document
DESCRIPTION
tugasTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Rongga mulut merupakan tempat hidup bakteri aerob maupun anaerob.
Organisme-organisme ini merupakan flora normal dalam mulut yang terdapat dalam
plak gigi, cairan sulkus ginggiva, mukus membrane, dorsum lidah, saliva dan mukosa
mulut. Karies gigi merupakan penyakit yang tidak kalah pentingnya dengan penyakit
lain, karena akibat yang ditimbulkan oleh karies gigi ini mulai dari yang ringan
sampai yang berat, oleh karena salah satu penyebab dari karies gigi adalah adanya
aktifitas bakteri. Mulut adalah pintu gerbang utama masuknya segala macam benda
asing ke dalam tubuh, menjaga kesehatan gigi dan mulut berarti langkah awal
menjaga kesehatan tubuh. Banyak sekali faktor yang dapat memicu proses terjadinya
karies, yaitu faktor host, diet (pola makan), mikroorganisme. Bakteri sangat berperan
pada proses terjadinya karies gigi dan penyakit periodontal. Banyaknya
mikroorganisme tergantung pada kesehatan dan kebersihan mulut seseorang,
sedangkan jenis bakterinya berbeda pada berbagai tempat dalam rongga mulut.
Bakteri Streptococcus, Stafilococcus, Lactobacillus, dan bakteri bentuk
filament merupakan mikroorganisme yang sering dapat diisolasi dari lesi karies yang
dalam. Di antara kelompok bakteri ini ternyata streptococcus paling sering
ditemukan. Streptococcus yang paling sering ditemukan adalah Streptococcus
mutans. Ada banyak cara untuk mencegah terjadinya karies gigi, sebelum melakukan
tindakan kedokteran gigi, salah satu upaya adalah menciptakan lingkungan yang
aseptis pada rongga mulut.
BAB II
ANATOMI GIGI
GIGI
Gigi terdiri dari 3 bagian, yaitu:
1. Mahkota:
a. Enamel lapisan gigi yang paling luar dan paling keras
- Lapisan terluar gigi yang menutupi seluruh mahkota gigi dan merupakan
bagian tubuh yang paling keras.
- Dibentuk oleh sel-sel yang disebut ameloblast.
- Jaringan email adalah struktur kristalin yang tersusun oleh jaringan
anorganik 96 %, material organik 1 %, dan sisanya adalah air.
b. Dentin bahan utama pembentuk mahkota & gigi yg lunak namun cukup
keras
- Merupakan struktur penyusun gigi yang terbesar.
- Jaringan ini jauh lebih lunak dibandingkan email karena komposisi
material organiknya lebih banyak dibandingkan email yaitu mencapai 20
%, di mana 85 % dari material organik tersebut adalah kolagen. Sisanya
adalah air sebanyak ± 10 % dan material anorganik 70 %.
- Dentin berbentuk seperti saluran yang disebut tubuli dentin dan berisi sel
odontoblast dan cairan tubuli dentin.
- Sel ini dianggap sebagai bagian dari dentin maupun jaringan pulpa karena
badan selnya ada di rongga pulpa namun serabutnya (yang disebut
serabut tomes) memanjang ke dalam tubuli-tubuli dentin yang
termineralisasi.
c. Ruang pulpa ruangan dalam gigi yang berisi saraf, pembuluh darah, serta
pembuluh limfe.
- Merupakan bagian yang terdalam dari gigi.
- Di dalam pulpa terdapat berbagai elemen jaringan seperti pembuluh darah,
persarafan, serabut jaringan ikat, cairan interstitial, dan sel-sel seperti
fibroblast, odontoblast, dan sel imun.
- Terdapat dua jenis serabut saraf sensorik (berasal dari saraf trigeminal
yang masuk melalui foramen apikal).
2. Leher:
Gingiva jaringan lunak yg melapisi tulang Alveolar, biasanya disebut dengan
Gusi
3. Akar:
a. Tulang alveolar
b. Jaringan periodontal penting karena berfungsi sebagai jaringan penyangga
gigi
c. Sementum
d. Saluran akar dan ujung akar (apex)
Gambar 1. Anatomi gigi
Fungsi gigi
1. Mastikasi (pengunyahan).
2. Support (pendukung)
3. Proteksi (perlindungan)
4. Appearance (tampilan)
5. Holding (menahan)
PERJALANAN PENYAKIT INFEKSI GIGI
A. Infeksi Odontogenik Jalur Periapical
Karies Gigi
Definisi
Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu email, dentin
dan sementum yang disebabkan aktivitas jasad renik yang ada dalam suatu
karbohidrat yang diragikan. Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi
pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya.
Etiologi
Ada tiga faktor utama yang memegang peranan yaitu faktor host atau tuan
rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet dan ditambah faktor waktu.
Untuk terjadinya karies, maka kondisi setiap faktor tersebut harus saling mendukung
yaitu tuan rumah yang rentan, mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai
dan waktu yang lama.
a) Faktor host atau tuan rumah
Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah terhadap
karies yaitu:
faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel,faktor kimia
dan kristalografis. Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap
karies karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut
terutama pit dan fisur yang dalam.
permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak mudah melekat
dan membantu perkembangan karies gigi.
Enamel merupakan jaringan tubuh dengan susunan kimia kompleks yang
mengandung 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat, fluor), air 1% dan
bahan organik 2%. Bagian luar enamel mengalami mineralisasi yang lebih
sempurna dan mengandung banyak fluor, fosfat dan sedikit karbonat dan air.
Kepadatan kristal enamel sangat menentukan kelarutan enamel. Semakin
banyak enamel mengandung mineral maka kristal enamel semakin padat dan
enamel akan semakin resisten. Gigi susu lebih mudah terserang karies
daripada gigi tetap.
b). Faktor agen atau mikroorganisme
Plak gigi memegang peranan peranan penting dalam menyebabkan
terjadinya karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan
mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk
dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan.
Pada awal pembentukan plak, kokus gram positif merupakan jenis yang
paling banyak dijumpai seperti Streptokokus mutans, Streptokokus sanguis,
Streptokokus mitis dan Streptokokus salivarius serta beberapa strain lainnya.
Selain itu,ada juga penelitian yang menunjukkan adanya laktobasilus pada
plak gigi. Pada penderita karies aktif, jumlah laktobasilus pada plak gigi
berkisar 104 – 105 sel/mg plak. Walaupun demikian, S. mutans yang diakui
sebagai penyebab utama karies, oleh karena S. mutans mempunyai sifat
asidogenik dan asidurik (resisten terhadap asam).
c). Faktor substrat atau diet
Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena
membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada
permukaan enamel. Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme bakteri
dalam plak dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk
memproduksi asam serta bahan lain yang aktif yang menyebabkan timbulnya
karies.
Orang yang banyak mengonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung
mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya pada orang dengan diet yang
banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak
mempunyai karies gigi. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa
karbohidrat memegang peranan penting dalam terjadinya karies.
d). Faktor waktu
Karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang berkembang
dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan
karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan
6-48 bulan.
Patofisiologi
Terdapat tiga teori mengenai terjadinya karies yaitu teori asidogenik (teori
kemoparasiter Miller), teori proteolitik, dan teori proteolisis kelasi.
1. Teori Asidogarik
Miller menyatakan bahwa kerusakan gigi adalah proses kemoparasiter yang
terdiri atas dua tahap, yaitu dekalsifikasi email sehingga terjadi kerusakan total
email dan dekalsifikasi dentin pada tahap awal diikuti oleh pelarutan residunya
yang telah melunak. Asam yang dihasilkan oleh bakteri asidogenik dalam proses
fermentasi karbohidrat dapat mendekalsifikasi dentin, menurut teori ini,
karbohidrat, mikroorganisme, asam, dan plak gigi berperan dalam proses
pembentukan karies.
2. Teori Proteolitik
Gottlieb mempostulasikan bahwa karies merupakan suatu proses proteolisis
bahan organik dalam jaringan keras gigi oleh produk bakteri. Dalam teori ini
dikatakan mikroorganisme menginvasi jalan organik seperti lamela email dan
sarung batang email (enamel rod sheath), serta merusak bagian-bagian organik
ini. Proteolisis juga disertai pembentukan asam. Pigmentasi kuning merupakan
ciri karies yang disebabkan produksi pigmen oleh bakteri proteolitik. Teori
proteolitik ini menjelaskan terjadinya karies dentin dengan email yang masih
baik.
Manley dan Hardwick menggabungkan teori proteolitik dan teori asidogenik.
Menurut mereka teori-teori tersebut dapat berjalan sendiri-sendiri maupun
bersama-sama. Teori ini menyatakan bahwa bakteri dapat membentuk asam dari
substrat karbohidrat, dan bakteri tertentu dapat merusak protein jika tidak ada
karbohidrat, karena itu terdapat dua tipe lesi karies. Pada tipe I, bakteri
menginvasi lamela email, menyerang email dan dentin sebelum tampak adanya
gejala klinis karies. Pada tipe II, tidak ada lamela email, hanya terdapat perubahan
pada email sebelum terjadi invasi mikroorganisme. Perubahan email ini terjadi
akibat dekalsifikasi email oleh asam yang dibentuk oleh bakteri dalam plak gigi di
atas email.
3. Teori Proteolisis Kelasi
Menurut Schatz Kelasi adalah suatu pembentukan kompleks logam melalui
ikatan kovalen koordinat yang menghasilkan suatu kelat. Teori ini menyatakan
bahwa serangan bakteri pada email dimulai oleh mikroorganisme yang
keratinolitik dan terdiri atas perusakan protein serta komponen organik email
lainnya, terutama keratin. Ini menyebabkan pembentukan zat-zat yang dapat
membentuk kelat dan larut dengan komponen mineral gigi sehingga terjadi
dekalsifikasi email pada pH netral atau basa.
Manifestasi Klinis
Gambaran klinis karies yaitu:
Lesi dini atau lesi bercak putih/coklat (karies insipien)
Lesi lanjut (lesi yang telah mengalami kavitasi)
Terasa nyeri atau kadang-kadang tidak menimbulkan rasa nyeri
Baik bercak putih maupun coklat bisa bertahan bertahun-tahun lamanya
karena perkembangan lesi tersebut dapat dicegah. Jika lesi email sempat
berkembang, permukaan yang semula utuh akan pecah (kavitasi) dan akan
terbentuk lubang (kavitas).
Karies superfisial
Karies media
Karies profunda
Pulpitis reversible
Pulpitis irreversible
Gambar 2 : Perjalanan Penyakit Gigi
Caries pada gigi mencapai pulpa
↓
Penyebaran lokal lain : sinusitis, osteomielitis, cavernous sinus thrombosis, supurative jugular thrombophlebitis
Pulpitis kronis hiperplastik/ granulomatous/polip
Kronis
Akut Pulpitis kronis ulseratif
Rahang atas : abses palatal, abses submukosa, abses gingival, abses labial, dan abses fasial
Pulpa kontak dengan lingkungan (memudahkan bakteri invasif ke pulpa)
↓
inflamasi pada pulpa (pulpitis)
↓
Dilatasi pembuluh darah untuk menghasilkan PMN
↓
Reaksi antara PMN dan bakteri menyebabkan terbentuknya pus
↓
Menyumbat aliran darah (drainase) ke bagian pulpa
↓
Nekrosis pada pulpa
Infeksi pada Pulpa (Pulpitis)
Penyebab kerusakan pulpa dapat dikelompokan sebagai berikut:
1. Fisik
· Mekanik ( trauma, atrisi, abrasi, perubahan tekanan udara).
· Termis (preparasi cavum,tambalan yang dalam tanpa semen base).
· Elektris (aliran listrik dari vital tester,tambalan-tambalan logam yangberlainan).
2. Kimia:
· Asam fosfat yang berasal dari silikat, AgNO3, monomeracrylic
· Erosi karena asam-asam.
3. Bakterial
· Toksin yang berhubungan dengan karies
· Invasi langsung kuman-kuman pada pulpa.
Definisi pulpitis: Respon inlamasi pertahanan jaringan pulpa terhadap
rangsang mekanik yang ringan hingga sedang, kimia dan bakteri. Perubahan
histologist dari jaringan pulpa ini direfleksikan dalam gejala klinis berupa
respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan.
Klasifikasi :
- Iritasi Pulpa : Kedalaman karies superfisialis, rasa linu jika terkena
rangsang dingin , manis, asam atau mekanis.
- Hiperemi Pulpa : Kedalaman karies media sampai profunda, rasa ngilu
bila terkena rangsang dingin , manis, asam, atau mekanis. Rasa ngilu
hilang bila rangsang dihilangkan. Terjadi pelebaran pembuluh darah di
dalam rongga pulpa.
Patofisiologi
Pulpitis awal dapat terjadi karena karies dalam, trauma. Gambaran
mikroskopis ditandai oleh lapisan odontoblas rusak, vasodilatasi, sel radang
kronis, kadang sel radang akut.
Pulpitis Irreversible
Lanjutan dari pulpitis reversible akibat jaringan pulpa tidak mampu memberi
respon inflamasi & imunologis yang adekuat. Radang pulpa akut akibat karies yang
lama. Kerusakan jaringan pulpa mengakibatkan gangguan system mikrosirkulasi
pulpa yang berakibat edema, syaraf tertekan dan menimbulkan rasa nyeri hebat.
Klasifikasi:
• Pulpitis parsialis: Kedalaman karies media sampai profunda, rasa sakit
berdenyut spontan, hilang timbul, terutama pada malam hari.
• Pulpitis totalis: Kedalaman karies media sampe profunda, Terdapat trias
gejala: Sakit berdenyut spontan terus-menerus, rasa sakit menyebar dan
terdapat gejala periodontitis apikalis.
Nekrosis Pulpa / Gangren Pulpa
Definisi
Nekrosis adalah matinya pulpa, dapat sebagian atau seluruhnya
tergantung apakah sebagian atau seluruh pulpa terlibat. Disebabkan oleh bakteri,
trauma dan iritasi.
Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis Gangren Pulpa:
- Bisa asimtomatis.
- Gigi non vital è sondasi (-), tes dingin (-)
- Pada lubang perforasi tercium bau busuk.
- Sakit bila penderita minum atau makan-makanan panas
- Gigi mengalami perubahan warna keabu-abuan atau kecokelat-cokelatan
Patofisiologi
Jaringan pulpa yang kaya akan vaskuler, syaraf dan sel odontoblast; memiliki
kemampuan untuk melakukan defensive reaction yaitu kemampuan untuk
mengadakan pemulihan jika terjadi peradangan. Akan tetapi apabila terjadi inflamasi
kronis pada jaringan pulpa atau merupakan proses lanjut dari radang jaringan pulpa
maka akan menyebabkan kematian pulpa/nekrosis pulpa. Nekrosis pulpa pada
dasarnya terjadi diawali karena adanya infeksi bakteri pada jaringan pulpa. Ini bisa
terjadi akibat adanya kontak antara jaringan pulpa dengan lingkungan oral akibat
terbentuknya dentinal tubules dan direct pulpal exposure, hal ini memudahkan infeksi
bakteri ke jaringan pulpa yang menyebabkan radang pada jaringan pulpa. Apabila
tidak dilakukan penanganan,maka inflamasi pada pulpa akan bertambah parah dan
dapat terjadi perubahan sirkulasi darah di dalam pulpa yang pada akhirnya
menyebabkan nekrosis pulpa.
Trauma pada gigi dapat menyebabkan obstruksi pembuluh darah utama pada
apek dan selanjutnya mengakibatkan terjadinya dilatasi pembuluh darah kapiler pada
pulpa. Dilatasi kapiler pulpa ini diikuti dengan degenerasi kapiler dan terjadi edema
pulpa. Karena kekurangan sirkulasi kolateral pada pulpa, maka dapat terjadi ischemia
infark sebagian atau total pada pulpa dan menyebabkan respon pulpa terhadap
inflamasi rendah. Hal ini memungkinkan bakteri untuk penetrasi sampai ke pembuluh
dara kecil pada apeks. Semua proses tersebut dapat mengakibatkan terjadinya
nekrosis pulpa
Periodontitis apikalis
Bila respon inflamasi dan imunologis tidak mampu melawan proses infeksi,
maka proses ini akan berlanjut ke arah apeks yang kemudian menimbulkan respon
inflamasi di daerah ligamentum periodontal periodontitis apikalis.
Etiologi :
akibat dari penumpukan plak dan karang gigi (tartar) diantara gigi dan gusi. Akan
terbentuk kantong diantara gigi dan gusi dan meluas ke bawah diantara akar gigi dan
tulang dibawahnya. Kantong ini mengumpulkan plak dalam suatu lingkungan bebas
oksigen, yang mempermudah pertumbuhan bakteri.
Tanda dan Gejala :
- perdarahan gusi - perubahan warna gusi
- Bau mulut (halitosis)
- Gigi terasa sakit pada waktu mengunyah
- Tes perkusi terasa sakit (+)
- Gusi tampak bengkak dan berwarna merah keunguan.
- Endapan plak atau karang di dasar gigi disertai kantong yang melebar di gusi
- Pada rontgen gigi sejumlah tulang yang keropos è daerah periodontium è
radiolusent
- Riwayat : karies di gigi (+), pulpitis (+)
Abses Periapikal
Definisi
Abses periapikal adalah suatu reaksi inflamasi akut atau kronik (radang)
jaringan yang mengelilingi apeks gigi, disertai dengan kumpulan pus (nanah), akibat
infeksi yang terjadi setelah infeksi pulpa melalui lesi karies atau sebagai akibat dari
trauma (cedera) yang menyebabkan nekrosis pulpa.
Etiologi
Penyebab abses periapikal adalah sebagai berikut.
Pulpitides adalah karies dentis yang disebabkan oleh:
o Baby-bottle tooth decay (BBTD): karies pada masa awal kanak-kanak.
o Plak: presipitat dari denatured salivary proteins yang mempermudah
bakteri menempel pada enamel gigi.
Pasien immunocompromised , bakteri mudah menyebar secara hematogen
untuk menginvasi pulpa gigi.
Posttraumatic infection atau postsurgical infection.
Klasifikasi
- Dapat terbagi atas keadaan akut dan kronis tergantung daya tahan tubuh
penderita.
- Keadaan kronis ditandai dengan terbentuknya granuloma periapikal yang
merpakan reaksi peradangan kronik yang ditandai dengan adanya agregat dari
makrofag yang teraktivasi.
- Granuloma periapikal merupakan reaksi peradangan granuloma yang
terbentuk disekitar apeks gigi. Pembentukan ini menunjukan adanya
kemampuan tubuh untuk membatasi infeksi.
- Patogenesis yang mendasari granuloma periapikal adalah respon sistem imun
untuk mempertahankan jaringan periapikal terhadap berbagai iritan yang
timbul melalui pulpa, yang telah menjalar menuju jaringan periapikal.
- Terdapat tiga karakteristik utama pulpa yang mempengaruhi proses inflamasi.
Pertama, pulpa tidak dapat mengkompensasi reaksi inflamasi secara adekuat
karena dibatasi oleh dinding pulpa yang keras. Inflamasi akan menyebabkan
dilatasi pembuluh darah dan meningkatnya volume jaringan karena transudasi
cairan. Kedua, meskipun pulpa memiliki banyak vaskularisasi, namun hanya
disuplai oleh satu pembuluh darah yang masuk melalui saluran sempit yang
disebut foramen apikal, dan tidak ada suplai cadangan lain. Edema dari
jaringan pulpa akan menyebabkan konstriksi pembuluh darah yang melalui
foramen apikal, sehingga jaringan pulpa tidak adekuat dalam mekanisme
pertahanan, terlebih lagi edema jaringan pulpa akan menyebabkan aliran darah
terputus, menyebabkan pulpa menjadi nekrosis. Ruangan pulpa dan jaringan
pulpa yang nekrotik akan memudahkan kolonisasi bakteri. Ketiga, karena gigi
berada pada rahang, maka bakteri akan menyebar melalui foramen apikal
menuju jaringan periapikal.
Tanda dan Gejala
- Gigi terasa sakit, bila mengunyah juga timbul nyeri.
- Demam disertai pembengkakan kelanjar getah bening di leher
- Pada anamnesis dapat ditemukan nyeri dan bengkak yang terlokalisasi (dapat
terjadi sejak beberapa jam atau beberapa hari sebelumnya), sensitif terhadap
suhu, demam, dan gusi berdarah (hal ini biasanya terjadi pada abses
periodontal).
- Pada pemeriksaan fisik ditemukan:
Gingiva : bengkak, hangat, eritem , fluktuasi massa yang biasanya
meluas ke sisi bukal dari gusi dan ke gingival-buccal reflection
Pembesaran regional lymph node
Pada infeksi yang lebih parah dapat terjadi:
o trismus
o dysfagia
o dyspnea, dan
bengkak pada leher atau wajah.
Kista Periapikal
Inflamasi kista berasal dari ephitelial lining yang mengalami poliferasi akibat
adanya sedikit residu (sisa) epitel odontogenik (rest malassez) di dalam periodontal
ligament.
Etiologi dan patogenesis
Kista periapikal berkembang dari perluasan periapikal granuloma, yang mana
merupakan pusat dari inflamasi kronis jaringan granulasi yang berlokasi pada
tulang di bagian apeks dari gigi non-vital. Granuloma periapikal terjadi dan
terbentuk oleh degradasi produksi dari jaringan pulpa yang nekrose. Stimulasi
dari epitelial rest malassez terjadi akibat respon pembentukan inflamasi.
Pembentukan kista terjadi akibat adanya proliferasi epithelial, yang akan
membantu untuk pemisahan stimulus inflamasi (nekrotik pulpa) dari tulang di
sekitarnya.
Pemisahan debris sel dari lumen kista akan meningkatkan konsentrasi protein,
memproduksi peningkatan tekanan osmotik. Hasilnya adalah cairan berjalan
melewati epitel lining menuju lumen dari sisi conective tissue. Cairan
berhubungan langsung dengan pertumbuhan dari kista. Dengan adanya
resorbsi tulang osteoclastic, terjadi perluasan kista. Faktor resobsi tulang yang
lainnya, seperti prostaglandins, interleukins, dan proteinase, dari sel inflamasi
dan sel peripheral pada lesi akan menyebabkan pertambahan luas kista.
Gambaran klinis
Kista periapikal biasanya asimptomatik dan sering ditemukan saat
pemeriksaan dental rutin dengan radiografi. Gigi non-vital biasanya
berhubungan dengan diagnosa dari kista periapikal.
Secara radiografi radiolusen berbentuk ovoid dan memiliki batas berwarna
putih yang berhubungan dengan lamina dura dari gigi yang bersangkutan.
B. Infeksi Odontogenik Jalur Periodontal
Gingivitis marginalis periodontitis marginalis abses periodontitis
Gingivitis marginalis
Definisi
Gingivitis merupakan perdangan pada gusi
Perubahan secara klinis
- Kemerahan pada daerah marginal dan papilar
- Kecenderungan untuk berdarah akibat instrumen pada sulkus gingival
- Padat dan membesar
- Pembengkakan kontur yang membulat dan tumpul
- Konsistensi yang lembut
Periodontitis Marginalis
Definisi
Inflamasi di daerah periodontal yang berasal dari peradangan di gusi
Gejala klinis:
- Gusi bengkak dan berwarna merah keunguan.
- Endapan plak atau karang di dasar gigi
Abses Periodontal
Abses yang terjadi pada gingiva atau pocket periodontal akibat faktor iritasi :
plak, kalkulus, infeksi bakteri, impaksi, makanan, atau trauma jaringan, yang akan
menimbulkan kerusakan alveolar dan menyebabkan gigi goyang.
Manifestasi Klinis
- Gingiva bengkak
- Mukosa kebiruan
- Sangat sakit terutama bila giginya beradu.
- Demam.
OBAT ANTIBIOTIK
Definisi
Antibiotic merupakan suatu senyawa kimia yang dihasilkan oleh suatu
microorganism tertentu untuk menghambat atau membunuh suatu mikroorganisme
lainnya.
Golongan Bakterisidal :
Antibiotika yang bakterisid secara aktif membunuh bakteri. Termasuk dalam
golongan ini adalah penisilin, sefalosporin, aminoglikosida (dosis besar), garamisin,
streptomisin, kotrimoksazol ,polipeptida, rifampisin, isoniazid, metronidazole.
Golongan Bakteriostatik :
Antibiotika bakteriostatik bekerja dengan mencegah atau menghambat
pertumbuhan bakteri, dan tidak membunuhnya. Sehingga pembasmian kuman sangat
tergantung pada daya tahan tubuh. Termasuk dalam golongan ini adalah sulfonamida,
tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, trimetropim, linkomisin, makrolida,
klindamisin, asam paraaminosalisilat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dorland Dorland, W.A Newman. Kamus Kedokteran Dorland edisi 29. jakarta:
EGC; 2002
2. http://www.e-jurnal.com/2013/12/patofisiologi-karies-gigi.html
3. http://medicastore.com/penyakit/142/Abses_Periapikal.html
4. http://www.scribd.com/doc/211823145/Patogenesis-Karies-docx
5. http://emedicine.medscape.com/article/909373-overview
6. Tarigan R. 2002. Perawatan Pulpa Gigi (Edodonti). Jakarta: Penerbit Buku KedokteranEGC.
7. Dental Health",hosted on the British Nutrition Foundation website, 2004.
8. http://emedicine.medscape.com/article/909373-diagnosis
9. http://www.scribd.com/doc/131594008/Penggolongan-Antibiotik-Berdasarkan-
Mekanisme-Kerjanya
10. http://www.airforcemedicine.afms.mil/intradoc-cgi/nph-idc_cgi .