton per tahun, Hot Metal Treatment Plant dengan kapasitas
1,2 juta ton per tahun, Coke Oven Plant dengan kapasitas 555.000
ton per tahun. Sebagai penunjang, terdapat Raw Material Handling
(Stockyard) yang mampu menampung 400 ribu ton per tahun
(Sumber: Kontan.co.id)
6. Peresmian pabrik Hot Strip Mill (HSM) PT Krakatau Steel
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2019
30
Terkait perluasan kapasitas di hilir, PT Krakatau Steel juga sedang
membangun pabrik hot strip mill kedua yang akan beroperasi pada
tahun 2019. Dengan adanya pabrik ini akan didapatkan tambahan
kapasitas sebesar 1,5 juta ton baja lembaran panas atau HRC.
Dengan fasilitas HSM II baru tersebut nantinya kapasitas Krakatau
Steel dan Krakatau Posco mencapai 7 juta ton, atau masih terdapat
kekurangan 3 juta ton untuk mencapai 10 juta ton.
Tabel 3.5 Target dan Realisasi IKU Pertambahan Populasi Industri Besar dan
Sedang (Unit Usaha) Tahun 2019
IKU Target Capaian Capaian %
Pertambahan Populasi
Industri Logam 171 142 83.04
Tabel 3.6 Perkembangan Pertambahan Populasi Industri Besar dan Sedang
(Unit Usaha) Industri Logam
Uraian 2016 2017 2018 2019
Pertambahan Populasi
Industri Logam
140 131 152 142
Berdasarkan prognosa, pertambahan populasi industri logam skala
besar dan sedang ditargetkan bertambah 171 industri, akan tetapi
pada tahun 2019 dari data investasi BKPM terdapat penambahan
jumlah 142 industri.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2019
31
b. Indikator Kinerja Utama (IKU) 1: Nilai investasi di sektor industri logam. Pemberlakuan Undang – Undang No 4 Tahun 2009 Tentang Mineral dan
Batu Bara merupakan sebuah amanah konstitusi untuk meningkatkan
nilai tambah mineral melalui pengolahan dan pemurnian bijih mineral di
dalam negeri. Kebijakan pembatasan dan/ atau pelarangan ekspor bijih
mineral dimaksudkan untuk membangun fondasi serta memperkuat
struktur industri logam yang menjadi tulang punggung bagi
pengembangan industri manufaktur.
Industri logam merupakan industri yang menopang industri lain yang lebih
luas, seperti konstruksi, infrastruktur, energi, pertahanan dan keamanan,
bahkan untuk industri keperluan rumah tangga. Penguatan struktur
industri logam ditandai dengan penumbuhan investasi.
Pertumbuhan investasi di sektor industri logam baik dari PMA maupun
PMDN meningkat dari tahun 2018 dengan total Rp. 43.1 Trilyun naik
mencapai Rp. 52.24 Trilyun (sekitar 21.2 %). Hal ini terkait dengan
pengembangan industri smelter berbasis logam karena Indonesia
termasuk dari 10 besar negara di dunia dengan cadangan bauksit, nikel,
dan tembaga yang tinggi. Untuk pengembangan industri berbasis mineral
logam khususnya pengolahan bahan baku bijih nikel, saat ini difokuskan
di kawasan timur Indonesia. Misalnya, di Kawasan Industri Morowali,
Sulawesi Tengah, Kawasan Industri Bantaeng, Sulawesi Selatan dan
Kawasan Industri Konawe, Sulawesi Tenggara.
Investasi baru yang rencananya akan direalisasikan hingga 5 (lima) tahun
mendatang melalui pembangunan beberapa smelter pengolahan dan
pemurnian mineral logam di antaranya:
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2019
32
1. PT. Indonesia Tsingshan Indonesia berlokasi di Morowali, Sulawesi
Tengah untuk produksi HRC kapasitas 1 juta ton/tahun dan Nickel
Low Grade dengan Kapasitas 500 ribu ton/tahun;
2. PT. Titan Mineral berlokasi di Bantaeng, Sulawesi Selatan dengan
kapasitas produksi Ferro Nickel 250 ribu ton/tahun;
3. PT. Huadi Nickel Alloy Indonesia berlokasi di Bantaeng, Sulawesi
Selatan untuk pembangunan fasilitas produksi Ferro Nickel dengan
kapasitas 600 ribu ton/tahun;
4. PT. Dexin Steel Indonesia berlokasi di Morowali, Sulawesi Tengah
dengan kaspasitas produksi Pig Iron 3,1 juta ton, Steel slab 1,8 juta
ton, steel bar 1 juta ton, steel plate 1,75 juta ton, dan steel wire rod
500 ribu ton;
5. PT. Obsidian Stainless Steel berlokasi di Konawe, Sulawesi
Tenggara dengan pembangunan fasilitas produksi Stainless Steel
kapasitas 400.000 ton, Steel Slab kapasitas 800.000 ton, dan Ferro
nickel kapasitas 800.000 ton;
6. PT. Inalum berlokasi di Asahan, Sumatera Utara yang melakukan
perluasan kapasitas produksi untuk produk aluminium ingot, billet,
dan alloy dengan kapasitas produksi 235 ribu ton/tahun, dan
aluminium slab dengan kapasitas produksi 200 ribu ton/tahun;
7. PT Borneo Alumina Indonesia yang merupakan pabrik alumina (Joint
Venture antara PT. Aneka Tambang dengan PT. Inalum) yang
berlokasi di Mempawah, Kalimantan Barat akan melakukan produksi
alumina dengan kapasitas produksi 1 juta ton/tahun pada tahap
pertama, dan peningkatan 1 juta ton alumina lagi pada tahap kedua;
8. PT. Krakatau Steel berlokasi di Cilegon Banten untuk pembangunan
fasilitas produksi Hot Strip Mill (HSM) tahap 2 dengan kapasitas 1,5
juta ton/tahun.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2019
33
Tabel 3.7 Target dan Realisasi IKU Nilai Investasi
IKU Target Capaian Capaian %
Nilai Investasi 54.71 triliun 52.24 triliun 95.48
Tabel 3.8 Nilai Investasi di Sektor Industri Logam (Triliun Rupiah)
Uraian 2016 2017 2018 2019
Nilai Investasi 50,6 49,7 43,1 52.24
Kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung terwujudnya sasaran
strategis ini antara lain:
1. Partisipasi dalam The 1st Korea – Indonesia Steel Dialogue and
Automotive Industry Development Forum pada tanggal 28 April - 4
Mei 2019;
2. Kunjungan Kerja Ke POSCO Korea pada tanggal 22-27 Juni 2019 di
Seoul, Korea Selatan;
3. Pelaksanaan Steel Dialogue Indonesia - Japan pada tanggal 9 Juli
2019 di Jakarta;
4. Pelaksanaan Indonesia - Taiwan Steel Dialogue di Surabaya pada
tanggal 24 - 25 Oktober 2019;
5. Kunjungan ke Taiwan (Menghadiri Sidang 2019 Taiwan- Indonesia
Industrial Collaboration Forum Metal Manufacturing Sub-Forum di
Taiwan pada tanggal 8-11 Desember 2019;
6. Kunjungan ke The 5th edition of International Metal Technology
Taiwan di Taichung International Exhibition Center (TCIEC) pada
tanggal 6-11 November 2019); dan
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2019
34
7. Kunjungan Kerja Menteri Perindustrian Ke Jepang dan Korea Dalam
Rangka Kerjasama dan Meningkatkan Investasi di Indonesia pada
tanggal 15-20 November 2019 di Tokyo dan Seoul).
3. Sasaran Strategis 3: Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri logam
a. Indikator Kinerja Utama (IKU) 1: Kontribusi ekspor produk industri logam terhadap ekspor nasional.
Tabel 3.9 Perkembangan Ekspor Sektor ILMATE dan Industri Logam (USD miliar)
Uraian 2016 2017 2018 2019
Perkembangan Ekspor (USD Milyar)
Ekspor Nasional 144,5 168,7 180,2 168,1
Logam Mesin Alat Transp. & Elektronka 28,3 31,8 35,8 36,9
Industri Logam 7,8 10,6 13,6 14,6
Kontribusi terhadap Ekspor Nasional (%)
Terhadap Ekspor Nasional 5,4 6,3 7,6 8,7
Terhadap Ekspor Ind. non migas 7,1 8,5 10,5 11,5
Terhadap Ekspor ILMATE 27,4 33,4 38,2 39,6
Nilai ekspor produk industri logam sampai dengan Triwulan IV tahun 2019
diperkirakan sebesar USD 14.6 milyar. Kontribusi ekspor industri logam
terhadap ekspor nasional sampai dengan Triwulan IV tahun 2019 adalah
sebesar 8,7%.
Kegiatan untuk mendukung pencapaian indikator kinerja ini antara lain:
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2019
35
1. Workshop Persiapan Pembahasan ASEAN Harmonized Tarif
Nomenclauture (AHTN) 2022 untuk Sektor Industri Logam di Bogor
tanggal 22 Agustus 2019;
2. FGD Finalisasi Pembahasan ASEAN Harmonized Tariff
Nomenclauture (IAHTN) 2022 untuk Sektor Industri Logam di Bogor
tanggal 11 Oktober 2019;
3. FGD Pembahasan ASEAn Harmonized Tariff Nomenclauture (AHTN)
2022 untuk Sektor Industri Logam di Bogor.
b. Indikator Kinerja Utama (IKU) 2: Produktivitas SDM industri logam Cerminan kinerja Direktorat Industri Logam juga dapat dilihat dari tingkat
produktivitas tenaga kerja sektor industri logam dasar. Produktivitas
merupakan rasio antara nilai output dengan nilai input. Dalam kaitannya
dengan pengukuran kinerja Direktorat Industri Logam, produktivitas tenaga
kerja diukur dari rasio atau perbandingan antara nilai tambah dengan
jumlah tenaga kerja pada sektor yang dimaksud. Dari Tabel 3.11 dan 3.12,
Direktorat Industri Logam telah berhasil melampaui target yang
diperkirakan.
Tabel 3.10 Target dan Realisasi IKU Produktivitas SDM Industri Logam
(Rp. Juta per orang per tahun)
IKU Target Capaian Capaian %
Produktivitas SDM Industri
Logam (Rp. Juta perorang per
tahun)
689,9 727.36 105.43
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2019
36
Tabel 3.11 Produktivitas SDM Industri Logam (Rp. Juta perorang per tahun)
Uraian 2016 2017 2018 2019 (Prognosa)
Produktivitas SDM Industri Logam
492,9 558 432,2 727,36
Kegiatan penunjang yang telah dilaksanakan untuk mencapai sasaran
strategis ini antara lain:
1. Pelatihan Peningkatan SDM Industri logam Berbasis Nikel dan
Turunannya tanggal 25-30 Maret 2019 di Kendari;
2. Pelatihan Peningkatan SDM Industri logam Berbasis Tembaga dan
Turunannya tanggal 25-30 April 2019 di Gresik;
3. Pelatihan Peningkatan SDM Industri Logam Berbasis Alumunium dan
Turunannya di Medan Tanggal 26-29 Juni 2019;
4. Pelatihan Welding Inspector dalam rangka Peningkatan Kompetensi
SDM Industri Teknologi Industri Logam Hilir di Bandung tanggal 20 s.d
24 Mei 2019;
5. Pelatihan dan Sertifikasi Pengelasan SMAW SDM Industri Logam
pada tanggal 17 - 21 Juni 2019 di Jakarta;
6. Pelatihan dan Sertifikasi Permesinan SDM Industri Logam pada
tanggal 17 - 21 Juni 2019 di Bandung;
7. Pelatihan dan Sertifikasi Pengelasan SMAW Angkatan II SDM Industri
Logam Pada Tanggal 24-28 Juni 2019 di Bandung;
8. Pelatihan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2015 dalam rangka
Peningkatan Kompetensi SDM Industri Teknologi Industri Logam Hilir
di Bekasi Tanggal 9 - 12 Juli 2019;
9. Pelatihan Welding Inspector dalam rangka peningkatan SDM Industri
Logam Hilir Tanggal 23 - 27 Juli 2019 di Batam;
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2019
37
10. Pelatihan Teknik Pengujian Baja Tulangan Beton Berdasarkan SNI
2052:2017 pada tanggal 2-5 September 2019 di Jakarta;
11. Pelatihan Interpretasi ISO/ IEC 17025: 2017 dan Audit Internal
Laboratorium di Bekasi, 10 - 12 September 2019;
12. Pelatihan Teknik Pengujian Baja Tulangan Beton Berdasarkan SNI
2052: 2017 di Surabaya, 18 - 20 September 2019;
13. Pelatihan dan Sertifikasi Blasting Coating Operator Dalam Rangka
Peningkatan Kompetensi SDM Industri Teknologi Industri Logam Hilir
di Surabaya tanggal 1 s.d. 5 Oktober 2019;
14. Pelatihan Coating Operator Peningkatan Kompetensi SDM Industri
Logam Hilir di Medan tanggal 9-10 Oktober 2019; dan
15. Pelatihan Interpretasi ISO/ IEC 17025: 2017 dan Audit Internal
Laboratorium di Surabaya, 21-24 Oktober 2019.
B. Perspektif Proses Bisnis Internal 1. Sasaran Strategis 1: Tersedianya Kebijakan Pembangunan Industri
Logam yang Efektif a. Indikator Kinerja Utama (IKU) 1: Jumlah Rancangan Standar Nasional
Indonesia (RSNI) Penerapan kebijakan standardisasi produk industri logam memiliki sasaran
untuk mendukung peningkatan produktivitas, daya guna produksi, mutu
barang, jasa, proses, serta sistem. Hal tersebut dimaksudkan untuk
meningkatkan daya saing, perlindungan konsumen, pelaku usaha, tenaga
kerja dan masyarakat khususnya di bidang keselamatan, keamanan,
kesehatan dan lingkungan hidup seperti yang diamanatkan pada Peraturan
Pemerintah Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Pembangunan Sarana dan
Prasarana Industri.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2019
38
Ruang lingkup kegiatan Perumusan Standar Nasional Indonesia Produk
Industri Logam (RSNI Produk Industri Logam), yaitu sebagai berikut:
• Melakukan pengumpulan data produk logam tersebut diatas dan
referensi standar yang diperlukan termasuk hasil uji laboratorium
apabila kondisi memerlukan;
• Melakukan kajian dan evaluasi terhadap keberadaan dan kemanfaatan
SNI yang ada maupun referensi yang diperlukan;
• Menyusun draft RSNI;
• Mengindentisifikasi stakeholder;
• Melakukan koordinasi dengan Panitia Teknis;
• Menyelenggarakan dan memfasilitasi pembahasan teknis melalui rapat
teknis oleh Panitia Teknis (Pantek);
• Menyelenggarakan rapat prakonsensus dan konsensus nasional oleh
Pantek bersama stakeholder;
• Melaksanakan dan memfasilitasi perbaikan hasil rapat teknis,
prakonsensus hingga konsensus bersama Panitia Teknis (pantek).
Tabel 3.12 Target dan Realisasi IKU Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia
(RSNI)
IKU Target Capaian Capaian %
Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI)
3 4 133
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2019
39
Tabel 3.13 Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI)
Uraian 2016 2017 2018 2019
Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI)
2 5 5 4
Judul RSNI yang telah tersusun pada tahun 2019 antara lain:
1. RSNI Slag Nikel;
2. RSNI Aluminium Sheet;
3. RSNI Baja Lembaran,Pelat dan Gulungan Canai Panas Untuk Aplikasi
Struktur Umum dan Struktur Las (BjPS); dan
4. RSNI Galvanis.
b. Indikator Kinerja Utama (IKU) 2: Jumlah Regulasi Teknis Pemberlakuan SNI, ST dan/atau PTC secara wajib Kegiatan Penyusunan dan Penerapan SNI Wajib Produk Industri Material
Dasar Logam ini merupakan kegiatan yang berulang pada setiap tahunnya.
Hal ini terkait dengan Tupoksi Direktorat Industri Logam sesuai Peraturan
Menteri Perindustrian Nomor: 107/M-IND/PER/12/2015 mengenai
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian, menyatakan bahwa
Direktorat Industri Logam mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
penyusunan dan pelaksanaan norma, standar, prosedur, kriteria di bidang
perencanaan, perizinan, data dan informasi industri logam.
Tujuan Kegiatan Penyusunan dan Penerapan SNI Wajib Produk Industri
Logam meliputi:
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2019
40
• Meningkatkan daya saing Industri Logam, mengamankan pasar dalam
negeri terhadap masuknya produk-produk logam berkualitas rendah;
• Meningkatkan perlindungan dan jaminan kualitas produk bagi
konsumen, pelaku usaha, masyarakat, kelestarian fungsi lingkungan
hidup, dan negara; dan
• Meningkatkan efisiensi produksi, membentuk persaingan usaha yang
sehat dan transparan, memacu kemampuan inovasi, serta
meningkatkan kepastian usaha.
Adapun hasil yang telah dicapai pada pada program Penyusunan dan
Penerapan Pemberlakuan SNI Wajib Produk Industri Logam, yaitu sebagai
berikut:
• Penyusunan Usulan Program Nasional Regulasi Teknis (PNRT) Sektor
Industri Logam;
• Perumusan dan Penetapan Regulasi (Peraturan Menteri Perindustrian)
tentang Pemberlakuan dan Pengawasan Standar Nasional Indonesia
(SNI) Produk Industri Logam Secara Wajib;
• Perumusan dan Penetapan Peraturan Menteri Perindustrian Tentang
Penunjukan Lembaga Penilaian Kesesuaian Dalam Rangka
Pemberlakuan dan Pengawasan Standar Nasional Indonesia (SNI)
Produk Industri Logam Secara Wajib;
• Perumusan dan Penetapan Petunjuk Teknis (Peraturan Direktur
Jenderal) Pemberlakuan dan Pengawasan Standar Nasional Indonesia
(SNI) Produk Industri Logam Secara Wajib; dan
• Pelaksanaan Pemberlakuan dan Pengawasan Standar Nasional
Indonesia (SNI) Produk Industri Logam Secara Wajib.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2019
41
Adapun Produk Industri Logam yang termasuk ke dalam Pemberlakuan
SNI Wajib adalah :
• Kabel berinti tunggal berbentuk padat atau dipilin atau fleksibel,
berpenghantar tembaga polos atau dilapis atau berisolasi PVC dengan
tegangan 450/750 volt
• Kabel multi inti berbentuk padat atau dipilin atau fleksibel,
berpenghantar tembaga polos atau dilapis atau berisolasi PVC dengan
tegangan 450/750 volt
• Kabel inti tunggal atau multi inti, berbentuk bulat atau pipih, fleksibel
(senur), berpenghantar tembaga polos atau dilapis PVC dengan
tegangan 450/750 volt
• Kabel inti tunggal atau multi inti, berbentuk padat atau dipilin atau
fleksibel, berpenghantar tembaga, alauminium, atau paduan aluminium,
baik polos, dianil, atau dilapis, berisolasi PVC, PE, XLPE, EPR, HEPR
untuk voltase pengenal 1kV sampai dengan 3kV
• Kabel inti tunggal atau multi inti, berbentuk padat atau dipilin atau
fleksibel, berpenghantar tembaga, alauminium, atau paduan aluminium,
baik polos, dianil, atau dilapis, berisolasi PVC, PE, XLPE, EPR, HEPR
untuk voltase pengenal 6kV sampai dengan 30kV
• Penyambung pipa berulir dari besi cor maleable hitam
• Baja tulangan beton
• Baja lembaran lapis seng (Bj LS)
• Baja Lembaran dan Gulungan Lapis Paduan Aluminium - Seng (Bj.L
AS)
• Kompor gas bahan bakar LPG satu tungku dengan sistem pemantik
mekanik
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2019
42
• Kompor gas tekanan rendah jenis dua dan tiga tungku dengan sistem
pemantik mekanik
• Tabung baja LPG
• Kompor gas tekanan rendah jenis dua dan tiga tungku dengan sistem
pemantik
• Baja Profil Siku Sama Kaki
• Baja Profil I-Beam
• Baja Profil Kanal U
• Baja Profil WF
• Baja Profil H
• Tujuh Kawat Baja Tanpa Lapisan Dipilin Untuk Konstruksi Beton
Pratekan (PC Strand / KBjP-P7)
• Kawat Baja Tanpa Lapisan Untuk Konstruksi Beton Pratekan (PC Wire /
KBjP)
• Kawat Baja Kuens (quench) Temper Untuk Konstruksi Beton Pratekan
(PC Bar / KBjP-Q)
• Tali kawat baja
• Tali kawat baja untuk minyak dan gas bumi
• Baja Batangan untuk Keperluan Umum (BjKU)
• Kawat Baja Untuk Minyak dan Gas Bumi
• Baja Lembaran, Plat, dan Gulungan Canai Panas
• Baja Lembaran dan Gulungan Canai Dingin
• Kawat Baja Beton Pratekan
• Kawat Ban (Bead Wire)
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2019
43
Tabel 3.14 Target dan Realisasi IKU Jumlah regulasi teknis pemberlakuan SNI, ST
dan/atau PTC secara wajib (regulasi)
IKU Target Capaian Capaian %
Jumlah rancangan regulasi teknis pemberlakuan SNI, ST dan/atau PTC secara wajib
3 3 100
Tabel 3.15
Jumlah regulasi teknis pemberlakuan SNI, ST dan/atau PTC secara wajib (regulasi)
Uraian 2016 2017 2018 2019 Jumlah rancangan regulasi teknis pemberlakuan SNI, ST dan/atau PTC secara wajib (regulasi)
1 1 1 3
Adapun penyusunan regulasi teknis pemberlakuan SNI wajib meliputi:
1. Pembahasan Revisi Permenperin Tentang Pemberlakuan SNI Wajib
BjD;
2. Penyusunan Permenperin SNI Wajib Produk Industri Logam Bukan
Besi Atas Rancangan Permenperin Pemberlakuan SNI Wajib Untuk
Flatware dan Cookware;
3. Penyusunan Permenperin SNI Wajib Produk Industri Logam Copper
Busbar; dan
4. Finalisasi Draft Permenperin Pemberlakuan SNI Wajib Produk BjLS,
Bjls Warna, BjLAS, BjLAS Warna dan Rangka Atap Baja Ringan.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2019
44
2. Sasaran Strategis 2: Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang perindustrian yang berdaya saing dan berkelanjutan a. Indikator Kinerja Utama (IKU) 1: Infrastruktur kompetensi yang
terbentuk SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek
Pengetahuan (knowledge), Keterampilan dan/atau Keahlian (skills) serta
Sikap kerja (attitude) yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat
jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
SKKNI berfungsi sebagai acuan untuk pendidikan/pelatihan berbasis
kompetensi; pelaksanaan uji kompetensi (sertifikasi kompetensi); untuk
menstrukturkan perusahaan; dan penyusunan SOP perusahaan.
Pada tahun 2019, untuk infrastruktur kompetensi, Direktorat Industri
Logam menargetkan tersusunnya 3 (tiga) Rancangan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI) untuk sektor industri
logam. Pada lima tahun terakhir telah tersusun beberapa SKKNI di sektor
industri material logam, antara lain: (2018); SKKNI Industri Logam Dasar
Bidang Industri Aluminium Ekstrusi (2016); dan
SKKNI Industri Baja Dasar (2016).
Tabel 3.16 Target dan Realisasi IKU Infrastruktur kompetensi yang terbentuk
(SKKNI)
IKU Target Capaian Capaian % 2019
Infrastruktur kompetensi yang terbentuk (SKKNI)
3 1 33%
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2019
45
Tabel 3.17 Infrastruktur kompetensi yang terbentuk (SKKNI)
Uraian 2016 2017 2018 2019
Infrastruktur kompetensi yang terbentuk (SKKNI)
2 0 1 1
Untuk mencapai indikator tersebut, Direktorat Industri Logam menyusun
beberapa RSKKNI sebagai berikut:
1. Penyusunan RSKKNI Bidang Pengolahan dan Pemurnian Nikel
Pada tanggal 7 Nopember 2019 di Jakarta, baru mencapai tahap
pemetaan kompetensi. Hal ini dikarenakan pembahasan draft untuk
RSKKNI ini baru dimulai pada bulan Oktober 2019. Selanjutnya, FGD
Finalisasi Draft Peta dan Unit Kompetensi RSKKNI Bidang
Pengolahan dan Pemurnian Nikel dilaksanakan di Bogor tanggal 2-3
Desember 2019.
2. Penyusunan RSKKNI Bidang Industri Penggilingan Baja Gulungan
dan Lembaran (Coil & Sheet) Hasil Gilingan Dingin
Pada Tanggal 7-8 November 2019, pembahasan RSKKNI ini telah
mencapai tahap Prakonvensi SKKNI yang dilaksanakan di Bekasi,
Jawa Barat. Dikarenakan terbatasnya waktu dan koordinasi dengan
tim teknis maka penyusunan RSKKNI belum selesai hingga tahap
konvensi.
3. Penyusunan RSKKNI Baja Long Product Canai Panas
Pada tanggal 12-14 Nopember 2019 telah dilaksanakan Prakonvensi
di Bogor, Jawa Barat. Selanjutnya, tahap terakhir adalah Konvensi
SKKNI Bidang Industri Baja Gulungan dan Lembaran Hasil Gilingan
Panas yang dilaksanakan pada tanggal 4-5 Desember 2019 di
Bekasi,Jawa Barat.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2019
46
3.2 ANALISIS CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN
Terdapat beberapa sasaran yang tercapai dengan baik bahkan melebihi target, tetapi
ada juga beberapa sasaran yang tidak tercapai. Capaian kinerja Direktorat Industri
Logam berdasarkan target yang telah ditetapkan dalam Perkin Direktorat Industri
Logam Tahun 2019 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.18 Capaian Indikator Kinerja Sasaran Direktorat Industri Logam Tahun 2019
No. Sasaran Strategis (SS)
Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Satuan Capaian
Persentase capaian
dari target Perspektif Pemangku Kepentingan / Stakeholder
1 Meningkatnya peran industri logam dalam perekonomian nasional
1 Laju pertumbuhan industri logam
4,87 Persen -0,88 -18,07
2 Kontribusi industri logam terhadap PDB nasional
1,53 Persen 1,38 90,20
2 Meningkatnya populasi dan persebaran industri logam
1 Jumlah unit industri logam besar sedang
171 Unit 142 83,04
2 Nilai investasi di sektor industri logam
54,71 Rp. Triliun
52,24 95,49
3 Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri logam
1 Kontribusi ekspor produk industri logam terhadap ekspor nasional
6,1 Persen 8,7 142,62
2 Produktivitas SDM industri logam
689,9 Rp. Juta 727,36 105,43
Perspektif Proses Bisnis Internal 1 Tersedianya kebijakan
pembangunan industri logam yang efektif
1 Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI)
3 RSNI 4 133,33
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2019
47
2 Jumlah regulasi teknis pemberlakuan SNI, ST dan/atau PTC secara wajib
3 Regulasi 0 0,00
2 Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang perindustrian yang berdaya saing dan berkelanjutan
1 Infrastruktur kompetensi yang terbentuk
2 SKKNI 1 50,00
3.3 CAPAIAN RPJMN
Rincian capaian RPJMN sampai dengan tahun 2019 disajikan pada Lampiran di
bawah ini. Dari target yang telah ditetapkan ada beberapa target yang tidak
tercapai pada tahun 2019.
Target yang dapat tercapai antara lain:
1. Terbangunnya Industri Pengolah Hasil Tambang Mineral menjadi Produk dan
Jasa Industri.
Pada tahun 2019, terdapat beberapa perluasan/ peningkatan kapasitas
produksi dari commissioning industri BjLAS dari PT Tata Metal Lestari dan PT
Sunrise Mill dan penambahan kapasitas produksi baja dari PT Gunung Raja
Paksi, PT Krakatau Steel, dan PT Krakatau Posco.
2. Tersusunnya Standar Nasional Indonesia Produk Industri Material Dasar
Logam (4 RSNI yaitu RSNI Slag Nikel; RSNI Aluminium Sheet; RSNI Baja
Lembaran,Pelat dan Gulungan Canai Panas Untuk Aplikasi Struktur Umum
dan Struktur Las (BjPS); dan RSNI Galvanis.
3. Peningkatan Kerjasama, Iklim Usaha, Promosi dan Investasi Industri Material
Dasar Logam (melalui Usulan untuk BMDTP untuk 4 perusahaan ( PT. United
Can Company; PT. Ancol Terang Metal; PT. Altinex; dan PT. Trinitan Metals
and Minerals) dan temu bisnis melalui Steel Dialogue dengan Jepang dan
Taiwan;
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2019
48
4. Meningkatnya Kompetensi SDM melalui 23 kegiatan pelatihan/ bimbngan
teknis (460 SDM terlatih) dan tersusunnya RSKKNI Industri Material Dasar
Logam (satu RSKKNI berhasil disusun yaitu RSKKNI Bidang Industri
Penggilingan Baja Gulungan dan Lembaran (Coil & Sheet) Hasil Gilingan Dingin;
5. Terfasilitasinya Pembangunan Hilirisasi industri hasil tambang ke produk dan
jasa industri (Industri Smelter)
Pada tahun 2019, Pembangunan konstruksi untuk PT Obsidian Stainless Steel
di Konawe dan PT Bintan Alumina, Pulau Bintan masih berjalan. Beberapa
industri smelter masih terkendala perizinan dan AMDAL.
Target yang tidak dapat dicapai pada tahun 2019 dikarenakan tidak adanya
penganggaran pada tahun ini antara lain :
1. Terfasilitasinya pengembangan industri material dasar logam khusus;
2. Bantuan peralatan dan mesin penumbuhan industri material dasar logam;
3. Terfasilitasinya pembangunan Pusat Pelatihan Tenaga Kerja Industri Baja di
kalimantan Selatan dan pembangunan Pusat Pelatihan Tenaga Kerja Industri
Berbasis Nikel di Sulawesi Tengah;
4. Terfasilitasinya Penelitian pemanfaatan Logam Tanah Jarang untuk produk
Industri dan Pembangunan Pilot Plant pemanfaatan logam tanah jarang.
3.4 AKUNTABILITAS KEUANGAN
Untuk rincian akuntabilitas keuangan disajikan pada Tabel 3.25 yang menjelaskan
realisasi anggaran di masing-masing output kegiatan Direktorat Industri Logam
Tahun 2019. Pada tabel tersebut, realisasi anggaran Direktorat Industri Logam
Tahun 2019 seperti yang terekapitulasi dalam aplikasi e-monitoring APBN
mencapai Rp. 12.427.856.034,- (Dua belas milyar empat ratus dua puluh tujuh juta
delapan ratus lima puluh enam ribu tiga puluh empat rupiah) atau 86.58 % dari
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2019
49
total pagu Rp. 14.354.052.000,- (Empat belas milyar tiga ratus lima puluh empat
juta lima puluh dua ribu rupiah).
Tabel 3.19 Data Realisasi Anggaran Masing-Masing Output
KODE OUTPUT / RINCIAN AKUN PAGU REALISASI
SISA TOTAL %
8 Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika
14.354.052.000 12.427.856.034 86,58 1.926.195.966
4917 Peningkatan Kompetensi Sdm Industri Logam
10.493.625.000 8.987.188.672 85,64 1.506.436.328
4.917.001 Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (rskkni) Sektor Industri Logam
1.949.175.000 1.115.050.812 57,21 834.124.188
4.917.002 Sdm Sektor Industri Logam Yang Terlatih
3.073.080.000 2.890.885.351 94,07 182.194.649
4.917.003 Bimbingan Teknis Penerapan Sni Wajib Industri Logam
2.000.000.000 1.735.982.248 86,8 264.017.752
4.917.004 Bimbingan Teknis Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Dan Produktivitas Industri Logam
1.925.000.000 1.852.596.892 96,24 72.403.108
4.917.005 Peningkatan Kompetensi Sdm Dalam Rangka Pengembangan Hilirisasi Industri Logam Berbasis Pengolahan Sumber Daya Mineral Logam Bukan Besi
1.546.370.000 1.392.673.369 90,06 153.696.631
5882 Penumbuhan Dan Pengembangan Industri Logam
3.860.427.000 3.440.667.362 89,13 419.759.638
5.882.003 Klaster 10 Juta Ton Produksi Logam Nasional
900.000.000 851.438.749 94,6 48.561.251
5.882.017 Dokumen Program, Evaluasi, Pelaporan, Dan Tata Usaha
1.177.932.000 1.074.308.538 91,2 103.623.462
1 Dokumen Program, Evaluasi Dan Pelaporan
925.133.000 842.741.387 91,09 82.391.613
2 Layanan Tata Usaha 252.799.000 231.567.151 91,6 21.231.849
5.882.020 Rancangan Standar Nasional Indonesia (rsni) Industri Logam
1.782.495.000 1.514.920.075 84,99 267.574.925
U99 Perumusan Sni 1.782.495.000 1.514.920.075 84,99 267.574.925
T O T A L 14.354.052.000 12.427.856.034 86,58 1.926.195.966
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2019
50
Untuk rincian realisasi anggaran dari setiap output kegiatan Program Penumbuhan
dan Pengembangan Industri Logam tahun 2019 disajikan pada Tabel 3.20
Tabel 3.20 Realisasi Anggaran Direktorat Industri Logam Tahun 2019
No. Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Utama Target Kegiatan Sasaran
Kegiatan Indikator Kinerja
Kegiatan Anggaran
Realisasi Kegiatan
(Fisik) Realisasi Keuangan
Perspektif Pemangku Kepentingan / Stakeholder
1 Meningkatnya peran industri dalam perekonomian nasional
1 Laju pertumbuhan industri
4.87% Peningkatan Kapasitas Produksi 17 Juta Ton Baja Nasional (2020 - 2024)
Tercapainya peningkatan Kapasitas Produksi 17 Juta Ton Baja Nasional (2020 – 2024)
70 persen (peningkatan Kapasitas Produksi Baja Nasional)
328.154.000 54,11 persen (peningkatan Kapasitas Produksi Baja Nasional)
290.474.280
2 Kontribusi industri terhadap PDB nasional
1.53% Bimbingan Teknis dan Pengawasan Penerapan SNI Wajib Produk Logam
Terlaksananya Bimbingan Teknis Penerapan SNI Wajib Industri Logam
60 orang (SDM terlatih)
449.116.000 60 orang (SDM terlatih)
438.089.400
2 Meningkatnya populasi dan persebaran industri
1 Jumlah unit industri pengolahan non-migas besar sedang
171 Unit Penyusunan Rencana, Program dan Anggaran, Evaluasi dan Pelaporan,
Tersusunnya dokumen perencanaan
2 dokumen perencanaan dan 1 dokumen evaluasi dan pelaporan.
1.177.932.000 2 dokumen perencanaan dan 1 dokumen evaluasi dan pelaporan.
1.074.308.538
3 Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri
1 Kontribusi ekspor produk industri pengolahan non-migas terhadap ekspor nasional
6.0% Bimbingan Teknis Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing dan Produktivitas Industri Logam
Terlaksananya Bimbingan Teknis dalam rangka Peningkatan Daya Saing dan Produktivitas Industri Logam
80 orang (SDM terlatih)
1.925.000.000 100 orang (SDM terlatih)
1.852.596.892
2 Produktivitas SDM industri
Rp. 689.9 juta
Pelatihan Peningkatan Kompetensi SDM Industri (Logam Besi, Logam Bukan Besi, dan Logam Hilir)
Meningkatnya kemampuan SDM Industri Logam
240 orang (SDM terlatih)
4.619.450.000 240 orang (SDM terlatih)
4.283.558.720
Peningkatan Kompetensi SDM Dalam Rangka Pengembangan Hilirisasi Industri Logam Berbasis Pengolahan Sumber Daya Mineral Logam Bukan Besi
Meningkatnya Kompetensi SDM Dalam Rangka Pengembangan Hilirisasi Industri Logam Berbasis Pengolahan Sumber Daya Mineral Logam Bukan Besi
60 orang (SDM terlatih)
60 orang (SDM terlatih)
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2019
51
Perspektif Proses Bisnis Internal
1 Tersedianya kebijakan pembangunan industri yang efektif
1 Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI)
3 RSNI Penyusunan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) Industri Logam
Tersusunnya RSNI
3 RSNI 1.782.495.000 4 RSNI 1.514.920.075
2 Jumlah regulasi teknis pemberlakuan SNI, ST dan/atau PTC secara wajib
3 peraturan
Penyusunan SNI Wajib Produk Industri Logam Besi, Bukan Besi, dan Hilir
1. Penyusunan Peraturan Pemberlakuan SNI Wajib Produk Industri Logam Besi 2. Penyusunan Peraturan Pemberlakuan SNI Wajib Produk Industri Logam Bukan Besi Besi 3. Penyusunan Peraturan Pemberlakuan SNI Wajib Produk Industri Logam Hilir
3 rancangan Peraturan Pemberlakuan SNI Wajib Produk Industri
1.550.884.000 3 rancangan Peraturan Pemberlakuan SNI Wajib Produk Industri
1.297.892.848
2 Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang perindustrian yang berdaya saing dan berkelanjutan
1 Infrastruktur kompetensi yang terbentuk
2 SKKNI Penyusunan Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI) Sektor Industri Logam
Tersusunnya RSKKNI
3 RSKKNI 1.949.175.000 1 RSKKNI 1.115.050.812
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2019
52
3.5 KETERKAITAN CAPAIAN KINERJA DAN RPJMN
Sasaran strategis yang dicantumkan pada Perjanjian Kinerja dan Rencana Aksi
Direktorat Industri Logam untuk tahun anggaran 2019 memiliki dua perspektif –
perspektif stakeholder dan perspektif proses bisnis internal. Masing-masing
perspektif memiliki sasaran startegis dengan indikator capaian tertentu.
A. Perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder)
Dari perspektif stakeholder, terdapat tiga sasaran strategis. Berikut adalah
capaian sasaran-sasaran strategis tersebut dengan indikator kinerja utama
beserta program kegiatan dan capaiannya yang dikaitkan dengan sasaran
RPJMN 2015-2019.
1. Meningkatnya peran industri dalam perekonomian nasional
Indikator tercapainya sasaran strategis ini dapat diamati dari laku
pertumbuhan industri dan kontribusi sektor industri logam terhadap PDB
nasional. Program kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai sasaran
strategis ini antara lain Peningkatan Kapasitas Produksi 17 Juta Ton Baja
Nasional (2020-2024) dan pelaksanaan Bimbingan Teknis dan Pengawasan
Penerapan SNI Wajib Produk Logam.
Terkait dengan sasaran RPJMN 2015-2019, pelaksanaan program kegiatan
tersebut telah berkontribusi dalam capaian meningkatnya daya saing Industri
Material Dasar Logam dengan tersusunnya peraturan penerapan SNI secara
wajib, khususnya untuk produk industri logam dasar dan logam bukan mesin.
Pada tahun 2019, Direktorat industri Logam telah berhasil menyusun konsep
dan RIA (analisis dampak peraturan) untuk Revisi Permenperin Tentang
Pemberlakuan SNI Wajib BjD; Permenperin SNI Wajib Produk Industri
Logam Bukan Besi Atas Rancangan Permenperin Pemberlakuan SNI Wajib
Untuk Flatware dan Cookware; Permenperin SNI Wajib Produk Industri
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2019
53
Logam Copper Busbar; dan Permenperin Pemberlakuan SNI Wajib Produk
BjLS, Bjls Warna, BjLAS, BjLAS Warna dan Rangka Atap Baja Ringan.
2. Meningkatnya populasi dan persebaran industri
Indikator tercapainya sasaran strategis ini dapat diamati dari meningkatnya
jumlah unit industri pengolahan non-migas besar sedang dan nilai investasi
di sektor industri pengolahan non-migas.
Program kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai sasaran strategis ini
pada tahun 2019 meliputi Temu Bisnis antara Indonesia dengan Jepang,
Korea Selatan, dan Taiwan dalam bentuk Steel Dialogue dan Penyusunan
Program Pengembangan Industri Logam.
Terkait dengan sasaran RPJMN 2015-2019, pelaksanaan program kegiatan
tersebut telah berkontribusi dalam capaian Peningkatan Populasi Industri
Sedang dan Besar Material Dasar Logam yang diindikasikan dengan
terbangunnya Industri Pengolah Hasil Tambang Mineral menjadi Produk dan
Jasa Industri. Untuk tahun 2019, telah terlaksana commissioning industri
BjLAS dari PT Tata Metal Lestari dan PT Sunrise Steel; perluasan kapasitas
produksi baja (PT Gunung Raja Paksi, PT Krakatau Steel, dan PT Krakatau
Posco); serta dalam tahap pembangunan PT Obsidian Stainless Steel,
Konawe dan PT Bintan Alumina, Bintan yang diharapkan akan selesai pada
tahun 2020.
3. Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri
Indikator tercapainya sasaran strategis ini dapat diamati dari kontribusi
ekspor produk industri pengolahan non-migas terhadap ekspor nasional dan
produktivitas SDM industri logam.
Program kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai sasaran strategis ini
pada tahun 2019 meliputi Peningkatan Daya Saing dan Produktivitas Industri
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2019
54
Logam melalui kegiatan Bimbingan Teknis dan Peningkatan Kompetensi
SDM Industri (Logam Besi, Logam Bukan Besi, dan Logam Hilir) melalui
kegiatan Pelatihan/ Bimbingan Teknis.
Terkait dengan sasaran RPJMN 2015-2019, pelaksanaan program kegiatan
tersebut telah berkontribusi dalam capaian peningkatan daya saing Industri
Material Dasar Logam melalui Peningkatan Kompetensi SDM Industri.
Direktorat Industri Logam telah melaksanakan 23 kegiatan pelatihan/
bimbingan teknis dengan 460 SDM industri terlatih. Kegiatan pelatihan ini
dilaksanakan di beberapa daerah yang meliputi DKI Jakarta, Jawa Barat,
Jawa Timur, Sumatera Utara, Sulawesi Tenggara, dan Banten.
B. Perspektif Proses Bisnis Internal
Dari perspektif pelaksanaan proses bisnis internal di satuan kerja Direktorat
Industri Logam, terdapat dua sasaran strategis yaitu tersedianya kebijakan
pembangunan industri yang efektif dan terselenggaranya urusan pemerintahan
di bidang perindustrian yang berdaya saing dan berkelanjutan. Berikut adalah
uraian capaian dari tiap sasaran strategis dengan indikator kinerja utama
beserta program kegiatan dan capaiannya yang dikaitkan dengan sasaran
RPJMN 2015-2019.
1. Tersedianya kebijakan pembangunan industri yang efektif
Indikator tercapainya sasaran strategis ini dapat diamati dari tersusunnya
Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) dan regulasi teknis
pemberlakuan SNI secara wajib.
Program kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai sasaran strategis ini
pada tahun 2019 meliputi Penyusunan Rancangan Standar Nasional
Indonesia (RSNI) Industri Logam dan Penyusunan SNI Wajib Produk Industri
Logam Besi, Bukan Besi, dan Hilir.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2019
55
Terkait dengan sasaran RPJMN 2015-2019, pelaksanaan program kegiatan
ini tersebut telah berkontribusi dalam capaian Penyusunan Standar Nasional
Indonesia Produk Industri Material Dasar Logam. Pada tahun 2019,
Direktorat industri Logam telah menyusun empat RSNI, yaitu: RSNI Slag
Nikel; RSNI Aluminium Sheet; RSNI Baja Lembaran,Pelat dan Gulungan
Canai Panas Untuk Aplikasi Struktur Umum dan Struktur Las (BjPS); dan
RSNI Galvanisasi. Adapun untuk penyusunan peraturan penerapan SNI
wajib produk industri logam pada tahun 2019 telah berhasil menyusun
konsep dan RIA (analisis dampak peraturan) untuk Revisi Permenperin
Tentang Pemberlakuan SNI Wajib BjD; Permenperin SNI Wajib Produk
Industri Logam Bukan Besi Atas Rancangan Permenperin Pemberlakuan
SNI Wajib Untuk Flatware dan Cookware; Permenperin SNI Wajib Produk
Industri Logam Copper Busbar; dan Permenperin Pemberlakuan SNI Wajib
Produk BjLS, Bjls Warna, BjLAS, BjLAS Warna dan Rangka Atap Baja
Ringan.
2. Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang perindustrian yang
berdaya saing dan berkelanjutan
Indikator tercapainya sasaran strategis ini dapat diamati dari tersusunnya
dokumen Infrastruktur kompetensi. Program kegiatan yang dilaksanakan
untuk mencapai sasaran strategis ini meliputi Penyusunan Rancangan
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI) Sektor Industri
Logam. Pada tahun 2019, Direktorat Industri Logam menyusun beberapa
judul RSKKNI, antara lain: RSKKNI Bidang Pengolahan dan Pemurnian
Nikel; RSKKNI Bidang Industri Penggilingan Baja Gulungan dan Lembaran
(Coil & Sheet) Hasil Gilingan Dingin; RSKKNI Bidang Industri Baja Gulungan
dan Lembaran Hasil Gilingan Panas; RSKKNI Rangka Atap Baja Ringan;
dan RSKKNI Baja Long Product Canai Panas. Namun, judul RSKKNI yang
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2019
56
dapat diselesaikan hingga tahap konvensi adalah SKKNI Bidang Industri
Baja Gulungan dan Lembaran Hasil Gilingan Panas.
Terkait dengan sasaran RPJMN 2015-2019, pelaksanaan program kegiatan
tersebut telah berkontribusi dalam capaian meningkatnya daya saing Industri
Material Dasar Logam dengan tersusunnya RSKKNI Industri Material Dasar
Logam.
Sebagian besar program/ kegiatan yang diharapkan dapat mendukung tercapainya
capaian strategis dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2019 dan capaian RPJMN 2015-
2019 telah berhasil dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan dengan baik. Hal ini
tercermin pada tingginya realisasi keuangan mencapai 86.58 % dan realisasi fisik kegiatan sebesar 91.83%. Namun, terdapat beberapa kendala yang dapat
menjadi bahan evaluasi dan langkah perbaikan untuk tahun anggaran berikutnya,
antara lain: penyerapan anggaran tidak sesuai target, karena adanya blokir
anggaran dan penyerapan anggaran yang presentasenya besar di akhir tahun
anggaran, dan keterbatasan SDM di Direktorat Industri Logam sehingga
penyerapan anggaran tidak optimal.
PERJANJIAN KINERJA DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2019
No. Sasaran Strategis (SS) Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Satuan
PERSPEKTIF PEMANGKU KEPENTINGAN 1 Meningkatnya peran
industri logam dalam perekonomian internasional
1. Laju pertumbuhan industri logam 4,87 Persen
2. Kontribusi industri logam terhadap PDB nasional
1,53 Persen
2 Meningkatnya populasi dan persebaran industri logam
1. Jumlah unit industri logam besar sedang
171 Unit
2. Nilai investasi di sektor industri logam
54,71 Rp Triliun
3 Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri logam
1. Kontribusi ekspor produk industri logam terhadap ekspor nasional
6,1 Persen
2. Produktivitas SDM industri logam
689,9 Rp.Juta
PERSPEKTIF PROSES BISNIS INTERNAL 1. Tersedianya kebijakan
pembangunan industri logam yang efektif
1. Peraturan Perundangan yang diselsesaikan
- PP/ Perpres/ Permen
2. Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI)
3 RSNI
3. Jumlah regulasi teknis pemberlakuan SNI, ST dan/atau PTC secara wajib
3 Regulasi
2 Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang perindustrian yang berdaya saing dan berkelanjutan
1. Infrastruktur kompetensi yang terbentuk
2 SKKNI
Total anggaran tahun 2019 sebesar Rp. 14.354.052.000 (Empat belas milyar tiga ratus lima puluh empat lima puluh dua ribu Rupiah).