warkah al-basyar vol. ix edisi 06 th. 2010

4
Menyuarakan Risalah Agama untuk Keadilan PENANGGUNG JAWAB KH. Husein Muhammad REDAKTUR AHLI KH. Syarif Usman Yahya, KH. A. Ibnu Ubaidillah Syathori KH. A. Chozin Nasuha, KH. Syakur Yasin, KH. Maman Imanulhaq, KH. Wawan Arwani, Ny. Hj. Hamidah, KH. Faqihuddin Abdul Kodir. PEMIMPIN REDAKSI Marzuki Wahid REDAKTUR PELAKSANA Alimah DEWAN REDAKSI Nurul Huda SA, Roziqoh, Alifatul Arifiati, Ali Mursyid, Satori, Rosidin, Obeng Nurosyid. SETTING Lay-OUT an@nd DISTRIBUTOR Ihabbudin, Lili, Jamal (Cirebon), Fitrullah, Agus Idris, Masyithoh (Indramayu). PENERBIT fahmina institute Jl. Suratno No. 37 Cirebon Jawa Barat 45124 Telp./Fax. (0231) 203789, WEBSITE http://www.fahmina.or.id E-Mail [email protected], [email protected] PRINTING Teguh Gemilang Vol. IX [edisi 06] tahun 2010 Warkah al-Basyar terbit tiap hari Jumat. Warkah al-Basyar menerima tulisan dua halaman quarto satu spasi. Tema tulisan seputar agama dan realitas kehidupan dengan perspektif advokasi yang berbasiskan tradisi/khasanah pesantren. Redaksi berhak mengedit tanpa mengurangi substansi tulisan. 1 N asib buruk yang menimpa buruh migran terutama perempuan (TKW) seakan tidak pernah berakhir. Da- lam beberapa hari ini head- line media masa kita kem- bali memberitakan nasib se- jumlah Tenaga Kerja Wanita (TKW) Indonesia di Malay- sia yang sungguh-sungguh menyedihkan. Lagi-lagi mereka diperlakukan seba- gai layaknya budak belian. Padahal mereka sudah bek- erja sepenuh hari dan un- tuk itu mereka berhak atas upahnya. Perlakuan majikan Belajar Menghargai Jasa Orang Lemah Oleh KH. Husein Muhammad* Warkah al-Basyar Vol. IX/2010 06 12 Maret 2010 M/26 Robi’ul Awal 1431 H “Dan dalam harta mereka (orang kaya itu), terdapat hak-hak (yang seharusnya diberikan kepada) para peminta yang tak punya dan pada mereka yang tak meminta (karena malu terhadap kehormatan dirinya)” (QS. Adz-Dzâriyat [51]: 19). MoU Tenaga Kerja Akhirnya Tuntas; Baru sebatas kebutuhan minimal perlindungan TKI. JAKARTA—Nota kesepahaman antara Indonesia dan Malaysia tentang pekerja migran tuntas akhir bulan ini. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar menyatakan, substansi nota kesepahaman......

Upload: zaenal-fanani

Post on 09-Mar-2016

221 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Belajar Menghargai Jasa Orang Lemah Oleh KH. Husein Muhammad

TRANSCRIPT

Page 1: Warkah al-Basyar Vol. IX Edisi 06 Th. 2010

Menyuarakan Risalah Agama untuk Keadilan

PENANGGUNG JAWAB KH. Husein Muhammad

REDAKTUR AHLI KH. Syarif Usman Yahya,

KH. A. Ibnu Ubaidillah SyathoriKH. A. Chozin Nasuha,

KH. Syakur Yasin, KH. Maman Imanulhaq,

KH. Wawan Arwani, Ny. Hj. Hamidah,

KH. Faqihuddin Abdul Kodir.

PEMIMPIN REDAKSI Marzuki Wahid

REDAKTUR PELAKSANA Alimah

DEWAN REDAKSI Nurul Huda SA, Roziqoh,

Alifatul Arifiati, Ali Mursyid, Satori, Rosidin, Obeng Nurosyid.

SETTING Lay-OUT an@nd

DISTRIBUTOR Ihabbudin, Lili, Jamal (Cirebon),

Fitrullah, Agus Idris, Masyithoh (Indramayu).

PENERBIT fahmina institute

Jl. Suratno No. 37 Cirebon Jawa Barat 45124

Telp./Fax. (0231) 203789,

WEBSITE http://www.fahmina.or.id

E-Mail [email protected],

[email protected]

PRINTING Teguh Gemilang

Vol. IX [edisi 06] tahun 2010

Warkah al-Basyar terbit tiap hari Jumat. Warkah al-Basyar

menerima tulisan dua halaman quarto satu spasi. Tema tulisan

seputar agama dan realitas kehidupan dengan perspektif

advokasi yang berbasiskan tradisi/khasanah pesantren.

Redaksi berhak mengedit tanpa mengurangi substansi tulisan.

1

Nasib buruk yang menimpa buruh migran terutama

perempuan (TKW) se akan tidak pernah berakhir. Da-lam beberapa hari ini head-line media masa kita kem-bali memberitakan nasib se-jumlah Tenaga Kerja Wanita (TKW) Indonesia di Malay-sia yang sungguh-sungguh menyedihkan. Lagi-lagi mereka diperlakukan seba-gai layaknya budak belian. Padahal me reka sudah bek-erja sepenuh hari dan un-tuk itu mereka berhak atas upah nya. Perlakuan majikan

Belajar Menghargai Jasa Orang Lemah

Oleh KH. Husein Muhammad*

Warkahal-BasyarVol. IX/2010

0612 Maret 2010 M/26 Robi’ul Awal 1431 H

“Dan dalam harta mereka (orang

kaya itu), terdapat hak-hak (yang

seharusnya diberikan kepada) para peminta

yang tak punya dan pada mereka yang

tak meminta (karena malu terhadap

kehormatan dirinya)”(QS. Adz-Dzâriyat [51]: 19).

MoU Tenaga Kerja Akhirnya Tuntas;Baru sebatas kebutuhan minimal perlindungan TKI.

JAKARTA—Nota kesepahaman antara Indonesia dan Malaysia tentang pekerja migran tuntas akhir bulan ini. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar menyatakan, substansi nota kesepahaman......

Page 2: Warkah al-Basyar Vol. IX Edisi 06 Th. 2010

19 Maret 2010 M/03 Robi’ul Tsani 1431 H

Vol. IX [edisi 06] tahun 20102

tersebut merupakan kezaliman, melanggar hak-hak asasi manusia sekaligus juga me-langgar agama.

Nasib buruk tersebut tidak hanya dialami oleh sedikit TKW dan tidak hanya terjadi di Malaysia, tetapi sudah ratusan bahkan ribuan di negara-negara lain, seperti Arab Saudi dan sejumlah Negara Timur Tengah lainnya yang nota bene adalah Negara Islam. Ini sungguh ironi, peristiwa yang seharusnya tidak boleh terjadi tetapi nyatanya terjadi.

Pertanyaan kita adalah mengapa kekerasan itu terjadi? Pada umumnya orang akan menjawab karena akhlak atau moral para majikan mereka buruk, jahat atau tidak menjalankan agamanya dengan baik dan sebagainya. Jawaban ini boleh jadi ada benarnya, akan tetapi tidaklah sepenuhnya. Karena betapa banyak orang yang kita anggap baik, shaleh, taat beribadah dan terhormat juga melakukan kekerasan terhadap TKW atau buruh, bukan hanya di luar negeri tetapi juga di dalam negeri.

Jawaban yang paling mungkin dan menyeluruh adalah karena para majikan memandang dirinya lebih tinggi, lebih kuat dan lebih terhormat, sedangkan para tenaga kerja atau buruh itu dianggap lebih rendah, lebih lemah dan lebih tidak mampu. Jadi ada hubungan kekuasaan yang timpang antara keduanya. Di mana dan kapan saja, hubungan kekuasaan yang timpang selalu berpotensi melahirkan kekerasan.

Sikap Islam terhadap orang-orang yang lemah

Agama Islam berpendirian bahwa kehidupan yang adil dan makmur di dunia ini, tak mungkin akan terwujud apabila para dhu’afâ, mustadh’afin (yang dilemahkan) fuqarâ’ dan masâkîn tidak mendapat layanan

dari masyarakat yang berada, mampu (kaya) dan para penguasa yang adil.

Para TKW/I dan buruh pada umumnya adalah orang-orang yang lemah. Para dhu’afâ (orang-orang lemah), fuqarâ (para fakir) dan masâkîn (kaum miskin) sebenarnya adalah sendi dan tulang punggung kekuatan suatu masyarakat. Mereka merupakan golongan yang selayaknya mendapatkan perhatian kita yang utama dan pertama. Betapa tidak, segala hal yang menyangkut kehidupan kita di dunia ini, banyak sekali yang bergantung kepada rakyat jelata, kaum yang lemah dan kaum miskin terse-but, baik petani, buruh, nelayan, pemulung, tukang becak, kuli angkut dan lain-lainnya. Kita sesungguh-nya tidak mungkin bisa hidup tanpa mereka.

Orang yang terhormat atau orang kaya tidak mungkin bisa membangun rumah tan-pa bantuan kerin-gat para pekerja bangunan. Para pengusaha tidak bisa menjalankan roda perusahaannya tanpa para buruh atau karyawan. Para pemi-lik kendaraan angkutan tidak akan meng-hasilkan keuntungan tanpa para supir. Para pemilik sawah berhektar-hektar tidak akan bisa mengolah sawahnya tanpa tangan dan tenaga buruh tani. Para pemilik bank sangat memerlukan satpam untuk menjaga ATM-ATM-nya yang ada di mana-mana. Para pemilik pom bensin tidak mungkin berhasil tanpa karyawan yang melayani pengisian bensin. Betapa banyak orang-orang kaya

“Innamâ tunsharûn wa turzaqû-na bi dhu’afâikum”

(Se sungguhnya kamu mendapat per-tolongan, pembelaan dan rizki adalah

berkat jerih payah dan perjuangan orang-orang yang lemah di antara

kamu).(Sabda Nabi SAW.)

Page 3: Warkah al-Basyar Vol. IX Edisi 06 Th. 2010

19 Maret 2010 M/03 Robi’ul Tsani 1431 H

Vol. IX [edisi 06] tahun 2010 3

menjadi pusing luar biasa ketika harus dit-inggal mudik pembantunya.

Demikianlah, beberapa contoh saja yang menunjukkan bahwa sesungguhnya orang-orang yang kita anggap lemah, miskin atau rendahan merupakan orang-orang yang berjasa sangat besar atas orang-orang kaya, mampu dan kuat. Betapa besar devisa negara yang dihasilkan dari cucuran keringat dan tetesan darah para TKW/I, lebih dari 50 Triliun!

Kita dapat menyimpulkan bahwa ke-kayaan yang kita miliki adalah karena kerja

keras dan atas per-tolongan mereka yang kita anggap rendah, lemah dan miskin. Nabi Saw bersabda: “Innamâ tunsharûn wa turzaqûna bi dhu’afâikum” (Se-s u n g g u h n y a kamu mendapat pertolongan, pem-belaan dan rizki adalah berkat jerih

payah dan perjuan-gan orang-orang yang

lemah di antara kamu). Rasulullah Saw dalam banyak kesem-

patan sering menggariskan suatu sikap yang jelas terhadap masyarakat yang lemah ini. Golongan manusia yang dimarginalkan menurut Nabi harus diberi pelayanan dan santunan yang memadai, apalagi pada saat-saat di mana negara tengah ditimpa krisis ekonomi yang begitu dalam. Ini semata-mata dalam kerangka besar pembangunan dunia yang adil dan makmur. Dalam dunia yang adil dan makmur setiap warga mendapat haknya sesuai dengan kewajiban

yang dibebankan atas diri mereka. Allah mengatakan:

“Dan dalam harta mereka (orang kaya itu), terdapat hak-hak (yang seharusnya diberikan kepada) para peminta yang tak punya dan pada mereka yang tak meminta (karena malu terhadap kehormatan dirinya)”. (QS. Adz-Dzâriyat [51]: 19).

Sebaliknya, mengabaikan dan membiar-kan mereka terus menderita justru akan menimbulkan malapetaka sosial yang serius. Coba bayangkan bagaimana keadaan bangsa dan negara andaikata para buruh, karyawan, supir, petani, satpam dan orang-orang yang kita anggap rendah, tak berharga dan miskin itu mogok kerja? Sudah tentu negara akan bangkrut dan runtuh.

Nabi yang mulia bersabda: “Kefakir-an (kemiskinan) dapat membuat orang untuk melakukan kekufuran”. Kekufuran atau keka-firan tidak hanya berarti menolak adanya Tuhan. Kekafiran adalah ketertutupan hati untuk menerima kebaikan dan kebenaran orang lain. Kekafiran adalah juga mengingkari nikmat yang diberikan oleh Allah atau melanggar dan mengingkari prinsip-prinsip kemanusiaan.

Maka Islam mengajarkan bahwa manusia adalah makhluk yang terhormat. Mereka sama derajatnya di hadapan Allah. Tidak ada kelebihan satu atas yang lain atas dasar kedudukan sosial, ekonomi, jenis kelamin, warna kulit dan sebagainya. Kehormatan hanyalah karena ketaqwaannya kepada Allah. Maka Islam juga mengajarkan agar umat manusia saling bekerja sama, saling menolong dan membantu. []

Penulis adalah ketua Dewan Kebijakan Yayasan Fahmina institute Cirebon Jawa Barat

“Innamâ tunsharûn wa turzaqû-na bi dhu’afâikum”

(Se sungguhnya kamu mendapat per-tolongan, pembelaan dan rizki adalah

berkat jerih payah dan perjuangan orang-orang yang lemah di antara

kamu).(Sabda Nabi SAW.)

Page 4: Warkah al-Basyar Vol. IX Edisi 06 Th. 2010

Vol. IX [edisi 06] tahun 2010

19 Maret 2010 M/03 Robi’ul Tsani 1431 H

4

Sesungguhnya apabila badan sakit maka makan dan minum sulit untuk tertelan, istirahat dan tidur juga tidak nyaman. Demikian pula hati apabila telah terbelenggu

dengan cinta dunia maka nasehat susah untuk memasukinya.

(Malik bin Dinar/Hilyatul Auliyaa’)

Mutiara Hikmah

MoU Tenaga Kerja Akhirnya Tuntas;Baru sebatas kebutuhan minimal perlindungan TKI.

JAKARTA—Nota kesepahaman antara Indonesia dan Malaysia tentang pekerja migran tuntas akhir bulan ini. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar menyatakan, substansi nota kesepahaman itu telah selesai dibahas pada Rabu siang lalu. ”Alhamdulillah, setelah berbulan-bulan dilakukan perundingan, akhirnya seluruh substansi MoU telah disepakati. Ini merupakan momentum penting bagi perlindungan TKI di Malaysia, katanya di Jakarta kemarin.

Malaysia akhirnya menyepakati empat poin yang diajukan. Keempatnya adalah, dicabutnya aturan majikan yang memegang paspor tenaga kerja, adanya cuti satu hari bagi pekerja dalam seminggu, perlunya lembaga pengawasan (join task force), serta pengurangan biaya penempatan tenaga kerja.

Pelaksana tugas Direktur Jenderal Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Abdul Malik Harahap, mengatakan perumusan redaksional nota kesepahaman akan dilakukan di Jakarta pada 25-26 Maret mendatang. Nota kesepahaman yang baru ini akan mengubah isi kesepakatan sebelumnya yang diteken pada 2004. Pemerintah akan memperketat proses pemberian rekomendasi job order dan kontrak kerja antara perusahaan pengerah maupun majikan dan tenaga kerja Indonesia, kata Malik.

Sejak 25 Juni tahun lalu Indonesia menghentikan sementara pengiriman tenaga kerja migran ke sektor informal di Malaysia. Selama moratorium tersebut, kedua pemerintah mengkaji ulang nota kesepahaman yang diteken sejak enam tahun yang lalu.(migrantcare.net)