111671672-referat-penyakit-hirschsprung
TRANSCRIPT
-
7/29/2019 111671672-REFERAT-Penyakit-Hirschsprung
1/10
REFERAT Penyakit Hirschsprung
Bagian Ilmu Bedah
Fakultas Kedokteran
2010BAB I
PENDAHULUAN
Hischsprung Disease (HD) adalah kelainan kongenital dimana tidak dijumpai pleksus
auerbach dan pleksus meisneri pada kolon. sembilan puluh persen (90%) terletak pada
rectosigmoid, akan tetapi dapat mengenai seluruh kolon bahkan seluruh usus (Total Colonic
Aganglionois (TCA)). Tidak adanya ganglion sel ini mengakibatkan hambatan pada gerakan
peristaltik sehingga terjadi ileus fungsional dan dapat terjadi hipertrofi serta distensi yang
berlebihan pada kolon yang lebih proksimal.
Pasien dengan penyakit Hirschsprung pertama kali dilaporkan oleh Frederick Ruysch
pada tahun 1691, tetapi yang baru mempublikasikan adalah Harald Hirschsprung yang
mendeskripsikan megakolon kongenital pada tahun 1886. Namun patofisiologi terjadinya
penyakit ini tidak diketahui secara jelas hingga tahun 1938, dimana Robertson dan Kernohan
menyatakan bahwa megakolon yang dijumpai pada kelainan ini disebabkan oleh gangguan
peristaltik dibagian distal usus akibat defisiensi ganglion.
HD terjadi pada satu dari 5000 kelahiran hidup, Insidensi penyakit Hirschsprung di
Indonesia tidak diketahui secara pasti, tetapi berkisar 1 diantara 5000 kelahiran hidup. Dengan
jumlah penduduk Indonesia 200 juta dan tingkat kelahiran 35 permil, maka diprediksikan setiap
tahun akan lahir 1400 bayi dengan penyakit Hirschsprung. Kartono mencatat 20-40 pasien
penyakit Hirschprung yang dirujuk setiap tahunnya ke RSUPN Cipto Mangunkusomo Jakarta.
Mortalitas dari kondisi ini dalam beberapa decade ini dapat dikurangi dengan
peningkatan dalam diagnosis, perawatan intensif neonatus, tekhnik pembedahan dan diagnosis
dan penatalaksanaan HD dengan enterokolitis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi:
-
7/29/2019 111671672-REFERAT-Penyakit-Hirschsprung
2/10
Penyakit hirschprung di karakteristikan sebagai tidak adanya sel ganglion di pleksus myenterikus
(auerbachs) dan submukosa (meissners).1,
2.2 Insidensi:
Penyakit hirschprung dapat terjadi dalam 1:5000 kelahiran. Risiko tertinggi terjadinya Penyakithirschprung biasanya pada pasien yang mempunyai riwayat keluarga Penyakit hirschprung dan
pada pasien penderitaDown Syndrome.1,4 Rectosigmoid paling sering terkena sekitar 75% kasus,
flexura lienalis atau colon transversum pada 17% kasus.1
Anak kembar dan adanya riwayat keturunan meningkatkan resiko terjadinya penyakit
hirschsprung. Laporan insidensi tersebut bervariasi sebesar 1.5 sampai 17,6% dengan 130 kali
lebih tinggi pada anak laki dan 360 kali lebih tinggi pada anak perempuan. Penyakit
hirschsprung lebih sering terjadi secara diturunkan oleh ibu aganglionosis dibanding oleh ayah.
Sebanyak 12.5% dari kembaran pasien mengalami aganglionosis total pada colon (sindroma
Zuelzer-Wilson). Salah satu laporan menyebutkan empat keluarga dengan 22 pasangan kembar
yang terkena yang kebanyakan mengalami long segment aganglionosis.2
2.3 Etiologi
Penyakit Hirschsprung disebabkan karena kegagalan migrasi sel-sel saraf parasimpatis
myentericus dari cephalo ke caudal. Sehingga sel ganglion selalu tidak ditemukan dimulai dari
anus dan panjangnya bervariasi keproksimal.
2.4 Anatomi dan fisiologi colon
Rektum memiliki 3 buah valvula: superior kiri, medial kanan dan inferior kiri. 2/3 bagian distal
rektum terletak di rongga pelvik dan terfiksasi, sedangkan 1/3 bagian proksimal terletak dirongga
abdomen dan relatifmobile. Kedua bagian ini dipisahkan oleh peritoneum reflektum dimana
bagian anterior lebih panjang dibanding bagian posterior. Saluran anal (anal canal) adalah
bagian terakhir dari usus, berfungsi sebagai pintu masuk ke bagian usus yang lebih proximal;
dikelilingi oleh sphincter ani (eksternal dan internal) serta otot-otot yang mengatur pasase isi
rektum ke dunia luar. Sphincter ani eksterna terdiri dari 3sling: atas, medial dan depan .
-
7/29/2019 111671672-REFERAT-Penyakit-Hirschsprung
3/10
Persarafan motorik spinchter ani interna berasal dari serabut saraf simpatis (N. hipogastrikus)
yang menyebabkan kontraksi usus dan serabut saraf parasimpatis (N. splanknicus) yang
menyebabkan relaksasi usus. Kedua jenis serabut saraf ini membentuk pleksus rektalis.
Sedangkan muskulus levator ani dipersarafi oleh N. sakralis III dan IV. Nervus pudendalis
mempersarafi sphincter ani eksterna dan m.puborektalis. Saraf simpatis tidak mempengaruhi otot
rektum. Defekasi sepenuhnya dikontrol oleh N. N. splanknikus (parasimpatis). Akibatnya
kontinensia sepenuhnya dipengaruhi oleh N. pudendalis dan N. splanknikus pelvik (saraf
parasimpatis).
Sistem saraf otonomik intrinsik pada usus terdiri dari 3 pleksus :
1. Pleksus Auerbach : terletak diantara lapisan otot sirkuler dan longitudinal
2. Pleksus Henle : terletak disepanjang batas dalam otot sirkuler
3. Pleksus Meissner : terletak di sub-mukosa
Pada penderita penyakit Hirschsprung, tidak dijumpai ganglion pada ketiga pleksus tersebut. 5
2.5. Patogenesis:
Kelainan pada penyakit ini berhubungan dengan spasme pada distal colon dan sphincter anus
internal sehingga terjadi obstruksi. Maka dari itu bagian yang abnormal akan mengalami
kontraksi di segmen bagian distal sehingga bagian yang normal akan mengalami dilatasi di
bagian proksimalnya. Bagian aganglionik selalu terdapt dibagian distal rectum. 1
Dasar patofisiologi dari HD adalah tidak adanya gelombang propulsive dan abnormalitas atau
hilangnya relaksasi dari sphincter anus internus yang disebabkan aganglionosis, hipoganglionosis
atau disganglionosis pada usus besar. 2
Hipoganglionosis 2
Pada proximal segmen dari bagian aganglion terdapat area hipoganglionosis. Area tersebut dapat
juga merupakan terisolasi. Hipoganglionosis adalah keadaan dimana jumlah sel ganglion kurang
-
7/29/2019 111671672-REFERAT-Penyakit-Hirschsprung
4/10
dari 10 kali dari jumlah normal dan kerapatan sel berkurang 5 kali dari jumlah normal. Pada
colon inervasi jumlah plexus myentricus berkurang 50% dari normal. Hipoganglionosis kadang
mengenai sebagian panjang colon namun ada pula yang mengenai seluruh colon.
Imaturitas dari sel ganglion 2
Sel ganglion yang imatur dengan dendrite yang kecil dikenali dengan pemeriksaan LDH (laktat
dehidrogenase). Sel saraf imatur tidak memiliki sitoplasma yang dapat menghasilkan
dehidrogenase.
Sehingga tidak terjadi diferensiasi menjadi sel Schwanns dan sel saraf lainnya. Pematangan dari
sel ganglion diketahui dipengaruhi oleh reaksi succinyldehydrogenase (SDH). Aktivitas enzim
ini rendah pada minggu pertama kehidupan. Pematangan dari sel ganglion ditentukan oleh reaksi
SDH yang memerlukan waktu pematangan penuh selama 2 sampai 4 tahun. Hipogenesis adalah
hubungan antara imaturitas dan hipoganglionosis.
Kerusakan sel ganglion 2
Aganglionosis dan hipoganglionosis yang didapatkan dapat berasal dari vaskular atau
nonvascular. Yang termasuk penyebab nonvascular adalah infeksi Trypanosoma cruzi(penyakit
Chagas), defisiensi vitamin B1, infeksi kronis seperti Tuberculosis. Kerusakan iskemik pada sel
ganglion karena aliran darah yang inadekuat, aliran darah pada segmen tersebut, akibat tindakan
pull through secara Swenson, Duhamel, atau Soave.
Tipe Hirschsprungs Disease:
Hirschsprung dikategorikan berdasarkan seberapa banyak colon yang terkena. Tipe Hirschsprun
disease meliputi:
Ultra short segment: Ganglion tidak ada pada bagian yang sangat kecil dari rectum.
Short segment: Ganglion tidak ada pada rectum dan sebagian kecil dari colon.
Long segment: Ganglion tidak ada pada rectum dan sebagian besar colon.
Very long segment: Ganglion tidak ada pada seluruh colon dan rectum dan kadangsebagian usus kecil.
Usus sehat Short segment Long segment
-
7/29/2019 111671672-REFERAT-Penyakit-Hirschsprung
5/10
2.6 Diagnosis
2.6.1 Anamnesis
Diagnosis penyakit ini dapat dibut berdasarkan adanya konstipasi pada neonatus. Gejala
konstipasi yang sering ditemukan adalah terlambatnya mekonium untuk dikeluarkan dalamwaktu 48 jam setelah lahir. Tetapi gejala ini biasanya ditemukan pada 6% atau 42% pasien.
Gejala lain yang biasanya terdapat adalah: distensi abdomen, gangguan pasase usus,poor
feeding, vomiting. Apabila penyakit ini terjdi pada neonatus yang berusia lebih tua maka akan
didapatkan kegagalan pertumbuhan. Hal lain yang harus diperhatikan adalah jika didapatkan
periode konstipasi pada neonatus yang diikuti periode diare yang massif kita harus mencurigai
adanya enterokolitis. Pada bayi yang lebih tua penyakit hirschsprung akan sulit dibedakan
dengan kronik konstipasi dan enkoperesis. Faktor genetik adalah faktor yang harus diperhatikan
pada semua kasus. Pemeriksaan barium enema akan sangat membantu dalam menegakkan
diagnosis. Akan tetapi apabila barium enema dilakukan pada hari atau minggu awal kelahiranmaka zone transisi akan sulit ditemukan. Penyakit hirschsprung klasik ditandai dengan adanya
gambaran spastic pada segmen distal intestinal dan dilatasi pada bagian proksimal intestinal. 4
2.6.2Gejala klinik:
Pada bayi yang baru lahir, kebanyakan gejala muncul 24 jam pertama kehidupan. Dengan gejala
yang timbul: distensi abdomen dan bilious emesis. Tidak keluarnya mekonium padsa 24 jam
pertama kehidupan merupakan tanda yang signifikan mengarah pada diagnosis ini. Pada
beberapa bayi yang baru lahir dapat timbul diare yang menunjukkan adanya enterocolitis. 1
Pada anak yang lebih besar, pada beberapa kasus dapat mengalami kesulitan makan, distensi
abdomen yang kronis dan ada riwayat konstipasi. Penyakit hirschsprung dapat juga menunjukkan
gejala lain seperti adanya periode obstipasi, distensi abdomen, demam, hematochezia dan
peritonitis. 1
Kebanyakan anak-anak dengan hirschsprung datang karena obstruksi intestinal atau konstipasi
berat selama periode neonatus. Gejala kardinalnya yaitu gagalnya pasase mekonium pada 24 jam
pertama kehidupan, distensi abdomen dan muntah. Beratnya gejala ini dan derajat konstipasi
bervariasi antara pasien dan sangat individual untuk setiap kasus. Beberapa bayi dengan gejala
obstruksi intestinal komplit dan lainnya mengalami beberapa gejala ringan pada minggu atau
bulan pertama kehidupan. 2
Beberapa mengalami konstipasi menetap, mengalami perubahan pada pola makan, perubahan
makan dari ASI menjadi susu pengganti atau makanan padat. Pasien dengan penyakit
hirschsprung didiagnosis karena adanya riwayat konstipasi, kembung berat dan perut seperti
tong, massa faeses multipel dan sering dengan enterocolitis, dan dapat terjadi gangguan
-
7/29/2019 111671672-REFERAT-Penyakit-Hirschsprung
6/10
pertumbuhan. Gejala dapat hilang namun beberapa waktu kemudian terjadi distensi abdomen.
Pada pemeriksaan colok dubur sphincter ani teraba hipertonus dan rektum biasanya kosong.2
Umumnya diare ditemukan pada bayi dengan penyakit hirschsprung yang berumur kurang dari 3
bulan. Harus dipikirkan pada gejala enterocolitis dimana merupakan komplikasi serius dari
aganglionosis. Bagaimanapun hubungan antara penyakit hirschsprung dan enterocolitis masih
belum dimengerti. Dimana beberapa ahli berpendapat bahwa gejala diare sendiri adalah
enterocolitis ringan. 2
Enterocolitis terjadi pada 12-58% pada pasien dengan penyakit hirschsprung. Hal ini karena
stasis feses menyebabkan iskemia mukosal dan invasi bakteri juga translokasi. Disertai
perubahan komponen musin dan pertahanan mukosa, perubahan sel neuroendokrin,
meningkatnya aktivitas prostaglandin E1, infeksi oleh Clostridium difficile atauRotavirus.
Patogenesisnya masih belum jelas dan beberapa pasien masih bergejala walaupun telah
dilakukan colostomy. Enterocolitis yang berat dapat berupa toxic megacolon yang mengancamjiwa. Yang ditandai dengan demam, muntah berisi empedu, diare yang menyemprot, distensi
abdominal, dehidrasi dan syok. Ulserasi dan nekrosis iskemik pada mukosa yang berganglion
dapat mengakibatkan sepsis dan perforasi. Hal ini harus dipertimbangkan pada semua anak
dengan enterocolisis necrotican. Perforasi spontan terjadi pada 3% pasien dengan penyakit
hirschsprung. Ada hubungan erat antara panjang colon yang aganglion dengan perforasi. 2
2.6.3 Pemeriksaan penunjang :
Diagnostik utama pada penyakit hirschprung adalah dengan pemeriksaan:
1.Barium enema. Pada pasien penyakit hirschprung spasme pada distal rectum memberikan
gambaran seperti kaliber/peluru kecil jika dibandingkan colon sigmoid yang proksimal.
Identifikasi zona transisi dapat membantu diagnosis penyakit hirschprung. 1Segmen
aganglion biasanya berukuran normal tapi bagian proksimal usus yang mempunyai ganglion
mengalami distensi sehingga pada gambaran radiologis terlihat zona transisi. Dilatasi bagian
proksimal usus memerlukan waktu, mungkin dilatasi yang terjadi ditemukan pada bayi yang
baru lahir. Radiologis konvensional menunjukkan berbagai macam stadium distensi usus
kecil dan besar. Ada beberapa tanda dari penyakit Hirschsprung yang dapat ditemukan pada
pemeriksaan barium enema, yang paling penting adalah zona transisi. Posisi pemeriksaan
dari lateral sangat penting untuk melihat dilatasi dari rektum secara lebih optimal. Retensidari barium pada 24 jam dan disertai distensi dari kolon ada tanda yang penting tapi tidak
spesifik. Enterokolitis pada Hirschsprung dapat didiagnosis dengan foto polos abdomen yang
ditandai dengan adanya kontur irregular dari kolon yang berdilatasi yang disebabkan oleh
oedem, spasme, ulserase dari dinding intestinal. Perubahan tersebut dapat terlihat jelas
dengan barium enema. Nilai prediksi biopsi 100% penting pada penyakit Hirschsprung jika
sel ganglion ada. Tidak adanya sel ganglion, perlu dipikirkan ada teknik yang tidak benar dan
-
7/29/2019 111671672-REFERAT-Penyakit-Hirschsprung
7/10
dilakukan biopsi yang lebih tebal. Diagnosis radiologi sangat sulit untuk tipe aganglionik
yang long segmen , sering seluruh colon. Tidak ada zona transisi pada sebagian besar kasus
dan kolon mungkin terlihat normal/dari semula pendek/mungkin mikrokolon. Yang paling
mungkin berkembang dari hari hingga minggu. Pada neonatus dengan gejala ileus obstruksi
yang tidak dapat dijelaska.Biopsi rectal sebaiknya dilakukan. Penyakit hirschsprung harusdipikirkan pada semua neonates dengan berbagai bentuk perforasi spontan dari usus
besar/kecil atau semua anak kecil dengan appendicitis selama 1 tahun. 6
2.Anorectal manometry dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit hirschsprung, gejala
yang ditemukan adalah kegagalan relaksasi sphincter ani interna ketika rectum dilebarkan
dengan balon. Keuntungan metode ini adalah dapat segera dilakukan dan pasien bisa
langsung pulang karena tidak dilakukan anestesi umum.Metode ini lebih sering dilakukan
pada pasien yang lebih besar dibandingkan pada neonatus. 1
3.Biopsy rectal merupakan gold standard untuk mendiagnosis penyakit hirschprung. 1,4 Pada
bayi baru lahir metode ini dapat dilakukan dengan morbiditas minimal karena menggunakan
suction khusus untuk biopsy rectum. Untuk pengambilan sample biasanya diambil 2 cm
diatas linea dentate dan juga mengambil sample yang normal jadi dari yang normal ganglion
hingga yang aganglionik. Metode ini biasanya harus menggunakan anestesi umum karena
contoh yang diambil pada mukosa rectal lebih tebal. 1
2.7Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari Hirschprung harus meliputi seluruh kelainan dengan obstruksi pada
distal usus kecil dan kolon, meliputi:Obstruksi mekanik
Meconium ileus
Simple
Complicated (with meconium cyst or peritonitis)
Meconium plug syndrome
Neonatal small left colon syndrome
Malrotation with volvulus
Incarcerated hernia
Jejunoileal atresia
Colonic atresia
Intestinal duplication
Intussusception
NEC
Obstruksi fungsional
Sepsis
-
7/29/2019 111671672-REFERAT-Penyakit-Hirschsprung
8/10
Intracranial hemorrhage
Hypothyroidism
Maternal drug ingestion or addiction
Adrenal hemorrhage
Hypermagnesemia Hypokalemia
2.8Tatalaksana
Terapi terbaik pada bayi dan anak dengan Hirschsprung tergantung dari diagnosis yang tepat dan
penanganan yang cepat. Keputusan untuk melakukan Pulltrough ketika diagnosis ditegakkan
tergantung dari kondisi anak dan respon dari terapi awal.. Decompresi kolon dengan pipa besar,
diikuti dengan washout serial, dan meninggalkan kateter pada rektum harus dilakukan.
Antibiotik spektrum luas diberikan, dan mengkoreksi hemodinamik dengan cairan intravena.
Pada anak dengan keadaan yang buruk, perlu dilakukan colostomy
Step 1: The diseased
segment is removed.
Step 2: The healthy
intestine is moved to an
opening in the abdomen
where a stoma is created.
Diagnosis dari penyakit hirschsprung pada semua kasus membutuhkan pendekatanpembedahan klinik terdiri dari prosedur tingkat multipel. Hal ini termasuk kolostomi pada
neonatus, diikuti dengan operasipull-through definitif setelah berat badan anak >5 kg (10 pon).
Ada 3 pilihan yang dapat digunakan, untuk setiap prosedurnya, prinsip dari pengobatan termasuk
menentukan lokasi dari usus di mana zona transisi antara usus ganglionik dan aganglionik,
reseksi bagian yang aganglionik dari usus dan melakukan anastomosis dari daerah ganglionik ke
anus atau bantalan mukosa rektum. 3
Dewasa ini ditunjukkan bahwa prosedurpull-through primer dapat dilakukan secara
aman bahkan pada periode neonatus. Pendekatan ini mengikuti prinsip terapi yang sama seperti
pada prosedur bertingkat melindungi pasien dari prosedur pembedahan tambahan. Banyak dokter
bedah melakukan diseksi intra abdominal menggunakan laparoskop. Cara ini terutama banyak
pada periode neonatus yang dapat menyediakan visualisasi pelvis yang baik. Pada anak-anak
dengan distensi usus yang signifikan adalah penting untuk dilakukannya periode dekompresi
menggunakan rectal tube jika akan dilakukansingle stage pull-through. Pada anak-anak yang
lebih tua dengan kolon hipertrofi, distensi ekstrim, kolostomi dilakukan dengan hati-hati
-
7/29/2019 111671672-REFERAT-Penyakit-Hirschsprung
9/10
sehingga usus dapat dekompresi sebelum dilakukan prosedurpull-through. Namun, harus
ditekankan, tidak ada batas umur pada prosedurpull-through. 3
Dari ketiga prosedurpull-through yang dilakukan pada penyakit Hirschsprung yang
pertama adalah prosedur Swenson. Pada operasi ini rektum aganglionik diseksi pada pelvis dan
dipindahkan ke anus. Kolon ganglionik lalu dianastomosis ke anus melalui pendekatan perineal.Pada prosedur Duhamel, diseksi di luar rektum dibatasi terhadap ruang retrorektal dan kolon
ganglionik dianastomosis secara posterior tepat di atas anus. Dinding anterior dari kolon
ganglionik dan dinding posterior dari rektum aganglionik dianastomosis menggunakanstappler.
Walaupun kedua prosedur ini sangat efektif, namun keterbatasannya adalah adanya
kemungkinan kerusakan syaraf parasimpatis yang menempel pada rektum. Untuk mengatasi
masalah ini, prosedur Soave menyertakan diseksi seluruhnya dari rektum. Mukosa rektum
dipisahkan dari mukosa muskularis dan kolon yang ganglionik dibawa melewati mukosa dan
dianastomosis ke anus. Operasi ini dapat dilakukan sepenuhnya dari bawah. Dalam banyak
kasus, sangat penting untuk menentukan dimana terdapat usus yang ganglionik. Banyak ahli
bedah mempercayai bahwa anastomosis dilakukan setidaknya 5 cm dari daerah yang sel ganglion
terdeteksi. Dihindari dilakukannyapull-through pada zona transisi yang berhubungan dengan
tingginya angka komplikasi karena tidak adekuatnya pengosongan segmen usus yang
aganglionik. Sekitar 1/3 pasien yang dipull-throughpada zona transisi akan membutuhkan
reoperasi. 3
Komplikasi utama dari semua prosedur diantaranya enterokolitis post operatif, konstipasi
dan striktur anastomosis. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, hasil jangka panjang dengan
menggunakan 3 prosedur sebanding dan secara umum berhasil dengan baik bila ditangani oleh
tangan yang ahli. Ketiga prosedur ini juga dapat dilakukan pada aganglionik kolon total dimana
ileum digunakan sebagai segmen yang dipull-through. 3
Beberapa metode operasi biasa digunakan dalam penatalaksanaan penyakit hirschsprung:
Secara klasik, dengan melakukan insisi di bagian kiri bawah abdomen kemudian dalakukan
identifikasi zona transisi dengan melakukan biopsy seromuskuler.
Terapi definitive yang dilakukan pada penyakit hirschprung ada 3 metode:
1.Metode Swenson: pembuangan daerah aganglion hingga batas sphincter ani interna dan
dilakukan anastomosis coloanal pada perineum
2.Metode Duhamel: daerah ujung aganglionik ditinggalkan dan bagian yang ganglionik
ditarik ke bagian belakang ujung daerah aganglioner. stapler GIA
kemudian dimasukkan melalui anus.
3.Teknik Soave: pemotongan mukosa endorectal dengan bagian distal aganglioner.
Setelah operasi pasien-pasien dengan penyakit hirschprung biasanya berhasil baik, walaupun
terkadang ada gangguan buang air besar. Sehingga konstipasi adalah gejala tersering pada
pascaoperasi. 1
-
7/29/2019 111671672-REFERAT-Penyakit-Hirschsprung
10/10
Daftar Pustaka
1.Warner B.W. 2004. Chapter 70 Pediatric Surgery in TOWNSEND SABISTON TEXTBOOK
of SURGERY. 17th edition. Elsevier-Saunders. Philadelphia. Page 2113-2114
2.Holschneider A., Ure B.M., 2000. Chapter 34 Hirschsprungs Disease in: Ashcraft Pediatric
Surgery 3rd edition W.B. Saunders Company. Philadelphia. page 453-468
3.Hackam D.J., Newman K., Ford H.R. 2005. Chapter 38 Pediatric Surgery in: Schwartzs
PRINCIPLES OF SURGERY. 8th edition. McGraw-Hill. New York. Page 1496-1498
4.Ziegler M.M., Azizkhan R.G., Weber T.R. 2003. Chapter 56 Hirschsprung Disease In:
Operative PEDIATRIC Surgery. McGraw-Hill. New York. Page 617-640
5.Snell Anatomy
6.Leonidas J.C., Singh S.P., Slovis T.L. 2004. Chapter 4 Congenital Anomalies of TheGastrointestinal TractIn: Caffeys Pediatric Diagnostic Imaging 10th edition. Elsevier-
Mosby. Philadelphia. Page 148-153
7.http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/hirschsprungs_ez/
8.http://www.geisinger.kramesonline.com/3,S,88669
9.www.ptolemy.ca/members/archives/2005/Neonatal/60.pdf
10.http://www.healthsystem.virginia.edu/uvahealth/peds_digest/images/ei_0064.gif
http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/hirschsprungs_ez/http://www.geisinger.kramesonline.com/3,S,88669http://www.ptolemy.ca/members/archives/2005/Neonatal/60.pdfhttp://www.ptolemy.ca/members/archives/2005/Neonatal/60.pdfhttp://www.healthsystem.virginia.edu/uvahealth/peds_digest/images/ei_0064.gifhttp://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/hirschsprungs_ez/http://www.geisinger.kramesonline.com/3,S,88669http://www.ptolemy.ca/members/archives/2005/Neonatal/60.pdfhttp://www.healthsystem.virginia.edu/uvahealth/peds_digest/images/ei_0064.gif