0 makalah pengruh media terhadap budaya individu dan masyarakat

Upload: junaidi-mulieng

Post on 08-Oct-2015

50 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Media dan budaya

TRANSCRIPT

Ditulis oleh :S A Z A L INim. 201331026

PRODI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAMPROGRAM PASCA SARJANASTAIN MALIKUSSALEHLANCANG GARAM LHOKSEUMAWE2014

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur tak henti-hentinya kita haturkan ke hadirat Allah SWT, atas segala rahmat yang telah dianugerahkan-Nya, Dialah dzat yang ada dan tidak akan pernah sirna, ada dan tak terlihat, serta Dialah Allah SWT yang berkuasa atas segala sesuatu.Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada teladan seluruh umat, pembawa rahmat untuk alam semesta, mengenalkan kepada umatnya bagaimana beribadah dan bermuamalah yang baik dan diridhai. Dialah Rasulullah SAW yang telah mengeluarkan umatnya dari kebodohan dan kezaliman menuju kecerdasan intelektual, spiritual dan emosional, serta telah memberikan pedoman kepada umat ini baik Al-Quran maupun Sunnah-Nya. Keselamatan dan keberkahan juga semoga senantiasa terpancarkan kepada para keluarga, sahabat, tabiin dan seluruh pengikut beliau yang selalu merindukan syafaatnya di hari kemudian. Makalah ini mengungkapkan tentang pengaruh media terhadap budaya, individu dan masyarakat. Makalah ini disusun dengan maksud dapat memberikan kontribusi dan bahan pengetahuan kepada semua pihak sehingga menjadi pedoman serta arahan bagi seluruh mahasiswa/i program pascasarjana STAIN Malikussaleh Lhokseumawe. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan baik dalam tulisan maupun dalam penyajian materi, untuk itu sangat diharapkan saran perbaikan dan kritik yang membangun guna untuk kesempurnaan hasil dalam makalah ini.

Akhirnya penulis ucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Hamdani, M.A selaku pengampu Mata kuliah media budaya seni dan masyarakat serta rekan-rekan yang membantu baik moril maupun materiil dalam penyusunan makalah ini. Semoga karya yang hadir dihadapan para rekan-rekan ini dapat bermanfaat bagi semua orang. Amin.Lhokseumawe, 19 Oktober 2014Penulis

SAZALI NIM : 201331026

A. PENDAHULUANPerkembangan media (alat bantu komunikasi) yang terjadi pada akhir-akhir ini merupakan salah satu bentuk kemajuan. Tanpa sadar media dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi telah membawa masyarakat merubah kebiasaan (budaya) baru yang beragam dari gaya hidup serba instant hingga membentuk sikap boros. Dalam beberapa dekade, media, terutama media massa, memiliki kekuatan dalam membentuk opini publik. Media massa bukan saja dapat membentuk worldview masyarakat, namun juga mampu menciptakan kesadaran dan keyakinan individu akan realitas; sebuah realitas yang telah didefinisikan oleh media massa. Media massa telah memberi efek yang kuat dan langsung kepada audience (market). Di sisi lain media massa, apa pun bentuknya seperti surat kabar, televisi, film, radio, DVD, VCD, dan internet, yang sifatnya yang serempak cepat memiliki pengaruh cukup besar terhadap budaya, individu dan masyarakat modern sekarang ini. Media massa dapat mengubah persepsi (pandangan), perilaku dan sikap audiennya.[footnoteRef:2] Bagaimana tidak, beragam persepsi muncul ketika media massa, misalnya televisi menayangkan tayangan yang vulgar dan agak porno. Kekhawatiran muncul tidak saja di kalangan individu dan orang tua, tapi juga masyarakat secara umum turut mencermati persoalan ini. Mulai dari pro dan kontra, hingga yang pesimis, semua saling membenarkan dan menyalahkan, hingga akhirnya menjadi persoalan yang biasa. [2: Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1992, cet. II) hal. 50.]

Sebagai sebuah ilustrasi nyata yang terjadi sekarang ini, salah satu media massa yang banyak digunakan oleh anak-anak dan remaja adalah televisi. Media elektronik ini memiliki keunggulan tersendiri dengan perpaduan audio visualnya. Beragam informasi dapat dinikmati, apalagi acara televisi pada saat ini sudah sangat berkembang. Dari acara kartun sampai dengan acara politik. Dengan adanya acara yang sedemikian rupa itulah dapat membuat anak-anak dan remaja kecanduan jika sudah menonton televisi, sehingga mereka lupa dengan kewajiban mereka sebagai pelajar yaitu belajar. Akibatnya nilai pelajaran anak-anak tersebut menurun dan mereka menjadi anak yang malas karena terlalu asik melihat tayangan di televisi. Saat ini banyak stasiun televisi yang menayangkan siaran televisi yang tidak mendidik anak/remaja justru menayangkan siaran yang sama sekali tidak mendidik dan tidak ada manfaatnya. Fenomena seperti ini sangat memungkinkan terjadi bila kita lihat faktor penyebabnya. Tayangan televisi, informasi teknologi serta arus budaya barat yang menjadi tren di kalangan pelajar begitu merajalela. Tayangan televisi seakan tidak ada batasan dalam menginformasikan semua itu. Pengaruh atau efek memang merupakan salah satu elemen penting dalam komunikasi untuk mengetahui berhasil atau tidaknya proses komunikasi yang dilakukan. Kecenderungan meningkatnya tindak kekerasan dan perilaku negatif pada anak dan remaja diduga sebagai dampak gencarnya tayangan televisi. Karena media ini memiliki potensi besar dalam merubah sikap dan perilaku masyarakat terutama anak-anak dan remaja relatif masih mudah terpengaruh dan dipengaruhi.Hal ini membuktikan bahwa media memiliki pengaruh yang besar bagi seluruh aspek kehidupan kita, baik aspek individu, budaya, sosial, ekonomi, politik, dan lain sebagainya. Menyangkut aspek budaya, individu, masyarakat, tampaknya pengaruh media tidak dapat dipungkiri sehingga perlu dikaji sejauh manakah media dapat mempengaruhi ketiga aspek tersebut? Aspek-aspek apa saja yang dapat dipengaruhinya? Pertanyaan inilah yang akan mengarahkan pembahasan tulisan berikut.

B. LANDASAN TEORITIS.1. Teori Peluru atau jarum hipodermik Teori peluru ini merupakan konsep awal efek komunikasi massa yang oleh pakar komunikasi tahun 1970-an dinamakan pula hypodermic needle theory (teori jarum hipermik). Teori ini mengasumsikan bahwa media memiliki kekuatan yang sangat perkasa, dan komunikan dianggap pasif atau tidak tahu apa-apa. Seorang komunikator dapat menembakkan peluru komunikasi yang begitu ajaib khalayak yang tidak berdaya (pasif).[footnoteRef:3] [3: Elvinaro Ardianto, Dkk. Komunikasi Massa Suatu Pengantar (2014; Cetatan keempat Edisi Revisi ; Simbiosa Rekatama Media. Bandung) Hal. 61]

Teori ini mengasumsikan bahwa komunikator yakni media massa digambarkan lebih pintar dan juga lebih segalanya dari audience.Teori ini memiliki banyak istilah lain. Biasa kita sebut Hypodermic needle ( teori jarum suntik ), Bullet Theory ( teori peluru ) transmition belt theory ( teori sabuk transmisi ). Dari beberapa istilah lain dari teori ini dapat kita tarik satu makna , yakni penyampaian pesannya hanya satu arah dan juga mempunyai efek yang sangat kuat terhadap komunikan. Prinsip stimulus-respons telah memberikan inspirasi pada teori jarum hipodermik. Suatu teori klasik mengenai proses terjadinya efek media massa yang sangat berpengaruh. Teori ini muncul pada 1950an oleh Wilbur Schram, kemudian dicabut kembali pada tahun 1970an karena khalayak sasaran media massa ternyata tidak pasif. Hal ini didukung oleh Lazarsfeld dan Raymond Bauer. Lazarsfeld mengatakan bahwa khalayak yang diterpa peluru tidak jatuh terjerembab (peluru tidak menembus, efek tidak sesuai dengan tujuan penembak, sasaran senang ditembak). Sedangkan Bauer menyatakan bahwa khalayak sebenarnya tidak pasif (mencari yang diinginkan dari media massa).[footnoteRef:4] Pada tahun 1960an, muncul teory limited effect model oleh Hovland. Dia menyatakan bahwa pesan komunikasi efektif dalam menyebarkan informasi, bukan untuk mengubah perilaku. Coooper dan Jahoda menunjukan bahwa persepsi selektif mengurangi efektivitas suatu pesan. [4: Nurudin Komunikasi Massa. (2003; Malang: CESPUR) Hal. 157]

Contoh pada iklan air mineral yang bermerek Aqua. Dimana pada saat produk air mineral ini dipublikasikan, secara langsung bisa mempengaruhi asumsi khalayak bahwasanya air mineral itu adalah aqua. Sehingga sampai saat ini aqua sudah terdoktrin di ingatan khalayak. Walaupun sudah banyak merek-merek air mineral yang bermunculan.

2. Teori Pembelajaran SosialTeori ini kini diaplikasikan pada perilaku konsumen, kendati pada awalnya menjadi bidang penelitian komunikasi massa yang bertujuan untuk memahami efek terpaan media massa. Berdasarkan hasil penelitian Albert Bandura, teori ini menjelaskan bahwa pemirsa meniru apa yang mereka lihat di televisi, melalui suatu proses pembelajaran hasil pengamatan (observational learning). Klapper menganggap bahwa ganjaran dari karakter TV diterima mereka sebagai perilaku antisocial, termasuk menjadi toleran terhadap perilaku perampokan dan kriminalitas, menggandrungi kehidupan glamor seperti di televisi.[footnoteRef:5] [5: Ibid, hal.64]

3. Teori KultivasiMenurut teori kultivasi, media khususnya televise, merupakan sarana utama kita untuk belajar tentang masyarakat dan kultur kita. Melalui kontak kita dengan televise (dan media lain), kita belajar tentang dunia, orang-orangnya, nilai-nilainya serta adat kebiasaannya.[footnoteRef:6] [6: Ibid, hal.66]

Teori kultivasi muncul dalam situasi ketika terjadi perdebatan antara kelompok ilmuwan komunikasi yang meyakini efek sangat kuat media massa (powerfull effects model) dengan kelompok yang mempercayai keterbatasan efek media (limited effects model), dan juga perdebatan antara kelompok yang menganggap efek media massa bersifat langsung dengan kelompok efek media massa bersifat tidak langsung atau kumulatif. Teori kultivasi muncul untuk meneguhkan keyakinan orang, bahwa efek media massa lebih besifat kumulatif dan lebih berdampak pada tataran sosial-budaya ketimbang individual.

4. Teori Spiral of SilenceChristian Democrats Party dan Social Democrats Party, Noelle-Neumann memformulasikan sebuah teori yang disebut Teori Spiralof Silence, sebuah teori yang menurutnya melingkupi semua teori mengenai opini publik yang berhubungan dengan proses tidak seimbang dari psikologi masyarakat, komunikasi interpersonal dan media massa. Untuk menjelaskan teorinya, Noelle-Neumann berangkat dari asumsi akan adanya ketakutan dari individu-individu akan isolasi dari masyarakat. Ketakutan itu muncul jika individu-individu mempunyai opini yang berbeda bahkan berseberangan dengan opini mayoritas masyarakat. Individu yang opininya berbeda dengan mayoritas masyarakat akan cenderung bungkam (silence) karena takut akan isolasi yang mungkin diterimanya secara sosiologis. Teori Spiral of Silence mengakui bahwa ketakutan individu akan isolasi ini hanya berlaku pada masyarakat kurang terdidik dan miskin, irasional, dan tidak memiliki dedikasi untuk mengemukakan pendapatnya secara bebas dan bertanggung jawab Noelle-Neumann dalam hal ini justru menyalahkan media yang dianggapnya banyak menimbulkan ketidakperdulian plural.Menurutnya, media massa mempengaruhi penilaian-penilaian individu pada opini publik karena media bersifat abigu. Gambaran yang ditampilkan media juga mempengaruhi kesadaran individual untuk membentuk opini publik dan kadangkadang memberi ketidakakuratan dalam iklim publik. Jika ditelaah lebih jauh, teori yang dikemukakan Noelle-Neumann, sebagaimana yang dikritik oleh beberapa pakar, sangat bias dengan teori kritis kelompok kiri dimana individu ditindas oleh semacam tirani mayoritas, yakni masyarakat luas. Dan media, pada suatu waktu, ikut mendukung tirani itu.

C. PEMBAHASANMedia merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dan kehidupan manusia modern. Dalam berbagai wacana tentang fungsi media massa, disebutkan empat fungsi media massa yaitu penyalur informasi, fungsi mendidik, fungsi menghibur dan fungsi mempengaruhi.[footnoteRef:7] Apa pun bentuknya yang lahir dari peradaban ini, pasti memiliki implikasi dari dua kutub yang berbeda, positf-negatif, berpengaruh atau tidak. Demikian halnya dengan media massa Abdul Kaim Nasir menyebutkan terdapat 26 pengaruh buruk yang dihasilkan oleh media massa di antaranya adalah:[footnoteRef:8] [7: Sam Abede Pareno, Media Massa antara Realitas dan Mimpi (Surabaya: Papypus, 2005) Hal. 7] [8: Abdul Karim Nashir, Televisi: Dampak Negatif dan Positifnya, Jakarta: Arista Brahmayatsa, 1997. cet ke-1 hal, 5-15. Selain hal di atas pengaruh buruk yang lainnya adalah membuang-buang waktu dan menyia-nyiakan umur, merusak keutuhan rumah tangga, membuat seseorang lalai dan kewajiban utamanya, berperan dalam memutuskan hubungan antar sesama manusia, menanamkan benih-benih kecurigaan terhadap sesama manusia, dengan menghilangkan rasa saling percaya, terbiasa mengumbar pandangan dan bermaksiat terhadap perintah-perintah Tuhan, menyaksikan kemungkaran dengan tidak menentangnya, mencemari citra sejarah Islam, merusak jiwa anak-anak lewat film kartun, menebarkan kehancuran masyarakat Islam, menimbulkan masalah psikologis, dan biologis bagi orang yang masih lajang, berbahaya terhadap kesehatan jasmani, membuat lengah terhadap persoalan-persoalan utama yang sedang dihadapi umat, mengeksploitasi manusia yang sudah menderita, mendudukkan orang fasik dalam posisi terhormat, di tengah masyarakat.]

1. Membuat peserta didik (pelajar) lalai melakukan kewajibannya, disebabkan waktunya tersita oleh kenikmatan menikmati media massa. 2. Membawa perilaku aneh dan menyimpang ke dalam masyarakat, seperti tayangan homoseksual atau lesbian. 3. Memperlihatkan contoh-contoh akhlak yang buruk yang menurunkan derajat manusia, sepetti pemberitaan pemerkosaan atau perzinahan. 4. Berpengaruh terhadap prestasi belajar sebab bagi anak didik yang telah kecanduan menyaksikan media massa akan lupa kewajiban utamanya yaitu belajar. 5. Pemberitaan dan penyajian yang tidak berimbang dan mendiskreditkan umat akan menimbulkan kekacauan masyarakat yang berimbas pada rusaknya sistem pendidikan Islam

Pengaruh yang lebih signifikan mengenai media massa dapat ditelusuri dari Jalaluddin Rahmat yang mengkategorisasikan pengaruh itu pada tiga aspek, yaitu efek kehadiran, efek kognitif dan efek efektif.

a) Pengaruh efek kehadiran media massaStefen. H. Chaffes menyebutkan bahwa kehadiran media massa setidaknya memiliki efek sebagai berikut :[footnoteRef:9] [9: Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Karya, 1986, Cet. 2), hal. 177]

1. Efek ekonomis, secara ekonomis kehadiran media massa memang memberikan nilai ekonomis, sebab menghidupkan pabrik dan grafika, memberi pekerjaan dengan berbagai profesi, sehingga lapangan pekerjaan lebih banyak yang dapat mengurangi angka pengangguran.2. Efek sosial, sudah diketahui bahwa kehadiran televisi, dapat meningkatkan status sosialnya selama di pedesaan. 3. Efek penjadwalan kegiatan, beragam tayangan TV atau radio, memaksa pemirsa untuk melakukan penjadwalan ulang kegiatannya agar dapat terus mengikuti proses program yang disukainya. Bila hal di atas dihubungkan pengaruhnya dengan dunia pendidikan maka poin yang terakhir menjadi urgen untuk diperhatikan pengatuh negatifnya. Kasus telenovela yang menina bobokan kaum ibu membuka peluang longgarnya pengawasan mereka terhadap anak-anaknya, belum lagi tayangan favorit yang ada akan menjadi nomor satu ketimbang kewajiban belajar atau bekerja. Hal ini semakin parah jika keluarga tidak melakukan kontrol.

b) Pengaruh Kognitif Media MassaRealitas yang ditampilkan media adalah realitas yang sudah diseleksi. Televisi memilih tokoh-tokoh tertentu untuk ditayangkan, surat kabar memilih berbagai berita dan memuat sesuai dengan sidang redaksi. Sesungguhnya dari proses ini baik radio, surat kabar, atau televisi sangat berperan dalam membangun efek kognisi dan image penggunaaan media ke arah yang baik.Jika proses penyeleksian dan editing sejalan dengan nilai-nilai Islam tentu saja pengetahuan masyarakat agar berkembang ke arah yang positif. Namun negatifnya adalah karena media massa melaporkan dunia nyata secara selektif. Tentunya hal ini akan mempengaruhi pembentukan ciri tentang sosial yang timpang, jika tidak cermat akan memunculkan stereotip di dalam masyarakat. Seperti kenyataan hari ini, umat Islam diidentikkan dengan terorisme dan radikal. Di sinilah bahaya media massa terasa.Semua media massa pada akhirnya mengasingkan orang dari pengalaman personalnya dan memperluas isolasi moral, sehingga mereka terasing dari realitas diri mereka sendiri. Orang mungkin berpaling pada media massa bila ia kesepian atau bosan. Tetapi sekali lagi, media massa juga dapat merusak kemampuan memperoleh pengalaman bermakna, yang biasanya diperoleh melalui bangku pendidikan dan pengalaman di masyarakat.

c) Pengaruh Efektif Media MassaBerkenaan dengan pengaruh efektif media massa, Josep Kleppet sebagaimana dikutip Jalaluddin Rahmat, menyebutkan terdapat pembentukan dan perubahan sikap yang ditimbulkan menjadi 5 hal, sebagai berikut.[footnoteRef:10] [10: Ibid. Hal 246]

1. Pengaruh media massa disertai faktor-faktor seperti predisposisi personel, proses selektif keanggotaan kelompok.2. Karena faktor-faktor ini komunikasi massa biasanya berfungsi memperkokoh sikap dan pendapat yang ada walaupun kadang-kadang berfungsi sebagai media pengubah. 3. Bila komunikasi massa menimbulkan perubahan sikap, perubahan kecil pada intensitas sikap lebih umum terjadi daripada konversi (perubahan seluruh sikap) dan satu sisi ke masalah lain. 4. Komunikasi massa efektif dalam mengubah sikap pada bidang-bidang dimana pendapat orang lemah, misalnya pada iklan komersil. 5. Komunikasi masa cukup efektif dalam menciptakan pendapat pendapat tentang masalah-masalah baru bila tidak ada resposisi yang harus diteguh

Jika pengaruh efektif media massa sebagaimana yang disebutkan di atas direalisasikan memiliki arti yang strategi, perubahan sikap yang positif tentu tidak menjadi persoalan. Yang menjadi persoalan kemudian jika perubahan sikap ke arah negatif seperti seorang yang biasanya tenang-tenang saja, namun karena pengaruh media masa yang agresif, akan mendorong fungsi agresifitasnya menjadi meningkat. Contoh kenakalan remaja, tawuran, belum lagi jika terjadi krisis identitas yang terjadi adalah konversi. Dimana seluruh yang dilakukan oleh publik figur dijadikan sebagai contoh terbaik.A. Pengaruh media terhadap budaya Fashion yang dipilih seseorang bisa menunjukkan bagaimana seseorang tersebut memilih gaya hidupnya. Seseorang yang sangat fashionable, secara tidak langsung mengkonstruksi dirinya sebagai seseorang dengan gaya hidup modern dan selalu mengikuti tren yang ada. Hal ini menunjukkan bahwa dalam dunia modern, gaya hidup membantu menentukan sikap dan nilai-nilai serta menunjukkan status sosial serta kepribadian jati dirinya. Oleh karena itu masyarakat menjadikan konstruksi sosial dan mengikuti gaya fashion orang tersebut karena dapat diterima oleh masyarakat dan disenangi oleh para kalangan remaja serta menjadi sebuah tren yang disebut budaya popular. Suatu fenomena besar diperlihatkan dalam bentuk pola pikir pengembangan wawasan dan pendapat umum, termasuk juga tentang pendapat siaran maupun produk industry tertentu.[footnoteRef:11] [11: Darwanto, Televisi sebagai media pendidikan (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2007) Hal. 27]

Tren adalah sebuah gaya hidup yang disenangi atau disukai masyarakat khususnya kalangan remaja, serta mengikuti dari gaya hidup tren tersebut agar kelihatan modern tidak ketinggalan zaman, dan pada akhirnya menjadi sebuah budaya populer karena banyak yang mengikuti dari gaya fashion tersebut dari berpenampilan, gaya rambut, serta perilaku tersebut.[footnoteRef:12] [12: Ibid. hal 38]

Suatu gaya hidup seseorang dalam berpakaian atau berpenampilan yang banyak disukai atau disenangi oleh masyarakat sehingga banyak yang mengikuti gaya hidup orang yang disukainya serta menjadikan budaya populer, terutama bagi kaum remaja yang berbentuk fashion musik dan tarian. Analisis kritis fenomena yang terjadi dari kekuatan media massa membentuk budaya ialah contoh kasus di Indonesia, konstruksi sosial melalui media baru youtube, terlihat dari munculnya artis dadakan, seperti Briptu Norman kamaru dengan lipsync lagu Chaiyya Chaiyya, serta Shinta dan Jojo dengan lisync lagu keong racun, video lipsync Briptu Norman kamaru, populer menjadi perbincangan masyarakat Indonesia, karena momentumnya pas disaat citra polri terpuruk. Briptu norman, tampil santai, ringan, bersahaja, tak terlihat garang dengan pakaian polisinya. Dimana tampilan Kamaru, sebagai otokritik institusi kepolisian, bukan saja keterpurukan yag dialami, namun kesan polisi yang serius, seram, tegas, dan tak kenal kompromi, cair dengan gaya yang sedikit konyolnya. Sementara kepopuleran sesaat pun dialami artis dadakan Shinta dan Jojo dengan video lipsync Keong racun. Tampilan kedua mahasiswi asal Bandung ini, menjadi ikon kritik bagi kondisi sosial masyarakat, yang kini sedang berkembang.Dengan gaya terlihat centil, kedua dara cantik asal mojang priyangan ini, seolah mengkritik gaya kaum hawa, yang punya budaya mau enak dan mau cepat, khususnya dalam hubungan interaksi antar personal dengan pasangannya.Dari contoh kasus di atas dapat kita pahami bahwa berkembangnya suatu teknologi merupakan hasil dari konstruksi sosial dimana teknologi itu berada. Kebaradaan para ahli yang merancang suatu produk teknologi hanyalah agen teknis yang tunduk pada proses sosial antara produk teknologi dan masyarakat pengguna. Artinya teknologi bukanlah suatu identitas yang bebas nilai. Ketika produk teknologi berinteraksi dengan masyarakat pengguna, maka produk teknologi mengalami proses penyesuaian, dimana masyarakat memberi makna berdasar nilai yang beragam.[footnoteRef:13] [13: William L.Rivers, et al Media Massa & Masyarakat Modern (Jakarta, Fajar Interpratama, 2003) Hal. 36]

B. Pengaruh media terhadap masyarakatPengaruh media terhadap masyarakat telah menumbuhkan pembaharuan-pembaharuan yang cepat dalam masyarakat. Pembaharuan yang berwujud perubahan ada yang ke arah negatif dan ada yang ke arah positif. Pengaruh media tersebut berkaitan dengan aspek-aspek lain seperti sifat komunikator, isi/informasi dari media itu sendiri, serta tanggapan dari masyarakat.Sadar atau tidak, masyarakat sering dipengaruhi oleh media massa. Misalnya media membujuk untuk menggunakan suatu produk tertentu ataupun secara tidak langsung membujuk untuk mendukung ideologi politik tertentu maupun partai tertentu. Sehubungan dengan hal tersebut, ada beberapa teori kontemporer yang berkaitan dengan pengaruh komunikasi massa yang digolongkan dalam empat bagian, yaitu: 1. Teori perbedaan Individu; menurut teori ini terdapat kecendrungan baru dalam pembentukan watak sesorang melalui proses belajar. Adanya perbedaan pola pikir dan motivasi didasarkan pada pengalaman belajar. Perbedaan individu disebabkan karena perbedaan lingkungan yang menghasilakan perbedaan pandangan dalam menghadapi sesuatu. Lingkungan akan mempengaruhi sikap, nilai-nilai serta kepercayaan yang mendasari kepribadian mereka dalam menanggapi informasi yang datang. Dengan demikian pengaruh media terhadap individu akan berbeda-beda satu sama lain.2. Teori Penggolongan Sosial;[footnoteRef:14] penggolongan sosial lebih didasarkan pada tingkat penghasilan, seks, pendidikan, tempat tinggal maupun agama. Dalam teori ini dikatakan bahwa masyarakat yang memiliki sifat-sifat tertentu yang cenderung sama akan membentuk sikap-sikap yang sama dalam menghadapi stimuli tertentu. Persamaan ini berpengaruh terhadap tanggapan mereka dalam menerima pesan yang disampaikan media massa. [14: Ono Uchjana Efenddi, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung, Citra Aditya Bakti, 1993) Hal. 276]

3. Teori Hubungan Sosial;[footnoteRef:15] Menurut teori ini kebanyakan masyarakat menerima pesan yang disampaikan media banyak di peroleh melalui hubungan atau kontak dengan orang lain dari pada menerima langsung dari media massa. Dalam hal ini hubungan antar pribadi mempunyai pengaruh yang kuat terhadap penyampaian informasi oleh media. [15: Ibid. Hal 277]

4. Teori Norma-Norma Budaya;[footnoteRef:16] Teori ini menganggap bahwa pesan/informasi yang disampaikan oleh media massa dengan cara-cara tertentu dapat menimbulkan tafsiran yang berbeda-beda oleh masyarakat sesuai dengan budayanya. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa media mempengaruhi sikap individu tersebut. Ada beberapa cara yang ditempuh oleh media massa dalam mempengaruhi norma-norma budaya. [16: Ibid. Hal 279]

Pertama, informasi yang disampaikan dapat memperkuat pola-pola budaya yang berlaku serta meyakinkan masyarakat bahwa budaya tersebut masih berlaku dan harus di patuhi. Kedua, media massa dapat menciptakan budaya-budaya baru yang dapat melengkapi atau menyempurnakan budaya lama yang tidak bertentangan. Ketiga, media massa dapat merubah norma-norma budaya yang telah ada dan berlaku sejak lama serta mengubah perilaku masyarakat itu sendiri.

C. Pengaruh media terhadap individuPada tahun 1970, Melvin DeFleur melakukan modifikasi terhadap teori stimulus respon dengan teorinya yang dikenal sebagai perbedaan individu dalam komunikasi massa (individual differences). Menurut teori ini individu-individu sebagai anggota khalayak sasaran media massa secara selektif, menaruh perhatian kepada pesan-pesan, sikap-sikapnya sesuai dengan kepercayaannya yang didukung oleh nilai-nilai. Tanggapannya terhadap pesan-pesan tersebut diubah oleh tatanan psikologisnya.[footnoteRef:17] [17: Ono Uchjana Efenddi, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung, Citra Aditya Bakti, 1993) Hal. 275]

Di sini diasumsikan bahwa pesan-pesan media berisi stimulus tertentu yang berinteraksi secara berbeda-beda dengan karakteristik pribadi dari para anggota khalayak.Teori DeFleur ini secara eksplisit telah mengakui adanya intervensi variabel-variabel psikologis yang berinteraksi dengan terpaan media massa dalam menghasilkan efek.Berangkat dari teori perbedaan individu dan stimulus respon ini, DeFleu mengembangkan model psiko-dinamik yang didasarkan pada keyakinan bahwa kunci dari persuasi yang efektif terletak modifikasi struktur psikologis internal dari individu. Melalui modifikasi inilah respon tertentu yang diharapkan muncul dalam perilaku individu akan tercapai. Esensi dari model ini adalah fokus pada variabel-variabel yang berhubungan dengan individu sebagai penerima pesan, suatu kelanjutan dari asumsi sebab akibat dan mendasarkan pada perubahan sikap sebagai ukuran bagi perubahan perilaku.Ketergantungan terhadap media massa terjadi pada seluruh kalangan usia. Pengaruh media terhadap individu, dalam makalah ini penulis khususkan pada kalangan remaja. Ketertarikan remaja terhadap sesuatu didorong oleh faktor rasa keingintahuan yang kuat akan segala sesuatu hal yang baru bagi remaja di lingkungan sekitar mereka. Hal ini merupakan bentuk perubahan psikologis pada remaja yang sedang dalam masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Selain itu, faktor lain yang juga mempengaruhi ketertarikan remaja adalah lingkungan sosial di sekelilingnya.Pengaruh yang diberikan oleh media terhadap perilaku remaja dapat berbentuk pengaruh positif maupun negatif. Pengaruh dapat berupa aspek kognitif yang bersifat positif dengan memberi pengetahuan kepada remaja dengan keadaan lingkungan di sekitarnya melalui program acara berita ataupun kuis tentang pengetahuan. Sementara pengaruh negatif dapat berupa aspek afektif, dengan meniru apa yang mereka lihat dari media massa tanpa mereka saring terlebih dulu mana yang baik dan mana yang buruk. Masa remaja merupakan masa dimana remaja sedang mencari identitas, maka dengan mudahnya terpengaruh dengan faktor luar. Selain itu, dengan masa remaja yang sedang berada dalam masa transisi, mereka juga memiliki tujuan-tujuan yang dapat dipenuhi dengan mengunakan media, yaitu mencari informasi, mengisi waktu luang dan hiburan. Besarnya pengaruh media terhadap perilaku remaja berkaitan erat dengan intensitas atau frekuensi mereka dalam mengunakan media. Semakin sering mengunakan, semakin besar pengaruhnya terhadap perilaku remaja, begitu pula sebaliknya. Hal ini terlihat adanya perubahan perilaku baik berupa pengaruh positif maupun pengaruh negatif.D. PENUTUPDari pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa pengaruh positif dan negatif yang ditimbulkan dari media massa terhadap budaya individu dan masyarakat amat bergantung memanfaatkan media massa itu. Namun demikian pengaruh kehadiran media massa, efek kognitif media massa, dan efek media massa perlu menjadi perhatian serius, dan bila perlu diupayakan dapat menjadi sarana dalam menunjang pengetahuan, sehingga pengaruh negatif dapat diminimalisir, sementara pengaruh yang positif dapat dioptimalkan.Budaya yang lahir atas kehendak media yang artinya jika media mampu memproduksi sebuah bentuk budaya, maka publik akan menyerapnya dan menjadikan sebuah bentuk kebudayaan. karena dengan mempengaruhi prilaku serta karakter manusia menimbulkan sebuah realitas bagi masyarakat dengan melahirkan banyak opini-opini serta perubahan social. Media massa yang menyajikan begitu banyak unsur-unsur kenikmatan dari pagi hingga larut malam membuat semua lini terlena dalam percaturan kesibukan masing-masing individu. Seperti dikalangan generasi muda yang kurang berminat belajar, dikalangan masyarakat sudah hilang kesadaran untuk membantu sesama dan gotong royong. Dari hal tersebut terlihat bahwa pengaruh media massa untuk budaya dan pola tingkah laku yang sudah lama tertanam dalam kehidupan masyarakat mulai pudar dan sedikit demi sedikit mulai diambil perannya oleh media massa dalam menyajikan informasi-informasi yang berasal dari jaringan nasional maupun dari luar negeri yang terkadang kurang pas dengan budaya kita sebagai bangsa timur.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Karim Nashir, Televisi: Dampak Negatif dan Positifnya, Arista Brahmayatsa, Jakarta: 1997;

Elvinaro Ardianto, Dkk. Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Cetatan keempat Edisi Revisi ; Simbiosa Rekatama Media. Bandung, 2014

Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, Cetakan ke 2 Bandung: Remaja Karya, Bandung, 1986;

Nurudin Komunikasi Massa. Cespur, Malang, 2003

Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, Cetakan II Remaja Rosda Karya,Bandung: 1992;

http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya