korosi logam baja kel 1

32
LABORATORIUM PENCEGAHAN KOROSI SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2012/2013 MODUL : Korosi Logam Baja Karbon di Berbagai Larutan PEMBIMBING : Drs. A.Ngatin, MT Oleh: Kelompok : I Nama : 1. Amer Purnama Jaya (101424001) 2. Amy Siti Fatimah (101424002) 3. Anjar Purnama Sari (101424003) Kelas : 3A-TKPB Praktikum : 18 Februari 2013 Penyerahan : 25

Upload: anjar-purnama-sari

Post on 30-Dec-2014

68 views

Category:

Documents


27 download

DESCRIPTION

korosi di berbagai larutan

TRANSCRIPT

Page 1: Korosi Logam Baja Kel 1

LABORATORIUM PENCEGAHAN KOROSI

SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2012/2013

MODUL : Korosi Logam Baja Karbon di Berbagai Larutan

PEMBIMBING : Drs. A.Ngatin, MT

Oleh:

Kelompok : I

Nama : 1. Amer Purnama Jaya (101424001)

2. Amy Siti Fatimah (101424002)

3. Anjar Purnama Sari (101424003)

Kelas : 3A-TKPB

PROGRAM STUDI D –IV TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2013

Praktikum : 18 Februari 2013

Penyerahan : 25 Februari 2013

(Laporan)

Page 2: Korosi Logam Baja Kel 1

KOROSI LOGAM BAJA KARBON DI BERBAGAI LARUTAN

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Suatu material khususnya logam dibiarkan di lingkungan tertentu akan

mengalami korosi. Laju korosi suatu logam bergantung pada sifat logam dan

ditentukan juga sifat korosivitas lingkungan terhadap logam tertentu. Suatu

logam di lingkungan yang berbeda akan mempunyai laju korosi berbeda,

begitu juga dalam satu lingkungan terdapat beberapa logam, logam tersebut

juga akan mengalami laju korosi berbeda. Oleh karena itu, dengan

mempelajari korosi di berbagai lingkungan ini akan memberikan gambaran

dan pengalaman untuk melihat kondisi nyata. Selain itu, logam dalam bentuk

suatu rangkaian mesin, industri, maupun dalam skala kecil selalu dijumpai di

berbagai lingkungan baik dalam kondisi basah maupun kering.

I.2 Tujuan

1. Menghitung potensial logam dalam berbagai larutan menggunakan elektroda

standar ke dalam standar SHE.

2. Menjelaskan pengaruh pH larutan terhadap laju korosi logam.

3. Menunjukkan kondisi logam setelah direndam beberapa waktu di berbagai

larutan pada diagram E-pH untuk sistem Fe-H2O.

4. Menghitung laju korosi baja dalam berbagai larutan berdasarkan metode

kehilangan berat.

II. LANDASAN TEORI

II.1 Pengertian Korosi

Korosi atau Perkaratan berasal dari bahasa latin ”Corrodere” yang

berarti perusakan logam. Adapun definisi korosi sebagai berikut.

Korosi adalah proses degradasi atau deteorisasi perusakan material yang

terjadi disebabkan oleh pengaruh lingkungan sekelilingnya.

Korosi adalah perusakan material tanpa perusakan mekanis.

Page 3: Korosi Logam Baja Kel 1

Korosi adalah Kebalikan dari metalurgi ekstraktif.

Korosi adalah proses elektrokimia dalam mencapai kesetimbangan

thermodinamika suatu sistem.

Korosi adalah reaksi antara logam dengan lingkungannya.

Korosi merupakan suatu proses elektrokimis yang melibatkan adanya

transfer elektron dari anodik ke katodik yang berlangsung secara spontan.

Kespontanan suatu reaksi korosi terjadi akibat adanya kecenderungan suatu

logam ingin mencapai kondisi yang stabil. Kecenderungan proses korosi suatu

logam ini disebut juga potensial kesetimbangan logam, artinya jika logam

mempunyai harga sesuai dengan potensial standar, maka logam berada pada

keadaan setimbang dan jika harganya > potensial standar berarti logam

mengalami pertistiwa korosi.

Sebagai contoh logam besi (Fe), Eeq digambarkan dengan garis

mendatar pada gambar berikut :

Reaksi :

Fe2+ + 2e = Fe

Menurut Nerst:

EFe 2+¿ Fe = E0

Fe 2+ ¿ Fe − ( RTnF ) Ln ( aFe

aFe 2+ )

Mulia

Aktif ( mudah terkoosi )

Fe2+ (Fe terkorosi)

Fe Stabil (tidak stabil)

Gambar-1 Potensial kesetimbangan reduksi pada kondisi standar besi

( Fe2+ + 2e Fe )

E Fe2+

/ Fe - 0,44v/SHE

Page 4: Korosi Logam Baja Kel 1

EFe 2+¿ Fe = E0

Fe 2+ ¿ Fe − ( 2 ,303 RTnF ) Log ( aFe

aFe2+ )pada kondisi standar suhu 25,15 0C dan tekanan = 1 atm maka 2,303 RT/nF =

0,0591

sehingga persamaanNerst menjadi:

EFe 2+¿ Fe = E0

Fe 2+ ¿ Fe − ( 0 ,0591n ) Log ( aFe

aFe 2+ )karena Fe merupakan zat padat, maka harga aFe = 1,0 dan harga a = C.γ untuk

larutan encer koefisien aktivitas (γ) = 1, maka harga aFe2+ = CFe2+. Berdasarkan

persamaan Nerst, apabila setiap logam besi (Fe) dalam larutan aquadest diukur

(dihitung) potensialnya dan pH larutan dengan menggunakan persamaan

termodinamika, maka hasilnya dapat dibuat diagram E-pH.

Page 5: Korosi Logam Baja Kel 1

Berdasarkan diagram E-pH, kita dapat menunjukkan kondisi logam Fe

berdasarkan harga potensial (E) dan dalam pH tertentu. Kita dapat

memperhatikan Fe pada daerah imun bila potensialnya (E) kurang dari –0,440

V/SHE, Fe pada daerah terkorosi dengan potensial kurang dari –0,440 V/SHE

dan pH kurang dari 5, sedang Fe pada daerah pasif (Fe sebagai Fe2O3 atau

Fe3O4) dengan potensial (E) lebih dari –0,440 V/SHE dan pH lebih dari 7.

Garis-garis tebal atau miring menunjukkan garis kesetimbangan Fe atau

senyawa Fe dengan bentuk yang lain sebagai contoh :

Garis no.13 merupakan kesetimbangan reaksi:

Fe2O3 + 6 H+ + 6e ⇔ 2Fe + 3 H2O

untuk garis no. 28 merupakan garis kesetimbangan persamaan :

Fe2O3 + 6 H+ + 2e ⇔ 2 Fe2+ + 3 H2O

Pada garis mendatar dan miring tertulis angka –2, -4, dan –6

menunjukkan hasil log konsentrasi larutan, misalnya : larutan dengan

konsentrasi 0,01 M maka log 10-2 = -2. garis putus (a dan b) merupakan garis

kesetimbangan peruraian air (H2O), untuk garis (a) merupakan batas garis

hidrogen (H2) dan air (H2O), sedangkan garis (b) merupakan garis batas

oksigen (O2) dengan air (H2O).

II.2 Jenis-Jenis Korosi

Adapun beberapa jenis korosi yang umum terjadi pada logam sebagai

berikut:

1. Korosi Galvanik (Bimetal Corrosion)

Disebut juga korosi dwilogam yang merupakan perkaratan elektrokimiawi

apabila dua macam metal yang berbeda potensial dihubungkan langsung di

dalam elektrolit yang sama. Elektron akan mengalir dari metal yang kurang

mulia (anodik) menuju ke metal yang lebih mulia (katodik). Akibatnya metal

yang kurang mulia berubah menjadi ion-ion positif karena kehilangan

elektron. Ion-ion positif metal bereaksi dengan ion-ion negatif yang berada di

dalam elektrolit menjadi garam metal. Karena peristiwa ini, permukaan anoda

Page 6: Korosi Logam Baja Kel 1

kehilangan metal sehingga terrbentuk sumur-sumur karat atau jika merata

akan terbentuk karat permukaan.

2. Korosi Sumuran (Pitting Corrosion)

Adalah korosi yang terjadi karena komposisi logam yang tidak homogen

dan ini menyebabkan korosi yang dalam pada berbagai tempat. Dapat juga

adanya kontak antara logam, maka pada daerah batas akan timbul korosi

berbentuk sumur.

3. Korosi Erosi (Errosion Corrosion)

Logam yang sebelumnya teleh terkena erosi akibat terjadinya keausan dan

menimbulkan bagian-bagian yang tajam dan kasar. Bagian-bagian inilah yang

mudah terserang korosi dan apabila terdapat gesekan maka akan menimbulkan

abrasi yang lebih berat.

4. Korosi Regangan (Stress Corrosion)

Gaya-gaya seperti tarikan (tensile) atau

kompresi (Compressive) berpengaruh sangat kecil pada proses pengkaratan.

Adanya kombinasi antara regangan tarik (tensile stress) dan lingkungan yang

korosif, maka akan terjadi kegagalan material berupa retakan yang disebut

retak karat regangan.

5. Korosi Celah (Crevice Corrosion)

Korosi yang terjadi pada logam yang berdempetan dengan logam lain atau

non logam dan diantaranya terdapat celah yang dapat menahan kotoran dan air

sebagai sumber terjadinya korosi. Konsentrasi Oksigen pada mulut lebih kaya

dibandingkan pada bagian dalam, sehingga bagian dalam lebih anodik dan

bagian mulut menjadi katodik. Maka terjadi aliran arus dari dalam menuju

mulut logam yang menimbulkan korosi.

Atau juga perbedaan konsenrasi zat asam. Diamana celah sempit yang terisi

elektrolit (pH rendah) maka terjadilah sel korosi dengan katodanya permukaan

sebelah luar celah yang basah dengan air yang lebih banyak mengandung zat

asam dari pada daerah dalam yang besifat anodik. Maka dari snilah terjadinya

korosi dengan adanya katoda dan anoda.

6. Korosi Kavitasi (Cavitation Corrosion)

Terjadi karena tingginya kecepatan cairan menciptakan daerah-daerah

bertekanan tinggi dan rendah secara berulang-ulang pada permukaan peralatan

dimana cairan tersebut mengalir. Maka terjadilah gelembung-gelembung uap

Page 7: Korosi Logam Baja Kel 1

air pada permukaan tersebut, yang apabila pecah kembali menjadi cairan akan

menimbulkan pukulan pada permukaan yang cukup besar untuk memecahkan

film oksida pelindung permukaan. Akibatnya bagian permukaan yang tidak

terlindungi terserang korosi. Karena bagian tersebut menjadi anodik terhadap

bagian yang terlindungi.

Karena terjadinya korosi pada bagian tersebut, maka akan kehilangan massa

dan menjadi takik. Takik-takik tersebut akan bertambah dalam karena

permukaan di dalam takik tidak sempat membentuk film pelindung karena

kecepatan cairan yang tinggi dan proses kavitasi akan berlangsung secara

berulang-ulang.

7. Korosi Lelah (Fatigue Corrosion)

Bila logam mendapat beban siklus yang berulang-ulang, tetapi masih dibawah

batas kekuatan luluhnya. Maka setelah sekian lama akan patah karena

terjadinya kelelahan logam. Kelelahan dapat dipercepat dengan adanya

serangan korosi. Kombinasi antara kelelahan dan korosi yang mengakibatkan

kegagalan disebut korosi lelah. Korosi lelah terjadi di daerah yang menderita

beban, lasan dan lainnya.

II.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Korosi

Beberapa Variable lingkungan yang berpengaruh terhadap laju korosi antara

lain :

1. Pengaruh Potensial Logam

Pengaruh dari potensial ini adalah :

a. Bila potensial logam semakin tinggi atau di buat lebih tinggi, maka

kecendrungan terkorosi semakin rendah.

b. Penaikan potensial dapat mengakibatkan pasivasi pada baja karbon atau

paduannya.

c. Dapat menjadi acuan untuk metoda anodisasi atau proteksi anodik. Dan

proteksi katodik adalah membuat logam yang di lindungi berada pada

posisi nobel dan berpotensial tinggi.

2. Pengaruh Temperatur

Laju korosi di pengaruhi oleh temperatur mengikuti teori Arhenius

R = A exp (-E/RT)

Page 8: Korosi Logam Baja Kel 1

dimana r = laju korosi

               E = energi aktivasi

               R = Konstanta

               T = Temperatur absolut

Pada kasus baja, sebagai contoh pada larutan dingin dan panas, bila larutan

bertemperatur tinggi  dapat menyebabkan tingkat ke asaman yang tinggi pula

dan bila temperatur yang tinggi  mengakibatkan difusi  oksigen yang tinggi

dalam larutan, maka korosi dapat menjadi cepat.

3.      Pengaruh pH (keasaman)

Pada keasaman yang tinggi dimana pH<5 ;

a.      Korosi besi pada larutan asam selain di pengaruhi oleh pH, juga di

pengaruhi oleh konsentrasi ion dalam larutan. Dalam Asam sulfat dengan

pH = 0 - 4, laju korosi di pengaruhi oleh konsentrasi FeSO4

b.      Pada larutan HCL, konsentrasi ion tidak berpengaruh

c.      Penambahan unsur Ni pada baja paduan akan memperbaiki ketahanan

korosi dalam larutan asam sulfat.

Pada kondisi mendekati netral (5<pH<9) :

Lapisan hidroksida di permukaan besi lebih tahan melekat di

bandingkan pada kondisi yang lebih asam

 Pengaruh kandungan Chlor dan oksigen lebih dominan.

Pada kondisi ke asaman rendah (pH<9):

Baja terkorosi pada kandungan (Fe(OH)3)- dan (Fe(OH)4)-

pH dan temperatur yang lebih tinggi dapat menyebabkan SCC

(stress corrosion cracking)

4.      Pengaruh kecepatan fluida

-         Kecepatan aliran fluida berpengaruh terhadap laju korosi, karena

mempengaruhi pertukaran ion dan elektron di permukaan logam.

-         Fluida yang mengalir dengan lambat atau stagnant, dapat mengakibatkan

korosi setempat.

-         Untuk menghindari korosi ada kecepatan tertentu yang harus di penuhi.

-         Bila fluida bersifat agresif dan mempunyai kecepatan yang cukup, maka

dapat terjadi korosi erosi

-         Semakin tinggi kecepatan fluida, maka faktor perusakan mekanik

menjadi dominan di banding  kerudakan akibat korosi.

Page 9: Korosi Logam Baja Kel 1

5.      Pengaruh Konsentrasi

Konsentrasi oksigen dalam larutan dapat mempercepat reaksi.

Kandungan unsur reakstif dalam jumlah terrbatas, dapat menciptakan

pasivasi.

Tetapi dalam konsentrasi yang lebih besar, maka lapisan pasif dapat

mengalami kerusakan.

Klasifikasi proses korosi dapat di lihat lebih rinci dari segi kondisi dan jenis

reaksi utama dari proses korosi, antara lain :

a. Reaksi kimia tanpa lapisan yang terbentuk.

Reaksi ini adalah reaksi kimia langsung antara logam dan lingkungan, tanpa

terbentuk lapisan dan tanpa perpindahan muatan (elektron) misal antara

logam dengan logam cair, lelehan garam, atau bukan larutan dalam air.

b. Reaksi elektrokimia dengan melibatkan perpindahan muatan

(elektron) melalui pertemuan dua permukaan, reaksi ini di bedakan

oleh ;

1. Adanya anoda dan katoda, tapi tidak jelas secara fisik terpisah

keberadaannya.

2. Adanya anoda dan katoda yang jelas keberadaannya, terukur

jarak dan perpindahan muatan melalui logam antara anoda dan

katoda.

3. Jenis anoda dan katoda yang terjadi pada masing-masing

pertemuan permukaan yang berbeda, misalnya pada reaksi

oksidasi antara logam dengan gas oksigen tanpa melibatkan

komponen air (diatas temperatur kamar) yang menghasilkan

lapisan oksida, sehingga antar muka logam- oksida sebagai

anoda dan antar muka oksida-oksigen sebagai katoda.

2.4 Perhitungan Laju Korosi

Untuk perhitungan laju korosi dapat ditentukan dengan rumus sebagai

berikut.

Page 10: Korosi Logam Baja Kel 1

Laju korosi =  ∆ WA . t

   (mdd) atau Laju korosi =  ∆ W

A .t . ρ (mpy)

dimana :

mpy = laju korosi, (mils/year)

W = berat yang hilang, (gr)

A = luas, (cm2)

T = waktu, (jam)𝝆 = density, (gr/cm3)

2.5 Pengendalian Korosi

Korosi tidak mungkin sepenuhnya dapat dicegah karena memang

merupakan proses alamiah bahwa semuanya akan kembali ke sifat asalnya.

Asalnya dari tanah maka akan kembali ke tanah. Hal ini adalah siklus alam

yang akan terus terjadi selama kesetimbangan alam belum tercapai. Namun

demikian pengendalian dan pencegahan korosi harus tetap dilakukan secara

maksimal, karena dilihat dari segi ekonomi dan dari segi keamanan

merupakan hal yang tidak boleh ditinggalkan dan dibiarkan begitu saja.

Pengendalian korosi harus dimulai dari suatu perencanaan,

pengumpulan data lingkungan, proses, peralatan dan bahan yang dipakai serta

pemeliharaan yang akan diterapkan. Adapun  metode-metode yang dilakukan

dalam pengendalian korosi sebagai berikut.

1.  Pengubahan lingkungan

2.  Pemilihan bahan

3.  Modifikasi rancangan

4.  Teknik pelapisan

5.  Proteksi anodik dan katodik

III. ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan antara lain sebagai berikut:

Gelas kimia 250 mL (4 buah)

Page 11: Korosi Logam Baja Kel 1

Elektroda standar (kalomel atau CuSO4/Cu)

pH meter

Pelat Fe (4 buah)

Solasi

Avometer

Pengaduk

Neraca Analitik

Spatula

Pipet Volume dan Filler

Bahan yang digunakan antara lain:

Larutan NaCl 3,56% 150 mL

Larutan NaOH 2% 150 mL

Larutan HCl 1% 150 mL

Aquadest

IV. PROSEDUR KERJA

A. Persiapan Spesimen (Benda Kerja)

B. Persiapan Larutan

Cuci semua pelat dengan alkohol dan aseton, keringkan dan timbang (diperoleh W1).

Page 12: Korosi Logam Baja Kel 1

C. Pengukuran

V. DATA PENGAMATAN

Siapkan 4 buah gelas kimia/gelas

plastik

Isi gelas pertama dengan NaOH 2%

150 mL

Isi gelas kedua dengan HCl 1%

150 mL

Isi gelas ketiga dengan NaCl

3,56% 150 mL

Isi gelas keempat dengan aquadest

150 mL

Rendam pelat Fe dan catat waktu saat memasukkan ke

dalam larutan

Amati gejala yang terjadi selama logam

dalam larutan

Ukur pH larutan dan potensial

logam

Diamkan selama 4 hari, ukur pH larutan

potensial logam

Cata waktu dan bersihkan produk

korosi dengan sikat gigi

Keringkan dan timbang semua pelat baja (W2)

Page 13: Korosi Logam Baja Kel 1

V.1Data Pengamatan Awal

t pada saat keluar gelembung H2 : 13,75 detik

jam pada saat pencelupan : 8.35 WIB

No. Larutan

Pot.

Standar pH W1 (gr)

Pot.

SHE Pengamatan kondisi awal

1 NaOH -0,334 13 8,20 -0,016

Tidak ada perubahan pada

logam Fe. Logam berwarna

silver dan larutan tetap

bening.

2 NaCl -0,536 6 7,88 -0,218

Tidak ada perubahan pada

logam Fe. Logam berwarna

silver dan larutan tetap

bening.

3 HCl -0,504 1 7,93 -0,186

Tidak ada perubahan pada

logam Fe. Logam berwarna

silver dan larutan tetap

bening.Terbentuk

gelembung H2 pada detik ke

13,75.

4Aquades

t-0,293 6 8,22 0,025

Tidak ada perubahan pada

logam Fe. Logam berwarna

silver dan larutan tetap

bening.

Foto Pengamatan Awal

Page 14: Korosi Logam Baja Kel 1

Pelat Logam Sebelum Dicelupkan ke dalam Larutan

Pencelupan Awal Logam

V.2Data Pengamatan Setelah 4 Hari

HCl 1%NaCl 3,56%aquadestNaOH 2%

Page 15: Korosi Logam Baja Kel 1

No. Larutan

Pot.

Standar pH W2 (gr)

Pot.

SHE Pengamatan setelah 4 hari

1 NaOH -0.36 13 8,18 -0,042

Logam Fe berubah menjadi

lebih bersih disebabkan

rontoknya lemak – lemak

yang terdapat pada logam

Fe tersebut dan larutan tetap

bening.

2 NaCl -0,48 6 7,86 -0,162

Logam Fe terkorosi dan

larutan menjadi keruh serta

terdapat endapan.

3 HCl -0,66 1 6,75 -0,342

Logam terkorosi, larutan

berwarna kuning bening

serta terdapat gelembung

gas.

4Aquades

t-0,58 6 8,18 -0,262

Logam Fe terkorosi, larutan

keruh, dan terdapat

endapan.

Foto Pengamatan Setelah 4 Hari

Page 16: Korosi Logam Baja Kel 1

Logam Fe Setelah Direndam dalam Larutan dan Dicuci

VI. PENGOLAHAN DATA

VI.1 Pembuatan Larutan

NaOH 2%

NaOH 2% = 2 gram NaOH dalam 100 mL larutan

Untuk 150 mL larutan:

2 gr100mL

x 150 mL = 3 gr

HCl 1% NaCl 3,56%aquadestNaOH 2%

Page 17: Korosi Logam Baja Kel 1

Jadi NaOH yang ditimbang untuk 150 mL larutan adalah sebanyak 3 gr.

HCl 1%

V1 . N1 = V2 . N2

V1 . 36% = 150 mL . 1%

V1 = 4,17 mL

Jadi volume HCl yang harus dipipet adalah sebanyak 4,17 mL.

NaCl 3,56 %

NaCl 3,56 % = 3,56 gram dalam 100 mL larutan

Untuk 150 mL larutan:

3,56 gr100mL

x 150 mL = 5,34 gr

Jadi NaCl yang ditimbang untuk 150 mL larutan adalah sebanyak 5,34 gr.

VI.2 Perhitungan E SHE Pengamatan Awal

Larutan NaOH 2%

ECuSO4/Cu = +0,318 Volt

Maka ESHE = -0,334 Volt + 0,318 Volt

= -0,016 V/SHE

Larutan NaCl 3,56%

ECuSO4/Cu = +0,318 Volt

Maka ESHE = -0,536 Volt + 0,318 Volt

= -0,218 V/SHE

Larutan HCl 1%

ECuSO4/Cu = +0,318 Volt

Maka ESHE = -0,504 Volt + 0,318 Volt

= -0,186 V/SHE

Larutan Aquadest

ECuSO4/Cu = +0,318 Volt

Maka ESHE = -0,293 Volt + 0,318 Volt

Page 18: Korosi Logam Baja Kel 1

= 0,025 V/SHE

VI.3 Perhitungan SHE Pengamatan 4 Hari

Larutan NaOH 2%

ECuSO4/Cu = +0,318 Volt

Maka ESHE = -0,36 Volt + 0,318 Volt

= -0,042 V/SHE

Larutan NaCl 3,56%

ECuSO4/Cu = +0,318 Volt

Maka ESHE = -0,48 Volt + 0,318 Volt

= -0,162 V/SHE

Larutan HCl 1%

ECuSO4/Cu = +0,318 Volt

Maka ESHE = -0,66 Volt + 0,318 Volt

= -0,342 V/SHE

Larutan Aquadest

ECuSO4/Cu = +0,318 Volt

Maka ESHE = -0,58 Volt + 0,318 Volt

= -0,262 V/SHE

VI.4 Perhitungan laju korosi logam dalam berbagai larutan dengan

metode kehilangan berat

Laju korosi dihitung berdasarkan kehilangan berat (w), dihitung dengan rumus :

Laju Korosi = Δw( A t ρ )

dengan,

W = Selisih berat (awal – akhir) (gram)

A = Luas permukaan logam (cm2)

Page 19: Korosi Logam Baja Kel 1

t = Waktu perendaman (day)

ρ = Massa jenis baja (gram/cm3)

Larutan NaOH 2%

Diketahui :

- Luas Permukaan (A) : 11,2 cm2

- Waktu (days) : 4 hari 6 jam

- ρ : 7,86 gr/cm3

V = ∆WA .t .

= 8,20−8,1811,2 x4,25 x 7,86

= 5,34 x 10-5 cm/day

= 5,34 x 10-5 cm/day x 1 inc

2,54cm x

1000mile1inc

x 365day1 year

= 7,682 mile/year

Larutan NaCl 3,56%

Diketahui :

- Luas Permukaan (A) : 10,64 cm2

- Waktu (days) : 4 hari 6 jam

- ρ : 7,86 gr/cm3

V = ∆WA .t .

= 7,88−7,8610,64 x 4,25x 7,86

= 5,63 x 10-5 cm/day

= 5,63 x 10-5 cm/day x 1 inc

2,54cm x

1000mile1inc

x 365day1 year

= 8,086 mile/year

Larutan HCl 1%

Diketahui :

- Luas Permukaan (A) : 10,26 cm2

- Waktu (days) : 4 hari 6 jam

- ρ : 7,86 gr/cm3

V = ∆WA .t .

= 7,93−6,7510,26 x4,25 x 7,86

= 3,44 x 10-3 cm/day

Page 20: Korosi Logam Baja Kel 1

= 3,44 x 10-5 cm/day x 1 inc

2,54cm x

1000mile1inc

x 365day1 year

= 494,746 mile/year

Larutan Aquadest

Diketahui :

- Luas Permukaan (A) : 11,4 cm2

- Waktu (days) : 4 hari 6 jam

- ρ : 7,86 gr/cm3

= 1,05 x 10-4 cm/day x 1 inc

2,54cm x

1000mile1inc

x 365day1 year

= 15,094 mile/year

VI.5 Menunjukan kondisi logam (baja karbon) dalam berbagai larutan

dengan melihat diagram E-pH untuk sistem Fe-H2O.

Page 21: Korosi Logam Baja Kel 1

Pengamatan Awal

Setelah

direndam

4 hari

No

.

Logam

dalam

Larutan

pH

Larutan

ESHE

(V)

Kondisi

Logam Awal

1 NaOH 13 -0,016Pasif (Belum

Terkorosi)

2 NaCl 6 -0,218Pasif (Belum

terkorosi)

3 HCl 1 -0,186Aktif

(Korosi)

4 Aquadest 6 0,025Pasif (Belum

Terkorosi)

No

.

Logam

dalam

Larutan

pH

Laruta

n

ESHE

(V)

Kondisi

Logam

1 NaOH 13 -0,042Pasif (Belum

Terkorosi)

2 NaCl 6 -0,162 Aktif (Korosi)

3 HCl 1 -0,342 Aktif (Korosi)

4 Aquadest 6 -0,262 Aktif (Korosi)

Page 22: Korosi Logam Baja Kel 1

VI.6 Grafik pH Larutan VS Laju Korosi Logam

0 2 4 6 8 10 12 140

100

200

300

400

500

600

pH

Laj

u K

oros

i

VII. PEMBAHASAN

Page 23: Korosi Logam Baja Kel 1

VIII. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan dapat disimpulkan:

Pada saat pengamatan awal, semua potensial logam bernilai negatif kecuali

aquadest nilainya 0,025 V/SHE. Setelah dilakukan pengamatan selama 4 hari,

nilai energi potensial semakin kecil, kecuali logam yang dimasukan ke dalam

larutan NaCl 3,56% nilai energi potensialnya menjadi besar yang semula -

0,218 V/SHE menjadi -0,162 V/SHE.

Semakin asam pH larutan semakin mudah logam untuk terkorosi. Terbukti

setelah 4 hari logam direndam dalam larutan yang berbeda, dilihat dari

diagram E-pH, semuanya dalam zona aktif (terkorosi) kecuali logam yang

direndam dalam larutan NaOH 2% (pH=13) tidak terkorosi.

Page 24: Korosi Logam Baja Kel 1

Laju korosi paling cepat yaitu logam dalam larutan HCL 1%, laju korosinya

adalah 494,746 mile/year. Laju korosi paling lambat yaitu logam dalam larutan

NaOH 2%, dengan laju korosi sebesar 7,682 mile/year.

IX. DAFTAR PUSTAKA

Piron, D.L : The Electrochemistry of Corrosion, NACE, 1991.

Jones, Denny, A : Principles and Prevention of Corrosion, Macmillan Publishing

Company, 1992.